Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Pada Lansia

Dengan Perubahan Spiritual


KELOMPOK 7
DWI DHESTARI NINGSIH (16.1144.S)
LILIS SETIOWATI (16.1161.S)
SATRIO WIN SETIAWAN (16.1186.S)
SHOHIH PUTRIANI (16.1187.S)
NUR ROHMAH (16.1209.S)
Pengertian
 Lansia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas ( UU No 13 tahun
1998.
 Menurut King Nuenik 2009 spiritualisasi adalah pencarian pribadi untuk memahami
jawaban sebagai tujuan akhir dalam hidup, tentang makna dan tentang hubungan suci atau
transenden, yang mana (mungkin juga tidak) memimpin pada atau bangun dari
perkembangan ritual keagamaan dan bentukan komunitas
Konsep Tua dan Menua

Menurut Hakim SN 2003 secara fisik lanjut usia pasti mengalami


penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan dengan agama justru
mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama
semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, lanjut usia
lebih percaya bahwa agama dapat memberikan jalan bagi pemecahan
masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai pembimbing dalam
kehidupanya, menentramkan batinnya
Indikator Terpenuhi Kebutuhan Spiritualisasi

1. Merumuskan arti personal yg positif ttg tujuan keberadaan hidup didunia.


2. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan
cinta kasih yg tinggi.
3. Membina intergritas personal dan merasa diri berharga.
4. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
5. Mengembangkan hubungan antara manusia dengan positif.
6. Adanya rasa keharmonisan, saling kedekatan antara diri sendiri, orang lain, alam
dan hubungan dengan yang maha kuasa.
Karakteristik Spiritual

 Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance)


 Hubungan dengan alam (harmoni)
 Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif)
 Hubungan dengan ketuhanan (agamis atau tidak agamis)
Fase Terminal Pada Usia Lanjut

 Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan


atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,
penyakit fisik, atau menjelang kematian.
 Lanjut usia yang religious akan tabah dan tenang menghadapi saat-
saat terakhir atau menghadapi fase terminal (kematian) dari pada
yang nonreligius
Perkembangan Spiritual Pada Lansia

Menurut Mubarak et.al 2006 :

1. Agama/kepercayaan semakin terintegritasi dalam kehidupan.


2. Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70
tahun. Perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
Sikap Lansia dalam menghadapi Sakit dan
Kematian

Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang
tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam menghadapi kehidupan dan
merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak
dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000)
Pada kelompok lansia lebih cenderung memikirkan aspek spiritual keagamaan
yang lebih utama dari aspek-aspek yang lain, sehingga kelompok lansia lebih fokus
pada satu aktivitas spiritual keagamaan yang mendekatkan dirinya dengan tuhannya.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian Dasar
a. Identitas Klien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Agama, dll.
b. Orang-Orang Terdekat : kebiasaan pasien serta fungsi-fungsinya, pengaruh orang terdekat, dll
c. Kultural : Latar Belakang etnis, Tingkah Laku, faktor-faktor kultural yg dihubungkan dengan
penyakit secara umum, dll.
d. Keluhan Utama : biasanya menyendiri (menghindar dari orang lain), menolak interaksi dgn org
lain, dependen.
e. Faktor Predisposisi : Kehilangan, Perpisahan, kegagalan/Frustasi berulang, tekanan kelompok :
perubahan struktur sosial.
Lanjutan.....

f. Aspek fisik/biologis : hasil pengukuran tanda vital (Td, nadi, suhu, RR, Tb, Bb) dan keluhan fisik yg
dialami pasien
g. Aspek Psikososial
1. Genogram (tiga generasi)
2. Konsep Diri meliputi : Citra tubuh, Identitas diri, Peran, Ideal diri, Harga diri.
3. Aspek Sosial : alat skrining yg dpt digunakan utk mengkaji fungsi sosial lansia adl
menggunakan APGAR
4. Keamanan Rumah : faktor lingkungan yg harus diperhatikan spt penerangan yg adekuat, jalan
bersih, alas kaki anti slip, lantai tdk licin, pegangan kokoh kamarmandi atau di tangga
Lanjutan....

h. Status mental : kontak mata klien kurang/tdk dpt mempertahankan kontak


mata, kurang dpt memulai pembicaraan, adanya perasaan keputusasaan, serta
kurang berharga dlm hidup
i. Mekanisme koping klien : apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang-orang lain (lebih sering menggunakan koping
menarik diri)
j. Aspek medik : berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitasi
Diagnosa Keperawatan

a. Distress Spiritual adalah hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan


makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan diri sendiri, orang lain, music, seni, buku,
alam, ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Distress Spiritual Risiko adalah beresiko terhadap hambatan kemampuan untuk
mengalami dan mengintrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan diri sendiri,
orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa.
c. Kesiapan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Spiritual adalah kemampuan untuk
mengalami dan mengintrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan diri sendiri,
orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan Tuhan Yang Maha Esa dan dapat
ditingkatkan
Intervensi

Intervensi diagnosa 1 :
1. Dukungan Emosi: memberi ketenangan, penerimaan dan dukungan saat stress
2. Penumbuhan Harapan: memfasilitasi pasien dalam perkembangan sikap positif pada
situasi tertentu
3. Fasilitas Pertumbuhan Spiritual: memfasilitasi pasien dalam pertumbuhan kapasitas
pasien untuk mengidentifikasikan, berhubungan dengan memanggilkan sumber makna, tujuan
kenyamanan, kekutan dan harapan hidup mereka
4. Dukungan Spiritual: membantu pasien dalam merasakan keseimbangan dan hubungan
dengan tuhan
Intervensi

Intervensi Diagnosa 2 :
1. Kaji arti pentingnya spiritual dalam kehidupan pasien dan dalam koping terhadap penyakit. Perhatikan partisipasi pasien dalam ritual
dan praktik keagamaan serta keinginan pasien untuk mendiskusikan kepercayaan spiritual. Kaji dampak penyakit, cidera, atau disabilitas
terhadap pandangan spiritual pasien. Pengkajian yang akurat tentang arti spiritual bagi pasien diperlukan sebelum melakukan intervensi.
2. Kaji keinginan pasien untuk membantu koping terhadap masalah spiritual untuk menentukan sejauh mana pasien termotivasi untuk
membicarakan keluhan spiritual dan terbuka untuk menerima bantuan dari orang lain.
3. Ungkapan keinginan untuk mendiskusikan spiritual bila pasien menghendaki untuk mengurangi isolasi dan membuat masalah
spiritual menjadi terbuka.
4. Dorong pasien untuk membicarakan kepercayaan dan praktik religius. Dengarkan secara aktif ketika pasien membicarakan keluhan
spriritualnya untuk menumbuhkan diskusi terbuka.
5. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasan yang berkaitan dengan pengalaman yang mengancam jiwanya saat ini untuk
membuatnya mengklarifikasi dan melakukan koping terhadap perasaannya.
6. Komunikasi kepada pasien bahwa anda menerima ungkapan keluhan spiritualnya, walaupun perasaanya marah dan negative, untuk
meyakinkan pasien bahwa perasaannya benar
Lanjutan...

Intervensi diagnosa 2 :
7. Tunjukkan kesedihan untuk berdoa bersama pasien, bila ia menghendaki, untuk memberikan dukungan spiritual.
8. Pertahankan perilaku yang tidak menghakimi. Pertahankan percakapan berfokus spiritual pasien untuk
mempertahankan nilai terapiotik interaksi anda dengan pasien.
9. Berikan kontinuitas praktik religius pasien ( contoh bantu ia mendapatkan benda riual dan menghormati
pembatasan diet, bila mungkin), untuk menunjukkan dukungan dan menyampaikan kepedulian dan penerimaan
terhadap pasien.
10. Atur kunjungan oleh rohaniawan, (bila memungkinkan) untuk memberikan dukungan kemampuan spiritual
terhadap pasien dan berikan privasi selama kunjungan.
11. Kolaborasi dengan rohaniawan, atau rohaniawan rumah sakit dengan menyusun rencana untuk mengintregasikan
intervensi spiritual dan perawatan pasien untuk menjamin kontinuitas keperawatan
Intervensi

Intervensi Diagnosa 3 :
1. Peningkatan Kesadaran Pasien: ajarkan pasien untuk menggali dan memehami gagasan,
perasaam, motivasi, dan perilaku pasien.
2. Peningkatan Herga Diri: ajarkan pasien untuk meningkatkan pasien penilaian personal
pasien tentang harga diri.
3. Klarifikasi Nilai: ajarkan untuk membantu klarifikasi nilai yang paien anut untuk
memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai