7612 34131 1 PB
7612 34131 1 PB
(Comparative Efficiency Analysis of Plate-Beam Structure System With Flat Slab-Drop Panel
Structure System in Jogja Apartment Project)
ABSTRAK
ABSTRACT
dengan ketinggian yang sudah ditentukan direncanakan harus kuat, tahan lama dan,
diawal. mudah dalam pengerjaannya. Struktur banguan
tersebut harus dapat menjamin bahwa pada
Dilihat dari sisi biaya, waktu, dan struktur pembebanan yang terbesar, konstruksi
desainnya, sistem flat slab-drop panel dan bangunan tersebut masih dalam keadaan aman.
sistem pelat-balok mempunyai kekurangan dan Ada beberapa acuan yang dapat digunakan
kelebihan masing – masing. Dari latar belakang dalam pemberian pembebanan dalam
tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan, perencanaan desain struktur, antara lain:
dengan output berupa perbandingan antara dua a. SNI 2847-2013 tentang Tata Cara
sistem diatas, dan dengan parameter tersebut. Perhitungan Struktur Beton untuk
Penelitian ini berisi tentang struktur drop panel Bangunan Gedung.
di gedung Jogja Apartement, yang berfungsi b. SKBI 1.3.53.1987 tentang Pedoman
untuk membandingkan antara sistem flat slab- Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
drop panel dengan sistem pelat-balok yang dan Gedung.
dengan parameter biaya pelaksanaan, waktu Bangunan harus dirancang dan dibangun untuk
pelaksanaan dan desain strukturnya. Tujuan dapat menahan segala kemungkinan jenis beban
dari penelitan ini membandingkan nilai biaya yang akan dialami bangunan tersebut. Ada
yang diperlukan dalam pelaksanaan dari kedua beberapa jenis–jenis beban struktur seperti
sistem tersebut. Membandingkan waktu beban mati, beban hidup, beban angin, dan
pelaksanaan pekerjaan pembangunan dari dua beban gempa.
sistem tersebut. Selain itu, untuk menganalisa
Menurut More et al. (2015) ada beberapa
perbandingan dari desain strukturnya pada
metode yang bisa digunakan dalam mendesain
kedua sistem struktur tersebut.
flat slab yaitu Direct Design Method (DDM),
Dari studi pustaka yang telah dilakukan oleh Equivalent Frame Method (EFM), dan Finite
penulis, maka dipertemukan beberapa Element Method (FEM).
penelitian terdahulu yang sama dengan
Menurut Setiawan (2016), Metode Desain
penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian
Langsung (Direct Design Method) merupakan
tersebut dilakukan oleh Munawar (2014),
sebuah prosedur pendekatan yang digunakan
Pratomo (2018) dan Handaya dan Sutandi
dalam menganalisis serta mendesain pelat dua
(2019) dengan penelitiannya yaitu
arah. Pada metode ini dibatasi hanya pada
membandingkan sistem flat slab-drop panel
sistem pelat yang dibebani oleh beban merata
terhadap sistem pelat-balok. Ketiga penelitian
yang bertumpu pada kolom-kolom dengan
tersebut dibandingkan dengan penelitian
jarak yang tidak berbeda jauh. Metode ini
sekarang memiliki beberapa perbedaan.
menggunakan jumlah koefisien penentu besaran
Perbedaan dari ketiga penelitian tersebut ada momen pada bagian kritis.
pada standar SNI yang digunakan, pada
Metode desain langsung merupakan sebuah
penelitian yang sekarang, penulis menggunakan
metode sederhana dan terukur untuk yang
stantar denganSNI 03-2847-2013, dimana pada
berfungsi untuk menganalisis flat slab. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Munawar (2014)
metode ini momen total (Mo) dihitung dan
menggunakan peraturan SNI 03-2847-2002.
kemudian didistribusikan ke momen negatif dan
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh
momen positif. Semua momen tersebut
Pratomo (2018) dan Handaya dan Sutandi
didistribusikan ke lajur kolom dan lajur tengah
(2019) hanya membandingkan kedua sistem
(Chavan dan tande, 2016).
tersebut dari volume betonnya saja. Sedangkan
pada penelitian sekarang membandingkan Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 13.6.11, ada
kedua sistem tersebut dari biaya pelaksanaan, beberapa batasan metode desain, antara lain :
waktu pelaksanaan, dan desain strukturnya. a. Jumlah bentang minimal dalam masing-
Selain pada penelitian sebelumnya yang masing arah panel sebanyak tiga bentang.
dilakukan oleh Pratomo (2018) menggunakan b. Panel pelat dalam persegi dan temasuk
metode portal ekuivalen sedangkan pada pelat dua arah yaitu rasio antara bentang
penelitian sekarang menggunakan metode panjang terhadap bentang pendek tidak
desain langsung. lebih dari dua buah bentang.
c. Panjang bentang panel yang
Dalam mendesain sebuah struktur bangunan,
menghubungkan antar pusat tumpuan,
ada beberapa hal pokok yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah struktur yang
16 Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020
tidak boleh lebih dari sepertiga bentang Menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.2, jumlah
panel yang lebih panjang. momen terfaktor positif dan negatif dalam
d. Pergeseran (offset) pada kolom maksimum setiap arah minimal, seperti pada persamaan
sebesar 10% dari bentangnya (dalam arah berikut:
pergeseran) yaitu dari sumbu antar garis 1
M Qu L2 Ln
2
(3)
kolom yang sejajar. o
8
e. Semua jenis beban yang disebabkan oleh dengan, Mo= Momen statis terfaktor total
gravitasi harus didistribusikan secara (kNm),Qu= Berat terfaktor total per satuan luas
merata pada seluruh bangunan. berat beban (kN/m2), L2= Panjang bentang antar pusat
hidup (LL) maksimal 2 kali lipat benda tumpuan dalam satuan (m), dan Ln= Bentang
mati (DL). bersih dalam arah momen-momen yang
f. Pada panel pelat-balok di antara tumpuan ditentukan dengan syarat nilai Ln tidak boleh
pada semua sisi, maka persamaan 1 ini kurang dari 0,65L2 (m).
harus dipenuhi. Sedangkan nilai Qu dihitung dengan persamaan
2
α1 2 berikut :
0,2 0,5 (1)
α2 1
2
Q u 1 , 2 Q D 1 ,6 Q L (4)
dengan, α1 = Rasio kekakuan lentur 2
dengan, QD= Beban mati terfaktor(kN/m ) dan
penampang balok terhadap kekakuan QD= Beban hidup terfaktor(kN/m2).
lentur lebar pelat dalam arah ℓ1, α2 = Rasio
Berdasarkan SNI 2847-2103 pasal 13.6.3,
kekakuan lentur penampang balok
momen terfaktor negatif harus terletak pada
terhadap kekakuan lentur lebar pelat dalam
muka tumpuan persegi. Pada bentang interior,
arah ℓ2, ℓ1 = Panjang bentang dalam arah
momen statis total (Mo), harus didistribusikan
dimana momen ditentukan (m), serta ℓ2 =
seperti berikut :
Panjang bentang dalam arah tegak lurus
Koefisien momen terfaktor negatif, 0,65 Mo
terhadap ℓ1 (m).
Koefisien momen terfaktor positif, 0,35 Mo
Dimana α1 dan α2 dihitung dengan
persamaan berikut: Menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.4 nilai
E cb I b koefisien momen rencana negatif interior dan
α1 (2) momen rencana eksterior pada lajur kolom
E cs I s 1
didapat dari tabel 1,2,3.
dengan, Ib = Momen inersia penampang
balok (mm4), Is = Momen inersia pelat Menurut SNI 2847-2013 pasal 13.6.5 balok di
(mm4), Ecb = Modulus elastisitas beton antara tumpuan harus bisa menahan 85%
balok (MPa), Ecs= Modulus elastisitas momen lajur kolom bila α1ℓ2/ℓ1 ≥1. Dengan
beton pelat (MPa) dan Ecs = Modulus nilai 0<α1ℓ2/ℓ1 < 1, proporsi momen lajur kolom
elastisitas beton pelat (MPa). yang ditahan oleh balok harus diperoleh dari
nilai interpolasi linier antara 0% dan 85%.
Menurut Munawar (2014), flat slab adalah gaya geser utama dan menjadi bidang kontak
sistem pelat beton bertulang yang langsung antara pelat dengan kolom (Constantine dkk.,
ditumpu oleh kolom tanpa adanya balok yang 2019).
berfungsi sebagai penerus ke kolom, namun
Berdasarkan pada SNI 2847-2013 pasal 13.2.5
untuk balok tepi luar boleh ada atau tidak sesuai
dan pasal 13.3.7, jika digunakan drop panel
dengan kebutuhan. Flat slab cocok digunakan
untuk mengurangi jumlah tulangan momen
menahan beban berat dan memiliki bentang
negatif didaerah kolom maka dimensi drop
yang panjang, karena mempunyai kapasitas
panel harus sesuai dengan beberapa
yang besar dalam menahan geser dan momen
persyaratan, antara lain :
disekitar kolom. Dengan ketebalan pelat
a. Drop panel ada di dua arah pusat tumpuan
bervariasi dari 125 mm hingga 300 mm untuk
dengan jarak minimal seperenam jarak
rentang 4 hingga 9 m (Kaulkhere dan Shete,
antar pusat tumpuan pada arah tinjauan.
2017).
b. Tebal drop panel minimal seperempat dari
Struktur flat slab dapat bekerja dengan baik tebal pelat diluar daerah drop panel.
dalam menerima beban gravitasi. Namun, c. Pada perhitungan tulangan pelat yang
struktur ini memiliki kekurangan dalam diperlukan, tebal drop panel setempat
menerima beban lateral (gempa) karena belum maksimal seperempat jarak dari tepi drop
adanya ketepatan dan keakuratan dari struktur panel ke tepi kolom atau tepi kolom.
tersebut. (Burhanuddin dkk., 2018).
Tebal pelat dan kebutuhan tulangan pada sistem
Sistem struktur flat slab memiliki kekurangan,
flat slab dihitung berdasarkan gaya maksimum
berupa adanya resiko keruntuhan punching
hasil analisis struktur. Kemudian, tulangan yang
shear yang sering terjadi didaerah sekitar
akan dirancang harus tahan besarnya momen
sambungan antara pelat dengan kolom
positif dan momen negatif, sehingga terdapat
(Kurniawan dkk., 2014).
dua bagian perancangan dalam hal ini, yaitu
Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan perancangan tulangan momen positif dan
adanya struktur tambahan berupa drop panel , tulangan momen negatif (Dian dkk., 2018).
pada bagian drop panel biasanya diperbesar
untuk meningkatkan garis keliling bagian kritis Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 9.5.3.2
untuk gaya geser sehingga meningkatkan menyatakan bahwa untuk pelat tanpa balok dan
kapasitas pelat untuk menahan geser pons dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap
mengurangi momen lentur negatif di sekitar bentang pendek maksimal 2, dengan tebal
kolom (Sathawane dan Deotale, 2011). minimum sesuai dengan nilai yang terdapat
Drop panel merupakan tambahan tebal pelat di pada Tabel 4. Tanpa drop panel : 125 mm,
dalam kolom dengan fungsi untuk penahan Dengan drop panel : 100 mm.
Sistem pelat-balok merupakan sebuah sistem dengan, h = Tebal pelat (mm),fy = Kuat leleh
pelat yang kuat dan sering digunakan untuk baja (MPa), am= Nilai rata-rata kekakuan balok
menunjang lantai yang tidak beraturan. Sistem dengan pelat untuk semua balok pada tepi-tepi
pelat ini bertumpu pada balok-balok. Pelat dari suatu panel, β= Rasio bentang bersih dalam
balok memiliki sifat yang sangat kaku dan arah memanjang terhadap arah memendek dari
arahnya horizontal, sehingga pada bagian pelat dua arah, ln= Panjang bentang bersih
gedung, plat berfungsi sebagai pengaku dalam arah memanjang (m).
horizontal yang bermanfaat mendukung
ketegaran balok portal (Kembuan dkk., 2018).
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 9.5.3.3
tebal minimum pelat-balok harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut : Penelitian ini menggunakan metode studi
a. Untuk nilai am ≤ 0,2 harus sesuai dengan literatur dengan cara mengumpulkan data dan
persyaratan tebal minimum pelat tanpa keterangan dari buku-buku, peraturan-
balok seperti yang sudah dijelakan diatas. peraturan, serta jurnal-jurnal yang berhubungan
b. Untuk nilai 0,2 ≤ am ≤ 2, h tidak boleh dengan permasalahan penelitian. Dari data yang
kurang dari : sudah dikumpulkan tersebut kemudian
fy diaplikasikan dalam sebuah perencanaan
0,8
1400 (4) struktur hingga akhirnya didapat perbandingan
h ln 125 mm
36 5 β(a m
- 0,2) dari segi biaya, waktu dan desain struktur antara
kedua sistem struktur yaitu sistem flat slab-
c. Untuk am ≥ 2, ketebalan minimum tidak drop panel dan sistem pelat-balok. Untuk alur
boleh kurang dari : penelitian lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
fy 1.
0,8
h
1400
ln 90 mm (5)
36 9 β
GAMBAR 1. flow chart langkah-langkah penelitian perbandingan sistem flat sab drop panel dengan sistem pelat
balok.
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 19
Dalam perencanaan sebuah struktur, maka Pada analisa waktu pelaksanaan dari kedua
diperlukan adanya spesifikasi rencana struktur, sistem ini penulis menggunakan jumlah pekerja
antara lain : yang sama pada kedua sistem agar diketahui
perbedaan waktu durasi setiap pekerjaannya.
a. Mutu Beton
Sedangkan untuk mengetahui lamanya seluruh
Mutu beton yang direncanakan ini sesuai
pekerjaan pada kedua sistem ini dapat membuat
data dari pihak kontraktor gedung Jogja
time schedule pada masing-masing sistem.
Apartment yaitu untuk pelat dan struktur
lain memiliki nilai f’c sebesar 25 MPa. Pada analisa dari segi desain struktur penulis
Sehingga untuk struktur yang didesain membandingkan tinggi ruang bebas antar kedua
pada penelitian ini menggunakan nilai f’c sistem flat slab-drop panel dan pelat-balok
sebesar 25 Mpa. dengan data tinggi floor to floor sesuai data
b. Mutu Tulangan gedung Jogja Apartment yaitu 3,2 m.
Tulangan yang direncanakan
menggunakan ulir dengan kuat leleh fy
sebesar 420 MPa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Fungsi Gedung
Gedung direncanakan sebagai gedung
apartemen dengan beban hidup (LL) pada Beban rencana yang bekerja pada struktur ini
lantai yang didesain sebesar 250 kg/m2. disesuaikan dengan PPURG 1987 didapat:
d. Denah pelat a. Beban mati (Dead load)
Denah pelat lantai yang digunakan pada Beban mati tambahan pada pelat lantai
penelitian ini mengambil data denah adalah 166 kg/m2 atau 1,63 kN/m2.
lantai 1 Jogja Apartment.
9
1 E cb I b 5,85 × 10
h drop panel
Jarak tepi kolom ke tepi drop panel Sehingga 1 2,38
9
4 E cs I s 1 2,45 × 10
9
E cb I b 7,95 × 10
1 nilai 2 9
2,42
Jarak tepi kolom ke tepi drop panel E cs I s 1 3,28 × 10
4 9
E cb I b 7,95 × 10
1 nilai 3 3,24
×1100 = 275 mm E cs I s 1 2,45 × 10
9
4
9
Direncanakan tebal drop panel 100 cm. Jadi E cb I b 5,85 × 10
dimensi drop panel yang digunakan 2,8 × 2,8 × nilai 9
1,78
4
E cs I s 1 3,28 × 10
0,1. Setelah adanya hasil dari perhitungan
drop panel, maka dilanjutkan dengan Menghitung nilai αm
perencanaan tebal balok, yang dihitung 2,38 2,42 3,24 1,78
2,45
dengan cara berikut ini :
m
4
Karena nilai αm > 2 maka digunakan
fy
0 ,8
1400
h ln 90 mm
36 9 β
420
0,8
1400
h 7400 90 mm
36 9.1,37
GAMBAR 2. Penampang balok dalam dan luar h = 168,42 mm ≥ 90 mm, maka digunakan tebal
pelat h = 170 mm.
Maka lebar efektif (be) dapat dihitung sebagai Dari analisa perhitungan yang dilakukan
berikut : terdapat 3 jenis balok rencana yang didesain
be = bw + 2hw = 350 + 2 × 380 = 1110 mm yaitu B1, B2 dan B3. Ada 2 pengecekan
be = bw + 8hf = 350 + 8 × 170 = 1710 mm kemampuan balok yang telah dilakukan penulis
dengan, be= Lebar efektif (mm), bw= Lebar yaitu pengecekan kemampuan balok terhadap
badan (mm), hw= Tinggi badan (mm), hf = momen pada balok dan pengecekan
kemampuan balok terhadap gaya geser balok.
Tebal sayap (mm).
Dengan syarat panjang sayap (flens) tidak lebih Hasil dimensi, Diameter tulangan dan jumlah
tulangan balok serta kemampuan balok dalam
dari 4 hf = 4 × 170 = 680 mm
Untuk arah melebar bangunan : menahan momen dan geser pada balok dapat
dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Dapat
Inersis pelat, Is1 = 2,45×109 mm4
disimpulkan bahwa semua balok yang didesain
Inersia balok, Ib = 5,85 ×109 mm4
sudah aman dalam menahan gaya momen dan
Menggunakan persamaan 2
geser balok.
Jumlah
Jenis D Mn Mu
No Lokasi Tulangan Cek
Balok (mm) (kNm) (kNm)
Atas Bawah
B1 Tumpuan 25 16 7 1453,76 1438,28 AMAN
1
(65x54) Lapangan 25 4 11 1043,22 961,42 AMAN
B2 Tumpuan 25 6 2 459,84 456,79 AMAN
2
(55x35) Lapangan 25 2 5 396,66 272,03 AMAN
B3 Tumpuan 25 6 2 459,84 456,79 AMAN
3
(55x30) Lapangan 25 2 4 317,35 183,40 AMAN
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 21
Biaya pelaksanaan dapat dihitung dengan cara dari pekerjaan bekesting sampai pengecoran
mengkalikan volume pekerjaan dengan harga sebesar Rp1.153.904.941 atau 24,52% dari
satuan pekerjaan. Dari Tabel 7 didapatkan biaya total sistem pelat-balok. Sistem flat slab-
biaya pelaksanaan menggunakan sistem pelat- drop panel lebih murah pada pekerjaan
balok sebesar Rp. 4.706.334.233, sedangkan bekesting sebesar Rp313.107.340 atau 22,30%
dari Tabel 8 biaya pelaksanaan menggunakan dan pada pekerjaan pembesian sebesar
sistem flat slab-drop panel sebesar Rp913.008.902 atau 37,93%, sedangkan sistem
Rp3.552.429.292. Dari kedua hasil tersebut pelat-balok lebih murah hanya pada pekerjaan
menunjukan bahwa sistem flat slab-drop panel pengecoran yaitu sebesar Rp72.211.301 atau
memiliki biaya yang lebih murah apabila 7,47% dari biaya pengecoran sistem flat slab-
dibandingkan dengan sistem pelat-balok, dan drop panel.
dengan selisih biaya pelaksanaan total
TABEL 7. Biaya pelaksanaan sistem pelat-balok
Pada perhitungan waktu pelaksanaan dari balok dapat dilihat pada Tabel 11, sedangkan
kedua sistem ini penulis menggunakan jumlah untuk sistem flat slab-drop panel dapat dilihat
pekerja yang sama pada kedua sistem agar pada Tabel 12. Dari kedua tabel time schedule
diketahui perbedaan waktu durasi tersebut didapatkan bahwa waktu pelaksanaan
pekerjaannya. Dari Tabel 10 pekerjaan dengan sistem flat slab-drop panel lebih cepat 2 hari
durasi paling lama adalah pekerjaan bekesting atau 5,26% dari waktu pelaksanaan sistem
pelat dengan durasi pekerjaan selama 34 hari pelat-balok. Pada sistem flat slab-drop panel
dan dari Tabel 9 pekerjaan dengan durasi lebih cepat daripada sistem pelat-balok
paling lama adalah pekerjaan bekesting flat dikarenakan volume bekesting menggunakan
slab dengan durasi pekerjaan selama 32 hari. sistem flat slab-drop panel lebih kecil
Perbandingan waktu pelaksanaan kedua sistem dibandingkan menggunakan sistem pelat-
dapat diketahui dengan membuat time schedule balok.
pekerjaan. Untuk time schedule sistem pelat-
Hari
No Pekerjaan Durasi
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
1 Bekesting
Bekesting Balok 31
Bekesting Pelat 34
2 Pembesian
Pembesian Balok 20
Pembesian Pelat 19
3 Pengecoran Pelat dan Balok 8
Lama pekerjaan 38 Hari
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 23
Hari
No Pekerjaan Durasi 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
1 Bekesting
Bekesting Drop Panel 15
Bekesting Flat Slab 32
2 Pembesian
Pembesian Drop Panel 3
Pembesian Flat Slab 22
3 Pengecoran Flat slab-Drop panel 9
Lama pekerjaan 36 Hari
Dalam analisa segi desain struktur penulis untuk sistem flat slab-drop panel dapat dilihat
membandingkan tinggi ruang bebas antar pada Gambar 4 dengan hasil tinggi ruang
lantai pada kedua sistem ini. Untuk tinggi antar bebas sebesar 2860 mm yang dihitung dari
lantai (floor to floor) penulis menggunakan bawah drop panel sampai ke lantai. Dari
data dari proyek Jogja Apartment yaitu dengan kedua sistem tersebut, sistem flat slab-drop
tinggi 3,2 m. Dari Gambar 3 tinggi ruang panel memiliki tinggi ruang bebas yang lebih
bebas pada sistem pelat-balok memiliki tinggi tinggi 310 mm atau 12,16% dari tinggi ruang
ruang bebas sebesar 2550 mm yang dihitung bebas menggunakan sistem pelat-balok.
dari bawah balok sampai ke lantai. Sedangkan
Dari analisa yang telah dilakukan penulis sistem flat slab-drop panel lebih efisien
didapat perbandingan hasil antara sistem flat dibandingkan sistem pelat-balok jika dilihat
slab-drop panel dan sistem pelat-balok seperti dari biaya pelaksanaan total, waktu
tabel 13. Pada bagian pembeban dan pelaksanaan, dan tinggi ruang bebas yang
perhitungan pelat, kedua sistem dihitung dihasilkan. Sistem pelat-balok hanya unggul
dengan cara dan metode yang sama. Kemudian pada biaya pengecoran saja yang lebih murah
dari tabel perbandingan tersebut didapat hasil 7,47% dibandingkan sistem flat slab-drop panel
Flat slab-drop
No Kriteria Pelat-balok Keterangan
panel
ADL
166 166 Sama
Pembebanan (kg)
1
(kg) LL
250 250 Sama
(kg)
Metode Desain Metode Desain
2 Perhitungan pelat Sama
Langsung Langsung
Sistem pelat-balok memiliki
3 Tebal Pelat (mm) 240 170
tebal lebih tipis 29,17%
Sistem flat slab - drop panel
4 Biaya Bekesting(Rp) Rp1.091.162.788 Rp1.404.270.128 memiliki biaya bekesting lebih
murah 22,30%
Sistem flat slab - drop panel
5 Biaya Pembesian(Rp) Rp1.493.955.706 Rp2.406.964.608 memiliki biaya pembesian
lebih murah 37,93%
Sistem pelat-balok memiliki
6 Biaya Pengecoran(Rp) Rp967.310.799 Rp895.099.498 biaya pengecoran lebih murah
7,47%
Sistem flat slab - drop panel
Biaya Pelaksanaan
7 Rp3.552.429.292 Rp4.706.334.233 memiliki biaya pelaksanaan
Total(Rp)
lebih murah 24,52 %
Waktu Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan flat slab
8 36 38
(Hari) lebih cepat 5,26%
Tinggi ruang bebas flat slab -
9 Tinggi ruang bebas (m) 2,86 2,55
drop panel lebih tinggi 12,16%
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh cepat 2 hari apabila dibandingkan dengan
penulis, maka terdapat 3 penelitian sebelumnya menggunakan sistem pelat balok. Untuk luas
yang mempunyai kesamaan dengan penelitian daerah penelitian, penulis memiliki luas
penulis yaitu membandingakan antara sistem yang lebih besar 4 kali lipat, apabila
flat slab-drop panel dan sistem pelat-balok, dari dibandingkan dengan penelitian
hasil penelitian yang dilakukan penulis didapat sebelumnya.
perbandingan hasil dengan penelitian b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
sebelumnya sebagai berikut ini : didapat nilai volume beton menggunakan
sistem flat slab yang lebih kecil dari pada
a. Hasil yang didapatkan oleh penulis sama
menggunakan sisitem pelat balok. Hal ini
dengan hasil dari penelitian yang dikakukan
sesuai dengan penelitian yang dilakykan
oleh Munawar (2014), yang menyatakan
oleh Pratomo (2018), (2014) dan Handaya
sistem flat slab lebih murah apabila
dan Sutandi (2019).
dibandingkan dengan sistem pelat balok,
c. Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang
sedangkan untuk wakt pelaksanaannya
dilakukan oleh Handaya dan Sutandi (2019).
sisem flat slab lebih cepat 1 hari
Dari hasil penelitian penulis didapat hasil
dibandingkan dengan sistem balok. Untuk
yang sama yaitu volume beton pada sistem
hasil yang didapatkan oleh penulis adalah
flat slab-drop panel lebih besar daripada
sistem flat slab memakan biaya yang lebih
sistem pelat-balok.
sedikit, dan waktu pengerjaan yang lebih
Y. A. Harsoyo & E. Nurfiansyah/Semesta Teknika, Vol. 23, No. 1, 14-26, Mei 2020 25
PENULIS:
Yoga A. Harsoyo
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
Email : yogaharsoyo@gmail.com
Ervan Nurfiansyah
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta.
Email: ervann351@gmail.com