Studi Snyder (1979) menyusun tes untuk menguji tingkat monitoring yang
dilakukan subjek (Amerika) terhadap perilaku mereka sendiri
Tipe Kebudayaan
Individualistis Kolektivistis
Tipe Kebudayaan
Individualistis Kolektivistis
Miller (1984) merespon hasil yang diperoleh dari penelitiannya sebagai salah yang disosialisasikan
secara perlahan terhadap pola perilaku yang umum dalam suatu budaya. Markus & Kitayama (1991)
perbedaan proses sosialisasi dalam budaya disebabkan kriteria internalisasi norma aturan yang berbeda
tentang prioritas situasi yang diperhatikan.
Gaya Atribusi
Penarikan kesimpulan yang dilakukan individu tentang bagaimana
kejadian dan perilaku orang lain. Atribusi merupakan bagian terpenting dalam interaksi
social, karena mencerminkan cara kita dalam memahami kejadikan-kejadian disekitar
Persepsi Sosial kita.
Social Comparisson
Membandingkan sikap dan perilaku kita terhadap orang lain. Pada kelompok budaya
individualis perbandingan sosial memberi umpan balik balik akan kualitas dan
kemampuan. Pada kelompok budaya kolektif, perbandingan social daoat menimbulkan
perebedaan makna tergantung pasa sasaran.
Perbedaan Budaya dalam Perilaku Prososial
Perilaku Prososial yaitu kesedian orang-orang untuk menbantu atau menolong orang lain yang ada
didalam kondisi menderita atau kesulitan.
Ada budaya yang mungkin menghargai memberi pertolongan tanpa meperdulikan asal usul dan
menghiraukan kejujuran, namun ada juga yang sebaliknya. Adapula budaya yang lebih menghargai
pemberian pertolongan ditujukan pada anggota lain sesame kelompoknya (in-group) daripada kelompok luar.
Budaya & Agama Dalam
Kesehatan Fisik dan Mental
Sosiokultural Pada Kesehatan Fisik & Mental
Budaya akan memberikan sudut pandang dan Pendekatan Treatment
Sudut
persepsi akan kata “sehat” ataupun “sakit” baik Sosioculture Gaya Hidup
dari segi fisik maupun mental seseorang
Pandang
Medical model
Psychosocial Determinants of
Social Isolation and Mortality
Health and Disease
Diet
Perubahan Olah Raga
Sosioculture Gaya Hidup Alcoholic
Perokok
Kesadaran / Pengakuan
Proses Kesehatan Fisik &
Mental
Study Culture
Isolasi Sosial & Kematian Studi pada Alameda County menemukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki
ikatan social plg sedikit memiliki resiko kematian paling tinggi. (Berkmas & Syme, 1979)
Cardiovascular Marmot & Syme, 1976 study imigran jepang yang berada di Amerika, menemukan bahwa kelom
pok Japanese-American yang masih mempertahankan tradisi memiliki jantung coroner yang
terendah dan sebaliknya
Alcohol Consumption Pada masyarakat mayoritas Muslin dan Yahudi Orthodok di Israel yang sangat religious melarang
alcohol maka tingkat konsumsinya jg rendah, namun hal ini tidak ditemukan di Eropa yang mayo
ritas Kristen
Agama Dalam Kesehatan Fisik & Mental
Carl Gustav Jung, sikap beragama adalah salah satu langkah menuju kesehatan mental. Dalam Behaviorisme
(Skinner) Sikap beragama sebagai socialism yang lahir dari 2 factor penguat yaitu reward & Punishment dimana
kegiatan beragama menjadi factor pendorong perilaku manusia.
Manusia
Punya Aturan/ Agama (Islam) memiliki norma
Norma yang dan aturan dalam menjaga
Beragama / menuntun kesehatan umatnya. Larangan
Fitrah untuk menjaga minum alcohol, makan
kesehatan fisik makanan haram, menyakiti fisik
& mental (tattoo, narkoba, dll)
QS. Al-Baqarah ;10
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
Penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, bagi
mereka yang berdusta”
Agama sebagai treatment kesehatan dalam islam sudah ditunjukan jelas dalam ayat-ayat al-quran. (An-Nahl ;97) “ Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman. Maka Sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih baik dan Sesungguhnya akan kami balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari yang Telah mereka kerjakan
Budaya & Agama Dalam Kon-
seling dan Psikoterapi Multi-
kultural
Konsep & Definisi
Von-Tress (1988) Konseling multicultural sebagai hubungan konseling antara dua atau lebih
peserta yang berbeda, berkaitan dengan latar belakang, budaya, nilai-nilai, gaya hidup.
Konseling multicultural sebagai situasi dua orang atau lebih dengan cara berbeda dalam
memandang lingkungan social mereka yang dibawa dalam suatu hubungan tolong menolong
(Pedersen, 1988).
Draguns (1988) Point kunci dalam menangani konseling multicultural :
1. Teknik konselor harus dimodifikasi dalam culture yang berbeda
2. Konselor harus siap mengantisipasi dengan segala perbedaan culture yang sensitive
karena perbedaan yang semakin meningkat
3. Konsepsi proses membantu harus sesuai konteks budaya, baik gaya dan komunikasi
4. Frekuensi gejala yang dialami klien akan berbeda-beda pada berbagai budaya
5. Harapan dan norma budaya konselor dan klien yang beragam
Konseling & Budaya
Konselor dlm
Konselor Klien
Konseling
- Kesadaran diri & pengertian - Pemahaman sejarah budaya - Hati dan mendengarkan
sejarah budaya sendiri yang mungkin sedang secara aktif
- Kesadaran diri & pengertian dihadapinya - Memperhatikan klien dan
pengalaman dlm arus kultur - Kesadaran perseptual akan situasinya, optimism dalam
lingkungan pengalaman budaya dlm mencari solusi yang realistis
- Kepercayaan diri pada nilai- lingkungan yang dihadapinya - Meminta klarifikasi jika
nilai yg dimilikinyak - Kepekaan pribadi klien dan tidak memahami maksud
nilai-nilainya. klien
Konselor perlu memahami Culture mereka sendiri dalam rangka agar mampu memahami culture orang lain, serta siap
untuk menghadapi situasi konseling yang multicultural.
Etika Konseling & Psikoterapi Multicultural
Teori konseling diajarkan dengan latar belakang budaya dimana teori aslinya dikembangkan.
Cultural Encapsulation Pada tingkat ini perbedaan budaya cenderung diabaikan dan hanya memakai asumsi dari
latar belakang budaya konselor sendiri
Konselor mempelajari peran penting bagi budaya, ras, jenis kelamin, factor kelas social
Concentious dalam perkembangan seseorang yang bersifat multicultural. Bahan yang dipelajari dapat
diambil dari berbagai penelitian dan jurnal dari temuan-temuan yang lebih mutakhir.
Etika memastikan
Peningkatan Etika penggunaan adanya
harkat martabat, Etika mengenal
alat ukur& pengetahuan
potensi, dan ragam budaya,
penilaian secara multicultural dan
keunikan tiap dan pengalaman sadar akan
bertanggung
individu budaya tanggung jawab
jawab
profesi
Agama dalam Konseling & Psikoterapi Multicultural
Budaya pada kerja & organisasi merupakan rangkaian sistem prinsip yang
diakui bersama dan diaplikasikan oleh seluruh elemen organisasi. Hal ini
menjadi pembeda antara organisasi satu dengan lainnya. (Robbins, 2003).
- Tipe Anglo-Saxon : Kurang terpusat atau adanya desentralisasi kurang adanya hirarki.
- Tipe Dunia Ketiga : Adanya desentralisasi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan aturan-aturan
kurang formal Orientasi yang lebih pada paternalistik serta keluarga.
Konflik Antar Budaya dalam Kerja
Terdapat situasi yang menjadi focus perhatian perbedaan antar budaya dalam kerja :
1. Negosiasi, keberhasilan atau kegagalan suatu pekerja bisa sangat tergantung oleh bagaimana
proses negosiasi. Kesepakatan kerap tergantung pada kecakapan pergaulan antar budaya yang
dimiliki seseorang melalui negosiasi (negosiator)
- Amerika lebih suka bernegosiasi - Amerika: informasi diberikan secara - Amerika : cepat melewati proses
secara lsg bsa lewat telepon dan singkat dan langsung mengarah hubungan, bertukar informasi formal,
bergegas memusatkan untuk kepencapaian sasaran menanyakan yang diperlukan.
berunding harga. - Jepang: jangan memberi informasi - Jepang : persuasi bagian dari
- Orang Jepang lebih mendalami sekaligus, jawab pertanyaan langkah seluruh proses negosiasi untuk
proses negosiasi dan memahami demi langkah. berkompromi tentang syarat tertentu.
nilai-nilai budaya - Arab: saling tumpang tindih dengan - Arab : mempertahankan pendekatan
- Orang Cina mencari fokus umum, tahap-tahap lain dalam negosiasi, hubungan pribadi selama proses
dan selanjutnya mencari fokus informasi ditukar secara tidak negosiasi, bisnis dan pribadi kerap
khusus dalam diskusi. langsung. campur aduk.
THANK YOU