Anda di halaman 1dari 6

Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif, yaitu: 1) level 1

(pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3 (penalaran).


Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
1. Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir
mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah
mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-soal pada
level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut
siswa harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi,
atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-
soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering
digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung,
mendaftar, menyatakan, dan lain-lain.
7
M
o
d
u
l

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

S
o
a
l

K
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

B
e
r
p
i
k
i
r

T
i
n
g
k
a
t

T
i
n
g
g
i

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

B
a
h
a
s
a

d
a
n

S
a
s
t
r
a

I
n
g
g
r
i
s

Contoh Soal Level 1:


Thomas Alfa Edison once worked for the railroad. Something happened
that changed the course of his career. Edison saved the life of a station official's
child, who had fallen onto the tracks of an oncoming train. For his bravery, the
boy's father taught Edison how to use the telegraph.
From 1862 to 1868, Edison worked as a roving telegrapher in the
Midwest, the South, Canada, and New England. During this time, he began
developing a telegraphic repeating instrument that made it possible to transmit
messages automatically.
What had changed the course of Thomas Alfa Edison’s career?
A. He developed telegraphic repeating machine.
B. He moved to the biggest town in the States.
C. He invented telegraph.
D. He worked very hard.
E. He saved a boy’s life.
Kunci: E

Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan
memahami atau menunjuk informasi yang disebutkan secara eksplisit di dalam
wacana. Pada wacana kalimat “Edison saved the life of a station official's child,
who had fallen onto the tracks of an oncoming train.” merupakan informasi yang
disebutkan secara eksplisit dan peserta didik secara langsung dapat
menggunakan kalimat ini sebagai jawaban yang merupakan satu kesatuan
dengan kalimat sesudah dan sebelumnya.
2. Level 2 (Aplikasi)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih
tinggi dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi
mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-
ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain
dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah rutin.
Siswa harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal
definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan
sesuatu untuk menjawab soal level 2. Selanjutnya pengetahuan tersebut
digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan
kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS.
Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan,
menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
Contoh Soal Level 2:
If I … where she lived, I would go and see her.
A. know
B. knew
C. known
D. have known
E. had known
Kunci: B
Penjelasan:

8
Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris
Soal di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, siswa harus
mampu memahami konsep tata bahasa penggunaan kalimat pengandaian
selanjutnya diterapkan untuk menentukan kata kerja yang tepat sesuai dengan
struktur kalimat pengandaian.
3. Level 3 (Penalaran)
Level penalaran merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS),
karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 siswa harus mampu mengingat,
memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta
memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah
kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi
proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada
dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan siswa untuk
menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan,
dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5)
menuntut kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses
berpikir mencipta (C6) menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu
merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan
menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi),
memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk
memecahkan masalah kontekstual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi,
mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke
konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaikan soal-
soal level
3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain:
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, dan menggubah.
Contoh soal level 3:
The following is the data of the world’s internet, mobile and social media users.

9
Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Inggris
Sumber: https://www.smartinsights.com/wp-content/uploads/2018/02/DIGITAL-

IN-2018-001-GLOBAL-OVERVIEWpng.png

Using the figure above, what can be inferred about active social media users?
A. Almost half of the world’s populations are active social media users.
B. More than 50 percent of the world’s populations are internet users.
C. Most of the active social media users are using mobiles.
D. All internet users are probably active social media users.
E. The unique mobile users are active social media users and active mobile
social users.
Kunci: C

Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) karena untuk menjawab soal tersebut,
siswa harus dapat mencari hubungan antara berbagai data indikator pengguna
internet. Siswa tidak dapat menjawab begitu saja soal, tanpa terlebih dahulu
memilah dan membandingkan berbagai informasi yang disajikan terutama
membandingkan informasi pengguna media sosial aktif dan pengguna media
sosial berbasis mobile (ponsel pintar). Berdasarkan diagram tersebut, siswa
menyimpulkan tentang pengguna media sosial aktif.
D. Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kesukaran Soal Banyak
yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS adalah soal yang sulit. Soal sulit belum
tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same as the higher
order thinking.” kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah sama
dengan soal HOTS. Kenyataannya, baik soal LOTS maupun HOTS, keduanya memiliki
rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah, sedang dan sulit. Dengan kata
lain, ada soal LOTS yang mudah dan ada juga soal HOTS yang mudah, demikian juga
dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga pada soal LOTS. Sebagai contoh, untuk
mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki
tingkat kesukaran yang sangat tinggi karena hanya sedikit siswa yang mampu
menjawab benar, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak
termasuk higher order thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang meminta siswa
untuk menganalisis dengan melakukan pengelompokan benda berdasarkan ciri fisik
bukan merupakan soal yang sulit untuk dijawab oleh siswa. Tingkat kesukaran
(mudah v.s. sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingkat rendah v.s. berpikir
tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahpahaman interpretasi kalau
LOTS itu mudah dan HOTS itu sulit dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Implikasi dari kesalahpahaman ini adalah guru menjadi enggan memberikan atau
membiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya karena siswanya tidak
siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan tugas yang bersifat drill saja.

Anda mungkin juga menyukai