Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pendidikan Perspektif Antropologi

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Tri Wibowo, M.Pd.I.

Disusun Oleh :

1. Stalisa Inayati 1917402183


2. Ulfia Nurrul Fauza 1917402220
3. Defiana Anggereani 1917402236
4. Siti Nur Syahbania 1917402253

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tipe-tipe sistem pendidikan di masyarakat?
2. Bagaimana sistem pendidikan di masyarakat modern?
3. Bagaimana analisis sosio-antropologis sistem pendidikan modern?
4. Bagaimana perkembangan pendidikan di masyarakat dunia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tipe-tipe sistem pendidikan di masyarakat.
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan di masyarakat modern.
3. Untuk mengetahui analisis sosio-antropologis sistem pendidikan modern.
4. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan di masyarakat dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tipe-tipe Sistem Pendidikan di Masyarakat


Randall Collin (1977) mengemukakan tiga tipe dasar pendidikan yang di temukan
di seluruh masyarakat dunia, yaitu (1) pendidikan keterampilan praktis, (2) pendidikan
keanggotaan kelompok status, (3) pendidikan birokratis, sebagai berikut :
1. Pendidikan Ketrampilan Praktis
Pendidikan keterampilan praktis dirancang untuk memberikan keterampilan
dan kemampuan teknis tertentu yang dipandang penting dalam melakukan kegiatan-
kegiatan pekerjaan lain. Pendidikan ini didasarkan pada bentuk pengajaran guru-
magang (master-apprentice). Pada hakikatnya, jenis pendidikan ini merupakan satu-
satunya sistem pendidikan pada masyarakat primitif, tetapi diumpai pula dalam
masyarakat agraris dan-sampai tingkat tertentu-ditemukan dalam masyarakat
industri modern.
Pada masyarakat primitif, pertukangan, seperti pekerjaan mengelola logam dan
lain-lain, pada umunya dipelajari melaui pemagangan. Dalam peradaban agraris,
pemagangan juga merupakan basis untuk mengalihkan peranan-peranan pekerjaan
seperti dokter,insiyur konstruksi dan arsitek. Salah satu keterampilan penting
masyarakat primitif yang diajarkan secara formal ialah baca-tulis (literacy). Latihan
baca-tulis formal telah dimulai di Mesopotamia kuno dan Mesir. Pada waktu itu
telah dibangun sekolah-sekolah khusus untuk melatih anak-anak karier sebagai
penulis.
Pendidikan keterampilan-praktis menarik perhatian karena beragam ritual yang
khas pada pendidikan birokratis dan tidak ada kelompok status. Disini, tidak
diperlukan pengawasa, ujian satu-satunya yang layak untuk keefektifan tipe
pendidikan ini ialah keberhasilan dalam praktik.
2. Pendidikan Kelompok Status
Pendidikan kelompok status bersifat seremonial, estetik, dan terlepas dari
kegiatan-kegiatan praktis. Ritualnya jarang mempunyai peringkat yang dramatis di
dalam kelompok. Tidak ada kenaikan kelas, uji kompetitif, dan kenaikan drajat.
Perbedaan utama adalah di antara orang-dalam dan orang-luar., bukan diantara
anggota-anggota kelompok. Sering tidak diperlukan pengawas formal. Tidak adanya

2
derajat formal mencerminkan kenyataan bahwa pencapaian kebudayaan kelompok
status merupakan tujuan pendidikan.1
3. Pendidikan Birokrasi
Pendidikan birokrasi diciptakan oleh pemerintah untuk dua tujuan. Pertama,
sebagai alat seleksi untuk merekrut orang-orang untuk mengisi posisi di
pemerintahan. Kedua, sebagai cara menyosialisasikan dan mendisiplinkan massa
agar memenagkan tuntukan politik mereka. Tipe pendidikan ini pada umumnya
memberikan penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat, dan derajat.
Pendidikan birokrasi bersifat umum di berbagai peradaban besar, khusunya
pada peradaban yang memiliki birokrasi yang sempurna. Inti sistem pendidikan ini
adalah sistem ujian. Ujian-ujian yang ketat harus dilewati agar individu-individu
individu-individu itu dapat memasuki posisi-posisi penting dalam birokrasi
pemerintahan. Semakin tinggi suatu posisi, semakin rumit rangkaian ujian yang
harus ditempuh oleh seorang calon. Biasanya hanya sebagian kecil dari calon-calon
sarjana yang lulus pada setiap ujian. Pendidikan birokratis juga telah menjadi ciri
khas masyarakat yang lebih kontemporer. Collins (1977: 19) menyebutkan bahwa
perkembangan sistem sekolah modern timbul dari adanya konsolidasi negara-negara
birokrasi Eropa yang kuat dan tidak tergantung pada gereja katolik. Sistem-sistem
sekolah sekuler itu mengajar dalam bahasa nasional, bukannya dalam bahasa Latin
gereja Panefora. Negara Prusia yang birokratis secara ketat dan e2kspansif secara
militer memimpin jalan, pada abad ke-17, dalam membangun sekolah umum pada
tingkat dasar dan universitas serta mengangkat pejabat-pejabat negara yang berasal
dari lulusan universitas.
Tipe-tipe pendidikan berbeda diatas sering ada di dalam masyarakat yang
sama. Masyarakat agraris misalnya, menggabungkan ketiga tipe itu, meskipun ada
tipe yang diberi penekanan lebih dari yang tipe lainnya. Masyarakat industri modern
mempunyai sistem pendidikan yang merupakan kombinasi pendidikan kelompok
status dan birokrasi, dengan prioritas pendidikan birokrasi.
B. Sistem Pendidikan di Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa
kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut

1
Mahmud dan Ija Suntana, Antropologi Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), hlm. 114
2
Mahmud dan Ija Suntana, Antropologi Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), hlm. 116

3
masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat
modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan munculnya perubahan
dalam masyarakat Masyarakat modern dalam lingkungan kebudayan ditandai dengan
perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi untuk menghadapi keadaan sekitarnya.
Dalam masyarakat modern segala sesuatu diusahakan atau dikerjakan dengan
sungguh-sungguh serta rasional sehingga menyebabkan selalu timbul pertanyaan
dalam masyarakat apakah kegunaan sesuatu bagi usaha menguasai lingkungan
sekitarnya. Akibat dari kehidupan tersebut, maka akan timbul sikap dalam masyarakat
modern, diantaranya :
1) Terlalu percaya dengan peralatan dan teknik yang berjalan secara mekanis
sebagai satu hasil pemikiran manusia (Ilmu pengetahuan). Dalam hal ini
masyarakat tergolong dalam paham positivism.
2) Berbuat dan bertindak sesuai dengan rencana yang terperinci sehingga tidak
jarang manusia dikendalikan oleh rencana yang disusunnya.
3) Timbul rasa kehilangan orientasi dan jati diri yang dapat melemahkan kehidupan
batin dan keagamaan.
Tanpa disadari masyarakat modern semakin tergantung pada alat dan teknologi
yang diciptakan untuk menguasai dunia sekitarnya. Tidak jarang mereka kehilangan
identitas karena sudah dikuasai oleh mekanisme yang mereka ciptakan sehingga
mereka hidup tanpa jiwa dan tanpa kekuasaan. Dalam masyarakat modern (komplek –
penduduk rapat) kompleksitas dan kerapatan penduduk yang tinggi membuat mereka
kurang sensitif terhadap emosional mereka apalagi masalah keagamaan mereka.
Mereka cenderung ragu-ragu dalam memilih kepercayaan. Hal fundamental dalam
masyarakat modern adalah kepercayaan akan kemajuan ilmu pengetahuan. Bagi
mereka, masa depan bersifat terbuka. Mereka percaya bahwa kondisi kemanusiaan,
fisik, spiritual dapat diperbaiki dengan penggunaan sains dan teknologi. Beberapa
akibat dari kehidupan masyarakat modern adalah mereka terasing secara kehidupan
sosial yang disebabkan oleh pertumbuhan urbanisme yang mendorong mobilitas dan
melemahkan ikatan-ikatan kekeluargaan.3
Sistem pendidikan industri modern muncul pada abad ke-19, Ada dua tipe
pendidikan modern yang relatif memiliki perbedaan mencolok waktu itu. Pertama,
diseluruh Eropa barat berkembang sistem-sistem pendidikan yang dikenal dengan
3
Imran Manan, Anthropologi Pendidikan (Suatu Pengantar), (Jakarta:Depdikbud, 1989), hlm. 57.

4
istilah mobilitas yang disponsori (sponsored-mobility). Sistem mobilitas yang
disponsori ini menempatkan para siswa dalam salah satu dari dua jalur pendidikan
sejak dini. Sebagian kecil siswa ditempatkan dalam jalur universitas dengan
penyediaan kesempatan kerja yang relevan dengan jalur tersebut. Adapun mayoritas
ditempatkan kedalam jalur yang diakhiri dengan pendidikan vokasional. Kedua, di
masyarakat modern, bahkan pada tingkat tertentu di Uni Soviet dan Jepang, muncul
pendidikan yang dinamai dengan mobilitas kontes (contest-mobility). Jenis sistem ini
tidak mempunyai penyaluran resmi, meskipun terdapat semacam penelusuran minat
secara informal dan tersembunyi, dan terdapat kompetisi terbuka untuk mencapai
pendidikan yang maju.
Semua sistem pendidikan modern mengalami pertumbuhan dan eksoansi yang
substansial pada abad ke-19. Akan tetapi, sistem pendidikan Amerika telah maju
dengan skala yang sudah jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan lainnya.
Masyarakat modern untuk beberapa waktu telah mempunyai sistem pendidikan paling
masif didunia. Semua pemuda melanjutkan pendidikannya ke pendidikan menengah,
dan lebih dari setengah lulusan sekolah menengah atas memasuki perguruan tinggi.
Masyarakat modern mempunyai jumlah perguruan tinggi dan universitas yang banyak
dibandingkan negara lain di dunia ini.
Pada awal abad ke-19, di Amerika sedikit terdapat pendidikan formal. Hanya,
sejumlah kecil mahasiswa dari kalangan elite mengikuti pendidikan tinggi yang ada.
Itu pun banyak yang tidak selesai. Pada masa itu tidak ada sistem pendidikan dasar dan
menengah milik pemerintah. Kira-kira pertengahan abad ke-19, sekolah dasar negeri
pertama dibentuk. Pendidikan dasar dengan cepat tumbuh di negara ini. Adapun
pendidikan menengah negeri baru didirikan pada pertengahan kedua abad itu,
walaupun dirancang untuk melayani fungsi persiapan perguruan tinggi. Akan tetapi,
sedikit sekali siswa yang mendaftar. Awal abad ke-20 terjadi korvensi sekolah
menengah dari persiapan perguruan tinggi menjadi lembaga massa, dan pendaftaran
pun melonjak. Filosofi dan teknik pendidikan yang baru diperkenalkan untuk
mengurus jenis sekolah menengah atas yang mulai bermunculan. Perubahan besar
lainnya dalam pendidikan Amerika terjadi sesudah perang Dunia II. Selama periode
ini, pendaftaran ke perguruan tinggi meningkat secara dramatis. Pada tahun 1940
hanya 16% dari lulusan sekolah menengah atas yang meneruskan ke perguruan tinggi.
Akan tetapi, pada tahun 1980, kira-kira 57% yang meneruskan.4
4
Mahmud dan Ija Suntana, Antropologi Pendidikan, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), hlm. 117.

5
C. Analisis Sosio-Antropologi Sistem Pendidikan Modern
1, fungsionalis
Teori ini sampai saat ini masih mendominasi pemikiran antropologi-sosiologi-
kontemporer mengenai pendidikan. Teori ini berusaha menjelaskan sifat pendidikan
dan ekspansisnya pada abad ke 19 sebagai akibat adanya persyaratan yang timbul dari
perubahan teknologi dan ekonomi. Pendidikan di Amereika dinilai telah mempunyai
bentuk tertentu karena kontribusi positifnya terhadap masyarakat industri.
Prinsip-prinsip utama teori ini diringkas oleh Collins (1979) sbb :
a. Persyaratan pendidikan untuk pekerja-pekerja masyarakat industri terus
meningkat sebagai akibat adanya perubahan teknologi
b. Pendidikan formal memberikan latihan yang diperlukan kepada orang-orang
untuk mendapatkan pekerjaan yang menuntut ketrampilan lebih tinggi
c. Persyaratan pendidikan untuk bekerja terus meningkat serta semakin banyak
orang dituntut untuk menghabiskan waktu yang lebih lama di sekolah
2, teori bowldes dan gimtis
Bowles dan Gintis percaya bahwa tujuan pendidikan yang tepat adalah meningkatkan
penyelidikan intelektual yang terbuka, kreatif, dan pertumbuhan manusia yang positif.
Jenis sistem pendidikan yang benar ialah sistem yang menjurus pada kepuasan pribadi
dan pemenuhan intelektual emosional.
Salah satu cara yang menunjukan bahwa Bowles dan Gintis berusaha untuk
memperlihatkan argumen mereka adalah menyelidiki tuntutan meritokratik yang
dipromosikan secara luas oleh sistem pendidikan. Tuntutan-tuntutan itu pada
umumnya memandang bahwa sukses ekonomi merupakan hasil jasa individu.
Menurut mereka, sukses ekonomi disebabkan terutama oleh adanya kapasitas
intelektual yang superior, sedangkan kegagalan ekonomi merupakan akibat dari tidak
adanya kapasitas demikian.
Bowles dan Gintis mendesak tuntutan bahwa masyarakat moderen sebagai suatu
meritokrasi tidak berlaku. Mereka mengemukakan bukti yang sangat meyakinkan
untuk mendukung pernyataannya. Mereka memperlihatkan bahwa sukses ekonomi
mempunyai hubungan erat dengan tingkat kelas dan kecil sekali hubungannya dengan
IQ dan angka-angka tes kognisi (Sanderson,2003)
Bowles dan Gintis mengemukakan temuan-temuan penelitian yang memperlihatkan
bahwa sifat-sifat kepribadian yang paling dinilai dan dihargai adalah sifat kepribadian
yang paling dihargai di tempat kerja. Mereka memperlihatkan bahwa hubungan sosial

6
pada tingkat pendidikan yang berbeda mencerminkan hubungan sosial di lingkungan
kerja yang berbeda.
Dalam mendukung argumennya, Bowles dan Gintis berupaya memperlihatkan bahwa
teori mereka mendapat pembenaran dalam sejarah pendidikan Amerika. Mereka
mencatat bahwa timbulnya pendidikan negara bagi masyarakat pada pertengahan abad
ke-19 di Amerika bertepatan dengan awal masa industrialisasi dan munculnya sistem
pabrik.mereka menginterpretasikan introduksi pendidikan negara sebagai respons
kaum kapitalis terhadap kebutuhan yang dituntut oleh masa industrialisasi ini.
3, teori randal Collins
Dalam mengembangkan teorinya, Collins menggunakan konsep Weber mengenai kelompok
status. Menurutnya kelompok-kelompok status itu sebagai hal yang paling penting daripada
kelas dalam pembentukan sistem pendidikan Amerika. Menurut Collins kelompok-kelompok
status yang pling penting ialah kelompok-kelompok etnis.

Pandangan Collins karakter pendidikan Amerika dan ekspansinya yang dramatis sebagai
akibat adanya keragaman etnis yang besar dalam masyarakat Amerika. Keragaman tersebut
menimbulkan perjuangan di kalangan kelompok-kelompok etnis itu untuk memperoleh hak-
hak istimewa dan prestise. Ini dimulai pada abad ke-19 sampai abad ke- 20. Bagi mereka,
pendidikan adalah suatu mekanisme untuk mengalihkan nilai-nilai budaya yang dominan
kepada kelompok-kelompok pekerja yang baru, ataupun sebagai sumber daya yang hendak
digunakan untuk memperkuat keunggulan ekonomi mereka. Sementara itu, kelompok-
kelompok di bawahnya melihat pendidikan sebagai sumber daya yang dapat mereka gunakan
dalam upaya memperbaiki status ekonomi mereka. Collins menyebutkan proses ini sebagai
inflasi kredensial. Dalam dunia pendidikan, inflasi kredensial itu berarti bahwa jumlah
pendidikan yang sama tidak lagi dapat membeli apa yang pernah terbeli. Orang harus
memperoleh lebih tinggi lagi agar tetap sebanding dalam perjuangan memperoleh sukses
ekonomi.

Collins membuat cacatan khusus bahwa lembaga-lembaga pendidikan Amerika dipaksa untuk
membuat perubahan besar dalam kurikulum mereka dan dalam karakter umum mereka agar
menarik perhatian peminat massa yang semakin meningkat. Perubahan-perubahan meliputi
dituangkannya kurikulum seni liberal yang klasik dan diperkenalkannya sejumlahsejumlah
kegiatan extrakurikuler.

Randall Collins (1979:124-125) menyebutkan bahwa penampilan utama universitas yang


dihidupkan kembali bagi kelompok-kelompok mahasiswa yang berjumlah besar bukan
menawarkan latihan, melainkan pengalaman sosial dalam mengikutinya. Elite yang lebih tua
sedang dilestarikan dalam bentuk baru dan lebih fleksibel. Melalui permainan football,

7
perguruan-perguruan tinggi pertama kali menjadi penting dimata publik. Pada saat yang sama,
persaudaraan semakin tersebar luas. Bersamaan dengan itu, tumbuhlah tradisi minum-minum,
pesta, parade, dan menari diuniversitas. Selanjutnya muncul budaya undergraduate. Budaya
ini menunjukan bahwa pendidikan perguruan tinggi mulai dipandang sebagai konsumsi oleh
kelas atas industri baru. Upaya untuk mengembalikan pendidikan pada fungsi sentralnya
mengalami kegagalan. Para mahasiswa tidak mengganggu ritual perpeloncoran dan hak-hak
istimewa senior. Kebanyakan mahasiswa menemukan esensi pendidikan perguruan tinggi
sebagai ritual yang dapat dinikmati dan yang memberi status serta kehidupan sosial perguruan
tinggi, bukannya kepuasan pelajaran dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA
Suntana, Mahmud dan Ija. 2012. Antropologi Pendidikan, Bandung:Pustaka Setia. 2012.
Imran Manan. 1989. Anthropologi Pendidikan (Suatu Pengantar), Jakarta:Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai