Anda di halaman 1dari 2

‫ني‬ِِ ِّ ‫وذَ ِّك ْر فَِإ َّن‬

َ ‫الذ ْكَرى َتْن َف ُع الْ ُمْؤ من‬ َ


And remind, for indeed, the reminder benefits the believers.

bulan puasa sunnah


Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis: “Hadits ini merupakan dalil keutamaan puasa sunah di bulan
Sya’ban.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari)

Imam Ash-Shan’ani berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan
Sya’ban dengan puasa sunnah lebih banyak dari bulan lainnya. (Subulus Salam Syarh Bulughul Maram,
2/239)

Maksud berpuasa dua bulan berturut-turut di sini adalah berpuasa sunah pada sebagian besar bulan Sya’ban
(sampai 27 atau 28 hari) lalu berhenti puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan, baru dilanjutkan
dengan puasa wajib Ramadhan selama satu bulan penuh.

Nisfu Sya’ban

Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya Iqtidlo’ As-Shirot Al-Mustaqim[4], menyatakan:

"dan dari bab ini: malam Nishfu Sya’ban, telah diriwayatkan mengenai kemuliaannya dari hadits-hadits yang marfu’
dan atsar sesungguhnya menjelaskan bahwa itu adalah malam yang mulia. Dan dikalangan ulama As-Salaf ada
yang mengkhususkan melakukan sholat pada malam tersebut, dan berpuasa bulan Sya’ban sesungguhnya telah
ditunjukkan oleh hadits yang shohih. Dan diantara ulama: dari kalangan salaf (orang yang terdahulu) ahli Madinah
dan selain mereka dari kalangan khalaf (orang belakangan) ada yang mengingkari kemuliannya dan menyanggah
hadits-hadits yang diriwayatkan padanya seperti hadits: ‘Sesungguhnya Allah swt. mengampuni padanya lebih
banyak dari bilangan bulu kambing bani kalb’. Akan tetapi disisi kebanyakan ulama ahli Ilmu atau kebanyakan
ulama Madzhab kami dan ulama lain adalah memuliakan malam Nishfu Sya’ban, dan yang demikian ditunjukkan
oleh nash Imam Ahmad, karena banyaknya hadits yang menyatakan mengenai kemuliaan Nishfu Sya’ban, juga
karena banyaknya atsar yang membenarkan hal ini dari ulama As-Salaf, dan telah dinyatakan kemuliaan Nishfu
Sya’ban dalam banyak kitab-kitab (hadits) Musnad dan Sunan”

Adapun puasa nishfu sya’ban, maka tidak ada asal riwayatnya, bahkan puasa satu hari saja (saat tanggal 15 saja)
makruh, begitu juga mengadakan perayaan dimana membuat makanan didalamnya, menampakkan perhiasan
didalamnya merupakan perayaan baru yang diada-adakan yang tidak ada asal-usulnya, begitu juga yang terjadi
dimalam nishfu sya’ban dengan berkumpul untuk sholat alfiyyah (shalat dengan membaca shurat al Ikhlas 1000 kali)
di masjid-masjid jami’, masjid-masjid ahya’, durub dan aswaq. Maka sesungguhnya berkumpul untuk shalat sunnat
yang diikat (dikaitkan) dengan waktu, bilangan dan ukuran bacaan tidaklah disyari’atklan, dan hukumnya
makruh.

Yang dikecam oleh Imam Nawawi[12] adalah shalat dg membuat kayfiyat tersendiri (dan dianggap itu bagian dari
perintah syara’) semisal shalat 100 rakaat dimalam nishfu Sya’ban[13]. Adapun kalau shalat mutlaq, walau banyak
rakaatnya tak terhitung dan ternyata sampai 100 rakaat (karena memang tidak harus diingat sudah berapa rakaat ia
shalat)[14] maka masuk kepada keumuman shalat sunnah yang boleh dilakukan kapan saja, kecuali di waktu yg
diharamkan shalat. Allahu A’lam.

Keutamaan Ramadhan

Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga
dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya
bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat
bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-
Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan
lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada
melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya.
Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan
seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.”

Persiapan Ramadhan

Alasan kenapa bulan Ramadhan harus productive:

 Kalau ingin selamat dunia akherat (terutama untuk mengejar kebahagiaan sejati) maka keluar dari “Zona
Nyaman” dan selalu melakukan yang terbaik untuk Allah SWT
 Bulan Ramadhan adalah bulan yang memiliki banyak keutamaan. Pergunakan kesempatan ini untuk
memperbaiki diri menjadi muslimah yang “cerdas” dan penolong agama Allah.

1. Siapkan Ilmu

2. persiapan aspek ruhiah dan upaya “memperbarui” keimanan

3. Perencanaan Proses.

7 Langkah mudah untuk membuat “The best Ramadhan”

1. Tancapkan niat/azzam untuk menjadikan the best Ramadhan ever. Kita tidak tahu apakah kita masih diberi
kesempatan untuk berjumpa Ramadhan lagi. Berazzam untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam
beramal.
2. Tetapkan Target yang jelas. Jangan hanya “Menjadi muslimah sholehah”, “Lebih bisa memanage waktu”.
Daripada seperti itu. Bisa ditetapkan:
a. Menghafal Asmaul Husna dan artinya
b. Membaca al Quran setiap hari 1 lembar beserta artinya
c. Menghafal Surat Yasin & Ar Rahman
d. Menutup Aurot
e. Menulis 1 artikel setiap minggu
f. Berkunjung ke rumah saudara muslim 1x setiap minggu
Ingat akan target last Ramadhan yang belum tercapai. Untuk yang sudah menjadi rutinitas, tidak perlu
dituliskan lagi
3. Buat Planing untuk meraih target. Tetapkan waktunya kapan harus melaksanakan aktivitas untuk meraih
tujuan. Misalkan: Baca Alquran dan artinya setiap setelah sahur/subuh
4. Kurangi hal2 yang akan mengganngu. Misalkan tutup Fb/Instagram account, delete aplikasi2 yang tidak
berguna yang ada di tlp, komputernya di minimalisasi featurenya.
5. Persiapkan hal2 yang bisa dilakukan sebelum Ramadhan, agar lebih memudahkan aktivitas Ramadhan
a. Buat menu selama 1 bulan
b. Masak beberapa masakan yang bisa di frozen
c. Belanja untuk persiapan Eid (baju, kue, hadiah) di bulan sya’ban
d. Buat bumbu2, untuk meminimalisasi waktu di dapur
6. Disiplin dan berkemauan kuat bekerja untuk ummat
7. Al Quran on top of everything

Anda mungkin juga menyukai