Anda di halaman 1dari 12

INTEGRITAS DALAM MENJALANKAN PROFESI

1. PENGERTIAN INTEGRITAS
Integritas berasal dari bahasa Latin “Integer” yang berarti lengkap atau utuh sehingga makna
integritas yaitu suatu kehendak yang utuh dan lengkap dalam keseluruhannya, sesuatu yang tidak
terbagi, sehingga nuansa keutuhan atau kebulatannya tidak dapat dihilangkan. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan
yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan; kejujuran. Namun Stephen R. Covey membedakan integritas dengan
kejujuran “Honesty is telling the truth—in other words, conforming our words to reality. Integrity
is conforming reality to our words—in other words, keeping promises and fulfilling expectations.”
(Kejujuran menyangkut kebenaran, menyesuaikan perkataan dengan kenyataan., sedangkan
integritas adalah menyesuaikan realitas dengan perkataan atau menepati janji dan memenuhi
harapan/keinginan).

Fredrick Galtung memperluas pengertian integritas adalah kompetensi plus akuntabilitas dan
etika minus korupsi, disederhanakan menjadi I = C1 + A + E – C2 di mana I : Integrity, C1 :
Competency, A : Accountability, E : Ethics, C2 : Corruption. Seorang yang mempunyai integritas
apabila perbuatannya telah sesuai dengan nilai, prinsip dan keyakinannya serta mampu
membangun dan mempertahankan identitasnya. Indikatornya seperti berkata secara benar dan
sesuai dengan perbuatannya.1

Banyak definisi yang disampaikan terkait dengan kata integritas dari para pakar dan apa yang
diungkapkan oleh Kamus Kompetensi Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) cukup
mewakili, bahwa integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan
tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat
dia bekerja, nilai masyarakat atau nilai moral pribadi)2. Kejujuran dalam pikiran, perkataan dan
perbuatan yang menyatu pada seseorang merupakan perwujudan integritas yang utuh.

2. MANFAAT INTEGRITAS
Integritas adalah kunci keberlanjutan suatu bisnis, sebagaimana integritaslah yang menjadi
pondasi kepercayaan klien. Gambaran mudah adalah ketika kita membeli beras di sebuah toko
seberat satu kilogram, dan ternyata setelah kita pulang dan kita timbang ulang ternyata beratnya
kurang dari satu kilogram, maka kita tentu kecewa dan enggan untuk berbelanja lagi di toko
tersebut. Sikap demikian tentu juga berlaku pada konteks jasa, misalnya kita akan membangun
rumah tiga lantai, dan menggunakan jasa pemborong x. Ketika ternyata rumah yang kemudian
terbangun tersebut ternyata miring atau bahkan roboh sesaat setelah ditinggali, yang kemudian
teridentifikasi disebabkan oleh konstruksi yang tidak layak untuk bangunan tiga lantai karena
pemborong tersebut mengurangi spesifikasi minimal bangunan dalam rangka memperoleh
keuntungan yang lebih besar, tentu kita tidak akan menggunakan jasa pemborong ini lagi di
kemudian hari.

1 Sudirman D. Hurry,Pencegahan Korupsi melalui pembangunan kompetensi Sosio Kultural (Integritas) PNS, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 17
No.1, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia, KemenkumHam, Maret 2020, 11 – 24, dikutip dari
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/616/pdf diakses pada 30 Mei 2022.
2
https://aclc.kpk.go.id/materi-pembelajaran/pendidikan/infografis/pengertian-integritas diakses pada 19 Mei 2022 pukul 14.04
Reputasi sebagai dampak dari trust/kepercayaan klien, merupakan hal yang dipertahankan oleh
bisnis yang dilakukan dengan berintegritas, dan trust adalah hal yang sangat mahal karena
kehilangan trust adalah kehilangan bisnis itu sendiri. Banyak kasus bisnis yang memberikan
pelajaran kepada kita terkait hal ini, diantaranya Arthur Andersen yang telah berdiri sejak awal
abad 20 dan sempat menjadi bagian dari the big five accounting firm harus tutup pada awal abad
21, yang disebabkan oleh keterlibatannya dalam kasus Enron terkait pengungkapan yang tidak
semestinya dalam laporan keuangan. Pimpinan Enron dalam kasus ini juga terlibat dalam skandal
yang juga menjatuhkan perusahaannya, sehingga akhirnya baik Arthur Andersen maupun Enron
akhirnya jatuh3. Pelajaran penting dari skandal ini adalah risiko dari bisnis yang dilakukan tanpa
integritas adalah kejatuhan perusahaan.

Berkenaan dengan profesi, konteks integritas diantaranya adalah konsistensi antara pemberian
jasa dengan kompetensi yang dimiliki. Pengguna jasa atau klien yang sebagian besar awam terkait
dengan profesi tentu tidak memahami secara detil hal-hal yang bersifat spesifik seperti pelatihan
kompetensi apa saja yang telah diselesaikan oleh profesi. Oleh karena itu, mengidentifikasi
kesesuaian penugasan dengan kompetensi menjadi kewajiban bagi profesi keuangan. Dengan
demikian profesi dapat memutuskan akan menerima atau menolak penugasan yang diberikan.
Tentu saja identifikasi penugasan ini menjadi langkah penting karena dapat mempertaruhkan
kualitas pemberian jasa profesi.

Dalam contoh kasus jual beli beras di atas, pihak toko memang pada saat itu memperoleh
keuntungan yang lebih besar daripada keuntungan yang biasanya diperoleh, namun keuntungan
tersebut hanya dalam jangka pendek, karena konsumen tidak akan kembali untuk membeli di
toko itu lagi. Demikian juga pada contoh kasus pembangunan rumah, pemborong memang
memperoleh keuntungan besar saat itu, namun hal ini tentu tidak akan berkelanjutan dan bisa
jadi akan membawa dampak secara hukum jika ternyata ada korban jiwa terkait robohnya rumah
yang dibangun.
Catatan:
Dalam konteks profesi aktuaris pengungkapan hasil yang sesuai dengan keberadaan data yang
telah diyakini kebenarannya, dan dituangkan dalam laporan praktik dari konsistensi yang
mencerminkan integritas. Jika dilihat secara lebih jauh, pengungkapan yang memadai ini akan
memberikan gambaran secara optimal tentang hasil perhitungan yang dihasilkan dan kondisi yang
melingkupinya. Dengan demikian pengguna jasa dapat menggunakan hasil perhitungan tersebut
secara proporsional dalam pengambilan keputusan bisnisnya, termasuk mempertimbangkan
untuk menggunakan atau tidak menggunakan hasil perhitungan tersebut.

3. KORUPSI DI SEKTOR PRIVAT


Penjelasan mengenai manfaat dari integritas dengan penambahan dampak perilaku yang
dilandasi integritas sehubungan dengan bisnis dan perusahaan yang dijalankan tentu akan lebih
lengkap jika ditambahkan penjelasan mengenai dampak dari perspektif yang berkebalikan
dengannya. Dalam hal ini, kita akan memperjelas pembahasan dengan mengungkapkan dampak
dari praktek bisnis yang bertentangan dengan integritas, yaitu korupsi.

3
Detil cerita dari skandal ini bertebaran sehingga sangat mudah ditemukan pada banyak publikasi termasuk di internet.
Dilihat dari asal katanya, korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” atau “corruptus” dari kata
kerja “corrumpere” yang bermakna kebusukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral dan penyimpangan dari kesucian. Kata ini kemudian turun dalam beberapa bahasa di
Eropa, di Inggris dan Perancis dikenal sebagai “corruption” dan dalam bahasa Belanda “korruptie”
dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan “korupsi”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dimuat pengertian korupsi sebagai “penyelewengan atau penggelapan (uang negara
atau perusahaan, dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain”4. Pertentangan
antara integritas dan korupsi secara mudah dapat dilihat dari adanya pola yang berseberangan,
dimana konteks integritas menekankan pada peran individu yang difungsikan untuk kepentingan
bersama sedangkan pada tindakan korupsi hal yang selayaknya digunakan untuk kepentingan
bersama namun dimanfaatkan untuk kepentingan individu.5

Pembahasan yang seringkali muncul dalam setiap berita tentang korupsi di Indonesia adalah
berhubungan dengan pegawai negeri atau penyelenggara negara dan melibatkan kerugian negara
sebagai bagian dari komponennya. Namun demikian tentu kita menyadari adanya praktek-
praktek koruptif yang terjadi di sektor swasta, hanya banyak di antara kita yang ragu untuk
menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan adalah tindakan korupsi mengingat tidak ada
kerugian negara yang terjadi dan tidak melibatkan unsur pengawai negeri atau pejabat negara.
Pembahasan dalam konteks legal terkait dengan bisa tidaknya korupsi yang dilakukan dalam
lingkungan swasta (yang sama sekali tidak melibatkan perangkat negara) dipidana, telah menuai
pro kontra dan bukan merupakan bagian dari lingkup diskusi kita disini. Pembahasan yang akan
disampaikan lebih mengarah pada konteks yang lebih luas terkait dengan praktik korupsi di sektor
swasta.

Secara definitif, beberapa referensi telah menjelaskan bahwa korupsi tidak hanya terjadi di sektor
publik dan melibatkan aparatur negara maupun kerugian keuangan negara. Robert Klitgaard
(2008) menyatakan “corruption can be defined as the misuse of office for personal gain. The office
can be a public office, or it can be any position of power, including the private sectornonprofit
organizations, even university professors”. Selain itu, terkait pemahaman korupsi pada sektor
privat secara umum, Antonio Argandoña (2003) menjelaskan “Private-sector corruption means
that a manager or employee chooses to act for his own benefit, and contraty to his duties and
responsibilities”.6

Pada uraian di atas, terdapat penekanan adanya penyalahgunaan urusan kantor untuk
kepentingan pribadi, baik kantor yang dimaksud adalah kantor yang memberikan layanan kepada
masyarakat maupun swasta, dan bahkan termasuk juga di lingkungan akademik. Khusus
berkenaan dengan korupsi di lingkungan swasta, Antonio Argandoña menyatakan bahwa
seseorang yang bertindak bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya untuk kepentingan
pribadi adalah orang yang melakukan korupsi. Perspektif korupsi secara luas yang juga mencakup
lingkungan swasta ini telah diratifikasi sebagai ketentuan hukum positif di beberapa negara yaitu
Belanda, Prancis dan Switzerland.

4
Dwi Siska Susanti, Nadia Sarah, Lakso Anindito, Modul 1 Dasar Hukum Korupsi di Sektor Bisnis, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
KPK, Jakarta, 2016, halaman 5.
5 Gunardi Endro, Menyelisik Makna Integritas dan Pertentangannya dengan Korupsi, Jurnal Integritas Vol. 3 No.1 tahun 2017.
6Andreas Nathaniel Marbun, Suap di Sektor Privat, Dapatkah Dijerat, Jurnal Integritas Vol. 3 No.1 tahun 2017 , MaPPI Fakultas Hukum Universitas

Indonesia.
Berdasarkan Transparency International bentuk korupsi di sektor swasta bermacam-macam
antara lain penyuapan, penyalahgunaan kewenangan, kecurangan, penipuan, kolusi, dan
pencucian uang. Khusus berkenaan dengan suap pada sektor swasta telah sudah diatur dalam
pasal 21 UNCAC7. Adapun pengaturan lengkap dari ketentuan tersebut ialah sebagai berikut;

“Each State Party shall consider adopting such legislative and other measures as may be necessary
to establish as criminal offences, when commited intentionally in the course of economic, financial
or commercial activities:

(a) The promise, offering or giving, directly or indirectly, of an undue advantage to any person
who directs or works, in any capacity, for a private sector entity, for the person himself or
herself or for another person, in order that he or she, in breach of his or her duties, act or
refrain from acting;
(b) The solicitation or acceptance, directly or indirectly, of an undue advantage by any person
who directs or works, in any capacity, for a private sector entity, for the person himself or
herself or for another person, in order that he or she, in breach of his or her duties, act or
refrain from acting”

Singkatnya, suap di sektor swasta itu sendiri sama seperti suap pada sektor publik, hanya saja
pihak yang menerima suap (passive bribery), bukanlah pejabat publik dan pihak yang menerima
suap tersebut bertindak sesuatu (commission), maupun tidak bertindak sesuatu (omission) yang
berlawanan dengan kewajibannya. Sebagai contoh, jika ada seorang bagian kepegawaian atau
Human Resource Development di suatu perusahaan swasta X, diberikan sejumlah uang oleh salah
satu calon pelamar kerja, agar si pemberi uang tersebut dapat bekerja di perusahaan tersebut,
dan kedua belah pihak sepakat dan memiliki niat yang sama (meeting of mind), maka hal tersebut
masuk dalam kategori bribery in private sector.

Argandona (2003) berhasil mengidentifikasi terjadinya korupsi privat-privat, antara lain:


a. Pemberian hadiah untuk memudahkan hubungan bisnis.
b. Menyuap manajer, importir, distributor dan lain-lain agar mendapatkan izin distribusi,
franchise, dan sebagainya.
c. Menyuap manajer institusi finance agar mendapat pinjaman, dan lain-lain.
d. Penyuapan untuk mengetahui rahasia transaksi perusahaan lain.
e. Penyuapan untuk mengetahui rahasia informasi teknik dan perdagangan (desain, harga,
customer, dan lainnya).
f. Penyuapan kepada manajer distributor retail agar mendapat space usaha (produk) yang
strategis.
g. Penyuapan pada direktur untuk promosi jabatan, dan lain-lain.
h. Pembayaran pada profesional independen (akuntan, auditor, konsultan, analis, dll) agar bisa
menyimpang dari yang ‘kewajibannya’.
i. Pembayaran ke jurnalis agar memberikan liputan yang baik tentang perusahaannya.

Dampak korupsi yang dilakukan oleh sektor privat adalah:


a. Terciptanya/munculnya perusahaan berkualitas rendah.

7 United Nation Convention Againts Corruption atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003, yang diratifikasi oleh Indonesia
melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 2006 tentang Pengensahan United Nations Convention Againts Corruption, 2003 (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003)
b. Menurunnya tingkat investasi perusahaan.
c. Terciptanya kompetisi pasar tidak sempurna.
d. Munculnya adverse selection dalam pasar dan terciptanya pasar lemon8.
e. Menurunnya penerimaan optimal dari sektor pajak.
f. Menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
g. Melambatnya pertumbuhan ekonomi.
h. Terciptanya infrastruktur berkualitas rendah.
i. Meningkatnya ketimpangan pendapatan.
j. Terciptanya state captures corruption.9

CATATAN:

Statemen menarik terkait asumsi bahwa korupsi hanya dilakukan oleh para pegawai negeri
ataupun penyelenggara negara yang ternyata secara faktual tidaklah demikian. Bila dilihat lebih
lanjut, kasus tindak pidana korupsi di Indonesia yang ditangani KPK didominasi oleh perkara
penyuapan (286 kasus) dan pengadaan barang/jasa (155 kasus). Pada kasus-kasus tersebut, tidak
dapat dipungkiri keterlibatan pihak swasta, baik sebagai pemberi suap ataupun pihak penyedia
barang dan jasa. 10

Tentang Fraud
Fraud (penipuan atau kecurangan) merupakan tindakan yang juga berkebalikan dengan
integritas. Fraud didefinisikan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) sebagai11:
“activity that relies on deception in order to achieve a gain. Fraud becomes a crime when it is a
“knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to
act to his or her detriment” (Black’s Law Dictionary). In other words, if you lie in order to deprive
a person or organization of their money or property, you’re committing fraud.”
Penipuan yang dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan atau mengambil hak
atau uang orang lain adalah inti dari fraud, dan ini bertentangan dengan prinsip kejujuran sebagai
komponen utama pembentuk integritas. Lebih lanjut ACFE menjelaskan tentang 3 hal latar
belakang seseorang melakukan fraud, yang disebut sebagai The Fraud Triangle sesuai penjelasan
Dr. Donald Cressey (peneliti dan kriminolog). Tekanan ekonomi, peluang atau kesempatan dan

8 A rti kel T h e Ma r ket fo r L em on s d itu lis ol eh Ge org e A . A ker lo f m em b a h a s mengenai ketidakpastian kualitas dan mekanisme
pasar. Akerlof menggunakan pasar mobil sebagai sebagai ilustrasi fenomena pasar yang terjadi secara tidak efisien. Dalam artikelnya,
akerlof berasumsi bahwa terdapat empat jenis mobil, yaitu ada mobil baru dan mobil bekas, ada mobil kualitas tinggi dan mobil
kualitas rendah yang disebut s e b a g a i lem on . M ob i l b a ru t er d i r i d a r i m ob i l b a g u s d a n mo b i l lem on , b eg i t u p u la
dengan mobil bekas. Informasi mengenai kualitas dari mobil di pasar tidak dimiliki oleh pembeli, penjual lebih mengetahui
mengenai apakah mobil yang dijual kepada p e m b e l i a d a l a h m o b i l b a g u s a t a u l e m o n . K e a d a a n s e p e r t i i n i d i s e b u t
asymmetric i n f o r m a t i o n , d i m a n a p e n j u a l l e b i h u n g g u l d a l a m h a l i n f o r m a s i t e r k a i t k u a l i t a s d ib a n d i n g ka n
d en g a n p em b eli. H a l in i m en y eb a b ka n p a s a r m ob i l b e ka s m em ilik i penilaian lebih rendah daripada pasar mobil baru.
Pembeli tidak dapat membedakan antara mobil bagus dan mobil lemon dalam pasar mobil bekas, mereka menganggap keduanya
sama. Sehingga mobil bagus dan mobil lemon terjual dengan harga yang s a m a d a l a m p a s a r m o b i l b e k a s . P e n j u a l
m e n j a d i e n g g a n u n t u k m e n j u a l m o b i l bagus. Sebagaimana hukum Gresham yang menyatakan bahwa kemungkinan
mobil yang terdapat pada pasar mobil bekas adalah lemon. The "bad" cars tend to drive outthe good. Dikutip dari
https://www.coursehero.com/file/61295234/Akerlofdocx/ diakses pada 25 Mei 2022 pukul 15.00
9 https://acch.kpk.go.id/images/tema/litbang/modul-integritas/Modul-3-Dampak-Sosial-Korupsi.pdf diakses pada 25 Mei 2022 pukul 14.53

State capture corruption adalah tindakan korupsi yang tersistematis, merupakan korupsi yang disebabkan oleh penyalahgunaan kewenangan
pemerintah dalam membuat kebijakan dan undang-undang yang memberikan keuntungan bagi korporasi dan kebijakan tersebut inefisien
bagi masyarakat.
10 Dwi Siska Susanti, Nadia Sarah, Lakso Anindito, Modul 1 Dasar Hukum Korupsi di Sektor Bisnis, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan

Masyarakat KPK, Jakarta, 2016, halaman 22.


11
https://www.acfe.com/fraud-resources/fraud-101-what-is-fraud diakses pada 25 Mei 2022 pukul 11.46
pembenaran adalah tiga hal yang termasuk di dalamnya. Sebuah ulasan yang menggambarkan hal
ini adalah ketika seseorang pelaku fraud dimintai penjelasan tentang alasan melakukan fraud dan
mengapa baru melakukannya saat ini dan tidak sebelumnya, maka jawaban yang disampaikan
bisa jadi satu atau lebih diantara tiga hal, pertama: sebelumnya mereka tidak atau belum
membutuhkan untuk melakukan hal itu sebagaimana saat ini, kedua: ide tersebut belum
terpikirkan sebelumnya dan atau yang ketiga: awalnya aku berpikir ini tidak benar/tidak
terhormat tapi sekarang aku merasa ini hal yang biasa saja dan tidak ada masalah terkait tindakan
ini.

12

Catatan:

Contoh rasionalisasi/pembenaran:

Berdasarkan survei beberapa alasan yang dikemukakan siswa, tentang apa yang mendorong
mereka ingin menyontek, diantaranya adalah : 1. Solidaritas antar teman. 2. Hampir semua teman
menyontek. 3. Tidak siap mengikuti ujian/tes (tidak bisa menjawab). 4. Tidak percaya diri dengan
jawaban sendiri. 5. Malu jika nilainya kecil. 6. Ada kesempatan untuk menyontek 13

Alasan pertama dan kedua merupakan gambaran pembenaran bahwa menyontek merupakan
bagian dari solidaritas dan karena hampir semua teman menyontek, sehingga menyontek
bukanlah hal yang terlarang.

4. MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN INTEGRITAS

12
Dwi Siska Susanti, Nadia Sarah, Lakso Anindito, Modul 1 Dasar Hukum Korupsi di Sektor Bisnis, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat KPK, Jakarta, 2016.
13 Rudi Aswadi, Upaya Menumbuhkan Nilai-Nilai Integritas Di Lingkungan Sekolah Melalui Peranan Kepala Sekolah, Guru, Dan Siswa Dalam

Gerakan Anti Menyontek, dikutip dari http://simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/dikmen_1/RudiAswadi,S.Pd_18112016085905.pdf


diakses pada 2 Juni 2022 pukul 7.58
Setelah kita memahami pentingnya integritas dalam menjalankan bisnis, yang dalam konteks kita
adalah dalam kerangka pemberian jasa, maka tentu merupakan hal penting selanjutnya bagi kita
adalah membangun dan mempertahankan integritas, baik integritas diri namun juga tidak kalah
pentingnya integritas organisasi bisnis. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa korupsi
adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip integritas, maka pencegahan korupsi adalah
bagian dari tindakan untuk memupuk dan mempertahankan integritas. Dalam kaitan ini, UNDP
menyatakan bahwa countering corruption is about changing behaviors, attitudes, and the
structures of accountability, transparency, and integrity14.

Membangun integritas adalah membangun budaya dan perilaku serta sistem yang menganut
nilai-nilai integritas, untuk selanjutnya mempertahankannya. Membangun tentu bukan hal yang
mudah namun merubah suatu organisasi yang telah terbiasa dengan perilaku yang tidak
berintegritas tentu merupakan sebuah tantangan yang tidak mudah. Cara sederhana untuk
membangun integritas di awal berdirinya suatu kantor adalah menggunakan orang-orang yang
telah memiliki nilai integritas dalam dirinya, hanyasaja tentu ini tidaklah sederhana. Dibutuhkan
preferensi yang memadai untuk mengukur tingkat integritas seseorang, disamping belum tentu
yang bersangkutan juga berminat bergabung bersama perusahaan kita.

Berkenaan dengan membangun integritas untuk sebuah organisasi yang telah ada merupakan
opsi yang seringkali dihadapi. Berdasarkan hasil sebuah penelitian15 disimpulkan bahwa metode
pembelajaran terkait dengan integritas yang efektif adalah:

Latihan dalam keseharian 34.78%


Teladan melalui contoh perilaku 29.81%
Arahan perilaku 11.18%
Mengajarkan 10.56%
Pengawasan perilaku 5.59%
Menjelaskan tentang integritas 4.97%
Hadiah dan hukuman 1.86%
Lain 1.24%
Yang kemudian apabila dirangkum menjadi empat teknik utama :
Latihan 50.31%
Memberikan contoh 29.81%
Arahan perilaku 16.77%
Penguatan 3.11%

Latihan menempati posisi pertama hasil kajian tersebut, hal ini berarti bahwa integritas sangat
penting untuk terus dan senantiasa diasah. Pelatihan integritas dapat dilakukan mulai dari
penyampaian pengetahuan sehingga membangun pemahaman, untuk kemudian meningkat
menjadi pelatihan pada tingkatan praktik. Warung integritas merupakan salah satu contoh
pelatihan pada tingkatan praktik sekaligus pengukuran sejauh mana nilai integritas tersebut

14 UN Development Programme, Measuring Corruption and Anti-Corruption, New York, 2015. hlm. 34., dikutip dari Sudirman D. Hurry,
Pencegahan Korupsi melalui pembangunan kompetensi Sosio Kultural (Integritas) PNS, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 17 No.1 – Maret 2020,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia, KemenkumHam, halaman 11 – 24 (https://e-
jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/616/pdf diakses pada 30 Mei 2022)
15Ika Widyarini(1), Kwartarini W. Yuniarti(2), Leo A. Nugraha, Kerangka Konseptual Integritas: Studi Eksplorasi pada Guru-guru Sekolah Dasar di

Yogyakarta, MEDIAPSI 2019, Vol. 5, No. 1, halaman 16-29.


diaplikasikan. Pelaksanaan prinsip kejujuran pada hal-hal kecil seperti menepati jam kerja serta
tidak terlambat masuk kantor juga merupakan bagian dari tindakan melatih diri untuk konsisten
dengan nilai integritas. Kita tidak boleh lupa bahwa hal-hal yang kecil merupakan pondasi dari
sikap yang lebih besar, sebagaimana bangunan setinggi dan sekokoh apapun tidak terlepas dari
kepaduan unsur-unsur yang kecil yang diantaranya adalah semen dan pasir. Demikian juga
integritas organisasi yang kokoh tidak akan mungkin terbangun tanpa sikap dan perilaku
keseharian yang terlihat kecil dari setiap individu yang merupakan unsur dari organisasi tersebut.

Memberikan contoh merupakan hal kedua terpenting yang dapat membangun integritas
berdasarkan hasil penelitian tersebut. Pemberian contoh tentunya lekat dengan unsur
kepemimpinan dalam organisasi dan walk the talk merupakan jargon yang sangat relevan.
Kepemimpinan yang kuat yang konsisten dalam menjalankan prinsip dan nilai integritas, dimana
pemimpin yang menerapkan secara konsisten apa yang menjadi arahannya akan menanamkan
kepercayaan yang kuat terhadap pegawai dan atau bawahan sehingga terbangun kewibawaan.
Dengan kewibawaan ini maka setiap perintah dan pernyataan yang disampaikan akan mampu
memberikan pengaruh pada pegawai yang dipimpinnya. Pengaruh ini sangat penting untuk
menggerakkan pegawai untuk menuju ke arah yang ditentukan.

Contoh kepemimpinan dalam menerapkan integritas16:

Surat Tilang untuk Sultan

Kala itu, pertengahan 1960-an. Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengendarai sendiri mobilnya ke
luar kota, tepatnya ke Pekalongan. Entah mengapa, Sri Sultan saat itu melakukan kesalahan. Dia
melanggar rambu lalu lintas. Malang bagi Sri Sultan, seorang polisi yang tengah berjaga
memergokinya. Tak ayal, priiiit... Polisi itu pun menghentikan mobil Sri Sultan. “Selamat pagi!”
ucap Brigadir Royadin, polisi itu, sambil memberi hormat dengan sikap sempurna. “Boleh
ditunjukkan rebewes (suratsurat [sic!] kelengkapan kendaraan berikut surat izin mengemudi).” Sri
Sultan tersenyum dan memenuhi permintaan sang polisi. Saat itulah sang polisi baru tahu bahwa
orang yang ditindaknya adalah Sri Sultan. Brigadir Royadin gugup bukan main. Namun, dia segera
mencoba memperbaiki sikap demi wibawanya sebagai polisi. Bapak melanggar verbodden. Tidak
boleh lewat sini. Ini satu arah!” kata dia. “Benar... Saya yang salah,” jawab Sri Sultan. Ketika
melihat keragu-raguan di wajah Brigadir Royadin, beliau berkata, “Buatkan saja saya surat tilang.”
Singkat cerita, sang polisi pun melakukan tilang kepada Sri Sultan. Tak ada sikap mentang-
mentang berkuasa yang diperlihatkan Sri Sultan pada saat itu. Bahkan, tak lama kemudian, dia
meminta Brigadir Royadin bertugas di Yogyakarta dan menaikkan pangkatnya satu tingkat.
Alasannya, Royadin dianggap sebagai polisi yang berani dan tegas.

Fasilitas Bukan Milik Pribadi

Sangat berhati-hati dan cermat sudah menjadi kebiasaan Baharuddin Lopa17. Bagi dia, tak ada
urusan sepele. Tak terkecuali soal bensin di mobil yang dipakainya. Suatu ketika, sebagai Kepala
Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Lopa mengadakan kunjungan ke sebuah kabupaten di wilayah

16
Kedeputian Bidang Pencegahan, Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi, Orange Juice for
Integrity, Belajar Integritas dari Tokoh Bangsa, 2014.
17
Pernah menjabat sebagai Jaksa Agung dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia pada masa pemerintahan Presiden Abdurrrahman
Wahid.
kerjanya. Dalam perjalanan pulang, Lopa tiba-tiba menyuruh ajudannya menghentikan mobil.
Lopa bertanya kepada sang ajudan, “Siapa yang mengisi bensin?” Si ajudan pun dengan jujur
menjawab, “Pak Jaksa, Pak!” Mendengar itu, Lopa menyuruh ajudannya memutar mobil, kembali
ke kantor sang jaksa yang mengisikan bensin ke mobil itu. Tiba di sana, Lopa meminta sang jaksa
menyedot kembali bensin sesuai dengan jumlah yang diisikannya. “Saya punya uang jalan untuk
beli bensin, dan itu harus saya pakai,” seloroh Lopa. Kecurigaan Lopa berawal saat jarum penunjuk
di meteran bahan bakar mendekati “F”. Padahal, seingat dia, saat tiba di tujuan, jarum penunjuk
justru mendekati “E”. Dari situlah, ia mengetahui ada orang yang telah mengisikan bensin ke
mobilnya.

Setelah pemimpin memberikan contoh, maka hal keempat yang penting untuk dilakukan adalah
memberikan arahan terkait dengan penerapan integritas. Arahan ini dapat disampaikan pada
kesempatan pertemuan langsung, maupun arahan tertulis hingga dalam bentuk peraturan
internal. Arahan adalah batas yang dapat menjadi pemandu setiap perilaku pegawai dalam
organisasi. Pengungkapan batas yang jelas dan spesifik dapat menghindarkan kesalahpahaman
yang dapat mengarahkan pada tindakan yang tidak konsisten oleh pegawai.

Penguatan menjadi hal terakhir yang dapat diaplikasikan untuk membangun dan
mempertahankan integritas. Konsistensi penerapan reward and punishment dapat dilaksanakan
setelah ditetapkan dan disosialisasikannya ketentuan dan peraturan terkait integritas.
Penggunaan pakta integritas merupakan penguatan dan penekanan yang seringkali digunakan
saat ini, baik diterapkan pada setiap penugasan maupun ditandantangani di awal pegawai
bekerja. Komitmen ini penting untuk memberikan penekanan bahwa penerapan integritas dalam
organisasi benar-benar dilakukan dan demikian juga akibat dari setiap tindakan yang tidak
berintegritas dipahami dan dapat diterima sebagai konsekuensi dari penandatanganan dokumen
tersebut.

Mempertahankan integritas

Mempertahankan integritas adalah sama pentingnya dengan membangun integritas.


Mempertahankan disini adalah memelihara integritas organisasi melalui pemeliharan terhadap
penerapan nilai integritas oleh setiap unsur pegawai organisasi. Setiap tindakan yang disampaikan
sebelumnya yaitu pelatihan, pemberian contoh, pemberian arahan dan penguatan, merupakan
tindakan yang juga dapat mempertahankan integritas. Kepemimpinan memang memegang
peranan yang sangat penting, namun setiap unsur dari organisasi memiliki peran masing-masing
untuk mengaplikasikan arahan secara konsisten.

Mempertahankan integritas dalam konteks swasta tentunya, secara mudah dapat diartikan
sebagai mempertahankan eksistensi bisnis yang telah tercapai dan membuka peluang untuk
dapat meningkatkannya di kemudian hari. Dalam sudut pandang yang lebih sederhana, bagi
seorang pegawai mempertahankan nilai integritas adalah mempertahankan pekerjaan dan
pencapaian yang telah diraih. Adanya kejadian-kejadian yang cukup berat dalam menjalankan
usaha sebagaimana hambatan dalam menjalankan bisnis tentu hal yang wajar, namun ketika ini
terkait dengan isu integritas maka permasalahan bisa jadi berbeda.

Mengakui adanya cacat produk yang dipasarkan dan mengganti dengan produk yang berkualitas,
transparan dalam memberikan informasi keterbatasan kapasitas atau kompetensi dalam
pemberian jasa kepada klien sehingga menolak pekerjaan yang akan diberikan jika tidak sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki, dan mengalihkan klien kepada perusahaan lain yang memiliki
kompetensi dalam memberikan jasa, merupakan contoh-contoh dari praktek mempertahankan
integritas dalam dunia usaha. Kembali perlu ditekankan bahwa praktek integritas sangat mungkin
akan mengorbankan keuntungan yang akan diperoleh pada saat tertentu, namun secara jangka
panjang tindakan ini akan memberikan dampak positif yang berkelanjutan.

Contoh mempertahankan integritas

Pembunuhan Tylenol Chicago18

Pada tanggal 30 September 1982, Johnson & Johnson mengumumkan adanya empat korban
tewas setelah mengkonsumsi kapsul Tylenol yang telah dicampur dengan sianida. Korban
tersebut bernama Mary Kellerman, seorang anak berusia dua belas tahun dari Illinois disusul oleh
Adam Janus yang meninggal tak berselang lama denganya. Kakak Adam yang bernama Stanley
dan istrinya, Theressa yang meninggal setelah mengurus pemakaman Adam dan mengkonsumsi
obat yang sama, dan dua hari kemudian, terdapat tiga korban lainya, Mary McFarland dari
Elmhurst,Illinois, Paula Prince dari Chicago, dan Mary Reiner dari Winfield yang juga tewas dengan
sebab yang sama. Investigasi lebih lanjut dengan cepat menemukan hubungan antara produk
yang saat itu merupakan produk kesehatan terlaris dengan kematian tujuh korban ini.[butuh
rujukan] Polisi dengan cepat memberikan peringatan darurat menggunakan Loudspeaker dan
berkendara mengelilingi kota Chicago.

Kemasan botol produk yang berasal dari pabrik yang berbeda-beda dan korban tewas yang
semuanya berasal dari daerah Chicago menimbulkan kemungkinan bahwa terjadi sabotase dalam
kejadian ini. Tersangka diduga pergi dan memasuki berbagai supermarket dan Apotik dalam
kurun waktu seminggu, membeli kemudian merusak kemasan produk kemudian memasukan
sianida kedalamnya kemudian mengganti lagi kemasan tersebut dengan kemasan yang baru. Pada
tanggal 5 Oktober 1982, pihak Johnson & Johnson menarik seluruh produk Tylenol dari pasaran
dan menghentikan produksi di seluruh pabrik mereka dengan perkiraan 31 juta produk dan
kerugian sebesar US$ 100.000.000. Perusahaan juga mengeluarkan iklan di media massa agar
masyarakat tidak membeli lagi semua produk mereka yang mengandung Parasetamol. Ketika
sudah terbukti hanya Tylenol berbentuk tablet saja yang mengandung racun, perusahaan
menawarkan pergantian Tylenol yang telah dibeli konsumen dengan produk yang sama berbentuk
tablet padat.

Tylenol bukan hanya obat biasa. Pada era 1970 produk ini merupakan produk dengan penjualan
terbesar (mengalahkan pasta gigi procter & gamble yang telah mendominasi selama delapan
belas tahun). Dengan pendapatan tahunan mencapai US$1,2 billiun, produk ini menguasai 37
persen pasar Amerika.Insiden ini mengakibatkan produk kehilangan 30 persen pasar mereka dan
hanya butuh waktu enam bulan bagi kapsul ini untuk bangkit kembali dan berhasil meraih
kepercayaan konsumen setia mereka.

Berbagai media memberikan respon positif bagi Johnson & Johnson, terutama karena
penanganan krisis yang baik dan tepat. Sebagai contoh, The Washington Post berkata "Johnson &

18
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Tylenol_Chicago diakses pada 17 Juni 2022 pukul 15.06
Johnson telah berhasil memberikan penanganan ketika perusahaan besar menghadapi bencana,"
pada artikel selanjutnya, "Ini (Tylenol) merupakan kasus yang direspon tiga langkah lebih baik
daripada yang seharusnya dilakukan" dan memuji perusahaan karena bersikap jujur dan terbuka
pada masyarakat.

Pemimpin Johnson & Johnson saat itu, James Burke mempelopori usaha untuk kembali
memenangkan kepercayaan masyarakat(Inggris):

- Selain memerintahkan untuk menarik kembali semua produk, Burke juga selalu konsisten
berada di media, mengadakan news conferense dan masuk ke dalam program seperti 60
Minutes dan Donahue. Selain itu, jurnalis juga diberikan video termasuk pengarahan yang
dilakukan perusahaan dan footage yang menunjukkan bagaimana proses pembuatan Tylenol.
- Pemberitaan internal perusahaan juga menyediakan video tindak lanjut. versi dalam video ini
juga menceritakan proses bagaimana Tylenol masuk ke tingkat pengecer dan grosir.
- 800 saluran telepon dibuat agar konsumen dapat bertanya kepada perusahaan mengenai
kasus yang terjadi dan produk baru mereka.
- Perusahaan mengakui kesalahan mereka dihadapan hukum dan menindak lanjuti investigasi
tersangka dengan menawarkan US$ 100.000 sebagai imbalan bagi yang berhasil menemukan
dan menangkap pelaku.
- Dalam kurun waktu lima minggu, perusahaan meluncurkan Tylenol dengan kemasan baru,
memasukkan produk kembali ke rak-rak toko dengan kemasan yang tiga kali lebih baik dari
sebelumnya.
- Perusahaan memasarkan Tylenol versi baru ini dengan agresif, seperti memberi delapan juta
kupon untuk setiap pembelian US$2.5 produk Tylenol apapun, dan meluncurkan iklan layanan
masyarakat berisi testimoni konsumen yang tetap setia dengan Tylenol.

Catatan:

Kisah tersebut merupakan contoh baik, dimana ketika menemukan adanya hal yang merusak citra
dan kepercayaan publik, maka pebisnis harus segera mengambil langkah dan tindakan yang
bertanggungjawab meski mengorbankan biaya besar sehingga dapat tetap memegang
kepercayaan public terhadap perusahaannya. Komentar yang dikutip dari The Washington Post
menggambarkan dampak dari respon positif yang sangat cepat untuk dapat kembali meraih public
trust. Upaya-upaya yang dilakukan memberikan contoh yang positif. Keberadaan perusahaan
Johnson & Johnson hingga hari ini membuktikan bahwa integritas yang dipertahakan meski sangat
berat dalam jangka pendek, namun akan memberikan dampak jangka panjang yang sangat positif
dalam konteks keberlanjutan bisnis. Demikian juga isu-isu integritas dalam profesi aktuaris
maupun profesi keuangan secara umum, selayaknya setiap pihak yang terdampak segera
mengambil langkah-langkah penyelamatan yang efektif dan segera serta dilakukan secara
transparan sehingga kepercayaan publik terhadap profesi dapat kembali diraih. Hal ini juga
merupakan langkah preventif untuk menghindari munculnya bom waktu dari permasalahan
internal yang tidak segera ditangani. Dukungan positif dan konstruktif perlu diberikan kepada
perangkat organisasi sehingga memiliki legitimasi yang kuat namun tidak hanya secara formal.
Bagi oknum-oknum yang terlibat, melakukan tindakan perbaikan dengan mengikuti arahan
regulasi serta ketentuan merupakan bagian dari tanggungjawab untuk menjaga bisnis yang
dijalankan dapat berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Aswadi, R. Upaya Menumbuhkan Nilai-Nilai Integritas Di Lingkungan Sekolah Melalui Peranan Kepala
Sekolah, Guru, Dan Siswa Dalam Gerakan Anti Menyontek, dikutip dari
http://simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/dikmen_1/RudiAswadi,S.Pd_18112016085905.pdf
diakses pada 2 Juni 2022 pukul 7.58

Endro, Gunardi. 2017. Menyelisik Makna Integritas dan Pertentangannya dengan Korupsi, Jurnal
Integritas Vol. 3 No.1.

Hurry, Sudirman D. 2020. Pencegahan Korupsi melalui pembangunan kompetensi Sosio Kultural
(Integritas) PNS. Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 17 No.1, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hukum dan Hak Asasi Manusia, KemenkumHam. Diakses dari: https://e-
jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/viewFile/616/pdf pada 30 Mei 2022.

Marbun, AN. 2017. Suap di Sektor Privat, Dapatkah Dijerat, Jurnal Integritas Vol. 3 No.1. MaPPI Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.

Susanti dkk. 2016. Modul 1 Dasar Hukum Korupsi di Sektor Bisnis. Jakarta. Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat KPK diakses dari https://aclc.kpk.go.id/materi-
pembelajaran/pendidikan/infografis/pengertian-integritas diakses pada 19 Mei 2022 pukul 14.04

United Nation Convention Againts Corruption atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi
2003, yang diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 2006 tentang Pengensahan
United Nations Convention Againts Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi,
2003)

Widyarini dkk. Kerangka Konseptual Integritas: Studi Eksplorasi pada Guru-guru Sekolah Dasar di
Yogyakarta, MEDIAPSI 2019, Vol. 5 No. 1 Kedeputian Bidang Pencegahan, Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi, Orange Juice for Integrity, Belajar Integritas dari
Tokoh Bangsa, 2014.

https://www.coursehero.com/file/61295234/Akerlofdocx/ diakses pada 25 Mei 2022 pukul 15.00

https://acch.kpk.go.id/images/tema/litbang/modul-integritas/Modul-3-Dampak-Sosial-Korupsi.pdf
diakses pada 25 Mei 2022 pukul 14.53

https://www.acfe.com/fraud-resources/fraud-101-what-is-fraud diakses pada 25 Mei 2022 pukul 11.46

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Tylenol_Chicago diakses pada 17 Juni 2022 pukul 15.06

Anda mungkin juga menyukai