Oleh
KELOMPOK 2
3. YUSRIL ( 21065051 )
Suhu kerja 0 to 70 °C
2. Bistable
Mode ini disebut juga Schmitt Trigger. pada mode ini IC 555 dapat
beroperasi sebagai flip-flop jika kaki DIS (Discharge) atau pin 7 tidak
terhubung ke kapasitor. kegunaanya meliputi pencacah biner, dan
bouncefree switch latched.
3. Astable
Pada aplikasi ini IC 555 beroperasi sebagai osilator gelombang kotak
(Square Wave Oscilator). kegunaannya sebagai generator pulsa, alarm
keamanan, pemodulasi, lampu blink (kedip), dan sebagainya.
B. ALUMINIUM FOIL
Alumunium Foil adalah material insulation yang terbuat dari beberapa
lapisan material yaitu kertas logam yang diperkuat dengan benang polester
atau benang serat gelas (scrim), sehingga memiliki daya rentang yang kuat,
tidak mudah sobek.
Aluminium Foil dirancang khusus untuk memantulkan radiasi panas
matahari hingga 95 persen, sehingga ruangan dibawah bangunan menjadi
sejuk dan nyaman. Sangat cocok untuk mencegah penguapan dan menghindari
kebocoran.
Alumunium Foil biasanya dipergunakan sebagai penyekat panas pada
bagian bawah atap atau dinding baik semen maupun metal. Jika digunakan
secara bersama dengan isolasi glasswool akan menambah efektivitas
penyerapan bunyi serta panas.
C. RESISTOR
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan
namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon.
Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah
arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut
Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega).
Untuk menyatakan resistansi sebaiknya disertakan batas kemampuan
dayanya. Berbagai macam resistor di buat dari bahan yang berbeda dengan
sifat-sifat yang berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam
memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-
nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi
disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik
suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya
resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan
20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya
berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun
ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo
ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya. Resistor tidak tetap adalah
resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah atau tidak tetap. Jenisnya
yaitu hambatan geser, Trimpot dan Potensiometer.
a. Trimpot
Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan cara
memutar porosnya dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai
hambatan dari suatu trimpot dapat dilihat dari angka yang tercantum pada
badan trimpot tersebut.
Simbol trimpot :
b. Potensiometer
Resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah dengan
memutar poros yang telah tersedia. Potensiometer pada dasarnya sama
dengan trimpot secara fungsional.
Simbol potensiometer :
F. Buzzer
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja
buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari
kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut
dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke
dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena
kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan
menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara
bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai
indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah
alat (alarm).
H. Baterai
Merupakan alat listrik-imiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan
tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu:
1. batang karbon sebagai anode (kutub positif baterai)
2. seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
3. pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan
listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang
dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti
yang biasa terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga
dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai
sekunder.
Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat
mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa
dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa
dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang
karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction).
J. MULTIVIBRATOR
Multivibrator adalah suatu rangkaian yang mengeluarkan tegangan bentuk
blok. Sebenarnya MV adalah merupakan penguat transistor dua tingkat yang
dikopel dengan kondensator, dimana output dari tingkat yang terakhir akan
dikopelkan dengan pertama, sehingga kedua transistor itu akan saling
menyumbat. MV ada yang berguncang bebas (free running) dan tersulut
(triggering) ada 3 jenis MV :
1. Astabil Multivibrator
2. Monostabil Multivibrator
3. Bistabil Multivibrator
Rangkaian lain yang mampu menghasilkan bentuk gelombang kotak
yang berasal dari suatu inputan ialah SCHMITT TRIGGER. Pada dasarnya
merupakan komparator yang memiliki nilai hysterisis, dimana nilai ini
dibatasi oleh UTP dan LTP. Rangkaian ini banyak dipakai pada saklar
elektronik, pembangkit gelombang asimetris.
2.1 Sistem Mekanik
Sistem mekanis adalah sistem yang terdiri dari elemen-elemen yang
berinteraksi secara prinsip mekanika. Pada detektor hujan dengan IC 555 ini
terdiri dari elemen :
A. IC timer 555
IC NE555 yang mempunyai 8 pin (kaki) ini merupakan salah satu
komponen elektronika yang cukup terkenal, sederhana, dan serba guna dengan
ukurannya yang kurang dari 1/2 cm3 (sentimeter kubik). Pada dasarnya
aplikasi utama IC NE555 ini digunakan sebagai timer (Pewaktu) dengan
operasi rangkaian monostable dan Pulse Generator (Pembangkit Pulsa)
dengan operasi rangkaian astable. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai
Time Delay Generator dan Sequential Timing.
B. Resistor
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan
didesain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik, dengan resistansi
tertentu (tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin,
nilai tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir.
Dalam rangkaian ini resistor digunakan yaitu untuk mengatur tegangan listrik
dan arus listrik pada detektor hujan.
Gambar 2.2 Resistor
C. KAPASITOR
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat
metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Pada rangkaian ini
kapasitor digunakan untuk menyimpan dan melepaskan muatan listrik pada
detektor hujan.
F. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan
memutuskan aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering
digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika. Pada rangkaian ini
saklar digunakan sebagai pengganti sensor aluminium foil pada detektor hujan.
Gambar 2.6 Contoh gambar switch
G. Baterai
Merupakan alat listrik-imiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan
tenaganya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu:
2.1.1.1 batang karbon sebagai anode (kutub positif baterai)
2.1.1.2 seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
2.1.1.3 pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposable/sekali pakai) mempunyai tegangan
listrik 1,5 volt. Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang
dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti
yang biasa terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga
dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang disebut dengan baterai
sekunder.
Baik baterai primer maupun baterai sekunder, kedua-duanya bersifat
mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai primer hanya bisa
dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat tidak bisa
dibalik (irreversible reaction). Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang
karena reaksi kimianya bersifat bisa dibalik (reversible reaction). Pada
rangkaian ini baterai digunakan untuk catu daya pada detektor hujan.
Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis yang
menyederhanakan suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian sederhana dengan cara
membuat suatu rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara
seri dengan sebuah resistansi yang ekivalen. Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila
diaplikasikan pada analisis rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan
rangkaian interkoneksi yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian lainnya.
Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal dari Perancis yaitu M.L.
Thevenin.
Setiap Rangkaian linear yang terdiri dari beberapa tegangan dan resistor dapat digantikan
dengan hanya satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung secara seri.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menganalisis dan menghitung suatu rangkaian
linear dengan menggunakan Teorema Thevenin.
Berikut ini adalah contoh kasus untuk menganalisis Rangkaian Linear dengan menggunakan
Teorema Thevenin (mengikuti langkah-langkah diatas).
Pada gambar dibawah ini, carikan VTH, RTH dan arus beban dan tegangan pada resistor beban
dengan menggunakan Teorema Thevenin.
Langkah 1.
Langkah 2.
Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
Setelah kita buka Resistor beban (langkah 1), rangkaiannya akan berbentuk seperti pada
gambar dibawah ini. Arus listrik yang mengalir ke Resistor 12kΩ dan 4kΩ adalah 3mA (Ingat
Hukum Ohm, I= V/R = 48V/(12kΩ+4kΩ) = 0,003A atau 3mA). Resistor 8kΩ tidak dihitung,
karena Resistor 8kΩ adalah rangkaian terbuka maka arus tidak akan mengalir sampai ke
resistor tersebut.
Tegangan pada Resistor 4kΩ adalah 12V yaitu dengan perhitungan 3mA x 4kΩ. Dengan
demikian, Tegangan pada Terminal AB juga adalah 12V. Oleh karena itu, V TH = 12V.
Langkah 3.
Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada
gambar dibawah ini :
Langkah 4.
Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian terbuka tersebut. Resistansi ini disebut
dengan Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance (RTH).
Kita telah menghilangkan Sumber Tegangan 48V dengan melepaskan sumber arus listriknya
dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada langkah ke-3, sehingga sumber
tegangan adalah ekivalen dengan 0 (V=0). Maka hubungan Resistor 8kΩ adalah seri dengan
Paralel resistor 4kΩ dan 12kΩ. Jadi perhitungan untuk mencari R TH adalah sebagai berikut :
Hubungkan secara Seri Resistor RTH dengan sumber tegangan VTH dan hubungkan kembali
Resistor Beban 5kΩ seperti pada gambar dibawah ini. Inilah hasil dari perhitungan Teorema
Thevenin atau disebut dengan Rangkaian Ekivalen Thevenin.
Langkah 6.
Sekarang mari kita aplikasikan ke teori Hukum Ohm, hitung total arus beban dan tegangan
beban seperti pada gambar 6.
IL = VTH/(RTH + RL)
IL = 12V / (11kΩ + 5kΩ)
IL = 12/16kΩ
IL = 0,75Ma
Dan
Dari Rangkaian aslinya sampai ke Rangkaian Ekivalen Thevenin, kita dapat melihat
perbedaan yang sangat besar, rangkaian Ekivalen Thevenin lebih sederhana dan mudah.
Teorema Norton (Norton Theorem) adalah salah satu Teori atau alat analisis yang dapat
digunakan untuk menyerderhanakan suatu rangkaian linear yang rumit menjadi rangkaian
yang lebih sederhana. Berbeda dengan Teorema Thevenin yang penyederhanaannya
menggunakan sumber tegangan (Voltage Source) ekivalen dengan merangkai resistor
ekivalen secara seri, Teorema Norton menyederhanakannya dengan menggunakan sumber
Arus (Current Source) ekivalen dan perangkaian resistor ekivalen secara paralel.
Teorema Norton ini berasal dua orang peneliti yang bernama Hans Ferdinand Mayer dari
Siemens & Halske dan Edward Lawry Norton dari Bell Labs. Karena ditemukan oleh dua
orang peneliti, Teorema Norton ini juga sering disebut dengan Teorema Mayer – Norton
(Mayer – Norton Theorem).
Setiap jaringan listrik linear atau rangkaian rumit tertentu dapat digantikan oleh rangkaian
sederhana yang hanya terdiri dari sebuah Arus sumber (IN) dan sebuah Resistor yang
diparalelkan (RN).
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menganalisis dan menghitung suatu rangkaian
linear dengan menggunakan Teorema Norton.
Berikut ini adalah contoh kasus untuk menganalisis Rangkaian Linear dengan menggunakan
Teorema Norton dengan mengikuti langkah-langkah diatas.
Pada gambar dibawah ini, carikan Nilai Resistansi Norton (RN) dan Arus Norton (IN) serta
Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL) dengan menggunakan Teorema Norton.
Penyelesaian :
Langkah 1.
Hubung singkat Resistor beban 15Ω seperti pada gambar berikut ini :
Langkah 2.
Hitung atau ukur arus rangkaian hubung singkat tersebut. Arus ini disebut dengan Arus
Norton (IN).Kita telah melakukan hubungsingkat (short) terminal AB untuk mendapatkan
Arus Norton (IN) sehingga Resistor 60Ω dan 30Ω menjadi terhubung secara paralel. Kedua
resistor tersebut kemudian terhubung seri terhadap resistor 20Ω.
Dengan demikian Total Resistansi (Rt) yang akan terhubung ke Sumber adalah sebagai
berikut :
Setelah mendapatkan nilai Total Resistor (Rt), maka selanjutnya adalah menghitungkan Arus
listrik yang mengalir dengan menggunakan Hukum Ohm :
It = V / Rt
It = 12V / 40Ω
It = 0,3A
Kemudian carikan nilai arus sumber (ISc) yang juga sama dengan nilai arus Norton (I N)
dengan menggunakan prinsip Pembagi Arus (Current Divider Rule).
Lepaskan Arus Sumbernya, Short atau Hubungsingkatkan Tegangan Sumber dan lepaskan
Resistor Beban seperti pada gambar dibawah ini :
Langkah 4.
Hitung atau ukur Resistansi Rangkaian Terbuka. Resistansi ini dinamakan dengan Resistansi
Norton (RN).
Karena Tegangan sumber dihubungsingkatkan pada langkah 3, maka tegangan sumbernya
sama dengan 0. Seperti pada gambar, kita dapat melihat Resistor 30Ω adalah berhubungan
Seri dengan Resistor 60Ω dan 20Ω. Perhitungan untuk mencari Resistor Norton (R N) adalah
sebagai berikut :
Hubungkan Resistor Norton (RN) secara paralel dengan sumber arus (IN) dan pasangkan
kembali Resistor beban seperti pada gambar dibawah ini :
Langkah 6.
Langkah terakhir adalah menghitung nilai arus beban dan nilai tegangan beban pada Resitor
beban berdasarkan Hukum Ohm :
Menghitung Arus Beban (IL) yang mengalir melalui Resistor beban (RL)
Dan
Jadi Arus Beban yang mengalir melalui Resistor Beban adalah 0,15A, sedangkan Tegangan
bebannya adalah 2,25V.
Dari Rangkaian aslinya sampai ke Rangkaian Ekivalen Norton, kita dapat melihat perbedaan
yang sangat besar, rangkaian Ekivalen Norton lebih sederhana dan lebih mudah untuk
merangkainya.
Kita sekarang dapat memecahkan seri sederhana, paralel atau jenis jembatan jaringan resistif
menggunakan Hukum Kirchoff Rangkaian, Analisis Arus Mesh atau teknik Analisis
Tegangan Nodal tetapi dalam rangkaian 3-fasa seimbang kita dapat menggunakan teknik
matematika yang berbeda untuk menyederhanakan analisis rangkaian dan dengan demikian
mengurangi penggunaan matematika yang terlibat yang dengan sendirinya adalah hal yang
baik.
Rangkaian atau jaringan 3 fasa standar menggunakan dua bentuk utama dengan nama yang
mewakili cara di mana resistansi dihubungkan, jaringan terhubung Star yang memiliki simbol
huruf, Υ (wye) dan jaringan terhubung Delta yang memiliki simbol sebuah segitiga, ∆ (delta).
Jika supply 3-fasa, 3-kawat atau bahkan 3-fasa terhubung dalam satu jenis konfigurasi, dapat
dengan mudah diubah atau transformasi menjadi konfigurasi yang setara dengan jenis lainnya
dengan menggunakan Transformasi Star Delta atau Proses Transformasi Star Delta.
Sebuah jaringan resistif terdiri dari tiga impedansi dapat dihubungkan bersama untuk
membentuk T atau konfigurasi “Tee” tetapi jaringan juga dapat digambar ulang untuk
membentuk Star atau Υ jenis jaringan seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
T-terhubung dan Jaringan Star Ekuivalen
Seperti yang telah kita lihat, kita dapat redraw T jaringan resistor di atas untuk menghasilkan
setara elektrik Star atau Υ jenis jaringan. Tapi kita juga bisa mengkonversi Pi atau π jenis
jaringan resistor menjadi setara listrik Delta atau ∆ jenis jaringan seperti yang ditunjukkan di
bawah ini.
Pi-terhubung dan Jaringan Delta Ekuivalen
Setelah sekarang didefinisikan apa yang disebut Star dan Delta terhubung jaringan adalah
mungkin untuk mengubah rangkaian Υ menjadi setara ∆ dan juga untuk mengkonversi
rangkaian ∆ menjadi setara Υ menggunakan proses transformasi.
Proses ini memungkinkan kita untuk menghasilkan hubungan matematis antara berbagai
resistor yang memberi kita Transformasi Star Delta serta Transformasi Delta Star.
Transformasi rangkaian ini memungkinkan kita untuk mengubah tiga resistansi yang
terhubung (atau impedansi) dengan ekuivalennya yang diukur antara terminal 1-2, 1-3 atau 2-
3 untuk rangkaian yang terhubung dengan Star atau Delta.
Namun, jaringan yang dihasilkan hanya setara untuk tegangan dan arus eksternal ke jaringan
star atau delta, karena secara internal tegangan dan arus berbeda tetapi masing-masing
jaringan akan mengkonsumsi jumlah daya yang sama dan memiliki faktor daya yang sama
satu sama lain.
Transformasi Delta Star
Untuk mengonversi jaringan delta ke jaringan star yang setara, kita perlu menurunkan rumus
transformasi untuk menyamakan berbagai resistor satu sama lain di antara berbagai terminal.
Pertimbangkan rangkaian di bawah ini.
Transformasi Jaringan Delta ke Star
Bandingkan resistansi antara terminal 1 dan 2.
Ini sekarang memberi kita tiga persamaan dan mengambil persamaan 3 dari persamaan 2
memberi:
Menambahkan bersama persamaan 1 dan hasil di atas dari persamaan 3 dikurangi persamaan
2 memberikan:
Kemudian untuk merangkum sedikit tentang matematika di atas, kita sekarang dapat
mengatakan bahwa resistor P dalam jaringan Star dapat ditemukan sebagai Persamaan 1 plus
(Persamaan 3 dikurangi Persamaan 2) atau Eq1 + (Eq3 - Eq2).
Demikian pula, untuk menemukan resistor Q dalam jaringan Star, adalah persamaan 2
ditambah hasil persamaan 1 minus persamaan 3 atau Eq2 + (Eq1 - Eq3) dan ini memberi kita
transformasi Q sebagai:
dan lagi, untuk menemukan resistor R dalam jaringan Star, adalah persamaan 3 ditambah hasil
persamaan 2 minus persamaan 1 atau Eq3 + (Eq2 - Eq1) dan ini memberi kita transformasi R
sebagai:
Ketika mengubah jaringan delta menjadi jaringan Star, penyebut semua rumus transformasi
adalah sama: A + B + C, dan yang merupakan jumlah dari SEMUA resistansi delta.
Kemudian untuk mengonversi jaringan yang terhubung delta ke jaringan star yang setara, kita
dapat meringkas persamaan transformasi di atas sebagai:
Persamaan Transformasi Delta ke Star
Jika tiga Resistor dalam jaringan delta semuanya sama nilainya maka resistor yang dihasilkan
dalam jaringan star ekuivalen akan sama dengan sepertiga nilai resistor delta. Ini memberi
setiap cabang resistif dalam jaringan star nilai: RSTAR = 1/3*RDELTA yang sama dengan
mengatakan: (RDELTA)/3
Contoh: Transformasi Delta - Star No.1
Ubah Jaringan Resistif Delta berikut menjadi Jaringan Star yang ekuivalen/setara.
Dengan menulis ulang rumus sebelumnya sedikit kita juga dapat menemukan rumus
transformasi untuk mengubah jaringan star resistif ke jaringan delta yang setara memberi kita
cara menghasilkan transformasi star delta seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Transformasi Jaringan Star ke Delta
Nilai resistor pada salah satu sisi jaringan delta, ∆ adalah jumlah dari semua kombinasi dua
hasil resistor dalam jaringan star yang dibagi oleh resistor star yang terletak “berhadapan
langsung” dengan resistor delta yang ditemukan. Misalnya, resistor A diberikan sebagai:
Dengan membagi setiap persamaan dengan nilai penyebut kita berakhir dengan tiga rumus
transformasi terpisah yang dapat digunakan untuk mengubah jaringan resistif Delta menjadi
jaringan Star yang setara seperti yang diberikan di bawah ini.
Persamaan Transformasi Star Delta
Satu poin terakhir tentang mengkonversi jaringan resistif star ke jaringan delta yang setara.
Jika semua resistor dalam jaringan Star semuanya sama nilainya maka resistor yang
dihasilkan dalam jaringan delta ekuivalen akan tiga kali nilai resistor star dan sama,
memberikan: RDELTA = 3*RSTAR
Contoh: Star - Delta No.2
Ubah Jaringan Resistif Star berikut menjadi Jaringan Delta yang setara.
Kedua Transformasi Star Delta dan Transformasi Delta Star memungkinkan kita untuk
mengkonversi salah satu jenis koneksi rangkaian ke jenis lain dalam rangka bagi kita untuk
dengan mudah menganalisis rangkaian. Teknik-teknik transformasi ini dapat digunakan untuk
efek yang baik untuk rangkaian star atau delta yang mengandung resistansi atau impedansi.
B. LANGKAH PERCOBAAN dengan Simulasi livewire
Silahkan lakukan pengukuran dari masing-masing teorema yang terdapat pada rangkaian
tersebut dan crenshot hasilnya.
D. KESIMPULAN
Dari hasil tugas akhir yang di buat kelompok kami didapatkan hasil bawah
Rangkaian detektor hujan menggunakan IC555 akan aktif saat sensor mendateksi
adanya hujan. sensor ini menggunakan prinsip multivibrator astabil IC 555 dengan
sensor terpasang yang dapat mendeteksi air, yang dilengkapi dengan sebuah alarm
sederhana yang memudahkan kita mengetahui datangnya hujan.