Anda di halaman 1dari 3

Fase ekskresi merupakan proses terjadinya pengeluaran metabolit yang merupakan hasil dari

biotransformasi melalui berbagai organ pengeluaran/sekresi. Proses kecepatan sekresi akan


memengaruhi pula kecepatan eliminasi atau pengulangan efek obat yang ada di dalam tubuh.
Obat dieliminasi melalui ginjal, melalui filtrasi glomerulus dan melalui sekresi aktif di tubulus ginjal.
Kompetisi terjadi antara obat-obat yang menggunakan mekanisme transport aktif yang sama di
tubulus proksimal. Contohnya salisilat dan beberapa AINS menghambat ekskresi metotreksat;
toksisitas metotreksat yang serius dapat terjadi. Penghambatan sekresi ditubuli ginjal akibat
kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem transport yang sama, terutama system
transport untuk obat bersifat asam dan metabolit yang juga bersifat asam. Contoh:
fenilbutazon dan indometasin menghambat sekresi ke tubuli ginjal obat-obat diuretik tiazid dan
furosemid, sehingga efek diuretiknya menurun.

Mekanisme interaksi obat dapat terjadi pada proses ekskresi melalui empedu dan
pada sirkulasi enterohepatik, sekresi tubuli ginjal, dan karena terjadinya perubahan
pH urin. Gangguan dalam ekskresi melalui empedu terjadi akibat kompetisi antara obat dan
metabolit obat untuk sistem transport yang sama, contohnya kuinidin menurunkan
ekskresi empedu digoksin, probenesid menurunkan ekskresi empedu rifampisin. Obat-
obat tersebut memiliki sistem transporter protein yang sama, yaitu Pglikoprotein.

Mekanisme interaksi obat dapat terjadi pada fase ekskresi melalui empedu,
sirkulasi enterohepatik, sekresi tubuli ginjal dan perubahan pH urin. Interaksi obat
fase ekskresi melalui ekskresi empedu terjadi akibat kompetisi antara obat dan
metabolit obat untuk sistem transport yang sama, contohnya kuinidin dapat
menurunkan ekskresi empedu digoksin, probenesid menurunkan ekskresi empedu
dari rifampisin. Obat – obat tersebut memiliki sistem transporter protein yang
sama, yaitu P – glikoprotein. Interaksi obat fase ekskresi pada sirkulasi
enterohepatik dapat terjadi akibat supresi flora normal usus yang berfungsi untuk
menghidrolisis konjugat obat, akibat supresi flora normal usus konjugat obat tidak
dapat dihidrolisis dan direabsorbsi. Contohnya adalah antibiotik rifampisin dan
neomisin dapat mensupresi flora normal usus dan dapat mengganggu sirkulasi
enterohepatik metabolit konjugat obat kontrasepsi oral atau hormonal, sehingga
kontrasepsi oral tidak dapat dihidrolisis, reabsorbsinya terhambat dan efek
kontrasepsi menurun (Gitawati, 2008).
Interaksi obat pada sekresi tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi antara
obat dan metabolit obat untuk sistem transport yang sama, terutama sistem transport untuk obat
bersifat asam dan metabolit yang bersifat asam. Contohnya
adalah fenilbutazon dan indometasin dapat menghambat sekresi tubuli ginjal obat
– obat diuretik thiazid dan furosemid, sehingga efek diuretiknya
menurun.Interaksi obat karena perubahan pH urin dapat mengakibatkan
perubahan klirens ginjal melalui perubahan jumlah reabsorbsi pasif di tubuli
ginjal. Interaksi ini akan bermakna klinik bila fraksi obat yang diekskresi utuh
oleh ginjal cukup besar (> 30%) dan obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5 – 10
atau asam lemah dengan pKa 3,0 – 7,5. Contohnya adalah efedrin yang
merupakan basa lemah dengan obat yang dapat mengasamkan urin seperti
Ammonium Klorida dapat menyebabkan klirens ginjal efedrin menurun.
Fenobarbital yang bersifat asam dengan obat yang membasakan urin seperti
antasida dapat menyebabkan klirens ginjal fenobarbital menurun dan efeknya juga
menurun.
Pada orang lanjut usia terdapat penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi
glomerulus sabe nyak 40-50%. Dengan adanya penurunan fungsi ginjal, terdapat penurunan ekskresi
obat, dan terjadi akumulasi obat. Toksisitas obat harus dinilai secara terus menerus selama klien
menerima pengobatan

Suatu obat dapat memengaruhi kecepatan ekskresi obat lainnya dengan cara: (1) mengubah
ikatan protein sehingga mengubah kecepatan filtrasi glo meruli, (2) menghambat sekresi tubuli, dan
(3) dengan mengubah aliran urine dan/atau pH urine.

Contoh yang jelas adalah pemakaian probenesid untuk menghambat sekresi penisilin
sehingga dapat memperpanjang kerja antibakteri penisilin. Contoh lainnya adalah pemberian
furosemid (diuretika) pada kasus keracunan obat-obat dengan tujuan meningkatkan aliran urine dan
meningkatkan sekresi obat. Selain itu, alkalinisasi dan asidifikasi urine pada keracunan obat asam
lemah/basa lemah dilakukan untuk meningkatkan ekskresi obat.
https://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0

Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI (2015) Kumpulan Kuliah Farmakologi. Egc

Joyce., et al. (2015) Farmakologi. Egc

Sulfianti. (2021) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yayasan Kita Menulis : Yogyakarta.

Gitawati, (2008) interaksi obat dan implikasinya. Media litbang Kesehatan volume XVIII No. 4

Anda mungkin juga menyukai