Dian Indrawati,S.T.,M.T.
PERANCANGAN DRAINASE 2
JARINGAN PEMBUANG
Perencanaan ini hanya akan membahas jaringan pembuang air
sawah dengan tanaman padi.
Pembuangan untuk tanaman lain dilakukan dengan sarana khusus
di dalam petak tersier misalnya menggunakan metode penyiapan
lahan pada punggung medan.
Jika tanaman selain padi ditanam dalam skala besar, maka
sebaiknya dipikirkan untuk membuat jaringan pembuang seperti
yang dipakai tanaman padi.
Pembuangan pada daerah datar atau daerah pasang surut, sangat
bergantung kepada muka air di saluran hilir. Pintu otomatis dapat
digunakan untuk mencegah air di hilir tidak masuk ke saluran
pembuang.
PERANCANGAN DRAINASE 3
KAPASITAS SALURAN PEMBUANG
Kelebihan air di dalam petak tersier bisa disebabkan oleh:
1) Hujan lebat
2) Kelebihan air irigasi atau buangan dari jaringan primer/sekunder
3) Rembesan atau kelebihan air irigasi di dalam petak tersier.
Kapasitas jaringan pembuang yang ekonomis ditentukan oleh
perbandingan antara berkurangnya hasil panenan yang diharapkan
akibat terdapatnya air yang berlebihan, serta biaya pelaksanaan
dan pemeliharaan saluran pembuang.
Jumlah kelebihan air yang harus dikeringkan per petak disebut
modulus pembuang atau koefisien pembuang.
PERANCANGAN DRAINASE 4
MODULUS PEMBUANG
Modulus Pembuang atau Modulus Drainase bergantung pada :
1. Curah hujan selama periode tertentu
2. Pemberian air irigasi pada waktu itu
3. Kebutuhan air tanaman
4. Perkolasi tanah
5. Tampungan di sawah -sawah selama atau pada akhir periode yang
bersangkutan
6. Luasnya daerah
7. Sumber – sumber kelebihan air yang lain.
PERANCANGAN DRAINASE 5
MODULUS PEMBUANG PADI
Besarnya nilai limpasan permukaan untuk sebuah petak dapat dinyatakan
sebagai berikut:
D(n) = R(n)T + n (I – ET – P) – S
dimana :
n = jumlah hari berturut – turut
D(n) = modulus/debit pembuang permukaan selama n hari, mm
R(n)T = curah bujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun, mm
I = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
S = tampungan tambahan, mm.
PERANCANGAN DRAINASE 6
MODULUS PEMBUANG PADI
Komponen Modulus Pembuang dapat dinyatakan sebagai berikut :
A. Dataran Rendah
Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi dihentikan
Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi
diteruskan
Tampungan tambahan di sawah pada 150 mm lapisan air maksimum,
tampungan tambahan S pada akhir hari-hari berturutan n diambil
maksimum 50 mm
Perkolasi P sama dengan nol
B. Daerah Terjal
Seperti untuk kondisi dataran rendah tetapi dengan perkolasi P sama
dengan 3 mm/hari.
PERANCANGAN DRAINASE 7
MODULUS PEMBUANG PADI
B. Daerah Terjal
Untuk daerah dengan luas ≤400 ha, pembuang air per petak diambil
konstan. Pada daerah yang lebih besar, digunakan harga
pembuang yang lebih kecil per petak sesuai gambar
Faktor pengurangan luas yang dibuang airnya 1,62 A0,92 diambil dari
Gambar 6.2 yang digunakan untuk daerah tanaman padi di Jawa
dan juga dapat digunakan di seluruh Indonesia
PERANCANGAN DRAINASE 8
MODULUS PEMBUANG PADI
C. Daerah Kering
Pada daerah kering dengan ketersediaan air terbatas maka dapat
diterapkan budaya tanam padi dengan pola intensif atau pola kering
yaitu sistem SRI, dimana tidak dilakukan penggenangan air pada
kisaran 5 sampai 15 cm.
Hal ini menyebabkan petani akan membuka galengan selama
musim hujan yang akan meningkatkan modulus pembuang
mempunyai nilai lebih besar sehingga diperlukan penelitian lebih
lanjut.
PERANCANGAN DRAINASE 9
MODULUS PEMBUANG RENCANA PADI
Modulus pembuang rencana dipilih curah hujan 3 hari dengan periode
ulang 5 tahun dan dihitung sbb:
D3
Dm
3 8,64
dimana :
Dm = modulus pembuang, l/s.Ha
D(3) = limpasan pembuang permukaan selama 3 hari, mm
1 mm/hari = 1/8,64 l/s.ha
PERANCANGAN DRAINASE 10
DEBIT PEMBUANG RENCANA PADI
Debit pembuang rencana dari sawah dihitung sebagai berikut :
Qd = 1,62 Dm A0,92
Dimana :
Qd = debit pembuang rencana, l/dt
Dm = modulus pembuang, l/dt.ha
A = luar daerah yang dibuang airnya, ha
PERANCANGAN DRAINASE 11
DEBIT PUNCAK RENCANA
TANAMAN NON-PADI
Debit pembuang rencana untuk daerah ≤100 km2 dihitung dengan
rumus “Der Weduwen” :
Qd = α β q A
dimana :
Qd = debit puncak, m3/s
α = koefisien limpasan air hujan (run off)
β = koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = curah hujan, m3/s.km2
A = luas aeral yang dibuang airnya, km2
PERANCANGAN DRAINASE 12
DEBIT PUNCAK
PERANCANGAN DRAINASE 13
DEBIT PEMBUANG RENCANA
TANAMAN NON-PADI
Debit rencana didefinisikan sebagai volume limpasan air hujan dalam
waktu sehari dari suatu daerah akibat curah hujan sehari di daerah
tersebut.
Air hujan yang tidak tertahan atau merembes dalam waktu satu hari,
diasumsikan mengalir dalam waktu satu hari. Kondisi ini membuat
nilai debit rencana yang konstan
Debit rencana dihitung sebagai berikut (USBR, 1973)
Qd = 0,116 α R(1)5 A0,92
dimana :
Qd = debit rencana, L/s
α = koefisien limpasan air hujan (lihat Tabel)
R(1)5 = curah hujan sehari, m dengan kemungkinan terpenuhi 20%
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha
PERANCANGAN DRAINASE 14
DEBIT RENCANA
Koefisien Limpasan ditentukan berdasarkan tabel berikut:
Kelompok hidrologis tanah
Penutup tanah
C D
Hutan lebat 0,60 0,70
Hutan tidak lebat 0,65 0,75
Tanaman Ladang (daerah terjal) 0,75 0,80
PERANCANGAN DRAINASE 16
DIMENSI SALURAN PEMBUANG
Untuk perencanaan dimensi saluran pembuang, diterapkan rumus
Strickler (Manning):
v = k R2/3 I1/2
dimana :
v = kecepatan aliran, m/dt
k = koefisien kekasaran strickler, m1/3/dt
R = jari – jari hidrolis, m
I = kemiringan energi
PERANCANGAN DRAINASE 17
KECEPATAN MAKSIMUM
Penentuan kecepatan maksimum sama dengan untuk saluran irigasi:
vmaks = vb x A x B x C x D
PERANCANGAN DRAINASE 19
KECEPATAN MINIMUM
Batas bawah kecepatan air dalam saluran pembuang
disesuaikan dengan kandungan sedimen, sehingga tidak
terjadi akumulasi pengendapan yang dapat menyebabkan
pendangkalan.
Batas kecepatan bawah yg diizinkan adalah 0,3 m/s.
PERANCANGAN DRAINASE 20
KEMIRINGAN TALUD
Kemiringan talud saluran pembuang ditentukan sbb:
Kedalaman galian, D (m) Kemiringan talud (1H:mV)
D ≤ 1,0 1,0
1,0 ≤ D ≤ 2,0 1,5
D ≥ 2,0 2,0
PERANCANGAN DRAINASE 21
JARI-JARI LENGKUNG
Jari-jari lengkung saluran pembuang ditentukan sbb:
Q rencana (m3/s) Jari-jari minimum (m)
Q≤5 3 x lebar dasar
5 ≤ Q ≤ 7,5 4 x lebar dasar
7,5 ≤ Q ≤ 10 5 x lebar dasar
10 ≤ Q ≤ 15 6 x lebar dasar
Q ≥ 15 7 x lebar dasar
PERANCANGAN DRAINASE 22
TINGGI JAGAAN
Menurut USBR, tinggi jagaan saluran pembuang ditentukan sbb:
PERANCANGAN DRAINASE 23
POTONGAN MELINTANG
Saluran Pembuang tanpa perlindungan banjir
PERANCANGAN DRAINASE 24
POTONGAN MELINTANG
Saluran Pembuang dengan perlindungan banjir
PERANCANGAN DRAINASE 25
SOAL LATIHAN
Suatu daerah irigasi terdiri atas lahan sawah seluas 800 ha dan ladang
seluas 250 ha dengan jenis tanah masuk kelompok C. Diketahui hujan
rencana 1 hari periode ulang 5 tahun, R(1)5 adalah 267,6 mm dan
curah hujan 3 hari berturutan dengan periode ulang 5 tahun, R(3)5
adalah 405,6 mm, P = IR = 0, S = 50 mm, dan ET = 4 mm/hari.
a. Hitung debit pembuang untuk sawah dan untuk ladang (gunakan
rumus USBR 1973) tersebut di atas.
b. Pembuangan untuk kedua daerah tersebut direncanakan
menggunakan satu saluran dari tanah. Kemiringan daerah yang
tersedia adalah 0,0005. Rencanakanlah dimensi dari saluran
pembuang tersebut sesuai ketentuan perencanaan saluran
pembuang.
PERANCANGAN DRAINASE 26