Kewajiban perpajakan berkaitan dengan transaksi dalam kegiatan usaha, dapat berakibat munculnya
kewajiban Wajib Pajak untuk hal-hal antara lain: Dipotong pajak, dipungut pajak, memotong pajak, dan
membayar pajak. Berbagai kegiatan tersebut akan berdampak terhadap pengakuan (penghitungan dan
pelaporan) dan pencatatan pajak (penyajian dan penggolongan) dalam pelaksanaan pembukuan Wajib
Pajak baik yang berkaitan dengan rekening/akun dalam Laporan Laba/Rugi atau Laporan Posisi Keuangan/
Neraca. Akun-akun umum transaksi keuangan antara lain: Akun Laporan Rugi/Laba (Aset/Aktiva/Harta,
Utang, Modal) dan Akun Neraca (Pendapatan dan Beban). Transaksi yang berkaitan dengan pajak akan
menjadi subakun dari akun-akun utama tersebut sesuai dengan transaksinya.
Pemotongan pajak hanya dilakukan oleh Wajib Pajak atas suatu transaksi antara Wajib Pajak dengan Wajib Pajak lainnya, yang atas
transaksi tersebut sudah jelas-jelas merupakan penghasilan bagi Wajib Pajak yang menerima sebagaimana disebutkan di tabel tersebut.
Dalam hal ini, Wajib Pajak yang menerima penghasilan akan menjadi Wajib Pajak yang dipotong pajak dan Wajib Pajak yang
membayarkan penghasilan tersebut akan bertindak sebagai pemotong.
Pemungutan Pajak (baik dalam pembelian atau penjualan) dilakukan oleh Wajib Pajak terhadap transaksi yang dilakukan Wajib Pajak lain
yang dimungkinkan atas transaksi tersebut nantinya Wajib Pajak akan mempunyai penghasilan (penghasilan belum diketahui secara pasti
dan masih membutuhkan perhitungan lebih lanjut).
Pengakuan dan Pencatatan Pajak
Wajib Pajak yang membayar gaji dan sejenisnya kepada karyawan tetap ataupun bukan, atas penghasilan karyawan tersebut
dikenakan PPh Pasal 21 dan Wajib Pajak yang membayar penghasilan tersebut harus memotong PPh Pasal 21. Pajak yang
sudah dipotong ini, oleh Wajib Pajak pemotong akan dicatat sebagai utang karena harus disetorkan ke Kas Negara. Jurnal
yang dicatat Wajib Pajak pemotong adalah:
Wajib Pajak yang menjual barang kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai pengelola APBN/APBD yang nilainya di atas
Rp1.000.000 akan dipungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% tidak termasuk PPN. Pungutan tersebut merupakan kredit pajak yang
dapat diperhitungkan di akhir tahun pajak. Sehingga Wajib Pajak mencatat dengan jurnal (belum termasuk PPN) sebagai
berikut:
Yang dimaksud dengan industri tertentu adalah pabrikan yang jika Wajib Pajak membeli darinya akan dipungut PPh. Industri tersebut
mencakup: semen (final 0,25%), kertas (tidak final 0,1%), baja (tidak final 0,3%), dan otomotif (tidak final 0,45%). Wajib Pajak yang
membeli dari pabrikan biasanya adalah distributor, agen, atau lainnya yang lazim membeli dalam jumlah besar dan rutin. Atas pembelian
itu, pabrikan tersebut akan memungut PPh Pasal 22 dan akan mencatatnya sebagai utang sementara bagi pembeli, PPh Pasal 22
tersebut dicatat sebagai piutang (kecuali yang final). Jurnal pemungutan bagi pabrikan untuk mencatatnya sebagai utang adalah sebagai
berikut:
Catatan: Bagi pabrikan penjual, Utang PPh Pasal 22 merupakan akun untuk mencatat munculnya kewajiban untuk menyetorkan ke kas
negara atas pungutan yang sudah dilakukan baik untuk pungutan yang sifatnya final atau bisa dikreditkan Wajib Pajak lawan transaksi.
Eksportir atau industri yang membeli barang hasil pertanian/produk hasil pertanian (singkong, sawit, kelapa, karet) dari selain petani atau
dari kelompok tani (pembelian dari pedagang pengumpul) diwajibkan untuk memungut PPh Pasal 22 sebesar 0,25%. Pencatatan yang
dilakukan oleh eksportir maupun industri pertanian atas pembelian dan pungutan PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut:
Catatan: Bagi pabrikan penjual, Utang PPh Pasal 22 merupakan akun untuk mencatat munculnya kewajiban untuk menyetorkan ke kas
negara atas pungutan yang sudah dilakukan baik untuk pungutan yang sifatnya final atau bisa dikreditkan Wajib Pajak lawan transaksi.
Pencatatan PPh Pasal 22 oleh Wajib Pajak Tertentu atas Penjualan Barang Mewah
Melalui penerbitan peraturan No. 90/PMK.03/2015, pemerintah melebarkan badan-badan yang berhak memungut PPh Pasal 22 yaitu
menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk
PPN dan PPnBM. Antara lain: Pesawat Udara Pribadi, Kapal Pesiar, Tanah/Bangunan dengan nilai penyerahan lebih dari Rp10M, dan
Kendaraan SUV dengan silinder lebih dari 3.000 cc.
Pencatatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak atas penjualan Barang Mewah tersebut adalah sebagai berikut:
Pemotongan PPh Pasal 23 dilakukan oleh Wajib Pajak yang memberikan penghasilan kepada Wajib Pajak lain dalam bentuk penghasilan
atas: jasa, sewa harta selain tanah/bangunan, dividen, royalti, bunga, dan hadiah. Sifat potongan PPh Pasal 23 adalah final dan tidak final.
Apabila Wajib Pajak membayar jasa, dividen, bunga, sewa, royalti, dan hadiah kepada rekanan pemegang saham atau pemegang hak,
dan penghasilan tersebut telah dipotong PPh Pasal 23 maka Wajib Pajak pemotong tersebut harus mengakuinya sebagai Utang PPh
Pasal 23 dengan jurnal sebagai berikut:
Biaya jasa yang digunakan sebagai nama rekening disesuaikan/dilengkapi dengan nama jasa yang diterima dan nama rekening itu harus
disesuaikan jika berkenaan dengan pembayaran atas item lainnya seperti sewa, royalti, atau bunga. PPh Pasal 23 secara umum
dikenakan atas pemanfaatan harta untuk sewa selain tanah dan atau bangunan dengan tarif 2% dan untuk passive income dikenakan
PPh Pasal 23 sebesar 15%.
Pencatatan Utang PPh 26
Pencatatan Utang PPh Pasal 26
Wajib Pajak yang membayar gaji, jasa, dividen, sewa, royalti kepada orang asing atau badan luar negeri dan sudah memotong PPh Pasal
26 sebesar 20% atau sesuai kesepakatan dalam P3B maka potongan tersebut harus disetor ke Kas Negara dan sementara harus dicatat
sebagai Utang PPh Pasal 26 dengan jurnal sebagai berikut:
Wajib Pajak yang membayar kepada Wajib Pajak lainnya atas penghasilan yang merupakan objek PPh Pasal 4 Ayat 2 Final diwajibkan
untuk memotong PPh Pasal 4 Ayat 2 dan mencatatnya sebagai Utang PPh Pasal 4 Ayat 2. Antara lain Wajib Pajak Jasa Konstruksi yang
menyerahkan properti berupa bangunan atau Wajib Pajak Perbankan yang membayar bunga tabungan, bunga deposito, bunga obligasi
melalui bursa efek. Demikian juga atas Wajib Pajak yang menjual sahamnya melalui bursa efek diharuskan memotong PPh Pasal 4 Ayat 2
Final. Jurnal yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kas/Bank xxxxxx -
Utang PPh Pasal 4 Ayat 2 - xxxxxx
Modal - xxxxxx
Latihan Soal- Utang PPh
Buatlah jurnal untuk transaksi berikut dari sudut pandang Wajib Pajak Pemotong PPh:
1. PT Dayatindo membayarkan penghasilan Guntur berupa jasa penjualan sebesar Rp10.000.000 dan PT Dayatindo memotong PPh
Pasal 21 sebesar 5% atau sebesar Rp100.000. Buatlah jurnal yang dicatat PT Dayatindo!
2. PT Duhita mendapatkan pesanan Mukena dari DISPENDA Kab. ABC senilai Rp220.000.000 sudah termasuk PPN. Buatlah jurnal yang
dicatat PT Duhita!
3. PT Wicaksono sebagai distributor kertas membeli produk kertas senilai Rp330.000.000 dari perusahaan kertas PT ABC. Buatlah jurnal
yang dicatat PT ABC!
4. PT Rodasindo sebagai distributor otomotif membeli mobil toyota Rp990.000.000 (termasuk PPN) dari PT Nova Indo sebagai Agen
Tunggal Pemegang Merk. Buatlah jurnal oleh PT Nova Indo!
5. PT Yasindo mendatangkan bahan baku obat dari Singapura senilai 1.100 USD dan kurs pajak yang berlaku adalah Rp10.000/USD dan
kurs bank yang berkaitan dengan transaksi tersebut adalah Rp9.500/USD. Buatlah jurnal atas impor oleh PT Yasindo!
6. PT Rosyida memesan makanan dari CV Bumul senilai Rp11.000.000 termasuk PPN. Buatlah jurnal yang dicatat PT Rosyida!
7. PT Rasyid dalam rangka pengawasan perpajakannya menggunakan jasa konsultan pajak dari CV Fiska Jaya dengan pembayaran
setiap bulan Rp11.000.000. Buatlah jurnal yang dicatat PT Rasyid!
8. PT Harun dalam kegiatan bisnisnya menggunakan jasa sewa mesin fotokopi CV Medikom dan pembayaran setiap bulan
Rp11.000.000. Buatlah jurnal yang dicatat PT Harun!
9. CV Bahagia membangun kantor senilai Rp1.100.000.000 (Inc VAT) yang dikerjakan oleh PT Bangun Mulya Jaya dan bersertifikasi
sebagai penyedia jasa konstruksi resmi. Pembayaran termin pertamanya Rp220.000.000. Buatlah jurnal yang dicatat CV Bahagia!
10. CV Nur Amanah menggunakan jasa pemeliharaan lingkungan yang disediakan oleh PT Segar Sentosa dengan nilai pembayaran atas
jasa tersebut yang diterima oleh PT Segar Sentosa senilai Rp45.000.000 (Exc VAT). Buatlah jurnal yang dicatat CV Nur Amanah!
Pencatatan Piutang PPh
Pencatatan Piutang PPh Pasal 21
Ketika Wajib Pajak karyawan mendapatkan pembayaran gaji dan sejenisnya dari pemberi kerja, dan atas penghasilan tersebut sudah
dipotong PPh 21 maka bagi Wajib Pajak karyawan tersebut, pemotongan itu akan dicatat sebagai piutang PPh Pasal 21. Jurnal yang
digunakan adalah:
Pemungutan saat penjualan ke Bendaharawan Pemerintah menyebabkan Wajib Pajak yang menjual tidak lagi memiliki kewajiban untuk
memungut melainkan sudah dipungut dan dapat dikreditkan sehingga Wajib Pajak mencatatnya sebagai piutang dengan jurnal berikut:
Setiap distributor kertas yang membeli produk kertas dari Wajib Pajak badan industri kertas sebagai pabrikan, distributor akan dipotong
PPh Pasal 22 (tidak final) sebesar 0,1% dari DPP PPN (tidak termasuk PPN). Sehingga wajib pajak distributor sebagai pembeli akan
mencatatnya dengan jurnal sebagaimana berikut ini:
Setiap distributor baja yang membeli produk baja dari Wajib Pajak badan industri baja sebagai pabrikan, distributor akan dipotong PPh
Pasal 22 (final) sebesar 0,3% dari DPP PPN (tidak termasuk PPN). Sehingga wajib pajak distributor sebagai pembeli akan mencatatnya
dengan jurnal sebagaimana berikut ini:
Setiap distributor produk otomotif yang membeli produk otomotif dari Wajib Pajak badan industri otomotif sebagai pabrikan atau sebagai
ATPM, APM, serta sebagai importir umum, distributor produk otomotif akan dipotong PPh Pasal 22 (final) sebesar 0,45% dari DPP PPN
(tidak termasuk PPN). Sehingga wajib pajak distributor sebagai pembeli akan mencatatnya dengan jurnal sebagaimana berikut ini:
Wajib Pajak yang melakukan impor barang, pada saat akan mengambil/mendapatkan barang yang diimpor akan dibebani kewajiban
membayar PPh Pasal 22 Impor yang mekanismenya dapat dipungut oleh KPPBC atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak, sehingga Wajib
Pajak akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut:
Wajib Pajak yang menerima pembayaran atas jasa, dividen, royalti, bunga, dan sewa (kecuali tanah dan atau bangunan) dari pengguna
jasa atau hak pembagi dividen/hak pemilik royalti/hak penerima bunga maka wajib dipotong PPh Pasal 23 dan Wajib Pajak tersebut wajib
mencatatnya sebagai Piutang PPh Pasal 23 dengan jurnal sebagai berikut:
PPh Pasal 25 merupakan uang muka yang akan diperhitungkan atas PPh Terutang di akhir tahun. Besarnya PPh Pasal 25 yang dibayar
oleh Wajib Pajak setiap bulan akan diakui sebagai Piutang PPh Pasal 25. Jurnal yang dicatat atas pembayaran PPh Pasal 25 tersebut
adalah sebagai berikut:
Dalam hal Wajib Pajak luar negeri menerima gaji, jasa, dividen, bunga, sewa, royalti dari Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan dalam
negeri dan sudah dipotong PPh Pasal 26, maka nilai potongan PPh Pasal 26 tersebut bersifat final dan sekaligus sebagai pelunasan atas
PPh Terutang. Oleh Wajib Pajak luar negeri, jurnal yang dicatat untuk mengakui penghasilan tersebut menjadi:
Setiap terjadi transaksi yang berkaitan dengan jasa konstruksi, pihak pengguna jasa akan memotong PPh Pasal 4 Ayat 2 sebesar 2-6%
sesuai kelas sertifikasi penyedia jasa. PPh Pasal 4 Ayat 2 bersifat final sehingga pemotongan diperlakukan sebagai pelunasan atas Utang
PPh Pasal 4 Ayat 2 dan jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Pencatatan Piutang PPh Pasal 4 Ayat 2- WP PP 23 Tahun 2018 (UMKM Dengan Omset <Rp4.8 Miliar/Tahun)
Wajib Pajak yang termasuk dalam lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dikenai PPh Final Pasal 4 Ayat 2 senilai 0.5% dari
omset per bulan. PPh Pasal 4 Ayat 2 bersifat final sehingga pemotongan diperlakukan sebagai pelunasan atas Utang PPh Pasal 4 Ayat 2
dan jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. PT Dayatindo membayarkan penghasilan Guntur berupa jasa penjualan sebesar Rp10.000.000 dan PT Dayatindo memotong PPh
Pasal 21 sebesar 5% atau sebesar Rp100.000. Buatlah jurnal yang dicatat oleh Guntur!
2. PT Duhita mendapatkan pesanan Mukena dari DISPENDA Kab. ABC senilai Rp220.000.000 sudah termasuk PPN. Buatlah jurnal yang
dicatat Bendahara DISPENDA!
3. PT Wicaksono sebagai distributor kertas membeli produk kertas senilai Rp330.000.000 dari perusahaan kertas PT ABC. Buatlah jurnal
yang dicatat PT Wicaksono!
4. PT Rodasindo sebagai distributor otomotif membeli mobil toyota Rp990.000.000 (termasuk PPN) dari PT Nova Indo sebagai Agen
Tunggal Pemegang Merk. Buatlah jurnal oleh PT Rodasindo!
5. PT Rosyida memesan makanan dari CV Bumul senilai Rp11.000.000 termasuk PPN. Buatlah jurnal yang dicatat PT Bumul!
6. PT Rasyid dalam rangka pengawasan perpajakannya menggunakan jasa konsultan pajak dari CV Fiska Jaya dengan pembayaran
setiap bulan Rp11.000.000. Buatlah jurnal yang dicatat CV Fiska Jaya!
7. PT Harun dalam kegiatan bisnisnya menggunakan jasa sewa mesin fotokopi CV Medikom dan pembayaran setiap bulan
Rp11.000.000. Buatlah jurnal yang dicatat CV Medikom!
8. CV Bahagia membangun kantor senilai Rp1.100.000.000 (Inc VAT) yang dikerjakan oleh PT Bangun Mulya Jaya dan bersertifikasi
sebagai penyedia jasa konstruksi resmi. Pembayaran termin pertamanya Rp220.000.000. Buatlah jurnal yang dicatat PT Bangun
Mulya!
9. CV Nur Amanah menggunakan jasa pemeliharaan lingkungan yang disediakan oleh PT Segar Sentosa dengan nilai pembayaran atas
jasa tersebut yang diterima oleh PT Segar Sentosa senilai Rp45.000.000 (Exc VAT). Buatlah jurnal yang dicatat PT Segar Sentosa!
10. CV Flinston memperoleh omset sebesar Rp65.000.000 pada bulan Mei 2018, buat lah jurnal yang dicatat CV Flinston ketika membayar
PPh Pasal 4 Ayat 2 sesuai ketentuan PP Nomor 23 Tahun 2018!
Pengakuan PPN
Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan Barang/Jasa Kena Pajak wajib memungut PPN dengan menggunakan Faktur Pajak kepada
pembeli (baik itu pembeli dengan status Pengusaha Kena Pajak atau Bukan Pengusaha Kena Pajak (termasuk pembeli dengan NPWP
000). Penjualan tersebut wajib dilaporkan di dalam SPT Masa PPN dan PPnBM pada masa pajak dilakukannya penjualan/penyerahan.
Pajak Masukan yang diperoleh dari pembelian Barang/Jasa Kena Pajak adalah pengurang Pajak Keluaran yang harus disetorkan ke Kas
Negara oleh Pengusaha Kena Pajak. Pajak Masukan dapat dikurangkan dengan Pajak Keluaran maksimal tiga bulan setelah bulan
diperolehnya Pajak Masukan tersebut/bulan dilakukannya pembelian.
Pencatatan PPN
Pencatatan Utang PPN
Utang PPN terjadi jika Wajib Pajak menjual BKP/JKP dan menerbitkan Faktur Pajak sehingga di dalam harga yang dibayar oleh pembeli
terdapat PPN yang harus dipungut oleh penjual. Utang PPN bagi Wajib Pajak penjual sama dengan Pajak Keluaran. Dengan demikian,
jurnal yang harus dicatat oleh penjual adalah:
Piutang PPN terjadi jika Wajib Pajak membeli BKP/JKP dan menerima Faktur Pajak sehingga di dalam harga yang ditagih oleh penjual
terdapat PPN yang harus dibayar oleh pembeli. Piutang PPN bagi Wajib Pajak pembeli sama dengan Pajak Masukan. Dengan demikian,
jurnal yang harus dicatat oleh pembeli adalah:
1. Pada April 2018, PT Yanto menyerahkan 100 unit komputer kepada PT Gundala senilai Rp100.000.000 belum termasuk PPN.
Pembayaran penuh atas penyerahan tersebut baru dilakukan pada Agustus 2018. Kedua-duanya berstatus sebagai Pengusaha Kena
Pajak! Buatlah jurnal yang dicatat oleh kedua pihak ketika Faktur Pajak diterbitkan!
2. PT Harindo pada Mei 2018 menyerahkan seperangkat Meubelair kepada DISDIKPORA Kabupaten Darmasraya sebesar
Rp110.000.000 (termasuk PPN). Pada Juli 2018, PT Harindo menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan DISDIKPORA dan
menerima pelunasan tepat sebulan kemudian pada Agustus 2018. Buatlah jurnal yang dicatat oleh PT Harindo ketika menyampaikan
tagihan dan ketika menerima pelunasan!
3. Pada Januari 2018, PT Lastrindo menyetujui permohonan sewa mesin cetak dari PT Yatmi. Per Februari 2018, PT Yatmi membayar
sewa mesin cetak untuk lima tahun ke depan senilai Rp45.000.000 (belum termasuk PPN) kepada PT Lastrindo. Pembayaran tersebut
dilakukan ketika dokumen tagihan secara lengkap diterima dari PT Lastrindo diterima dan di dalam tagihan tersebut termasuk Faktur
Pajak yang diterbitkan oleh PT Lastrindo. PT Yatmi sendiri sudah mulai menggunakan mesin cetak tersebut sejak Januari 2018.
Buatlah jurnal yang dicatat oleh PT Lastrindo dan PT Yatmi ketika pembayaran dilakukan.
Penggolongan dan Penghitungan Pajak
Penggolongan PPh dilakukan agar pelunasan pajak dapat Penghitungan pajak harus dilakukan karena berkaitan dengan
dilaksanakan dan dicatat dengan benar oleh Wajib Pajak. besarnya pajak terutang yang harus dibayar pada akhir tahun atau
Penggolongan pajak menurut jenisnya terbagi menjadi dua yaitu: akhir bulan. Penghitungan pajak terbagi menjadi dua yaitu:
• Penggolongan PPN:
• Penggolongan PPN:
1. Diperlukan Perhitungan Terlebih Dahulu (Mekanisme PK VS
1. Utang PPN PM)
2. Piutang PPN 2. Tidak Diperlukan Perhitungan Terlebih Dahulu (PPN atas KMS)
3. Biaya PPN
4. Pelunasan PPN
Lengkapi Tabel Berikut!
Isikan kolom yang kosong di sebelah kanan dengan klasifikasi lima akun utama (harta, utang, modal, pendapatan, dan beban)
terkait aspek perpajakan yang muncul dalam transaksi bisnis Wajib Pajak.