Laporan Akhir
Temuan dan rekomendasi
Penulis:
Neil Neate, P.Eng.
Penyunting:
Irfan Kortschak
Pengalih Bahasa:
Octaviera Herawati
Segala pandangan yang disampaikan dalam laporan ini adalah milik penulis
dan tidak mencerminkan pandangan PNPM Support Facility atau pihak-pihak
lain yang disebutkan dalam laporan ini.
8. Rekomendasi .................................................................................................................................................. 43
8.1. Teknis ..................................................................................................................................................... 43
8.1.1. Drainase ............................................................................................................................... 43
8.1.2. Desain Hidraulika ........................................................................................................... 44
iv
8.1.3. Perlindungan Lereng .................................................................................................. 44
8.1.4. Datail Sambungan Dan Gambar Teknik .......................................................... 45
8.1.5. Pembukaan Jalan .......................................................................................................... 45
8.2 Birokrasi ................................................................................................................................................ 45
8.2.1. Evaluasi Teknik ................................................................................................................. 45
8.2.2. Fasilitasi Teknik ................................................................................................................. 46
8.2.3. Pemeliharaan ................................................................................................................... 46
8.2.4. Kualitas Desain ................................................................................................................ 47
8.2.5. Sertifikat Hibah Lahan ................................................................................................ 47
8.2.6. Gambar Purna Laksana .............................................................................................. 47
9. Kesimpulan ...................................................................................................................................................... 49
Lampiran
vi
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif
PNPM Mandiri Perdesaan mulai dilaksanakan pada tahun 2007 sebagai program lanjutan
dari Proyek Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pada tahun 1998. PNPM
Mandiri adalah program pengentasan kemiskinan utama Pemerintah Indonesia yang di-
dasarkan pada prinsip ‘pembangunan yang dikendalikan oleh masyarakat’ dengan menitik-
beratkan pada pemberdayaan masyarakat. Saat ini PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan
di lebih dari 5.000 kecamatan dan 63.000 desa. Hasil evaluasi-evaluasi atas program ini
menunjukkan kepuasan masyarakat terhadap sarana-prasarana yang telah dibangun me-
lalui dana PPK dan PNPM Mandiri Perdesaan. Evaluasi teknik terakhir dilaksanakan pada
tahun 2005 dan 2007.
Kegiatan evaluasi teknis (TE) ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri atas tujuh
insinyur teknik dan seorang arsitek. Evaluasi mencakup semua prasarana di desa-desa
yang dikunjungi yang pembangunannya dibiayai oleh PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM
Green, PNPM Generasi, BKPG (Bantuan Keuangan Pembangunan Gampong), PNPM
Paska Bencana dan Paska Krisis, serta sumber pendanaan lain yang terkait. Tim TE me
ngunjungi 12 provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara
Timur, dan Papua. Selama melakukan kegiatan ini, tim evaluasi didampingi oleh tenaga
ahli di bidang sosial, pengelolaan keuangan, dan pengamanan lingkungan dan sosial, yang
akan menuliskan laporannya terpisah sesuai dengan temuan-temuan mereka. Laporan-
laporan tersebut disertakan sebagai lampiran.
Provinsi-provinsi yang dijadikan sampel dipilih secara seksama sehingga mewakili
wilayah-wilayah di Indonesia, termasuk juga provinsi miskin dan tidak terlalu miskin. Ka-
bupaten dan kecamatan dipilih secara acak untuk memastikan variasi wilayah geografis
dapat terwakili. Jumlah total wilayah yang dipilih dan dikunjungi adalah 165 kecamatan,
dengan rincian 45% dikategorikan miskin dan kurang dari 19% dikategorikan sebagai
tidak terlalu miskin. Di lapangan, tim TE memastikan desa terpencil terwakili.
Dalam melaksanakan evaluasi ini, tim TE menggunakan instrumen lapangan beru-
pa formulir pemeriksaan prasarana (Sub-project Inspection Form—SIF). Satu lembar formulir
SIF berisi berbagai jenis prasarana yang dapat dibiayai oleh PNPM Perdesaan (jalan, ba
ngunan, air bersih, dll). Masing-masing jenis prasarana akan dinilai sesuai dengan kriteria-
kriteria yang sudah ditentukan (desain, drainase, pemeliharaan, dampak lingkungan, dll).
Formulir pemeriksaan prasarana juga mengumpulkan informasi terkait lainnya termasuk
informasi biaya, jumlah pengguna, sumber pendanaan, dan lain-lain.
Evaluasi teknik menilai kriteria-kriteria seperti di bawah ini:
• Proses seleksi dan verifikasi teknis
• Desain dan biaya
• Konstruksi dan pengawasan
• Operasi dan pemeliharaan
• Fungsi dan pemanfaatan prasarana
• Kualitas fasilitasi dan supervisi
• Kualitas pembukuan dan dokumentasi
viii
• Safeguard lingkungan dan sosial
• Pengelolaan keuangan
Sebagai kesimpulan, evaluasi ini menemukan bahwa seluruh kualitas desain dan
pelaksanaan pembangunan prasarana telah memenuhi tujuan teknis program. Di halaman
berikut ini adalah ringkasan rekomendasi teknis dari laporan ini. Rekomendasi-rekomen-
dasi ini didiskusikan lebih lanjut di Bagian 8 laporan ini.
x
Ringkasan Eksekutif Rekomendasi
(lihat Bagian 8 untuk pembahasan masing- masing)
xii
1. Latar Belakang
2. Cakupan Evaluasi Teknik
3. Susunan Tim Pelaksana
4. Prosedur Pemilihan Lokasi
5. Metodologi Pemeriksaan Teknik
6. Prosedur Analisis Informasi Lapangan
1. Latar Belakang
PNPM Mandiri Perdesaan mulai dilaksanakan pada tahun 2007 sebagai program lanjutan
dari Proyek Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pada tahun 1998. PNPM
Mandiri Perdesaan adalah komponen inti dari PNPM Mandiri, yaitu program utama
Pemerintah Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan. Program ini didasarkan pada
prinsip ‘pembangunan yang dikendalikan oleh masyarakat’ dan menitikberatkan pada
pemberdayaan masyarakat. Saat ini PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di lebih dari
5.000 kecamatan dan 63.000 desa. Program ini memiliki biaya tahunan sebesar US$ 1,4
miliar. Pemerintah Indonesia telah menargetkan PNPM akan terus dilaksanakan paling
tidak hingga tahun 2014.
PNPM Mandiri Perdesaan menyediakan dana hibah ke setiap kecamatan, yaitu an-
tara US$ 65 juta dan US$ 330 juta per tahun berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat ke-
miskinan di kecamatan tersebut. Selanjutnya masyarakat perdesaan menentukan prioritas
pembangunan di wilayahnya, mengalokasikan dana, dan membangun sarana/prasarana
skala kecil yang sudah disepakati bersama. Sekitar 75% dari dana hibah yang disediakan
di kecamatan digunakan untuk membangun prasarana dasar, termasuk jalan, air bersih,
drainase, irigasi, sekolah, dan fasilitas kesehatan.
Dalam pelaksanaannya, PNPM menyediakan fasilitator teknik sebagai pendamping
untuk memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dengan me
nempatkan dua fasilitator di setiap kecamatan; satu berlatar belakang sosial dan satu berla-
tar belakang teknik. Di Indonesia, fasilitator-fasilitator yang ada saat ini berjumlah 11.000
orang. Fasilitator-fasilitator kecamatan tersebut disupervisi dan dibimbing oleh fasilitator-
fasilitator di tingkat kabupaten dan provinsi.
Hasil evaluasi-evaluasi sebelumnya menunjukkan masyarakat sangat puas dengan
prasarana yang dibangun oleh PPK dan PNPM Mandiri Perdesaan. Evaluasi teknik ini se-
cara umum membenarkan hasil evaluasi tersebut, dengan menunjukkan bahwa prasarana
yang dibangun melalui program ini secara umum mempunyai kualitas dan desain yang
baik dan disupervisi oleh fasilitator-fasilitator PNPM. Masyarakat yang sudah merasa
kan manfaat fasilitas-fasilitas yang dibangun dan terlibat langsung dalam pengerjaannya
menunjukkan hasil yang memuaskan dalam hal pemeliharan prasarana itu. Studi ini mene
mukan bahwa sebagian besar prasarana PNPM masih berfungsi dan digunakan sebagai
mana mestinya beberapa tahun setelah konstruksi selesai. Evaluasi teknik telah dilakukan
sebanyak dua kali pada tahun 2005 dan 2007.
2
2. Cakupan Evaluasi Teknik
Evaluasi teknik dilakukan terhadap semua jenis prasarana yang didanai oleh PNPM
Mandiri Perdesaan, PNPM Green, PNPM Generasi, BKPG, PNPM Pasca Bencana dan
Paska Krisis serta sumber pendanaan lainnya. Adapun provinsi yang terpilih sebanyak
12 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, NTT, dan Papua. Beberapa
hal yang dievaluasi dalam kegiatan ini yaitu:
• Proses seleksi dan verifikasi teknik
• Desain and rencana anggaran biaya (RAB)
• Konstruksi dan pengawasan
• Operasi dan pemeliharaan
• Fungsi dan penggunaan
• Kualitas fasilitasi dan supervisi
• Pembukuan dan dokumentasi
• Dampak lingkungan (environmental safeguard) dan dampak sosial
• Pengelolaan keuangan
Dua laporan pendahuluan sudah dikeluarkan selama kegiatan evaluasi teknik ini. Laporan
pertama dikeluarkan setelah menyelesaikan evaluasi teknik di tiga provinsi, dan laporan
kedua dikeluarkan setelah menyelesaikan evaluasi teknik di sembilan provinsi. Laporan ini
berisi temuan-temuan teknis terakhir, kesimpulan, dan rekomendasi dari 12 provinsi yang
ditargetkan untuk studi ini.
Tim evaluasi teknik terdiri atas Neil Neate (team leader) dan evaluator teknik yang terdiri
atas Wawan Herwandi, Boedhi Wibowo, Eka Hasfi Adha, Ghufron Effendi, Andi Yoga
Tama, and Suudi Noor. Octaviera Herawati bergabung dalam tim evaluator di beberapa
provinsi serta membantu team leader di Jakarta untuk tugas-tugas khusus. Di beberapa
provinsi, para evaluator juga didampingi oleh tenaga ahli di bidang sosial, pengelolaan
keuangan, dan pengamanan lingkungan dan sosial.
4
Pemilihan desa-desa yang dikunjungi diserahkan kepada tim TE setelah berkon-
sultasi dengan UPK (Unit Pengelola Kegiatan) di tiap kecamatan. Untuk memfasilitasi
proses pemilihan desa, anggotan tim memperoleh peta kecamatan dan menggunakan-
nya untuk mengidentifikasi desa-desa yang akan dipilih. Desa-desa dipilih secara acak
meskipun informasi lokal tentang tingkat kesulitan dalam menjangkau desa tertentu juga
digunakan untuk merencanakan jadwal kunjungan setiap harinya. Segala upaya dilakukan
untuk mendapatkan desa yang terpencil/terpelosok. Minimal terdapat dua desa yang di-
kunjungi di setiap kecamatan dan tiga desa jika waktu memungkinkan. Seluruh prasarana
yang didanai oleh beberapa sumber di luar PNPM, seperti yang telah disebutkan sebelum-
nya, juga menjadi obyek pemeriksaan.
Tim TE dilengkapi dengan formulir inspeksi prasarana (SIF) yang sudah diuji coba lebih
dahulu di Jawa Tengah. SIF dibawa ke lapangan dan secara manual diisi di lokasi prasa-
rana. Formulir yang disediakan dibatasi sebanyak satu lembar karena mempertimbangkan
keterbatasan waktu yang diperlukan oleh anggota tim dalam memeriksa tiap prasarana.
Formulir SIF dapat dilihat pada Lampiran 1 di laporan akhir ini.
Daftar pemeriksaan di dalam SIF dibagi menjadi dua bagian. Bagian atas formulir
berisi delapan jenis prasarana. Untuk setiap jenis prasarana, terdapat empat hingga enam
aspek penilaian fisik untuk masing-masing jenis prasarana. Delapan jenis prasarana yang
tercantum dalam SIF adalah:
1. Jalan atau struktur (dalam laporan ini akan mengacu ke jalan, karena struktur jarang
ditemukan)
2. MCK (tempat mandi-cuci-kakus)
3. Jembatan
4. Penyediaan air bersih
5. Drainase/irigasi
Pembahasan dari setiap jenis prasarana dapat dilihat di Lampiran 2 dengan judul “Formu-
lir Pemeriksaan Prasarana (Sub-Project Inspection Form (SIF)): Definisi dan Diskusi Tiap
Item yang Dicatat”.
Aspek-aspek pemeriksaan lapangan pada SIF terbilang cukup unik untuk setiap
jenis prasarananya. Aspek-aspek ini berhubungan dengan desain, konstruksi, operasional
dan/atau pemeliharaan dan dampak lingkungan. Sebagai contoh, pada ‘Jalan atau Struk-
tur’, aspek-aspek yang dinilai meliputi permukaan jalan, kemiringan samping/dinding pe-
nahan, drainase, gorong-gorong, pemeliharaan, dan dapak lingkungan. Penjelasan yang
lebih lengkap mengenai kriteria penilaian dan petunjuk pengisian yang digunakan oleh
anggota TE dapat dilihat pada Lampiran 3.
Masing-masing aspek pada tiap jenis prasarana dinilai dalam lima kategori, yaitu baik,
agak kurang baik, di bawah spesifikasi teknik, tidak diperiksa, dan tidak bisa diterapkan.
6
rana yang mendapatkan penilaian ini akan mendapatkan catatan khusus yang ditulis di
bagian rekomendasi di SIF. Kotak ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian supaya
kesalahan yang sama tidak terulang kembali.
Tidak Diinspeksi (not inspected): jika terdapat kondisi khusus yang menyebabkan tim TE
tidak mungkin memeriksa aspek tertentu dari prasarana tersebut. Dalam hal ini, tim TE
akan mengajukan pertanyaan kepada tim lapangan di kecamatan untuk melakukan verifi-
kasi secara terperinci.
Tidak Diterapkan (not applicable): jika beberapa aspek tidak ada pada prasarana. Contoh
nya, dinding penahan tanah yang diperiksa pada jenis prasarana ‘Jalan atau Struktur’ tidak
menampilkan aspek gorong-gorong,
Untuk tujuan analisis, ketika salah satu aspek dari sebuah prasarana mendapatkan
nilai agak kurang baik pada sistem penilaian di SIF, catatan/komentar yang tertulis akan
dilihat untuk menentukan apakah aspek tersebut dapat dikategorikan berkualitas tinggi
atau berkualitas memadai. Pada umumnya kritik-kritik yang diisikan di kotak komentar
tidak akan membuat prasarana tersebut mendapat penilaian sebagai prasarana dengan
kualitas kurang baik. Oleh karena itu, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan dinilai se-
bagai aspek yang berkualitas tinggi. Komentar-komentar itu akan dikumpulkan dan dike-
lompokkan berdasarkan daftar komentar sejenis yang telah dimasukkan berulang-ulang
oleh para penilai. Sebagai contoh, banyak catatan-catatan atau komentar terkait dengan
pelaksanaan dan kondisi drainase yang buruk di sepanjang jalan. Catatan tersebut dikum-
pulkan dan dikelompokkan ke dalam catatan umum ‘drainase buruk’. Sehingga, dalam
penilaian terhadap 755 jalan, terdapat sekitar 170 komentar yang telah dicatat atau seki-
tar 23% dari total jalan yang diperiksa. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitator teknik di
PNPM perlu memberi perhatian lebih pada masalah drainase jalan. Sampel dari database
komentar ini serta data dari Sulawesi Utara terdapat di Lampiran 4. Database komentar se-
cara lengkap, tersedia di website PSF (www.pnpm-support.org). Pembahasan lebih lanjut
mengenai database komentar ini juga terdapat dalam Sub-bab 7.14.
Data lapangan yang dikumpulkan dalam bentuk checklist dipindahkan ke dalam versi digital
dan dikumpulkan oleh seorang analis data di Jakarta dengan menyimpan setiap jenis prasa-
rana ke dalam dokumen (file) terpisah dan dengan menggunakan nama unik berdasarkan
kode desa dari Badan Pusat Statisktik (BPS). Data-data ini disimpan ke dalam folder Tech-
nical Evaluation 2012 di website PSF.
Langkah pertama untuk menganalisis data yaitu dengan mengumpulkan keseluruh
an aspek penilaian dan infomasi terkait seluruh prasarana yang diperiksa ke masing-masing
file sesuai dengan jenis prasarananya. Sebagai contoh, master file untuk prasarana jalan berisi
seluruh penilaian dan informasi yang diambil dari SIF JALAN, sehingga memungkinkan
anggota tim menyusun informasi tersebut sebagai data untuk bahan analisis. Selanjutnya,
dalam hal prasarana ‘Jalan dan Struktur’ dimungkinkan untuk memisahkan dan memben-
tuk sejumlah bagian data:
• Berdasarkan kedekatan prasarana dengan jalan utama (terisolir, antara jalan utama dan
terisolir, dekat jalan utama).
• Berdasarkan tahun pembangunan (2007 – 2011).
• Berdasarkan jenis kendaraan pengguna jalan (2 roda, 4 roda, truk, atau bus).
Berdasarkan kriteria yang dipisahkan, data yang dihasilkan dapat dianalisis untuk menge
tahui tren penilaian dari berbagai aspek pada tiap jenis prasarana. Sebagai contoh, hipotesis
bahwa jalan yang terletak jauh dari pusat kecamatan mempunyai kualitas kurang bagus dapat
diperiksa dengan mempelajari nilai aspek permukaan jalan atau kemiringan samping. Dalam
hal ini, tabel berikut menunjukkan kondisi permukaan jalan tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh jarak jalan tersebut dari pusat kecamatan. Dalam hal aspek permukaan jalan, sebanyak
67–71% dari seluruh jalan yang diperiksa mendapatkan nilai baik. Sementara untuk aspek
yang sama, proporsi keterpencilan jalan yang menerima nilai baik hanya 4% lebih rendah
dibanding dengan yang dekat jalan utama. Hal yang sama, proporsi keterpencilan jalan de
ngan nilai untuk aspek permukaan di bawah spesifikasi teknis yaitu 6%, kurang lebih sama
8
dengan proporsi jalan yang dekat dengan jalan utama yaitu 7%. Analisis ini menegaskan
bahwa untuk aspek permukaan jalan, manajemen konstruksi dan supervisi PNPM berjalan
dengan baik dan tidak dipengaruhi oleh jarak dari pusat kecamatan.
7. Analisis Teknik
Program PNPM Mandiri yang paling banyak dipilih masyarakat adalah pembangunan
sarana jalan mencapai 42% dari total jumlah prasarana yang diperiksa. Angka ini dua kali
lebih banyak dari prasarana populer berikutnya dan mendekati hampir setengah dari total
jumlah prasarana yang dievaluasi. Jenis prasarana kedua yang paling banyak dievaluasi
dalam kegiatan ini adalah bangunan dan pasar yaitu sebesar 21% dan kemudian diikuti
oleh drainase/irigasi sebesar 13% dari total jumlah prasarana yang dievaluasi.
Namun, proporsi-proporsi ini jauh berbeda untuk Papua, di mana jalan dan struk-
tur mencapai 28%, MCK 18%, jembatan 10%, sarana air bersih 15%, drainase/irigasi 5%,
tambatan perahu 1%, gedung/pasar 16%, dan listrik 7%. Mempertimbangkan perbedaan
karakteristik pelaksanaan program PNPM di Papua, studi terpisah untuk Papua disampai-
kan di Lampiran 9 laporan ini.
Diagram Rasio Prasarana yang Dievaluasi Total dari 11 Provinsi yang Dikunjungi
4%
20%
Jalan
MCK
1%
42% Jembatan
Air Bersih
12%
Drainase/Irigasi
Tambatan perahu
Gedung
10%
Listrik
7% 5%
Evaluasi teknik awal yang dilakukan pada PPK Siklus 4 tahun 2005 menemukan bahwa
prasarana ‘Jalan dan Struktur’ mencapai 43% dari seluruh prasarana yang dibangun, tidak
berbeda jauh dari prasarana yang dievaluasi saat ini. Sementara sekolah, fasilitas kesehatan,
dan beberapa prasarana ekonomi (diasumsikan sebagai pasar) yaitu sebesar 13%.
Jenis prasarana yang dipilih oleh masyarakat bervariasi di seluruh Indonesia dan
tergantung pada status sosial-ekonomi dari kecamatan dan provinsi tersebut. Masyarakat
di provinsi-provinsi yang lebih kaya cenderung memilih prioritas jalan, jembatan, dan
bangunan dengan asumsi mereka biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas air bersih,
sanitasi, dan listrik. Sementara kecamatan-kecamatan di provinsi-provinsi yang kurang
kaya cenderung untuk memilih prasarana dasar termasuk jalan dan bangunan/gedung.
Ketika masyarakat desa di sebuah provinsi yang lebih kaya meminta dana untuk mem-
fasilitasi pembangunan bangunan/gedung, biasanya dana dipakai untuk menambah
ruang kelas di sekolah yang sudah lebih dulu dibangun, atau untuk membangun sebuah
gedung baru di samping gedung yang sudah ada guna menghindari keterbatasan tempat.
Di provinsi-provinsi miskin, lebih sering terlihat struktur kayu lama yang diganti dengan
sebuah gedung sekolah baru yang didanai oleh PNPM. Jenis prasarana jalan juga cukup
12
berbeda antara dua lokasi yang tingkat ekonominya tidak sama. Contohnya, provinsi yang
lebih mampu akan membuat proposal untuk mendanai pengasapalan jalan agar bisa dilalui
oleh kendaran roda empat, sementara provinsi yang kurang mampu akan mengusulkan
jalan sirtu atau rabat beton yang bisa dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda motor.
Tabel berikut menunjukkan persentase untuk tiap jenis prasarana di provinsi yang
telah dikunjungi sampai saat ini:
Tambatan perahu
Drainase/Irigasi
Provinsi (%)
Bangunan
Jembatan
Air Bersih
Listrik
Prasarana
Jalan
MCK
Tambatan perahu
Total Prasarana.
Drainase/Irigasi
Provinsi (%)
Bangunan
Jembatan
Air Bersih
Listrik
Jalan
MCK
Prasarana
Aceh 77 7 12 14 60 19 4 193
Lampung 84 3 8 17 22 40 3 177
Maluku 34 4 1 10 11 2 15 77
Maluku Utara 34 5 6 10 4 6 12 2 79
NTT 30 3 18 7 40 3 101
Papua 78 50 29 42 13 4 45 21 282
14
7.2. Kualitas Teknik Prasarana
Data yang dikumpulkan melalui evaluasi ini menunjukkan bahwa dari seluruh jenis
prasarana dan aspek-aspeknya di seluruh wilayah kecuali Papua, sebanyak 82% dinyatakan
mempunyai kualitas tinggi.
14%
Kualitas Tinggi
Kualitas Memadai
Gagal
82%
Sebanyak 14% dari seluruh aspek yang diperiksa dikategorikan berkualitas memadai.
Pemeriksanaan terhadap Database Komentar (lihat Lampiran 4) menunjukkan banyak
aspek-aspek prasarana yang mendapat nilai ini mempunyai kekurangan yang mungkin
dapat mengancam keberlanjutan prasarana itu sendiri sehingga mengurangi fungsi dan
kegunaannya. Pada akhirnya, sebanyak 4% dari aspek-aspek prasarana dikategorikan gagal
atau sangat kurang untuk menjalankan fungsi dan kegunaannya.
Tim TE menggunakan sistem penilaian tiga tingkat di mana penilaian untuk setiap
aspeknya dikategorikan sebagai baik, sedikit kurang baik, dan di bawah spesifikasi. Aspek-
aspek prasarana yang dinilai baik masuk ke bagian kualitas tinggi pada grafik di atas. Ber-
dasarkan analisis komentar-komentar khusus yang dicatat di lapangan, kira-kira setengah
Grafik berikut menunjukkan bahwa 90% dari prasarana telah mendapatkan nilai rata-rata
atau lebih baik dalam hal fungsi dan pemanfaatannya. Kedua aspek ini dikombinasikan
karena meskipun diukur dari hal-hal yang berbeda, keduanya mempunyai hubungan yang
cukup kuat.
Fungsi adalah hal yang relatif mudah untuk dinilai, jika prasarana atau infrastruktur
tersebut masih beroperasi seperti yang direncanakan awal, maka akan mendapat nilai rata-rata.
Nilai tinggi diberikan kepada prasarana yang telah ditambah atau ditingkatkan nilai gunanya
oleh masyarakat secara mandiri. Tindakan seperti ini menunjukkan keyakinan yang besar pada
kegiatan PNPM untuk meningkatkan aktivitas pemberdayaan masyarakat secara mandiri.
16
Sementara itu, pemanfaatan dinilai oleh tim pemeriksa dengan dua pertanyaan men-
dasar. Yang pertama, seringkah masyarakat penerima manfaat menggunakan fasilitas atau
infrastruktur sesuai dengan yang direncanakan? Jika sering, nilai rata-rata adalah nilai yang
tepat untuk diberikan.
Pertanyaan kedua membutuhkan informasi yang lebih kontekstual dan personal
untuk dikumpulkan dan dinilai. Anggota tim TE diminta untuk memperhatikan dan
menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan ketertarikan atau minat pada prasarana
tersebut serta antusiasme terhadap dampaknya terhadap aktivitas dan kegiatan sehari-hari.
Pernyataan-pernyataan dukungan untuk menambah prasarana bagi kehidupan mereka
serta dukungan terhadap mekanisme perencanaan dan pembangunan di PNPM akan
menjadi dasar mendapatkan nilai tinggi. Nilai akhir adalah gabungan kedua penilaian
tersebut di mana satu dan yang lain saling mendukung.
2%
8%
56%
34%
Tinggi
Rata-rata
Rendah
Tidak Bermanfaat
Masyarakat Desa Jorong Nan IX, Kecamatan Salimpaung, Sumatra Barat telah menanti-
nantikan gedung sekolah untuk kegiatan PAUD dan taman kanak-kanak bagi anak-anak
di desa mereka. Setiap tahunnya, lebih dari 50 anak-anak harus bersekolah dan bermain
di tempat sementara yang tidak layak dengan ruang bermain yang sangat terbatas.
Menyambut kebutuhan akan pentingnya pendidikan usia dini bagi anak-anak me
reka, masyarakat desa telah tiga kali mengusulkan pembangunan gedung PAUD sebagai
prioritas mereka melalui PNPM. Sayangnya, usulan tersebut ditolak dua kali dikarenakan
lokasi yang terlalu dekat dengan jalan utama. Akhirnya pada tahun 2011, dengan peng-
gantian lokasi, usulan ke-3 mereka disetujui.
Tanah seluas 570 meter persegi dihibahkan oleh seorang donatur yang merupa
kan masyarakat desa. Masyarakat kemudian bahu-membahu untuk membangun gedung
dengan panduan fasilitator untuk kebutuhan-kebutuhan teknis dalam proses pemba
ngunan. Total keseluruhan pembangunan gedung memakan biaya Rp. 328.935.000 ter-
masuk nilai tanah, kontribusi masyarakat, bahan-bahan bangunan, hari orang kerja, me-
bel, alat perga pendidikan dan perlengkapan bermain.
Kini, sebanyak 64 anak, 26 usia TK dan 38 usia PAUD, memiliki lingkungan ber-
main yang aman di sekolah. Empat puluh lima orang anak-anak ini bersekolah secara
gratis karena mereka berasal dari keluarga miskin. Keberadaan sekolah baru ini kini juga
berkontribusi terhadap peningkatan jumlah murid dan tingkat kehadirang yang stabil. Di
luar kegiatan pendidikan, di luar jam kelas, masyarakat desa juga menggunakan ruang
sekolah untuk kegiatan bulanan posyandu bagi balita dan ibu hamil dan juga tempat
pertemuan untuk berbagai kegiatan bersama.
18
Ketika nilai untuk satu atau beberapa aspek dinyatakan rendah atau nihil, penjelasan
tertulis akan dicantumkan di SIF. Dengan demikian, beberapa masukkan yang telah di-
kumpulkan di bagian komentar pada SIF terkait langsung dengan aspek prasarana ini.
Beberapa contohnya sebagai berikut:
• Toilet di sekolah yang tidak pernah digunakan sama sekali oleh murid-murid karena
kebiasaan mereka yang lebih senang pergi ke kebun/hutan terdekat.
• Jalan yang dinilai oleh pemeriksa telah digunakan berlebihan sehingga berpengaruh
pada kerusakan dini.
• Kegiatan pembukaan hutan untuk perluasan lahan pertanian dikritik oleh anggota tim
pemeriksa karena ternyata tidak pernah digunakan akibat tidak ada cukup air untuk
mengairi daerah itu.
Perlu diketahui bahwa evaluasi kualitas prasarana yang dilakukan pada PPK Siklus 4 mene
mukan 92% dari total prasarana yang diperiksa dinyatakan berfungsi penuh. Bahkan, studi
tahun 2005 menemukan 84% dari total prasarana yang dibangun dinyatakan bermanfaat
sesuai dengan yang diharapkan sementara 13% dinyatakan bermanfaat lebih dari yang di-
harapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa studi TE yang sekarang dilakukan
mungkin telah meningkatkan persentase penilaian yang terakhir ini.
Drainase yang buruk seringkali mempengaruhi prasarana jalan, sekolah, klinik, fasilitas
MCK, dan fasilitas air bersih. Hal ini tentu saja memerlukan perbaikan. Fasilitas drainase
yang buruk di desa-desa sering mengganggu perencanaan dan pembangunan yang sudah
baik. Dalam hal ini contohnya adalah drainase yang buruk pada prasarana jalan untuk
kendaraan roda empat sehingga mengancam kelangsungan hidup jalan itu sendiri. Jalan
harus benar-benar melengkung agar aliran air hujan dapat mengalir dari permukaan
jalan secepat mungkin. Bentuk jalan yang kurang baik, akan mengumpulkan air dalam
genangan-genangan, sehingga cepat rusak dan mengurangi manfaat serta nilai ekonomi
bagi masyarakat pengguna.
Sama halnya dengan bangunan/gedung dan hidran air atau bak air umum juga
membutuhkan drainase yang cukup di sekitarnya agar para pengguna dapat mengakses
dan menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut dengan mudah. Membangun fasilitas-fasilitas
umum di daerah yang rendah dengan drainase yang buruk dapat menimbulkan kekecewa
an masyarakat penggunanya. Bahkan berpotensi merugikan masyarakat, karena menim-
bulkan bibit penyakit serta kondisi yang kotor menciptakan lingkungan yang tidak sehat.
Kurangnya supervisi teknik terlihat di berbagai prasarana air bersih (lihat bagian 7.10. di
bawah) dengan terdapatnya beberapa selokan digali di atas infrastruktur yang dikeringkan.
Banyak prasarana air bersih yang dibangun tanpa hasil survei topografi sebelumnya.
Hal ini diperlukan untuk memastikan sumber air (biasanya ada bak penampung sumber
air) berada cukup tinggi dari desa penerima, terutama untuk penyediaan air bersih, agar
dapat beroperasi dengan baik dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Beberapa prasarana
mempunyai bak-bak penampung di desa yang tidak dapat terisi dengan baik akibat tekanan
air yang tidak kuat. Bagian 7.6. Kualitas Desain, di bawah ini, menampilkan lebih banyak
fakta mengenai masalah ini.
20
7.4.3. Kemiringan dan Kekuatan Erosi
Selama proses konstruksi banyak terjadi perencana teknik atau fasilitator teknik (FT)
kurang memperhatikan faktor air, cuaca, dan lainnya yang mempengaruhi perubahan ke-
miringan tanah. Perencanaan yang baik akan mendukung keberlanjutan dan kelangsungan
hidup prasarana-prasarana. Faktor-faktor seperti kemiringan tanah di atas atau di bawah
permukaan jalan; kemiringan di bawah abutment jembatan; dan kemiringan di samping
dinding irigasi atau selokan, akan mempercepat terjadinya kerusakan apabila tidak diper-
hatikan dengan baik. Prasarana air bersih akan mudah roboh akibat besarnya curah hujan
atau aliran air di atas atau di bawahnya jika kemiringan ini tidak dibangun pada gradien
yang cukup rendah atau dilindungi oleh dinding atau pelindung yang sesuai. Ada banyak
contoh prasarana yang roboh karena faktor-faktor penting yang diabaikan. Hal ini tentu-
nya akan menambah beban pemeliharaan dan dapat membahayakan pengguna.
Tim TE mendapati beberapa contoh material bangunan yang murah dan berkualitas rendah
digunakan dalam pembangunan prasarana, kemungkinan adanya hasutan penghematan
biaya dari tokoh-tokoh masyarakat. Di banyak kasus, perlengkapan atau kran air cepat
rusak, gagal untuk diperbaiki, atau menimbulkan kesulitan dalam pemeliharaan rutin.
Kurangnya detail perencanaan sebuah prasarana terkadang menyebabkan hal ini terjadi.
Beberapa jembatan bahkan dibangun dengan menggunakan paku untuk menyambung
beberapa komponennya, dibandingkan menggunakan baut yang lebih kuat. Sambungan
semacam itu sangat lemah, mudah longgar, dan mudah lepas serta sangat rentan terhadap
kerusakan. Setelah melihat gambar dan perhitungan perencanaan, tim TE menemukan ti-
dak adanya standar yang jelas untuk sambungan tersebut. Akibatnya pembangun memilih
jenis material penyambung yang paling murah.
Terdapat beberapa masalah selama proses pembangunan prasarana yang melibatkan peng-
gunaan alat berat, yaitu (1) fasilitator teknik setempat tidak mempunyai pengalaman dalam
menghitung berapa lama alat tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan,
sehingga perhitungannya kurang atau melebihi perkiraan. Untuk perhitungan melebihi
perkiraan, perkerjaan tambahan dilakukan dengan buru-buru dan kualitasnya kurang
bagus; (2) Penggunaan alat berat sering digunakan untuk pembukaan jalan baru tanpa
petunjuk tenaga ahli dan berpengalaman, sehingga proses pembangunan tidak berjalan
lancar dan cenderung merusak lingkungan sekitar. Untuk mencegah hal ini terulang lagi,
fasilitator teknik senior dan berpengalaman wajib terlibat selama proses pembangunan
prasarana.
7.5. Pemeliharaan
Untuk semua jenis prasarana yang berbeda yang ditemukan di desa-desa sampel, tim TE
mengevaluasi faktor pemeliharaan sebagai salah satu aspek dari prasarana tersebut. Tim
TE menanyakan beberapa pertanyaan kepada masyarakat mengenai kegiatan pemeliharaan
ini: “Seberapa sering kegiatan pemeliharaan dilaksanakan? Apakah iuran pemeliharaan dikumpulkan
dari para pengguna prasarana? Apakah tim pemeliharaan sudah terbentuk dan mempunyai pertemuan
rutin? Seberapa besar upaya-upaya yang telah dilakukan masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan?
Apakah kegiatan pemeliharaan diawasi oleh pejabat daerah?”
Seperti yang dapat dilihat pada grafik berikut, hasil survei dan pengamatan tim TE
terhadap prasarana yang diperiksa menunjukkan bahwa kualitas pemeliharaan bervariasi
dan tidak selalu cukup tinggi untuk menjamin kelangsungan jangka panjang prasarana-
prasarana itu.
22
Diagram Perawatan
80%
70%
60%
50%
40%
30%
Baik
20%
Agak Kurang Baik
10%
Di Bawah Spesifikasi Teknik
0%
ng
Pe tan
rsih
Irig se/
n
K
lan
trik
u
ata
i
MC
rah
as
du
a
a
Be
Ja
Lis
mb
ain
mb
Ge
Air
Dr
Ta
Je
Dapat dilihat pada grafik di atas beberapa prasarana yang manfaatnya dapat dirasakan
secara langsung, seperti air bersih, tambatan perahu, listrik, dan beberapa bangunan, di-
pelihara dengan baik oleh masyarakat. Untuk prasarana umum yang manfaatnya diterima
lebih banyak orang dan bukan bersifat perorangan, misalnya jalan atau drainase, kegiatan
pemeliharaan kurang berjalan dengan baik, tidak diperhatikan, atau bahkan diabaikan.
Ada sebuah anggapan bahwa beberapa kegiatan pemeliharaan, seperti pemeliharaan jalan,
lebih sulit dilakukan bagi masyarakat perdesaan (dengan beberapa alasan terkait dengan
kemiringan permukaan, pemadatan, dan biaya perawatan). Beberapa bangunan terlihat
kurang terpelihara karena anggota masyarakat beranggapan bahwa sekolah dan prasarana
kesehatan seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Banyak bangunan tidak terpe-
lihara dengan baik kebersihannya dan fungsinya dengan alasan yang tidak jelas. Namun,
bisa jadi disebabkan pengguna yang kecewa dengan perlengkapan dan lantai yang ru-
sak. Masalah utama mungkin disebabkan oleh penggunaan komponen berkualitas ren-
dah dalam perencanaan atau diganti selama pelaksanaan konstruksi sehingga masyarakat
menjadi kecewa dengan fasilitas yang mulai rusak. Kemungkinan lain adalah masyarakat
tidak mau memperbaiki sesuatu yang awalnya didesain dan dibangun kurang baik. Peng-
gunaan material tidak berkualitas untuk mengurangi biaya, dijelaskan di bagian 7.4.4 di
49%
46%
Baik
Agak Kurang Baik
Di Bawah Spesifikasi Teknik
24
Akses Transportasi yang Lebih Baik untuk Desa Culamega
Desa Cikuya di Kecamatan Culamega, Tasikmalaya, Jawa Barat adalah daerah penghasil
buah dan kayu Albasia. Desa ini terletak sekitar 3 jam dari Kota Tasikmalaya. Sebelum tahun
2009, desa ini hanya bisa dijangkau melalu jalan tanah berbatu yang sangat sulit dilalui
khususnya saat musim hujan tiba, bahkan untuk motor roda dua. Saat itu, transportasi
untuk menjual hasil bumi sangat sulit dan mahal.
Menyadari bahwa jalan merupakan prioritas untuk desa mereka, selama tiga tahun
berturut-turut sejak 2009, desa ini mengajukan perbaikan jalan sebagai usulan dalam
PNPM Mandiri Perdesaan. Selama tiga tahun ini, setelah penyetujuan masing-masing
kegiatan, masyarakat bahu-membahu untuk membangun 1.067 meter rabat beton de
ngan gorong-gorong dan tembok penahan tanah sepanjang 245 meter. Pembangunan
infrastruktur tersebut memakan biaya Rp. 155.453.700, di mana lebih dari Rp. 47.000.000
adalah kontribus swadaya masyarakat. Masyarakat desa kemudian setuju mengadakan
simpanan pemeliharaan melalui donasi dan juga retribusi dari pengguna jalan.
Sekarang, masyarakat dengan mudah dapat mengirimkan hasil bumi mereka un-
tuk dipasarkan dengan ongkos yang jauh lebih murah dibandingkan sebelumnya. Ma-
syarakat juga dapat langsung merasakan perubahan yang sangat berarti setelah jalan ini
dibangun.
Instrumen lapangan (SIF) dibuat agar tim pemeriksa TE dapat membuat penilaian kela
yakan desain sebuah prasarana. Dalm hal ini, hampir 5,4% dari prasarana yang diperiksa
tidak memenuhi kelayakan. Jenis prasarana yang paling banyak ditemukan tidak layak
adalah fasilitas MCK dan air bersih, nilainya adalah 9% dan 8%. Untuk prasarana jalan,
grafik menunjukkan nilai 6%.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
Layak
10%
0%
Tidak Layak
ng
Pe tan
rsih
Irig se/
n
K
lan
trik
u
ata
i
MC
rah
as
du
a
a
Be
Ja
Lis
mb
ain
mb
Ge
Air
Dr
Ta
Je
Evaluasi untuk berbagai aspek prasarana MCK dan sarana air bersih menunjukkan hasil ti-
dak layak karena rendahnya tingkat penggunaan oleh masyarakat, tidak ada pemeliharaan,
dan pasokan air yang kurang memadai. Pada dua MCK yang mendapat nilai buruk, pe-
nyebabnya adalah sumber airnya berdekatan dengan daerah pembuangan serta buruknya
drainase/saluran di sekitar MCK. Kedua hal tersebut bertentangan dengan standar desain
teknis dan cenderung menunjukkan kegagalan karena dilaksanakan tanpa fasilitator teknik
senior untuk memeriksa dan mengawasi kegiatan pembangunan MCK tersebut.
Penilaian rendah yang diberikan terhadap sekitar 8% dari penyediaan air bersih yang
dievaluasi adalah karena desain hidraulika yang buruk atau bahkan tidak ada sama sekali,
sehingga mengakibatkan prasarana tersebut tidak dapat dipakai. Sementara itu, prasarana
26
jalan mendapatkan nilai rendah karena masalah minimnya drainase/selokan dan para pe
rencana sering tidak mencantumkan kebutuhan pembangunan drainase pada perhitungan
biaya. Detail komentar dan rekomendasi terkait dengan hal ini akan disajikan di Bagian 8
laporan ini.
Beberapa hasil evaluasi teknik PPK terdahulu menemukan bahwa pembangunan desa
dengan menggunakan metode pembangunan berbasis masyarakat (CDD) mampu meng-
hasilkan prasarana yang bermanfaat dan layak dengan biaya lebih rendah dari prasarana
sejenis yang dibangun oleh pemerintah. Salah satu tujuan evaluasi ini adalah untuk me-
nerima atau menolak hasil temuan dalam laporan ini untuk kegiatan PNPM yang masih
berlangsung saat ini.
Untuk memfasilitasi tugas ini, tim TE mengumpulkan dan mencatat ukuran dan
keterangan prasarana bersamaan dengan informasi biaya akhir tiap prasarana yang di-
evaluasi. Salah satu anggota tim TE di Jakarta menerima infomasi ini dan memasukkannya
ke dalam database biaya (lihat Lampiran 6). Database biaya disusun untuk memudahkan
analisis tiap jenis prasarana di masing-masing provinsi. Dengan menggunakan infomasi
ini, sangat mungkin untuk menghitung satuan biaya rata-rata untuk beberapa jenis prasa-
rana. Sebagai contoh, ada 17 sekolah/gedung serba guna di Jawa Tengah yang dievalu-
asi. Berdasarkan hasil hitungan ditemukan biaya rata-ratanya adalah Rp. 1.080.000,-/m²
(sekitar US$ 115/m²) sementara di wilayah Kalimantan Barat, 14 gedung yang dievaluasi,
memiliki biaya rata-rata Rp. 1.860.000,-/m² (US$ 198/m²). Data ini sangat jelas menun-
jukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam harga bahan atau material konstruksi yang
digunakan di seluruh Indonesia dan variasi ini berdampak pada biaya prasarana PNPM.
Bersamaan dengan ini, tim TE mengumpulkan dan mencatat biaya yang didanai
oleh pemerintah untuk jenis prasarana yang sama. Informasi-informasi ini telah disusun
dan dianalisis dengan cara yang sama dengan yang dilakukan PNPM dan dimasukkan ke
dalam sebuah database biaya pemerintah (Lampiran 6). Berbagai jenis prasarana diperiksa
dan dibandingkan dengan prasarana PNPM. Sayangnya, informasi biaya terkait dengan air
bersih atau listrik tidak tersedia untuk dibandingkan.
28
Tabel 4. Analisis Biaya PNPM vs. Pemerintah
Catatan 1: rasio jalan sirtu di atas merefleksikan perbedaan kriteria secara substansi atau hasil akhir. Sebagian besar jalan
sirtu PNPM tercatat kurang pemadatan diakibatkan karena pembangunan drainase yang tidak benar.
Catatan 2: hanya ada satu proyek pemerintah yang tersedia untuk dianalisis yaitu pada kategori rehabilitasi sekolah dan
jembatan.
21%
Baik
Agak Kurang Baik
78% Di Bawah Spesifikasi Teknik
Laporan teknis PPK 2005 menemukan bahwa 84% prasarana yang diperiksa tidak mem-
bahayakan lingkungan dan hampir 10% tercatat mempunyai dampak positif. Dari perban
dingan ini tampak bahwa tingkat kepatuhan pengamanan lingkungan di PNPM telah berge-
ser sedikit. Pemeriksaan detail pada database komentar memberikan petunjuk bagaimana
dan mengapa ini terjadi. Untuk meningkatkan pengamanan lingkungan, PNPM mungkin
dapat mengembangkan program pelatihan khusus dan pedoman desain dalam mengatasi
masalah-masalah tertentu. Diketahui dari database komentar, contohnya faktor ‘tidak ada
nya perlindungan terhadap erosi’ terdapat di 18 dari 113 jembatan yang diperiksa (16%).
Sejumlah 170 kasus dari total 755 prasarana jalan yang diperiksa tidak memiliki drainase
yang memadai atau cukup (23%); sementara ada 54 kasus dari 171 sarana sistem air bersih
yang diperiksa (23%) belum pernah melakukan uji air ke laboratorium untuk memastikan
air tersebut aman untuk dikonsumsi. Database komentar ini dapat dilihat di Lampiran 4.
30
7.9. Sertifikat Hibah Lahan
Banyak prasarana PNPM yang sebagian atau seluruhnya dibangun di atas lahan pribadi
yang telah diserahkan untuk kepentingan umum. Contohnya, pembangunan jalan terkadang
membutuhkan sedikit lahan pribadi; atau gedung yang dibangun di pusat desa terpaksa
menggunakan lahan pribadi karena lahan yang tersedia tidak mencukupi; atau pembangunan
bak-bak penampungan air bersih yang terpaksa dibangun di lahan pertanian pribadi dengan
pipa-pipa distribusi yang melewati lahan-lahan perorangan.
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40% Ada
30%
20%
Tidak Ada
Tidak Jelas
10%
0%
ng
Pe tan
rsih
Irig se/
n
K
n
trik
u
ata
la
i
MC
rah
as
du
a
na
Be
Ja
Lis
mb
mb
Ge
ai
Air
Dr
Ta
Je
Dengan munculnya kasus-kasus seperti itu, PNPM mensyaratkan lahan-lahan yang digunakan
untuk pembangunan prasarana telah didonasikan. Dulu aturan ini kurang jelas dan banyak prasa-
rana yang sudah dibangun di atas lahan pribadi hanya berdasarkan pernyataan lisan pemilik lahan di
forum musyawarah bahwa lahan telah disumbangkan untuk mendukung pembangunan prasarana.
Seperti yang telah didiskusikan di atas, ada kecenderungan untuk menganggap prasarana-
prasarana yang dibangun di daerah terpencil kemungkinan mengalami ketidakrutinan
pemeliharaan atau kurangnya fasilitas, kualitas bahan bangunan yang rendah, tenaga kerja
yang kurang pengalaman, rendahnya keahlian orang yang terlibat pada proses pengadaan
barang, dan lain-lain. Data dalam formulir pemeriksaan (SIF) dikumpulkan dan dihubung-
kan satu sama lain untuk mengetahui kemungkinan anggapan tersebut benar adanya.
Diagram berikut menunjukkan garis vertikal yang mewakili persentase prasarana di
daerah terpencil dan di dekat jalan utama yang mendapat penilaian baik. Sebagai contoh,
62% fasilitas MCK di dekat jalan utama desa mendapat nilai baik, sementara 58% yang
berada di daerah terpencil menerima hasil penilaian yang sama.
Seperti yang dapat dilihat pada diagram Tingkat Kepuasan, proporsi yang lebih
rendah secara signifikan dari prasarana-prasarana di daerah terpencil memperoleh nilai
baik dibandingkan dengan parsarana yang dibangun di dekat jalan utama, dengan jumlah
terbanyak prasarana dengan nilai agak kurang baik atau di bawah spesifikasi teknis berada
di daerah terpencil. Namun, perbedaannya tidak terlalu besar, untuk beberapa jenis prasa-
rana, yaitu air bersih dan drainase/irigasi, proporsi prasarana di wilayah terpencil yang
mendapatkan nilai baik lebih banyak daripada prasarana di dekat jalan utama.
32
Diagram Tingkat Kepuasan
100%
60%
50%
40%
30%
0%
Terpencil
rsih
n
ng
lan
trik
K
Irig se/
Pe tan
ata
u
MC
i
as
du
rah
Be
Ja
Lis
a
a
mb
ain
mb
Ge
Air
Je
Dr
Ta
Catatan: Seluruh tambatan perahu di Maluku dan Maluku Utara dianggap berada di lokasi terpencil.
Temuan ini tampaknya menunjukkan bahwa kualitas fasilitas PNPM dan metode pem-
bangunan prasarana di lokasi terpencil memberi pengaruh terhadap prasarana-prasarana
yang kurang baik atau tidak memuaskan hasilnya. Temuan ini akan mendorong PNPM
untuk mencari cara meningkatkan pelayanan teknis di lokasi-lokasi yang lebih terpencil di
Indonesia.
100% 100%
80% 80%
60% 60%
40% 40%
20% 20%
0% 0%
11
11
09
10
09
10
08
07
08
07
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Jawa Tengah Kalimantan Barat Sulawesi Barat
34
Diagram Air Bersih (Dari Sedang hingga Sangat Memuaskan)
100%
80% .
60%
0% Sulawesi Barat
11
09
10
08
07
20
20
20
20
20
Untuk prasarana air bersih, proporsi prasarana di Jawa Tengah dan Sulawesi Barat yang
menerima nilai baik tidak berubah secara signifikan di sepanjang waktu, ini merupakan
indikator yang sangat baik, meskipun proporsi prasarana di Sulawesi Barat yang menerima
nilai serupa lebih rendah dari yang diharapkan (lihat grafik di atas). Ketika proporsi prasa-
rana air bersih di Kalimantan Barat mendapat nilai baik selama beberapa waktu lalu, nilai
itu telah turun secara drastis pada beberapa tahun terakhir. Komentar-komentar di SIF
akan memberikan beberapa petunjuk mengapa penurunan itu terjadi. Ada kemungkinan
rendahnya kualitas desain dan fasilitas teknis menjadi salah satu faktor penyebab. Sekali
lagi, data tersebut dapat dianalisis untuk melihat jika temuan-temuan tersebut benar. Na-
mun, laporan ini bukan tempat yang tepat untuk memeriksa secara detail dan melaporkan
hasil dari masalah tersebut. Kegiatan tambahan dengan menggunakan metode khusus
dalam membandingkan data yang dikumpulkan dalam evaluasi ini harus dilakukan untuk
mendapatkan infomasi yang lebih akurat.
Sumber-sumber dana untuk setiap jenis prasarana dicatat dalam instrumen lapangan.
Ringkasan dari sumber-sumber dana tersebut termasuk jenis prasarananya ditunjukkan
pada tabel berikut:
Catatan: ‘Sumber dana lain’ termasuk Paska Krisis, PPIP, dan PNPM Integrasi (P2SPP).
Tim TE dapat menilai keseluruhan kualitas fasilitator teknik PNPM melalui beberapa cara,
yaitu melalui pertanyaan dan pengamatan terhadap petugas yang mendampingi tim TE di
lapangan, percakapan dengan tokoh-tokoh desa dan masyarakat, pemeriksaan dokumen
di UPK dan desa, bukti instruksi-instruksi yang benar dan tepat kepada pekerja bangunan
(menghasilkan bangunan yang berkualitas tinggi dengan beberapa kekurangan). Tingginya
persentase nilai ‘rendah’ pada fasilitator teknik ini cukup mengkhawatirkan mengingat
kualitas prasarana PNPM sangat tergantung padanya.
36
Diagram Kualitas Fasilitator Teknik
60%
50%
40%
30% 55%
20%
28%
10% 17%
0%
Tinggi Rata-rata Rendah
Banyak prasarana-prasarana yang diperiksa menunjukkan bukti bahwa fasilitator teknik (FT)
tidak atau tidak dapat mengunjungi terlalu sering desa-desa tempat prasarana dibangun.
Beberapa UPK bahkan melaporkan adanya posisi kosong FT di wilayahnya yang sudah
berlangsung cukup lama dan FT dari lokasi lain harus melakukan perjalanan jauh untuk
memberikan bantuan teknis di lokasi kosong tersebut. Dalam situasi seperti ini, tim TE
mendapatkan informasi bahwa banyak prasarana dibangun tanpa bantuan teknis dari fasili-
tator-fasilitator.
Pemeriksaan teknis juga meliputi pengecekan kualitas dokumentasi yang disimpan
di kantor UPK. Salah satu cara mudah untuk menilai kelengkapan data dokumen teknik
adalah kaberadaan gambar purna laksana (as-built drawing) dari prasarana yang telah selesai
dibangun. As-built drawing adalah salinan gambar teknik yang sudah diubah atau diting-
katkan sesuai dengan kondisi terakhir saat pelaksanaan atau pengukuran akurat setelah
prasarana tersebut selesai dibangun. Sebagian besar prasarana dibangun dengan perubah-
an-perubahan kecil pada detail desain dan konstruksi. Hal ini wajar karena menyesuaikan
kondisi lapangan yang berubah, adanya perubahan material yang digunakan dari yang
sudah ditentukan, atau untuk menyesuaikan permintaan masyarakat. Namun, fasilitator-
fasilitator teknik bertugas untuk menyetujui perubahan-perubahan ini (melalui berita
acara perubahan, dll) dan kemudian mencatat perubahan-perubahan tersebut pada paket
gambar teknik. As-built drawing sangat berguna untuk perencanaan di waktu mendatang
dibandingkan dengan hal-hal lainnya.
27%
36%
Memuaskan
Tidak Memuaskan
Tidak Tersedia
37%
Perlu diketahui bahwa evaluasi teknik pada PPK Siklus 4 menemukan as-built drawing terse-
dia di 51% prasarana yang diperiksa, sementara di 21% prasarana lain as-built drawing-nya
dinyatakan belum mencukupi (untuk alasan yang tidak diketahui). Hal ini akan memuncul-
kan dugaan seolah-olah kinerja PNPM telah menurun untuk sementara waktu.
38
7.14. Database Komentar
Kami sudah menyinggung database komentar beberapa kali di beberapa bagian sebelum
nya. Formulir SIF berisi suatu bagian di mana anggota tim TE diminta untuk mencatat
komentar-komentar unik dari tiap jenis prasarana yang dievaluasi. Anggota tim TE
diminta untuk memasukkan komentar jika ada aspek dari prasarana yang mendapat nilai
agak kurang baik atau lebih rendah, dan menyertakan alasan-alasan pemberian nilai terse-
but dan mungkin saran-saran perbaikan.
Ketika data dari SIF dimasukkan ke dalam database Bank Dunia, komentar-ko-
mentar ini secara manual ditabelkan dan dimasukkan ke dalam database komentar secara
terpisah untuk tiap jenis prasarana. Dalam buku kerja tiap prasarana, lembar kerja terpisah
akan dibuat untuk tiap provinsi. Buku kerja akan terdiri atas kumpulan lembar kerja yang
berisi seluruh komentar dari semua provinsi.
Kolom dalam lembar kerja dibuat seluas mungkin sehingga komentar-komentar
unik dari anggota tim TE dapat dimasukkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang
pemeriksa menjelaskan detail genangan air pada permukaan jalan, tidak adanya selokan
sepanjang jalan, atau kemiringan permukaan jalan yang tidak benar. Seluruh komentar ini
akan masuk kategori ‘drainase yang buruk’. Komentar yang lebih umum seperti sistem
hidraulika yang tidak baik pada prasarana air bersih dapat meliputi banyak komentar yang
mengacu kepada masalah yang lebih khusus seperti ketinggian yang tidak benar, desain
teknik yang buruk, atau lokasi bak penampung air yang tidak bagus. Salinan database ini
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Database komentar dapat digunakan dengan mudah untuk mengetahui permasalahan
yang paling banyak ditemukan pada jenis prasarana tertentu di PNPM Perdesaan. Komen-
tar-komentar yang dicatat oleh tim pemeriksa memberikan sekilas infomasi aktual tentang
masalah-masalah yang paling banyak terjadi di setiap prasarana, bersamaan dengan berbagai
jenis prasarananya.
Database yang dibuat melalui evaluasi teknik ini akan menghasilkan analisis-analisis ter-
pisah untuk tiap aspek dari tiap jenis prasarana yang dikunjungi melalui pengujian cara
menilai sebuah aspek khusus selama lima tahun terakhir sampai kegiatan evaluasi ini ber-
langsung. Studi tentang nilai dari aspek-aspek tersebut apakah meningkat atau menurun
setelah beberapa tahun akan menunjukkan kinerja personel dan metode PNPM dalam
menghadapi beban kerja di masa lalu. Data yang terkumpul dalam evaluasi ini akan mem-
berikan saran penting bagi perubahan strategi pelaksanaan dan pelatihan di PNPM.
Enam grafik berikut menunjukkan proporsi prasarana dengan nilai baik yang telah
mengalami perubahan antara tahun 2007 dan 2012 untuk bangunan gedung di Jawa Tengah.
Grafik-grafik ini telah dibuat berdasarkan data yang berasal dari 35 unit bangunan yang di-
kunjungi di provinsi itu. Grafik-grafik ini menunjukkan proporsi prasarana yang mendapat
nilai baik di enam aspek yang dievaluasi yaitu tata letak, kriteria desain, konstruksi, aksesibili-
tas, pemeliharaan, dan dampak lingkungan (environmental safeguard).
80%
60%
40%
10
08
7 0
20
20
20
20
20
Grafik di atas menunjukkan bagaimana aspek tata letak untuk semua bangunan gedung di
Jawa Tengah (sekolah, madrasah, dan posyandu) dinilai baik di tahun 2007, 2008, dan 2009
(100%). Untuk aspek yang sama, persentase bangunan gedung yang mendapatkan nilai ini
kemudian turun menjadi 90% di tahun 2010 dan 2011. Evaluasi aspek ‘tata letak’ dipusatkan
40
pada kemudahan aktivitas pengguna ketika berada di dalam bangunan itu sendiri, kesesuaian
lahan dan lokasi di desa, pengaturan ruang-ruang, lokasi toilet serta perlengkapannya, dll.
Grafik berikut menunjukkan bahwa untuk ‘kriteria desain’, pemeriksaan terhadap
bangunan gedung di Jawa Tengah mendapatkan hasil yang tidak sama. Di tahun 2007,
contohnya, 75% dari prasarana di provinsi itu yang dinilai baik menunjukkan bahwa seki-
tar seperempat bangunan memiliki aspek desain yang diragukan. Namun, di tahun 2008,
persentase ini turun menjadi 50% dan meningkat kembali menjadi 90% di tahun 2009.
100%
80%
60%
40%
20%
Presentase Prasarana
0% yang Dinilai Baik
11
09
10
08
07
20
20
20
20
20
Evaluasi aspek ‘kriteria’ fokus pada tingkatan desain yang dapat memenuhi kebutuhan
desa. Di setiap aspek gedung seperti ukuran, lokasi, dan konfigurasi bangunan diperiksa
oleh seorang evaluator untuk menentukan seberapa bagus desain tersebut untuk me-
menuhi kebutuhan masyarakat penerima. Contoh-contoh kriteria desain yang buruk
adalah bangunan gedung terlalu besar dari yang dibutuhkan hanya untuk menyenangkan
masyarakat; sekolah yang dibangun tanpa toilet; atau gedung yang dibangun di daerah
rendah atau berawa sementara ada lokasi yang lebih tinggi yang bisa digunakan.
Grafik-grafik untuk aspek konstruksi, aksesibilitas, pemeliharaan, dan dampak ling-
kungan (environmental safeguard) untuk prasarana-prasarana di Jawa Tengah, serupa dengan
yang di atas, terdapat di Lampiran 5.
42
Rekomendasi
8. Rekomendasi
Evaluasi ini dimaksudkan sebagai evaluasi teknis yang menyeluruh untuk memeriksa dela-
pan jenis sub-proyek secara garis besar, dan bukan bermaksud untuk memeriksa secara
detail setiap bagian tertentu dari sebuah infrastruktur. Evaluasi ini berupaya untuk me
ngumpulkan informasi dan menarik kesamaan antara suatu jenis sub-proyek, dan bukan
bermaksud menelusuri esensi desain dan konstruksi masing-masing sub-proyek. Studi
mendalam seperti ini tentunya diperlukan untuk program sebesar PNPM. Oleh karena
itu, rekomendasi dari Evaluasi Teknis PNPM 2012 ini, berkonsentrasi pada aspek-aspek
utama sebagai berikut:
8.1. Teknik
8.1.1. Drainase
Teknik desain dan konstruksi perlu ditingkatkan pada sebagian besar prasarana jalan yang
dibangun PNPM, khususnya jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan roda empat. Desain
standar telah memperlihatkan bentuk potongan melintang yang benar dan drainase sepan-
jang jalan, tetapi pada praktiknya, tim TE melihat biasanya kedua hal ini diabaikan se-
lama pembangunan berlangsung. Masyarakat sering menginginkan jalan yang lebih pan-
jang dengan mengorbankan kualitas drainase atau selokan. Biasanya FT akan berusaha
mencegah hal ini. Fasilitator teknik harus diberi pelatihan yang memadai mengenai desain
drainase yang baik beserta teknik konstruksinya. Pelatihan singkat di kantor dan praktik
atau kunjungan lapangan harus diadakan dengan melibatkan pemeriksaan drainase. Hal
ini akan membantu meningkatkan kualitas beberapa prasarana yang saat ini mendapatkan
nilai agak kurang baik atau di bawah spesifikasi teknik.
Fasilitator teknik senior harus bertanggung jawab memeriksa dan menyetujui seluruh ren-
cana pembangunan prasarana yang melibatkan aliran air, meliputi air bersih, irigasi, drainase,
dan gorong-gorong. Mayoritas kesalahan dalam pembangunan prasarana adalah kurangnya
perhitungan terhadap aliran air (termasuk juga aspek drainase, seperti yang telah dibahas
di atas). Perencana senior seharusnya mampu melihat bahwa prasarana-prasarana tersebut
membutuhkan beberapa usaha ekstra dan pengujian di beberapa bagian. Para fasilitator
teknik ini harus meminta dilaksanakannya dan disediakannya survei lapangan, dan melaku-
kan pemeriksaan lapangan seperlunya untuk memverifikasi kondisi lapangan.
Insinyur senior harus lebih memperhatikan pemeliharaan prasarana yang berada di ke
miringan lereng yang terpotong. Prasarana jembatan seharusnya mempunyai perlindungan
lereng dengan menggunakan susunan batuan atau kawat baja.
44
8.1.4. Detail Gambar dan Sambungan
Standar gambar jembatan dan bangunan gedung harus diperiksa oleh fasilitator senior
untuk memastikan detail sambungan sudah mencukupi dan benar, juga kualitas tinggi
perlengkapannya beserta pintu-pintu sudah sesuai standar. Kumpulan gambar-gambar
standar yang ada di kabupaten harus diperbaharui dan fasilitator teknik diingatkan untuk
menggunakan gambar standar yang terbaru dan tidak menggunakan gambar standar
prasarana lama. Fasilitator tingkat kabupaten harus diingatkan agar tidak ada kompromi
terhadap penggunaan komponen-komponen yang sudah ditetapkan meskipun masyara-
kat mengajukan permohonan untuk menghemat biaya dengan membangun prasarana
berkualitas rendah.
PNPM dihimbau untuk lebih berhati-hati terhadap usulan pembuatan prasarana jalan baru
dari masyarakat. Contohnya di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat menunjukkan dengan
sangat jelas bahwa konstruksi prasarana ini penuh dengan kesulitan. Survei topografi yang
luas dan akurat harus dilakukan dan perhitungannya harus benar untuk memastikan semua
kemiringan jalan kurang dari 5% dan semua lereng yang dipotong berada pada sudut kemi
ringan alami. Pembentukan lereng dengan timbunan tanah seharusnya tidak diizinkan karena
sifat dan kemampuan tanah yang digunakan untuk menimbun terhadap kekuatan lereng tidak
diketahui. Fasilitator teknik senior di PNPM harus terlibat dalam pembangunan prasarana ini.
8.2. Birokrasi
Evaluasi-evaluasi teknis harus dilakukan pada semua jenis prasarana di tahun pertama setelah
penyelesaian konstruksi. Fasilitator-fasilitator teknik dari kecamatan terdekat seharusnya
melakukan penilaian prasarana-prasarana yang telah selesai dengan menggunakan instrumen
lapangan yang mirip dengam SIF yang digunakan dalam evaluasi nasional ini tetapi disesuaikan
dengan masing-masing jenis prasarana. Beberapa aspek tambahan dapat juga dinilai secara de-
PNPM harus mengatasi kekurangan fasilitator teknik di lapangan. Beberapa kasus keti-
dakhadiran fasilitator teknik (FT) PNPM secara rutin ke lapangan untuk supervisi teknik
telah didokumentasikan. Secara khusus, ada sejumlah posisi kosong yang cukup mengkha-
watirkan di beberapa provinsi yang lebih miskin. Salah satu cara yang sedang dilakukan
untuk mengatasi hal ini adalah program ‘Bare foot Engineers’ di Papua yang menciptakan
fasilitator teknik lokal yang bertahan lama di bursa kerja yang kompetitif.
Agar fasilitator PNPM dapat melaksanakan kunjungan inspeksi yang cukup dan tepat
waktu, kecukupan biaya perjalanan dan tunjangan lapangan. FT di beberapa kecamatan se-
cara diam-diam sering mengeluhkan ke anggota tim TE karena mereka kurang puas dengan
kompensasi yang mereka terima saat ini dan sebagai akibatnya mereka mengurangi kegiatan-
nya di lapangan. Beberapa skala pembiayaan perlu dibuat, misalnya, tujuan kunjungan FT,
fasilitator kabupaten, dan fasilitator teknik provinsi yang harus melakukan perjalanan ekstra
atau membutuhkan waktu yang lebih lama akibat adanya posisi kosong atau medan yang
lebih luas dari perkiraan.
8.2.3. Pemeliharaan
46
8.2.4. Kualitas Desain
Masalah desain hidraulika dan drainase yang kurang baik adalah penyebab umum yang
ditemui pada prasarana ‘basah’ yang dinilai agak kurang baik atau lebih buruk dari itu.
Fasilitator teknik senior di tingkat provinsi dan kabupaten perlu memberikan perhatian
pada desain-desain yang mereka kelola. Mereka harus menolak rencana yang tidak me-
nampilkan informasi ketinggian dan topografi yang akurat agar desain dapat diterapkan.
PNPM harus didorong untuk mempekerjakan tenaga-tenaga ahli yang mempunyai keah
lian teknis berbeda dan kemudian menyebarkannya ke provinsi-provinsi di mana keahlian
mereka sangat dibutuhkan untuk prasarana-prasarana yang menantang atau cukup sulit.
Fasilitator administrasi dan teknik di PNPM menyadari pentingnya persyaratan ini untuk
didokumentasikan sebelum pekerjaan pembangunan prasarana dilaksanakan.
Kegunaan dan nilai keakuratan as-built drawing perlu ditegaskan kembali kepada fasilitator
teknik PNPM. Pemeriksaan singkat oleh fasilitator teknik di tingkat provinsi harus dilaku-
kan dari waktu ke waktu untuk memastikan gambar-gambar tersebut digambar dengan
benar dan disimpan di tempat yang benar.
9. Kesimpulan
Laporan Akhir Evaluasi Teknik 2012 ini telah menemukan bahwa keseluruhan kualitas de-
sain dan pelaksanaan pembangunan prasarana di provinsi-provinsi yang dievaluasi sampai
saat ini sepenuhnya sudah sesuai dengan tujuan teknis proyek.
Studi ini menemukan 82% prasarana yang dievaluasi mendapat nilai kualitas tinggi,
14% dengan nilai kualitas tidak tinggi dan hanya 4% dinilai gagal. Lebih lanjut, aspek-
aspek prasarana yang berhubungan dengan pemeliharaan, fungsi, kegunaan, kualitas, dam-
pak lingkungan, dan kelayakan desain juga dievaluasi. Nilai dari keseluruhan aspek-aspek
secara kasar hampir sama atau melampaui nilai dari evaluasi serupa yang telah dilakukan
di PPK 2007.
Lampiran 1: Formulir Inspeksi (SIF)
FORMULIR PEMERIKSAAN LAPANGAN
PROVINSI #
KABUPATEN # TERPENCIL DI ANTARA DEKAT JALAN UTAMA
KECAMATAN #
DESA # Nama TAHUN KONSTRUKSI JUMLAH KK
PRASARANA #-#
ITEM yang AGAK DIBAWAH TIDAK TIDAK ITEMS YANG AGAK DI BAWAH TIDAK TIDAK
DIPERIKSA BAIK KURANG BAIK SPESIFIKASI DIINSPEKSI DIAPLIKASIKAN DIPERIKSA BAIK KURANG BAIK SPESIFIKASI DIINSPEKSI DIAPLIKASIKA
1 JALAN ATAU STRUKTUR 5 DRAINASE/IRIGASI
Permukaan jalan Tata letak
Kemiringan/dinding penahan tanah Struktur
Drainasi Hidraulika
Gorong-gorong Pemeliharaan
Pemeliharaan Dampak lingkungan
Dampak Lingkungan
3 JEMBATAN 7 BANGUNAN/PASAR
Fondasi Tata letak
Struktur pendukung Kriteria desain
Geometri jalan/drainase Konstruksi
Perlindungan erosi Aksesibilitas
Pemeliharaan Pemeliharaan
Dampak lingkungan Dampak lingkungan
DATA JALAN dan JEMBATAN 2-roda 4-roda Bus/Truk KUALITAS FASILITASI TEKNIK DAN SUPERVISI TINGGI RATA2 RENDAH
BKPG PEMANFAAT
Respek
Lain-lain Tipe? Swadaya masyarakat secara khusus Buat komentar/catatan REKOMENDASI (untuk prasarana 'DI BAWAH SPESIFIKASI')
Kurang Tidak Tidak
Baik Baik Dibuat Ada
PAPAN PROYEK? Ya? AS-BUILT DRAWINGS
51
LAMPIRAN 1
Lampiran 2: Formulir Pemeriksaan Prasarana
LAMPIRAN 2
(Sub-Project Inspection Form (SIF))
Definisi dan Diskusi Tiap Item yang Dicatat
Formulir Pemeriksaan Prasarana (SIF) akan dilengkapi oleh para pemeriksa teknik ber-
dasarkan informasi yang tercantum di bawah (kata-kata yang digarisbawahi menunjukkan
judul item yang dimasukkan ke dalam SIF). Petunjuk-petunjuk yang digunakan oleh tim
pemeriksa dijelaskan di Lampiran 3.
Bagian atas dari SIF berisi infomasi lokasi prasarana dan latar belakang berupa kode
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. Kode dari Badan Pusat Statistik (BPS) akan
digunakan untuk mengidentifikasi tiap desa. Kode BPS terdiri atas nomor-nomor (antara
satu sampai 91) terpisah untuk tiap provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. Saat ini
membuat kode desa sering membutuhkan empat digit nomor. Nama desa akan dimasuk-
kan di sebelah kanan kode desa untuk memudahkan penggunaan selama menganalisis SIF.
Nomor Sub-Proyek/Prasarana: Prasarana yang diperiksa di desa-desa akan diberi-
kan nomor sesuai dengan jenis di bawah ini:
1. Jalan atau struktur
2. MCK
3. Jembatan
4. Air bersih
5. Drainase/irigasi
6. Tambatan perahu
7. Bangunan gedung/pasar
8. Listrik
Prasarana perdesaan dibangun melalui hibah yang disediakan untuk masyarakat perdesaan
di Indonesia oleh PNPM, mencakup spektrum umum pekerjaan sipil yang sangat luas.
Prasarana ini paling mudah dijelaskan sebagai prasarana umum yang diinginkan oleh ma-
syarakat. Berbagai prasarana telah dikelompokkan untuk evaluasi teknis ini dalam daftar
di atas.
54
1. Jalan atau struktur: merupakan salah satu jenis prasarana yang paling banyak diminta
LAMPIRAN 2
melalui program ini. Jalan dapat berupa kerikil atau batu, beton, aspal, atau kombi-
nasi dari bahan-bahan ini. Struktur adalah istilah umum untuk dinding pinggir jalan,
saluran, pekerjaan gorong-gorong, dan infrastruktur sipil lainnya untuk umum. Prasa-
rana jalan sering meliputi drainase baru atau yang sudah ada.
2. MCK: MCK adalah kependekan adalah mandi, cuci, kakus, yang berarti tempat cuci dan
toilet umum. Prasarana ini harus mempunyai sumber air yang dapat diminum ataupun
tidak. Struktur ini dapat berbentuk macam-macam tergantung pada keinginan masyara-
kat dan karakteristik lapangan.
3. Jembatan: prasarana ini dapat untuk pejalan kaki, sepeda motor (kadang-kadang jem-
batan gantung dalam hal ini), atau untuk lalu lintas kendaraan roda empat. Jembatan
dapat dibuat dari kayu, beton, pasangan batu, baja, atau kombinasi bahan-bahan ini.
Batas beban dapat diatur oleh masyarakat (karena keterbatasan pendanaan atau alasan
lain) dan desain tekniknya harus menyediakan unsur-unsur jembatan untuk menjaga
batas beban ini.
4. Air bersih: sistem penyediaan air minum termasuk sumur, pompa air, pipa gravitasi
(yang mengalirkan air dari pengunungan dan bukit terdekat), bak penampung, dan bak
distribusi. Pengukuran pemakaian sangat dianjurkan untuk menentukan iuran peme-
liharaan.
5. Drainase/irigasi: dengan drainase jalan yang benar, masyarakat akan dapat melakukan
aktivitasnya dengan lebih mudah. Drainase dapat berbentuk selokan atau saluran pan-
jang. Irigasi juga menggunakan saluran-saluran pasangan batu/beton untuk mengatur
dan mengalirkan air ke lahan pertanian. Pengoperasian yang benar pada sistem ini
oleh kelompok pengguna bersifat penting guna memfasilitasi pembagian yang cukup
dan adil dari aliran irigasi ke lahan-lahan pemakai.
6. Tambatan Perahu: banyak pulau di beberapa provinsi di Indonesia yang cukup curam
dan susah diakses. Tambatan perahu akan dibangun dengan tiang-tiang yang panjang
sehingga memungkinkan nelayan, anak-anak, dan kaum tua mengakses perahu pen-
cari ikan dan jalur transportasi air dengan aman.
Masing-masing jenis prasarana di atas akan diperiksa dan dievaluasi menurut beberapa
aspek penilaian. Aspek-aspek yang dinilai akan sangat berbeda untuk masing-masing je-
nis prasarana. Uraian menyeluruh tentang kriteria yang akan digunakan anggota tim TE
dalam menyelesaikan penilaian lapangan ini terdapat di lampiran ini sebagai Lampiran 3.
Informasi asli mengenai hal ini dapat diperoleh melalui kantor NMC-PNPM. Uraian ini
telah digunakan oleh teknisi PNPM Perdesaan di masa lalu karena mereka telah meme
riksa prasarana-prasarana yang diusulkan di lapangan. Kriteria prasarana listrik tidak ada
dalam dokumen PNPM ini. PNPM-PMD telah memberikan dokumentasi desain dan
konstruksi mini-hidro yang akan dirujuk oleh tim TE selama mengevaluasi prasarana
pembangkit listrik.
Penilaian:
Masing-masing aspek penilaian untuk tiap jenis prasarana akan dinilai oleh anggota tim
TE dengan lima pilihan nilai yaitu baik, agak kurang baik, di bawah spesifikasi teknik, tidak
diinspeksi, dan tidak dilaksanakan. Evaluasi tim TE memberi nilai berdasarkan kriteria
berikut:
Baik (sufficient) – Penilaian diberikan jika aspek prasarana sudah memenuhi desain/opera-
sional/pemeliharaan/atau kriteria lingkungan yang dibutuhkan untuk jangka panjang dan
manfaat prasarana bagi masyarakat.
Agak kurang baik (slightly below) – Penilaian diberikan jika bangunan prasarana menunjukkan
karakteristik tertentu yang dapat diperbaiki/ditingkatkan melalui desain/operasi/pemelihara-
an/atau kriteria lingkungan. Hal ini merupakan situasi di mana prasarana yang dibangun sesuai
dengan desain rencana yang sudah disetujui tetapi inspektor atau tim TE merasa prasarana itu
akan dapat ditingkatkan di kemudian hari. Prasarana-prasarana yang mendapat penilaian ini
56
akan diberikan catatan atau komentar pada SIF yang menjelaskan situasi dan hal-hal yang bisa
LAMPIRAN 2
diperbaiki (lihat di bawah untuk lebih detailnya).
Di bawah spesifikasi teknik (below specification) – Penilaian diberikan jika prasarana yang
dibangun: (1) tidak dibangun sesuai yang direncanakan, atau (2) membahayakan peng-
guna/pemanfaat. Prasarana yang mendapatkan penilaian ini akan mendapatkan catatan
khusus yang ditulis di bagian ‘rekomendasi’ di kotak pojok kanan bawah lembar SIF. Ko-
tak ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian pada bagian prasarana yang salah supaya
tidak terulang kembali.
Tidak diinspeksi – Penilaian diberikan jika terdapat kondisi khusus yang menyebabkan
tim TE tidak mungkin memeriksa aspek tertentu dari prasarana tersebut. Dalam hal ini,
tim TE akan mengajukan pertanyaan kepada tim lapangan di kecamatan untuk melakukan
verifikasi secara terperinci.
Tidak dilaksanakan – Penilaian diberikan jika beberapa aspek tidak ada pada prasarana.
Contohnya, dinding penahan tanah yang diperiksa di bawah jenis prasarana jalan atau
struktur tidak akan memunculkan aspek gorong-gorong. Jika gorong-gorong tidak ada
dalam pembuatan dinding penahan tanah, maka gorong-gorong akan dinilai tidak dilak-
sanakan.
Di bagian bawah SIF berisi infomasi tentang guna dan fungsi prasarana, sumber dana, dan
data diperoleh dari pemeriksaan dokumen prasarana.
Data Jalan dan Jembatan: Tiga kotak centang disediakan untuk mengidentifikasi kelompok
pengguna terbesar untuk prasarana jenis 1 dan 3.
Fungsi dan Penggunaan: Empat kotak centang disediakan: tinggi, rata-rata, rendah, dan
tidak ada. Fungsi akan didasarkan pada apakah prasarana tersebut dapat dipakai atau
tetap beroperasi sebagaimana tujuan awalnya. Penggunaan akan mencerminkan tingkat
penggunaan masyarakat dan apakah ada pengembangan atau tindakan yang luar biasa yang
telah dilakukan masyakat terhadap fasilitas tersebut.
58
lahan berubah pada akhir tahun 2011. Oleh karena evaluasi teknik ini berurusan dengan
LAMPIRAN 2
prasarana-prasarana sebelum adanya perubahan, para pemeriksa akan memverifikasi bahwa
ketentuan sebelumnya telah dipenuhi di prasarana tersebut.
Partisipasi Masyarakat atau Swadaya: Kotak ini telah disediakan agar anggota tim TE
dapat membuat catatan hal-hal khusus yang mungkin terjadi selama pemeriksaan. Hal ini
terutama untuk menonjolkan prasarana-prasraana yang mendapatkan perhatian khusus dari
masyarakat.
Gambar Purna Laksana (As-Built Drawing): Kotak centang ‘ya’ atau ‘tidak’ disediakan untuk
dokumen prasarana ini. Anggota tim TE akan memeriksa laporan akhir terutama salinan
gambar desain prasarana yang telah direvisi untuk menunjukkan bentuk nyata dari produk
akhir. Catatan konstruksi ini, yang menggambarkan perubahan konstruksi yang mungkin
ada melalui perubahan rangka, dan sebagainya, adalah gambar yang berguna untuk acuan
di masa depan. Salinan sederhana dari gambar konstruksi yang diusulkan banyak yang tidak
memiliki as-built drawing yang sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya.
Dimensi/Ukuran: Penjelasan singkat dan statistik penting dari berbagai jenis prasarana akan
dicatat di sini. Misalnya, jenis jalan (beton, aspal, telasah, dll), panjang, dan lebar jalan, jumlah
hektar irigasi (manfaat area), ukuran sekolah (panjang dan lebar tetapi juga jumlah ruang
kelas, kantor, toilet), dll. Informasi ini akan digunakan dalam perhitungan pada ‘efisiensi
biaya’ dalam SIF. Dimensi/ukuran juga akan digunakan dalam analisis evaluasi teknis untuk
menentukan, misalnya, biaya rata-rata untuk prasarana yang berbeda, perbedaan biaya
antarprovinsi dan antara daerah-daerah terpencil terhadap masyarakat yang berada di jalan
utama.
Komentar: Para pemeriksa akan menulis komentar singkat mengenai semua aspek prasarana
yang dinilai ‘agak kurang baik’. Tujuan dari komentar ini adalah untuk mendokumentasikan
tren desain atau proses pembangunan selama kegiatan konstruksi yang dikerjakan oleh
masyarakat atau teknik-teknik pemeliharaan yang sedang berjalan yang dapat ditingkatkan di
siklus proyek berikutnya. Evaluasi teknik ini akan meringkas dan melihat tren-tren di dalam
komentar-komentar yang dicatat dan menyediakan saran dan bimbingan jika diperlukan.
Rekomendasi: Para pemeriksa akan membuat rekomendasi jika ada aspek-aspek prasarana
yang dinilai di bawah spesifikasi teknik. Sebuah prasarana yang mendapatkan nilai ini adalah
60
Lampiran 3: Prosedur Pemeriksaan dan Evaluasi Lapangan
LAMPIRAN 3
Beberapa item tertentu pada Formulir Pemeriksaan Prasarana (SIF) mengharuskan ang-
gota tim evaluasi teknik membuat penilaian kualitatif atau subyektif menyangkut aspek-
aspek desain, fasilitas, konstruksi atau kegiatan operasi, dan pemeliharaan yang sedang
berjalan dari sebuah prasarana. Prosedur atau petunjuk ini disusun atas diskusi anggota
tim TE dengan personel Bank Dunia di bidang sosial. Item-item yang digarisbawahi
adalah judul prasarana yang berasal dari SIF.
‘Aspek-Aspek Prasarana’ mengacu pada sifat-sifat yang bisa dinilai dari jenis prasa-
rana tertentu. Sebagai contoh, untuk jenis prasarana ‘jalan atau struktur’, salah satu as-
pek yang dapat dinilai adalah permukaan jalan. Masing-masing aspek untuk tiap jenis
prasarana dinilai berdasarkan kriteria yang digunakan dalam checklist penilaian lapangan
PNPM. Penjelasan ini telah digunakan oleh tenaga teknik PNPM Perdesaan di waktu
lampau dalam kegiatan pemeriksaan prasarana di lapangan. Dirasa cukup bijaksana untuk
menggunakan kriteria yang sama dalam kegiatan evaluasi teknik ini. Dokumen-dokumen
ini tidak berisi kriteria pemeriksaan untuk prasarana pembangkit listrik, seperti mikro-
hidro atau listrik tenaga surya, yang telah disediakan secara terpisah.
Fungsi dan Penggunaan: Para pemeriksa harus berhati-hati untuk menilai apakah
prasarana tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan fungsinya kepada
masyarakat. Di beberapa kasus, desain yang buruk atau pemilihan lokasi yang kurang
baik akan mengurangi fungsi prasarana itu. Jika sebuah prasarana tidak digunakan secara
maksimal atau tidak digunakan sama sekali, sebuah komentar atau rekomendasi harus
ditulis untuk menjelaskan keadaan dan/atau untuk mengajukan tindakan perbaikan. Ko-
mentar-komentar akan disingkat dan dimasukkan dalam laporan perjalanan (BTOR) dan
laporan akhir, begitu juga dengan rekomendasi yang telah ditulis. Mengetahui dan mema-
hami kesalahan-kesalahan dalam fungsi dan penggunaan akan membantu PNPM dalam
mendesain prasarana di kemudian hari.
Kualitas Fasilitasi Teknik dan Supervisi: Anggota tim TE akan membuat penilaian
individual terkait dengan tingkat kehadiran fasilitator lokal, kabupaten, dan provinsi se-
62
Lampiran 4: Contoh Database Komentar - Sulawesi Utara
LAMPIRAN 4
Berikut adalah contoh lembar kerja Database Komentar. Beberapa komentar dalam SIF
yang diisi oleh pemeriksa merupakan komentar khusus untuk setiap prasarana yang di-
evaluasi. Komentar-komentar ini telah dikumpulkan dan dihitung dari sejumlah komentar
umum yang berhasil dikumpulkan oleh tim TE di lapangan.
Database ini merupakan dokumen berukuran besar yang berisi komentar-
komentar dari 12 provinsi dan lebih dari 1.800 prasarana yang dikunjungi. Lampiran ini
hanya berisi contoh kecil dari informasi tersebut. Jika pembaca menginginkan informasi
yang lebih lengkap silakan menghubungi kantor PSF di Jakarta atau dapat dilihat di web-
site PSF.
Database ini dapat membantu perencana memahami masalah terbesar untuk se-
tiap jenis prasarana. Program-program pelatihan atau bantuan teknis serta materialnya
didesain untuk mengatasi masalah-masalah utama yang teridentifikasi melalui kumpulan
komentar ini.
45
Kualitas Prasarana
Kualitas bagus pada saat prasarana diperiksa 25 56%
Kualitas kurang bagus 16 36%
• Penggunaan material yang kurang spesifik 4 9%
• Permukaan jalan rusak (bergelombang, pecah, lubang, tidak mulus) 9 20%
• Retak-retak pada dinding penahan tanah 1 2%
• Penurunan tanah/ kurang pemadatan 6 13%
Pemeliharaan
• Tim pemelihara ada dan berfungi dengan baik 0 0%
• Tim pemelihara ada tetapi tidak ada kegiatan pemeliharaan 31 69%
• Tim pemelihara ada, tetapi tidak ada iuran dan prosedur tertulis yang
1 2%
jelas
• Tidak ada tim pemelihara dan kegiatan pemeliharaan 1 2%
Desain dan RAB
Desain sudah dibuat sesuai dengan standar 0 0%
Desain tidak sesuai dengan standar 0 0%
• Tidak ada dinding penahan/lokasi tidak sesuai 0 0%
• Drainasi kurang baik 1 2%
• Tidak ada bahu jalan 8 18%
• Kurang/tidak ada gorong-gorong 0 0%
• Tidak ada pelindung pada permukaan yang curam/licin 5 11%
• Salah perhitungan biaya 0 0%
Desain dan pelaksanaan berbeda 0 0%
Partisipasi
Partisipasi masyarakat tinggi 0 0%
Partisipasi masyarakat rendah 0 0%
64
LAMPIRAN 4
Jumlah
Jenis Prasarana: JALAN (telford, sirtu, aspal) Prasarana Jumlah Komentar
Diperiksa
Lain-lain
• Jalan tidak memberikan banyak manfaat bagi masyarakat 0 0%
• Gambar purna laksana (as-built drawing) berupa salinan dari gambar
10 22%
desain
• Monitoring FT dan FT kabupaten kurang 0 0%
• Tidak ada laporan akhir 1 2%
• Kurang pemadatan di daerah yang miring 3 7%
• Bekesting tidak dilepas 6 13%
• Penggunaan pestisida untuk membersihkan rumput 5 11%
LAMPIRAN 5
(Contoh: Jawa Tegah)
Di bawah ini adalah grafik-grafik yang memperlihatkan tren yang berada pada nilai ‘Baik’
untuk prasarana bangunan di Jawa Tengah.
Grafik-grafik ini direferensikan di Bagian 7.15. di laporan utama. Grafik ini menun-
jukkan contoh kecil dari analisis teknis berdasarkan data yang dikumpulkan selama kegi
atan Evaluasi Teknik PNPM 2012 berlangsung. Garis-garis tren dikembangkan untuk tiap
provinsi yang dikunjungi, untuk tiap jenis dari delapan prasarana yang dievaluasi, dan
untuk semua variasi kriteria yang dinilai. Berikut adalah salah satu contoh kecil garis-garis
tren di satu provinsi untuk satu jenis prasarana (Bangunan).
80%
60%
40%
10
08
07
20
20
20
20
20
100%
80%
60%
40%
10
8
07
20
20
20
20
20
80%
60%
40%
10
08
07
20
20
20
20
20
80%
60%
40%
10
08
07
20
20
20
20
20
80%
60%
40%
20%
Persentase Infrastruktur yang
% of Sub-Projects
Mendapatkan
Rated Sufficient Nilai Baik
0%
11
09
10
08
07
20
20
20
20
20
80%
60%
40%
10
8
07
20
20
20
20
20
68
Lampiran 6: Contoh Database Biaya Pemerintah
Di bawah ini adalah contoh data yang dikumpulkan dari tiga provinsi untuk proyek-proyek yang didanai oleh pemerin-
tah daerah. Database yang lebih lengkap mengenai data dan perhitungan dari delapan provinsi tersedia di website PSF.
Biaya Pembangunan Infrastruktur yang Dibiayai Pemerintah (2010-2011)
SULAWESI BARAT
Kab. Polewali Mandar
1. Gedung sekolah 6 9 54 273.790.000 5.070.185
Kab. Majene
1. Drainase 173 1 173 72.000.000 416.185
2. Jalan rabat beton 296 3 888 232.052.106 261.320
3. Bangunan Sekolah 24 9 216 313.500.000 1.451.389
JAWA BARAT
Kab.Tasikmalaya
1. Bendungan kecil/waduk 94.000.000
Pekerjaan persiapan 1.525.000
Penggalian tanah untuk
106,24 45.695.269 430.114
pengumpulan air
Saluran inlet - outlet
69
LAMPIRAN 6
70
Panjang Lebar Tinggi Luas Biaya/m2 Biaya/m3
Lokasi (Provinsi/Kabupaten) Biaya *
m m m m2 m3 per m2 per m3
Kab.Bogor
1. Sekolah 58,38 108.500.000 1.858.513
Lampiran 7: Contoh Database Biaya (PNPM)
Terlampir adalah contoh database biaya dari salah satu jenis prasarana yang telah dievaluasi berdasarkan doku-
men PNPM yang dikumpulkan di tiga provinsi. Database lengkap yang terdiri atas data dan perhitungan dari
provinsi lainnya tersedia di website PSF.
LAMPIRAN 8
Evaluasi teknis ini dilengkapi juga dengan tinjauan ulang fiduciary yang dilaksanakan oleh
sebuah tim konsultan PSF, yang mencakup anggaran, pembukuan, administrasi, dan pe
ngadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh masyarakat.
Tujuan utama dari evaluasi aspek fiduciary adalah untuk menilai kepatuhan pelaksana
an kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan terhadap aturan fiduciary dan kualitas administrasi,
identifikasi masalah utama dan penyebabnya, serta memberikan rekomendasi tindakan
untuk perbaikan.
Evaluasi aspek fiduciary dilaksanakan oleh tim fiduciary dari PSF di 11 provinsi (Nang
roe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi
Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, NTT, dan Papua), 21 kabupaten, 72 keca
matan, dan 145 desa. Sasaran evaluasi aspek fiduciary mencakup kegiatan infrastruktur
yang didanai oleh PNPM Mandiri Perdesaan, Paska Bencana, Paska Krisis, PNPM Ling-
kungan Mandiri Perdesaan (LMP), Generasi, Respek/Papua, dan BKPG/Aceh.
Secara keseluruhan, pelaksanaan pembangunan prasarana kurang mematuhi aturan
fiduciary. Namun, meskipun banyak ketidakpatuhan atau penyimpangan prosedur, secara
umum risiko yang ada adalah rendah hingga menengah. Hal ini terbukti tidak mengganggu
secara signifikan terhadap keseluruhan kegiatan pembangunan infrastruktur. Sebanyak
79,6% dari 145 desa yang di-review tidak patuh terhadap aturan fiduciary. Secara umum tim
menemukan pelanggaran prosedur dalam penyiapan desain, perencanaan anggaran, peng
adaan barang, pembukuan, dan administrasi. Ketidakpatuhan yang terjadi seperti doku-
men kurang dikelola dengan baik, tidak lengkap, hilang, bukti transaksi tidak sah atau tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu proses penyiapan desain dan RAB didominasi
oleh FT (Fasilitator Teknik) sehingga keterlibatan masyarakat menjadi kurang. Ketidak-
patuhan lainnya adalah informasi mengenai keuangan dan proses kegiatan tidak tersedia
untuk masyarakat, dan musyawarah pertanggungjawaban kurang memadai.
Meskipun tingkat ketidakpatuhan tinggi, secara umum hasil evaluasi menemukan
bahwa risiko ketidakpatuhan pada implementasi kegiatan pembangunan prasarana me-
miliki dampak yang rendah. Tim hanya menemukan sejumlah kecil indikasi kecurangan
74
studi khusus dan uji coba untuk menguji cara kerja masyarakat yang dapat menjamin
LAMPIRAN 8
efektivitas hasil. Ini harus mencakup dokumentasi kinerja yang baik di masyarakat yang
dapat direplikasi di tempat lain; (4) Perbaikan MIS (Sistem Informasi Manajemen) dengan
menyertakan komponen yang dapat memantau proses pengadaan barang dan jasa bagi
masyarakat.
Temuan lengkap dari tinjauan ulang fiduciary ini dapat ditemukan di website PSF
(www.pnpm-support.org/technicalevaluation).
LAMPIRAN 9
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa situasi dan kondisi di Provinsi Papua sangat
berbeda daripada provinsi lainnya di Indonesia, terkait dengan kesulitan-kesulitan spesifik
dan tantangannya. Untuk alasan tersebut, temuan-temuan dari evaluasi teknik di Papua
disajikan terpisah dari provinsi-provinsi lainnya.
Drainase
Gedung
%’s
Listrik
Jalan
MCK
Air
Papua 28 18 10 15 5 1 16 7
11 Prov. 42 5 7 10 12 1 20 4
Dibandingkan dengan 11 provinsi lainnya, terlihat masyarakat Papua tidak terlalu memilih
prasarana jalan dan drainase/irigasi. Sebaliknya, jenis yang paling banyak adalah MCK dan
sarana air bersih. Mereka juga sedikit memilih bangunan/gedung, sementara jembatan
dan sarana listrik lebih banyak dibandingkan di provinsi lainnya.
Tambatan
Jembatan
Drainase
Gedung
Listrik
Jalan
MCK
Air
Papua 78 50 29 42 13 4 45 21
14% 21%
Kualitas Tinggi
Kualitas Memadai
Gagal
82% 71%
78
Seperti yang telah disinggung dalam laporan utama, penilaian evaluasi teknik ini
LAMPIRAN 9
berdasarkan yang tercantum dalam SIF, masing-masing aspek dinilai sebagai cukup baik,
agak kurang baik, atau di bawah spesifikasi teknik. Di laporan, sistem penilaian dikategori-
kan sebagai kualitas tinggi, kualitas memadai, dan gagal. Semua prasarana yang dinilai cu-
kup baik dikategorikan sebagai kualitas tinggi pada grafik di atas. Sebagian kecil prasarana
yang dinilai agak kurang baik di kategorikan kembali sebagai kualitas tinggi berdasarkan
komentar-komentar yang dikumpulkan oleh para penilai.
Untuk menilai seberapa besar fungsi dan pemanfaatan prasarana di Papua, tim evaluasi
teknik memeriksa sebanyak 273 SIF yang terkumpul. Untuk keseluruhan prasarana, porsi
yang mendapat nilai tinggi hanya 45%. Angka ini 20% lebih rendah dari porsi prasarana di
provinsi lainnya, di mana 56% mendapatkan nilai tinggi. Di Papua, sebanyak 33% prasa-
rana mendapatkan nilai rata-rata. Dengan demikian 78% prasarana di Papua mendapatkan
nilai rata-rata atau lebih baik. Hal ini dibandingkan dengan nilai rata-rata sebesar 90%
untuk 11 provinsi lainnya yang diperiksa.
45%
56%
34%
Tinggi
33% Rata-rata
Rendah
Tidak Ada
Tambatan
Jembatan
Drainase
Gedung
Listrik
Jalan
MCK
Air
Tabel ini menunjukkan bahwa tingkat fungsi dan penggunaan yang rendah sebagian besar
terdapat pada prasarana MCK, air bersih, dan bangunan umum. Komentar-komentar
yang terdapat di database komentar dapat menunjukkan sebab masalah ini ada.
80
sehingga sekitar 205 fasilitator teknik perlu direkrut. Posisi yang kosong ini menambah
LAMPIRAN 9
beban kerja fasilitator yang ada karena harus membantu di wilayah kosong. Tim evaluasi
teknik bahkan mendengar bahwa ada pembangunan prasarana tanpa dihadiri oleh fasilita-
tor teknik PNPM atau tenaga teknik.
Di bawah ini adalah grafik yang memperlihatkan hasil evaluasi untuk aspek super-
visi dan fasilitasi teknik di Papua.
60% 60%
50% 50%
40% 40%
20% 20%
28% 29%
10% 17% 10%
14%
0% 0%
Tinggi Rata-rata Rendah Tinggi Rata-rata Rendah
Grafik di atas menunjukkan bahwa kualitas fasilitasi teknik di Papua sangat rendah
dibandingkan dengan provinsi lain yang dievaluasi. Rata-rata porsi prasarana dengan
kualitas fasilitasi teknik tinggi di provinsi lain adalah 28% tinggi, 55% rata-rata, dan 17%
rendah. Akibatnya, porsi prasarana di Papua yang mempunyai kualitas fasilitasi teknik
rendah berjumlah sekitar tiga kali lebih tinggi dari provinsi lainnya.
Pelatihan barefoot engineers yang saat ini sedang berlangsung di Papua telah dilak-
sanakan oleh PMD untuk mengisi kekosongan tenaga teknik dengan tenaga lokal yang
akan mampu berada di lokasi dalam jangka waktu yang lebih lama, di mana hal ini menjadi
sebuah masalah jika fasilitator teknik direkrut dari provinsi lain (lihat kotak di bawah).
Analisis lebih lanjut dari data yang terkumpul dapat dilakukan dalam banyak cara
untuk menghasilkan infomasi tambahan, misalnya bagaimana atau mengapa hasil-hasil
kegiatan di Papua terus berada pada tingkat bawah dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia.
Seperti yang telah disinggung di atas, salah satu tantangan yang dihadapi oleh
Program PNPM adalah kurangnya fasilitator, khususnya fasilitator-fasilitator
teknik yang memiliki kemampuan dan kualifikasi teknik. Untuk mengatasi ma-
salah ini, pada bulan Agustus 2008, Bank Dunia memberikan dana sekitar US$ 1
juta kepada Universitas Cendrawasih (Uncen) di Jayapura untuk mendesain dan
menyelenggarakan pelatihan intensif selama enam bulan dengan menggabung-
kan pelatihan di kelas dengan praktik di lapangan tentang pengetahuan teknis
di lapangan menyangkut pembangunan prasarana skala kecil yang didanai oleh
Program PNPM-Respek.
Training khusus ini sangat berhasil. Dari kelas awal sebanyak 120 orang, di
mana 90% adalah masyarakat asli Papua dan 30% adalah perempuan, sebanyak
106 orang lulus pada bulan Maret 2009. Para peserta yang lulus kemudian di-
rekrut sebagai fasilitator teknik dan diberangkatkan dari kabupaten asal mereka.
Dikombinasikan dengan 56 lulusan dari program pelatihan sejenis di Uncen
tahun 2003 (Barefoot Engineers Gelombang 1), Barefoot Engineer 2009 (Ge
lombang II) mencapai lebih dari separuh tenaga teknik lapangan untuk PNPM-
Respek.
Selain menyediakan dukungan teknik yang paling dibutuhkan di desa-desa
di Papua melalui PNPM-Respek, khususnya di wilayah terisolir yang akan lebih
sulit untuk merekrut dan mempertahankan tenaga teknik lulusan universitas,
program pelatihan Barefoot Engineers membekali kaum muda Papua dengan
keahlian baru, kepercayaan, dan kesempatan kerja.
Temuan-temuan awal yang dilakukan oleh Bank Dunia pada waktu misi
supervisi di Papua dan Papua Barat, menekankan bahwa pemberangkatan lulu-
san ‘barefoot’ sebagai fasilitator-fasilitator teknik di PNPM-Respek sangat efek-
tif. Kualitas teknik prasarana yang didesain oleh para lulusan ini berada pada
82
LAMPIRAN 9
skala memuaskan sampai baik, dan kualitas fasilitas juga cukup bagus. Kemam-
puan fasilitator-fasilitator ini untuk berbicara dengan bahasa lokal mampu me-
ningkatkan partisipasi secara aktif dan luas di wilayah terpencil tempat mereka
bertugas. Keahlian baru mereka dan kontribusi yang dapat mereka buat adalah
sumber kebanggaan di dalam komunitas mereka.
Meskipun pelatihan Barefoot Engineers tahun 2003 dan 2009 dan pere
krutan di pertengahan 2009 membantu mengisi kebutuhan program, PNPM-Re-
spek terus menghadapi masalah kekurangan fasilitator teknik yang cukup tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan tambahan fasilitator, proyek dua tahun disetujui
di tahun 2011 untuk melatih kelas tambahan bagi sebanyak 140 orang Barefoot
Engineers.
Diskusi-diskusi selanjutnya telah dilakukan dan sedang berlangsung me
ngenai kebutuhan untuk melatih sebanyak 300 Barefoot Engineers. Juga dibahas
kebutuhan untuk meningkatkan pelatihan dan dukungan setelah 6-7 bulan pela-
tihan kelas, untuk memastikan komunitas muda dan baru Barefoot Engineers ini
termotivasi untuk bekerja di wilayah-wilayah yang terisolir dan sulit dan mempu-
nyai kemampuan serta kepercayaan untuk menjalankannya. Keputusan jumlah
Barefoot Engineers dan modalitas pelaksanaan pelatihan, termasuk penguatan
dan kesiapan sistem finansial dan manajemen fiduciary dari tim di Uncen akan
dibuat sebelum pertengahan 2012 ketika pelaksanaan proyek Gelombang III di-
harapkan dimulai.
LAMPIRAN 10
10.1. Pengantar
Studi khusus dilakukan atas permintaan dari AusAid untuk membuat analisis dan komen-
tar mengenai pelaksanaan kegiatan PNPM terutama pada sanitasi dan air bersih di desa
yang merupakan salah satu portfolionya. Lampiran ini terdiri atas beberapa materi dan
grafik yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan sanitasi
dan air bersih. Lampiran ini juga mencakup beberapa hasil analisis tambahan dari kegiatan
evaluasi teknik pada MCK (mandi, cuci, kakus) dan fasilitas air bersih. Hasil-hasil awal ini
menunjukkan potensi untuk melakukan analisis tambahan pada data dan infomasi yang
dikumpulkan pada kegiatan evaluasi teknik. Pemeriksaan lebih lanjut dan manipulasi data-
base dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberikan ilustrasi keadaan yang berbeda
di beberapa daerah di Indonesia, seperti yang didiskusikan di bawah ini.
Tim evaluasi teknik memeriksa total sebanyak 97 prasarana MCK. Ini mencakup lebih dari 5%
jumlah total prasarana yang dikunjungi selama kegiatan ini. Evaluasi ini mengunjungi desa-desa
secara acak yang berasal dari kecamatan-kecamatan yang telah dipilih yang ada di 12 provinsi.
Pemilihan dilakukan dengan seksama untuk memastikan semua lokasi dapat terjangkau baik
yang terpencil maupun yang tidak. Dengan demikian, dapat diperkirakan prasarana MCK di
tiap lokasi.
Grafik berikut menunjukkan jumlah fasilitas MCK yang dikunjungi di setiap
provinsi. Dapat dilihat bahwa desa-desa di Papua lebih banyak yang memilih prasarana ini
dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Jika prasarana MCK di Papua tidak dihi-
tung, pemilihan prasarana ini akan mencapai sekitar 3% dari total prasarana di 11 provinsi.
Ukuran sebenarnya atau versi yang lebih jelas mengenai prasarana ini dan grafik-grafik
lainnya terdapat dalam laporan ini.
50%
40%
30%
20%
10%
0%
h
t
rat
ku
a
t
eh
rat
T
ara
a
a
ng
ga
ara
tar
pu
NT
tar
lu
Ba
Ac
Ba
u
en
iB
U
aB
Ma
Pa
mp
iU
aT
tan
ku
ra
es
es
w
La
te
lu
law
w
an
Ja
law
ma
Ma
Ja
lim
Su
Su
Su
Ka
Instrumen lapangan digunakan selama tim evaluasi teknik melakukan kunjungan lapangan
dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengisi jumlah perorangan atau per kepala ke-
luarga (KK) yang menggunakan fasilitas tersebut. Hitungan kepala keluarga (KK) dikalikan
dengan data Susenas (Survei Sosial-Ekonomi Nasional) 2010 yang mencantumkan jumlah
orang rata-rata per kepala keluarga di desa. Angka tersebut berkisar anatara 3,8 sampai 4,74
orang/KK (contoh: terendah di Lampung = 3,82; tertinggi di Maluku Utara = 4,74).
350
300
250
200
355
150
272
247 250
234
100 207
165 172
50 97
0
ah
t
rat
u
ra
rat
eh
rat
y
T
ara
a
a
g
luk
tr
pu
NT
tar
un
ng
Uta
Ba
Ac
un
Ba
Ba
iB
Ma
Pa
mp
Te
iU
Co
tan
ku
wa
ra
es
es
wa
La
te
lu
law
an
Ja
law
ma
Ma
Ja
lim
Su
Su
Su
Ka
86
Perlu dicatat bahwa angka rata-rata untuk Jawa Tengah dan Jawa Barat sudah dihilangkan
LAMPIRAN 10
dari grafik ini disebabkan perbedaan-perbedaan data yang muncul dari lapangan dan tidak
ada MCK yang diperiksa di Kalimantan Barat dan NTT (Nusa Tenggara Timur). Perhi-
tungan dan data yang mendukung perbandingan angka pengguna MCK akan diperiksa
sesegera mungkin untuk memverifikasi temuan tersebut.
Pendanaan yang paling besar untuk pengadaan fasilitas MCK berasal dari PNPM Mandiri
Perdesaan.
21%
6% 66% PNPM
BKPG
Respek
Lain-lain
Pendanaan dari program Respek menunjukkan proporsi yang besar dalam grafik ini karena
masyarakat Papua meminta fasilitas ini jauh lebih banyak dibandingan dengan provinsi
lain.
Grafik berikut menunjukkan 69% prasarana MCK mendapatkan nilai rata-rata atau lebih
baik dari segi fungsi dan penggunaannya. Kedua aspek ini digabungkan karena saling ber-
hubungan erat satu sama lain. Fungsi dinilai dari apakah prasarana tersebut masih beroperasi
seperti yang direncanakan awal. Jika benar, nilai rata-rata akan diberikan. Nilai tinggi untuk
aspek ini akan diberikan kepada prasarana yang telah dikembangkan atau ditambah man-
faatnya secara swadaya oleh masyarakat penggunanya. Upaya semacam ini menunjukkan ke-
percayaan yang kuat dalam kegiatan PNPM untuk membangkitkan kegiatan pembangunan
yang diprakarsai oleh masyarakat.
10%
29%
20%
Tinggi
Rata-rata
Rendah
Tidak Ada
40%
Tingkat kedua dari faktor ini (fungsi dan penggunaan MCK) membutuhkan informasi yang
lebih personal dan kontekstual yang dikumpulkan dari lapangan dan selanjutnya dinilai.
Anggota tim TE diminta untuk melakukan pengamatan dan menanyakan beberapa per-
tanyaan mengenai ketertarikan masyarakat pada prasarana tersebut dan antusiame pada
dampaknya pada aktivitas mereka sehari-hari. Permintaan kepada PNPM untuk menam-
bah nilai guna prasarana serta dukungan masyarakat dalam mekanisme perencanaan dan
88
konstruksi akan menghasilkan nilai tinggi. Nilai akhir adalah gabungan dari kedua unsur
LAMPIRAN 10
tersebut.
Diagram Fungsi dan Pemanfaatan (Gabungan Semua Jenis Prasarana di Semua Provinsi)
2%
8%
56%
34%
Tinggi
Rata-rata
Rendah
Tidak Ada
Seperti yang diperlihatkan pada grafik di atas, tingkat fungsi dan penggunaan prasarana
MCK berada cukup jauh di bawah nilai total untuk semua jenis prasarana (termasuk
MCK). Kebanyakan disebabkan masalah kurangnya pemeliharaan prasarana-prasarana
tersebut di hampir semua jenis prasarana yang diperiksa.
MCK 14 48 38
Tipe Sub-proyek 28 55 17
Catatan: Nilai pada semua jenis prasarana sudah termasuk nilai MCK. Nilai lebih tinggi akan didapat apabila nilai MCK
dihilangkan.
Hasil-hasil ini jelas menunjukkan bahwa upaya-upaya PNPM untuk memfasilitasi penye-
diaan MCK di perdesaan dapat ditingkatkan untuk menyamai kegiatan PNPM lainnya
dalam pengembangan bentuk-bentuk lain dari infrastruktur perdesaan. Sebagian besar
masalah desain/konstruksi MCK berhubungan dengan pekerjaan bawah tanah seperti
konstruksi septic tank yang buruk, drainase yang buruk di sekitar MCK, tidak adanya sum-
ber air, dll. Pemeliharaan yang buruk juga menjadi masalah di mana-mana, meskipun ter-
dapat anggapan bahwa masyarakat desa menganggap tidak ada untungnya memelihara
prasarana yang didesain dan dibangun dengan kualitas buruk sehingga akan menurunkan
kualitas fisik bangunan setelah bangunan itu selesai dibangun (sebagai akibat dari rendah
nya kualitas kran, pintu, dll).
Semua prasarana yang dievaluasi selama kegiatan ini mempunyai sejumlah aspek fisik,
operasional, dan lingkungan yang dinilai oleh pemeriksa. Aspek-aspek pada MCK yang
dinilai adalah tata letak, bangunan, septic tank/resapan, sumber air, pemeliharaan, dan
dampak lingkungan (environmental safeguards).
Masing-masing aspek untuk tiap unit prasarana dinilai dalam lima tingkatan yaitu
baik, agak kurang baik, di bawah spesifikasi teknis, tidak diinspeksi, atau tidak diaplikasi-
kan.
90
Penilaian pada aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAMPIRAN 10
Baik (sufficient) – diberikan jika aspek prasarana sudah memenuhi desain/operasional/
pemeliharaan/atau kriteria lingkungan yang dibutuhkan untuk jangka panjang dan ber-
guna bagi masyarakat.
Agak kurang baik (slightly below) – penilaian diberikan jika bangunan prasarana menun-
jukkan karakteristik tertentu yang dapat diperbaiki/ditingkatkan melalui desain/operasi/
pemeliharaan/atau kriteria lingkungan. Hal ini merupakan situasi di mana prasarana yang
dibangun sesuai dengan desain rencana yang sudah disetujui tetapi inspektor atau tim TE
merasa sesuatu bisa ditingkatkan di kemudian hari. Prasarana-prasarana yang mendapat
penilaian ini akan diberikan catatan atau komentar pada SIF yang menjelaskan situasi dan
hal-hal yang bisa diperbaiki.
Di bawah spesifikasi teknik (below specification) – penilaian diberikan jika prasarana yang
dibangun, (1) tidak dibangun sesuai yang direncanakan, atau (2) membahayakan penggu-
na/pemanfaat. Prasarana yang mendapatkan penilaian ini akan mendapatkan catatan khu-
sus yang ditulis di bagian ‘rekomendasi’ di kotak pojok kanan bawah lembar SIF. Kotak
ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian pada bagian prasarana yang salah supaya tidak
terulang kembali.
Tidak diinspeksi – penilaian diberikan jika terdapat kondisi khusus yang menyebabkan
tim TE tidak mungkin memeriksa aspek tertentu dari prasarana tersebut. Dalam hal ini,
tim TE akan mengajukan pertanyaan kepada tim lapangan di kecamatan untuk melakukan
verifikasi secara terperinci.
Tidak dilaksanakan – penilaian diberikan jika beberapa aspek tidak ada pada prasarana.
Contohnya, dinding penahan tanah yang diperiksa di bawah jenis prasarana ‘Jalan atau
Struktur’ tidak memunculkan aspek gorong-gorong, karena gorong-gorong tidak ada
dalam pembuatan dinding penahan tanah.
Hasil dari evaluasi lapangan ini dimasukkan ke dalam lembar kerja digital, yang memung-
kinkan peringkasan dan pembandingan data lebih cepat dan akurat. Seluruh lokasi prasa-
rana dikelompokkan sebagai terpencil , di antara, atau dekat jalan utama termasuk juga ta-
hun pembangunan, masyarakat pengguna, sumber dana, dll. Grafik-grafik berikut dibuat
berdasarkan data-data tersebut.
28% 31%
Baik
Diagram MCK dan Sumber Air Diagram MCK dan Septic Tank
12% 11%
36%
50%
38%
Baik
53%
Agak Kurang Baik
Di Bawah Spesifikasi Teknik
Pada aspek ‘Sumber Air’ dan ‘Septic Tank’, prasarana MCK dengan nilai baik mendapatkan
proporsi yang lebih rendah dan nilai di bawah spesifikasi teknis justru meningkat. Septic
tank yang merupakan bagian kecil dari insfrastruktur, secara terus-menerus dibangun de
92
ngan kurang benar. Bahkan terlalu sering, septic tank ditiadakan dalam proses pembangunan.
LAMPIRAN 10
Aliran air yang terkontaminasi dari struktur ini sering dialirkan ke permukaan tanah yang
berbatasan langsung dengan MCK. Hal ini tentu saja menimbulkan lingkungan yang sangat
tidak sehat, tidak nyaman, dan mengecilkan nilai dari prasarana itu sendiri.
Dua grafik terakhir menunjukkan nilai untuk MCK terkait dengan aspek ‘pemeli-
haraan’ dan ‘dampak lingkungan (environmental safeguards)’. Grafik tersebut menunjukkan
tren yang hampir sama yaitu kurang dari setengah prasarana menampilkan kualitas yang
diinginkan di fasilitas tersebut, khusunya pada aspek ‘pemeliharaan’.
26%
48%
Baik
45%
58%
Agak Kurang Baik
Di Bawah Spesifikasi Teknik
Pemeriksaan singkat terhadap kualitas teknik MCK ini dapat diperdalam melalui pengguna
an informasi-informasi lain yang dikumpulkan selama kegiatan evaluasi teknik berlang-
sung. Seperti yang telah disinggung di atas, tiap prasarana dikelompokkan menurut jarak
lokasi prasarana ke pusat kegiatan penduduk melalui akses jalan utama. Hal ini memung-
kinkan kami untuk menggali hipotesis bahwa jarak lokasi prasarana ke jalan utama ber-
dampak pada kualitas atau efisiensi biaya dari sebuah prasarana. Kualitas teknis prasarana
yang mendapatkan nilai baik atau lebih, mungkin berada di lokasi cukup dekat dengan
jalan utama. Tim TE tidak mempunyai cukup waktu untuk memeriksa keseluruhan ma-
salah ini secara lebih detail. Beberapa pekerjaan awal kami mengenai hal ini menegaskan
bahwa kedekatan pada jalan utama tidak menjamin nilai yang lebih baik, tetapi pekerjaan
tambahan perlu dilakukan untuk mempelajari hal ini dan lainnya yang terkait dengan ma-
salah ini lebih detail.
Tim TE mengumpulkan informasi biaya untuk semua jenis prasarana dari dokumen-do-
kumen di kecamatan. Informasi ini kemudian dikumpulkan di Jakarta dan dimasukkan ke
database yang ada di PSF. Beberapa analisis awal telah dilakukan terhadap informasi ini,
yang terdapat di laporan akhir TE Lampiran 6: Database Biaya. Analisis dilakukan pada
sembilan provinsi pertama dan belum dilakukan penyesuaian untuk 12 provinsi.
Untuk sembilan provinsi, rata-rata biaya pembangunan satu unit MCK adalah seki-
tar Rp 1.040.000,-/m². Sedangkan prasarana yang sama tetapi dibangun melalui progam
pemerintah, biayanya sekitar Rp 1.672.500,-/m². Informasi ini menunjukkan bahwa biaya
pembangunan MCK di PNPM rata-rata 38% lebih murah daripada yang dibiayai oleh
anggaran pemerintah.
Instrumen lapangan tidak berisi ketentuan untuk memasukkan nilai swadaya ma-
syarakat untuk masing-masing jenis prasarana. Menambahkan ketentuan ini dapat di-
pertimbangkan sebagai instrumen lapangan dalam evaluasi teknik di masa depan. Tim
pemeriksa bahkan mengambil beberapa gambar papan proyek yang ada. Papan proyek
ini umumnya berisi informasi yang terkait dengan tingkat swadaya masyarakat terhadap
biaya proyek, sehingga pemeriksaan database foto kemungkinan mengandung informasi
ini. Jika waktu mengizinkan, kami akan meninjau ulang dan melaporkan hasilnya untuk
prasarana MCK yang dievaluasi.
Prasarana air bersih mencakup sekitar 10% dari prasarana-prasaran PNPM selama tahun
2007 – 2011. Prasarana ini melibatkan teknik dan metode yang berbeda dan cukup luas,
dari air hujan yang dikumpulkan kemudian dialirkan melalui lubang buangan, sampai de
ngan sumber mata air pengunungan yang dialirakan melalui sistem gravitasi atau pompa
listrik ke bak-bak penampung di desa, semuanya disajikan dengan baik.
94
Diagram Air Bersih (Jumlah Prasarana di Tiap Provinsi)
LAMPIRAN 10
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
va
u
tan
va
i
a
u
i
g
es
es
luk
ter
pu
luk
NT
un
Ja
Ja
Ac
an
law
law
ma
Ma
Pa
mp
Ma
al
lim
st
Su
ntr
Su
Su
We
La
rth
Ka
Ce
st
rth
st
No
We
st
We
No
We
Jumlah PNPM
Provinsi BKPG RESPEK Other
Prasarana Perdesaan
Jawa Tengah 8 8 0 0 0
Kalimantan Barat 13 13 0 0 1
Sulawesi Barat 4 4 0 0 0
NTT 18 15 0 0 3
Sumatera Barat 6 5 0 0 1
Jawa Barat 7 7 0 0 0
Maluku Utara 10 10 0 0 0
Maluku 10 9 0 0 2
Aceh 14 5 8 0 1
Lampung 17 15 0 0 3
Sulawesi Utara 25 23 0 0 0
Papua 42 22 0 20 0
Total 175 136 8 20 11
Grafik berikut menunjukkan bahwa 82% prasarana air bersih PNPM dievaluasi dengan
nilai rata-rata atau lebih baik terkait dengan fungsi dan penggunaannya. Proporsi nilai
yang tinggi untuk prasarana ini disebabkan persepsi pengguna bahwa air bersih sangat
penting bagi komunitas mereka dan vital untuk kepentingan pribadi dalam menghemat
waktu dan energi.
Kesadaran yang ada pada sebagian anggota masyarakat akan pentingnya sistem air
ini dapat digunakan untuk memperluas integritas teknis dari sistem tersebut. Pelatihan tim
operasional dan pemeliharaan harus ditingkatkan, juga termasuk menyediakan instruksi
tertulis sederhana tentang masalah umum yang berhubungan dengan sistem pengadaan
air bersih dan metode untuk mengatasi masalah-masalah itu.
10%
8%
14% Tinggi
68%
Rata-rata
Rendah
Tidak Ada
Kembali lagi, kualitas sistem prasarana air bersih diketahui rendah, hanya 66% prasa-
rana yang diperiksa mendapatkan nilai rata-rata atau lebih baik. Banyak prasarana yang
dievaluasi di lapangan menunjukkan tidak ada fasilitator senior dan berpengalaman yang
memeriksa atau mensupervisi desain-desain. Survei-survei awal tidak dilakukan di banyak
96
kasus dan kurangnya pemahaman hidraulika sederhana dalam membangun prasarana ini
LAMPIRAN 10
menjadi bukti ketiadaan fasilitator dalam proses pembangunannya. Tindakan PNPM saat
ini dengan mengirimkan para spesialis di kabupaten atau provinsi diharapkan akan mem-
berikan manfaat yang besar dan memperbaiki situasi ini.
Catatan: Nilai ‘semua jenis prasarana’ termasuk nilai ‘prasarana air bersih’. Nilai yang lebih tinggi lagi dapat diraih apabila
nilai ‘prasarana air bersih’ dihilangkan.
Dua grafik berikut menggambarkan jumlah total pengguna prasarana yang dievaluasi, juga
rata-rata jumlah pemakai sistem air bersih ini.
Diagram Total Pengguna Air Bersih
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
h
t
t
u
a
t
eh
t
T
ara
a
ra
a
g
ga
ara
ara
luk
tar
pu
NT
tar
un
Ba
Ac
en
si B
uU
aB
Ma
aB
Pa
mp
iU
aT
tan
es
luk
w
we
ter
La
w
an
Ja
law
ma
Ma
la
Ja
lim
Su
Su
Su
Ka
1000
800
600
400
200
0
h
t
rat
u
a
rat
eh
t
T
ara
a
a
g
ga
ara
luk
tar
pu
NT
tar
un
Ba
Ac
Ba
n
iB
uU
Ma
aB
Pa
mp
Te
iU
tan
wa
es
es
luk
wa
ter
La
law
an
Ja
law
ma
Ma
Ja
lim
Su
Su
Su
Ka
Dua grafik tambahan mengenai biaya rata-rata tiap prasarana dan biaya rata-rata tiap pe-
makai dapat dilihat pada file Excel terlampir atau melalui website PSF, berjudul Water Supply
Analysis.
Sama dengan yang disinggung di atas, analisis dan grafik tambahan dari beberapa aspek
teknis air bersih disediakan di lembar kerja (Excel) yaitu ‘Water Supply Analysis’. Perban
dingan temuan-temuan untuk sumber air, desain dan instalasi, jaringan pelayanan, peme-
liharaan, dan dampak lingkungan diperiksa dalam evaluasi ini.
Analisis tambahan dapat dilakukan terhadap masalah-masalah tersebut. Pemeriksaan
hasil evaluasi teknik terhadap tren sepanjang beberapa tahun juga dimungkinkan, demiki-
an juga untuk perbedaaan-perbedaan kualitas prasarana karena tingkat keterpencilan suatu
prasarana.
98