Anda di halaman 1dari 1

Setiap tugas yang diberikan kepada kita memiliki tantangan tersendiri, misalnya

berkhotbah. Berkhotbah dan menjadi pengkhotbah adalah tugas setiap orang beriman
khususnya bagi mereka yang memilih hidup selibat. Hidup selibat yang dimaksud ialah setiap
orang (perempuan atau laki-laki) yang mengabdikan diri kepada Gereja untuk melayani
umat-Nya. Mereka memiliki tugas utama yakni menjadi pengkhotbah. Sebagai pengkhotbah
tidak cukup menyampaikan rangkaian kata-kata, pujian atau kritikan yang tidak memiliki
dasar mendalam. Seorang homilis harus memiliki pemahaman untuk berkhotbah, karena yang
kita khotbahkan adalah Yesus sendiri bukan orang lain apalagi diri sendiri.
Tahun ketiga di bangku perkuliahan, mahasiswa filsafat wajib mendapat mata kuliah
Homilitika. Mata kuliah ini sebagai modal dan sumber pengetahuan menjadi seorang
pengkhotbah yang baik. Homilitika yang diampu oleh Romo Anton Moa meminta seluruh
mahasiswa menjadi pengkhotbah yang baik. Banyak orang menjadi pengkhotbah tetapi
kebaikan tidak selalu dilekatkan pada khotbah/homilli. Beliau juga pernah menegaskan
bahwa “berkhotbah itu sangat mudah, tetapi khotbah yang kita bawakan tidak semudah
pidato. Khotbah mesti menyangkut Yesus sendiri.”
Awal semester lima, perkuliahan berlangsung dengan daring. Itu semua karena situasi
dunia yang dilanda pandemic covid-19. Hal tersebut berimbas terhadap kerasulan yang mesti
diadakan di stasi terdekat. Karena itu, kampus mengambil kebijakan agar kerasulan tetap
diadakan di konvik masing-masing. Kerasulan tersebut dilaksanakan dalam dua bentuk.
Pertama berkhotbah di Youtube, kedua berkhotbah langsung di setiap unit (depan saudara
lain). Kedua pilihan inilah menjadi sarana untuk melatih diri menjadi seorang pengkhotbah
yang baik dan benar. Kendatipun demikian, hal itu tidak semudah yang dibayangkan.
Berkhotbah di depan saudara jauh lebih sulit jika dibandingkan di depan umat. Kesulitannya
terletak pada pemahaman. Kami sama-sama menimba ilmu dari tempat yang sama. Itulah
sebabnya, khotbah harus berdasar pada eksegetik yang benar dan berkualitas.
Materi yang diajarkan sangat membantu praktek kerasulan khotbah. Banyak metode
dan ilmu yang ditawarkan untuk menyusun khotbah yang baik dan runtut. Darinyalah saya
belajar banyak sehingga penampilan saya berbuah baik. Hal itu tampak dari kritikan dan
masukan dari para saudara. Saya baru sadar bahwa seorang pengkhotbah yang baik mesti
seimbang dengan kehidupan pengkhotbah. Karena apa yang dikatakan sebagian besar
berangkat dari pengalaman dan tindakan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai