Anda di halaman 1dari 13

14 SEMESTA TEKNIKA

Vol.23, No.1, 14-26, Mei 2020


DOI: 10.18196/st.231252

Analisa Perbandingan Efisiensi Sistem Struktur Pelat-Balok dengan Sistem Struktur


Flat Slab-Drop Panel pada Proyek Jogja Apartment

(Comparative Efficiency Analysis of Plate-Beam Structure System With Flat Slab-Drop Panel
Structure System in Jogja Apartment Project)

YOGA APRIANTO HARSOYO, ERVAN NURFIANSYAH

ABSTRAK

Sistem struktur dalam dunia konstruksi bangunan gedung bertingkat memiliki


banyak metode dan system struktur oleh karena itu perencana harus memilih
sistem struktur yang sesuai dengan kebutuhannya. Pada proyek Jogja Apartment
digunakan sistem flat slab-drop panel, sistem pelat tersebut masih jarang
digunakan dalam perancanaan gedung. Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan antara sistem flat slab-drop panel dan sistem pelat-balok yang
ditinjau dari segi biaya pelaksanaan, waktu pelaksanaan, dan desain strukturnya.
Penelitian dilakukan dengan cara mendesain ulang satu denah pelat gedung Jogja
Apartment dengan menggunakan sistem flat slab-drop panel dan sistem pelat-
balok dengan metode dan pembebanan yang sama. Metode yang digunakan dalam
mendesain kedua sistem pelat tersebut adalah metode desain langsung dengan
peraturan SNI 03-2847-2013 sebagai dasar perhitungannya. Dari hasil penelitian
didapat bahwa sistem flat slab-drop panel memiliki biaya sebesar Rp3.552.429.292
lebih murah 24,52% dibandingkan menggunakan sistem pelat-balok sebesar
Rp4.706.334.233. Untuk waktu pelaksanaan sistem flat slab-drop panel memiliki
waktu lebih cepat 2 hari dibandingkan dengan sistem pelat-balok. Sistem flat slab-
drop panel memiliki tinggi ruang bebas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem pelat-balok
Kata kunci: flat slab, drop panel, metode desain langsung, pelat

ABSTRACT

Many types of structural systems in the construction world of a multi-storey


building make planners choose a structural system that suits their needs. Jogja
Apartment project used a flat slab-drop panel system. It is rarely used in
building planning so this study conducted to compare the flat slab-drop panel
system and the plate-beam system in terms of implementation costs,
implementation time, and structural design. The study was conducted by
redesigning one plate layout of the Jogja Apartment building by using the flat
slab-drop panel system and the plate-beam system using the same method and
loading. The method used in designing the two plate systems is a direct design
method based on SNI 03-2847-2013. This study found that the flat slab-drop
panel system has a cost of Rp 3.552.429.292, it is 24,52% cheaper than using a
plate-beam system (Rp 4.706.334.233). The flat slab-drop panel has a faster time
of 2 days to build compared to the plate-beam system in the implementation time.
The flat slab-drop panel system has a higher free space compared to the plate-
beam system in structural design.
Keywords : flat slab, drop panel, direct design method, plate

Dibandingkan dengan sistem pelat-balok,


PENDAHULUAN sistem flat slab-drop panel ini masih jarang
digunakan. Menurut More dan Sawant (2015),
salah satu keuntungan sistem flat slab adalah
Gedung Jogja Apartment memiliki kekhususan mengurangi ketinggian keseluruhan bangunan
yaitu menggunakan sistem flat slab-drop panel. atau memungkinkan adanya penambahan lantai
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 15

dengan ketinggian yang sudah ditentukan direncanakan harus kuat, tahan lama dan,
diawal. mudah dalam pengerjaannya. Struktur banguan
tersebut harus dapat menjamin bahwa pada
Dilihat dari sisi biaya, waktu, dan struktur pembebanan yang terbesar, konstruksi
desainnya, sistem flat slab-drop panel dan bangunan tersebut masih dalam keadaan aman.
sistem pelat-balok mempunyai kekurangan dan Ada beberapa acuan yang dapat digunakan
kelebihan masing – masing. Dari latar belakang dalam pemberian pembebanan dalam
tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan, perencanaan desain struktur, antara lain:
dengan output berupa perbandingan antara dua a. SNI 2847-2013 tentang Tata Cara
sistem diatas, dan dengan parameter tersebut. Perhitungan Struktur Beton untuk
Penelitian ini berisi tentang struktur drop panel Bangunan Gedung.
di gedung Jogja Apartement, yang berfungsi b. SKBI 1.3.53.1987 tentang Pedoman
untuk membandingkan antara sistem flat slab- Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
drop panel dengan sistem pelat-balok yang dan Gedung.
dengan parameter biaya pelaksanaan, waktu Bangunan harus dirancang dan dibangun untuk
pelaksanaan dan desain strukturnya. Tujuan dapat menahan segala kemungkinan jenis beban
dari penelitan ini membandingkan nilai biaya yang akan dialami bangunan tersebut. Ada
yang diperlukan dalam pelaksanaan dari kedua beberapa jenis–jenis beban struktur seperti
sistem tersebut. Membandingkan waktu beban mati, beban hidup, beban angin, dan
pelaksanaan pekerjaan pembangunan dari dua beban gempa.
sistem tersebut. Selain itu, untuk menganalisa
Menurut More et al. (2015) ada beberapa
perbandingan dari desain strukturnya pada
metode yang bisa digunakan dalam mendesain
kedua sistem struktur tersebut.
flat slab yaitu Direct Design Method (DDM),
Dari studi pustaka yang telah dilakukan oleh Equivalent Frame Method (EFM), dan Finite
penulis, maka dipertemukan beberapa Element Method (FEM).
penelitian terdahulu yang sama dengan
Menurut Setiawan (2016), Metode Desain
penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian
Langsung (Direct Design Method) merupakan
tersebut dilakukan oleh Munawar (2014),
sebuah prosedur pendekatan yang digunakan
Pratomo (2018) dan Handaya dan Sutandi
dalam menganalisis serta mendesain pelat dua
(2019) dengan penelitiannya yaitu
arah. Pada metode ini dibatasi hanya pada
membandingkan sistem flat slab-drop panel
sistem pelat yang dibebani oleh beban merata
terhadap sistem pelat-balok. Ketiga penelitian
yang bertumpu pada kolom-kolom dengan
tersebut dibandingkan dengan penelitian
jarak yang tidak berbeda jauh. Metode ini
sekarang memiliki beberapa perbedaan.
menggunakan jumlah koefisien penentu besaran
Perbedaan dari ketiga penelitian tersebut ada momen pada bagian kritis.
pada standar SNI yang digunakan, pada
Metode desain langsung merupakan sebuah
penelitian yang sekarang, penulis menggunakan
metode sederhana dan terukur untuk yang
stantar denganSNI 03-2847-2013, dimana pada
berfungsi untuk menganalisis flat slab. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2014)
metode ini momen total (Mo) dihitung dan
menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
kemudian didistribusikan ke momen negatif dan
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh
momen positif. Semua momen tersebut
Pratomo (2018) dan Handaya dan Sutandi
didistribusikan ke lajur kolom dan lajur tengah
(2019) hanya membandingkan kedua sistem
(Chavan dan tande, 2016).
tersebut dari volume betonnya saja. Sedangkan
pada penelitian sekarang membandingkan Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 13.6.11, ada
kedua sistem tersebut dari biaya pelaksanaan, beberapa batasan metode desain, antara lain :
waktu pelaksanaan, dan desain strukturnya. a. Jumlah bentang minimal dalam masing-
Selain pada penelitian sebelumnya yang masing arah panel sebanyak tiga bentang.
dilakukan oleh Pratomo (2018) menggunakan b. Panel pelat dalam persegi dan temasuk
metode portal ekuivalen sedangkan pada pelat dua arah yaitu rasio antara bentang
penelitian sekarang menggunakan metode panjang terhadap bentang pendek tidak
desain langsung. lebih dari dua buah bentang.
c. Panjang bentang panel yang
Dalam mendesain sebuah struktur bangunan,
menghubungkan antar pusat tumpuan,
ada beberapa hal pokok yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah struktur yang
16 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020

tidak boleh lebih dari sepertiga bentang Menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.2, jumlah
panel yang lebih panjang. momen terfaktor positif dan negatif dalam
d. Pergeseran (offset) pada kolom maksimum setiap arah minimal, seperti pada persamaan
sebesar 10% dari bentangnya (dalam arah berikut:
pergeseran) yaitu dari sumbu antar garis 1
M  Qu L2 Ln
2
(3)
kolom yang sejajar. o
8
e. Semua jenis beban yang disebabkan oleh dengan, Mo= Momen statis terfaktor total
gravitasi harus didistribusikan secara (kNm),Qu= Berat terfaktor total per satuan luas
merata pada seluruh bangunan. berat beban (kN/m2), L2= Panjang bentang antar pusat
hidup (LL) maksimal 2 kali lipat benda tumpuan dalam satuan (m), dan Ln= Bentang
mati (DL). bersih dalam arah momen-momen yang
f. Pada panel pelat-balok di antara tumpuan ditentukan dengan syarat nilai Ln tidak boleh
pada semua sisi, maka persamaan 1 ini kurang dari 0,65L2 (m).
harus dipenuhi. Sedangkan nilai Qu dihitung dengan persamaan
2
α1  2 berikut :
0,2   0,5 (1)
α2 1
2
Q u  1 , 2 Q D  1 ,6 Q L (4)
dengan, α1 = Rasio kekakuan lentur 2
dengan, QD= Beban mati terfaktor(kN/m ) dan
penampang balok terhadap kekakuan QD= Beban hidup terfaktor(kN/m2).
lentur lebar pelat dalam arah ℓ1, α2 = Rasio
Berdasarkan SNI 2847-2103 pasal 13.6.3,
kekakuan lentur penampang balok
momen terfaktor negatif harus terletak pada
terhadap kekakuan lentur lebar pelat dalam
muka tumpuan persegi. Pada bentang interior,
arah ℓ2, ℓ1 = Panjang bentang dalam arah
momen statis total (Mo), harus didistribusikan
dimana momen ditentukan (m), serta ℓ2 =
seperti berikut :
Panjang bentang dalam arah tegak lurus
Koefisien momen terfaktor negatif, 0,65 Mo
terhadap ℓ1 (m).
Koefisien momen terfaktor positif, 0,35 Mo
Dimana α1 dan α2 dihitung dengan
persamaan berikut: Menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.4 nilai
E cb I b koefisien momen rencana negatif interior dan
α1  (2) momen rencana eksterior pada lajur kolom
E cs I s 1
didapat dari tabel 1,2,3.
dengan, Ib = Momen inersia penampang
balok (mm4), Is = Momen inersia pelat Menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.5 balok di
(mm4), Ecb = Modulus elastisitas beton antara tumpuan harus bisa menahan 85%
balok (MPa), Ecs= Modulus elastisitas momen lajur kolom bila α1ℓ2/ℓ1 ≥1. Dengan
beton pelat (MPa) dan Ecs = Modulus nilai 0<α1ℓ2/ℓ1 < 1, proporsi momen lajur kolom
elastisitas beton pelat (MPa). yang ditahan oleh balok harus diperoleh dari
nilai interpolasi linier antara 0% dan 85%.

TABEL 1. Persentase Momen Rencana Negatif Interior

0,5 1,0 2,0


75 75 75
1 90 75 45
Sumber : SNI 2847-2013

TABEL 2. Persentase Momen Rencana Negatif Eksterior

0,5 1,0 2,0


t 100 100 100
t 75 75 75
t 100 100 100
1
t 90 75 45
Sumber : SNI 2847-2013
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 17

TABEL 3. Persentase Momen Rencana Positif

0,5 1,0 2,0


60 60 60
1 90 75 45
Sumber : SNI 2847-2013

Menurut Munawar (2014), flat slab adalah gaya geser utama dan menjadi bidang kontak
sistem pelat beton bertulang yang langsung antara pelat dengan kolom (Constantine dkk.,
ditumpu oleh kolom tanpa adanya balok yang 2019).
berfungsi sebagai penerus ke kolom, namun
Berdasarkan pada SNI 2847-2013 pasal 13.2.5
untuk balok tepi luar boleh ada atau tidak sesuai
dan pasal 13.3.7, jika digunakan drop panel
dengan kebutuhan. Flat slab cocok digunakan
untuk mengurangi jumlah tulangan momen
menahan beban berat dan memiliki bentang
negatif didaerah kolom maka dimensi drop
yang panjang, karena mempunyai kapasitas
panel harus sesuai dengan beberapa
yang besar dalam menahan geser dan momen
persyaratan, antara lain :
disekitar kolom. Dengan ketebalan pelat
a. Drop panel ada di dua arah pusat tumpuan
bervariasi dari 125 mm hingga 300 mm untuk
dengan jarak minimal seperenam jarak
rentang 4 hingga 9 m (Kaulkhere dan Shete,
antar pusat tumpuan pada arah tinjauan.
2017).
b. Tebal drop panel minimal seperempat dari
Struktur flat slab dapat bekerja dengan baik tebal pelat diluar daerah drop panel.
dalam menerima beban gravitasi. Namun, c. Pada perhitungan tulangan pelat yang
struktur ini memiliki kekurangan dalam diperlukan, tebal drop panel setempat
menerima beban lateral (gempa) karena belum maksimal seperempat jarak dari tepi drop
adanya ketepatan dan keakuratan dari struktur panel ke tepi kolom atau tepi kolom.
tersebut. (Burhanuddin dkk., 2018).
Tebal pelat dan kebutuhan tulangan pada sistem
Sistem struktur flat slab memiliki kekurangan,
flat slab dihitung berdasarkan gaya maksimum
berupa adanya resiko keruntuhan punching
hasil analisis struktur. Kemudian, tulangan yang
shear yang sering terjadi didaerah sekitar
akan dirancang harus tahan besarnya momen
sambungan antara pelat dengan kolom
positif dan momen negatif, sehingga terdapat
(Kurniawan dkk., 2014).
dua bagian perancangan dalam hal ini, yaitu
Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan perancangan tulangan momen positif dan
adanya struktur tambahan berupa drop panel , tulangan momen negatif (Dian dkk., 2018).
pada bagian drop panel biasanya diperbesar
untuk meningkatkan garis keliling bagian kritis Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 9.5.3.2
untuk gaya geser sehingga meningkatkan menyatakan bahwa untuk pelat tanpa balok dan
kapasitas pelat untuk menahan geser pons dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap
mengurangi momen lentur negatif di sekitar bentang pendek maksimal 2, dengan tebal
kolom (Sathawane dan Deotale, 2011). minimum sesuai dengan nilai yang terdapat
Drop panel merupakan tambahan tebal pelat di pada Tabel 4. Tanpa drop panel : 125 mm,
dalam kolom dengan fungsi untuk penahan Dengan drop panel : 100 mm.

TABEL 4 Tebal minimum flat slab interior

Tanpa Penebalan Dengan Penebalan


Panel interior
Panel eksterior Panel eksterior
interior Panel
Tanpa Dengan Tanpa Dengan
fy
balok balok balok balok
(MPa)
pinggir pinggir pinggir pinggir
280 ℓn/ 33 ℓn / 36 ℓn / 36 ℓn / 36 ℓn / 40 ℓn / 40
420 ℓn / 30 ℓn / 33 ℓn / 33 ℓn / 33 ℓn / 36 ℓn / 36
520 ℓn / 28 ℓn / 31 ℓn / 31 ℓn / 31 ℓn / 34 ℓn / 34
Sumber : SNI 2847-2013
18 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020

Sistem pelat-balok merupakan sebuah sistem dengan, h = Tebal pelat (mm),fy = Kuat leleh
pelat yang kuat dan sering digunakan untuk baja (MPa), am= Nilai rata-rata kekakuan balok
menunjang lantai yang tidak beraturan. Sistem dengan pelat untuk semua balok pada tepi-tepi
pelat ini bertumpu pada balok-balok. Pelat dari suatu panel, β= Rasio bentang bersih dalam
balok memiliki sifat yang sangat kaku dan arah memanjang terhadap arah memendek dari
arahnya horizontal, sehingga pada bagian pelat dua arah, ln= Panjang bentang bersih
gedung, plat berfungsi sebagai pengaku dalam arah memanjang (m).
horizontal yang bermanfaat mendukung
ketegaran balok portal (Kembuan dkk., 2018).
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 9.5.3.3
tebal minimum pelat-balok harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut : Penelitian ini menggunakan metode studi
a. Untuk nilai am ≤ 0,2 harus sesuai dengan literatur dengan cara mengumpulkan data dan
persyaratan tebal minimum pelat tanpa keterangan dari buku-buku, peraturan-
balok seperti yang sudah dijelakan diatas. peraturan, serta jurnal-jurnal yang berhubungan
b. Untuk nilai 0,2 ≤ am ≤ 2, h tidak boleh dengan permasalahan penelitian. Dari data yang
kurang dari : sudah dikumpulkan tersebut kemudian
fy diaplikasikan dalam sebuah perencanaan
0,8 
1400 (4) struktur hingga akhirnya didapat perbandingan
h  ln  125 mm
36  5 β(a m
- 0,2) dari segi biaya, waktu dan desain struktur antara
kedua sistem struktur yaitu sistem flat slab-
c. Untuk am ≥ 2, ketebalan minimum tidak drop panel dan sistem pelat-balok. Untuk alur
boleh kurang dari : penelitian lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
fy 1.
0,8 
h 
1400
ln  90 mm (5)
36  9 β

GAMBAR 1. flow chart langkah-langkah penelitian perbandingan sistem flat sab drop panel dengan sistem pelat
balok.
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 19

Dalam perencanaan sebuah struktur, maka Pada analisa waktu pelaksanaan dari kedua
diperlukan adanya spesifikasi rencana struktur, sistem ini penulis menggunakan jumlah pekerja
antara lain : yang sama pada kedua sistem agar diketahui
perbedaan waktu durasi setiap pekerjaannya.
a. Mutu Beton
Sedangkan untuk mengetahui lamanya seluruh
Mutu beton yang direncanakan ini sesuai
pekerjaan pada kedua sistem ini dapat membuat
data dari pihak kontraktor gedung Jogja
time schedule pada masing-masing sistem.
Apartment yaitu untuk pelat dan struktur
lain memiliki nilai f’c sebesar 25 MPa. Pada analisa dari segi desain struktur penulis
Sehingga untuk struktur yang didesain membandingkan tinggi ruang bebas antar kedua
pada penelitian ini menggunakan nilai f’c sistem flat slab-drop panel dan pelat-balok
sebesar 25 Mpa. dengan data tinggi floor to floor sesuai data
b. Mutu Tulangan gedung Jogja Apartment yaitu 3,2 m.
Tulangan yang direncanakan
menggunakan ulir dengan kuat leleh fy
sebesar 420 MPa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Fungsi Gedung
Gedung direncanakan sebagai gedung
apartemen dengan beban hidup (LL) pada Beban rencana yang bekerja pada struktur ini
lantai yang didesain sebesar 250 kg/m2. disesuaikan dengan PPURG 1987 didapat:
d. Denah pelat a. Beban mati (Dead load)
Denah pelat lantai yang digunakan pada Beban mati tambahan pada pelat lantai
penelitian ini mengambil data denah adalah 166 kg/m2 atau 1,63 kN/m2.
lantai 1 Jogja Apartment.

Perencanaan kedua sistem struktur ini b. Beban hidup (Life load)


menggunakan metode yang sama yaitu metode Beban hidup pada pelat lantai sebesar 250
desain langsung (Direct Design Method). kg/m2 atau 2,45 kN/m2 .
Dalam merancang struktur flat slab-drop panel Dalam perencanaan tebal flat slab, maka tebal
dan pelat-balok ini menggunakan peraturan SNI minimal (hmin) panel eskterior tanpa balok
03-2847-2013 dan untuk pembebaban pinggir,
Ln 7,6
h min    0,2303 m
menggunakan peraturan PPURG tahun 1987. 33 33
Khusus pendistribusian beban dari pelat ke Tebal minimal (hmin) panel interior,
balok menggunakan metode pembebanan Ln 7,6
amplop yaitu terdiri beban segitiga dan beban h min    0,211 m
36 36
trapesium yang ditransfer ke balok. Untuk Direncanakan tebal pelat, h = 0,24 m atau 240
analisa pembebanan balok digunakan software mm
SAP2000 sebagai software bantu untuk mencari
nilai momen dan gaya geser pada setiap balok. Panjang panel, L = 8 m
1
Setelah kedua sistem struktur didesain maka Lebar drop panel ≥ L
data kebutuhan volume beton, volume 6
bekesting dan berat besi tulangan dapat dihitung 1
untuk digunakan dalam analisa biaya × 8 = 1,33 m
pelaksanaan. Kebutuhan baja tulangan dibuat 6
dalam bar banding schedule untuk dihitung Direncanakan lebar drop panel keseluruhan 1,4
berat totalnya. Sedangkan untuk kebutuhan m untuk arah sumbu x atau untuk arah sumbuy
volume beton dan volume bekesting dihitung diukur dari pusat kolom ke tepi drop panel. Jadi
dengan mencari volume total beton maupun lebar dan panjang drop panel 2,8 m × 2,8 m.
bekesting yang dibutuhkan. Untuk perhitungan Untuk tebal drop panel maka dapat dihitung
harga satuan pekerjaan mengacu pada aturan dengan menggunakan perhitungan dibawah ini :
SNI 7394-2008. Sedangkan untuk harga satuan 1
upah dan bahan yang digunakan pada h pelat  h drop panel
4
perhitungan ini menggunakan harga satuan
1 1
upah dan bahan kota Yogyakarta tahun 2018. h pelat = ×240 = 60 mm
4 4
20 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020

9
1 E cb I b 5,85 × 10
h drop panel
 Jarak tepi kolom ke tepi drop panel Sehingga  1    2,38
9
4 E cs I s 1 2,45 × 10
9
E cb I b 7,95 × 10
1 nilai  2   9
 2,42
Jarak tepi kolom ke tepi drop panel E cs I s 1 3,28 × 10
4 9
E cb I b 7,95 × 10
1 nilai  3    3,24
×1100 = 275 mm E cs I s 1 2,45 × 10
9

4
9
Direncanakan tebal drop panel 100 cm. Jadi E cb I b 5,85 × 10
dimensi drop panel yang digunakan 2,8 × 2,8 × nilai    9
 1,78
4
E cs I s 1 3,28 × 10
0,1. Setelah adanya hasil dari perhitungan
drop panel, maka dilanjutkan dengan Menghitung nilai αm
perencanaan tebal balok, yang dihitung 2,38  2,42  3,24  1,78
   2,45
dengan cara berikut ini :
m
4
Karena nilai αm > 2 maka digunakan
fy
0 ,8 
1400
h  ln  90 mm
36  9 β
420
0,8 
1400
h   7400  90 mm
36  9.1,37

GAMBAR 2. Penampang balok dalam dan luar h = 168,42 mm ≥ 90 mm, maka digunakan tebal
pelat h = 170 mm.

Maka lebar efektif (be) dapat dihitung sebagai Dari analisa perhitungan yang dilakukan
berikut : terdapat 3 jenis balok rencana yang didesain
be = bw + 2hw = 350 + 2 × 380 = 1110 mm yaitu B1, B2 dan B3. Ada 2 pengecekan
be = bw + 8hf = 350 + 8 × 170 = 1710 mm kemampuan balok yang telah dilakukan penulis
dengan, be= Lebar efektif (mm), bw= Lebar yaitu pengecekan kemampuan balok terhadap
badan (mm), hw= Tinggi badan (mm), hf = momen pada balok dan pengecekan
kemampuan balok terhadap gaya geser balok.
Tebal sayap (mm).
Dengan syarat panjang sayap (flens) tidak lebih Hasil dimensi, Diameter tulangan dan jumlah
tulangan balok serta kemampuan balok dalam
dari 4 hf = 4 × 170 = 680 mm
Untuk arah melebar bangunan : menahan momen dan geser pada balok dapat
dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Dapat
Inersis pelat, Is1 = 2,45×109 mm4
disimpulkan bahwa semua balok yang didesain
Inersia balok, Ib = 5,85 ×109 mm4
sudah aman dalam menahan gaya momen dan
Menggunakan persamaan 2
geser balok.

TABEL 5. Pengecekan kemampuan momen balok

Jumlah
Jenis D Mn Mu
No Lokasi Tulangan Cek
Balok (mm) (kNm) (kNm)
Atas Bawah
B1 Tumpuan 25 16 7 1453,76 1438,28 AMAN
1
(65x54) Lapangan 25 4 11 1043,22 961,42 AMAN
B2 Tumpuan 25 6 2 459,84 456,79 AMAN
2
(55x35) Lapangan 25 2 5 396,66 272,03 AMAN
B3 Tumpuan 25 6 2 459,84 456,79 AMAN
3
(55x30) Lapangan 25 2 4 317,35 183,40 AMAN
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 21

TABEL 6. Pengecekan kemampuan geser balok

D Jenis Jarak ϕVn Vu


No Jenis Balok Lokasi Cek
(mm) sengkang sengkang (kNm) (kNm)
Tumpuan 10 4P10 80 885,66 884,02 AMAN
1 B1 (65x55)
Lapangan 10 4P10 120 666,93 650,25 AMAN
Tumpuan 10 2P10 80 394,21 366,76 AMAN
2 B2 (55x35)
Lapangan 10 2P10 140 273,22 269,68 AMAN
Tumpuan 10 2P10 110 294,76 293,29 AMAN
3 B3 (55x30)
Lapangan 10 2P10 150 245,75 224,69 AMAN

Biaya pelaksanaan dapat dihitung dengan cara dari pekerjaan bekesting sampai pengecoran
mengkalikan volume pekerjaan dengan harga sebesar Rp1.153.904.941 atau 24,52% dari
satuan pekerjaan. Dari Tabel 7 didapatkan biaya total sistem pelat-balok. Sistem flat slab-
biaya pelaksanaan menggunakan sistem pelat- drop panel lebih murah pada pekerjaan
balok sebesar Rp. 4.706.334.233, sedangkan bekesting sebesar Rp313.107.340 atau 22,30%
dari Tabel 8 biaya pelaksanaan menggunakan dan pada pekerjaan pembesian sebesar
sistem flat slab-drop panel sebesar Rp913.008.902 atau 37,93%, sedangkan sistem
Rp3.552.429.292. Dari kedua hasil tersebut pelat-balok lebih murah hanya pada pekerjaan
menunjukan bahwa sistem flat slab-drop panel pengecoran yaitu sebesar Rp72.211.301 atau
memiliki biaya yang lebih murah apabila 7,47% dari biaya pengecoran sistem flat slab-
dibandingkan dengan sistem pelat-balok, dan drop panel.
dengan selisih biaya pelaksanaan total
TABEL 7. Biaya pelaksanaan sistem pelat-balok

Volum Satua Harga


No Keterangan Biaya
e n Satuan
1 2 3 4 5 6 = 3× 5
1 Bekesting
Bekesting Balok 1386,73 m2 Rp368.855 Rp511.503.770
Bekesting Pelat 2070,64 m2 Rp431.155 Rp892.766.358
Jumlah Rp1.404.270.128
2 Pembesian
Pembesian Balok 57489,85 kg Rp21.517 Rp1.237.009.142
Pembesian Pelat 54373,54 kg Rp21.517 Rp1.169.955.466
Jumlah Rp2.406.964.608
Pengecoran Pelat-
3 600,16 m3 Rp1.491.419 Rp895.099.498
Balok
Total Rp4.706.334.233

TABEL 8. Biaya pelaksanaan flat slab-drop panel

No Keterangan Volume Satuan Harga Satuan Biaya


1 2 3 4 5 6 = 3× 5
1 Bekesting
Bekesting Drop panel 696,09 m2 Rp368.855 Rp256.756.277
Bekesting Flat slab 1935,28 m2 Rp431.155 Rp834.406.511
Jumlah Rp1.091.162.788
2 Pembesian
Pembesian Drop panel 7928,57 kg Rp21.517 Rp170.598.992
Pembesian Flat slab 61502,85 kg Rp21.517 Rp1.323.356.714
Jumlah Rp1.493.955.706
3 Pengecoran Flat slab-Drop panel 648,58 m3 Rp1.491.419 Rp967.310.799
Total Rp3.552.429.292
22 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020

Pada perhitungan waktu pelaksanaan dari balok dapat dilihat pada Tabel 11, sedangkan
kedua sistem ini penulis menggunakan jumlah untuk sistem flat slab-drop panel dapat dilihat
pekerja yang sama pada kedua sistem agar pada Tabel 12. Dari kedua tabel time schedule
diketahui perbedaan waktu durasi tersebut didapatkan bahwa waktu pelaksanaan
pekerjaannya. Dari Tabel 10 pekerjaan dengan sistem flat slab-drop panel lebih cepat 2 hari
durasi paling lama adalah pekerjaan bekesting atau 5,26% dari waktu pelaksanaan sistem
pelat dengan durasi pekerjaan selama 34 hari pelat-balok. Pada sistem flat slab-drop panel
dan dari Tabel 9 pekerjaan dengan durasi lebih cepat daripada sistem pelat-balok
paling lama adalah pekerjaan bekesting flat dikarenakan volume bekesting menggunakan
slab dengan durasi pekerjaan selama 32 hari. sistem flat slab-drop panel lebih kecil
Perbandingan waktu pelaksanaan kedua sistem dibandingkan menggunakan sistem pelat-
dapat diketahui dengan membuat time schedule balok.
pekerjaan. Untuk time schedule sistem pelat-

. TABEL 9. Durasi pekerajaan sistem pelat- balok

Koefisien Jumlah Durasi


No Keterangan Volume Satuan Satuan
pekerja pekerja (Hari)
1 2 3 4 5 6 7 8=3×5/7
1 Bekesting
Bekesting Balok 1386,73 m2 0,660 O.H 30 31
Bekesting Pelat 2070,64 m2 0,660 O.H 40 34
2 Pembesian
Pembesian Balok 57489,85 kg 0,007 O.H 20 20
Pembesian Pelat 54373,54 kg 0,007 O.H 20 19
3 Pengecoran Pelat-Balok 600,16 m3 0,275 O.H 20 8

TABEL 10. Durasi pekerjaan sistem flat slab-drop panel

Koefisien Jumlah Durasi


No Keterangan Volume Satuan Satuan
pekerja pekerja (Hari)
1 2 3 4 5 6 7 8=3×5/7
1 Bekesting
Bekesting Drop panel 696,09 m2 0,660 O.H 30 15
Bekesting Flat slab 1935,28 m2 0,660 O.H 40 32
2 Pembesian
Pembesian Drop panel 7928,57 kg 0,007 O.H 20 3
Pembesian Flat slab 61502,84 kg 0,007 O.H 20 22
Pengecoran Flat slab-
3 648,58 m3 0,275 O.H 20 9
Drop panel

TABEL 11 Time schedule pelat-balok

Hari
No Pekerjaan Durasi
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
1 Bekesting
Bekesting Balok 31
Bekesting Pelat 34
2 Pembesian
Pembesian Balok 20
Pembesian Pelat 19
3 Pengecoran Pelat dan Balok 8
Lama pekerjaan 38 Hari
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 23

TABEL 12. Time schedule flat slab-drop panel

Hari
No Pekerjaan Durasi 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
1 Bekesting
Bekesting Drop Panel 15
Bekesting Flat Slab 32
2 Pembesian
Pembesian Drop Panel 3
Pembesian Flat Slab 22
3 Pengecoran Flat slab-Drop panel 9
Lama pekerjaan 36 Hari

Dalam analisa segi desain struktur penulis untuk sistem flat slab-drop panel dapat dilihat
membandingkan tinggi ruang bebas antar pada Gambar 4 dengan hasil tinggi ruang
lantai pada kedua sistem ini. Untuk tinggi antar bebas sebesar 2860 mm yang dihitung dari
lantai (floor to floor) penulis menggunakan bawah drop panel sampai ke lantai. Dari
data dari proyek Jogja Apartment yaitu dengan kedua sistem tersebut, sistem flat slab-drop
tinggi 3,2 m. Dari Gambar 3 tinggi ruang panel memiliki tinggi ruang bebas yang lebih
bebas pada sistem pelat-balok memiliki tinggi tinggi 310 mm atau 12,16% dari tinggi ruang
ruang bebas sebesar 2550 mm yang dihitung bebas menggunakan sistem pelat-balok.
dari bawah balok sampai ke lantai. Sedangkan

GAMBAR 3 Sistem struktur pelat-balok

GAMBAR 4 Sistem struktur flat slab-drop panel


24 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020

Dari analisa yang telah dilakukan penulis sistem flat slab-drop panel lebih efisien
didapat perbandingan hasil antara sistem flat dibandingkan sistem pelat-balok jika dilihat
slab-drop panel dan sistem pelat-balok seperti dari biaya pelaksanaan total, waktu
tabel 13. Pada bagian pembeban dan pelaksanaan, dan tinggi ruang bebas yang
perhitungan pelat, kedua sistem dihitung dihasilkan. Sistem pelat-balok hanya unggul
dengan cara dan metode yang sama. Kemudian pada biaya pengecoran saja yang lebih murah
dari tabel perbandingan tersebut didapat hasil 7,47% dibandingkan sistem flat slab-drop panel

TABEL 13 Perbandingan Sistem flat slab-drop panel dengan balok-pelat

Flat slab-drop
No Kriteria Pelat-balok Keterangan
panel
ADL
166 166 Sama
Pembebanan (kg)
1
(kg) LL
250 250 Sama
(kg)
Metode Desain Metode Desain
2 Perhitungan pelat Sama
Langsung Langsung
Sistem pelat-balok memiliki
3 Tebal Pelat (mm) 240 170
tebal lebih tipis 29,17%
Sistem flat slab - drop panel
4 Biaya Bekesting(Rp) Rp1.091.162.788 Rp1.404.270.128 memiliki biaya bekesting lebih
murah 22,30%
Sistem flat slab - drop panel
5 Biaya Pembesian(Rp) Rp1.493.955.706 Rp2.406.964.608 memiliki biaya pembesian
lebih murah 37,93%
Sistem pelat-balok memiliki
6 Biaya Pengecoran(Rp) Rp967.310.799 Rp895.099.498 biaya pengecoran lebih murah
7,47%
Sistem flat slab - drop panel
Biaya Pelaksanaan
7 Rp3.552.429.292 Rp4.706.334.233 memiliki biaya pelaksanaan
Total(Rp)
lebih murah 24,52 %
Waktu Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan flat slab
8 36 38
(Hari) lebih cepat 5,26%
Tinggi ruang bebas flat slab -
9 Tinggi ruang bebas (m) 2,86 2,55
drop panel lebih tinggi 12,16%

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh cepat 2 hari apabila dibandingkan dengan
penulis, maka terdapat 3 penelitian sebelumnya menggunakan sistem pelat balok. Untuk luas
yang mempunyai kesamaan dengan penelitian daerah penelitian, penulis memiliki luas
penulis yaitu membandingakan antara sistem yang lebih besar 4 kali lipat, apabila
flat slab-drop panel dan sistem pelat-balok, dari dibandingkan dengan penelitian
hasil penelitian yang dilakukan penulis didapat sebelumnya.
perbandingan hasil dengan penelitian b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebelumnya sebagai berikut ini : didapat nilai volume beton menggunakan
sistem flat slab yang lebih kecil dari pada
a. Hasil yang didapatkan oleh penulis sama
menggunakan sisitem pelat balok. Hal ini
dengan hasil dari penelitian yang dikakukan
sesuai dengan penelitian yang dilakykan
oleh Munawar (2014), yang menyatakan
oleh Pratomo (2018), (2014) dan Handaya
sistem flat slab lebih murah apabila
dan Sutandi (2019).
dibandingkan dengan sistem pelat balok,
c. Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang
sedangkan untuk wakt pelaksanaannya
dilakukan oleh Handaya dan Sutandi (2019).
sisem flat slab lebih cepat 1 hari
Dari hasil penelitian penulis didapat hasil
dibandingkan dengan sistem balok. Untuk
yang sama yaitu volume beton pada sistem
hasil yang didapatkan oleh penulis adalah
flat slab-drop panel lebih besar daripada
sistem flat slab memakan biaya yang lebih
sistem pelat-balok.
sedikit, dan waktu pengerjaan yang lebih
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 25

KESIMPULAN Constantine, F.N., Sumajouw, M.D.J., dan


Pandaleke, R., (2019), Studi
Perbandingan Analisis Flat Slab dan Flat
Berdasarkan analisa perbandingan efisiensi
Plate, Jurnal Sipil Statik, 7(11), 1397-
yang telah dilakukan penulis antara sistem flat
1406.
slab-drop panel dan sistem pelat-balok didapat
kesimpulan biaya total pelaksanaan pada satu Departemen Pekerjaan Umum, (1987), SKBI-
pelat lantai gedung Jogja Apartment 1.3.53.1987: Pedoman Perencanaan
menggunakan sistem flat slab-drop panel Pembebanan untuk Rumah dan Gedung,
memiliki biaya sebesar Rp3.552.429.292 lebih Yayasan Badan Penerbit P.U, Jakarta.
murah 24,52% dibandingkan menggunakan
Dian, F.A.A., Raka, I.G.P., dan Tavio, (2018),
sistem pelat-balok sebesar Rp4.706.334.233.
Desain Modifikasi Struktur Gedung
Untuk perbandingan biaya lainya diantaranya
Apartemen One East Surabaya
(a) Biaya bekesting dengan sistem flat slab-
Menggunakan Struktur Flat Slab
drop panel memiliki biaya sebesar
dengan Penambahan Shear Wall, Jurnal
Rp1.091.162.788 lebih murah 22,30%
Teknik ITS, 7(2), 304-309.
dibandingkan menggunakan sistem pelat-balok
sebesar Rp1.404.270.128, (b) biaya pembesian Handaya dan Sutandi, A., (2019), Perbandingan
dengan sistem flat slab-drop panel memiliki Slab dengan Drop panel dan Slab dengan
biaya sebesar Rp1.493.955.706 lebih murah Balok Ditinjau dari Volume Beton dan
37,93% dibandingkan menggunakan sistem Biaya, Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2(1),
pelat-balok sebesar Rp2.406.964.608, (c) biaya 47-56.
pengecoran dengan sistem pelat-balok memiliki Kaulkhere, R.V dan Shete, G.N., (2017),
biaya sebesar Rp967.310.799 lebih murah Analysis and Design of Flat slab with
7,47% dibandingkan menggunakan flat slab- various shapes, International Journal of
drop panel sebesar Rp895.099.498. Dari ketiga Scientific Development and Research
biaya pekerjaan tersebut sistem pelat-balok (IJSDR), 2(5), 538-544
hanya unggul pada biaya pengecoran yang lebih Kembuan, P., Wallah, S.E., dan Dapas, S.O.,
murah, ini dikarenakan volume beton pada (2018), Desain Praktis Pelat
sistem pelat-balok lebih kecil dibandingkan Konvensional Dua Arah Beton
volume beton sistem flat slab-drop panel. Bertulang, Jurnal Sipil Statik, 6(9). 705-
Waktu pelaksanaan pada satu pelat lantai 714.
gedung Jogja Apartment menggunakan sistem
flat slab-drop panel memiliki waktu selama 36 Kurniawan, R., Budiaono, B., Surono, A., dan
hari lebih cepat 5,26% dibandingkan Pane, I., (2014), Studi Eksperimental
menggunakan sistem pelat-balok selama 38 Perilaku Siklis Flat Sab Beton Mutu
hari. Desain struktur menggunakan sistem flat Sangat Tinggi, Jurnal Teknik Sipil ITB,
slab-drop panel memiliki tinggi ruang bebas 21(2), 139-146.
2,86 m lebih tinggi 12,16% dibandingkan More, R.S. dan Sawant, V.S., (2015), Analysis
menggunakan sistem pelat-balok 2,55 m. of Flat slab, International Journal of
Science and Research (IJSR), 4(1), 98-
101.
DAFTAR PUSTAKA More, R.S., Sawant, V.S dan Suryawanshi,
Y.R., (2015), Analytical Study of
BSN, (2013), SNI 03-2847-2013: Persyaratan Different Types of Flat slab Subjected to
beton struktural untuk bangunan gedung, Dynamic Loading, International Journal
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. of Science and Research (IJSR), 4(1),
1600-1607.
Burhanuddin, D., Wahyuni, E dan Irawan, D.,
(2018), Desain Modifikasi Gedung Fave Munawar, M.C., (2014), Kajian Struktur
Hotel Cilacap Menggunakan Metode Flat Bangunan Gedung Politeknik Perkapalan
Slab, Jurnal Teknik ITS, 7(2), 134-138. ITS dengan Sistem Pelat dan Balok Biasa
Konvensional Dibandingkan Sistem
Chavan, G.R. dan Tande, S.N., (2016), Analysis Struktur Flat slab dengan Drop panel
and Design of Flat slab, International Ditinjau dari Estetika, Biaya dan Waktu,
Journal of Latest Trends in Engineering
and Technology, 7(1), 133-138.
26 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya,


7(1), 83-92.
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2018
Tentang Standar Harga Barang dan Jasa
Daerah.
Pratomo, A.H.W., (2018), Studi Efisiensi
Penggunanaan Flat slab dengan Drop
panel Terhadap Pelat Konvensional pada
Gedung 5 Lantai, Jurnal Teknik Sipil
Untag Samarinda, 1(1), 1-7.
Sathawane, A.A. dan Deotale, R.S. (2011),
Analysis And Design Of Flat slab And
Grid Slab And Their Cost Comparison,
International Journal of Engineering
Research and Applications, 1(3), 837-
843.
Setiawan, A., (2016), Perancangan Struktur
Beton Bertulang Berdasarkan SNI
2847:2013, Erlangga, Jakarta.

PENULIS:

Yoga A. Harsoyo
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
Email : yogaharsoyo@gmail.com

Ervan Nurfiansyah
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
Email: ervann351@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai