§ Bagaimana mencatat ?
§ Penjualan
§ Pembayaran gaji
§ Pembayaran sewa
§ Bagaimana pengungkapan ?
2. Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di masa yang
akan datang.
3. Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan (mulai dari
penialian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat menyajikannya
di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.
LABA RUGI
NERACA
§ Penerimaan pendapatan tidak memperhatikan pajak yang telah dipotong pihak lain
§ KUP, Banding
§ Pajak Penghasilan
§ Pajak Daerah
Profesi Perpajakan>>>
§ Bagian Perpajakan dalam Perusahaan à administrasi pajak
§ Konsultan Pajak :
- Advice aspek pajak dalam bidang tertentu (kombinasi bisnis, transaksi internasional)
§ Pajak Lainnya
§ Pajak Daerah
§ Bea Materai
§ Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di Neraca à utang
pajak / pajak dibayar dimuka
§ Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
§ PPN à pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
§ Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai utang atau pajak
dibayar dimuka
§ Pajak Lainnya
§ Pajak Daerah
§ Bea Materai
· PPh pasal 22
· PPh pasal 23
· PPh pasal 25
Pajak atas penghasilan perusahaan yang diperhitungkan setiap akhir tahun pajak
· PPh pasal 29
§ Pajak final : sering tidak dimasukkan dalam pencatatan sehingga akan dicatat
pendapatan sebesar nilai setelah pajak ,Misal untuk pendapatan bunga deposito sering
langsung dimasukkan setelah pajak
§ Pajak tidak final : pajak yang dibayar dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka
Pajak Lain
§ PBB : pajak bumi dan bangunan dikenakan atas bumi dan bangunan dibayar setiap
tahun.
§ BPHTB : bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dikenakan pada pembeli saat
melakukan pengalihan hak.
§ Pajak lain ini akan dicatat sebagai beban pada saat terjadinya. Untuk BPHTB akan
dicatat menambah harga perolehan dari tanah dan bangunan yang dibeli
§ Pajak à Penghasilan Kena Pajak besar akan menyebabkan pajak yang harus dibayarkan
besar.
§ Akuntansi : Laba sebelum pajak besar akan menyebabkan laba yang dilaporkan besar
§ Trade off ini akan semakin kecil untuk perusahaan terbuka, karena kepentingan
pemegang saham menginginkan laba yang tinggi à sehingga pajak tidak dapat
dikecilkan.
Penghasilan >>> Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun
§ Pajak final
§ Perbedaan Temporer
§ Perbedaan permanen
• Sumbangan
• Hibah
§ pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui
pada laporan posisi keuangan entitas.
§ transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas.
§ Pernyataan ini juga mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari
sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut.
DEFINISI
§ Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya:
§ (c) akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan.
§ Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode.
§ Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.
§ Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama
satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak
atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
§ Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena
pajak (rugi pajak) untuk satu periode.
Pajak yang dibayar dimuka >>> adalah Pajak yang dipotong/dipungut oleh pihak
ketiga atau yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan yang akan diperhitungkan
sebagai kredit pengurang pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau di akhir
bulan (untuk PPN) seprti PPh 22, 23, 25 dan PPN.
Pajak yang terutang >>> adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.
2
Laporan keuangan komersial ini pada dasarnya ditujukan untuk internal perusahaan dan
para pemegang saham. Yang mana laporan keuangan komersial lebih bersifat sebagai
acuan untuk mengambil langkah kedepan bagi manajemen perusahaan serta untuk
melihat kinerja perusahaan dalam tahun yang telah berjalan.
Proses Laporan Keuangan Fiskal
Laporan keuangan fiskal adalah Laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak.
PERBEDAAN
Pembukuan dan Pencatatan
Pembukuan
Pencatatan
Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto
atau penjualan bruto dari usahanya dan penerimaan penghasilan lainnya dari luar usaha
dengan tujuan mempermudah perhitungan Penghasilan Kena Pajak serta
mempermudah perhitungan PPN dan PPnBM. Apabila wajib pajak dalam
memperhitungkan pajak penghasilan dengan menggunakan pencatatan, maka
penghasilan neto ditentukan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah persentase tertentu dari peredaran atau
penghasilan bruto usaha atau pekerjaan bebas yang merupakan standar umum
besarnya pengasilan neto yang dianggap normal atau wajar yang dibuat dan
disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
· Wajib Pajak Orang Pribadi, yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, maka tidak perlu menyelenggarakan pembukuan.
· Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang berdasarkan ketentuan Pasal 14 UU PPh diperbolehkan menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, yaitu Wajib Pajak
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran
bruto-nya dalam 1 tahun kurang dari 4,8 miliar rupiah, maka Anda tidak wajib
menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan.
· Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran bruto-nya dalam 1 tahun lebih dari 4,8 miliar rupiah, maka wajib
menyelenggarakan pembukuan.
3
PENGUKURAN ASSET
Pengeluaran yang didak boleh dibebankan Sekaligus Pasal 9 Ayat (2) UU PPh
• Pengalihan selain dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada
lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam
garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
sesuai ketentuan Menkeu.
Berlaku nilai sesuai nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang
ditetapkan Dirjen Pajak, untuk:
• Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga
yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial sesuai
ketentuan Menkeu.
• Warisan.
PSAK 60. 16 Revisi 2007 menyatakan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan
tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaatlebih dari satu tahun.
Tarif Penyusutan dan Amortisasi Pasal 11 Ayat (6), dan (7); serta Pasal 11A Ayat (2) UU
PPh
Yang bersangkutan.
- Penyusutan tidak boleh dilakukan atas aset yang tidak dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Atas aset ini, keuntungan
pengalihannya merupakan objek pajak, akan tetapi kerugian pengalihannya tidak
dapat dibebankan sebagai biaya.
- Atas aset yang dilakukan revaluasi, maka paska revaluasi dilakukan perubahan
beban penyusutan sesuai dengan nilah hasil revaluasi.
- Penyusutan aset bagi sektor industri tertentu dapat dikenai ketentuan berbeda, di
antaranya dapat diberikan fasilitas percepatan pengakuan beban penyusutan, diatur
oleh ketentuan Menkeu.
Ada tiga klasifikasi tarif yang berlaku bagi badan usaha yang penghasilan brutonya berbeda-
beda. Pertama adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (peredaran brutonya) di
bawah Rp4.8 Miliar.
Kedua adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto atau (peredaran brutonya) di atas
Rp4.8 Miliar dan kurang dari Rp50 Miliar.
Ketiga adalah bagi badan usaha yang penghasilan bruto (gross income-nya) lebih dari Rp50
Miliar.
Bila peredaran bruto (omzet) atau 'gross income' usaha Anda di bawah Rp4.8 Miliar, maka
tarif pajaknya adalah 0,5% dari Jumlah Peredaran Bruto (omzet). (Jumlah seluruh total
penjualan / pendapatan sebelum dikurangi biaya/beban X 0,5%). Tarif ini mulai
diberlakukan per 1 Juli 2018.
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.
50.000.000.000,- (lima puluh milyar) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% (lima puluh persen) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta rupiah).
Bila 'gross income' di atas Rp50 Miliar, maka tarif pajaknya adalah 25% dari Penghasilan
Kena Pajak. (Penghasilan Kena Pajak = Pendapatan/Penjualan – Biaya/Beban Operasional
dikoreksi fiskal +/-).
Contoh Soal
SOAL ILUSTRASI :
PT. Universal merupakan unit BUT yang dimiliki oleh suatu perusahaan asing yang
bergerak di bidang manufaktur barang – barang kerajinan. Di tahun 2012, PT. Universal
mencatatkan peredaran bruto sebesar Rp 25.000.000.000,00 serta total biaya operasi dan
non operasi sesuai laporan finansial sebesar Rp 16.500.000.000,00. Atas pemeriksaan
ulang, nilai tersebut perlu mendapatkan koreksi fiskal positif senilai Rp 500.000.000,00.
Jika penghasilan BUT seluruhnya dikirimkan kepada perusahaan induk, berapakah PPh 26
yang seharusnya dipotong terhadap penghasilan PT. Universal? Bagaimana PT. Universal
melakukan penjurnalan?
Jawaban :
= Rp 1.728.000.000
PPh 26 atas penghasilan setelah pajak (Jika Perusahaan Asing dan tidak ada P3B-
Perjanjian penghindaran pajak berganda antar Negara)
= Rp 1.800.000.000,-
Jurnal
a) Tuan Andi merupakan direktur PT XYZ dan Tuan Banu merupakan pegawai PT
XYZ. Dalam hal ini, antara PT XYZ dengan Tuan Andi dan/atau Tuan Banu terdapat
hubungan pekerjaan langsung. Jika Tuan Andi dan/atau Tuan Banu menerima bantuan
atau sumbangan dari PT XYZ atau sebaliknya, maka bantuan atau sumbangan tersebut
merupakan objek Pajak Penghasilan bagi yang menerima karena antara PT XYZ dengan
Tuan Andi dan/atau Tuan Banu mempunyai hubungan pekerjaan langsung.
a) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak
atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.
Misalnya, PT A mempunyai 50% (lima puluh persen) saham PT B. Pemilikan saham oleh
PT A merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya, apabila PT B mempunyai 50% (lima
puluh persen) saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsung
mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25% (dua puluh lima persen). Dalam hal
demikian, antara PT A, PT B, dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Apabila PT
A juga memiliki 25% (dua puluh lima persen) saham PT D, antara PT B, PT C, dan PT D
dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan seperti di atas dapat
juga terjadi antara orang pribadi dan badan.
Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) adalah
jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat
hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
Contoh kasus
Nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar‐menukar harta adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Contoh kasus
Sehingga harga perolehan Mobil merk Cayla dan Mobil merk Toyota dari pertukaran
tersebut adalah sebesar harga pasarnya, yaitu Rp150.000.000,-
Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah
jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan
Contoh kasus
PPH PASAL 21
Landasan Hukum:
Pasal 21 UU PPh
Pengantar
Pada PPh pasal 21 ini menggunakan istilah pemotongan. Istilah pemotongan
digunakan untuk menunjukkan objek yang dikenakan pemotongan yaitu penghasilan
brutto yang dibayar oleh pemberi kerja, karena adanya aliran penghasilan, sehingga
penghasilan yang diterima pekerja tidak utuh, tetapi setelah dipotong PPh pasal 21.
Definisi
Pajak yang dikenakan terhadap WP orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang
terkait dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Pegawai.
Penerima uang pesangon, pensiun/ uang manfaat pensiun, THT/ JHT, berikut ahli
waris.
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan atas pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dan peserta kegiatan.
Objek Pajak
- Jika WP menyampaikan SPT lebih bayar, maka SPT disampaikan maksimal 3 tahun
setelah berakhirnya tahun pajak bersangkutan.
- Jika SPT disampaikan melewati 3 tahun sesudah berakhirnya tahun pajak dan WP telah
ditegur secara tertulis, maka pelaporan tidak dianggap sebagai SPT PPh
Lapisan Tarif
Elemen PTKP
- Jumlah komitmen pada pihak lain =diakui sebagai utang misal pajak, iuran pensiun,
asuransi
Ilustrasi Soal
SOAL ILUSTRASI
PT. Sudan membayarkan gaji bruto sebesar Rp 5.000.000,00, dengan iuran pensiun
sebesar Rp 65.000,00 dan PPh 21 sebesar Rp 42.250,00. Bagaimanakah
PT. Sudan melakukan penjurnalan jika:
PENJURNALAN :
Kas 4.957.750
Kas 4.957.750
Kas 4.892.750
Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, adalah Negara
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya
menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).
· Dividen
Friedrich merupakan seorang seorang pengusaha yang memiliki kegiatan bisnis di Asia
Timur melalui pemberian dana pinjaman berbunga rendah. Selama 2012, Friedrich telah
meminjamkan dana dengan rata – rata pokok pinjaman tertimbang sebesar $ 2.000.000
dan tingkat bunga rata – rata 6,5% Kurs KMK ditetapkan konstan sepanjang tahun pada
tingkat Rp 9.100,00/ $. Berapakah total beban PPh 26 yang seharusnya dipotong oleh
para debitur Friedrich? Bagaimana penjurnalan oleh debitur?
Jawaban :
= Rp 236.600.000,00
Jurnal
SOAL ILUSTRASI :
Jawaban :
= Rp 40.672.500
• Penghasilan atas penjualan harta, selain yang diatur oleh Pasal 4 Ayat (2).
• Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri.
• Penghasilan atas penjualan saham perusahaan antara di tax haven country yang
berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia.
OAL ILUSTRASI :
Fai Su Chen merupakan warga negara China yang memiliki HAKI yang diakui di dunia.
Sebuah perusahaan di Indonesia memanfaatkan HAKI Fai Su Chen dan membayarkan
royalti sebesar Rp 115.000.000,00 setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia dan China
terikat P3B dengan ketentuan atas royalti dipungut pajaknya oleh Pemerintah Indonesia
dengan tarif 10%. Bagaimanakah perusahaan tersebut melakukan penjurnalan?
Jawaban :
= 11.500.000
Kas 103.500.000
6
Pajak Penghasilan 23
PPh 23 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan dari penyerahan jasa, atau
hadiah dan penghargaan , Bab ini akan menjelaskan tentang PPh Pasal 23 dengan
menggunakan dasar aturan Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan. PPh 23 pada
umumnya bukan berkaitan dengan hubungan majikan dan pekerja tetapi kepada
penghasilan yang berasal dari harta berwujud atau tidak berwujud, dana simpanan atau
modal, dan pemberian jasa profesi.
Penerima penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh 23 adalah orang pribadi atau
badan. Dalam halnya subjek pajak dalam negeri . Penerima penghasilan yang dikenakan
pemotongan PPh Pasal 23 harus subjek pajak dalam negeri.
Tarif Pajak
15% dari jumlah bruto atas:
o Dividen (Bagian Laba yang diperoleh pemegang saham atas modal atau
penyertaan yang dimilikinya)
o Bunga (termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian hutang)
o Royalti (suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau
perhitungan apapun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak, sebagai
imbalan atas : Penggunaan hak cipta, hak menggunakan peralatan
industri, Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal,
industrial , dsb.
o Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang dipotong PPh 21
huruf (e).
2% dari jumlah bruto (sebelum PPN) atas:
o Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
yang dikenai PPh pasal 4 ayat (2).
o Imbalan jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan, katering dan jasa
lain selain yang dipotong PPh 21.
Bagi yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 100% lebih tinggi.
Soal Ilustrasi
Membayar sewa sebesar 100.000.000 dikenakan pajak PPh 23 sebesar 2%.
Penjurnalan>>>
Pemotong
Kas 98.000.000
Jawaban:
Klien
Kas 34.300.000
Aktivitas Impor
o Bank Devisa
o Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Jawaban :
Penjualan 200.000.000
Persediaan 115.000.000
Sanksi Tarif
Bagi WP yang tidak memiliki NPWP, tarif lebih tinggi 100% untuk PPh 22 tidak
final.
- Kegiatan Impor
o Saat pembayaran.
o Saat penjualan.
- Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tidak terutang PPh.
- Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/ atau PPN.
- Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata – nyata dimaksudkan untuk diekspor
kembali.
Impor kembali, yang meliputi barang – barang yang diimpor kembali dalam kualitas
yang sama atau barang yang telah diekspor untuk perbaikan,
- pengerjaan dan pengujian yang memenuhi syarat yang ditentutakn Ditjen Bea dan
Cukai.
Objek Dikecualikan dari Pemungutan (2)
- Pembayaran atas pengadaan barang bagi institusi pemerintah jika berjumlah maksimal
Rp 2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran terpecah-pecah; atau jika ditujukan
untuk pembelian BBM, listrik, gas, pelumas, air minum/ PDAM, dan benda pos.
- Pembayaran untuk pembelian gabah dan/ atau beras oleh Perum Bulog.
- Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas
yang ditujukan untuk ekspor.
Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak terutang PPh.
Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan perhiasan untuk diimpor.
Pelaksanaan pengecualian dari pemungutan PPh 22 dilakukan oleh Ditjen Bea dan Cukai,
dengan tata cara yang diatur oleh Dirjen Bea dan Cukai dan/ atau Ditjen Pajak.
SOAL ILUSTRASI>>>
Penjurnalan>>>
Kas 2.004.500.000
Penjualan 2.000.000.000
Persediaan 2.000.000.000
Pada prinsipnya PPh dikenakan atas penghasilan yang diterima Wajib pajak Dalam
Negeri yang berasal dari berbagai sumber dan jenis penghasilan. Maka, Wajib Pajak
dalam negeri terutang pajak atas penghasilan kena pajak yang berasal dari seluruh
penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Luar Negeri.
Dengan digabungkannya seluruh penghasilan untuk menentukan PPh terutang, maka
PPh yang dipotong atau dipungut atas penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri di luar
negeri atau disetor oleh wajib pajak dalam negeri di luar negeri tentunya dapat
dikurangkan sebagai kredit pajak. Tetapi meskipun semua jenis dan sumber
pengahasilan harus digabung untuk menentukan PPh terutang, PPh yang dipotong atau
dipungut di luar negeri atas penghasilan yang diterima Wajib Pajak dalam Negeri atau
PPh yang disetor sendiri oleh WP Dalam Negeri di Luar Negeri, tidak Otomatis semua
PPh tersebut dapat dikreditkan.
Prosedur Permohonan
Permohonan disampaikan kepada Dirjen Pajak ketika penyerahan SPT PPh dengan
melampirkan :
- Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak (Tax Return) yang disampaikan di luar negeri.
Ketentuan Pengkreditan
Pajak yang boleh dikreditkan hanya pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh WP.
Penentuan nilai batas maksimum kredit pajak dapat dilakukan tanpa harus melakukan
penghitungan menyeluruh berdasarkan peraturan sebagai berikut :
a. Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri > dalam negeri, maka besaran
Nilai Pajak Dikreditkan
b. Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri < dalam negeri; atau jika tengah
mengalami rugi fiskal dalam negeri maka besaran
c. Nilai Pajak Dikreditkan = Beban Pajak yang Telah Dipotong di Luar Negeri
Catatan :
PKP dapat bernilai sama dengan penghasilan netto bagi WP badan, namun tidak
bagi OP.
Nilai pajak dikreditkan tidak dapat melebihi beban pajak sesuai pasal 17
-Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, sewa.
Penghasilan BUT.
· Penghasilan dari pengalihan hak penambangan atau tanda pemberian modal kepada
perusahaan penambangan.
. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT.
- Negara tempat BUT.
a. Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri > dalam negeri, maka besaran Nilai
Pajak Dikreditkan
b. Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri < dalam negeri; atau jika tengah
mengalami rugi fiskal dalam negeri maka besaran
c. Nilai Pajak Dikreditkan = Beban Pajak yang Telah Dipotong di Luar Negeri
Catatan :
PKP dapat bernilai sama dengan penghasilan netto bagi WP badan, namun tidak
bagi OP.
Nilai pajak dikreditkan tidak dapat melebihi beban pajak sesuai pasal 17.
PT. KARJAM memperoleh penghasilan netto selama tahun 2011 dari dalam dan luar
negeri sebagai berikut:
Jika diketahui bahwa tarif pajak di luar negeri adalah sebesar 20%, maka berapakah nilai
batas maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan
dilakukan saat penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan pajak
penghasilan akhir tahun ?
Jawaban :
= Rp 1.625.000.000
= Rp. 1.000.000.000
= Rp 500.000.000,-
Kas 2.000.000.000 D
Defenisi PPh 25
Pajak Penghasilan Pasal 25, selanjutnya disingkat PPh 25, merupakan angsuran pajak
penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan. Pembayaran Angsuran
Pajak setiap bulan tersebut dimaksudkan untuk meringankan beban wajib pajak dalam
membayar pajak terhutang.
Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akir tahun pajak yang dilaporkan
dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh).
Definisi
Angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan pada tahun
berjalan.
Angsuran PPh 25 dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak terutang atas seluruh
penghasilan WP di akhir tahun pajak yang diaporkan dalam SPT Tahunan
PPh. Merupakan salah satu penentu nilai pajak kurang (lebih) bayar.
Cara Perhitungan
Cara Penghitungan
Contoh Jurnal
Secara Garis Besar :
§ Perusahaan setiap bulan harus mengangsur pajak.
§ Angsuran diperhitungkan dari pajak tahun sebelumnya (untuk perusahaan baru ada
cara perhitungan sendiri)
§ Angsuran pajak pada periode berjalan dicatat sebagai pembayaran pajak dimuka.
Contoh Penjurnalan :
Soal Ilustrasi
Fa. Ekakarma senantiasa melaporkan SPT pada pertengahan Maret setiap tahun dan
melakukan pembayaran angsuran PPh 25 berdasar pelaporan tersebut. Di bulan
Desember tahun lalu Fa. Ekakarma membayarkan angsuran pajak sebesar
Rp 20.000.000,00, sedangkan berdasar SPT tahun ini Fa. Ekakarma akan membayarkan
angsuran sebesar Rp 15.750.000,00 per bulan. Bagaimanakah Fa. Ekakarma melakukan
penjurnalan di setiap bulannya, dengan menggunakan pendekatan pembebanan akhir
tahun atau pendekatan pembebanan langsung?
Bulan Maret-Desember
Bulan Maret-Desember
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
4. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
5. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atau Tidak Berwujud dan Ekspor Jasa Kena
Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Nah tarif PPN ini penting untuk diketahui supaya Anda sebagai pengusaha dapat
mengenakan PPN kepada konsumen dengan jumlah yang tepat. Berdasarkan Undang-
Undang Dasar No. 42 tahun 2009, berikut adalah tarif PPN:
Wajib Pajak dalam hal ini yang melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN
disebut dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah orang
pribadi atau badan usaha yang memiliki jumlah penjualan barang atau jasa lebih dari Rp
4,8 M sesuai dengan ketentuan PMK No.197/PMK.03/2013. Jadi bagi pengusaha yang
jumlah penjualan barang atau jasanya belum mencapai Rp 4,8 M maka belum bisa
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Tetapi jika akhirnya jumlah penjualan barang
atau jasanya sudah melebihi Rp 4,8 M maka pengusaha tersebut wajib melaporkannya
sehingga dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pelaporannya paling lambat
adalah akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya jumlah penjualan barang atau jasa
melebihi Rp 4,8 M.
- PPN dikenakan atas setiap penyerahan barang kena pajak yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak.
- PPN akan ditambahkan dari harga jual, sehingga jumlah yang dibayar oleh konsumen
adalah harga jual ditambah dengan PPN.
- PPN yang dibayar oleh konsumen akan dicatat sebagai PPN keluaran
Penjualan 300.000
- Pada saat melakukan pembelian barang atau barang yang yang dipergunakan untuk
produksi perusahaan harus membayar PPN kepada suplier.
- PPN yang dibayarkan pada saat pembelian disebut sebagai PPN masukan
- Jika pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan akan langsung dicatat menambah
harga perolehan aktiva: Contoh PPN masukan atas pembelian kendaraan direksi.
- PPN yang dibayar oleh perusahaan adalah selisih atas pajak keluaran dengan pajak
masukan.
Pajak keluaran < pajak masukan = perusahaan dapat meminta restitusi / kompensasi
(diperhitungkan pada pajak periode berikutnya).
- PPN dibayar dan dilaporkan untuk setiap masa (bulan, maks 3 bulan), yaitu pada tgl 15
dan 20 pada masa berikutnya.
Kas 10.000
- Jika PPN masukan lebih besar perusahaan mengajukan permohonan untuk restitusi.
Fiskus akan melakukan pemeriksaan sebelum mengabulkan permohonan restitusi.
PPnBM hanya dikenakan satu kali yaitu saat penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah oleh pengusaha seperti yang disebutkan di atas. Lalu mengapa harus
ada pajak penjualan atas barang mewah? Berikut beberapa pertimbangan Pemerintah
mengapa mengenakan pajak penjualan barang mewah:
b. Untuk mengendalikan pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
Kemudian Anda mungkin bertanya-tanya, terus apa saja sih yang termasuk barang yang
tergolong mewah yang dikenai pajak? Nah yang termasuk barang mewah dan dikenai
pajak yaitu meliputi:
d. Barang yang dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status atau kelas sosial
5 Tarif PPnBM
Berapakah tarif PPnBM itu sebenarnya? Tarif PPnBM sesuai dengan UU nomor 42 Tahun
2009 Pasal 8 adalah paling rendah 10% dan paling tinggi sebesar 200%. Namun jika
Anda seorang pengusaha dan mengekspor barang mewah ke luar negeri, maka tarif
pajaknya adalah 0%. Perhitungan pajaknya tinggal Anda kalikan persentase tarif
pajaknya dengan dasar pengenaan pajak, yaitu harga barang sebelum dikenai pajak.
Laporan PPnBM harus menggunakan formulir SPT Masa PPN 1111. Jika masih berada
dalam periode yang sama, maka PPnBM dapat dilaporkan bersamaan dengan PPN dan
PPN Impor. Pelaporan PPnBM harus dibuat selambat-lambatnya akhir bulan berikutnya
setelah tanggal faktur dibuat.
12
· Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
· penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
· penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
1. Koperasi;
2. Penyelenggara kegiatan;
4. Bendaharawan;
Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi;
Omset terkait transaksi yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dimasukkan dalam
omset usaha, namun dimasukkan dalam omset penghasilan yang telah dipotong PPh
Final;
Pemotongan atau pemungutan Pajak PPh Pasal 4 ayat (2) adalah cara pelunasan pajak
dalam tahun berjalan antara lain melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang
bersifat final atas penghasilan tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
a. Objek PPh Final adalah sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah
susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan
termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industri.
b. Besarnya PPh Final yang dipotong adalah 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik
yang menyewakan Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan.
c. Jumlah bruto nilai persewaan adalah jumlah yang dibayarkan/terutang oleh penyewa
termasuk biaya perawatan, pemeliharaan, keamanan, fasilitas lainnya, dan service charge
(baik perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun disatukan).
a. Objek PPh final adalah penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan meliputi penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan
hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati.
b. Besarnya PPh Final yang dipungut adalah 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan.
c. Pembebasan PPh Final dapat diberikan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan kepada:
1) Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah PTKP yang jumlah bruto
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
Catatan: Pembebasan diberikan melalui penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) oleh
Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.
2) Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus yaitu
pembebasan tanah oleh pemerintah untuk proyek-proyek jalan umum, saluran
pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya, saluran irigasi,
pelabuhan laut, bandar udara, fasilitas keselamatan umum seperti tanggul
penanggulangan bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya, dan fasilitas Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia.
3) pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan yang tidak termasuk subjek pajak (seperti: pemerintah dan perwakilan
negara asing).
b. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
c. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu
menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi
terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan
perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and
construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and
build).
d. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang
dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi
sampai selesai dan diserahterimakan
Jadi yang dibayarkan kepada tuan Andos adalah 90.000.000 – Rp. 9.000.000 = 81.000.000
Namun apabila sipemilik bangunan kantor tidak mau dipotong pajak artinya tuan A
ingin harga sewa adalah sebesar Rp. 90.000.000 tanpa potongan pajak, maka Yayasan
Bina Nusantara harus melakukan mekanisme penghitungan gross up atas harga sewa
sbb:
Maka dalam surat perjanjian sewa harus dicantumkan harga sewa sebesar Rp. 99.000.000
Yayasan akan mencatat dalam pembukuan harga sewa sebesar Rp. 99.000.000
13.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi
dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang nomor 12
Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek
(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Bumi: Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman
serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan, tambang.
Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan
atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung
bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah,
fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas
pantai.
· Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu.
· Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu
hak.
· Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
· Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan
menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di
KPP atau KP2KP setempat.
· harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;
· perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan
fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.
Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp
12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut :
· Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu
Tahun Pajak.
· Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan
pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa
digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.
Tarif PBB
Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari KPP Pratama atau disampaikan
lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang
telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro.
Saat yang menentukan pajak terutang adalah adalah keadaan Objek Pajak pada tanggal
1 Januari. Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas Objek Pajak yang terjadi
setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun berikutnya.
Contoh:
menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2010. Kewajiban PBB Tahun 2010 masih
menjadi tanggung jawab A. Sejak Tahun Pajak 2011 kewajiban PBB menjadi tanggung
jawab B. Perubahan atas Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan
dikenakan pajak pada tahun berikutnya.
14.1 Pengertian Bea Materai
Dasar Hukum
· UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai berlaku sejak 1 Januari 1986.
· PP No 7 tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan PP 24 tahun 2000 tentang
Perubahan Tarif Bea Meterai dan besar Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan
Bea Meterai.
· Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang
berkepentingan.
· Benda Meterai adalah Meterai tempel dan kertas Materai yang dikeluarkan oleh
pemerintah Republik Indonesia.
· Surat Perjanjian dan surat surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, dan surat
pernyataan) yang dibuat dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
· Akta- akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap
rangkapnya.
· Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00
(satu juta rupiah);
2. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening Bank.
4. Yang berisi bahwa pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah
dilunasi atau diperhitungkan.
. surat-surat Berharga seperti: wesel, promes dan aksep yang harga nominalnya lebih
dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominal nya lebih dari
1.000.000,00 (satu juta rupiah)
. Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp.
250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,00
(satu juta rupiah):
- Dalam hal dokumen dibuat sepihak, misal kwitansi, Bea Meterai terutang oleh
penerima kwitansi
- Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih, misal surat perjanjian
dibawah tangan, maka masing-masing pihak terutang Bea Meterai
3. Konosemen
10. Tanda terima Gaji, uang tunggu, pensiun, Uang tunjangan, dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
11. Tanda bukti penerimaan Uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan
Bank.
12. Kuitansi untuk semua jenis Pajak dan penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu dari Kas Negara, Kas pemerintah Daerah, dan Bank.
16. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam
bentuk apapun
- Dokumen yang dibuat lebih dari satu pihak, adalah pada saat dokumen itu telah
selesai dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan Tanda Tangan dari yang
bersangkutan, misalnya; Surat Perjanjian Jual Beli.
- Dokumen yang dibuat di luar negeri, adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea
Meterai yang terutang pemetaraian kemudian.
PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI
Pihak yang terutang Bea Meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen,
kecuali pihak atau pihak pihak yang bersangkutan menentukan lain.
· Meterai Tempel .
· Kertas Meterai.
SANKSI SANKSI
Sanksi Administrasi sebesar 200% (dua ratus per sen) dari Bea Materai yang tidak atau
kurang dibayar . Penanggungjawab Sanksi ialah pemegang dokumen
Sanksi Pidana.
DALUARSA
Daluarsa dari kewajiban memenuhi Bea Materai ditetapkan 5 (lima)tahun, terhitung sejak
tanggal dokumen dibuat .
15.1 Defenisi Pajak Daerah
· Dasar hukum dilaksanakannya pemungutan pajak daerah adalah Undang- Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
· Pengaturan kewenangan perpajakan yang ada saat ini kurang mendukung pelaksanaan
otonomi daerah.
· Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
· Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenai pajak.
· Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pajak daerah.
· Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender.
· Surat ketetapan pajak daerah (SKPD) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU 28 Tahun 2009)
Pajak daerah dapat diartikan sebagai iuran wajib yang dibayarkan oleh wajib pajak
kepada daerah dan manfaatnya tidak dirasakan secara langsung berdasarkan undang-
undang.
Sumber-sumber:
8. Hibah
Pajak Provinsi
a) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu
persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
b) untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan
secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi
masing-masing sebagai berikut :
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai
berikut :
a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima
persen).
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan
bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan
bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50%
(lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk
kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada
permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Tarif
Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang
nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan
bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan
logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di
bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan
paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
7. Pajak Parkir
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir
adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif
Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga
collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan
collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
(Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan.
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut
wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan
atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau
bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
1) Sifatnya memaksa
2) Asas Tempat Tinggal: pajak dipungut terhadap orang-orang yang bertempat tinggal
di Indonesia
Sistem pemungutan Pajak Daerah dilakukan dengan Self Assessment dan Official
Assessment sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis
Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Ketetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri
Wajib Pajak.
- Pajak Provinsi: Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Rokok
- Pajak Kabupaten/Kabupaten Kota: Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan
Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Sarang Burung Walet,
dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
- Pajak Provinsi: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan
Pajak Air Permukaan.
- Pajak Kabupaten/Kota: Pajak Air Tanah, Pajak Reklame, PBB Perdesaan dan Perkotaan.
Yang dimaksud Subjek Pajak dalam Pajak Daerah ialah pihak/orang yang
mengeluarkan uang untuk dikenakan pajak. Sedangkan Wajib Pajak adalah pihak/orang
yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan perpajakan kepada
Pemerintah Daerah.
Subjek Pajak dan Wajib Pajak bisa terjadi pada pihak yang berbeda, namun pada
jenis pajak tertentu Subjek Pajak dan Wajib Pajak terjadi pada pihak yang sama.