Anda di halaman 1dari 12

Kecerdasan Emosi, Religiusitas dan Perilaku Prososial

pada Pendonor Darah

Disusun Oleh :
Nama : Qhansa Ramadhanty
NPM : 94318033
Jurusan: Psikologi Klinis

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

JAKARTA 2020
Kecerdasan Emosi, Religiusitas dan Perilaku Prososial
pada Pendonor Darah

Qhansa Ramadhanty
(Qhansaaaaa@gmail.com)
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya no.100, Depok 16424, Jawa Barat

ABSTRACT
Prosocial behavior develops from children to adulthood. Social maturity and
social responsibility must be growing as people growing older. The purpose of
this research was to examine the relations between emotional intelligent and
religiosity with pro-social behavior. The subjects of the study were 56
adolescents whose active in donating blood. Data were collected by scales of
emotional intelligent, spiritual intelligent, and pro-social behavior. The data
analysis used multiple regression analysis and then correlations. The result
shows that there is no significant effect between emotional intelligence and
religiosity toward prosocial behavior.

Keyword: Emotional Intelligence, Religiosity, Prosocial behaviour

ABSTRAK
Perilaku prososial berkembang sejak anak-anak hingga dewasa. Semakin
bertambah usia, semakin berkembang kematangan sosial, dan tanggung jawab
sosial. Subjek penelitian ini adalah 56 orang dewasa awal yang aktif atau pernah
melakukan donor darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan
antara kecerdasan emosi, religiusitas, dan perilaku prososial pada pendonor darah. Data
dikumpulkan melalui skala kecerdasan emosional, religiusitas dan perilaku
prososial. Analisis data menggunakan teknik regresi ganda dan korelasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dan hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosi dan religiusitas pada perilaku prososial.
Kata Kunci: Kecerdasan emosi, Religiusitas, Perilaku prososial.

1
PENDAHULUAN pada pendonor darah, seharusnya
Menurut Zulfikar, Gerhana, dan kebutuhan darah terpenuhi 100% dari
Rahmania (2018), donor darah donor darah sukarela. Namun nyatanya
merupakan proses pengambilan darah beberapa persen masih dipenuhi oleh
dari seseorang secara sukarela untuk donor darah pengganti (keluarga) atau
disimpan di bank darah yang kemudian pendonor bayaran.
digunakan untuk transfusi darah bagi Meskipun begitu masih banyak
pasien yang membutuhkan. Kebutuhan manusia berjiwa mulia yang sukarela
minimal darah di Indonesia saat ini mendonorkan darahnya secara rutin.
mencapai 5,1 juta kantong darah Menurut keterangan beberapa
pertahun. Namun, produksi darah dan narasumber yang telah diwawancarai
komponennya baru mencapai 4,1 juta sebelumnya, alasan mereka melakukan
kantong atau bisa dikatakan masih di donor darah antara lain adalah agar
bawah kebutuhan. Untuk itu, akses mampu berbagi dengan sesama,
masyarakat terhadap layanan darah yang menyelamatkan nyawa orang lain, serta
aman dan bermutu perlu ditingkatkan membuat tubuh menjadi sehat. Menurut
(Kusma, 2020). Depkes RI (2009), dengan melakukan
Kuncoro (2015), menyatakan donor darah, maka sel-sel darah di dalam
bahwa menurut WHO kebutuhan darah tubuh menjadi lebih cepat terganti dengan
per tahun suatu daerah adalah sebesar 2% yang baru. Sehingga membuat kesehatan
dari populasi daerah tersebut. Sedangkan tubuh tetap terjaga. Sebagian besar dari
dalam kemkes.go.id (2018) disebutkan mereka sudah rutin melakukan donor
bahwa jumlah penduduk Indonesia darah sekurang-kurangnya dua tahun.
kurang lebih sebanyak 259 juta jiwa, Donor darah termasuk ke dalam
sehingga idealnya dibutuhkan darah salah satu bentuk perilaku prososial
sebanyak 5,2 juta kantong. Sehingga (Sarwono & Meinarno, 2009). Brigham
masih terdapat kekurangan sekitar 937 (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2006)
ribu kantong darah atau sebesar 18,8%. menyatakan bahwa perilaku prososial
Ketersediaan darah sangat bergantung mempunyai maksud untuk menyokong

2
kesejahteraan orang lain, sehingga bersosialisasi dalam lingkungan
dengan demikian kedermawanan, masyarakat. Dengan kecerdasan emosi
persahabatan, kerjasama, menolong, yang dimiliki, individu lebih cenderung
menyelamatkan, dan pengorbanan memperhatikan norma-norma sosial yang
merupakan bentuk-bentuk perilaku berlaku, berempati terhadap sesama,
prososial. Hal tersebut sesuai dengan apa memiliki kontrol dalam bersikap, dan
yang dilakukan para pendonor darah, cenderung membantu orang lain.
menyumbangkan darah untuk menolong Kecerdasan emosional adalah
orang lain yang memerlukan darah kemampuan mengatur perasaan dengan
(Dorland, 2009) baik, mampu memotivasi diri sendiri,
Salah satu faktor yang berempati ketika menghadapi gejolak
mempengaruhi perilaku prososial adalah emosi dari diri maupun dari orang lain
kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi atau dengan kata lain seseorang dengan
dapat membantu individu untuk kecerdasan emosi yang tinggi akan
membangun toleransi antar manusia dan mempunyai pengelolaan emosi yang baik
dapat mengendalikan emosi sesuai (Goleman, 2000).
dengan kondisi yang tepat. Dengan Sarwono (1992) mengatakan
kecerdasan emosi yang baik diharapkan bahwa emosi seseorang dapat
dapat menyalurkan emosi dalam situasi mempengaruhi kecenderungan untuk
dan kondisi yang tepat. Kecerdasan emosi menolong. Emosi positif secara umum
yang baik membuat individu menjadi meningkatkan tingkah laku menolong,
berpikir secara lebih objektif dan tidak dan emosi negatif memungkinkan
lagi mementingkan diri sendiri. Individu menolong yang lebih kecil. Menurut
tidak lagi memandang persoalan hanya Suryono (2011) emosional pada suasana
dari sudut pandangnya sendiri akan tetapi hati yang baik, dan emosi negatif menjadi
juga dapat memandang persoalan dari salah satu faktor yang mempengaruhi
sudut pandang orang lain. prososial.
Stabilitas emosi yang dimiliki Charbonneau & Nichol, A. A. M
individu memudahkan individu untuk (2002), telah melakukan penelitian

3
mengenai kecerdasan emosi dan perilaku fokus ajaran yang kuat untuk berbuat baik
prososial. Hasilnya menyatakan bahwa terhadap sesama.
kecerdasan emosi pada diri individu Religiusitas merupakan suatu
memiliki pengaruh yang signifikan keadaan yang ada dalam diri seseorang
terhadap perilaku prosoial. Individu yang yang mendorongnya untuk bertingkah
memiliki kecerdasan emosi yang baik laku sesuai dengan kadar ketaatannya
dikenal sebagai teman yang lebih altuistis terhadap agama. Religiusitas merupakan
dan cenderung selalu bersikap baik perpaduan antara kepercayaan terhadap
terhadap orang lain. agama sebagai unsur kognitif, perasaan
Menurut Myres (2012), faktor lain terhadap agama sebagai unsur afektif, dan
yang mempengaruhi perilaku prososial perilaku terhadap agama sebagai unsur
adalah kepercayaan religi, dengan Tuhan konatif (Ahyadi, 2005). Jadi,
dalam pikiran seseorang menjadi lebih religisiusitas adalah integrasi secara
dermawan apabila memberikan kompleks antara pengetahuan agama,
pertolongan. Sebagian besar orang perasaan agama, dan tindakan keagamaan
menganggap dengan memberikan dalam diri seseorang.
pertolongan sebagai pemenuhan nilai Statrova & Siegers (2013)
religi atau kemanusiaan yang mereka melakukan penelitian tentang hubungan
pegang dan perhatian kepada orang lain. antara religiusitas dengan perilaku
Orang yang memiliki komitmen secara prososial, hasilnya menyatakan bahwa
religius lebih banyak melakukan kegiatan individu yang memiliki tingkatan
sosial. religiusitas yang tinggi lebih memiliki
Mekanisme yang paling banyak sikap prososial daripada individu yang
diakui bahwa religiusitas dapat tingkatan religiusitasnya rendah.
mempengaruhi perilaku prososial (Hardy Berdasarkan uraian di atas maka
& Carlo, 2005), yaitu melalui nilai-nilai tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
prososial itu sendiri. Khususnya kitab pengaruh kecerdasan emosi dan
keagamaan seperti, Al-Qur’an, Injil, religiusitas terhadap perilaku prososial
Tripitaka, Weda dan lain-lain memiliki pada pendonor darah.

4
METODE PENELITIAN bentuk perilaku prososial, yaitu: berbagi
Penelitian ini menggunakan (sharing), menolong (helping), merawat
pendekatan kuantitatif. Karakteristik (taking care of), dan merasa empatik
sampel yang diambil pada penelitian ini dengan orang lain (feeling emphatic with
adalah individu yang pernah atau rutin others). Terdiri dari 16 item, dengan
melakukan donor darah. Partisipan pada dengan salah satu pernyataan yang
penelitian ini berjumlah 56 responden berbunyi “Saya berusaha untuk menolong
laki-laki dan perempuan. Teknik orang lain.”
pengambilan sampel yang digunakan Kecerdasan emosi dalam
dalam penelitian ini adalah non- penelitian ini diukur berdasarkan skor
probability sampling. Data penelitian ini pada skala kecerdasan emosional yang
diperoleh menggunakan metode skala. dikembangkan oleh Goleman (2003)
Skala tersebut berisi alat ukur berdasarkan 5 komponen yaitu:
variabel-variabel penelitian, ditambah pengenalan diri, pengendalian diri,
isian mengenai informasi lain yang motivasi, empati, dan keterampilan
diperlukan yaitu usia, jenis kelamin, sosial. Terdiri dari 24 item, dengan salah
tempat tinggal, pekerjaan, serta alasan satu pernyataan yang berbunyi “Saya
ingin melakukan donor darah. Responden dapat mengendalikan dan mengelola
menunjukkan berapa banyak mereka emosi diri dalam situasi apapun.”
setuju atau tidak setuju pada masing- Religiusitas dalam penelitian ini
masing item menggunakan skala likert. diukur menggunakan skala yang disusun
Skala likert yang digunakan terdiri dari 5 Glock & Stark (1975) berdasarkan 5
pilihan jawaban dari Sangat Setuju (SS) dimensi, yaitu: dimensi ideologi, dimensi
sampai dengan Sangat Tidak Setuju ritualistik, dimensi perasaan, dimensi
(STS). intelektual, dan dimensi
Perilaku prososial diukur konsekuensional. Terdiri dari 35 item,
berdasarkan skor pada alat ukur yang dengan salah satu pernyataan yang
dibuat oleh Caprara, dkk (2005) yang berbunyi “Saya merasa Tuhan selalu
dikembangkan berdasarkan bentuk- menolong saya ketika menghadapi

5
musibah.”
Pengujian daya diskriminasi item HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan cara menghitung Berdasarkan hasil uji daya
koefisien korelasi antara distribusi skor diskriminasi item yang dilakukan
item dengan distribusi skor skala itu terhadap kecerdasan emosional, diketahui
sendiri yang akan menghasilkan koefisien bahwa terdapat 7 item yang gugur dari 24
korelasi item total. Dalam penelitian ini, item yang digunakan, dengan nilai
untuk menguji daya diskriminasi peneliti realibilitas sebesar 0,843.
menggunakan analisis item total Berdasarkan hasil uji daya
correction dengan bantuan program SPSS diskriminasi item yang dilakukan
24 for windows. terhadap religiusitas, diketahui bahwa
Pengujian reliabilitas dalam terdapat 13 item yang gugur dari 35 item
penelitian ini menggunakan analisis yang digunakan, dengan nilai reliabilitas
alpha cronbarch dengan bantuan sebesar 0,723.
program SPSS 24 for windows. Sesuai Kemudian hasil uji daya
dengan tujuan penelitian, yaitu pengaruh diskriminasi item yang dilakukan
kecerdasan emosi, dan religiusitas terhadap skala prososial menunjukkan
terhadap perilaku prososial. bahwa tidak ada item yang gugur dari
Pada penelitian ini, analisis yang total 16 item yang ada, dengan nilai
dilakukan adalah menguji pengaruh dari reliabilitas sebesar 0,878.
variabel kecerdasan emosi (X1) terhadap
perilaku prososial (Y); variabel Tabel 1. Hasil Uji Regresi
Kecerdasan Emosi Terhadap
religiusitas (X2) terhadap perilaku
Perilaku Prososial
prososial (Y); variabel kecerdasan emosi F Sig R Square
(X1), dan variabel religiusitas (X2) 0,918 0,342 0,017
terhadap perilaku prososial (Y) maka
teknik yang digunakan untuk menguji Tabel 1 adalah hasil dari regresi
hipotesis adalah analisis regresi yang dilakukan untuk melihat pengaruh
berganda.

6
kecerdasan emosional terhadap perilaku pendonor darah” dalam penelitian ini
prososial. Hasil analisis regresi sederhana tidak diterima. Terlihat bahwa nilai R
menunjukkan bahwa diperoleh nilai F Square sebesar 0,003. Hal ini berarti
sebesar 0,918 dan koefisien signifikansi religiusitas memiliki pengaruh terhadap
sebesar 0,342 (p≥0,005). Hal ini berarti perilaku prososial sebesar 3%.
bahwa hipotesis yang berbunyi:
“Terdapat pengaruh kecerdasan emosi Tabel 3. Hasil Uji Regresi
Kecerdasan Emosi & Religiusitas
terhadap perilaku prososial pada
Terhadap Perilaku Prososial
pendonor darah” dalam penelitian ini F Sig R Square
tidak diterima. Sementara nilai R Square 0,827 0,443 0,03
sebesar 0,017. Hal ini berarti kecerdasan
emosional mempengaruhi perilaku Kemudian hasil analisis
prososial sebesar 1,7%, sedangkan selanjutnya bahwa signifikansi regresi
pengaruh lainnya dipengaruhi oleh antara kecerdasan emosi, religiusitas, dan
variabel lain yang tidak dapat dijelaskan perilaku prososial secara bersama-sama
dalam penelitian ini. dalam penelitian ini adalah sebesar 0,443
(p≥0,005), hal ini berarti tidak terdapat
Tabel 2. Hasil Uji Regresi
Religisiusitas Terhadap Perilaku pengaruh signifikan antara kecerdasan
Prososial emosi, dan religiusitas secara bersama-
F Sig R Square
sama terhadap perilaku prososial pada
1,145 0,289 0,03
pendonor darah. Nilai R Square yang
ditemukan adalah sebesar 0,03. Hal ini
Tabel 2 merupakan hasil analisis
berarti kecerdasan emosi, dan religiusitas
regresi sederhana yang menunjukkan
memiliki pengaruh sebesar 3% terhadap
nilai F sebesar 1.145 dan koefisien
perilaku prososial pada subjek dalam
signifikansi sebesar 0,289 (p≥0,005). Hal
penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat
ini berarti bahwa hipotesis yang
dilihat pada tabel 3.
berbunyi: “Terdapat pengaruh religiusitas
Berdasarkan hasil pengujian
terhadap perilaku prososial pada

7
terhadap hipotesis penelitian diperoleh Tabel 5. Hasil Uji Hubungan
Religiusitas Dan Perilaku Prososial
bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu “terdapat pengaruh Sig ( 2 tailed)
kecerdasan emosi terhadap perilaku 0,492
prososial pada pendonor darah”;
“terdapat pengaruh religiusitas terhadap Tabel 5 merupakan hasil analisis

perilaku prososial pada pendonor darah”; korelasi yang menunjukkan nilai

dan “terdapat pengaruh kecerdasan emosi signifikansi sebesar 0,492 (p≤0,5). Hal ini

dan religiusitas terhadap perilaku berarti bahwa hipotesis yang berbunyi:

prososial pada pendonor darah” ditolak. “Terdapat hubungan antara religiusitas


dan perilaku prososial pada pendonor

Tabel 4. Hasil Uji Hubungan darah” dalam penelitian ini tidak


Kecerdasan Emosi Dan Perilaku diterima.
Prososial
Sig ( 2 tailed)
Tabel 6. Hasil Uji Hubungan
0,342 Kecerdasan Emosi, Religiusitas Dan
Perilaku Prososial
Tabel 4 adalah hasil dari analisis
Sig ( 2 tailed)
korelasi yang dilakukan untuk melihat
0,424
hubungan kecerdasan emosional dan
perilaku prososial. Hasil analisis korelasi
Kemudian hasil analisis
menunjukkan bahwa diperoleh nilai
selanjutnya bahwa signifikansi hubungan
signifikansi sebesar 0,342 (p≤0,5) ini
antara kecerdasan emosi, religiusitas, dan
berarti bahwa hipotesis yang berbunyi:
perilaku prososial secara bersama-sama
“Terdapat hubungan antara kecerdasan
dalam penelitian ini adalah sebesar 0,424
emosi dan perilaku prososial pada
(p≤0,5), hal ini berarti tidak terdapat
pendonor darah” dalam penelitian ini
hubungan signifikan antara kecerdasan
tidak diterima.
emosi, religiusitas dan perilaku prososial
secara bersama-sama pada pendonor
darah.

8
Hasil analisis dalam penelitian ini dengan dipengaruhi oleh pertimbangan
menunjukkan bahwa keenam hipotesis kognitifnya. Schaie (dalam Papalia,
yang diajukan tidak diterima. Hal ini 2007) menyebutkan bahwa terdapat tujuh
berarti kecerdasan emosi dan religiusitas perkembangan kognitif pada konteks
tidak memiliki pengaruh dan hubungan sosial di berbagai tahapan usia. Dua
dengan perilaku prososial pada pendonor diantaranya yaitu, tahap pencarian
darah. (proses menguasai informasi untuk diri
Kecerdasan emosi dan religiusitas sendiri atau sebagai persiapan
tidak memiliki pengaruh dan hubungan berpartisipasi dalam masyarakat) dan
dengan perilaku prososial pada pendonor pencapaian (pengetahuan digunakan
darah sesuai dengan penelitian yang telah untuk mendapatkan kompetensi dan
dilakukan sebelumnya oleh Adam & indenpendensi, yaitu kemampuan untuk
Soutar (1999) bahwa faktor utama menolong dan bertanggung jawab soaial
individu melakukan donor darah adalah terhadap kepentingan orang lain).
pengetahuan yang dimiliki, terlepas dari Sehingga kecerdasan emosi dan
tahu atau tidaknya seseorang akan religiusitas tidak mempengaruhi perilaku
kurangnya jumlah pendonor. prososial pendonor darah.
Sabu, dkk. (2011) juga
menyatakan bahwa seseorang yang SIMPULAN DAN SARAN
memiliki pengetahuan yang baik Simpulan
mengenai donor darah cenderung akan Berdasarkan hasil pengujian
menyumbangkan darahnya. Hal ini terhadap hipotesis penelitian, diperoleh
diperkuat dengan pernyataan Labaw bahwa hipotesis yang diajukan dalam
(dalam Holdershaw, dkk., 2003) yang penelitian ini yaitu “terdapat pengaruh
menyebutkan 3 faktor penentu perilaku, kecerdasan emosi terhadap perilaku
yaitu pengetahuan, lingkungan, dan prososial pada pendonor darah”;
perilaku aktual responden. “terdapat pengaruh religiusitas terhadap
Jadi donor darah merupakan perilaku prososial pada pendonor darah”;
suatu tindakan yang dilakukan seseorang “terdapat pengaruh antara kecerdasan

9
emosi dan religiusitas secara bersama- Penelitian ini menunjukkan
sama terhadap perilaku prososial pada bahwa kecerdasan emosi dan religiusitas
pendonor darah”, “terdapat hubungan tidak memengaruhi keputusan seseorang
antara kecerdasan emosi dan perilaku untuk melakukan donor darah.
prososial pada pendonor darah”,
“terdapat hubungan antara religiusitas DAFTAR PUSTAKA
dan perilaku prososial”, serta “terdapat Adam, D., & Soutar, G. N., (1999).
A proposed model of the blood
hubungan antara kecerdasan emosi,
donation process. Conference
religiusitas, dan perilaku prososial pada Proceedings: Australian and New
Zealand Marketing Academy
pendonor darah” ditolak. Hal ini berarti
Conference, University of New
tidak ada pengaruh dan tidak ada South Wales, Sydney.
Ahyadi, A. A. (2005). Psikologi agama:
hubungan antara kecerdasan emosi dan
Kepribadian muslim pancasila.
religiusitas secara bersama-sama dengan Bandung: Sinar Baru Algesindo
perilaku prososial pada pendonor darah. Caprara, G.V. et al. (2005). A new scale
for measuring adults’ prosocialness.
European Journal of Psychological
Saran Assessment, 21(2), 77-89.
Charbonneau, D. & Nicol. A. A. M.
Saran untuk penelitian
(2002). Emotional intelligence and
selanjutnya yang ingin meneliti prosocial behaviors in adolescent.
kecerdasan emosi, dan religiusitas serta Journal of Psychology. 90. 361-370
Dorland, W. A. N. (2010). Kamus
pengaruh dan hubungannya dengan kedokteran dorland, edisi 31. Jakarta
perilaku prososial agar lebih : EGC, 773
Dayakisni, T & Hudaniah (2003).
memperhatikan variabel lain yang belum Psikologi sosial. Malang: UMM
diukur dalam penelitian ini. Karena kedua Press
Depkes RI. (2009) Manfaat donor darah:
variabel tersebut tidak terbukti memiliki Universitas Sumatra Utara. Diakses
pengaruh terhadap perilaku prososial, pada tanggal 20 November 2020
Glock, C.Y. & Stark, R. (1975). Dimensi-
hanya sebesar 3%. Hal tersebut dimensi keberagamaan. Ed: Agama
mengindikasikan masih ada 97% variabel dalam analisa dan interpretasi
soiologi. Jakarta: CV Rajawali.
lain yang mampu memengaruhi perilaku Goleman, D. (2000). Emotional
prososial. intellegence. Jakarta: Gramedia

10
Pustaka Utama Religious prosociality and morality
Goleman, D. (2003). Emotional across cultures: How social
intelligence. Jakarta: PT Gramedia enforcement of religion shapes the
Pustaka Utama. effects of personal religiosity on
Hardy, S. A. & Carlo, G. (2005). prosocial and moral attitudes and
Religiosity & prosocial behaviours behaviors. Journal of Social
in adolescence: The mediating role
Psychology. 40(3). 432-443. doi:
of prosocial values. Journal of
10.1177/0146167213510951
Moral Education. 34(2). 231-249.
Holdershaw, J., Gendall, P. & Wright, Suryono. (2011). Metodelogi penelitian
M. (2003). Predicting willingness to kesehatan. Jogjakarta: Mitra
donate blood. Australasian Cendikia.
Marketing Journal 11 (1), 87-96. Zulfikar, W. B., Gerhana, Y. A., &
Kemkes.go.id. (2016, Agustus). Rahmania, A. F. (2018). An
Infodatin: Pusat data & informasi approach to classify eligibility blood
kementerian kesehatan RI. D. donors using decision tree and naive
Diakses pada tanggal 20 November bayes classifier. Pp 1-5. doi:
2020 10.1109/ CITSM.2018.8674353
Kusma, A. (2020). The needs of blood
donation in Indonesia.
Biznetworks.com. Diakses pada
tanggal 20 November 2020
Myres, D. G,. (2012). Psikologi sosial
Edisi 10 Jilid 2. Jakarta: Salemba
Humanika
Papalia, D. E., Olds, S. W., &
Feldman, R. D. (2007). Human
development, tenth edition. New
York: McGraw-Hill Companies.
Sabu, dkk. (2011). Knowledge, attitude
and practice on blood donation
among health science students in a
university campus, South India.
Online Journal of Heal Allied
Science. 10(2). Journal
online/unpaginated
Sarwono, W. S. (1992). Psikologi
lingkungan. Jakarta: C.V Remaja
Karya
Sarwono, W. S. & Meinarno, E. A.
(2009). Psikologi sosial. Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika
Stavrova, O., & Siegers, P. (2013).

11

Anda mungkin juga menyukai