PENDAHULUAN
1
Menumbuhkembangkan dan menetapkan sikap potensial, professional
yang diperlukan siswa siswi untuk memasuki lapangan kerja, sesuai
bakat dan minat khususnya Teknik kendaraan ringan sehingga dapat
membekali siswa siswi sebagai agen perubahan di masa yang akan
dating.
C. Alasan Pemilihan Tempat
Dalam memilih tempat praktek kerja industri, penyusun
mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan tempat kerja industry,
Yaitu :
a. Lokasi bengkel dengan dengan jalan raya jadi mudah dijangkau.
b. Nama bengkel cukup terkenal
c. Bengkel sudah punya banyak pelanggan
d. Bengkel cukup dekat jadi hanya membutuhkan waktu 25 menit untuk
sampai ke bengkel.
e. Di bengkel tersebut banyak pekerjaan
f. Karyawan ramah tamah
2
4. Metode Praktek Langsung
Yaitu penyusun mengadakan praktek langsung agar mengetahui bagian
bagian cara penyelesaian dan lain lain, sehingga mudah dalam
memperoleh data yang di perlukan.
3
BAB II
URAIAN UMUM
A. Sejarah DU / DI
Bengkel Setia Motor didirikan sekitar tahun 2007, bengkel setia motor
didirikan pertama kali di dekat Gedung SMK MA’ARIF NU Bobotsari,
bersebelahan dengan kampus 3, Namun seiringnya berjalannya waktu,
bengkel bengkel tersebut pindah tidak jauh dari bengkel lamanya dan sampai
sekarang bengkel tersebut masih beroperasi, bengkel yang beralamatkan di
desa gandasuli kecamatan bobotsari.
B. Struktur DU / DI
Pimpinan
PONIMAN
Mekanik I Mekanik II
PRIAN SIKRIS
C. Inventaris Alat
4
2. Kunci Pas 12 pls Tekiro 2
5
25. Piston oil gardan Tekiro 1
6
D. Denah Lokasi DU / DI
Taman D
A
Bobot R
sari I
P
U
R
B
A
L
I
N
G
B
G E
A
N
G
D K
A E
Gambar 3 R L
I S
Denah Lokasi DU/DI
E
P T
E I
M A
A M
L O
T
A
O
N
R
G
7
E. Denah Ruang DU / DI
WC
. 6
C H
B
D A
Keterangan :
A. Ruang Administrasi dan Peralatan Bengkel
B. Ruang Tunggu
C. Tempat Praktek / Pembongkaran / Service
D. Ragum
E. Stop Kontak
F. WC
G. Ruang Stel Karbu
H. Tempat Cuci
I. Warung Makan
F. Keselamatan Kerja
1. Baju kerja Wearpack
2. Kacamata Pelindung
Safety Spectacles
Safety Goggles
Safety Shields
3. Safety Shoes
4. Helm Kerja
5. Sarung Tangan
6. Pelindung Telinga ( Eahplug )
8
BAB III
URAIAN KHUSUS PRAKERIN DI BENGKEL SETIA MOTOR
A. Sistem Pengisian
9
Sistem pengisian dapat bekerja menghasilkan tegangan jika
tiga syarat ini terpenuhi yaitu adanya medan magnet pada rotor,
adanya kumparan (Stator Coll), adanya gerak pemotongan medan
magnet. Untuk memahami cara kerja system pengisian konvesional
dapat perhatikan diagram dibawah ini pada rangkaian ini terdapat dua
bagian besar yaitu, alternator disisi kiri dan regulator disisi kanan.
Sementara itu ada komponen lain disisi paling kanan yaitu batrai chg
dan load yang merupakan beban semua system kelistrikan pada mobil
yang disuplay system pengisian.
b. Arus dari baterai mengalir ke Fusible linih > Igntion Switch > Fuse >
Charging Lamp > Terminal (Regulator) Terminal PO dalam
regulator > Terminal didalam regulator > Terminal E regulator >
Massa. Karena lampu pengisian dialiri arus warna lampu ini akan
menyala , letak lampu ini adalah pada bagian panel dasbor. Lampu ini
bergambar baterai dan setiap mobil pasti ada lampu untuk indicator
pengisian ini. Arus dari baterai mengalir ke Fusibel Link > Igntion swi
(h)Fuse)Terminal IG regulator) PLI.
10
Gambar 3 Sistem Pengisian Kunci Kontak On
11
Sistem mesin hidup maka rotor akan berputar sejalan dengan putaran
mesin tegangan / voltase dibangkitkan dalam ststor koil, dan tegangan
netral (yang tidak melalui diode) akan mengalir melalui voltage klay
yang membuat lampu indicator pengisian mati.
Pada saat yang sama, tegangan juga dihasilkan melaui Stator koil dan
diserahkan oleh diode, hal tersebut akan mengalir ke voltage regular
sehingga menarik PL2. Sehingga arus akan kerotor koil akan didata
oleh adanya resistor. Inilah gunanya regulator yaitu mengatur besar
kecilnya arus yang ke rotor sehingga tegangan yang dihasilkan
kumparan stator dapat tertunda tegangan yang telah diserahkan oleh
diode akan mengalir ke baterai dan melakukan pengisian. Sistem
pengisian pada saat mesin hidup putaran rendah.
12
tertarik dari P11, sehingga pada kecepatan sedang PLO akan
menghambat.
c. Arus yang ke Fled (Fleld Current)
Arus yang dihasilkan dari alternator dari terminal B alternator>
Ignition Swich> Fuse> Terminal IG Regulation> Point P11> Point
P10>Resistor R>Terminal F Regulation> Terminal Farternator
>Rotor Coil >. > Rotor Coil > Terminal E alternator > massa bodi.
Sehingga hal ini jumlah arus / tegangan yang masuk ke rotor coil
bias melalui dua saluran :
1. Jika medan magnet di voltage regulator besar dan mampu
menarik PLO dan PLI maka arus yang ke rotor coil akan
melalui resistor R. Akibatnya arus aliran kecil dan
kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berulang)
2. Sedangkan kalau kemagnetan pada voltage regulator lemah
dan PLO tidak tertarik dari PLI maka arus ke rotor coil akan
tetap melalui point PLI > Point PLO. Akibatnya arus tidak
melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan
normal kembali.
d. Output Current Terminal Balternator > baterai dan beban > massa
13
Pada saat putaran tinggi rotor berputar sangat cepat tegangan yang di hasilkan
pada kumparan stator akan semakin tinggi. Maka tegangan yang mengalir dari
terminal B alternator > terminal B regulator ke voltage regulator juga tinggi.
Kemagnetan yang yang dihasilkan akan semakin kuat sehingga mampu menarik
PO PI pada saat ini arus medan (Field Current) yang ke rotor coil akan mengalir
terputus-putus (Intermittenly). Dengan kata lain gerakan titik kontak PLO dari
voltage regulator kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2.
Ketika titik kontak PLO pada regulator berhubungan dengan titik kontak PL2.
Field Current akan dibatasi.karena apa? Karena arus tidak mengalir melalui rotor
coil arus dari terminal I Regulator melewati R langsung ke massa. Arus akan lebih
memilih ke massa langsung. Walaupun rotor coil tetap di aliri arus sangat kecil
namun begitu rotor coil tidak dialiri arus maka tegangan yang dihasilkan akan
turun. Kemagnetan pada voltage regulator juga akan turun sehingga
mengakibatkan posisi PL2 mengambang. Pada saat mengambang rotor coil
kembali mendapat arus medan (Field Current) itulah mengapa (Field Current)
yang ke rotor mengalir terputus-putus.
Terminal N alternator > terminal N regulator > magnet coil dari voltage
relay > terminal E
b. Output Voltage
Terminal B alternator > terminal B regulator > Point P2 > Point PO >
magnet coil dari N regulator > terminal E regulator. Inilah yang disebut
dengan Output voltage.
c. Tidak ada arus ke Field Current
Terminal B alternator > IG Swith > Fuse > terminal IG regulator > resistor
R > terminal Fregulator> terminal alternator > rotor coil > atau point PLO
> Point P2 > ground < No. F. L>> terminal E alternator > ( F current). Bila
arus resistor R>. Mengalir terminal regulator > rotor coil > massa .
14
akibatnya arus yang ke rotor ada, tapi kalau PLO nempel PL2 maka arus
mengalir ke massa sehingga yang ke rotor coil tidak ada.
d. Output Current. Terminal B alternator > baterai / load > massa
Keterangan gambar
15
1. Belt Alternator kendor atau sudan aus
2. Kabel Alternator terkelupas atau putus
3. Alternator rusak
4. Regulator tegangan rusak
5. Baterai rusak
b. Analisis masalah
Tidak ada pengisian adalah Faktor penyebab
- V belt putus
- Regulator terbakar
- V belt kendor
- V belt aus
- V belt kendor
- Sekring putus
- Konektor longgar
16
c. Pembongkaran perbaikan dan perakitan
1. Pembongkaran
Beri tanda pada rumah depan dan belakang, Supaya mudah pada saat
perakitan lagi
Gambar 7 Alternator
17
Gambar 9 Melepas baut pengikat rumah belakang
Rotor dilepas dari rumah dengan cara dipres menggunakan alat khusus
Kontrol kelonggaran bantalan bila arus lepas pengikat bantalan rotor
dan lepas bantalan rotor dari rumah dengan dipres
18
Pres bantalan pada rumah belakang (beri oli supaya pengepresan
mudah)
Solder sikat arang pada rumahnya. Jepit kabel sikat dengan tang lancip
supaya panas mengalir ke tang
Pasang rumah sikat
Kontrol isolasi pelat diode positif dengan lampu kontrol 110 volt
Bersihkan sisa sisa tinol penyolderan
19
Pasang bantalan pada rotor dengan dipres menggunakan alat khusus
(beri oli supaya pengepresan mudah)
Pasang bantalan dengan rotor pada rumah depan (beri oli supaya
pengepresan mudah)
Tahan sikat – sikat denga batang khusus (kawat las) supaya tidak patah
saat unit rumah depan dengan unit belakang dirawat
20
Rakit unit rumah depan dan unit rumah belakang dengan posisi yang
benar
Pasang baut pengikat rumah
Pasang unit kipas, roda puli dan kencangkan baut pengikat dengan
sabuk khusus
Kontrol kondisi mekanis alternator. Tidak boleh ada suara berisik macet
atau longgar
21
D. Pemeriksaan dan perawatan system pengisian
22
- Penyetelan regulator
Hal yang harus diperhatikan saat penyetelan tegangan tidak stabil atau
melampaui nilai standar umumnya disebabkan kesalahan pengaturan
armature dan lebar dan yang diakibatkan geteran kontak selama
penyetelan berlangsung. Pemeriksaan tegangan masing masing klan
setiap melakukan penyetelan, jaga putaran alternator pada putaran
rendah dan konektor regulator harus dilepas. Penyetelan point gap dan
amarture gap menurut spesifikasinya tanpa di hubungkan regulator.
23
menimbulkan tenaga dan daya gerak, inilah yang memiliki peranan
penting untuk menggerakan mobil. Sistem pengapian ini juga memiliki
fungsi untuk menghasilkan percikan tersebut. Sistem pengapian
membutuhkan metode induksi elektromagnetik, system pengapian ini
cukup komplek dan membutuhkan beberapa komponen seperti, Ignition
coil kusi dan komponen lainya. Sedikitnya ada tiga jenis system pengapian
yaitu system pengapian konvesional, pengapian elektronik dan juga
pengapian CDI.
24
Gambar 22 Rangkaian pada saat kunci kontak “ ON”
Saat mesin Starting Platina akan terputus saat cam menyentuh kaki platina
akibatnya kemagnetan pada kumparan primer bergerak ke kumparan
silinder dan menghasilkan tegangan super tinggi sehingga 20 KV
tegangan tersebut langsung disalurkan ke busi untuk proses pemercikan
ketika cam tidak menyentuh kaki platina maka platina kembali tersambung
sehingga proses kemagnetan pada kumparan primer kembali terjadi.
Proses ini berlangsung secara terus menerus selama mesin hidup.
25
Komponen System Pengapian Konvesional untuk melengkapi pembahasan
sebelumnya kita juga perlu membahas komponen yang berpengaruh pada
system pengapian tipe konvesional. Komponen pada system ini mesin
didomisili oleh komponen mekanik.
Baterai / AKI berfungsi untuk menyediakan arus listrik pada system
pengapian.
Kunci kontak berfungsi sebagai saklar untuk menghubungkan jalur
kelistrikan menuju COIL.
Fuse berfungsi sebagai pengaman rangkaian dari kelebihan arus.
Ignition Coil berfungsi untuk melakukan induksi agar tegangan listrik
bias naik ke 20 KV
Platina berfungsi sebagai pemutus arus pada kumparan primer di
dalam coil.
Nok platina merupakan tonjolan yang akan mengatur kapan platina
harus memutuskan arus primer coil.
Capasitor komponen elektronika untuk menyerap percikan api klan
platina.
Distributor merupakan komponen untuk membagikan Out put listrik
bertegangan tinggi dari coil ke 4 busi.
Kabel tegangan tinggi kabel khusus yang dibuat untuk mengaliri
listrik bertegangan dari coil menuju busi.
Busi yaitu komponen yang akan mengubah listrik bertegangan tinggi
menjadi percikan api.
Sentrifusal advanler merupakan komponen untuk memodifikasi
timming memutus arus primer coil berdasarkan RPM mesin.
26
tegangan tinggi dalam koil, hal terebut menjadikan busi mampu untuk
menciptakan loncatan bunga api.
27
CDI bekerja menggunakan modul komponen elektrik sehingga lebih awet dan
tahan lama dari pada platina karena tidak mengalami keausan. Jika pada system
pengapian konvesional mengalami gangguan atau masalah biasanya bias di atasi
dengan menyetel platina secara manual akan tetapi pada system pengapian yang
sudah menggunakan CDI hanya dapat dilakukan pengecekan kondisi saja.
Prinsip Kerja
1. Reluctor
merupakan gigi besi yang terpasang pada sensor dalam as delco sebagai
media mudah dibaca oleh sensor dalam hal ini pulser / pick up cool.
Jumlah gigi regulator merupakan jumlah silinder mesin sehingga tiap gigi
regulator untuk satu silinder mesin.
28
Pulser / pick up coil merupakan sensor pendeteksi logam yang akan
menghasilkan signal / tegangan HC kecil saat terlintas gigi regulator signal
kecil dari pulser selanjutnya dikuatkan sebagai data input untuk ignation
module (CDI / TCL).
3. Ignation module (CDI / TCL)
Ignation module merupakan kit yang berfungsi mengolah data dari pulser
mendeteksi gigi rem cetor yang kemudian dikuatkan sebagai penggerak
transistor driver coil. Ignation module tidak mengeluarkan arus listrik
karena rata-rata menggunakan system open colertor transistor yang
berfungsi sebagai switching minus koil ke groun.
a. Permasalahan
- Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan di busi)
- Mesin sulit hidup (percikan api di busi kecil)
- Terjadi ledakan di knalpot
- Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas di lepas
- Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas di tekan
- Busi cepat kotor
- Elektroda busi meleleh
b. Analisis Masalah
- Kabel tegangan tinggi bocor atau berlebihan
- Rotor tidak terpasang
- Urutan pengapian tidak benar
- Platina terganjal kotoran
- Setelan celah platina tidak tepat
c. Perawatan dan pemeriksaan secara berkala
- Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian
system pengapian
- Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi
- Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi
29
- Memeriksa dan membersihkan rotor dan tutup distributor
- Memeriksaa noil, centrifugal advancer dan racum advancer
- Memeriksa koil pengapian
- Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina / menyetel
sudut dweel
d. Memeriksa secara visual rangkaian dan komponen system pengapian
30
- Lepas kabel tegangan yang menempel pada busi dengan urutan
pengapian atau firing order (eo) yang benar.
- Lepas busi satu persatu, periksa bagaimana warna dan deposit karbon
pada rongga busi kondisi elektroda dan masukan busi pada namban
berisi bensin.
- Bersihkan rongga busi menggunakan sikat dan bersihkan elektroda
busi dengan amplas.
- Stel celah busi elektroda sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
kendaraan.
- Pasangkan busi yang akan dibersihkan pada lubang pembersih (3) tekan
tombol udara untuk membersihkan kotoran yang menempel.
31
- Tekan tombol pasir pembersih sehingga pasir pembersih akan menyemprot
rongga busi (atur tekanan 3-4 kg/cm persegi waktu 3-4 detik)
- Ulangi langkah diatas sampai busi bersih setelah busi bersih maka tekanan
tombol udara (1) agar pasir yang masih menempel dapat bersih.
Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (9)
Tekanan 3-4 kg/cm2 Terjadi percikan pada kaca pandang (9) dan (10)
Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (10) saja
berarti busi sudah jelek
32
h. Memeriksa koil pengapian
- Atur selector multi meter kearah x1 ohm, kalibrasi ohm meter dengan
cara menggunakan colok ukur, setelah penunjuk jarum tepat pada 0
ohm, bila penyetelan tidak tercapai periksa / ganti baterai multi meter.
- Periksa tahanan resistor dengan menggunakan colok ukur pada kedua
resistor. Nilai tahanan resistor seharusnya 1,3-1,5 ohm. Pada koil
pengapian jenis internal resistor, pengukuran resistor dengan
menghubungkan colok ukur pada terminal (B) dan terminal (+).
- Atur selector multi meter kearah x1 ohm. Kaliblasi ohm meter dengan
cara menghubungkan kedua colok ukur, stel penunjuk jarum tepat
pada 0 ohm, bila penyetelan tidak tercapai periksa / ganti baterai multi
meter.
- Periksa tahanan resistor dengan menghubungkan colok ukur pada
kedua resistor. Nilai tahanan resistor seharusnya 1,3-1,5 ohm pada
koil pengapian jenis internal resistor, pengukuran resistor dengan
menghubungkan colok ukur pada terminal (B) dan terminal (+).
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
https://qtussama.wordpress.com/2012/11/10/menyetel-celah-platina/
35