Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktek Kerja Industri


Pelaksanaan Praktek Kerja Industri ( PRAKERIN ) adalah Sebuah
pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha atau di dunia
industry yang relevan dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya masing
masing dalam upaya meningkatkan mutu sekolah menengah kejuruan (SMK)
dan juga menambah bekal masa mendatang guna memasuki dunia kerja yang
semakin banyak serta ketat dalam persaingannya seperti saat ini, selain itu
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak
pelatatan baru yang diciptakan untuk menunjang banyaknya permintaan
produksi barang atau jasa yang menimbulkan perubahan mendasar untuk
mendapatkan pekerjaan sehingga tenaga kerja dituntun bukan hanya memiliki
kemampuan teknis belaka tetapi juga harus lebih fleksibel dan berwawasan
lebih luas, inovatif, serta didukung dengan adanya kegiatan prakerin siswa
dan siswi dapat mengasah dan juga dapat mengimplementasikan materi yang
di dapat di sekolah langsung ke dunia usaha atau dunia industri yang relevan
dengan kemampuan masing masing.
Pada dasarnya praktek kerja industry (Prakerin) merupakan
penyelenggaraan yang mengintegritasikan secara tersistem Pendidikan dunia
uasaha dan dunia industry serta mendekatkan suplay ketenagakerjaan.

B. Tujuan Pembuatan Laporan


 Meningkatkan, memperluas dan menetapkan keterampilan yang
membentuk kemampuan dan mempersiapkan siswa siswi untuk
memasuki lapangan kerja sesuai jurusan.
 Yang dipilih meningkatkan pengenalan siswa pada aspek aspek usaha
yang potensial dalam lapangan kerja, antara lain struktur organisasi,
usaha asosiasi, usaha jenjang kerja dan managemen usaha yang baru
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermutu.

1
 Menumbuhkembangkan dan menetapkan sikap potensial, professional
yang diperlukan siswa siswi untuk memasuki lapangan kerja, sesuai
bakat dan minat khususnya Teknik kendaraan ringan sehingga dapat
membekali siswa siswi sebagai agen perubahan di masa yang akan
dating.
C. Alasan Pemilihan Tempat
Dalam memilih tempat praktek kerja industri, penyusun
mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan tempat kerja industry,
Yaitu :
a. Lokasi bengkel dengan dengan jalan raya jadi mudah dijangkau.
b. Nama bengkel cukup terkenal
c. Bengkel sudah punya banyak pelanggan
d. Bengkel cukup dekat jadi hanya membutuhkan waktu 25 menit untuk
sampai ke bengkel.
e. Di bengkel tersebut banyak pekerjaan
f. Karyawan ramah tamah

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam menyusun laporan Praktek Kerja Industri, penyusun
menggunakan beberapa metode, untuk memperoleh data, Yaitu :
1. Metode Observasi
Yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diamati
yaitu dengan melihat langsung dari praktek kerja industri (Prakerin) yang
meliputi Gedung lokasi, Disiplin karyawan cara kerja, cara perbaikan
komponen komponen beserta kerusakan yang belum diperbaiki.
2. Interview ( Wawancara )
Yaitu dengan berwawancara secara langsung dengan orang orang yang
mengetahui masalah atau persoalan yang diperlukan.
3. Metode Literature ( Perpustakaan )
Yaitu penyusun mencari maupun meminjam buku buku mesin yang dapat
diperoleh di perpustakaan ataupun di took took buku yang berguna untuk
menambah data dalam pembuatan laporan.

2
4. Metode Praktek Langsung
Yaitu penyusun mengadakan praktek langsung agar mengetahui bagian
bagian cara penyelesaian dan lain lain, sehingga mudah dalam
memperoleh data yang di perlukan.

E. Sistematika Pembuatan Laporan


1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan Bengkel
3. Halaman Pengesahan Sekolah
4. Motto
5. Halaman Persembahan
6. Kata Pengantar
7. Daftar Isi
8. Daftar Gambar
9. Isi
10. Penutup

3
BAB II

URAIAN UMUM

A. Sejarah DU / DI
Bengkel Setia Motor didirikan sekitar tahun 2007, bengkel setia motor
didirikan pertama kali di dekat Gedung SMK MA’ARIF NU Bobotsari,
bersebelahan dengan kampus 3, Namun seiringnya berjalannya waktu,
bengkel bengkel tersebut pindah tidak jauh dari bengkel lamanya dan sampai
sekarang bengkel tersebut masih beroperasi, bengkel yang beralamatkan di
desa gandasuli kecamatan bobotsari.

B. Struktur DU / DI

Pimpinan

PONIMAN

Mekanik I Mekanik II

PRIAN SIKRIS

Gambar 1. Struktur Organisasi

C. Inventaris Alat

N NAMA ALAT MERK JUMLAH


O

1. Kunci Sok set 12 pls 8 – 24 mm Tekiro 1

4
2. Kunci Pas 12 pls Tekiro 2

3. Kunci Pas 11 Pls 8-24 mm Tekiro 2

4. Ponglival Botol 3 Ton Tekiro 2

5. Jalil Stand 3 Ton Tekiro 2

6. Kunci inggris Tekiro 1

7. Kunci L bintang Tekiro 1

8. Kunci L hexagonal set Tekiro 1

9. Tang kombinasi 8 Tekiro 1

10. Tang lancip Tekiro 1

11. Tang potong 6 Tekiro 2

12. Tang buaya 10 Tekiro 2

13. Tang snap ring 9 (inner & out) Tekiro 1

14. Kunci T8,10,12,14 dan 13 mm Tekiro 2

15. Obeng set Tekiro 1

16. Obeng ketok + mata 5 pls Tekiro 2

17. Theker bearing 53 m Tekiro 1

18. Theker 3 kaki 4 mm Tekiro 2

19. Fuller gauge set Tekiro 1

20. Palu besar - 2

21. Palu kecil - 2

22. Gergaji besi Tekiro 1

23. Gerenda mesin Tekiro 2

24. Ragum Tekiro 1

5
25. Piston oil gardan Tekiro 1

26. Sikat kawat Tekiro 2

27. Gunting Tekiro 3

28. Kater Tekiro 2

29. Kunci filter oli Tekiro 1

30. Bor tangan MT 60 Maltel 1

Gambar 2. Daftar Inventaris Alat

6
D. Denah Lokasi DU / DI

Taman D
A
Bobot R
sari I

P
U
R
B
A
L
I
N
G
B
G  E
A
N
G
D K
A E
Gambar 3 R L
I S
Denah Lokasi DU/DI
E
P T
E I
M A
A M
L O
T
A
O
N
R
G

7
E. Denah Ruang DU / DI

WC
. 6

C H

B
D A

Gambar 4. Denah Ruang DU / DI

Keterangan :
A. Ruang Administrasi dan Peralatan Bengkel
B. Ruang Tunggu
C. Tempat Praktek / Pembongkaran / Service
D. Ragum
E. Stop Kontak
F. WC
G. Ruang Stel Karbu
H. Tempat Cuci
I. Warung Makan

F. Keselamatan Kerja
1. Baju kerja Wearpack
2. Kacamata Pelindung
 Safety Spectacles
 Safety Goggles
 Safety Shields
3. Safety Shoes
4. Helm Kerja
5. Sarung Tangan
6. Pelindung Telinga ( Eahplug )

8
BAB III
URAIAN KHUSUS PRAKERIN DI BENGKEL SETIA MOTOR

A. Sistem Pengisian

Gambar 1 Komponen Pengisian

1. Landasan Teori Umum

Fungsi Utama Landasan Sistem Pengisian (Charging Sistem) ada


dua yang pertama adalah untuk mengisi kembali Batrai (AKI) sehingga
Aki dalam kondisi penuh dan siap untuk melakukan Starter. Mobil yang
membutuhkan daya besar. Kedua dari system pengisian adalah untuk
mensuplay arus listrik keseluruh system kelistrikan selama mesin hidup
dengan kata lain Sistem pengapian, tape, radio lampu dan lain- lain tidak
disuplay aki melainkan oleh Sistem pengisian sehingga ketika mesin hidup
dan system normal kemudian aki dilepas maka mesin mesin hidup.Salah
satu tanda bahwa system pengisian bekerja normal adalah lampu bertanda
baterai tidak hidup saat mesin hidup. Lampu ini disebut lampu CHG
charging lampu selain lampu chg mesin terdapat mesin utama.

2. Landasan Teori Khusus


a. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvesional

9
Sistem pengisian dapat bekerja menghasilkan tegangan jika
tiga syarat ini terpenuhi yaitu adanya medan magnet pada rotor,
adanya kumparan (Stator Coll), adanya gerak pemotongan medan
magnet. Untuk memahami cara kerja system pengisian konvesional
dapat perhatikan diagram dibawah ini pada rangkaian ini terdapat dua
bagian besar yaitu, alternator disisi kiri dan regulator disisi kanan.
Sementara itu ada komponen lain disisi paling kanan yaitu batrai chg
dan load yang merupakan beban semua system kelistrikan pada mobil
yang disuplay system pengisian.

Gambar 2 Rangkaian Sistem Pengisian

b. Arus dari baterai mengalir ke Fusible linih > Igntion Switch > Fuse >
Charging Lamp > Terminal (Regulator) Terminal PO dalam
regulator > Terminal didalam regulator > Terminal E regulator >
Massa. Karena lampu pengisian dialiri arus warna lampu ini akan
menyala , letak lampu ini adalah pada bagian panel dasbor. Lampu ini
bergambar baterai dan setiap mobil pasti ada lampu untuk indicator
pengisian ini. Arus dari baterai mengalir ke Fusibel Link > Igntion swi
(h)Fuse)Terminal IG regulator) PLI.

Kunci kontak on, mesin mati.

10
Gambar 3 Sistem Pengisian Kunci Kontak On

Dalam regulator > terminal PLO dalam regulator > terminal IF


regulator > Terminal F Alternator > Slipr ring> Rotor alternator > Slip ring
> Terminal E alternator > massa pada gambar diatas ditunjukan dengan
garis warna biru. Karena kumparan rotor dialiri arus listrik. Maka akan
terjadi kemagnetan. Sehingga untuk selanjutnya arus yang mengalir ini
disebut dengan arus medan (Fied – current).

c. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvesional Putaran Lambat / Rendah

Gambar 4 Cara kerja sistem pengisian konvensional

11
Sistem mesin hidup maka rotor akan berputar sejalan dengan putaran
mesin tegangan / voltase dibangkitkan dalam ststor koil, dan tegangan
netral (yang tidak melalui diode) akan mengalir melalui voltage klay
yang membuat lampu indicator pengisian mati.

Pada saat yang sama, tegangan juga dihasilkan melaui Stator koil dan
diserahkan oleh diode, hal tersebut akan mengalir ke voltage regular
sehingga menarik PL2. Sehingga arus akan kerotor koil akan didata
oleh adanya resistor. Inilah gunanya regulator yaitu mengatur besar
kecilnya arus yang ke rotor sehingga tegangan yang dihasilkan
kumparan stator dapat tertunda tegangan yang telah diserahkan oleh
diode akan mengalir ke baterai dan melakukan pengisian. Sistem
pengisian pada saat mesin hidup putaran rendah.

a. Tegangan Netral : Dari stator koil dibangkitkan tegangan netral.


Tegangan ini kemudian mengalir ke terminal N alternator >
terminal N regulator > magnet coil dari voltage velay > terminal E
regulator > massa. Karena pada voltage velay terjadi medan
magnet, maka terminal PO akan tertarik dari P1 sehingga akan
berhubungan dengan P2 karena arus yang mengalir ke lampu
pengisian tidak dapat massa (arus tidak mengalir) maka lampu
pengisian mati. Maka dari itu ketika mesin hidup lampu pengisian
akan mati jika system pengisian bekerja normal. Jika lampu
pengisian tidak mati pada saat mesin hidup maka kemungkinan
terjadi Troble pada system pengisian bias pada alternatornya bias
juga pada regulatornya.
b. Tegangan yang lemah. (Output Voltage)
Tegangan yang telah disearahkan oleh diode menjadi arus PL akan
mengalir dari terminal B alternator > terminal B regulator > titik
kontak P2 > titik kontak PO > magnet coil dan voltage regulator >
terminal E regulator > massa bodi. Akibatnya pada voltage
regulator akan terjadi kemagnetan yang dapat mempengaruhi posisi
titik kontak (point) P10.Dalam hal ini PLO akan

12
tertarik dari P11, sehingga pada kecepatan sedang PLO akan
menghambat.
c. Arus yang ke Fled (Fleld Current)
Arus yang dihasilkan dari alternator dari terminal B alternator>
Ignition Swich> Fuse> Terminal IG Regulation> Point P11> Point
P10>Resistor R>Terminal F Regulation> Terminal Farternator
>Rotor Coil >. > Rotor Coil > Terminal E alternator > massa bodi.
Sehingga hal ini jumlah arus / tegangan yang masuk ke rotor coil
bias melalui dua saluran :
1. Jika medan magnet di voltage regulator besar dan mampu
menarik PLO dan PLI maka arus yang ke rotor coil akan
melalui resistor R. Akibatnya arus aliran kecil dan
kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berulang)
2. Sedangkan kalau kemagnetan pada voltage regulator lemah
dan PLO tidak tertarik dari PLI maka arus ke rotor coil akan
tetap melalui point PLI > Point PLO. Akibatnya arus tidak
melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan
normal kembali.
d. Output Current Terminal Balternator > baterai dan beban > massa

2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvesional Saat Putaran Tinggi

Gambar 5 Cara kerja sistem pengisian konvensional saat putaran tinggi

13
Pada saat putaran tinggi rotor berputar sangat cepat tegangan yang di hasilkan
pada kumparan stator akan semakin tinggi. Maka tegangan yang mengalir dari
terminal B alternator > terminal B regulator ke voltage regulator juga tinggi.

Kemagnetan yang yang dihasilkan akan semakin kuat sehingga mampu menarik
PO PI pada saat ini arus medan (Field Current) yang ke rotor coil akan mengalir
terputus-putus (Intermittenly). Dengan kata lain gerakan titik kontak PLO dari
voltage regulator kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2.

Ketika titik kontak PLO pada regulator berhubungan dengan titik kontak PL2.
Field Current akan dibatasi.karena apa? Karena arus tidak mengalir melalui rotor
coil arus dari terminal I Regulator melewati R langsung ke massa. Arus akan lebih
memilih ke massa langsung. Walaupun rotor coil tetap di aliri arus sangat kecil
namun begitu rotor coil tidak dialiri arus maka tegangan yang dihasilkan akan
turun. Kemagnetan pada voltage regulator juga akan turun sehingga
mengakibatkan posisi PL2 mengambang. Pada saat mengambang rotor coil
kembali mendapat arus medan (Field Current) itulah mengapa (Field Current)
yang ke rotor mengalir terputus-putus.

Aliran arus pada saat putaran tinggi adalah sebagai berikut :

a. Voltage neutral (tegangan netral)

Terminal N alternator > terminal N regulator > magnet coil dari voltage
relay > terminal E

regulator. Inilah yang disebut neutral votage.

b. Output Voltage
Terminal B alternator > terminal B regulator > Point P2 > Point PO >
magnet coil dari N regulator > terminal E regulator. Inilah yang disebut
dengan Output voltage.
c. Tidak ada arus ke Field Current
Terminal B alternator > IG Swith > Fuse > terminal IG regulator > resistor
R > terminal Fregulator> terminal alternator > rotor coil > atau point PLO
> Point P2 > ground < No. F. L>> terminal E alternator > ( F current). Bila
arus resistor R>. Mengalir terminal regulator > rotor coil > massa .

14
akibatnya arus yang ke rotor ada, tapi kalau PLO nempel PL2 maka arus
mengalir ke massa sehingga yang ke rotor coil tidak ada.
d. Output Current. Terminal B alternator > baterai / load > massa

Gambar 6 sistem pengisian IC

Keterangan gambar

B = Kaki Output alternator yang mensuplay langsung ke kaki

IG = Indikator kontak yang ada di alternator.

S = Digunakan regulator untuk mengatur setrum pengisian ke aki

L = Kabel yang digunakan oleh regulator untuk indicator Lampu (CHG).

Vehicle Loads = Beban

Sistem pengisian IL sedikit berbeda dengan yang mekanik / konvensional.


Perbedaannya ada pada regulatornya. Pada system pengisian mekanik.
Regulator bekerja secara mekanik atau memanfaatkan kerja dari velay
magnetic. Sedangkan pada IL regulator prinsip kerjanya diatur oleh
komponen elektronik dan lebih akurat dalam menghasilkan tegangan kerja
dibanding regulator mekanik namun secara keseluruhan fungsinya sama
yaitu mengatur tegangan yang dihasilkan oleh alternator.

3. Alur Proses Produksi


a. Permasalahan

15
1. Belt Alternator kendor atau sudan aus
2. Kabel Alternator terkelupas atau putus
3. Alternator rusak
4. Regulator tegangan rusak
5. Baterai rusak
b. Analisis masalah
 Tidak ada pengisian adalah Faktor penyebab

- V belt putus

- Regulator terbakar

 Pengisian rendah adalah factor penyebab

- Setelan pada almaturgap terlalu rapat

- V belt kendor

 Pengisian tinggi adalah factor penyebab

- Setelan voltage regulator terlalu tinggi

- Voltage relay terbakar

 Timbulnya suara berisik adalah factor penyebab

- V belt aus

- V belt kendor

 Lampu pengisian mengalami gangguan / saat kunci kontak on


adalah. factor penyebab

- Sekring putus

- Konektor longgar

 Lampu tidak mati setelah mesin hidup adalah factor penyebab

- Driver belt kendor

- Kontak sikring tidak baik

16
c. Pembongkaran perbaikan dan perakitan

1. Pembongkaran

 Beri tanda pada rumah depan dan belakang, Supaya mudah pada saat
perakitan lagi

Gambar 7 Alternator

 Lepas roda dan puli dengan sabuk khusus

Gambar 8 Melepas roda dan puli

 Lepas baut pengikat rumah belakang dengan depan


 Pisahkan unit rumah belakang dari rumah depan

17
Gambar 9 Melepas baut pengikat rumah belakang

 Rotor dilepas dari rumah dengan cara dipres menggunakan alat khusus
 Kontrol kelonggaran bantalan bila arus lepas pengikat bantalan rotor
dan lepas bantalan rotor dari rumah dengan dipres

Gambar 10 Rotor dilepas dengan cara dipres

 Lepas pelat diode dari rumah belakang


 Lepas stator dari diode dengan menggunakan solder
 Lepas rumah, sikat – sikat dan mengukur panjangnya. Bila terlalu
pendek ganti dengan menggunakan solder
 Jaga gulungan stater jangan sampai lecet (akibat benturan benda keras)

Gambar 11 Melepas stator dari diode

18
 Pres bantalan pada rumah belakang (beri oli supaya pengepresan
mudah)
 Solder sikat arang pada rumahnya. Jepit kabel sikat dengan tang lancip
supaya panas mengalir ke tang
 Pasang rumah sikat

Gambar 12 Pres bantalan pada rumah belakang

 Solder gulungan stator dengan diode sesuai rangkaian


 Masukan stator pada rumah belakang dan pasang plat diode-diode
 Jaga gulungan stator dari benturan benda keras

Gambar 13 solder gulungan stator dengan dioda

 Kontrol isolasi pelat diode positif dengan lampu kontrol 110 volt
 Bersihkan sisa sisa tinol penyolderan

Gambar 14 Memasang kontrol isolasi pelat dioda positif

19
 Pasang bantalan pada rotor dengan dipres menggunakan alat khusus
(beri oli supaya pengepresan mudah)

Gambar 15 Memasang bantalan rotor

 Pasang bantalan dengan rotor pada rumah depan (beri oli supaya
pengepresan mudah)

Gambar 16 Memasang bantalan rotor

 Tahan sikat – sikat denga batang khusus (kawat las) supaya tidak patah
saat unit rumah depan dengan unit belakang dirawat

Gambar 17 Memasang rumah belakang dan depan

20
 Rakit unit rumah depan dan unit rumah belakang dengan posisi yang
benar
 Pasang baut pengikat rumah

Gambar 18 Memasang baut pengikat rumah

 Pasang unit kipas, roda puli dan kencangkan baut pengikat dengan
sabuk khusus

Gambar 19 Memasang unit kipas roda puli

 Kontrol kondisi mekanis alternator. Tidak boleh ada suara berisik macet
atau longgar

Gambar 20 Mengontrol kondisi mekanis alternator

21
D. Pemeriksaan dan perawatan system pengisian

1. Pemeriksaan Rotor Coil


Pemeriksaan hubungan massa. Jika jarum OHM meter tidak bergerak
berarti kumparan dalam kondisi baik. Jika jarum menunjukan nilai tertentu
maka terjadi kebocoran pada rotor oil.

2. Pemeriksaan Tahanan Rotor

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan probe ohm meter pada


slip ring krmudian probe yang lain pada slip ring. Tahanan antara slip ring
berkisar 4 .

3. Pemeriksaan Stator Coil


Pemeriksaan hubungan massa dengan menggunakan ohm meter. Periksa
bawah antara kanan kumparan dengan stator code tidak ada hubungan.
4. Pemeriksaan terbuka
Jika jarum ohm bergerak kearah nol berarti hubungan stator baik, jika
jarum ohm tidak bergerak berarti terjadi hubungan terbuka.
5. Memeriksa diode

Lakukan pemeriksaan dengan menghubungkan kabel positif pada ujung


diode positif dan ujung kabel negative dengan terminal B dan lakukan
secara terbalik kabel (diode) dan kabel negative pada terminal B.

6. Memeriksa Brush Bearing dan slip ring


Pemeriksaan yang dilakukan yaitu apakah terjadi keausan pada Brush,
lakukan penggantian jika parah.
Periksa veering dari kelancaran putarannya, kerusakannya ataupun
keretakan.
Periksa Slip Ring dari keausan ataupun kerusakan.
7. Memeriksa kipas pully dan regulator
- Periksa kipas dari perubahan bentuk putaranya ataupun rusak
- Periksa pully dari keausan, keretakan maupun perubahan bentuknya
dan periksa apakah ada bekas dari belt yang masih menempel

22
- Penyetelan regulator

Penyetelan tegangan : 13,8 – 14,8 V

Tegangan yang diatur : 12 V

Tegangan cut point lamp velay : 4,3 – 5,8

Hal yang harus diperhatikan saat penyetelan tegangan tidak stabil atau
melampaui nilai standar umumnya disebabkan kesalahan pengaturan
armature dan lebar dan yang diakibatkan geteran kontak selama
penyetelan berlangsung. Pemeriksaan tegangan masing masing klan
setiap melakukan penyetelan, jaga putaran alternator pada putaran
rendah dan konektor regulator harus dilepas. Penyetelan point gap dan
amarture gap menurut spesifikasinya tanpa di hubungkan regulator.

8. Pemeriksaan tegangan dan arus pengisian mesin dihidupkan kemudian


besar tegangan dan arus pengisian yang terbaca pada volt meter atau
ampere meter yang dipasang dari luar secara paralel dari baterai.
9. Pemeriksaan kunci kontak
Dengan menghubungkan kaki kabel volt meter pada terminal yang
dihubungkan dengan terminal yang berhubungan dengan terminal
faltemator.
10. Pemeriksaan V belt secara visual
Apakah V belt keretakan atau perubahan bentuk dan periksa ke tegangan
drive belt.

B. Sistem Pengapian Konvesional dan CDI

a. Landasan Teori Umum


Sistem pengapian mobil konvesional seperti yang kita ketahui bersama
system pengapian sangatlah penting. Hal ini dikarenakan tanpa system
pengapian yang bagus maka mobil tidak akan pernah bias jalan
sebagaimana mestinya. Sistem pengapian tersebut berfungsi untuk
melakukan pembakaran yang pada akhirnya akan membakar atau

23
menimbulkan tenaga dan daya gerak, inilah yang memiliki peranan
penting untuk menggerakan mobil. Sistem pengapian ini juga memiliki
fungsi untuk menghasilkan percikan tersebut. Sistem pengapian
membutuhkan metode induksi elektromagnetik, system pengapian ini
cukup komplek dan membutuhkan beberapa komponen seperti, Ignition
coil kusi dan komponen lainya. Sedikitnya ada tiga jenis system pengapian
yaitu system pengapian konvesional, pengapian elektronik dan juga
pengapian CDI.

Gambar 21 Rangkaian system pengapian konvesional

b. Landasan Teori Khusus


Sistem pengapian konvesional digunakan pada mobil jadul, seperti kijang
generasi awal dan colt. Cara kerja system pengapian konvesional sangat
sederhana saat kunci kontak benda pada posisi ON maka arus dari baterai
mengalir ke Ignition Coil dan keluar menuju platina. Karena mesin belum
berputar (belum starting maka platina akan menghubungkan arus kemasa
sehingga timbul kemagnetan pada kumparan primer.

24
Gambar 22 Rangkaian pada saat kunci kontak “ ON”

Saat mesin Starting Platina akan terputus saat cam menyentuh kaki platina
akibatnya kemagnetan pada kumparan primer bergerak ke kumparan
silinder dan menghasilkan tegangan super tinggi sehingga 20 KV
tegangan tersebut langsung disalurkan ke busi untuk proses pemercikan
ketika cam tidak menyentuh kaki platina maka platina kembali tersambung
sehingga proses kemagnetan pada kumparan primer kembali terjadi.
Proses ini berlangsung secara terus menerus selama mesin hidup.

25
Komponen System Pengapian Konvesional untuk melengkapi pembahasan
sebelumnya kita juga perlu membahas komponen yang berpengaruh pada
system pengapian tipe konvesional. Komponen pada system ini mesin
didomisili oleh komponen mekanik.
 Baterai / AKI berfungsi untuk menyediakan arus listrik pada system
pengapian.
 Kunci kontak berfungsi sebagai saklar untuk menghubungkan jalur
kelistrikan menuju COIL.
 Fuse berfungsi sebagai pengaman rangkaian dari kelebihan arus.
 Ignition Coil berfungsi untuk melakukan induksi agar tegangan listrik
bias naik ke 20 KV
 Platina berfungsi sebagai pemutus arus pada kumparan primer di
dalam coil.
 Nok platina merupakan tonjolan yang akan mengatur kapan platina
harus memutuskan arus primer coil.
 Capasitor komponen elektronika untuk menyerap percikan api klan
platina.
 Distributor merupakan komponen untuk membagikan Out put listrik
bertegangan tinggi dari coil ke 4 busi.
 Kabel tegangan tinggi kabel khusus yang dibuat untuk mengaliri
listrik bertegangan dari coil menuju busi.
 Busi yaitu komponen yang akan mengubah listrik bertegangan tinggi
menjadi percikan api.
 Sentrifusal advanler merupakan komponen untuk memodifikasi
timming memutus arus primer coil berdasarkan RPM mesin.

Prinsip Kerja Sistem Pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) pada


mobil

Sistem pengapian CDI merupakan sebuah pengembangan dari system


pengapian konvesional yang masih menggunakan platina sebagai pemutus dan
penyambung arus untuil menciptakan tegangan tinggi. Dengan terciptanya

26
tegangan tinggi dalam koil, hal terebut menjadikan busi mampu untuk
menciptakan loncatan bunga api.

CDI (Capasitor Discharge Ignition)

Gambar 23 Skema CDI

Sistem pengapian jenis ini lebih mengarah ke system pengapian elektrik,


karena diatur secara elektrik oleh satu komponen yang disebut CDI (Capasitor
Discharge Ignition). Pengertian komponen CDI ini secara umum merupaka
sebuah alat yang dapat mengatur dan menghasilkan energy listrik yang sangat
bagus disemua rentang putaran mesin (RPM). Mulai dari putaran rendah yaitu
pada saat start dan sampai pada saat tinggi yaitu saat kendaraan dipacu sangat
kencang. Kesimpulan CDI ini mempunyai fungsi yang seperti platina, akan tetapi

27
CDI bekerja menggunakan modul komponen elektrik sehingga lebih awet dan
tahan lama dari pada platina karena tidak mengalami keausan. Jika pada system
pengapian konvesional mengalami gangguan atau masalah biasanya bias di atasi
dengan menyetel platina secara manual akan tetapi pada system pengapian yang
sudah menggunakan CDI hanya dapat dilakukan pengecekan kondisi saja.

Prinsip Kerja

Prinsip kerja system pengapian CDI yang menggunakan arus DC yaitu


ketika kunci kontak pada posisi “ON” arus dari baterai akan mengalir menuju
saklar, jika saklar “ON” maka arus akan mengalir menuju ke kumparan penguat
arus yang ada dalam CDI yang akan meningkatlkan tegangan baterai yang
mulanya dari 12 volt DC akan diubah menjadi 220 volt AC setelah itu arus akan
disearahkan oleh diode dan akan dialirkan menuju kondensor untuk disimpan
sementara akibat dari putaran mesin. Coil pulsa menghasilkan arus yang
kemudian menghidupkan SCR jadi akan memicu kondensor untuk mengalirkan
arus menuju ke kumparan primer coil pengapian. Di saat terjadi pemutusan arus
yang mengalir di kumparan primer coil pengapian maka akan timbul tegangan
induksi pada kedua kumparan. Tegangan terebut akan membuat busi memercikan
bunga api untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang ada dalam
ruang bakar.

Komponen Komponen CDI mobil umumnya terjadi dari 3 item utama,


Yakni :

1. Reluctor
merupakan gigi besi yang terpasang pada sensor dalam as delco sebagai
media mudah dibaca oleh sensor dalam hal ini pulser / pick up cool.
Jumlah gigi regulator merupakan jumlah silinder mesin sehingga tiap gigi
regulator untuk satu silinder mesin.

2. Pick up coil (pulser)

28
Pulser / pick up coil merupakan sensor pendeteksi logam yang akan
menghasilkan signal / tegangan HC kecil saat terlintas gigi regulator signal
kecil dari pulser selanjutnya dikuatkan sebagai data input untuk ignation
module (CDI / TCL).
3. Ignation module (CDI / TCL)
Ignation module merupakan kit yang berfungsi mengolah data dari pulser
mendeteksi gigi rem cetor yang kemudian dikuatkan sebagai penggerak
transistor driver coil. Ignation module tidak mengeluarkan arus listrik
karena rata-rata menggunakan system open colertor transistor yang
berfungsi sebagai switching minus koil ke groun.

3. Alur Proses Produksi

a. Permasalahan
- Mesin tidak dapat hidup (tidak ada percikan di busi)
- Mesin sulit hidup (percikan api di busi kecil)
- Terjadi ledakan di knalpot
- Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas di lepas
- Terjadi ledakan di knalpot saat pedal gas di tekan
- Busi cepat kotor
- Elektroda busi meleleh
b. Analisis Masalah
- Kabel tegangan tinggi bocor atau berlebihan
- Rotor tidak terpasang
- Urutan pengapian tidak benar
- Platina terganjal kotoran
- Setelan celah platina tidak tepat
c. Perawatan dan pemeriksaan secara berkala
- Memeriksa secara visual kelainan pada komponen dan rangkaian
system pengapian
- Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi
- Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi

29
- Memeriksa dan membersihkan rotor dan tutup distributor
- Memeriksaa noil, centrifugal advancer dan racum advancer
- Memeriksa koil pengapian
- Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah platina / menyetel
sudut dweel
d. Memeriksa secara visual rangkaian dan komponen system pengapian

Gambar 24 Memeriksa secara visual system pengapian

- Memeriksa jumlah elektrolit baterai (kurang / tidak) memeriksa


sambungan terminal baterai (kotor atau tidak) memeriksa kondisi
kabel baterai dari kemungkinan putus atau terbakar.
- Memeriksa koil pengapian dari kemungkinan terminalnya kotor, kabel
kendor, putus, terbakar, atau bodi retak.
- Memeriksa distributor dari keretakan kotor terminal aus dan
pemasangan kurang baik.
- Memeriksa kabel busi dari pemasangan kurang tepat.
e. Memeriksa, membersihkan dan menyetel celah busi

Gambar 25 Pemeriksaan dan pembersihan celah busi

30
- Lepas kabel tegangan yang menempel pada busi dengan urutan
pengapian atau firing order (eo) yang benar.
- Lepas busi satu persatu, periksa bagaimana warna dan deposit karbon
pada rongga busi kondisi elektroda dan masukan busi pada namban
berisi bensin.
- Bersihkan rongga busi menggunakan sikat dan bersihkan elektroda
busi dengan amplas.
- Stel celah busi elektroda sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
kendaraan.

Gambar 26 Mengukur celah busi

- Pasang kembali busi pada silinder . Pemasangan yang benar adalah


memutar busi dengan tenaga ringan, setelah ulir habis mengencangkan
¼ putaran dengan kunci besi.
f. Memeriksa busi menggunakan spark plug clean er tester

Gambar 27 Spark plug clener taster

- Pasangkan busi yang akan dibersihkan pada lubang pembersih (3) tekan
tombol udara untuk membersihkan kotoran yang menempel.

31
- Tekan tombol pasir pembersih sehingga pasir pembersih akan menyemprot
rongga busi (atur tekanan 3-4 kg/cm persegi waktu 3-4 detik)
- Ulangi langkah diatas sampai busi bersih setelah busi bersih maka tekanan
tombol udara (1) agar pasir yang masih menempel dapat bersih.

- Tekanan yang Hasil pengujian yang seharusnya


digunakan

Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (9)

Tekanan 3-4 kg/cm2 Terjadi percikan pada kaca pandang (9) dan (10)

Tekanan 5 kg/cm2 Terjadi percikan pada kaca pandang (10)

Tekanan 2-3 kg/cm2 Terjadi percikan api pada kaca pandang (10) saja
berarti busi sudah jelek

Gambar 28 Hasil pengujian busi

g. Memeriksa dan membersihkan kabel tegangan tinggi


- Lepas kabel tegangan tinggi bersihkan ujung kabel dari kemungkinan
ada karat dengan menggunakan amplas.
- Periksa tahanan kabel menggunakan ohm meter (multi meter bagian
ohm posisi selektor 1x1L) tahanan kabel harus kurang dari 25 kilo
ohm.

Gambar 29 Kabel tegangan

32
h. Memeriksa koil pengapian

Langkah-langkah dalam memeriksa koil pengapian yaitu

- Atur selector multi meter kearah x1 ohm, kalibrasi ohm meter dengan
cara menggunakan colok ukur, setelah penunjuk jarum tepat pada 0
ohm, bila penyetelan tidak tercapai periksa / ganti baterai multi meter.
- Periksa tahanan resistor dengan menggunakan colok ukur pada kedua
resistor. Nilai tahanan resistor seharusnya 1,3-1,5 ohm. Pada koil
pengapian jenis internal resistor, pengukuran resistor dengan
menghubungkan colok ukur pada terminal (B) dan terminal (+).

Gambar 30 Memeriksa centrifugal advancer

Langkah-langkah dalam memeriksa koil pengapian yaitu

- Atur selector multi meter kearah x1 ohm. Kaliblasi ohm meter dengan
cara menghubungkan kedua colok ukur, stel penunjuk jarum tepat
pada 0 ohm, bila penyetelan tidak tercapai periksa / ganti baterai multi
meter.
- Periksa tahanan resistor dengan menghubungkan colok ukur pada
kedua resistor. Nilai tahanan resistor seharusnya 1,3-1,5 ohm pada
koil pengapian jenis internal resistor, pengukuran resistor dengan
menghubungkan colok ukur pada terminal (B) dan terminal (+).

Laporan kegiatan praktek kerja industry

a. Menambah pengalaman untuk bekerja suatu hari nanti.


b. Meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bekerja.
c. Sebagai modal untuk melakukan pekerjaan nyata.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah selesai melaksanakan kegiatan praktik selama 3 bulan penulis dapat


menarik kesimpulan anatara lain.

 Cara praktik di bengkel sekolah sangat berbeda dengan tata kerja di


bengkel.
 Pekerja di bengkel harus extra hati-hati dan terbiasa dengan alat
keselamatan kerja yang minim.
 Menjadi pekerja di bengkel maupun industry lainnya harus bekerja dengan
disiplin.

B. Saran

1. Saran untuk pihak sekolah

 Sekolah sebaiknya memberikan gambaran dan penjelasan detail


tentang kegiatan dilokasi praktik sebelum pelaksanaan.
 Selain kompetensi prihal sekolah diharapkan meningkatkan kegiatan
praktik produksi di sekolah agar peserta didik mempunyai dasar
kegiatan produksi.

2. Saran untuk pihak bengkel

 Pihak sekolah diharapkan untuk melengkapi alat kerjanya guna


kelancaran para pekerja.
 Sebaiknya pihak bengkel menjelaskan dengan detail letak alat dan tata
cara kerja sebelum melaksanakan kegiatan praktik.

34
DAFTAR PUSTAKA

Laporan. 2014. Sistem Pengisian. http://www.Vkprohidinthea.com/2014/II/Sistem


pengisian. html (diakses: 2 oktober 2020)

https://qtussama.wordpress.com/2012/11/10/menyetel-celah-platina/

35

Anda mungkin juga menyukai