Anda di halaman 1dari 27

ASPEK HIDROLOGI

Analisis Hidrologi
• Rencana Induk atau sistem drainase perkotaan
→ memerlukan informasi banyaknya air yang
akan dikumpulkan dan dibawa ke area
pembuangan atau genangan/ badan air
• Bila informasi tsb. belum diketahui → perlu
diestimasi dengan analisis Hidrologi.
• Selain klimatologi (hujan serta aspek-aspek
hidrologi lain), yang mempengaruhi besarnya
aliran air adalah aspek-aspek yang
menggambarkan kondisi permukaan lahan:
Topografi dan Situasi, Tata guna Lahan dan
Tipe Tanah.
Kecukupan Jumlah Penakar Hujan

Jumlah penakar hujan pada suatu daerah yang diwakili


Luas (km2) Jumlah Stasiun Penakar Hujan
26 2

260 6

1300 12

2600 15

5200 20

7800 40

Sumber: Wilson, Engineering Hydrology, Mecmilan, 1974


hal.17
Kecukupan Jumlah Penakar Hujan (lanjutan)

• Jika prosentase kesalahan hujan rata-rata sudah


ditentukan, maka kecukupan jumlah penakar
hujan dapat ditentukan
a) Hitung total hujan untuk n penakar hujan (stasiun) :

b) Hitung rata – rata aritmatik hujan di daerah aliran :

c) Hitung jumlah dari kuadrat untuk n data hujan :

d) Hitung variannya :
e) Hitung koefisien variasinya :

f) Jumlah penakar hujan yang optimum N yang diperlukan


untuk memperkirakan hujan rata – rata dengan prosentase
kesalahan (p) adalah :

g) Jumlah penakar hujan yang harus ditambahkan adalah : N – n


Contoh:
Dalam suatu daerah aliran terdapat empat stasiun
penakar hujan dengan data hujan normal tahunan
sebagai berikut: 850, 600,480,420.
Hitung jumlah stasiun penakar hujan yang harus
ditambahkan dengan batas kesalahan untuk hujan
rata-rata daerah aliran adalah 12%
Penyelesaian :

Jadi jumlah stasiun penakar hujan yang harus ditambahkan di


daerah aliran adalah : 7 – 4 = 3
Data Curah Hujan
• Curah hujan adalah data hidrologi yang paling
penting sebelum dimulai perencanaan drainase
perkotaan
• Data curah hujan ada beberapa macam:
– curah hujan harian, bulanan, tahunan dan
data curah hujan periode pendek, misalnya
5,10,15,30 sampai 60 menit
• Data curah hujan periode pendek ini yang
diperlukan untuk perencanaan drainase
perkotaan
• Data curah hujan harian dan bulanan tidak dapat
digunakan untuk perencanaan, kecuali bila tidak
diperoleh data curah hujan periode pendek. Dapat
dikumpulkan data curah hujan harian untuk
kemudian didistribusi menjadi jam-jaman atau
periode yang lebih kecil dengan menggunakan
pendekatan empiris.
• Data yang direcord bisa berupa data tinggi hujan
(mm) atau intensitas hujan (mm/jam). Intensitas
hujan  kelebatan hujan
• Kriteria hujan
– Hujan gerimis  tetesan atau R< 2,5 mm/jam
– Hujan sedang  2,5 mm/jam s.d 7,5 mm/jam
– Hujan lebat  > 7,5 mm/jam
Periode Ulang Hujan Rencana
• Tinggi hujan rencana (tertentu) digunakan sebagai
dasar untuk merencanakan suatu bangunan air atau
proyek-2 PSDA dan sebagai dasar untuk menentukan
dimensinya.
• Pengambilan keputusan tentang besarnya hujan
rencana (PUH) yang dipilih berdasarkan besarnya
probabilitas kegagalan atau keandalan dari desain
bangunan yang ditentukan atas :
– Pertimbangan sosial  dengan menentukan besar
resiko kegagalan yang diijinkan atau periode ulang
yang diharapkan/diijinkan.
– Pertimbangan ekonomi  dengan
memperhitungkan biaya pembangunan dan biaya
pemeliharaan yang tersedia
Pedoman pengendalian banjir (Dirjen Pengairan
DPU th 1996)
• Kerugian yg ditimbulkan oleh genangan dinilai
berdasar 5 hal:
- kepemilikan pribadi
- ekonomi (industri,perdagangan, perkantoran,
perumahan, pertanian,non produktif)
- fasilitas sosial, pemerintahan
- jaringan transportasi
- kepemilikan perumahan
• Penilaian parameter genangan (kedalaman,luas,lama,
frekwensi)
Kriteria Desain Debit Banjir Rencana

Sistem Hidrolika Periode Ulang, [Tahun]

Sistem drainase banjir minor (saluran kecil, 2 – 10


pipa, inlet, kolam pengumpul, dsb.)

Sistem drainase major 10 – 50

Gorong-gorong dibawah jalan lintas, sebagai 10 – 50


bagian dari saluran minor

Gorong-gorong dibawah jalan lintas, sebagai 25 – 100


bagian dari saluran major
Jembatan 10 – 50

Kolam retensi/detensi dalam suatu lingkungan 100 – PMF (Probable Maximum Flood)
hunian
Dataran banjir pada saluran minor 10 – 100
Dataran banjir pada saluran Major 100 - ….

Sumber : Tim Penyusun Buku Ajar Magister (Dep. PU KIMPRASWIL)


Tabel 2.1.11.Periode Ulang Hujan (PUH) untuk perencanaan
saluran kota dan bangunan-bangunannya

No Distribusi Puh (tahun)


1 Saluran Mikro Pada Daerah :
- Lahan rumah, taman, kebun, kuburan, lahan tak terbangun 2

- Kesibukan dan perkantoran 5


- Perindustrian :
* Ringan 5
* Menengah 10
* Berat 25
* Super berat/proteksi negara 50
2 Saluran Tersier :
- Resiko kecil 2
- Resiko besar 5
3 Saluran Sekunder :
- Tanda resiko 2
- Resiko kecil 5
- Resiko besar 10
4 Saluran Primer (Induk) :
- Tanda resiko 5
- Resiko kecil 10
- Resiko besar 25
Atau :
- Luas DAS (25 - 50) Ha 5
- Luas DAS (50 - 100) Ha (5-10)
- Luas DAS (100 - 1300) Ha (10-25)
- Luas DAS (1300 A 6500) Ha (25-50)
5 Pengendali Banjir Makro 100
6 Gorong-gorong :
- Jalan raya biasa 10
- Jalan by pass 25
- Jalan ways 50
7 Saluran Tepian :
- Jalan raya biasa (5-10)
- Jalan by pass (10-25)
- Jalan ways (25-50)

Catatan : Dikategorikan sebagai resiko besar, apabila pada hujan periode ulang setingkat di
bawahnya menimbulkan genangan yang merugikan.
Definisi
PUH atau frekwensi hujan adalah kemungkinan
terjadi hujan atau dilampauinya suatu tinggi hujan
tertentu dalam masa/periode tertentu pula

Kemungkinan tinggi hujan tersebut sama atau


terlampaui setiap tahun adalah
(1/periode)x 100%.
Contoh:
• Hujan dengan tinggi tertentu disamai atau dilampaui 5x
dalam pengamatan data selama 50 tahun  tinggi hujan
tersebut rata-rata mempunyai frekwensi atau periode ulang
1x dalam 10 tahun. Bukan berarti setiap 10 tahun sekali
akan terjadi tinggi hujan yg sama atau dilampaui, tetapi
rata-rata dalam 50 th terjadi 5x peristiwa disamai atau
dilampaui.

• Tinggi hujan yang terjadi dengan PUH 5 tahunan adalah


100 mm, artinya setiap tahun kemungkinan/ probabilitas
terjadi tinggi hujan =/>100 mm adalah (1/5)100% = 20%
P

KEMUNGKINAN KEJADIAN (p)

• Kemungkinan suatu kejadian yg besarnya disamai atau


dilampaui dalam peristiwa hidrologi dapat dinyatakan
dalam perrsamaan.
p = 1/T ………………………………(1)
• Peristiwa tidak disamai atau tidak dilampaui
p’ = 1 – p
dimana:
p = peristiwa disamai atau dilampaui
p’= peristiwa tidak disamai atau tidak dilampaui
T = masa ulang.
• Bila P (X < x)  kemungkinan suatu harga x tidak akan
disamai atau tidak dilampaui dlm suatu peiode ttt, maka
p(X < x)n  kemungkinan suatu harga x tidak akan
disamai atau tidak dilampaui dlm n peiode (tahun)
• Rumus untuk independent series dan dari hukum
“ multiple probability” (M. Sholeh, 1985)

p(X > x)n = 1 – (1 – 1/T)n


Contoh:

1. Untuk p (X > x) dimana x adalah harga dari suatu


banjir yg mempunyai masa ulang 20 tahun (Q20 ) akan
terjadi dalam periode 3 tahun, maka:

P (X > Q20)3 = 1 – (1 – 1/20)3


= 1 – (0,95) 3
= 1 – 0,857
= 0,143 atau 14,3 %
2. Untuk kans 1 % dari banjir 200 tahunan maka akan
terjadi berapa tahun mendatang ?
0,01 = 1 – (1 – 1/200)n
n = 2  2 th mendatang banjir 200 tahunan akan
terjadi dengan kans 1%
Melengkapi data hujan yang hilang

• Dilakukan perkiraan dengan menggunakan data


hujan dari stasiun pengukuran terdekat
• Cara Rata-rata Aritmatik:
Bila selisih antara tinggi hujan rata-2 tahunannya
untuk stasiun yang datanya hilang dengan stasiun
yang datanya komplit (stasiun index) < 10%,
maka data yang hilang dapat diambil dari harga
rata2 hitung dari data tempat terdekat dan
dianjurkan paling sedikit dua stasiun pembanding
Misal:
x adalah stasiun yg datanya hilang, dan A, B, C
adalah stasiun index. Maka besarnya data yg harus
diisikan untuk melengkapi data pada stasiun x
adalah:
Rx = 1/3 (RA +RB + RC)

Dimana: Rx = tinggi hujan yg diisikan untuk melengkapi


data stasiun x
RA, RB,RC = tinggi hujan pada stasiun A,B dan
C
• Cara Rasio Normal
Bila selisih hujan rata-rata tahunannya untuk
stasiun yg datanya hilang dengan stasiun index
> 10%, maka besarnya data yg harus diisikan
untuk melengkapi data pada stasiun x adalah:

Rx = 1/3 [(Nx/NA).RA + (Nx/NB).RB +


(Nx/NC).RC ]

Dimana: Nx = tinggi hujan rata-rata tahunan stasiun x


NA,NB,NC = tinggi hujan rata-rata tahunan
stasiun A, B dan C
• Cara Korelasi
yaitu dengan menggambarkan garis korelasi
antara curah hujan pada stasiun yang datanya
hilang dengan stasiun pembanding pada
periode (tahun) yang sama
R stasiun yang hilang (mm)

R stasiun pembanding
/index(mm)
Contoh soal
Hujan normal tahunan pada stasiun A, B, C
dan D pada suatu DAS adalah: 80,97; 67,59;
76,28 dan 92,01 mm. Pada tahun 1985,
stasiun D rusak dan tidak dapat beroperasi,
sedangkan data hujan yang tercatat di stasiun
A, B dan C adalah 91,11; 72,23; 79,89 mm.
Perkirakan data hujan di stasiun D pada tahun
1985 tersebut
Penyelesaian
Selisih hujan normal tahunan:
= 92,01 mm – 67,59 mm = 24,42 mm
= 24,42/ 92,01 = 0,27 (>10%)
Menggunakan metode rasio normal
Rd = (92,01/3)[(91,11/80,97) + (72,23/67,59)
+ (79,89/76,28)]
= 99,41 mm
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai