Anda di halaman 1dari 20

Budaya & Agama

Dalam Perilaku Sosial

Psikologi Lintas Budaya dan Agama


PRODI PSIKOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA
Dosen Pengampu : Syaiful Fakhri, M.Psi
Individu Dalam Konteks Sosial
Markus & Kitayama (1991) mengatakan cara meng-ada diri atau
menenpatkan diri yang berbeda-beda membawa konsekuensi terhadap
konteks sosial dan kognisi sosial .
Studi Snyder (1979)
SELF MONITORING
Studi Gudykunst (1991)

Studi Snyder (1979) menyusun tes untuk menguji tingkat monitoring yang
dilakukan subjek (Amerika) terhadap perilaku mereka sendiri

Studi Gudykunst (1991) menjembatani kesenjangan studi lain antara


tingkat intepretaso budaya dan nilai yang sebenarnya.
Karakteristik Hubungan self in-group dan self out group pada budaya
individualistis dan kolektivistis

Tipe Kebudayaan
Individualistis Kolektivistis

Hubungan diri Orientasi Orientasi


dengan in group Kepentingan Kepentingan
Pribadi Bersama
Hubungan diri Perlakuan out Membedakan out
dengan out group group seperti in group dengan in
group group
Ekspresi Emosi dalam hubungan self in group dan hubungan self out group
pada budaya individualis dan kolektivis

Tipe Kebudayaan
Individualistis Kolektivistis

Hubungan Diperbolehkan Menekan perasaan


Self in Group mengekspresikan negatif, didorong
perasaan negatif mengekspresikan
perasaan positif
Hubungan Menekan perasaan Didorong
Self out Group negatif mengekspresikan
perasaan negaitif, untuk
mempertahankan
harmoni in group
Persepsi Sosial
Persepsi Sosial merupakan perbedaan antara bagaimana orang-orang dalam budaya individualistis dan
kolektivistis menggambarkan diri mereka dan lingkungan fisik mereka adalah berakar pada proses
kognisi social.

Miller (1984) merespon hasil yang diperoleh dari penelitiannya sebagai salah yang disosialisasikan
secara perlahan terhadap pola perilaku yang umum dalam suatu budaya. Markus & Kitayama (1991)
perbedaan proses sosialisasi dalam budaya disebabkan kriteria internalisasi norma aturan yang berbeda
tentang prioritas situasi yang diperhatikan.

Gaya Atribusi
Penarikan kesimpulan yang dilakukan individu tentang bagaimana
kejadian dan perilaku orang lain. Atribusi merupakan bagian terpenting dalam interaksi
social, karena mencerminkan cara kita dalam memahami kejadikan-kejadian disekitar
Persepsi Sosial kita.
Social Comparisson
Membandingkan sikap dan perilaku kita terhadap orang lain. Pada kelompok budaya
individualis perbandingan sosial memberi umpan balik balik akan kualitas dan
kemampuan. Pada kelompok budaya kolektif, perbandingan social daoat menimbulkan
perebedaan makna tergantung pasa sasaran.
Perbedaan Budaya dalam Perilaku Prososial
Perilaku Prososial yaitu kesedian orang-orang untuk menbantu atau menolong orang lain yang ada
didalam kondisi menderita atau kesulitan.

Studi-studi Prososial diberbagai Negara, Korte &Ayvalioglu, 1981):

Amerika, Kanada, Australia Turki Yunani


Pertolongan lebih mudah ditemukan Pemberian pertolongan terlihat Lebih bersedia memberi
didaerah pedesaan daripada perkotaaan rendah didaerah pinggiran kota bantuan pada orang asing
& semakin rendah diperkotaan yang lebih potensial dianggap
sebagai in-groupnya daripada
orang Yunani sendiri (triandis,
1994)

Ada budaya yang mungkin menghargai memberi pertolongan tanpa meperdulikan asal usul dan
menghiraukan kejujuran, namun ada juga yang sebaliknya. Adapula budaya yang lebih menghargai
pemberian pertolongan ditujukan pada anggota lain sesame kelompoknya (in-group) daripada kelompok luar.
Budaya & Agama Dalam
Kesehatan Fisik dan Mental
Sosiokultural Pada Kesehatan Fisik & Mental
Budaya akan memberikan sudut pandang dan Pendekatan Treatment
Sudut
persepsi akan kata “sehat” ataupun “sakit” baik Sosioculture Gaya Hidup
dari segi fisik maupun mental seseorang
Pandang
Medical model

Psychosocial Determinants of
Social Isolation and Mortality
Health and Disease

Dalam psikososial, Adler


mengatakan status ekonomi-
sosial memiliki hubungan yang individu dengan yang ikatan
erat dengan kesehatan. Orang
social rendah rendah
yang memiliki status ekonomi-
sosial tinggi maka tingkat cenderung memiliki angka
kesehatannya lebih tinggi kematian yang tinggi, dan
dibandingkan dengan status sebaliknya
ekonomi-sosial yang rendah.
Budaya Dalam Menghadapi Penyakit Fisik & Mental
Budaya memainkan peran utama pada perkembangan, perawatan / pengobatan penyakit. Berbagai studi dan penelitian
menunjukan penyakit fisik dan mental juga berkaitan dengan sosiokultural dan psikologis masyarakat setempat.

Diet
Perubahan Olah Raga
Sosioculture Gaya Hidup Alcoholic
Perokok

Kesadaran / Pengakuan
Proses Kesehatan Fisik &
Mental

Study Culture
Isolasi Sosial & Kematian Studi pada Alameda County menemukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki
ikatan social plg sedikit memiliki resiko kematian paling tinggi. (Berkmas & Syme, 1979)
Cardiovascular Marmot & Syme, 1976 study imigran jepang yang berada di Amerika, menemukan bahwa kelom
pok Japanese-American yang masih mempertahankan tradisi memiliki jantung coroner yang
terendah dan sebaliknya
Alcohol Consumption Pada masyarakat mayoritas Muslin dan Yahudi Orthodok di Israel yang sangat religious melarang
alcohol maka tingkat konsumsinya jg rendah, namun hal ini tidak ditemukan di Eropa yang mayo
ritas Kristen
Agama Dalam Kesehatan Fisik & Mental
Carl Gustav Jung, sikap beragama adalah salah satu langkah menuju kesehatan mental. Dalam Behaviorisme
(Skinner) Sikap beragama sebagai socialism yang lahir dari 2 factor penguat yaitu reward & Punishment dimana
kegiatan beragama menjadi factor pendorong perilaku manusia.

Manusia
Punya Aturan/ Agama (Islam) memiliki norma
Norma yang dan aturan dalam menjaga
Beragama / menuntun kesehatan umatnya. Larangan
Fitrah untuk menjaga minum alcohol, makan
kesehatan fisik makanan haram, menyakiti fisik
& mental (tattoo, narkoba, dll)
QS. Al-Baqarah ;10
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
Penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, bagi
mereka yang berdusta”

Agama sebagai treatment kesehatan dalam islam sudah ditunjukan jelas dalam ayat-ayat al-quran. (An-Nahl ;97) “ Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman. Maka Sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih baik dan Sesungguhnya akan kami balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari yang Telah mereka kerjakan
Budaya & Agama Dalam Kon-
seling dan Psikoterapi Multi-
kultural
Konsep & Definisi

Von-Tress (1988) Konseling multicultural sebagai hubungan konseling antara dua atau lebih
peserta yang berbeda, berkaitan dengan latar belakang, budaya, nilai-nilai, gaya hidup.
Konseling multicultural sebagai situasi dua orang atau lebih dengan cara berbeda dalam
memandang lingkungan social mereka yang dibawa dalam suatu hubungan tolong menolong
(Pedersen, 1988).
Draguns (1988) Point kunci dalam menangani konseling multicultural :
1. Teknik konselor harus dimodifikasi dalam culture yang berbeda
2. Konselor harus siap mengantisipasi dengan segala perbedaan culture yang sensitive
karena perbedaan yang semakin meningkat
3. Konsepsi proses membantu harus sesuai konteks budaya, baik gaya dan komunikasi
4. Frekuensi gejala yang dialami klien akan berbeda-beda pada berbagai budaya
5. Harapan dan norma budaya konselor dan klien yang beragam
Konseling & Budaya

Prinsip dasar Konseling Multikultural :

Konselor dlm
Konselor Klien
Konseling
- Kesadaran diri & pengertian - Pemahaman sejarah budaya - Hati dan mendengarkan
sejarah budaya sendiri yang mungkin sedang secara aktif
- Kesadaran diri & pengertian dihadapinya - Memperhatikan klien dan
pengalaman dlm arus kultur - Kesadaran perseptual akan situasinya, optimism dalam
lingkungan pengalaman budaya dlm mencari solusi yang realistis
- Kepercayaan diri pada nilai- lingkungan yang dihadapinya - Meminta klarifikasi jika
nilai yg dimilikinyak - Kepekaan pribadi klien dan tidak memahami maksud
nilai-nilainya. klien

Konselor perlu memahami Culture mereka sendiri dalam rangka agar mampu memahami culture orang lain, serta siap
untuk menghadapi situasi konseling yang multicultural.
Etika Konseling & Psikoterapi Multicultural

D’Andrea & Daniels (1991), ada 2 tingkat pendidikan konselor multicultural :

Teori konseling diajarkan dengan latar belakang budaya dimana teori aslinya dikembangkan.
Cultural Encapsulation Pada tingkat ini perbedaan budaya cenderung diabaikan dan hanya memakai asumsi dari
latar belakang budaya konselor sendiri

Konselor mempelajari peran penting bagi budaya, ras, jenis kelamin, factor kelas social
Concentious dalam perkembangan seseorang yang bersifat multicultural. Bahan yang dipelajari dapat
diambil dari berbagai penelitian dan jurnal dari temuan-temuan yang lebih mutakhir.

Standar Etis yang berhubungan dengan multicultural konselor, (Axelson, 1985) :

Etika memastikan
Peningkatan Etika penggunaan adanya
harkat martabat, Etika mengenal
alat ukur& pengetahuan
potensi, dan ragam budaya,
penilaian secara multicultural dan
keunikan tiap dan pengalaman sadar akan
bertanggung
individu budaya tanggung jawab
jawab
profesi
Agama dalam Konseling & Psikoterapi Multicultural

Zakiah Daradjat, Agama memiliki 4 fungsi :


1. Memberikan bimbingan dan petunjuk dalam hidup
2. Sebagai penolong dalam kesukaran
3. Sebagai penentram batin
4. mengendalikan moral.
Sistem Kepercayaan,
tingkah laku, nilai Diwariskan antar
AGAMA pengalaman, generasi dan tradisi
dipahami sebagai orientasi spiritual

Duniawi Ijtihad (daya upaya) Diajarkan,


manusia berupa teknik dilakukan,
berdasarkan insaniyah diterapkan
ISLAM Psikoterapi
Petunjuk hidayah dari
Allah SWT ; membaca
Quran, Tahajud,
Ukhrawi bergaul dg org salih,
puasa
BUDAYA PADA
ORGANISASI & KERJA
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA & AGAMA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
Kerja Lintas
Budaya
Budaya pada suatu daerah dapat mempengaruhi organisasi khususnya pada
struktur dan fungsinya.

Budaya pada kerja & organisasi merupakan rangkaian sistem prinsip yang
diakui bersama dan diaplikasikan oleh seluruh elemen organisasi. Hal ini
menjadi pembeda antara organisasi satu dengan lainnya. (Robbins, 2003).

Schein (1992) menyimpulkan ada 3 kelas mendasar dalam budaya


organisasi yang termanifest dalam diri seseorang :

01 Artefak 02 Nilai Dasar 03 Asumsi Dasar


Budaya yang bisa terlihat. Berangkat dari evaluasi yang Keyakinan yang dimiliki anggota
dipergunakan anggota organisasi tentang diri mereka
Artefak lisan, perilaku, dan
organisasi untuk menilai sendiri, tentang orang
fisik dalam manifestasi nyata organisasi, perbuatan, situasi lain dan telah
dari budaya kerja & organisasi dan hal-hal lain yang ada dalam dilakukan secara berulang-ulang.
organisasi
Budaya & Struktur Organisasi
Complexity Mengacu pada posisi organisasi untuk mendukung adanya
perbedaan tugas & aktifitas
Robbins, (1987) struktur
organisasi dapat Formalization Mengacu pada posisi dimana organisasi melengkapi struktur
dibedakan berdasarkan : dan aturan operasional kerja

Centralization Mengacu pada posisi dimana organisasi memusatkan


operasional dan kemampuan dalam pengambilan keputusan

Lammers dan Hickson (1979) ada 3 corak struktur organisasi :


- Tipe Latin : Adanya birokrasi klasik dengan kekuasaan pengambilan keputusan yang terpusat adanya beberapa
tingkat hirarki.

- Tipe Anglo-Saxon : Kurang terpusat atau adanya desentralisasi kurang adanya hirarki.

- Tipe Dunia Ketiga : Adanya desentralisasi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan aturan-aturan
kurang formal Orientasi yang lebih pada paternalistik serta keluarga.
Konflik Antar Budaya dalam Kerja

Terdapat situasi yang menjadi focus perhatian perbedaan antar budaya dalam kerja :

1. Negosiasi, keberhasilan atau kegagalan suatu pekerja bisa sangat tergantung oleh bagaimana
proses negosiasi. Kesepakatan kerap tergantung pada kecakapan pergaulan antar budaya yang
dimiliki seseorang melalui negosiasi (negosiator)

Menciptakan Hubungan Betukar Informasi Proses Persuasi

- Amerika lebih suka bernegosiasi - Amerika: informasi diberikan secara - Amerika : cepat melewati proses
secara lsg bsa lewat telepon dan singkat dan langsung mengarah hubungan, bertukar informasi formal,
bergegas memusatkan untuk kepencapaian sasaran menanyakan yang diperlukan.
berunding harga. - Jepang: jangan memberi informasi - Jepang : persuasi bagian dari
- Orang Jepang lebih mendalami sekaligus, jawab pertanyaan langkah seluruh proses negosiasi untuk
proses negosiasi dan memahami demi langkah. berkompromi tentang syarat tertentu.
nilai-nilai budaya - Arab: saling tumpang tindih dengan - Arab : mempertahankan pendekatan
- Orang Cina mencari fokus umum, tahap-tahap lain dalam negosiasi, hubungan pribadi selama proses
dan selanjutnya mencari fokus informasi ditukar secara tidak negosiasi, bisnis dan pribadi kerap
khusus dalam diskusi. langsung. campur aduk.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai