Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR PROJECT KELOMPOK 2

MATA KULIAH ILMU LISTRIK DAN PENGUKURAN

DETEKTOR HUJAN DENGAN IC 555

Oleh

KELOMPOK 2

ANGGOTA : 1. CLARIZA MARINA PUTRI (21065054)

2. NIGEL MAHARDHIKA (21065063)

3. YUSRIL ( 21065051 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
A. TEORI SINGKAT
1. Tentang Rangkaian
1.1 Detektor Hujan Dengan IC 555
Rangkaian ini merupakan rangkaian pendeteksi atau sensor hujan menggunakan
IC555, rangkaian ini dilengkapi dengan sebuah alarm sederhana yang akan aktif
saat sensor mendateksi adanya hujan. sensor ini menggunakan prinsip multivibrator
astabil IC 555 dengan sensor terpasang yang dapat mendeteksi air.
Sensor air yang digunakan pada rangkaian ini dapat dibuat sendiri
menggunakan PCB yang kita buat dengan menggunakan aluminium foil
ditempelkan pada papan. Prinsip penting dari sensor ini adalah untuk mendeteksi
hubungan antar jalur yang baik ketika permukaan terkena air. Berikut penjelasan
mengenai komponen-komponen Detektor Hujan Dengan IC 555, yaitu :
A. IC 555
IC 555 adalah salah satu IC yang sangat populer. Populer disini karena
banyak sekali kegunaan dari IC ini, dan banyak orang tertarik
menggunakannya dengan berbagai fungsi yang ada didalamnya. Bagi
penggemar elektronika pastinya sudah banyak tau dan tidak asing lagi dengan
IC yang satu ini. IC ini pertama kali diperkenalkan oleh signetics corporation
sebagai SE555/NE555 dan disebut “The IC Time Machine”yang merupakan
mesin timer pertama dan dikomersialkan. Sampai saat ini, sudah berpuluh-
puluh tahun, IC ini masih tetap populer walaupun sudah banyak variasinya.
Ada yang membuat versi CMOS nya, contohnya dari Motorola MC1455 yang
cukup populer juga karena sering digunakan. Seperti yang kita ketahui bahwa
rangkaian dengan transistor berteknologi CMOS sangat sedikit dalam hal
konsumsi daya, dengan kata lain tidak boros energi, selain itu CMOS juga
lebih cepat dalam hal switching dari high ke low dan juga
sebaliknya(responsenya cepat, secara logika rangkaian tidak ada time
constant). Selain NE555, saat ini banyak dipasaran adalah dari National
yaitu LM555. Adapun 556 yang merupakan versi dual dari 555. Kalau pada
555 terdapat 8-pin dalam packagenya, 556 tampil dengan 14-pin. Akan tetapi
IC556 ini tidak mudah untuk didapatkan. Toko komponen elektronik berskala
kecil biasanya tidak menyimpan stok IC yang satu ini.
Fungsi dari IC555 bisa bermacam-macam, karena dapat menghasilkan
sinyal pendetak atau sinyal kotak. Tergantung kreativitas saja untuk
merangkainya, beberapa diantaranya adalah sebagai clock untuk jam digital,
hiasan menggunakan lampu LED, menyalakan 7-segment dengan rangkaian
astable, metronome dalam industry music, timer counter, atau dengan lebih
dalam mengutak-atik lagi dapat memberikan PWM (pulse width modulation)
yang mengatur frekuensi sinyal logika high untuk mengatur duty cycle yang
diinginkan.
IC 555 direncang dan diciptakan oleh Hans R. Camenzind seorang ahli
elektronika berkebangsaan Swiss pada tahun 1970. kemudian diperkenalkan
ke publik oleh perusahaan Signetics setahun setelahnya (1971). nama asli IC
555 adalah NE555 atau SE555, nama 555 ini didapat dari pengguanaan tiga
resitor 5K Ohm yang digunakan pada sirkuit awalnya. IC 555 mendapat
julukan "The IC Time Machine" karena semua aplikasinya berhubungan
dengan pewaktuan.
IC 555 biasanya tersusun dari >20 transistor, 2 diode, dan 15 resistor dan
juga semikonduktor silikon namun hal ini tidak pasti tergantung dari produsen
pembuatnya. package atau kemasan IC 555 umumnya adalah DIP8 atau dual
in line package dengan 8 kaki (masing - masing sisi 4 pin). berikut diagram
blog dari IC 555.

Gambar 1.1 Diagram Blok IC 555


Gambar 1.2 Diagram Blok Dalam Kemasan DIP8

Gambar 1.3 IC 555

Spesifikasi ini merupakan tipe NE555. Pewaktu 555 lainnya mungkin


memiliki spesifikasi yang berbeda, tergantung tingkat penggunaannya (militer,
medis, penerbangan, dll.). berikut tabel spesifikasi IC 555 secara umun :

Tabel 1.1 tabel spesifikasi IC 555

Tegangan catu (VCC) 4.5 hingga 15 V

Arus catu (VCC = +5 V) 3 hingga 6 mA

Arus catu (VCC = +15 V) 10 hingga 15 mA

Arus keluaran maksimum 200 Ma


Borosan daya maksimum 600 Mw

Suhu kerja 0 to 70 °C

Adapun variasi dari IC 555, yaitu :


 556 adalah peranti DIP 14 pin yang menggabungkan dua 555 dalam satu
kemasan, susunan kakinya mirip 555 kecuali dua saluran catu yang
digabungkan.
 558 adalah peranti DIP 16 pin yang menggabungkan empat 555 yang
sedikit dimodifikasi dalam satu kemasan (kaki DIS dan THR
disambungkan internal, TRI adalah sensitif terhadap sisi jatuh atau aktif
low).
 Juga tersedia versi daya-ultra-rendah dari 555, seperti 7555 dan TLC555.
7555 membutuhkan pengawatan yang sedikit berbeda, menggunakan lebih
sedikit komponen eksternal.
Susunan pin IC 555 dan fungsinya :

Gambar 1.4 susunan pin IC 555

Tabel 1.2 Fungsi Kaki IC 555

No. Nama Kegunaan

1 GND GrouND (0V)

TRigger (pemicu), pulsa negatif pendek pada pin ini


2 TR
memicu pewaktuan
Output (keluaran), Selama pewaktuan, keluaran
3 Q
berada pada +VCC (mendekati besar VCC)

Reset, interval pewaktuan dapat disela dengan


4 R
memberikan pulsa reset 0V

Control Voltage memungkinkan untuk mengakses


5 CV
pembagi tegangan internal (2/3 VCC)

THReshold menentukan akhir pewaktuan (pewaktuan


6 THR
berakhir Vthr < 2/3 VCC)

DIScharge disambungkan ke kapasitor, dan waktu


7 DIS pembuangan muatan kapasitor menentukan interval
pewaktuan.

positive supply Voltage tegangan catu positif yang


8 V+
harus di antara 3 - 15 V DC

Tabel 1.3 karaktristik dari IC 555


Reset Threshold Trigger Output(Logika)
< 1V - - 0 (0V)
- > 2/3 Vcc - 0 (0V)
> 1V < 2/3 Vcc < 1/3 Vcc 1 (= Vcc)
Memori(Mengikuti
> 1V < 2/3 Vcc > 1/3 Vcc keadaan
sebelumnya)
Control Voltage terhadap Common /GND terpasang Capasitor
0,001 mF atau 1 Nf

IC 555 memiliki 3 aplikasi utama yaitu sebagai :


1. Monostable
Pada aplikasi ini IC 555 berfungsi menghasilkan satu keadaan mantap
(one-shot) pada outputnya (standby kondisi low dan high selama selang
waktu tertentu setelah dipicu). kegunaanya sebagai pewaktu tunda,
pendeteksi pulsa yang hilang, saklar tanpa riak sinyal (bouncefree switch),
saklar sentuh, pembagi frekuensi, pulse wide moulation (PWM), dan
kapasitansi meter.

2. Bistable
Mode ini disebut juga Schmitt Trigger. pada mode ini IC 555 dapat
beroperasi sebagai flip-flop jika kaki DIS (Discharge) atau pin 7 tidak
terhubung ke kapasitor. kegunaanya meliputi pencacah biner, dan
bouncefree switch latched.

3. Astable
Pada aplikasi ini IC 555 beroperasi sebagai osilator gelombang kotak
(Square Wave Oscilator). kegunaannya sebagai generator pulsa, alarm
keamanan, pemodulasi, lampu blink (kedip), dan sebagainya.

B. ALUMINIUM FOIL
Alumunium Foil adalah material insulation yang terbuat dari beberapa
lapisan material yaitu kertas logam yang diperkuat dengan benang polester
atau benang serat gelas (scrim), sehingga memiliki daya rentang yang kuat,
tidak mudah sobek.
Aluminium Foil dirancang khusus untuk memantulkan radiasi panas
matahari hingga 95 persen, sehingga ruangan dibawah bangunan menjadi
sejuk dan nyaman. Sangat cocok untuk mencegah penguapan dan menghindari
kebocoran.
Alumunium Foil biasanya dipergunakan sebagai penyekat panas pada
bagian bawah atap atau dinding baik semen maupun metal. Jika digunakan
secara bersama dengan isolasi glasswool akan menambah efektivitas
penyerapan bunyi serta panas.

Keunggulan Produk, yaitu :


 Sebagai reflektor panas yang mampu menyerap panas sehingga
ruangan akan relatif lebih sejuk
 Tidak mudah ditembus oleh resapan air

Gambar 1.5 Beberapa Alumunium Foil

C. RESISTOR
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon.
Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah
arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut
Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega).
Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan
dayanya. Berbagai macam resistor di buat dari bahan yang berbeda dengan
sifat-sifat yang berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam
memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-
nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi
disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik
suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya
resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan
20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya
berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun
ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo
ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya. Resistor tidak tetap adalah
resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah atau tidak tetap. Jenisnya
yaitu hambatan geser, Trimpot dan Potensiometer.
a. Trimpot
Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan cara
memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai
hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada
badan trimpot tersebut.
Simbol trimpot :

Gambar 1.6 Simbol Resistor Trimpot

b. Potensiometer
Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan
memutar poros yang telah tersedia. Potensiometer pada dasarnya sama
dengan trimpot secara fungsional.
Simbol potensiometer :

Gambar 1.7 Simbol Resistor Potensiometer


D. KAPASITOR
Kapasitor ialah komponen elektronika yang mempunyai kemampuan
menyimpan electron-elektron selama waktu yang tidak tertentu. Kapasitor
berbeda dengan akumulator dalam menyimpan muatan listrik terutama tidak
terjadi perubahan kimia pada bahan kapasitor, besarnya kapasitansi dari
sebuah kapasitor dinyatakan dalam farad. Pengertian lain Kapasitor adalah
komponen elektronika yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat
mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa
menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-
konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada
ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat
terkumpulnya muatan- muatan positif dan negatif di awan. Kemampuan untuk
menyimpan muatan listrik pada kapasitor disebuat dengan kapasitansi atau
kapasitas.

Gambar 1.8 Prinsip Dasar Kapasitor


E. Light emiting diode (Led)
Led adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga
Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor.

Gambar 1.9 Contoh gambar LED

F. Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari
kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut
dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke
dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena
kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan
menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara
bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai
indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah
alat (alarm).

Gambar 1.10 simbol buzzer


G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan
memutuskan aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering
digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika.

Gambar 1.11 Contoh gambar switch

H. Baterai
Merupakan alat listrik-imiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan
tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu:
1. batang karbon sebagai anode (kutub positif baterai)
2. seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
3. pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan
listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang
dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti
yang biasa terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga
dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai
sekunder.
Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat
mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa
dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa
dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang
karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction).

Gambar 1.12 Contoh gambar beterai


I. Transistor
Merupakan alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi
sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran
listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),
memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.

Gambar 1.13 Contoh gambar Transistor

J. MULTIVIBRATOR
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang mengeluarkan tegangan bentuk
blok. Sebenarnya MV adalah merupakan penguat transistor dua tingkat yang
dikopel dengan kondensator, dimana output dari tingkat yang terakhir akan
dikopelkan dengan pertama, sehingga kedua transistor itu akan saling
menyumbat. MV ada yang berguncang bebas (free running) dan tersulut
(triggering) ada 3 jenis MV :
1. Astabil Multivibrator
2. Monostabil Multivibrator
3. Bistabil Multivibrator
Rangkaian lain yang mampu menghasilkan bentuk gelombang kotak
yang berasal dari suatu inputan ialah SCHMITT TRIGGER. Pada dasarnya
merupakan komparator yang memiliki nilai hysterisis, dimana nilai ini
dibatasi oleh UTP dan LTP. Rangkaian ini banyak dipakai pada saklar
elektronik, pembangkit gelombang asimetris.
2.1 Sistem Mekanik
Sistem mekanis adalah sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang
berinteraksi secara prinsip mekanika. Pada detektor hujan dengan IC 555 ini
terdiri dari elemen :
A. IC timer 555
IC NE555 yang mempunyai 8 pin (kaki) ini merupakan salah satu
komponen elektronika yang cukup terkenal, sederhana, dan serba guna dengan
ukurannya yang kurang dari 1/2 cm3 (sentimeter kubik). Pada dasarnya
aplikasi utama IC NE555 ini digunakan sebagai timer (Pewaktu) dengan
operasi rangkaian monostable dan Pulse Generator (Pembangkit Pulsa)
dengan operasi rangkaian astable. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai
Time Delay Generator dan Sequential Timing.

Gambar 2.1 IC 555

B. Resistor
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan
didesain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik, dengan resistansi
tertentu (tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin,
nilai tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir.
Dalam rangkaian ini resistor digunakan yaitu untuk mengatur tegangan listrik
dan arus listrik pada detektor hujan.
Gambar 2.2 Resistor

C. KAPASITOR
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat
metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Pada rangkaian ini
kapasitor digunakan untuk menyimpan dan melepaskan muatan listrik pada
detektor hujan.

Gambar 2.3 Kapasitor Polar

D. Light emiting diode (Led)


Led adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya
monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga
Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Dan pada rangkaian ini
memakai led berwarna hijau.

Gambar 2.4 Contoh gambar LED


E. Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari
kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut
dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke
dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena
kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan
menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara
bergetar yang akan menghasilkan suara.
Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau
terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).
Buzzer pada rangkaian detektor hujan ini berfungsi sebagai penanda
adanya hujan yang berupa suara.

Gambar 2.5 simbol buzzer

F. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan
memutuskan aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering
digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika. Pada rangkaian ini
saklar digunakan sebagai pengganti sensor aluminium foil pada detektor hujan.
Gambar 2.6 Contoh gambar switch

G. Baterai
Merupakan alat listrik-imiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan
tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu:
2.1.1.1 batang karbon sebagai anode (kutub positif baterai)
2.1.1.2 seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
2.1.1.3 pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan
listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang
dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti
yang biasa terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga
dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai
sekunder.
Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat
mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa
dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa
dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang
karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction). Pada
rangkaian ini baterai digunakan untuk catu daya pada detektor hujan.

Gambar 2.7 Contoh gambar beterai


H. Transistor
Merupakan alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi
sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran
listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya
(FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit
sumber listriknya. Pada rangkaian ini transistor digunakan stabilisasi
tegangan pada detektor hujan.

Gambar 2.8 Contoh gambar Transistor

3.1 Gambar Rangkaian


Semua komponen tersebut di rangkai menjadi satu - kesatuan yang utuh
menggunakan software Multisim. Berikut gambar rangkaiannya.

Gambar 3.1 Rangkaian Detektor Hujan dengan IC 555


2. Teori singkat 3 Teorema

1). Pengertian Teorema Thevenin dan Cara Perhitungannya

Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis yang
menyederhanakan suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian sederhana dengan cara
membuat suatu rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara
seri dengan sebuah resistansi yang ekivalen. Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila
diaplikasikan pada analisis rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan
rangkaian interkoneksi yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian lainnya.
Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal dari Perancis yaitu M.L.
Thevenin.

Bunyi Teorema Thevenin


Teorema Thevenin menyatakan bahwa :

Setiap Rangkaian linear yang terdiri dari beberapa tegangan dan resistor dapat digantikan
dengan hanya satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung secara seri.

Cara Menganalisis Rangkaian Linear dengan Perhitungan Teorema Thevenin

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menganalisis dan menghitung suatu rangkaian
linear dengan menggunakan Teorema Thevenin.

1. Lepaskan Resistor Beban


2. Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut dengan
Tegangan Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
3. Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya.
4. Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian terbuka tersebut. Resistansi ini disebut
dengan Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance (RTH).
5. Gambarkan lagi suatu rangkaian baru berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada
langkah 2 yaitu tegangan rangkaian terbuka (VTH) sebagai tegangan sumber dan
Resistansi Thevenin (RTH) pada pengukuran di langkah 4 sebagai Resistor yang
dihubungkan secara seri. Hubungkan kembali Resistor Beban yang kita lepaskan di
langkah 1. Rangkaian inilah sebagai Rangkaian Ekivalen Thevanin atau rangkaian
rumit yang telah disederhanakan berdasarkan teorema Thevenin.
6. Langkah yang terakhir adalah temukan arus listrik yang melalui Resistor Beban
tersebut dengan menggunakan Hukum Ohm (IT = VTH/(RTH + RL)
Contoh Kasus Perhitungan Teorema Thevenin

Berikut ini adalah contoh kasus untuk menganalisis Rangkaian Linear dengan menggunakan
Teorema Thevenin (mengikuti langkah-langkah diatas).

Pada gambar dibawah ini, carikan VTH, RTH dan arus beban dan tegangan pada resistor beban
dengan menggunakan Teorema Thevenin.

Langkah 1.

Lepaskan Resistor beban 5kΩ.

Langkah 2.

Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).

Setelah kita buka Resistor beban (langkah 1), rangkaiannya akan berbentuk seperti pada
gambar dibawah ini. Arus listrik yang mengalir ke Resistor 12kΩ dan 4kΩ adalah 3mA (Ingat
Hukum Ohm, I= V/R = 48V/(12kΩ+4kΩ) = 0,003A atau 3mA). Resistor 8kΩ tidak dihitung,
karena Resistor 8kΩ adalah rangkaian terbuka maka arus tidak akan mengalir sampai ke
resistor tersebut.

Tegangan pada Resistor 4kΩ adalah 12V yaitu dengan perhitungan 3mA x 4kΩ. Dengan
demikian, Tegangan pada Terminal AB juga adalah 12V. Oleh karena itu, V TH = 12V.

Langkah 3.

Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada
gambar dibawah ini :

Langkah 4.

Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian terbuka tersebut. Resistansi ini disebut
dengan Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance (RTH).

Kita telah menghilangkan Sumber Tegangan 48V dengan melepaskan sumber arus listriknya
dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada langkah ke-3, sehingga sumber
tegangan adalah ekivalen dengan 0 (V=0). Maka hubungan Resistor 8kΩ adalah seri dengan
Paralel resistor 4kΩ dan 12kΩ. Jadi perhitungan untuk mencari R TH adalah sebagai berikut :

RTH = 8kΩ + ((4kΩ x12kΩ)/(4kΩ+12kΩ)


RTH = 8kΩ + 3kΩ
RTH = 11kΩ
Langkah 5.

Hubungkan secara Seri Resistor RTH dengan sumber tegangan VTH dan hubungkan kembali
Resistor Beban 5kΩ seperti pada gambar dibawah ini. Inilah hasil dari perhitungan Teorema
Thevenin atau disebut dengan Rangkaian Ekivalen Thevenin.

Langkah 6.

Sekarang mari kita aplikasikan ke teori Hukum Ohm, hitung total arus beban dan tegangan
beban seperti pada gambar 6.

Mecari Arus Beban (IL) :

IL = VTH/(RTH + RL)
IL = 12V / (11kΩ + 5kΩ)
IL = 12/16kΩ
IL = 0,75Ma

Dan

Mencari Tegangan Beban (VL) :


VL = IL x RL
VL = 0,75mA x 5kΩ
VL = 3,75V

Dari Rangkaian aslinya sampai ke Rangkaian Ekivalen Thevenin, kita dapat melihat
perbedaan yang sangat besar, rangkaian Ekivalen Thevenin lebih sederhana dan mudah.

2). Pengertian Teorema Norton dan Cara Perhitungannya

Teorema Norton (Norton Theorem) adalah salah satu Teori atau alat analisis yang dapat
digunakan untuk menyerderhanakan suatu rangkaian linear yang rumit menjadi rangkaian
yang lebih sederhana. Berbeda dengan Teorema Thevenin yang penyederhanaannya
menggunakan sumber tegangan (Voltage Source) ekivalen dengan merangkai resistor
ekivalen secara seri, Teorema Norton menyederhanakannya dengan menggunakan sumber
Arus (Current Source) ekivalen dan perangkaian resistor ekivalen secara paralel.

Teorema Norton ini berasal dua orang peneliti yang bernama Hans Ferdinand Mayer dari
Siemens & Halske dan Edward Lawry Norton dari Bell Labs. Karena ditemukan oleh dua
orang peneliti, Teorema Norton ini juga sering disebut dengan Teorema Mayer – Norton
(Mayer – Norton Theorem).

Bunyi Teoreme Norton

Teorema Norton menyatakan bahwa :

Setiap jaringan listrik linear atau rangkaian rumit tertentu dapat digantikan oleh rangkaian
sederhana yang hanya terdiri dari sebuah Arus sumber (IN) dan sebuah Resistor yang
diparalelkan (RN).

Rangkaian pengganti tersebut dinamakan juga dengan Rangkaian Ekivalen Norton.

Cara Menganalisis Rangkaian Linear dengan Perhitungan Teorema Norton

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menganalisis dan menghitung suatu rangkaian
linear dengan menggunakan Teorema Norton.

1. Hubung singkat Resistor Beban.


2. Hitung atau ukur arus pada rangkaian hubung singkat tersebut. Arus ini disebut
dengan Arus Norton (IN).
3. Buka Arus Sumber, Hubung singkat Tegangan sumber dan lepaskan Resistor Beban.
4. Hitung atau ukur Resistansi Rangkaian Terbuka. Resistansi ini dinamakan dengan
Resistansi Norton (RN).
5. Gambarkan kembali dengan memasukan nilai arus pada rangkaian yang
dihubungsingkat di langkah 2. Rangkaikan Arus sumber dan Resistansi pada
Rangkaian terbuka yang dilakukan pada langkah 5 secara paralel. Hubungkan kembali
Resistor Beban yang kita lepaskan pada langkah 3. Ini merupakan rangkaian yang
telah disederhanakan berdasarkan teorema Norton atau biasanya disebut dengan
Rangkaian Ekivalen Norton.
6. Carikan Arus Beban yang mengalir dan Tegangan Beban pada Resistor Beban
berdasarkan aturan Pembagi Arus listrik (Current Divider Rule).
IL = IN / (RN/(RN+RL)

Contoh Kasus Perhitungan Teorema Thevenin

Berikut ini adalah contoh kasus untuk menganalisis Rangkaian Linear dengan menggunakan
Teorema Norton dengan mengikuti langkah-langkah diatas.

Pada gambar dibawah ini, carikan Nilai Resistansi Norton (RN) dan Arus Norton (IN) serta
Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL) dengan menggunakan Teorema Norton.

Penyelesaian :

Langkah 1.

Hubung singkat Resistor beban 15Ω seperti pada gambar berikut ini :
Langkah 2.

Hitung atau ukur arus rangkaian hubung singkat tersebut. Arus ini disebut dengan Arus
Norton (IN).Kita telah melakukan hubungsingkat (short) terminal AB untuk mendapatkan
Arus Norton (IN) sehingga Resistor 60Ω dan 30Ω menjadi terhubung secara paralel. Kedua
resistor tersebut kemudian terhubung seri terhadap resistor 20Ω.
Dengan demikian Total Resistansi (Rt) yang akan terhubung ke Sumber adalah sebagai
berikut :

Rt = 20Ω + (60Ω || 30Ω) ⇒ (yang dimaksud dengan “||” adalah Paralel )


Rt = 20Ω + ((30Ω x 60Ω) / (30Ω + 60Ω))
Rt = 20Ω + 20Ω
Rt = 40Ω

Setelah mendapatkan nilai Total Resistor (Rt), maka selanjutnya adalah menghitungkan Arus
listrik yang mengalir dengan menggunakan Hukum Ohm :

It = V / Rt
It = 12V / 40Ω
It = 0,3A

Kemudian carikan nilai arus sumber (ISc) yang juga sama dengan nilai arus Norton (I N)
dengan menggunakan prinsip Pembagi Arus (Current Divider Rule).

ISc = IN = 0,3A ((60Ω / (30Ω + 60Ω))


ISc = IN = 0,2A

Jadi Arus Norton adalah 0,2A.


Langkah 3.

Lepaskan Arus Sumbernya, Short atau Hubungsingkatkan Tegangan Sumber dan lepaskan
Resistor Beban seperti pada gambar dibawah ini :

Langkah 4.

Hitung atau ukur Resistansi Rangkaian Terbuka. Resistansi ini dinamakan dengan Resistansi
Norton (RN).
Karena Tegangan sumber dihubungsingkatkan pada langkah 3, maka tegangan sumbernya
sama dengan 0. Seperti pada gambar, kita dapat melihat Resistor 30Ω adalah berhubungan
Seri dengan Resistor 60Ω dan 20Ω. Perhitungan untuk mencari Resistor Norton (R N) adalah
sebagai berikut :

RN = 30Ω + (60Ω || 20Ω)) ⇒ (yang dimaksud dengan “||” adalah Paralel )


RN = 30Ω + ((60Ω x 20Ω) / (60Ω + 20Ω))
RN = 30Ω + 15Ω
RN = 45Ω

Jadi, Nilai Resistor Norton (RN) adalah 45Ω.


Langkah 5.

Hubungkan Resistor Norton (RN) secara paralel dengan sumber arus (IN) dan pasangkan
kembali Resistor beban seperti pada gambar dibawah ini :

Langkah 6.

Langkah terakhir adalah menghitung nilai arus beban dan nilai tegangan beban pada Resitor
beban berdasarkan Hukum Ohm :

Menghitung Arus Beban (IL) yang mengalir melalui Resistor beban (RL)

IL = IN x ((RN / (RN + RL))


IL = 0,2A x ((45Ω / ((45Ω + 15Ω))
IL = 0,15A

Dan

Menghitung Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL)


VL = IL x RL
VL = 0,15A x 15Ω
VL = 2,25V

Jadi Arus Beban yang mengalir melalui Resistor Beban adalah 0,15A, sedangkan Tegangan
bebannya adalah 2,25V.

Dari Rangkaian aslinya sampai ke Rangkaian Ekivalen Norton, kita dapat melihat perbedaan
yang sangat besar, rangkaian Ekivalen Norton lebih sederhana dan lebih mudah untuk
merangkainya.

3). Transformasi Star-Delta dan Transformasi Delta-Star

Transformasi Star-Delta dan Transformasi Delta-Star memungkinkan kita untuk mengubah


impedansi yang dihubungkan bersama dalam konfigurasi 3 fasa dari satu jenis koneksi ke
yang lain.

Kita sekarang dapat memecahkan seri sederhana, paralel atau jenis jembatan jaringan resistif
menggunakan Hukum Kirchoff Rangkaian, Analisis Arus Mesh atau teknik Analisis
Tegangan Nodal tetapi dalam rangkaian 3-fasa seimbang kita dapat menggunakan teknik
matematika yang berbeda untuk menyederhanakan analisis rangkaian dan dengan demikian
mengurangi penggunaan matematika yang terlibat yang dengan sendirinya adalah hal yang
baik.

Rangkaian atau jaringan 3 fasa standar menggunakan dua bentuk utama dengan nama yang
mewakili cara di mana resistansi dihubungkan, jaringan terhubung Star yang memiliki simbol
huruf, Υ (wye) dan jaringan terhubung Delta yang memiliki simbol sebuah segitiga, ∆ (delta).

Jika supply 3-fasa, 3-kawat atau bahkan 3-fasa terhubung dalam satu jenis konfigurasi, dapat
dengan mudah diubah atau transformasi menjadi konfigurasi yang setara dengan jenis lainnya
dengan menggunakan Transformasi Star Delta atau Proses Transformasi Star Delta.

Sebuah jaringan resistif terdiri dari tiga impedansi dapat dihubungkan bersama untuk
membentuk T atau konfigurasi “Tee” tetapi jaringan juga dapat digambar ulang untuk
membentuk Star atau Υ jenis jaringan seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
T-terhubung dan Jaringan Star Ekuivalen
Seperti yang telah kita lihat, kita dapat redraw T jaringan resistor di atas untuk menghasilkan
setara elektrik Star atau Υ jenis jaringan. Tapi kita juga bisa mengkonversi Pi atau π jenis
jaringan resistor menjadi setara listrik Delta atau ∆ jenis jaringan seperti yang ditunjukkan di
bawah ini.
Pi-terhubung dan Jaringan Delta Ekuivalen

Setelah sekarang didefinisikan apa yang disebut Star dan Delta terhubung jaringan adalah
mungkin untuk mengubah rangkaian Υ menjadi setara ∆ dan juga untuk mengkonversi
rangkaian ∆ menjadi setara Υ menggunakan proses transformasi.

Proses ini memungkinkan kita untuk menghasilkan hubungan matematis antara berbagai
resistor yang memberi kita Transformasi Star Delta serta Transformasi Delta Star.
Transformasi rangkaian ini memungkinkan kita untuk mengubah tiga resistansi yang
terhubung (atau impedansi) dengan ekuivalennya yang diukur antara terminal 1-2, 1-3 atau 2-
3 untuk rangkaian yang terhubung dengan Star atau Delta.

Namun, jaringan yang dihasilkan hanya setara untuk tegangan dan arus eksternal ke jaringan
star atau delta, karena secara internal tegangan dan arus berbeda tetapi masing-masing
jaringan akan mengkonsumsi jumlah daya yang sama dan memiliki faktor daya yang sama
satu sama lain.
Transformasi Delta Star
Untuk mengonversi jaringan delta ke jaringan star yang setara, kita perlu menurunkan rumus
transformasi untuk menyamakan berbagai resistor satu sama lain di antara berbagai terminal.
Pertimbangkan rangkaian di bawah ini.
Transformasi Jaringan Delta ke Star
Bandingkan resistansi antara terminal 1 dan 2.

Resistansi antara terminal 2 dan 3.

Resistansi antara terminal 1 dan 3.

Ini sekarang memberi kita tiga persamaan dan mengambil persamaan 3 dari persamaan 2
memberi:

Kemudian, menulis ulang Persamaan 1 akan memberi kita:

Menambahkan bersama persamaan 1 dan hasil di atas dari persamaan 3 dikurangi persamaan
2 memberikan:

Dari yang memberi kita persamaan akhir untuk resistor P sebagai:

Kemudian untuk merangkum sedikit tentang matematika di atas, kita sekarang dapat
mengatakan bahwa resistor P dalam jaringan Star dapat ditemukan sebagai Persamaan 1 plus
(Persamaan 3 dikurangi Persamaan 2) atau Eq1 + (Eq3 - Eq2).

Demikian pula, untuk menemukan resistor Q dalam jaringan Star, adalah persamaan 2
ditambah hasil persamaan 1 minus persamaan 3 atau Eq2 + (Eq1 - Eq3) dan ini memberi kita
transformasi Q sebagai:
dan lagi, untuk menemukan resistor R dalam jaringan Star, adalah persamaan 3 ditambah hasil
persamaan 2 minus persamaan 1 atau Eq3 + (Eq2 - Eq1) dan ini memberi kita transformasi R
sebagai:

Ketika mengubah jaringan delta menjadi jaringan Star, penyebut semua rumus transformasi
adalah sama: A + B + C, dan yang merupakan jumlah dari SEMUA resistansi delta.
Kemudian untuk mengonversi jaringan yang terhubung delta ke jaringan star yang setara, kita
dapat meringkas persamaan transformasi di atas sebagai:
Persamaan Transformasi Delta ke Star

Jika tiga Resistor dalam jaringan delta semuanya sama nilainya maka resistor yang dihasilkan
dalam jaringan star ekuivalen akan sama dengan sepertiga nilai resistor delta. Ini memberi
setiap cabang resistif dalam jaringan star nilai: RSTAR = 1/3*RDELTA yang sama dengan
mengatakan: (RDELTA)/3
Contoh: Transformasi Delta - Star No.1
Ubah Jaringan Resistif Delta berikut menjadi Jaringan Star yang ekuivalen/setara.

Transformasi Star Delta


Transformasi Star Delta hanyalah kebalikan dari di atas. Kita telah melihat bahwa ketika
mengkonversi dari jaringan delta ke jaringan star ekuivalen yang resistor terhubung ke satu
terminal adalah hasil dari dua resistansi delta yang terhubung ke terminal yang sama,
misalnya resistor P adalah hasil resistor A dan B yang terhubung ke terminal 1.

Dengan menulis ulang rumus sebelumnya sedikit kita juga dapat menemukan rumus
transformasi untuk mengubah jaringan star resistif ke jaringan delta yang setara memberi kita
cara menghasilkan transformasi star delta seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Transformasi Jaringan Star ke Delta
Nilai resistor pada salah satu sisi jaringan delta, ∆ adalah jumlah dari semua kombinasi dua
hasil resistor dalam jaringan star yang dibagi oleh resistor star yang terletak “berhadapan
langsung” dengan resistor delta yang ditemukan. Misalnya, resistor A diberikan sebagai:

sehubungan dengan terminal 3 dan resistor B diberikan sebagai:

sehubungan dengan terminal 2 dengan resistor C diberikan sebagai:

sehubungan dengan terminal 1.

Dengan membagi setiap persamaan dengan nilai penyebut kita berakhir dengan tiga rumus
transformasi terpisah yang dapat digunakan untuk mengubah jaringan resistif Delta menjadi
jaringan Star yang setara seperti yang diberikan di bawah ini.
Persamaan Transformasi Star Delta

Satu poin terakhir tentang mengkonversi jaringan resistif star ke jaringan delta yang setara.
Jika semua resistor dalam jaringan Star semuanya sama nilainya maka resistor yang
dihasilkan dalam jaringan delta ekuivalen akan tiga kali nilai resistor star dan sama,
memberikan: RDELTA = 3*RSTAR
Contoh: Star - Delta No.2
Ubah Jaringan Resistif Star berikut menjadi Jaringan Delta yang setara.

Kedua Transformasi Star Delta dan Transformasi Delta Star memungkinkan kita untuk
mengkonversi salah satu jenis koneksi rangkaian ke jenis lain dalam rangka bagi kita untuk
dengan mudah menganalisis rangkaian. Teknik-teknik transformasi ini dapat digunakan untuk
efek yang baik untuk rangkaian star atau delta yang mengandung resistansi atau impedansi.
B. LANGKAH PERCOBAAN dengan Simulasi livewire
Silahkan lakukan pengukuran dari masing-masing teorema yang terdapat pada rangkaian
tersebut dan crenshot hasilnya.

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Hasil dari pengukuran dari 3 teorema dari 1 rangkaian tesebut lakukan analisis:
Bandingkan hasil pengukuran dengan fungsi dan karakteristik teorema,
Misalnya teorema thevenin berfungsi sebagai …….. (secara teori), dari hasil
pengukuran bagaimana hasilnya dan sesuaikah dengan teori, mengapa dan jelaskan
dengan cermat.

D. KESIMPULAN
Dari hasil tugas akhir yang di buat kelompok kami didapatkan hasil bawah
Rangkaian detektor hujan menggunakan IC555 akan aktif saat sensor mendateksi
adanya hujan. sensor ini menggunakan prinsip multivibrator astabil IC 555 dengan
sensor terpasang yang dapat mendeteksi air, yang dilengkapi dengan sebuah alarm
sederhana yang memudahkan kita mengetahui datangnya hujan.

E. Link video di Googledrive

Anda mungkin juga menyukai