Anda di halaman 1dari 93

ANALISIS PENERAPAN PP NO 23 TAHUN 2018

TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN SPT TAHUNAN


DAN PENINGKATAN PENERIMAAN PPH
(Studi Pada KPP Makassar Selatan)

SKRIPSI

AHMAD RIZAF
1792141002

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
ANALISIS PENERAPAN PP NO 23 TAHUN 2018
TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN SPT TAHUNAN
DAN PENINGKATAN PENERIMAAN PPH
(Studi Pada KPP Makassar Selatan)

SKRIPSI

Diajukan unruk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Penyelesaiaan Skripsi
Pada Program Studi Akuntansi S.1

AHMAD RIZAF
1792141002

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

ii
PERNYATAAN ORISINIL SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini


1. Nama : Ahmad Rizaf
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 07 November 1998
3. NIM : 1792141002
4. Program Studi : Akuntansi S1
5. Judul Skripsi :
Analisis Penerapan PP No.23 Tahun 2018 Terhadap
Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan Peningkatan Penerimaan PPh
(Studi pada KPP Makassar Selatan)
Dosen Pembimbing:
a. Samsinar, S.Pd.,SE.,M.Si.,Ak.,CA
b. Prof. Dr. Muhammad Azis.,M.Si
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Skripsi ini merupakan karya
sendiri dan bebas dari unsur plagiasi. Apabila ternyata dalam naskah ini
ditemukan unsur-unsur plagiasi, Saya bersedia dituntut di dalam ataupun di luar
pengadilan dan bersedia menanggung segala risiko yang diakibatkannya.

Makassar, 10 November 2021


Mengetahui, Yang membuat pernyataan,
Ketua Program Studi Akuntansi S1

Mukhammad Idrus, SE.,M.Si.,Ak.,CA. Ahmad Rizaf


NIP 19700105 199702 1 002 NIM 1792141002

i
1792141002

Oktober
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul Analisis Penerapan PP 23 Tahun 2018 Terhadap


Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan Peningkatan Penerimanan PPh (Studi
Pada KPP Pratama Makassar Selatan) yang diajukan oleh Ahmad Rizaf NIM
1792141002 ini, telah DIPERTAHANKAN di hadapan Panitia Ujian Skripsi
Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar yang dibentuk
berdasarkan surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Makassar Nomor :............... tanggal ......................, dan dinyatakan LAYAK untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar ..................... pada
Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar,
pada hari ............... tanggal ................
. Disahkan Oleh
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar

Prof. Dr. H. Thamrin Tahir., M.Si


Panitia Ujian: NIP.19620111 198702 1 001
1. Ketua : Prof. Dr. H. Thamrin Tahir., M.Si
2. Wakil Ketua : Dra. Hariany Idris, M.Si
3. Pembimbing I : Samsinar, S.Pd.,SE.,M.Si.,Ak.,CA.
4. Pembimbing II : Prof.Dr.Muhammad Azis.,M.Si.
5. Penguji I : Hajrah Hamzah, S.E.,M.Si.,Ak.CA.
6. Penguji II : Mukhammad Idrus, SE.,M.Si.,Ak.,CA.

iii
MOTTO

"Kehidupan itu cuma dua hari. Satu hari berpihak kepadamu dan satu
hari melawanmu. Maka pada saat ia berpihak kepadamu, jangan
bangga dan gegabah; dan pada saat ia melawanmu bersabarlah.
Karena keduanya adalah ujian bagimu." Ali bin Abi Thalib

“Tidak Perlu Terlalu Terang Cukup Ada dan


Tak Kunjung Padam “.
(Penulis)

iv
RINGKASAN

AHMAD RIZAF.2021.Analisis Penerapan PP 23 Tahun 2018 Terhadap


Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan Peningkatan Penerimaan PPh (Studi
pada KPP Makassaar Selatan). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Makassar Pembimbing: Samsinar,S.Pd.,SE.,M.Si.,Ak.CA. & Prof.Dr.Muhammad
Azis,M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan PP No 23 Tahun


2018 Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan Peningkatan Penerimaan
oleh wajib pajak yang terdaftar pada KPP Makassar Selatan. Variabel dalam
penelitian ini adalah: (1) PP No 23 tahun 2018 yang dinyatakan dalam variabel
bebas (X) dan (2) Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan yang dinyatakan dalam
variabel terikat (Y1) dan (3) Peningkatan Penerimaan PPh yang dinyatakan dalam
variabel terikat (Y2). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, sedangkan sampel
adalah petugas pajak yang mempunyai data yang diperlukan untuk kebutuhan
skripsi, diantaranya adalah Pegawai bagian Pusat Data dan Informasi dan Pegawai
bagian Pelayanan yang memberikan informasi terkait jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar pada tahun 2017-2020, jumlah target penerimaan pajak dan realisasinya.
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PP 23 Tahun 2018 memempunyai
pengaruh terhadap kepatuhan pelaporan SPT tahunan dan peningkatan
penerimaan PPh pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan.

Kata Kunci: Penerapan PP No.23 Tahun 2018 , Kepatuhan Pelaporan SPT,


Penerimaan PPh

v
SUMMARY

AHMAD RIZAF.2021. Analysis of the Implementation of PP 23 of 2018 on


Compliance with Annual SPT Reports and Increasing Income Tax Revenue
(Study on South Makassar Tax Office). Essay. Faculty of Economics,State
University of Makassar, Advisor : Samsinar,S.Pd.,SE.,M.Si.,Ak.CA. and
Prof.Dr.Muhammad Azis,M.Si.

This study aims to determine the application of PP No 23 of 2018 to


Compliance with Annual SPT Reports and Increasing Revenue by taxpayers
registered with the South Makassar Tax Office. The variables in this study are: (1)
PP No. 23 of 2018 which is stated in the independent variable (X) and (2) Annual
Tax Return Reporting Compliance which is stated in the dependent variable (Y1)
and (3) Increased Income Tax Revenue which is expressed in the dependent
variable. (Y2). The population in this study were all employees registered at the
South Makassar Primary Tax Service Office, while the sample was tax officers
who had the data needed for thesis needs, including employees of the Data and
Information Center and Service Section employees who provided information
related to the number of taxpayers. registered in 2017-2020, the number of tax
revenue targets and their realization. The data in this study were collected through
interviews and documentation. The results of this study indicate that PP 23 of
2018 has an influence on reporting compliance with annual tax returns and
increasing income tax revenues at the South Makassar Primary Tax Service
Office.

Keywords: The Implementation of PP No.23 of 2018 , Annual SPT Reports,


Income Tax Revenue.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan karunia, nikmat, dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Penerapan PP No 23 Tahun 2018 Terhadap

Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan Peningkatan Penerimaan PPh

(Studi Pada KPP Pratama Makassar Selatan)”. Skripsi ini diajukan dalam

rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk mencapai gelar S.Ak.

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan

Pustaka dan Kerangka Konseptual, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan

Pembahasan, Bab V Penutup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PP 23

Tahun 2018 memempunyai pengaruh terhadap kepatuhan pelaporan SPT tahunan

dan peningkatan penerimaan PPh .Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya Kepada Ibu

Samsinar,S.Pd.,S.E.,M.Si.,,Ak.,CA. sebagai Pembimbing 1, dan Bapak

Prof.Dr.Muhammad Azis.,M.Si. sebagai Pembimbing 2.Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada tim penguji, yaitu Ibu Hajrah Hamzah, S.E.,M.Si.,Ak.CA. .

Peneliti juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:

vii
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng sebagai

Rektor Universitas Negeri Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Thamrin Tahir, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Negeri Makassar.

3. Ibu Dra. Hariany Idris, M. Si. Sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Makassar.

4. Bapak Mukhammad Idrus, SE., M.Si., Ak., CA. sebagai Ketua Program

Studi Akuntansi SI Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar serta

atas kesediannya menerima peneliti untuk meneliti.

5. Segenap Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Makassar.

6. Pimpinan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wilayah Sulawesi

Selatan,Barat, dan Tenggara beserta para stafnya yang telah memberikan

izin penelitian untuk penulisan skripsi ini.

7. Kepala Kantor Pelayan Pajak Pratama Makassar Selatan beserta para staf

khususnya seksi Pengelola Data dan Informasi,Seksi Pelayanan dan

Penyuluh .

8. Keluarga besarku, yang tak henti-hentinya memberikan sumbangsi secara

materil maupun nonmateril, khususnya Bapak (Muhammad Amin) dan Ibu

(Gusniati) dalam mendidik, serta membesarkan dan juga memberikan

kasih sayang serta doa kepada penulis dalam meraih impian dan cita-

citanya

viii
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Makassar angkatan 2017, terkhusus untuk 5 Centimeter

atas kerjasama serta bantuannya sejak awal kuliah sampai saat ini

khususnya pada saat proses penelitian.

Terlalu banyak orang berjasa kepada penulis dalam menempuh pendidikan

di Universitas Negeri Makassar, sehingga tidak akan sempat bila dituturkan dalam

ruangan yang terbatas ini .Kepada mereka semua tanpa terkecuali ,penulis

mengucapkan terima kasih yang teramat dalam.

Hanya kepada Allah SWT Penulis memohon ridha semoga segala

dukungan serta bantuan dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda

disisi-Nya.Semoga Karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapat

ridha dari Allah SWT Aamiin .

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 10 November 2021

Penulis,

Ahmad Rizaf

ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINIL SKRIPSI............................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................................... iii

MOTTO………….. ......................................................................................... iv

RINGKASAN .................................................................................................. v

SUMMARY ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL.......... 11

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11

B. Penelitian Sebelumnya.............................................................................. 22

C. Kerangka Konseptual................................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 29

A. Variabel dan Desain Penelitian ................................................................. 29

x
B. Defenisi Oprasional................................................................................... 31

C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 32

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 32

E. Teknik Analisis Data................................................................................. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 36

A. Gambaran Umum PP NO.23 Tahun 2018 ................................................ 36

B. Penyajian Data .......................................................................................... 41

a. Analisis Data ............................................................................................. 45

b. Hasil dan Pembahasan .............................................................................. 48

BAB V PENUTUP........................................................................................... 52

A. Kesimpulan ............................................................................................... 52

B. Saran ......................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

xi
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
Jumlah Wajib Pajak Yang Melaporkan Melalui E-Filling
1 2016-2018 6
Jumlah wajib Pajak Terdaftar KPP Pratama Makassar Selatan
2 2018 7
Presentase Kepatuhan Pelaporan di KPP Pratama Makassar
3 Selatan Tahun 2019 8
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT dan Realisasi
Pelaporan SPT di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun
4 2017-2020 42
Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Makassar Selatan
5 Tahun 2017-2020 44
Presentase Kepatuhan Pelaporan SPT di KPP Pratama
6 Makassar Selatan Tahun 2017 -2020 45
Kontribusi Penerimaan PPh Terhadap Jumlah Penerimaan
7 Pajak KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020 47

xii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1 Kerangka Konseptual 28

2 Desain Penelitian 30

3 Komponen dalam analisis data 33

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Usulan Judul………………………………………………….. 57

2 Surat Keputusan tentang Penugasan Dosen Pembimbing….... 58

3 Undangan Seminar Proposal…………………………………. 59

4 Surat Izin Penelitian…………………………………………. 60

5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……………… 61

6 Data Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT……………………… 62

7 Data Realisasi SPT…………………………………………... 63

8 Data Jumlah Wajib Pajak Terdaftar………………………….. 64

9 Data Realisasi Jumlah Penerimaan Pajak……………………. 65

10 Data Penerimaan Perjenis Pajak……………………………… 66

11 Data Presentase Kepatuhan Pelaporan SPT………………….. 67

Data Kontribusi Penerimaan PPh Terhadap Jumlah


12
Penerimaan Pajak…………………………………………….. 68

13 Hasil Wawancara…………………………………………....... 69-73

14 Dokumentasi Lapangan……………………………………..... 74-76

15 Riwayat Hidup………………………………………………... 77

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pajak merupakan denyut nadi perekonomian dan menjadi sumber utama

pendapatan negara. Pajak sangat berkontribusi besar dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN). Selama lima tahun terakhir, pajak berkontribusi

rata-rata sekitar 70% dalam APBN (Sumber: http://kemenkeu.go.id). Besarnya

kontribusi pajak terhadap APBN menyebabkan pemerintah Indonesia sangat

bergantung pada pajak.

Penerimaan pajak mencapai Rp1.312,40 triliun atau 73,47 persen dari

target APBN tahun 2019, tumbuh 0,84 persen dibandingkan realisasi periode yang

sama APBN tahun 2018 sebesar Rp1.301,52 triliun, (www.kemenkue.go.id)

dalam proporsi ini pajak merupakan penerimaan paling besar. Reformasi

perpajakan adalah berubahnya secara menyeluruh sistem perpajakan yang sudah

ada, sebagaimana tindakan merubah administrasi perpajakan menjadi lebih baik,

memperbaiki peraturan perpajakan, dan meningkatkan dasar perpajakan yang ada

(Satya, 2017:14-15). Reformasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam

bidang perpajakan bermacam-macam, dalam penerapan reformasi perpajakan

tersebut melihat kondisi yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia dalam hal

perpajakan.

Terdapat dua indikator agar reformasi perpajakan dapat terjadi yaitu trend

penurunan tax ratio selama 10 tahun terakhir dan target penerimaan tidak tercapai.

Mustikasari (2007) menyatakan bahwa di Indonesia menunjukkan adanya tax gap

yaitu perbedaan antara penerimaan pajak yang seharusnya terhimpun dengan

1
2

kenyataanataan penerimaan pajak yang dapat dikumpulkan setiap tahunnya. Dari

pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa angka penerimaan pajak yang tertera

di dalam RAPBN terlihat besar tetapi penerimaan pajak sesungguhnya masih

sangat rendah.

Untuk memenuhi target yang sudah ditetapkan pemerintah melirik sektor

swasta khususnya UMKM, pada tahun 2013 pemerintah menerbitkan peraturan

pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang Pajak Final 1% untuk Wajib Pajak

dengan peredaran bruto tertentu atau lebih umum disebut PP No. 46 Tahun 2013.

Peraturan ini berlaku bagi Wajib Pajak pribadi maupun badan kecuali Bentuk

Usaha Tetap (BUT) yang mempunyai peredaran bruto kurang dari atau sama

dengan Rp 4,8 miliar pertahun. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak.

Dalam penerbitan peraturan permerintah tersebut diharapkan dapat

membantu perhitungan pajak tersebut tetapi, kenyataannya menimbulkan pro dan

kontra masyarakat terlebih pada para pelaku bisnis sebagai Wajib Pajak hal ini

dikarenakan peraturan baru ini berubah secara signifikan mengenai teknik dalam

perhitungan maupun tarif yang ditanggung oleh Wajib Pajak atas penghasilannya.

Meskipun lebih mudah dan sederhana dalam perhitungan, tetapi besarnya pajak

yang ditanggung oleh Wajib Pajak semakin tinggi dan tidak adil (1% dari

pendapatan kotor). Sehingga menyebabkan kebanyakan Wajib Pajak tidak

transparan dalam melakukan pelaporan.

Pada tahun 2018 pemerintah menerbitkan peraturan baru mengenai pajak

penghasilan yang dikenakan atas UMKM, yaitu PP No. 23 tahun 2018 revisi dari
3

peraturan pemerintah No. 46 tahun 2013. Peraturan ini diumumkan langsung oleh

Presiden Joko Widodo di Surabaya dan Bali pada tanggal 22 sampai 23 Juni 2018

dan mulai diberlakukan secara efektif tanggal 1 Juli 2018. Pada Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ini terdapat penurunan tarif pajak PPh Final

dari 1% menjadi 0,5% yang berlaku bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah

(UMKM) dengan peredaran bruto (omset) dibawah Rp. 4,8M (Sumber:

www.pajakonline.com) dan perubahan kedua mengenai batasan waktu yang

ditetapkan untuk menggunakan tarif 0,5%. Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 23 Tahun

2018 pemberian batasan waktu yang berbeda-beda kepada subjek pajak. Bagi

subyek pajak Orang Pribadi selama 7 tahun; Perseroan Terbatas selama 3 tahun;

dan bagi koperasi, firma, dan Commanditaire Vennootschap (CV) selama 4 tahun.

Kebijakan peraturan ini dinilai dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

UMKM dari tahun ke tahun, sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara

dari sektor pajak penghasilan atau PPh.

Indonesia dalam mendorong peningkatan penerimaan pajak menganut self

assessment system yaitu suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan

kepada Wajib Pajak untuk mematuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan

hak perpajakannnya sehingga kesadaran Wajib Pajak sangat diperlukan dalam

pemenuhan kewajibannya. Jika kesadaran membayar pajak masih rendah maka

berdampak langsung pada tingkat penerimaan yang juga akan semakin rendah.

Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, Wajib Pajak harus datang ke

kantor pelayanan pajak ataupun dikirim melalui pos. Dengan demikian maka

diperlukan sumber daya manusia yang banyak dan juga tempat yang luas, serta
4

waktu dan proses yang lambat karena dikirim secara manual. Untuk itu kantor

pelayanan pajak berupaya untuk melakukan pembaharuan sistem agar kewajiban

perpajakan dapat dilakukan secara online, karena dengan menggunakan fasilitas

internet informasi dapat diperoleh dengan sangat cepat dan juga mudah.

Salah satu yang menjadikan penyebab masyarakat tidak patuh dalam

membayar pajak adalah ketidaktahuan masyarakat akan sadar membayar pajak

dan minimnya kepatuhan Wajib Pajak akan membayar pajaknya. Agar target

pajaknya terpenuhi, maka perlu ditingkatkannya kesadaran Wajib Pajak secara

terus menerus untuk membayarkan pajaknya. Kesadaran pajak sendiri muncul di

dalam diri wajib pajak tanpa adanya ketakutan akan sanksi yang akan diberikan

ketika tidak membayar pajaknya.

Masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak, tidak

terlepas dari faktor pegetahuan dan pemahaman tentang perpajakan itu sendiri

karena bila setiap Wajib Pajak mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang

memadai tentang peraturan perpajakan, maka dapat dipastikan Wajib Pajak

secara sadar akan patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan

baik dan benar. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat dari cara memenuhi semua

kewajiban perpajakannya. Kepatuhan perpajakan merupakan tindakan Wajib

Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan

perundangundangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam

suatu Negara. Kepatuhan perpajakan dapat diidentifikasi melalui kepatuhan

Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali


5

SPT, kepatuhan dalam menghitung, dan membayar pajak terutang, kepatuhan

dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan.

Kondisi tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia relatif rendah yang

diakibatkan Wajib Pajak orang pribadi yang sudah mendaftarkan dirinya namun

kemudian tidak melaporkan Surat Pemberitahuan ( SPT) Tahunannya, maka

membuat pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak terus berupaya

menciptakan sistem perpajakan baru dalam rangka untuk meningkatkan

pelayanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam melaporkan SPT tahunannya

sehingga tingkat kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan tersebut adalah dengan

membuat pembaharuan sistem atau metode yang sederhana, mudah, dan cepat. E-

Filing pajak lahir dari penerapan sistem modul penerimaan negara generasi

kedua yang mulai dijalankan pada tahun 2007 dan disempurnakan pada tahun

2014. Dalam sistem ini, negara menggunakan surat elektronik serta pembayaran

dengan e-filling sebagai bagian dari sistem transaksinya.

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam

menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang

tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai

dengan kebenarannya. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara

sukarela (voluntary of complience) merupakan tulang punggung dari self

assesment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri

kewajiban perpajakan kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam membayar
6

dan melaporkan pajaknya. Kepatuhan perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam

Siti Kurnia Rahayu (2010:138), menyatakan bahwa: “kepatuhan perpajakan

merupakan suatu keadaan dimana Wajib Pajak harus memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”

Berikut data mengenai jumlah Wajib Pajak dan persentase Kepatuhan

Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Makassar Selatan dari tahun 2016-2018.

Tabel 1. Jumlah Wajib Pajak Yang Melaporkan Melalui E-Filling 2016-2018

Wajib Jumlah Wajib Pajak yang melapor


Tahun Lapor
Pajak
2016 Badan 68
Orang
Pribadi 26.573
2017 Badan 756
Orang
Pribadi 32.306
2018 Badan 1975
Orang
Pribadi 34.749
Sumber: Seksi PDI KPP Makassar Selatan

Dari tabel di atas menunjukkkan jumlah Wajib Pajak yang melapor

melalui E-Filing tahun 2016-2018 mengalami peningkatan. Pada tahun 2016

jumlah Wajib Pajak yang melaporkan melalui E-Filing untuk badan sebanyak 68

Wajib Pajak dan orang pribadi sebanyak 26.573. Dan pada tahun 2017

mengalami kenaikan peningkatan pelaporan melalui E-Filing untuk badan

sebanyak 756 Wajib Pajak dan orang pribadi sebanyak 32.306 Wajib Pajak.

Kemudian pada tahun 2018 masih tetap mengalami peningkatan pelaporan

melalui E-Filing untuk badan sebanyak 1975 Wajib Pajak dan orang pribadi
7

sebanyak 32.306 Wajib Pajak. Maka dapat disimpulkan bahwa pelaporan pajak

melalui sistem E-Filing sangat efektif khususnya di Makassar Selatan.

Tabel 2.Jumlah wajib Pajak Terdaftar KPP Pratama Makassar Selatan


2018

Wajib Pajak Jumlah WP Terdaftar

Badan 18.296

OP Non Karyawan 22.923

OP Karyawan 132.766

Jumlah 173.985
Sumber: Seksi PDI KPP Makassar Selatan

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah Wajib Pajak yang

terdaftar di KPP Makassar Selatan sebanyak 173.985 Wajib Pajak. Adapun wajib

badan sebanyak 18.296. Dan objek pajak non karyawan sebanyak 22.923 Wajib

Pajak. Kemudian objek pajak karyawan sebanyak 173.985 Wajib Pajak.


8

Tabel 3. Presentase Kepatuhan Pelaporan di KPP Pratama Makassar


AJBJJJJ Selatan Tahun 2019
Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT Realisasi SPT 2019

Badan 7.667 4.311

OP Non Karyawan 9.539 4.475

OP Karyawan 52.636 41.235

Jumlah 69.842 50.021

Presentase Realisasi SPT : WP


50.021 : 69.842 =71,60%
Kepatuhan Terdaftar Wajib SPT

Sumber: Seksi PDI KPP Makassar Selatan

Dari tabel di atas menunjukkan realisasi pelaporan pajak menggunakan E-

Filing di KPP Makassar Selatan tahun 2019 sebanyak 50.021 Wajib Pajak dari

69.842 Wajib Pajak yang terdaftar SPT. Dengan demikian, masih ada sebanyak

19.821 Wajib Pajak yang belum melaporkan pajaknya hingga akhir 31 Maret

2019. Maka dari itu, persentase kepatuhan pajak yang dicapai oleh KPP Makassar

Selatan tahun 2019 sebanyak 71,60%.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan PP No. 23 Tahun 2018

Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan Peningkatan

Penerimaan PPh (Studi pada KPP Makassar Selatan)”.


9

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh penerapan PP no 23 tahun 2018 terhadap kepatuhan

pelaporan SPT tahunan oleh wajib pajak yang terdaftar pada KPP Makassar

Selatan?

2. Bagaimana pengaruh penerapan PP no.23 tahun 2018 terhadap peningkatan

penerimaan PPh oleh wajib pajak yang terdaftar pada KPP Makassar

Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Untuk Mengetahui Penerapan PP No 23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan oleh Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP

Makassar Selatan.

2. Untuk Mengetahui Penerapan PP No.23 Tahun 2018 Terhadap Peningkatan

Penerimaan PPh oleh Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP Makassar

Selatan .
10

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pikiran terhadap

pemecahan masalah yang berkaitan dengan penerapan PP No 23 Tahun 2018

terhap kepatuhan pelaporan SPT tahunan oleh Wajib Pajak dan peningkatan

penerimaan PPh

b. Bagi Penulis

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman

khususnya pengetahuan mengenai penerapan PP No 23 Tahun 2018

mempengaruhi kepatuhan pelaporan SPT Tahun dan Peningkatan Penerimaan

PPh .

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar dapat dijadikan masukan dalam penelitian serupa dan dapat dijadikan

referensi bagi peneliti lain agar lebih sempurna untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dibidang perpajakan dan

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pertimbangan untuk perubahan

peraturan pemerintah tentang PPh final Wajib Pajak dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Pajak

a. Definisi Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:3)

Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang
masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta
pelaksanaannya dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut
digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan
umum.

Menurut Rochmat Soemitro (2013:1).

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang


(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbul
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak

merupakan iuran negara yang bersifat wajib dan memaksa yang di limpahkan

kepada seseorang maupun badan yang telah diatur oleh undang- undang dan hasil

iuran tersebut akan berdampak kepada masyrakat namun tidak secara langsung.

b. Fungsi Pajak

Mardiasmo (2018:4), menyatakan ada dua fungsi pajak, yaitu:

1) Pertama, fungsi anggaran (budgetair) yaitu pajak berfungsi sebagai salah satu

sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Kedua, fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak berfungsi sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi.

11
12

2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak terutama dari

sektor UMKM adalah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Peraturan tersebut

diubah ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 yang mulai

diberlakukan per tanggal 1 Juli 2018.

Dalam Pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa Wajib Pajak yang memiliki

peredaran bruto tertentu dikenai pajak penghasilan bersifat final. Sedangkan

dalam Pasal 2 ayat (3) yang tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai

pajak penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

sebagai berikut:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi

dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh diluar negeri yang pajaknya

terutang atau telah dibayar diluar negeri.

c. Penghasilan yang telah dikenai pajak penghasilan yang bersifat final

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

tersendiri.
13

d. Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) meliputi:

1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, PPAT,

penilai, dan aktuaris;

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,

bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;

3) Olahragawan;

4) Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;

5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

6) Agen iklan;

7) Pengawas atau pengelola proyek;

8) Perantara

9) Petugas penjaja barang dagangan;

10) Agen asuransi;

11) Distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjual

langsung dan kegiatan sejenis lainnya.


14

Dalam Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa Wajib Pajak yang memiliki

peredaran bruto tertentu dikenai pajak penghasilan yang bersifat final. Sedangkan

dalam pasal 3 ayat (1) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu 18

sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) adalah Wajib Pajak yang memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Wajib Pajak orang pribadi; dan

b. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan, komoditer, firma,

atau perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh penghasilan

dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,00 dalam

satu (1) tahun pajak.

Dalam hal ini, Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban tersebut

terdapat beberapa pengecualian yang tertera dalam Pasal 3 ayat (2) yang

menyatakan bahwa yang tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana

dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) dalam hal:

a. Wajib Pajak memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan

tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasl 17 ayat (2), atau Pasal 31E Undang-

Undang Pajak Penghasilan.

b. Wajib Pajak badan yang berbentuk persekutuan komanditer atau firma

yang dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki
15

keahlian khusus menyerahkan jasa sehubungan dengan pekerjaan

bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4).

c. Wajib Pajak badan memperoleh fasilitas pajak penghasilan

berdasarkan:

1) Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Perhitungan

Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam

tahun berjalan beserta perubahan penggantiannya, dan

3) Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)

3. SPT Tahunan

Pengertian SPT menurut Diana dan Setiawati (2014:89)

Surat Pemberitahuan ( SPT) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, obek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau 10 harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak yang
terutang adalah pajak yang harus dibayarkan pada suatu saat, dan masa
pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Supramono dan Damayanti (2015:24)

Surat Pemberitahuan ( SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak dan/atau harrta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.
Menurut Diana dan Setiawati (2014:89) fungsi surat pemberitahuan bagi

Wajib Pajak penghasilan adalah sebagai sasaran untuk melaporkan dan


16

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang

dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau

melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam I Tahun Pajak atau

Bagian tahun Pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak,

c. Harta dan kewajiban, dan/atau

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam I masa pajak sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi PKP, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk

melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak

pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya

terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak pengeluaran dan

b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP

dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Fungsi Surat Pemberitahuan ( SPT) bagi Wajib Pajak pajak penghasilan

adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan.


17

4. Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Menurut

Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. Kepatuhan Wajib Pajak

dapat diidentifikasi dari: Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua

jenis pajak dalam 2 tahun terakhir; tidak mempunyai tunggakan pajak untuk

semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajak; tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan

tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir; dalam

2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap Wajib

Pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir

untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%; Wajib Pajak

yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian

sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan

yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi

pembangunan dewasa ini yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan

secara sukarela. Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem

perpajakan Indonesia menganut sistem self asessment di mana dalam prosesnya

secara mutlak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

membayar dan melapor kewajibannya.


18

5. Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:5), terdapat lima teori dalam pemungutan pajak

yaitu, sebagai berikut.

a. Teori Asuransi

Negara Melindungi keselmatan jiwa, harta benda, dan hak- hak rakyatnya.

Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu

premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya

pelindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang

terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

c. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus

dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya

pikul dapat digunakan 2 pendekatan, yaitu :

1) Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan

yang dimiliki oleh seseorang, dan

2) Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang

harus dipenuhi.

d. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan

negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu

menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.


19

e. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut

pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah

tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke

masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan

demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak hendaknya

memperhatikan berbagai faktor yang selanjutnya dikenal sebagai asas

pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini disajikan berbagai asas pemungutan

pajak menurut para ahli ekonomi.

1) Adam Smith

a) Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus

sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak. Negara tidak

boleh bertindak diskriminatif terhadap Wajib Pajak.

b) Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga

bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

c) Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang

tepat bagi Wajib Pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat Wajib

Pajak baru menerima penghasilannya atau disaat Wajib Pajak menerima

hadiah.

d) Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin,

jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil

pemungutan pajak.
20

2) Adolf Wagner

a) Asas Politik Finansial, pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai

sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.

b) Asas Ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak

pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah

c) Asas Keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum tanpa

diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.

d) Asas Administrasi, menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan,

dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara

membayarnya) dan besarnya biaya pajak.

e) Asas Yuridis, segala pungutan pajak harus berdasarkan undang-undang.

Menurut Siti Resmi (2014:11), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3

(tiga), yaitu:

1. Official Assesment System, sistem pemungutan pajak yang memberi

kewewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah

pajak yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,

inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya

berada di tangan aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau

tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak bergantung pada aparatur

perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur perpajakan).


21

2. Self Assesment System, sistem pemungutan pajak yang memberikan

wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang

terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan

menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib

Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu

memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan

mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya

membayar pajak.

Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk :

a) Menghitung sendiri pajak terhutang;

b) Memperhitungkan sendiri pajak terhutang;

c) Membayar sendiri pajak terhutang;

d) Melaporkan sendiri pajak terhutang;

e) Mempertanggungawabkan pajak yang terutang.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak

banyak tergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib

Pajak).

3. With Holding System, sistem pemungutan pajak yang memberikan

wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukkan pihak

ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan,


22

keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong serta

memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui

sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan

pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

6. Pajak Penghasilan

Menurut Judisseno (2005:82)

Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada


masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan
diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus
dilaksanakannya.

Pajak Penghasilan dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh

oleh orang pribadi atau perseorangan maupun badan. Dasar hukum Pajak

Penghasilan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

yang merupakan perubahan ke empat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan.

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Irmasari Harun (2019), penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis apakah UMKM yang ada di Kota Malang telah

menerapkan Peraturan Pemerintah NO 23 Tahun 2018?.Jenis dan pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kota Malang. Alat

pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner sebagai metode utama, dan

dokumentasi sebagai metode penunjang. Populasi penelitian ini adalah Wajib


23

Pajak UMKM Kota Malang yang terdaftar pada kantor pelayanan pajak Pratama

Kota Malang.

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai Analisis

Penerapan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 Bagi Wajib Pajak UMKM di

Kota Malang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : terdapat pengaruh

positif tidak signifikan Pengetahuan Wajib Pajak UMKM tentang Peraturan

Pemerintah No.23 Tahun 2018 terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di kota

Malang. Maka kesimpulannya adalah bahwa hipotesis satu (H1) dalam penelitian

ini dapat diterima. H1 : Pengetahuan Wajib Pajak UMKM mengenai PP No. 23

Tahun 2018, yang berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak bagi

UMKM.

Penelitian ini memiliki persamaan yaitu sama-sama variabel bebasnya

Penerapan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018, serta variabel terikatnya

atau Y adalah Kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu, perbedaan lainnya penelitian

ini dengan penelitian Irmasari Harun terletak pada subjek yaitu Wajib Pajak

UMKM di kota Malang sedangkan penelitian ini subjeknya adalah Wajib Pajak

UMKM di Kota Makassar Selatan, dan tempatnya di studi pada Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Kota Malang sedangkan penelitian ini pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar Selatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Keziana (2016) Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dan menjelaskan penerapan PP No. 46 Tahun 2013 terhadap

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Final. Jenis penelitian yang
24

digunakan peneliti untuk mengetahui penerapan Pajak PP No. 46 Tahun 2013

terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan PPh final adalah

penelitian deskriptif.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu

mendeskripsikan peranan PP No. 46 Tahun 2013 terhadap tingkat kepatuhan

Wajib Pajak dan penerimaan PPh final di KPP Pratama Kepanjen setelah

diterapkannya PP No. 46 Tahun 2013. Sumber data dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan oleh peneliti adalah

data berupa hasil wawancara peneliti terhadap Kepala Pelayanan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen. Sedangkan data sekunder yang digunakan

peneliti berupa catatan dan laporan jumlah penerimaan PPh final dan jumlah

penerimaan pembayaran pajak kategori PP Nomor 46 Tahun 2013 pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1.) Analisis penerapan PP No.

46 Tahun 2013 terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak yaitu bahwa penerapan

PP No. 46 Tahun 2013 tersebut cukup berpengaruh dalam hal menambah tingkat

kepatuhan Wajib Pajak (2.) Analisis penerapan PP No. 46 Tahun 2013 terhadap

penerimaan PPh final yaitu bahwa penerapan PP No. 46 Tahun 2013 tersebut

berpengaruh dalam hal menambah penerimaan PPh final .

Penelitian ini memiliki persamaan pada variabel terikatnya atau Y yakni

Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh. Namun perbedaan penelitian

tersebut dengan penelitian ini terdapat pada variabel bebasnya yakni Penerapan

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 sedangkan penelitian ini menggunakan


25

peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018. Selain itu,

perbedaan lainnya penelitian ini dengan penelitian Keziana terletak pada

objeknya yaitu KPP Pratama Kepanjen sedangkan penelitian ini objeknya adalah

KPP Pratama Makassar Selatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Elfrida Purba (2017) penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Peraturan Pemerintah

Nomor 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan dan penerimaan pajak di KPP

Pratama Medan Timur.Jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk

mengetahui penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak dan Penerimaan Pajak di KPP Pratama Medan Timur adalah penelitian

deskriptif kualitatif .

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif

dan kualitatif.Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angka-

angka dan tabel yang diperoleh dari perhitungan atau pengukuran. Data

kuantitatif tersebut berupa rincian jumlah pertumbuhan Wajib Pajak orang

pribadi, jumlah penerimaan PPh sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013, dan jumlah

penerimaan pajak secara keseluruhan selama tahun 2012- 2014 di KPP Pratama

Medan Timur yang disajikan dalam bentuk angka. Data kualitatif adalah data-

data yang dinyatakan dalam bentuk katakata bukan dalam bentuk angka.Data

kualitatif tersebut berupa data sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan

program-program yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Timur dalam

menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013.


26

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak,

dan kontribusi PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan pajak meningkat.

Secara keseluruhan, pertumbuhan kepatuhan Wajib Pajak mengalami perubahan

signifikan yaitu dari sebesar 0,8% menjadi 1.19%. Sedangkan untuk kontribusi

terhadap penerimaan pajak juga meningkat sebesar ±2% yaitu dari sebesar

10.27% menjadi 12.04%.

Penelitian ini memiliki persamaan pada variabel terikatnya atau Y yakni

Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh. Namun perbedaan penelitian

tersebut dengan penelitian ini terdapat pada variabel bebasnya yakni Penerapan

Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 sedangkan penelitian ini menggunakan

peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018.Selain itu

perbedaaan penelitian Elfrida Purba dengan penelitian ini terletak pada objeknya

yaitu KPP Pratama Medan Timur sedangkan penelitian ini objeknya yaitu KPP

Pratama Makassar Selatan.


27

C. Kerangka Konseptual

Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 (X1) , adalah sebuah

kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah tentang pajak penghasilan

atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak pribadi

maupun badan yang memiliki peredaran bruto tertentu.

Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan (Y1) , merupakan Wajib Pajak

pribadi maupun badan yang patuh melaporkan SPT Tahunannya , Berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 74/PMK.03/2012, bahwa kriteria kepatuhan

Wajib Pajak adalah:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT;

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengamgsur atau menunda pembayaran pajak;

3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3

(tiga) tahun berturut-turut; dan

4. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.


28

Pajak Penghasilan (Y2) adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan

kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan

diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam

hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus

dilaksanakannya.

PP NO 23 Tahun 2018 (X)

KEPATUHAN PELAPORAN PENINGKATAN


SPT TAHUNAN (Y1) PENERIMAAN PPh (Y2)

Gambar 1. Kerangka Konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:60) “variabel penelitian adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun yang menjadi variabel penelitian ini, yaitu:

a. Variabel bebas (independent variable), dalam penelitian ini adalah PP

Nomor 23 Tahun 2018 yang dinyatakan dalam X1.

b. Variabel terikat (dependent variable), dalam penelitian ini adalah Kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan yang dinyatakan dalam Y1 dan Peningkatan

Penerimaan PPh yang dinyatakan dalam Y2.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya merupakan

strategi untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa.

Penelitian ini merupakan penelitian kualiattif karena penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Objek dalam penelitian ini adalah KPP Pratama Makassar Selatan.

29
30

KPP Pratama Makassar Selatan

. Data laporan jumlah


penerimaan PPh final Tahun
2017-2020 Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Makassar
Selatan
Teknik
Pengumpulan
Data : Interview
dan Dokumentasi

PP NO 23 Tahun 2018

Kepatuhan Peningkatan
Pelaporan Penerimaan
SPT Tahunan PPh

Model Interaktif

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 2. Desain Penelitian


31

B. Defenisi Oprasional

Definisi opersional merupakan terjemahan tertentu yang memiliki

pengertian yang bersifat umum. Oleh karena itu, agar penelitian mempunyai

batas pengertian yang jelas dalam melakukan pengukuran, maka perlu dijabarkan

arti setiap variabel tersebut dalam suatu definisi operasional. Definisi

operasional variabel-variabel yang diajukan yaitu:

1. PP No 23 Tahun 2018 (X) adalah kebijakan terbaru dibidang perpajakan.

Kebjakan tersebut tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

2. Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan (Y1) adalah keadaan dimana Wajib Pajak

memenuhi kewajiban perpajakan dimana Wajib Pajak melaporkan pajak yang

disampaikan satu tahun sekali (Tahunan), yang berhubungan dengan

perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan

atau bukan objek penghasilan, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan

peraturan pajak untuk satu tahun pajak.

3. Peningkatan Penerimaan PPh (Y2) merupakan keadaan dimana pemerintah

menerima penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak, Wajib Pajak yang

dimaksud merupakan Wajib Pajak memperoleh atau menerima tambahan

kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar,

yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak

bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.


32

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:136) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian kali ini adalah Pegawai pada KPP Pratama Makassar

Selatan.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018:137) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.Sampel dalam penelitian ini

adalah petugas pajak yang mempunyai data yang diperlukan untuk kebutuhan

skripsi, diantaranya adalah 1 orang Pegawai Asisten Penyuluh Pajak dan

1 orang Pegawai bagian Pelayanan yang memberikan informasi fenomena yang

terjadi akibat penerpan PP 23 tahun 2018 melalui wawancara

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Interview (Wawancara)

Menurut Sugiyono (2018:220)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data , apabila peneliti


ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Teknik wawancara mendalam yang dilakukan peneliti adalah dengan

bertatap muka (face to face) antara pencacah atau peneliti dengan informan yang

dapat dipercaya. Dalam hal ini wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah

wawancara kepada 1 orang Pegawai Asisten Penyuluh Pajak dan 1 orang


33

Pegawai bagian Pelayanan yang memberikan informasi mengenai penerpan PP

23 tahun 2018 terhadap kepatuhan pelaporan SPT tahunan dan peningkatan

penerimaan PPh.

2. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015: 329)

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data


dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka, dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung
penelitian.

Dokumentasi peneliti mengumpulkan data-data dokumentasi yang

diperoleh dari KPP Pratama Makassar Selatan sehubungan dengan Jumlah Wajib

Pajak dan Jumlah Realisasi penerimaan pajak .

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan model interaktif. “Dalam pandangan model interaktif terdapat tiga

jenis kegiatan analisis (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan)

dan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses interaktif.” (Sugiyono,

2018:485).
Data Data
Collection Display

Conclusions : drawing
Data /verifiying
Reduction

Gambar 3. Komponen dalam analisis data


34

Berikut merupakan penjelasan dari tahapan-tahapan analisis model

interaktif pada gambar 3 :

1. Penelitian melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dengan

wawancara dan dokumentasi. Tahapan ini akan berhenti apabila data-data yang

diterima atau diperoleh peneliti telah memadai dan/atau tidak ada data yang

dianggap baru. Data yang dikumpulkan adalah jumlah Wajib Pajak UMKM

sebelum dan sesudah diterapkannya PP No. 23 Tahun 2018, penerimaan PPh

dari sektor UMKM sebelum dan sesudah diterapkannya PP No. 23 Tahun 2018

di KPP Pratama Makassar Selatan.

2. Tahap selanjutnya adalah reduksi data. Reduksi data adalah proses

penyempurnaan data atau informasi yang sudah diperoleh peneliti. Dimana

data-data tersebut akan mengalami pengurangan atau penambahan.

Pengurangan data akan terjadi apabila terdapat data atau informasi yang kurang

perlu dan relevan terhadap permasalahan yang diteliti. Terjadi penambahan

data apabila masih terdapat kekurangan data atau informasi yang dibutuhkan.

3. Setelah dilakukan proses redukasi data, kemudian data diolah dengan

menghitung data-data yang berbentuk kuantitatif (angka-angka). Perhitungan

data penerimaan PPh Wajib Pajak UMKM, menggunakan rumus berikut

(Suryani, 2019): Penerimaan PPh oleh Wajib Pajak : Realisasi penerimaan

pajak.

4. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan didapat

setelah dilakukannya interpretasi data terhadap data yang sudah disajikan

sebelumnya Interpretasi data merupakan proses penafsiran atau pemahaman


35

makna dari serangkaian data yang sudah disajikan sebelumnya dan

diungkapkan dalam bentuk teks atau narasi. Interpretasi data dikemukakan

secara obyektif sesuai dengan data atau fakta yang ada, sehingga hasil

penelitian dapat ditemukan dan dapat dilakukan penarikan kesimpulan.

Adapun langkah-langkah didalam pengolahan data menurut Halim dalam

Yanuar (2004) adalah sebagai berikut:

1. Menyusun tabel penerimaan PPh final tahun anggaran 2017-2020

2. Menyusun tabel penerimaan pajak PP No. 23 Tahun 2018 di wilayah kerja

KPP Pratama Makassar Selatan selama tahun 2017-2020.

3. Menghitung dan menyusun tabel analisis kontribusi penerimaan pajak PP No.

23 Tahun 2018 terhadap penerimaan PPh final. Untuk mengetahui bagaimana

dan seberapa besar kontribusi pajak PP No. 23, maka digunakan rumus:

Jumlah penerimaan pajak PP 23


Kontribusi PP 23 = × 100%
Jumlah penerimaan PPh final

Persentase (%) Kriteria

0,00 – 10 Sangat kurang

10,10 – 20 Kurang

20,10 – 30 Sedang

30,10 – 40 Cukup baik

40,10 – 50 Baik

Diatas 50 Sangat baik

Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (Saribu, 2014)


36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PP NO.23 Tahun 2018

1. Peraturan Pemerintah NO.23 Tahun 2018

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 adalah pengganti Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan

Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki

Peredaran Bruto Tertentu. PP Nomor 23 tahun 2018 yang terbit tanggal 08 juni

2018 dan mulai di berlakukan tanggal 01 juli 2018 telah memutuskan untuk

meringankan tarif PPh Final dari 1% menjadi 0,5%. Adapun tujuan peraturan ini

adalah untuk mendorong pelaku UMKM semakin berperan aktif dalam kegiatan

ekonomi formal dengan kemudahan pembayaran pajak dan tarif yang lebih baik.

Dalam peraturan ini, dijelaskan bahwa atas penghasilan dari usaha yang

diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto

tertentu. Wajib pajak yang dimaksud disini adalah:

1) Wajib Pajak Orang Pribadi; dan

2) Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, persekutuan komaditer, firma,

atau perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh penghasilan

dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat

miliyar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun pajak.


37

Sedangkan yang tidak termasuk Wajib pajak sebagaimana dimaksud

dalam peraturan ini adalah:

1) Wajib Pajak memilih untuk dikenai pajak penghasilan berdasarkan

tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a), atau pasal 31E

Undang-undang PPh.

2) Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma

yang dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak orang pribadi yang

memilikiSkeahlian khusus menyerahkan jasa sejenis dengan jasa

sehubungan dengan pekerjaan bebas, meliputi:

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, PPAT,

penilaian, dan aktuaris;

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang

film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto

model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;

c. Olahragawan;

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan

moderator;

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. Agen iklan;

g. Pengawas atau pegelola proyek;

h. Perantara;

i. Petugas penjaja barang dagangan;


38

j. Agen asuransi;

k. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan

lansung dan kegiatan sejenisnya.

3) Wajib Pajak badan memperoleh fasilitas pajak penghasilan

berdasarkan:

a. Pasal 31A Undang-undang Pajak Penghasilan; atau

b. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang

perhitungan Penghasilan kena pajak dan pelunasan pajak

penghasilan dalam tahun berjalan beserta perubahan atau

penggantinya.

4) Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).

2. Perbedaan PP No.23 Tahun 2018 dengan PP No.46 Tahun 2013

Peraturan ini bersifat opsional karena Wajib Pajak dapat memilih untuk

mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang

mengacu pada pasal 17 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan. Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:

(1) Bagi wajib pajak orang pribadi dan badan yang belum dapat

menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5%

memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban

perpajakan. Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari

peredaran bruto/omzet. Namun, penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni

WP tetap harus membayar pajak meski sedang dalam keadaan rugi sama seperti

peraturan sebelumnya. (2) Sementara, WP badan yang telah melakukan


39

pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan

berdasarkan tarif normal yang diatur pasal 17 UU No. 36 tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan. Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu

pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh

bila mengalami kerugian fiskal.

Tidak seperti PP No. 46 Tahun 2013, kebijakan terbaru tentang PPh Final

0,5% punya grace period alias batasan waktu. Batasan waktu yang diberikan

pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah 7

tahun pajak untuk wajib pajak orang pribadi, 4 tahun pajak bagi wajib

pajak badan (koperasi, CV, atau firma), dan 3 tahun pajak bagi WP badan

berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP

akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No. 36

tahun 2008. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan

pembukuan dan pengembangan usaha. Ambang batas penghasilan wajib pajak

yang dikenai PPh Final tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai

tersebut secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak

mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.

Adapun perbedaan antara peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 dengan peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel

berikut:
40

Poin Utama PP 46/2013 PP23/2018

 WP Orang Pribadi  Wajib Pajak Orang Pribadi


Subjek Pajak  WP Badan tidak termasuk  WP Badan tertentu (PT, CV
BUT dan Firma, Koperasi)
Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan
usaha perdagangan dan/atau
 Wajib Pajak yang memilih
jasa yang dalam usahanya
untuk dikenai PPh
menggunakan:
berdasarkan tarif Pasal 17 ayat
 sarana atau prasarana
(1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a),
yang dapat dibongkar
atau Pasal 31E UU PPh
pasang, baik yang menetap
 persekutuan komanditer
maupun tidak menetap; dan
atau firma yang dibentuk oleh
 sebagian atau seluruh
beberapa Wajib Pajak orang
Pengecualian Subjek tempat untuk kepentingan
pribadi yang memiliki
Pajak umum yang tidak
keahlian khusus menyerahkan
diperuntukkan bagi
jasa sejenis dengan
tempat usaha atau berjualan
jasa sehubungan dengan
Wajib Pajak badan yang:
pekerjaan bebas
 belum beroperasi secara
 WP Badan yang
komersial; atau
memperoleh fasilitas Psl 31A
 dalam jangka waktu 1 tahun
UU PPh dan PP 94
setelah beroperasi
 Bentuk Usaha Tetap
secara komersial
memperoleh peredaran bruto
melebihi Rp4,8M
Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan
dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan
Batasan Omzet
peredaran
bruto tidak melebihi Rp4,8M dalam 1 Tahun Pajak
 penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri;
Pengecualian Objek
 usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak
Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan
 penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Tarif 1% 0,5%

WP OP : 7 tahun
CV/Firma/Koperasi : 4 tahun
PT : 3 tahun
Dihitung sejak:
Batasan Waktu Tidak ada Untuk WP lama sejak Tahun
Pajak PP Berlaku
Untuk WP Baru sejak Tahun
Pajak terdaftar
41

Jumlah peredaran bruto setiap bulan


DPP
 Setor Sendiri; atau
 Setor Sendiri
 Dipotong atau dipungut oleh
 Dibebaskan dari
Pemotong atau
Penyetoran pemotongan/pemungutan
Pemungut Pajak, dengan
pihak lain dalam hal dapat
mengajukan Surat Keterangan
menunjukkan SKB ke KPP
ke KPP
Tetap. Penegasan untuk WP
Didasarkan pada peredaran
OP yang status Pisah harta dan
bruto dari usaha dalam 1
Memilih Terpisah (2 NPWP)
Penentuan Pengenaan tahun dari
harus berdasarkan
Pajak Tahun Pajak terakhir
penggabungan sesuai
sebelum Tahun Pajak yang
prinsip keluarga sebagai satu
bersangkutan.
kesatuan ekonomis.

B. Penyajian Data

1. PP No 23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan

Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan merupakan keadaan dimana Wajib

Pajak memenuhi kewajiban perpajakan dimana Wajib Pajak melaporkan pajak yang

disampaikan satu tahun sekali (Tahunan), yang berhubungan dengan perhitungan

dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan atau bukan objek

penghasilan, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu

tahun pajak

Pelaporan SPT menurut Pasal 3 Undang-undang Nomor 28 Tahun

2007yaitu: “Pelaporan/penyampaian SPT merupakan SPT yang disampaikan

langsung oleh Wajib Pajak dalam bentuk kertas maupun elektronik beserta

lampiran-lampirannya dalam batas waktu yang sudah ditentukan.”Ketentuan

tentang penyampaian SPT pada situs http://pajak.go.idadalah:


42

a. SPT disampaikan melalui sarana/tempat yang sudah ditunjuk oleh

Direktur Jenderal Pajak.

b. Batas waktu penyampaian SPT. SPT Masa PPh Pasal 4 (2) batas waktu

penyetoran adalah setiap tanggal 10 bulan berikutnya, dan batas waktu

pelaporan adalah tanggal 20 bulan berikutnya.

c. SPT yang disampaikan langsung diberikan bukti penerimaan bahwa

Wajib Pajak sudah menyetor dan melaporkan kewajiban SPTnya.

Berikut data Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT yang kemudian

disingkat (JWP) dan Realisisasi SPT yang disingkat (RSPT) di KPP Pratama

Makassar Selatan Tahun 2017- 2020.

Tabel 4. Data Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT & Realisasi SPT di
.KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020
Tahun
2017 2018 2019 2020

JWP RSPT JWP RSPT JWP RSPT JWP RSPT

• Badan 6.420 3.920 7.723 4.624 7.667 3.354 7.422 3.561


• OP Non
7.121 3.225 7.912 4.264 9.539 3.767 7.158 5.561
Karyawan
• OP
69.721 38.575 51.395 38.289 52.636 36.415 66.621 40.570
Karyawan

Jumlah 83.262 45.720 67.030 47.177 69.842 43.536 81.201 49.692

Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Makassar Selatan
jcjasncxj.2021 (data diolah)
43

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah wajib pajak

terdaftar wajib SPT di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020

mengalami penurunan dan peningkatan berdasarkan jumlah wajib pajak terdaftar

wajib SPT. Pertumbuhan Wajib Pajak.”Pertumbuhan wajib pajak adalah nilai

terhadap banyaknya wajib pajak yang terdaftar berstatus secara aktif untuk

kewajiban perpajakannya di setiap tahunnya.”(Suryani, 2019). Adanya penurunan

dan pertumbuhan wajib pajak tidak disebabkan oleh PP 23 Tahun 2018 ,karna PP

23 merupakan peraturan pemerintah yang membahas tentang PPh Atas

Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh WP yang Memiliki

Peredaran Bruto Tertentu, mengatur tentang ketentuan tarif PPh Final 0,5% bagi

UKM dengan omzet tidak lebih dari Rp4,8 miliar setahun.Sedangkan realisasi

pelaporan SPT di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020 mengalami

peningkatan dan penurunan jumlah realisasi SPT.Pada tahun 2018 mulai

diberlakukannya PP 23 Tahun 2018 sehingga terdapat peningkatan jumlah

realisasi SPT dari tahun sebelumnya .Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan

oleh saudara A.Ahmad Ameersyah yang mengatakan bahwa “Penerapan PP 23

memberikan kesederhanaan dalam memperhitungkan kewajiban pajak sehingga

memudahkan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan,tentu saja

berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan”. Namun pada tahun 2019

kembali mengalami penurunan dan pada tahun 2020 kembali mengalami

peningkatan.Hal tersebut disebabkan karna wajib pajak yang inkonsisten dalam

menerapkan PP 23 tahun 2018 .


44

2. PP No 23 Tahun 2018 Terhadap Peningkatan Penerimaan PPh

Tabel 5. Data Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun
2017-2020
Tahun
Jenis pajak
2017 2018 2019 2020

PPh 491.096.481.012 556.708.751.106 534.443.233.013 491.549.892.963

PPN 734.374.352.712 770.498.476.146 667.607.211.775 515.168.999.009

PBB 5L 731.168 7.005.967 6.202.542 7.188.746

Pajak lainnya 89.521.571 275.051.582 666.033.716 132.720.123


Jumlah
1.225.561.086.463 1.327.489.284.801 1.202.722.681.046 1.006.858.800.841
Penerimaan
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Makassar Selatan
2021 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa Penerimaan PPh di KPP Pratama

Makassar Selatan Tahun 2017-2020 mengalami peningkatan dan

penurunan.Penerimaan PPh pada tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di KPP Pratama

Makassar Selatan oleh Narasumber yakni Saudara Idham Ashari yang

mengatakan bahwa ” Kalo diperbandingkan penerimaan PP 46 dengan PP 23

terdapat perbedaan yang signifikan jadi lonjakannya tinggi sebelum di

implementasikannya PP 23 dan setelah di implementasikan,jadi sangat

berpengaruh PP 23 terhadap penerimaan”.Namun pada tahun 2019 Penerimaan

PPh kembali mengalami penurunan dan begitu juga pada tahun selanjutnya yakni

2020 juga kembali mengalami penurunan .Hal tersebut disebabkan oleh karna

masih kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajibanya.


45

C. Analisis Data

1. Penerapan PP NO.23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT


Tahunan.

Untuk menganalisis Presentase kepatuhan pelaporan SPT tahunan dapat

diukur dengan cara membandingkan jumlah realisasi SPT dengan jumlah wajib

pajak terdaftar wajib SPT.

Jumlah Realisasi SPT


Presentase Kepatuhan = X 100%
Jumlah WP Terdaftar Wajib SPT

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan kali ini adalah analisis

deskriptif .Teknik analisis ini yakni dengan membandingkan Presentase

kepatuhan pelaporan SPT tahunan dari tahun 2017 sampai dengan 2020 pada

Kantor Pelayan Pajak Pratama Makassar Selatan.Berikut Presentase Kepatuhan

Pelaporan di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017 -2020

Tabel 6. Presentase Kepatuhan Pelaporan SPT di KPP Pratama Makassar


Selatan Tahun 2017 -2020
Presentase Kepatuhan
Jumlah Realisasi Jumlah Wp Terdaftar
Tahun Pelaporan SPT
SPT Wajib SPT
Tahunan
2017 45.720 83.262 55%
2018 47.177 67.030 70%
2019 43.536 69.842 62%
2020 49.692 81.201 61%
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Makassar Selatan
2021 (data diolah)
46

Berdasarkan tabel 6 Persentase Kepatuhan Pelaporan SPT di KPP

Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020 Mengalami Peningkatan dan

Penurunan berdasarkan persenatase kepatuhan pelaporan SPT tahunan.

Presentase kepatuhan pelaporan SPT Tahunan melonjak naik pada tahun

2018.Terjadi Peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya .Peningkatan

tersebut dialami karna adanya PP baru yang dikeluarkan oleh pemerintah yakni

PP No.23 Tahun 2018 , hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Elfrida, 2017) yang mengatakan bahwa “Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor

46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dapat dilihat dari peningkatan jumlah

pelaporan SPT Masa PPh Final dari kurun masa 2012 sebelum diterapkannya

Peraturan tersebut sampai dengan tahun 2014 dengan rentang masa yang sama

sebagai perbandingan”.Pada penelitian tersebut PP yang digunakan yakni PP 46

Tahun 2013 yang merupakan PP yang diberlakukan sebelum PP 23 .Dimana pada

saat sebelum berlakunya dan setelah diberlakukannya PP 46 terjadi peningkatan

yang cukup signifikan pada kepatuhan pelaporan SPT Tahunan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di KPP pratama Makassar

Selatan terhadap Asisten Penyuluhan Saudara Idham Ashari mengatakan bahwa

“Kalo untuk pelaporan SPT tahunannya memang ada pertumbuhan sejak

diterapkannya PP No 23 jadi karna memang sebelumnya ada wp yang tidak tau

mengenai tentang PP 46 sebelum PP 23 jadi saat keluarnya PP 23 kami

mengedukasi wajib pajak maka terdapat peningkatan jumlah WP melaporkan

SPT tahunan”.
47

2. Penerapan PP NO.23 Tahun 2018 Terhadap Peningkatan Penerimaan PPh

Untuk menganalisis kontribusi penerimaan PPh terhadap jumlah

penerimaan pajak . Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar

kontribusi pajak PP No. 23, maka digunakan rumus:

Jumlah Penerimaan PPh


Kontribusi Penerimaan PPh = X 100%
Jumlah Penerimaan Pajak

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan kali ini adalah analisis

deskriptif .Teknik analisis ini yakni dengan membandingkan Kontribusi

Penerimaan PPh dari tahun 2017 sampai dengan 2020 pada Kantor Pelayan Pajak

Pratama Makassar Selatan.Berikut Kontribusi Penerimaan Per Jenis Pajak

Terhadap Penerimaan Total KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020

Tabel 7. Kontribusi Penerimaan PPh Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak KPP


Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020
Penerimaan
Tahun Kontribusi Kriteria
PPh Jumlah Penerimaan
2017 491.096.481.012 1.225.561.086.463 40,1% Baik
2018 556.708.751.106 1.327.489.284.801 41,9% Baik
2019 534.443.233.013 1.202.722.681.046 44,4% Baik
2020 491.549.892.963 1.006.858.800.841 48,8% Baik
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Makassar Selatan
2021 (data diolah)

Berdasarkan tabel 7 kontribusi penerimaan PPh terhadap jumlah

penerimaan KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020 yang telah

dianalisis mengalami peningkatan kontribusi tiap tahunnya.Pada tahun 2018

terjadi peningkatan kontribusi penerimaan PPh sebesar 41,9% termasuk dalam


48

kriteria baik ,pada tahun ini mulai diberlakukannya PP 23 yakni penurunan tarif

PPh final sebesar 0,5% dari omzet. Adanya penurunan tarif tersebut

mempengaruhi kontribusi penerimaan PPh yang kita liat pada tabel 7 terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya .Hal tersebut sesuai dengan yang

dikatakan oleh (Keziana,2016) yang mengatakan bahwa “PP No. 46 Tahun 2013

terhadap penerimaan PPh final yaitu bahwa penerapan PP No. 46 Tahun 2013

tersebut berpengaruh dalam hal menambah penerimaan PPh final”.Walaupun

penelitian ini menggunakan PP 23 namun PP 23 merupakan pengganti dari PP 46

yang mulai berlaku pada tahun 2018 dan semenjak berlakunya PP 23 di KPP

Pratama Makassar Selatan kontribusi penerimaan meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada KPP Makassar Selatan

terhadap pegawai bagian pelayanan yakni Saudara A.Ahmad Ameersyah

menyatakan bahwa “Penerimaan pajak terus meningkat seiring berlakunya PP

23 dan berkembangnya usaha Wajib Pajak khususnya UMKM.”

D. Hasil dan Pembahasan

1. Pengaruh PP NO.23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT


Tahunan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan PP 23 Tahun 201

8pada Wajib Pajak di KantorPelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan .

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan

penelitian yang yakni petugas pajak di wilayah kerja KPP Pratama Makassar

Selatan.

Kepatuhan Pelaporan SPT di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun

2017-2020 berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengalami peningkatan dan


49

penurunan .Pada tahun 2017 presentase kepatuhan pelaporan SPT sebesar 55%

pada tahun ini PP yang digunakan yakni PP 46 yang tarif PPh final sebesar 1%

dari pendapatan kotor wajib pajak .Sedangkan pada tahun 2018 presentase

kepatuhan pelaporan SPT tahunan mengalami peningkatan yang signifikan yakni

70% pada tahun ini mulai diberlakukannya PP 23 yang tarif PPh finalnya turun

menjadi 0,5% dari pendapatan kotor wajib pajak .

Adanya penurunan tarif ini serta merta kepatuhan palaporan SPT tahunan

juga meningkat hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Keziana

(2016) yakni pada saat mulai diberlakukannya PP 46 di KPP Pratama Kepanjen

terjadi peningkatan kepatuhan palaporan SPT tahunan .Namun perbedaanya

terletak pada PP yang digunakan pada penelitian tersebut PP yang digunakan

masih PP 46 dimana tarif PPh finalnya sebesar 1%.

Selanjutnya pada tahun 2019 presentase kapatuhan pelaporan SPT tahunan

mengalami penurunan sebesar 62% hal tersebut jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya penurunannya sebesar 8% .Kemudian pada tahun 2020 presentase

kepatuhan pelaporan spt tahunan kembali mengalami penurunan menjadi 61%.

Pemberlakuan aturan baru ini memberikan kemudahan bagi pelaku usaha

dikarenakan beban pajak yang ditanggung oleh pelaku usaha lebih kecil

dibandingkan beban pajak sebelumnya sehingga pelaku usaha memiliki

kemampuan investasi dan mengembangkan usahanya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di KPP Pratama Makassar

Selatan yakni saudara A.Ahmad Ameersyah sebagai pegawai bagian pelayanan

adapun pertanyaan yang diberikan yakni Bagaimana dampak semenjak


50

berlakunya PP 23 di KPP Pratama Makassar Selatan?.Saudara menyatakan

bahwa : “Penurunan tarif PPh final sangat mendukung wajib pajak UMKM

untuk mengembangkan usahanya serta meringankan beban perpajakannya” .

2. Penerapan PP NO.23 Tahun 2018 Terhadap Peningkatan Penerimaan PPh

Kontribusi merupakan sumbangan atau sesuatu yang diberikan terhadap

suatu kegiatan sehingga memberikan pengaruh atau manfaat yang dapat

dirasakan. Semakin besar sumbangan atau manfaat yang diberikan, maka semakin

besar pula penerimaan pajak penghasilan. Perlu diketahui mengingat pajak

tersebut merupakan bagian dari pajak penghasilan, sehingga dengan mengetahui

kontribusi tersebut, dapat diukur sejauh mana pengaruh perubahan tarif pajak

UMKM bagi penerimaan pajak penghasilan.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kontribusi penerimaan PPh

terhadap jumlah penerimaan KPP Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020

yang telah dianalisis mengalami peningkatan kontribusi tiap tahunnya.Pada tahun

2017 kontribusi penerimaan PPh sebesar 40,1% pada tahun tersebut PP yang

berlaku yakni PP 46 yakni tarif PPh final sebesar 1% dari jumlah pendapatan

kotor wajib pajak .Sedangkan pada tahun 2018 kontribusi penerimaan PPh

meningkat menjadi 41,9% pada tahun tersebut PP 23 mulai diberlakukan serta

adanya penurunan tarif PPh final menjadi 0,5% .Adanya penurunan tarif tersebut

juga mempengaruhi wajib pajak untuk patuh dalam membayarkan kewajibannya .

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Elfrida (2017) yakni pada saat mulai

diberlakukannya PP 46 kontribusi jumlah penerimaan PPh di KPP Pratama Medan

Timur cenderung meningkat.Perbedaan dari penelitian tersebut terletak pada PP yang


51

digunakan yakni masih mengggunakan PP 46 yaitu PP yang digunakan sebelum PP23

diberlakukan .Selanjutnya pada tahun 2019 kontribusi penerimaan PPh kembali

meningkat menjadi 44,4% ,jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya kontribusi

penerimaan PPh naik sebesar 2,5%.Kemudian pada tahun 2020 kontribusi penerimaan

PPh kembali meningkat menjadi 48,8%.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh saudara A.Ahmad

Ameersyah yang menyatakan bahwa : “Kalo dari peraturan sebelumnnya PP 23

ini memberikan kemudahan kepada wajib pajak , karena dengan perhitungan

yang lebih simpel dan lebih mudah karna cukup dengan 0,5% dari jumlah omzet

yang diterima perbulannya sehingga wajib pajak terdorong dalam melakukan

kewajibannya dalam hal ini melalukan pembayaran atas pajak

terutangnya”.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 telah menjadi kabar

baik bagi UMKM dikarenakan pengurangan tarif pajak penghasilan final bagi

UMKM yang hanya sebesar 0,5% dari omzet penjualan perbulannya. Diharapkan

dalam kurun waktu beberapa tahun setelah perubahan tarif pajak, dapat

memberikan peningkatan penerimaan pajak dari sektor UMKM dikota Makassar

yang otomatis akan memberikan kontribusi yang cukup banyak untuk pajak

penghasilan dikota Makassar dan hal tersebut secara tidak langsung akan

meningkatkan penerimaan Negara.


52

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya

yaitu tentang Analisis Penerepan PP 23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan

Pelaporan SPT Tahunan Dan Peningkatan Penerimaan PPh pada KPP Makassar

Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tata cara penghitungan pajak terutang Peraturan Pemerintah Nomor 23

tahun 2018 lebih sederhana sehingga lebih memudahkan Wajib Pajak

dalam menghitung pajak terutangnya dan dilihat dari segi waktu yang

digunakan PP 23 tahun 2018 ini lebih efisien bagi wajib pajak jika

dibandingkan dengan peraturan sebelumnya.

2. Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 terhadap

Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan di KPP Makassar Selatan yakni

bahwa cukup berpengaruh dapat dilihat dari peningkatan jumlah pelaporan

SPT dari kurun masa 2017 sebelum diterapkannya Peraturan tersebut

sampai dengan tahun 2020 setelah diterapkannya peraturan tersebut.

3. Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 terhadap

Peningkatan Penerimaan PPh di KPP Pratama Makassar Selatan yakni

bahwa cukup berpengaruh dengan melihat perbandingan data tahun 2017

sebelum penerapan peraturan tersebut, sampai dengan tahun 2020

setelah penerapan peraturan tersebut .


53

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Anasilis Penerapan

PP No 23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan dan

Peningkatan Penerimanaan PPh pada KPP Pratama Makassar Selatan, maka saran

yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini KPP Pratama Makassar Selatan

aktif meningkatkan kegiatan sosialisasi mengenai PP Nomor 23 tahun

2018 ini, tidak hanya mengundang asosiasi – asosiasi yang membawahi

pelaku usaha UMKM, tetapi terjun langsung kepada para Wajib Pajak

UMKM di pasar – pasar rakyat dan kegiatan sentra ekonomi masyarakat

dan menerapkan himbauan kepada Wajib Pajak yang telah terdata.

2. Bagi peneliti selanjutnya aga meneliti faktor lain yang menyebabkan wajib

pajak engggan melakukan kewajibannya dalam hal ini melaporkan SPT

serta melakukan pembayaran terhadap pajak terutangnya. .


DAFTAR PUSTAKA

Azis, M & dkk. (2018). Pedoman Skipsi & Tugas Akhir Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Makassar. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Casavera. (2009). Seri Perpajakan Indonesia-5 Undang-Undang No. 36 Tahun


2008 tentang PPh: Perubahan dan Peraturan Terkini. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Diana Diana, Anastasia dan Setiawati, Lilis. 2014. Perpajakan: Teori dan
Peraturan Terkini. Yogyakarta: Andi

Elfrida, P (2017). Pengaruh Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun


2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak di KPP
Pratama Medan Timur Tahun 2012-2014.Skripsi Program Sarjana.
Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatra Utara.(tidak
diterbitkan)

Irmasari, H. (2019). Analisi Penerapan Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2018


Bagi UMKM Kota Malang. Skripsi Program Sarjana. Malang: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang.(tidak diterbitkan).

Judisseno, Rimsky K. (2005). Pajak dan Strategi Bisnis. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. (2011),


Model Proyeksi Penerimaan Perpajakan. Dipetik 15 Mei 2015 dari
http://www.kemenkeu.go.id.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:544/Kmk.04/2000


Tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak .

Keziana. (2016). Analisis Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 Terhadap Tingkat


Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan PPh Final.Skripsi Program
Sarjana. Kepanjen: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Kanjuruhan.(tidak diterbitkan)

Mardiasmo, A. (2018). Perpajakan. Yogyakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Mustikasari, E. (2007). Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di


Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional
Akuntansi X Makasar.

54
55

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang PPh Atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh WP yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.

Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta: PT


Gelora Aksara Pratama.

Satya. (2017). Optimalisasi Penerimaan Pajak Melalui Reformasi Perpajakan.


http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-IX-12-II-
P3DI-Juni-2017-249.pdf

Siti, R. (2014). Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat

Supramono dan Damayanti, T. (2015). Perpajakan Indonesia Mekanisme &


Perhitungan. Yogyakarta: Andi.

Suryani, W., Maslichah, &Junaidi. (2019). Pengaruh Pengalihan PP 46 2013


Menjadi PP 23 2018 Terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak
UMKM dan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) di KPP Pratama Pasuruan.
Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 8(02), 32-41

Sugiyono. (2015).Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods).Bandung:


Alfabeta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Bisnis Pendekatan Kunatitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan


umum dan tata cara perpajakan.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang merupakan perubahan ke empat


atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
LAMPIRAN

56
57

Lampiran 1 Usulan Judul


58

Lampiran 2 Surat Keputusan tentang Penugasan Dosen Pembimbing


59

Lampiran 3 Undangan Seminar Proposal


60

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian


61

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


62

Lampiran 6 Data Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT

Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT di KPP Pratama Makassar Selatan

Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020
WP Terdaftar Wajib SPT 88.540 82.932 83.262 67.030 69.842 81.201
• Badan 6.964 6.932 6.420 7.723 7.667 7.422
• OP Non Karyawan 6.049 6.394 7.121 7.912 9.539 7.158
• OP Karyawan 75.527 69.606 69.721 51.395 52.636 66.621

**) WP Bendahara status Aktif, tidak berstatus sebagai WP Wajib SPT Tahunan
63

Lampiran 7 Data Realisasi SPT

Kepatuhan SPT di KPP Pratama Makassar Selatan*)

Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Realisasi SPT 40.880 44.392 45.720 47.177 43.536 49.692
• Badan 3.718 4.080 3.920 4.624 3.354 3.561
• OP Non Karyawan 2.580 2.546 3.225 4.264 3.767 5.561
• OP Karyawan 34.582 37.766 38.575 38.289 36.415 40.570

*) Berdasarkan Tahun Penyampaian SPT, bukan Tahun Pajak


64

Lampiran 8 Data Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Makassar Selatan

Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020
WP Terdaftar 130.688 142.441 154.091 163.463 184.825 192.706
• Badan 14.255 15.291 16.461 17.317 19.161 20.060
• OP Non Karyawan 15.723 17.303 19.077 20.677 25.161 27.432
• OP Karyawan 100.710 109.847 118.553 125.469 140.503 145.214
65

Lampiran 9 Data Realisasi Jumlah Penerimaan Pajak

Data Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Makassar Selatan


2017 2018 2019 2020
Target 1.536.488.925.132 1.519.662.457.000 1.465.664.969.000 1.112.466.038.000
Realisasi 1.225.561.086.463 1.327.489.284.801 1.202.722.681.046 1.006.858.800.841
66

Lampiran 10 Data Penerimaan Perjenis Pajak

PPh PPN PBB P5L


Tahun
Penerimaan Kontribusi Penerimaan Kontribusi Penerimaan Kontribusi
2020 491.549.892.963 48,82014% 515.168.999.009 51,16596% 7.188.746 0,00071%
2019 534.443.233.013 44,43611% 667.607.211.775 55,50799% 6.202.542 0,00052%
2018 556.708.751.106 41,93697% 770.498.476.146 58,04178% 7.005.967 0,00053%
2017 491.096.481.012 40,07115% 734.374.352.712 59,92148% 731.168 0,00006%
67

Lampiran 11 Data Presentase Kepatuhan Pelaporan SPT

Tabel 7 Presentase Kepatuhan Pelaporan SPT di KPP Pratama Makassar


Selatan Tahun 2017 -2020
Presentase Kepatuhan
Jumlah Realisasi Jumlah Wp Terdaftar
Tahun Pelaporan SPT
SPT Wajib SPT
Tahunan
2017 45.720 83.262 55%
2018 47.177 67.030 70%
2019 43.536 69.842 62%
2020 49.692 81.201 61%
68

Lampiran 12 Data Kontribusi Penerimaan PPh Terhadap Jumlah Penerimaan


Pajak

Tabel 8 Kontribusi Penerimaan PPh Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak KPP


Pratama Makassar Selatan Tahun 2017-2020
Penerimaan
Tahun Kontribusi Kriteria
PPh Jumlah Penerimaan
2017 491.096.481.012 1.225.561.086.463 40,1% Baik
2018 556.708.751.106 1.327.489.284.801 41,9% Baik
2019 534.443.233.013 1.202.722.681.046 44,4% Baik
2020 491.549.892.963 1.006.858.800.841 48,8% Baik
69

Lampiran 13 Hasil Wawancara

Narasumber : Muhammad Idham Ashari

Jabatan : Asisten Penyuluh Pajak

1. Sejak kapan PP No.23 Tahun 2018 diterapkan di KPP Pratama Makassar

Selatan ?

Jawaban : PP No.23 Tahun 2018 mulai diterapkannya pada tanggal 1 Juli

2018 tapi sebelum diterapkan pada wajib pajak dilaksanakannya terlebih

dahulu soisalisasi atau penyuluhan mengenai PP No.23 Tahun 2018.

2. Bagaimana pelaksanaan PP No.23 Tahun 2018 di KPP Pratama Makassar

Selatan ?

Jawaban : Dikarenakan PP No.23 Tahun 2018 pada saat itu peraturan baru

maka dari itu sebelum diterapkannya PP No.23 Tahun 2018 diadakannya

penyuluhan maupun iklan layanan masyarakat untuk mengedukasi masyarakat

mengenai penurunan tarif dari yang dulunya 1% menjadi 0,5% sesuai dengan

aturan PP No. 23 Tahun 2018 .Untuk Pelaksanaannya pada awal terasa berat

memang karna tidak bisa langsung diterapakan jadi harus pelan – pelan ,jadi

satu persatu semua wajib pajak beralih dari PP 46 ke PP 23 ,jadi prosesnya

memerlukan waktu

3. Apa saja kendala yang dirasakan oleh pihak KPP Pratama Makasar Selatan

dalam menerapkan PP No.23 Tahun 2018 ?

Jawaban : Pada saat penerapannya kendalanya kepada wajib pajak yang

kurang pengetahuan tentang PP 23 ,terutama pada jumlah wajib pajak yang


70

banyak sedangkan sumber daya untuk mengedukasi sedikit sehingga

terkendala dalam mengedukasi seluruh wajib pajak .

4. Apakah semenjak berlakunya PP No.23 tahun 2018 memberikan dampak yang

lebih positif untuk wajib pajak dari peraturan sebelumnya yakni PP No.46

Tahun 2013 ?

Jawaban : Kalo dampaknya pastinya lebih postif karena dari yang dulunya PP

46 1% tarif nya turun menjadi 0,5 %, dengan adanya penurunan tarif para

umkm bisa lebih memanfaatkan sisanya itu yang biasanya untuk

membayarkan pajak dimanfaatkan untuk usaha mereka ,dan salah satu

dampaknya juga mendorong roda perekonomian ,dan juga memudahkan

wajib pajak .

5. Apakah dengan diterapkannya PP No.23 tahun 2018 membuat wajib pajak

lebih taat dan patuh dalam melaporkan SPT tahunannya ?

Jawaban : Kalo untuk pelalaporan spt tahunannya memang ada pertumbuhan

sejak diterapkannya pp no 23 jadi karna memang sebelumnya ada wp yang

tidak tau mengenai tentang pp46 sebelum pp 23 jadi saat keluarnya pp 23

kami mengedukasi wajib pajak maka terdapat peningkatan jumlah wp

melaporkan spt tahunan.

6. Apakah penerimaan pajak penghasilan KPP Makassar Selatan mengalami

peningkatan sejak berlakunya PP No. 23 tahun 2018 ?

Jawaban : kalo diperbandingkan penerimaan PP 46 dengan PP 23 terdapat

perbedaan yang signifikan jadi lonjakannya tinggi sebelum di


71

implementasikannya PP23 dan setelah di implementasikan,jadi sangat

berpengaruh PP 23 terhadap penerimaan .

7. Bagaimana tanggapan masyarakat atau wajib pajak dengan penerapan PP No.

23 Tahun 2018?

Jawaban : Untuk tanggapan masyarakat Sangat senang tentunya dengan

adanya penurunan tarif dari 1% menjadi 0,5%.Untuk wajib pajak yang telah

memanfaatkan pp 46 mereka sangat beryukur dengan adanya perubahan tarif

ini mereka lebih semangat bayar pajaknya karna tarifnya sudah diturunkan

menjadi 0,5% dari omzet ,sedangkan untuk wajib pajak yang belum tau sama

sekali mengenai pp 23 saat pertama kali mendengar adanya penurunan tarif

tanggapan mereka sangat positif dan setuju dengan adanya kebijakan ini.

8. Apa yang dilakukan oleh Pihak KPP Makassar Selatan dalam menghadapi

wajib pajak yang belum taat dalam memenuhi kewajibannya ?

Jawaban : Sekarang DJP memiliki posisi baru yakni posisi penyuluh ,jadi

kedepannya DJP akan memperbanyak penyuluhan penyuluhan kepada wajib

pajak untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam melaporkan spt nya

serta meningkatkan kesadaran bayar pajaknya.


72

Narasumber : A.Ahmad Ameersyah

Jabatan : Pegawai Bagian Pelayanan

1. Bagaimana pelaksanaan PP No.23 Tahun 2018 di KPP Pratama Makassar

Selatan ?

Jawaban : Penerapan PP No 23 atau lebih dikenal dengan PP ½ sudah

berjalan selama 3 tahun dan sesuai aturan.

2. Apa saja kendala yang dirasakan oleh pihak KPP Pratama Makasar Selatan

dalam menerapkan PP No.23 Tahun 2018 ?

Jawaban: Kendalanya yang biasa dihadapi yaitu wajib pajak tidak melakukan

pembukuan atau minimal pencatatan untuk memperhitungkan omzet

sehingga cuma menerka nerka dan kurang sesuai dengan keadaan

sebenarnya.

3. Apakah semenjak berlakunya PP No.23 tahun 2018 memberikan dampak

yang lebih positif untuk wajib pajak dari peraturan sebelumnya yakni PP

No.46 Tahun 2013 ?

Jawaban : Penurunan tarif pph final sangat mendukung wajib pajak UMKM

untuk mengembangkan usahanya serta meringankan beban perpajakannya.

4. Apakah dengan diterapkannya PP No.23 tahun 2018 membuat wajib pajak

lebih taat dan patuh dalam melaporkan SPT tahunannya ?

Jawaban : Penerapan PP 23 memberikan kesederhanaan dalam

memperhitungkan kewajiban pajak sehingga memudahkan wajib pajak


73

dalam melaporkan SPT Tahunan,tentu saja berpengaruh positif terhadap

tingkat kepatuhan.

5. Apakah penerimaan pajak penghasilan KPP Makassar Selatan mengalami

peningkatan sejak berlakunya PP No. 23 tahun 2018 ?

Jawaban : Penerimaan pajak terus meningkat seiring berlakinga PP 23 dan

berkembangnya usaha Wajib Pajak khususnya UMKM.

6. Apakah penerimaan pajak dari PP No. 23 Tahun 2018 di KPP Makassar

Selatan telah memenuhi target yang diharapkan ?

Jawaban : Target penerimaan pajak belum sepenuhnya terpenuhi dari PP 23

tetapi telah memenuhi komitmen penerimaan tahunan.

7. Bagaimana tanggapan masyarakat atau wajib pajak dengan penerapan PP No.

23 Tahun 2018 ?

Jawaban : Banyak respon positif masyatrakat dari wajib pajak terhadap

penyederhanaan dalam memenuhi kewajiban.

8. Apakah PP No. 23 Tahun 2018 memberikan kemudahan kepada wajib pajak

dalam membayarkan kewajiban perpajakannya ?

Jawaban : Kalo dari peraturan sebelumnnya PP 23 ini memberikan

kemudahan kepada wajib pajak , karena dengan perhitungan yang lebih

simpel dan lebih mudah karna cukup dengan 0,5% dari jumlah omzet yang

diterima perbulannya sehingga wajib pajak terdorong dalam melakukan

kewajibannya dalam hal ini melalukan pembayaran atas pajak terutangnya.


74

Lampiran 14 Dokumentasi Lapangan


75
76
77

RIWAYAT HIDUP
AHMAD RIZAF. Lahir di Ujung Pandang, 07 November
1998 sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Putra dari
pasangan Muhammad Amin dan Gusniati. Peneliti memasuki
jenjang pendidikan 2005 di SD Negeri 25 Madello tamat
pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, peneliti melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 2 Watansoppeng dan tamat pada
tahun 2014. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Soppeng dengan mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan tamat pada
tahun 2017. Pada tahun 2017, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar dengan lulus jalur
SBMPTN. Selama menjalani perkuliahan mengikuti Organisai Kampus yaitu
UKM Kopma “Alamamter”UNM dan menjabat sebagai Wakil Ketua I .
Peneliti dapat dihubungi melalui: rizafahmad29859@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai