Anda di halaman 1dari 131

PANGGILAN MENJADI BRUDER FIC

DALAM TERANG PANGGILAN PARA MURID


MENURUT INJIL YOHANES

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

OLEH :

Yohanes Krismanto
NIM: 011124002

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007

i
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Kongregasi Para Bruder FIC,


bapak/ibu, sanak saudara saya
serta handai taulan dimanapun mereka berada.

iv
MOTTO

“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”

(Yohanes 3:31)

v
ABSTRAK

Judul skripsi PANGGILAN MENJADI BRUDER FIC DALAM TERANG


PANGGILAN PARA MURID MENURUT INJIL YOHANES dipilih untuk
menjawab tantangan dunia dewasa ini yang dipengaruhi oleh proses globalisasi yang
mengalir deras melanda dunia kita. Situasi semacam ini sangat mempengaruhi pola
hidup manusia juga mereka yang hidup dalam biara. Proses globalisasi yang terjadi
tidak jarang membawa perubahan yang besar bagi manusia termasuk kaum religius.
Perlu disadari bahwa perubahan yang dibawa oleh proses globalisasi sering
menimbulkan perbenturan nilai yang ada dalam masyarakat atau dalam biara. Untuk
itu dibutuhkan sikap kritis terhadap perubahan yang ada. Sikap kritis ini terbangun
dengan baik kalau para religius memiliki wawasan yang luas terhadap peraturan yang
ada dalam kongregasinya. Terutama konstitusi sebagai pedoman hidupnya. Wawasan
yang luas, mental yang kuat, serta sikap arif dan bijaksana memungkinkan para
religius dewasa dalam menghadapi arus globalisasi yang melaju begitu cepat. Tanpa
memiliki sikap arif dan bijaksana, seorang religius akan hanyut oleh derasnya arus
globalisasi yang ada sehingga mereka tidak tahan hidup dalam biara. Kalau sudah
demikian mereka dengan mudah untuk mengundurkan diri dari tarekatnya.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana para bruder FIC
menyadari hidup panggilannya dengan baik sehingga mereka dapat bertekun dan setia
dalam menghayati hidup panggilannya. Untuk menjawab semua itu, skripsi ini
hendak menyajikan hasil studi pustaka berkaitan dengan panggilan menjadi bruder
FIC yang diambil dari kelima pokok sub tema konstitusi FIC serta panggilan para
murid menurut Injil Yohane. Dari kelima pokok sub tema konstitusi FIC tersebut
diambil beberapa artikel. Artikel-artikel tersebut kemudian diterangi dengan beberapa
kutipan Injil Yohanes untuk didalami para novis. Dalam pendalaman tersebut para
novis diajak untuk melibatkan empat aspek yang ada dalam dirinya yakni aspek
fisik/tubuh, mental/pikiran, emosional-sosial dan jiwa/spiritualitas. Dengan
pendalaman ini, para novis diharapkan mampu menemukan makna terdalam tentang
hidup panggilannya menjadi bruder FIC.
Hasil akhir dari uraian diatas mau menunjukkan bahwa panggilan hidup
menjadi bruder FIC merupakan pertama: pilihan bebas dari setiap pribadi. Kedua:
para bruder hidup dalam semangat Konstitusi. Hal ini menjadi sangat penting karena
Konstitusi merupakan aturan yang mutlak didalami, dipahami, dihayati, dan
dilaksanakan dalam hidup sehari-hari. Ketiga: hidup dalam semangat panggilan para
murid menurut Injil Yohanes. Bagaimanapun para murid merupakan saksi hidup
pertama dan utama yang dengan tekun dan setia mengikuti Yesus Sang Gembala
Utama sampai akhir hayatnya. Para murid mengalami suka duka kehidupan tetapi
tetap memiliki iman, harapan, dan kasih. Sebagai religius bruder FIC yang ingin
hidup radikal mengikut Yesus hendaknya juga meneladan sikap hidup Yesus dan para
murid-Nya yang dengan penuh kesungguhan menjalankan kehendak Allah.

vii
ABSTRACT

A thesis titled THE VOCATION TO BE AN FIC BROTHER IN THE


LIGHT OF THE VOCATION OF THE DISCIPLES ACCORDING TO ST.
JOHN BIBLE is chosen to answer the threat of the advanced world that is influenced
by the globalization process that flows thoroughly toward our world. This situation
influences the human lifestyle so much and them who live in a convent. The on going
of globalization process sometimes brings enormous transformation for the human
being, includes the religious. It is necessary to be realized that the transformation
brought by the globalization process often raises value conflict in the society or in the
religious life. For that reason, it is needed criticism attitude toward the existing
transformation. The criticism attitude will be formed well if the religious has broad
vision about the constitution of his congregation, especially the constitution as his life
principle. The broad vision, strong mentality, and wisdom are enabling the religious
to be matured in facing the globalization stream which flows fast. Without wisdom, a
religious will be drowned by the wave of globalization stream so that he would not
stand to live in the convent. If it happens, he will easily withdraw from his
congregation.
The important matter in this thesis is that how the FIC Brothers realize
their vocation with wholeheartedly so that they can withstand and be loyal in
internalizing their vocation. To answer that all, this thesis will present the library
research related to the vocation to be an FIC Brother which is taken from the fifth
basis of sub-theme of FIC Constitution and the Disciples vocation according to the St.
John’s Gospel. Of the fifth basis of sub-theme of FIC Constitution was taken several
articles. The articles, then, were enlightened by several quotations of the St. John’s
Gospel to be deepened by the novices. On the in-depth study, the novices were
invited to involve four aspects that are physical aspect, mental aspect, social-
emotional aspect, and spirituality aspect. By the in-depth study, the novices are
expected to be able to find the deepest meaning of their vocation being an FIC
Brother.
The result of the review above shows that the vocation being an FIC Brother
is firstly unbound option of every person. Secondly, the brothers are enlightened by
the Constitution. This becomes the most important thing due to the Constitution is the
absolute regulation to be deepened, recognized, internalized, and implemented in the
daily life. Thirdly, live in the light of the disciples’ vocation according to the St.
John’s Gospel. However, the disciples who were the first and primary witnesses were
loyal to follow Jesus the Highest Shepherd until the end of their lives. The disciples
experienced the sweetness and bitterness of life but they remained having faith, hope,
and love. As religious, an FIC Brother who wants to live radically to follow Jesus is
expected to model Jesus’ life and His disciples who fulfilled the God’s will with their
wholeheartedly.

viii
PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul PANGGILAN MENJADI BRUDER FIC

DALAM TERANG PENGGILAN PARA MURID MENURUT INJIL

YOHANES.

Skripsi ini diilhami oleh situasi kongregasi para bruder FIC selama beberapa

tahun terakhir ini dimana ada beberapa bruder yang meninggalkan hidup

panggilannya sebagai bruder FIC. Bertitik tolak dari situasi tersebut panulis mencoba

mencari cara untuk membantu sesama dalam menghayati hidup panggilannya sebagai

Bruder FIC sehingga mereka dapat tekun dan setia hidup sebagai bruder FIC.

Pergulatan hidup yang terus menerus menjadikan penulis sadar bahwa panggilan

menjadi bruder FIC perlu diusahakan terus dari hari ke hari. Ada banyak sumber dan

cara yang digunakan untuk membantu penghayatan hidup panggilan sebagai bruder

FIC. Namun dalam skripsi ini penulis mengambil Konstitusi serta beberapa prikop

Injil Yohanes sebagai dasar untuk membantu mengusahakan panghayatan hidup

panggilan sebagai Bruder FIC.

Usaha untuk menghayati hidup panggilan ini perlu diberikan sejak dini

terutama saat calon menjalani pendidikan di Novisiat Kanonik. Dengan cara ini para

novis diharapkan nantinya mampu menghayati hidupnya sebagai religius secara benar

dan ada dalam terang panggilan para murid Yohanes. Hal inilah yang dapat dijadikan

teladan dan diusahakan terus menerus bagi para Bruder FIC.

ix
Skripsi ini terwujud bukan semata-mata upaya penulis, melainkan karena

bimbingan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima

kasih kepada:

1. Rm Dr. A. Hari Kustono Pr. Selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan

penuh kesabaran, membuka wawasan dan memberi masukan serta pertimbangan

sehingga penulis semakin termotivasi dalam menuangkan gagasan dari awal

hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Y. a. Ch. Mardiraharjo selaku dosen penguji yang selalu

mengingatkan, memberi sapaan yang halus, memberi masukan dalam pembuatan

program katekese serta mendorong untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak. Yoseph Kristianto SFK selaku dosen wali yang dengan penuh kesabaran

memberikan dukungan serta pengertian dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Segenap staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan

bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi

ini.

6. Kongregasi Para Bruder FIC yang telah memberi kesempatan kepada penulis

untuk studi secara khusus mempelajari Ilmu Kateketik Prodi IPPAK-JIP

Universitas sanata Dharma.

x
7. Para Bruder FIC Komunitas Sedayu dan Yogyakarta yang telah mendukung serta

memberi semangat yang tulus selama penyelesaian Skripsi ini.

8. Almarhum Bapak saya yang dipanggil Tuhan tanggal 4 Juni 2006 yang lalu, Ibu

yang tercinta, kakak-kakak dan adik-adikku, yang selalu memberi dukungan

melalui doa-doa selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

9. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2001/2002 yang turut berperan

dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis untuk setia menjadi

religius FIC sekaligus katekis di zaman yang penuh tantangan ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan

tulus telah memberikan bantuan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan.

Tanggal, 2 Maret 2007


Penulis.

Yohanes Krismanto

xi
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………………………….………………………………….….. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING…..….………………………….…… ii

PENGESAHAN………….……...…………………….…………..…... iii

PERSEMBAHAN…………………………………...………………… iv

MOTTO………………………………………………………….….… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………….…..…….. vi

ABSTRAK…………………………………………………..…..….…. vii

ABSTRACT …………………………………………………...….….. viii

PENGANTAR..…………………………............………………..…… ix

DAFTAR ISI……………………………………………………..….… xii

DAFTAR SINGKATAN……..…………………………………..…… xv

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………….…….……… 1

B. Perumusan Masalah ………………….……………………… 5

C. Tujuan Penulisan.….………………………………………… 5

D. Manfaat Penulisan…………………. ……………..….……... 6

E. Metode penulisan………………………….………….……… 6

F. Sistematika Penulisan…………………….….………….…… 7

xii
BAB II. PANGGILAN MENJADI BRUDER FIC………………….… 10

A. Demi Kerajaan Allah.………………………………………... 11

B. Tugas Kerasulan ……………………………………….….… 14

C. Persekutuan Para Bruder……………………………….……. 20

1. Dasar Hidup Persekutuan………………………….…….. 20

2. Kesatuan dalam Keanekaragaman………………….……. 22

3. Organisasi dan Peraturan dalam Hidup Bersama…….….. 22

4. Kepemimpinan dalam Persekutan………………….……. 23

D. Ditopang oleh Allah....………………………………….….… 24

E. Pembaktian Diri ...……………………………………..….…. 30

1. Kaul Ketaatan…………..……………………………..… 31

2. Kaul Kemiskinan ………..………………………….…… 32

3. Kaul Kemurnian ………..………………………...……… 34

BAB III. PANGGILAN PARA MURID YESUS MENURUT INJIL


YOHANES……..…………………..…….…
37
A. Murid-murid Yesus yang Pertama (Yoh. 1:35-51)…………... 38

B. Dia Makin Besar, Aku Makin Kecil (Yoh. 3:22-26)………… 41

C. Yesus Gembala yang Baik (Yoh. 10:1-18)….………….……. 43

D. Pengakuan Petrus (Yoh. 6:67-71)..………….…..…….……... 48

E. Gembalakanlah Domba-domba-Ku (Yoh. 21:15-19)………… 51

xiii
BAB IV. PROGRAM PENDALAMAN HIDUP BERDASARKAN
KELIMA POKOK SUB TEMA KONSTITUSI FIC DAN
BEBERAPA KUTIPAN INJIL YOHANES….……….....… 54

A. Pokok-pokok Pikiran Yang Mendasari Program…………….. 54

1. Pengertian………………………………………………… 54

2. Keadaan Awal Peserta Program………………………..… 55

3. Tujuan………………………………………………….… 56

4. Proses………………………….….…….………………… 58

5. Tempat……………………….….…………………..…… 64

B. Matrix Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok

Sub Tema Konstitusi FIC dan Beberapa kutipan Injil Yohanes......... 65

C. Contoh-contoh Persiapan Pertemuan . .……………………………. 71

1. Persiapan Pertemuan I…………………… ……………………. 71

2. Pertemuan Pendalaman II………………………………………. 84

3. Pertemuan Pendalaman III……………………….….……...….. 97

BAB V : KESIMPULAN DAN PENUTUP …………………..…….. 110

A. Kesimpulan…………………………………………………..….…. 110

B. Penutup…………………………………………………..………… 114

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….……… 115

xiv
DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Singkatan seluruh Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1999/2000, hal.
8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatkan II tentang Wahyu Ilahi


18 November 1965.
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus
Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.
LG : Lumen gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja
tanggal 21 November 1964.
PC : Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang pembaharuan dan
penyesuaian hidup religius tanggal 28 Oktober 1965.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel.
Bdk : Bandingkan
FIC : Fratrum Immaculatae Conceptionis.
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Konst : Konstitusi.
KS : Kitab Suci
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia.
LBI : Lembaga Biblika Indonesia.
Pert. : Pertemuan
USD : Universitas Sanata Dharma.

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi seorang religius adalah kebebasan setiap orang. Tak terkecuali para

bruder FIC. Mereka menanggapi panggilan sebagai religius FIC atas pilihan

bebasnya. Artinya bahwa mereka menjadi bruder FIC atas kehendaknya sendiri dan

bukan paksaan dari orang lain. Maka tidak mengherankan kalau di kemudian hari, dia

melepaskan yang menjadi pilihan bebasnya tersebut. Hal ini terjadi karena dalam

hidupnya dia mengalami pasang surut dalam menanggapi panggilan. Memang ada

yang bertahan sampai akhir hidupnya dan tetap sebagai religius, namun ada pula yang

dengan pilihan bebasnya sendiri mengundurkan diri dari tarekat yang telah

dimasukinya.

Melihat kenyataan tersebut muncul pertanyaan; apakah orang yang sudah

menjadi religius dan akhirnya keluar berarti tidak dipanggil dan dipilih oleh Tuhan?

Pada dasarnya Tuhan memanggil dan memilih orang-orang untuk bekerja di kebun

anggur-Nya. Dalam Injil Yohanes Yesus bersabda, “Bukan kamu yang memilih Aku,

tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh, 15:16). Dari sabda tersebut menjadi jelas

dan tegas bahwa menjadi pengikut Yesus (secara khusus menjadi religius) hanya

karena telah dipilih oleh Tuhan. Dalam hal ini, manusia seolah-olah bersikap pasif

dan hanya mengandalkan gerak Roh Tuhan sendiri. Padahal sejatinya tidaklah

demikian. Karena dari pihak manusia juga dituntut dengan rendah hati untuk selalu

memohon dan meminta dengan tiada hentinya kepada Tuhan, baik dalam doa pribadi,

doa bersama maupun melalui devosi kepada para kudus yang senantiasa
2

mengandalkan hidupnya kepada Yesus Sang Guru Sejati. Dalam Kitab Suci

dikatakan: “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”

(Yoh, 15:7). Meskipun demikian orang harus sadar bahwa orang yang dipanggil

tersebut semata-mata karena kemurahan hati Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki dan

memilih orang tersebut maka dia tidak dapat menolaknya. Para murid Yesus yang

pertama (Mat, 4:18-22; Mrk, 1:16-20; Luk, 5:1-11) pun tidak mampu menolak ajakan

Yesus ketika Yesus mengajak mereka: “Mari ikutlah Aku dan kamu akan kujadikan

penjala manusia” (Mat, 4:19; Mrk, 1:17). ketidakmampuan para murid menolak

ajakan Yesus karena mereka terpesona akan pribadi Yesus yang sungguh bijaksana.

Selain itu para murid sadar bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah seorang pribadi

yang mampu memberi hidup kepada manusia. (Ladjar, 1983:28).

Hal senada juga dialami oleh para murid Yohanes. Ketika Yohanes

menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah, para murid Yohanes

langsung mengikuti Yesus, walaupun Yesus berkata: “Apa yang kamu cari? …Mari

dan kamu akan melihatnya.” (Yoh, 1:38:39). Tanpa banyak bicara para murid

Yohanes langsung mengikuti Yesus dan tinggal berasama-Nya.

Sudah sejak awal bahwa para pengikut Yesus hidup dalam kebersamaan.

Perintah Yesus: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti Aku

telah mengasihi kamu” (Yoh, 15:12). Perintah tersebut menjadi dasar bagi para

pengikut Yesus untuk hidup dalam persekutuan dan hidup saling mengasihi. Hidup

dalam persekutuan yang demikian inilah yang menjadi ciri khas bagi para pengikut

Kristus. “Adapun orang-orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan

tidak seorangpun berkata, bahwa sesuatu dari hidupnya adalah miliknya sendiri,
3

tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama (Kis, 4:32). Adapun dampak

dari hidup persekutuan yang mendalam ini adalah bahwa mereka memperoleh kasih

karunia yang melimpah-limpah dan diantara mereka tidak ada yang berkekurangan

(ay. 33-34). Mereka sungguh membangun hidup persekutuan yang erat satu dengan

yang lain. Mereka sehati dan sejiwa dalam menanggung hidup. Ungkapan di atas

didukung oleh Broeckx dalam bukunya yang berjudul: Rambu-rambu Hidup

Membiara: “Karena itu religius harus mampu memberi bukti yang hidup bahwa

mereka hidup sehati dan sejiwa dalam Kristus” (Broeckx, 1981:31).

Cara hidup bersekutu yang baik, saling mengembangkan, saling mendukung

seperti yang diharapkan di atas juga diperjuangkan oleh para Bruder FIC. Dalam

salah satu Konstitusi FIC dikatakan demikian: “Membentuk persekutuan berarti

saling mendampingi dalam suka dan duka; bersedia saling mengerti dan memahami,

saling menghargai, mendorong, memberikan inspirasi, dan terus-menerus siap sedia

saling mengampuni” (Konst FIC, art. 37).

Selain hidup persekutuan, hal lain yang perlu dikembangkan dalam hidup

bakti adalah tentang ketekunan, kesetiaan dan ketotalan hidup. Maria dan Yesus

memberikan teladan hidup yang konkret dalam menjalankan kehendak Allah. Maria

menanggapi panggilan Allah dengan keterbukaan yang penuh: “Sesungguhnya aku

ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu (Luk, 1:38). Kesetiaan dan

ke-total-an Maria tampak nyata ketika ia mendampingi putranya sampai di kaki salib

(Yoh, 19:25-27). Bagaimanapun Maria adalah alat pilihan Allah. Paus Yohanes

Paulus II mengatakan demikian: “Allah Bapa memilih Maria untuk pengutusan

istimewa dalam sejarah penyelamatan, menjadi ibu sang juru selamat yang ditunggu-
4

tunggu” (Yohanes 1999:27). Hal senada juga tampak dalam diri Yesus. Dia sungguh

setia dan total dalam menjalankan tugas perutusan Bapa. Ketaatan dan ketotalan

hidup Yesus tampak nyata dari kelahiran hingga wafat-Nya di kayu salib (Yoh,

19:28-30; Mat, 27:45-50; Mrk, 15:33-37; Luk, 23:44-46).

Dengan tugas perutusan tersebut, para Bruder FIC dimampukan untuk berani

berkata bersama Petrus: “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu

adalah perkataan yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah

yang kudus dari Allah” (Yoh, 67-69). Dengan demikian mereka semakin mampu

untuk mempertahankan hidup panggilannya sebagai bruder FIC. Hal ini terjadi

karena yang hidup di dalam dirinya adalah Yesus. “Dialah jalan kebenaran dan hidup.

Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh,

14:6).

Berdasarkan perikop yang ada dalam Injil Yohanes: Yoh, 1:1-18. Yoh, 20:19-

23. Yoh, 21:15-19. Yoh, 15: 9-17. Yoh, 17:6-23. Yoh, 15:1-8. Yoh, 17:6-23. Yoh,

15:1-8. Yoh, 1: 35-42, para bruder FIC diharapkan mampu menjadi bruder yang

hidup berdasarkan terang panggilan para murid Tuhan sendiri, yakni menjadi murid

Yesus yang tegar dan teguh dalam menghadapi tantangan yang ada di masa depan.

Dengan begitu mereka pun menjadi setia dalam menanggapi panggilan-Nya serta

mampu menempatkan Yesus dalam hidupnya. Dengan begitu ia bersama dengan

Paulus dapat berkata: “Aku hidup bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan

Krsitus yang hidup di dalam aku” (Gal, 2:20).


5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan diantaranya:

1. Apa yang dikatakan oleh Konstitusi FIC untuk menghayati hidup panggilan

sebagai Bruder FIC?

2. Inspirasi pokok manakah yang kita peroleh dari Injil Yohanes berkenaan

dengan menjadi murid Yesus?

3. Bagaimana usaha membantu para novis FIC untuk membentuk diri menjadi
murid Yesus sekaligus bruder FIC?

C. Tujuan Penulisan

Uraian skripsi ini berkisar tentang Panggilan Menjadi Bruder FIC dalam

Terang Panggilan Para Murid Menurut Injil Yohanes. Adapun tujuan skripsi ini

adalah:

1. Membantu para novis FIC sebagai calon Bruder FIC untuk menyadari

panggilannya menjadi bruder FIC dalam terang panggilan para murid menurut

Injil Yohanes.

2. Menguraikan hidup panggilan menjadi bruder FIC dalam terang panggilan

para murid menurut Injil Yohanes bagi para novis FIC agar hidup

panggilannya semakin berkembang dan setia sebagai orang yang dipanggil

oleh Tuhan.

3. Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik,


6

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma (IPPAK-

USD).

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari tulisan ini antara lain:

1. Memberi masukan kepada para novis FIC dalam usaha menghayati hidup

panggilan sebagai calon bruder FIC yang bersumber dari Konstitusi FIC.

2. Mengajak para novis FIC untuk menghayati hidup panggilannya sebagai

calon bruder FIC dengan menimba kekuatan dari panggilan para murid

menurut Injil Yohanes.

3. Membantu para novis FIC dalam mengolah hidup panggilannya sebagai calon

bruder FIC Berdasarkan beberapa artikel Konstitusi FIC serta beberapa

perikop dari Injil Yohanes.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode

deskriptif-analitis, yaitu metode yang menggambarkan secara aktual mengenai usaha

para novis FIC dalam menghayati hidup panggilan menjadi calon bruder FIC dalam

terang panggilan para murid menurut Injil Yohanes.

Adapun usaha untuk membantu para novis FIC dalam menghayati hidup

panggilan menjadi calon bruder FIC dalam Terang Panggilan Para Murid Menurut

Injil Yohanes melalui pendalaman hidup bersama dengan menggunakan pengalaman

hidup peserta (Katekese Umat). Hal ini menjadi pilihan dasar karena cara tersebut

diharapkan mampu mendewasakan, memperdalam iman, menambah wawasan bagi


7

para novis serta mengembangkan dimensi hidup yang ada dalam diri calon bruder

FIC.

Begitu pentingnya pendalaman tersebut maka proses pendalaman perlu

dilakukan secara rutin dan berkesinambungan oleh para Novis dengan begitu mereka

menjadi semakin menghayati hidup panggilannya sebagai calon Bruder FIC dalam

terang panggilan para murid menurut Injil Yohanes.

F. Sitematika Penulisan

Judul skripsi yang di pilih adalah: Panggilan Menjadi Bruder FIC dalam

Terang Panggilan Para Murid Menurut Injil Yohanes. Untuk mempermudah

memahami judul tersebut, akan diuraikan secara rinci menjadi lima bab. Adapun

urutan-urutannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Penulisan,

Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, dan

Sistematika Penulisan

BAB II : PENGGILAN MENJADI BRUDER FIC

Bab II ini di bagi menjadi lima pokok bagian tentang spiritualitas FIC yang

terdapat pada Bagian Pertama. Kelima pokok bagian tersebut mengacu pada

Konstitusi FIC dengan judul: Demi Kerajaan Allah, Tugas Kerasulan, Persekutuan

Para Bruder, Ditopang Oleh Allah, Pembaktian Diri.


8

BAB III : PANGGILAN PARA MURID MENURUT INJIL YOHANES

Pada bab III ini, diuraikan pesan firman dari Kitab Suci yang mendukung

kelima pokok sub tema yang tertuang dalam Konstitusi FIC. Adapun perikop yang

mendukung kelima pokok sub tema tersebut antara lain; Murid-murid Yesus yang

pertama (Yoh, 1:35-51). Dia Makin Besar, Aku Makin Kecil (Yoh, 3:22-36). Yesus

Gembala yang Baik (Yoh, 10:22-36). Pengakuan Petrus (Yoh, 6:67-71).

Gembalakanlah Domba-dombaku (Yoh, 21:15-19).

BAB IV : PROGRAM PENDALAMAN HIDUP PARA NOVIS BRUDER FIC

BERDASARKAN KELIMA POKOK SUB TEMA DALAM

KONSTITUSI FIC DAN BEBERAPA KUTIPAN INJIL YOHANES

1. Demi Kerajaan Allah

- Menjadi manusia seutuhnya yang berkembang kearah Yesus (Konst FIC, art.

1,2,3,4). Yoh. 1:1-18.

- Dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah. (Konst FIC, art. 5, 6). Yoh.

20:19-23.

2. Tugas Kerasulan

- Menjalankan tugas kegembalaan bersama Yesus dalam kongregasi dengan

penuh sukacita. (Konst FIC, art. 15,16,17,18,19). Yoh, 21:15-19.


9

3. Persekutuan Para Bruder

- Cinta kasih ala Yesus, dasar hidup komunitas yang menciptakan damai

sejahtera (shalom). (Konst FIC, art. 35-37). Yoh, 15:9-17.

4. Ditopang oleh Allah

- Kehadiran dan cinta kasih Kristus yang nyata menopang panggilan kita

sebagai religius. (Konst FIC, art. 54, 55, 56). Yoh, 17:6-23; Yoh, 15:1-8.

5. Pembaktian Diri

- Hidup Bersama Yesus dan para murid yang pertama melakukan kehendak

Bapa dalam semangat Injil. (Konst FIC, art. 76, 77,78). Yoh, 1: 35-42.

BAB V : KESIMPULAN DAN PENUTUP

Pada Bab V ini penulis memberikan kesimpulan dari seluruh materi yang

disampaikan serta kata penutup yang berisi tentang harapan dan saran yang kiranya

berguna bagi pengembangan diri penulis skripsi ini.


10

BAB II

PANGGILAN MENJADI BRUDER FIC

Panggilan menjadi Bruder FIC merupakan bentuk panggilan hidup dalam

persekutuan. Sebagai panggilan hidup dalam persekutuan para bruder memiliki

aturan-aturan hidup yang musti disepakati bersama. Dalam Konstitusi dikatakan,

“Aturan-aturan hidup yang hendaknya disepakati dalam hidup bersama antara lain:

Konstitusi, Statuta Kongregasi, Statuta Provinsi, dan peraturan-peraturan yang

berlaku bagi setiap komunitas” (Konst FIC, art. 13). Ada empat bagian besar yang

ada dalam Konstitusi yakni: Hidup Dalam Kongregasi, Pertumbuhan Dalam

Kongregasi, Kepemimpinan dan Pengelolaan, dan Peraturan Akhir. Dari keempat

bagian tersebut hanya satu bagian yang dipilih yakni pada bagian pertama: Hidup

dalam Kongregasi.

Hal ini menjadi penting karena Konstitusi merupakan ‘undang-undang dasar’

yang harus ditaati bersama oleh setiap anggota Kongregasi. Untuk itu, setiap anggota

Kongregasi dituntut untuk memahami, mengerti, dan mengamalkan isi yang tersurat

maupun yang tersirat dalam Konstitusi FIC tersebut. Dalam Konstitusi FIC ada

beberapa bagian. Namun yang di bahas secara rinci dalam tugas akhir ini adalah pada

Bagian pokok I. Pada bagian pokok I ini terkandung beberapa sub Tema yakni: Demi

Kerajaan Allah, Tugas Kerasulan, Persekutuan Para Bruder, Ditopang Oleh Allah,

Pembaktian Diri. Setiap sub tema memiliki beberapa artikel yang harus dibaca,

direfleksikan, dipahami, dimengerti serta diamalkan dalam hidup sebari-hari. Sub

tema dan artikel yang dibahas diuraikan di bawah ini.


11

A. Demi Kerajaan Allah

Berbicara tentang kerajaan Allah tidak bisa lepas dari warta yang disampaikan

Yesus Kristus yang mewartakan kerajaan Allah itu sendiri. Dialah yang pertama kali

mewartakan Kerajaan Allah. Artinya bahwa Allah sungguh meraja dalam diri setiap

orang. Warta tentang Kerajaan Allah sungguh tampak dalam Injil Sinoptik. Di sana

sering terdengar ungkapan sebagai berikut, “Kerajaan Allah itu seumpama…”(Mat,

13:24). Kemudian, “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah

dan percayalah kepada Injil” (Mrk, 1:15). Ajakan Yesus untuk bertobat mempunyai

arti penting bagi perkembangan pribadi, sebab dalam sabda tersebut Yesus mengajak

seseorang untuk meninggalkan cara hidup lama dan mengenakan cara hidup yang

baru bagi Allah, (Zannoni, 2004: 69).

Dalam Injil Yohanes dibahasakan demikian, “Aku berkata kepadamu,

sesungguhnya jika seorang tak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan

Allah” (Yoh, 3:3). Kelahiran baru melambangkan pertobatan yang mendalam dan

akhirnya dimampukan untuk berkembang ke arah Yesus sendiri.

Dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan mengenakan cara hidup

yang baru bagi Allah, seseorang diharapkan dapat menjadi pribadi yang dekat dengan

Yesus. Seorang pribadi yang berjuang seperti Yesus yang selalu mewartakan

Kerajaan Allah. Bagi Yesus Kerajaan Allah segala-galanya, pusat kegiatan,

pewartaan dan keprihatinan-Nya (Putranto, 1997.11). Kedekatan seseorang dengan

Yesus ini pulalah yang menjadikan orang tersebut mengalami kebahagiaan yang

terdalam dan sempurna. Hal tersebut juga menjadi harapan bagi para Bruder FIC.

Dalam Konstitusi ditekankan demikian: “…kita ingin membuat hidup kita sebaik
12

mungkin. Seperti setiap manusia, kita mengingini kebahagiaan yang terdalam dan

paling sempurna” (Konst FIC, art. 1). Untuk mencapai kepribadian yang utuh dan

mendapatkan kebahagiaan yang sempurna memerlukan waktu yang tidak sedikit.

Perlu proses! Pengalaman jatuh bangun dalam menghadapi tantangan, kesulitan hidup

serta pengolahan hidup yang mendalam menjadikan seseorang semakin dewasa dan

bahagia dalam memaknai hidupnya.

Warta mengenai Kerajaan Allah yang masih perlu diperhatikan adalah tentang

motivasi Yesus dan para murid-Nya mewartakan Kerajaan Allah. Yesus dan para

murid-Nya mempunyai motivasi khusus dan jelas ketika mewartakan Kerajaan Allah.

Adapun motivasi khusus dan jelas tersebut adalah bahwa mereka membaktikan

seluruh hidup dan karyanya hanya bagi Allah. Bagi Yesus, Allah merupakan fokus

yang utama. Oleh karena itu menjalin dengan Allah secara lebih intim bagi-Nya

merupakan sesuatu yang mutlak (Lidi, 2005:17).

Yesus mengajak mereka yang sungguh ingin mengarahkan hidupnya melulu

hanya untuk Allah. Ia bersabda: “Ada orang yang tidak dapat kawin karena dia

memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian

oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya

sendiri oleh karena Kerajaan Sorga” (Mat, 19:12).

Yesus dan para murid telah memberi teladan hidup yang konkret bagi para

pengikut-Nya. Seluruh hidup-Nya sungguh dibaktikan bagi Allah dan sesama. Bagi

mereka, pilihan hidup untuk membaktikan diri pada Allah bukan untuk memandang

rendah nilai hidup perkawinan atau berkeluarga. Hal ini disebabkan karena Yesus dan

para murid sungguh sadar bahwa nilai yang tertinggi dalam hidup mereka adalah
13

Kerajaan Allah. Kerajaan Allah menjadi “satu-satunya yang perlu” bagi mereka.

Sebagai “satu-satunya yang perlu” Kerajaan Allah itu perlu diusahakan. Adapun

Kerajaan Allah dapat diumpamakan sebagai “harta terpendam” dan “mutiara yang

berharga” (Mat, 13:44-46). Untuk mendapatkan harta dan mutiara yang terpendam,

orang perlu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dicarinya. Maka tidak

mengherankan kalau mereka dengan rela hati menjual seluruh kekayaan yang ada di

dalam dirinya demi mendapatkan harta dan mutiara yang terpendam tersebut.

Sebagai orang yang sudah dibaptis, dan yang percaya kepada Yesus para

bruder FIC juga diajak untuk mengamini bahwa Yesus adalah wahyu Allah sendiri.

“…kita percaya bahwa Ia telah mewahyukan diri-Nya. Dalam Yesus dari Nazaret,

kita melihat citra Allah yang hidup…” (Konst FIC, art. 3). Dalam Dokumen Konsili

Vatikan II sendiri dikatakan demikian:

“Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-


Nya dan menyatakan rahasia kehendak-Nya…. Maka dengan wahyu ini
Allah yang tidak kelihatan karena cinta kasih-Nya menyapa manusia
sebagai sahabat-sahabat-Nya, menyapa manusia sebagai sahabat dan
bergaul dengan mereka, guna mengundang dan menerima mereka ke dalam
persekutuan-Nya…..Melalui wahyu ini kebenaran yang paling mendalam,
baik tentang Allah maupun tentang keselamatan manusia, menjadi jelas bagi
kita di dalam Kristus yang sekaligus menjadi perantara dan kepenuhan
seluruh wahyu” (DV, Pasal 2).

Para bruder FIC diajak untuk memperkembangkan hidupnya ke arah Yesus,

semakin menyerupai Yesus sebagai pribadi yang mempesona dirinya.

“…Yesus mewahyukan kepada kita citra manusia yang memenuhi


kehendak Allah secara sempurna. Oleh karena itu, menjadi manusia yang
baik, menjadi manusia yang lebih baik berarti berkembang kearah Yesus,
semakin menyerupai Yesus; menimba kehidupan dari hidup-Nya;
menjadikan Kabar Gembira Kerajaan Allah pesan bagi kita sendiri” (Konst
FIC, art. 4).
14

Untuk dapat mewartakan Kerajaan Allah seseorang musti menyadari bahwa

Kerajaan Allah itu dekat dan ada diantara kita. Kerajaan Allah adalah sesuatu yang

pribadi, dan Kerajaan Allah hadir disebabkan karena ketidakberdayaan kita (Zannoni,

2004: 75).

Pastor Ludovicus Rutten sebagai pencetus berdirinya Kongregasi FIC juga

sungguh merasakan bahwa Kerajaan Allah perlu dihadirkan pada masa itu. Situasi

sulit yang dialami oleh umat pada masa itu mendorongnya untuk memperhatikan

anak-anak terlantar dengan cara mendidik dan mendampingi anak-anak. Demikian

juga Br. Bernardus Hoecken. Sebagai bruder pertama dalam Kongregasi, ia selalu

menekankan agar jangan pernah meninggalkan orang miskin (Konst FIC, art. 8).

Secara singkat dapat katakan bahwa apa yang menjadi keprihatinan Yesus

juga menjadi keprihatinan para Bruder FIC. Dengan demikian Kerajaan Allah yang

diwartakan oleh Yesus juga menjadi perhatian para Bruder FIC.

B. Tugas Kerasulan

Sudah sejak awal, kehadiran kongregasi para Bruder FIC bertujuan untuk

menjalankan tugas kerasulan. Dalam artikel-artikel Konstitusi pada bagian pokok

mengenai tugas kerasulan sungguh ditekankan agar para bruder terlibat aktif dalam

tugas kerasulan ditengah umat (masyarakat). Kerasulan yang dimaksud di sini adalah

ikut ambil bagian dalam karya Yesus. Yesus hadir ke dalam dunia untuk berkeliling

sambil mewartakan kabar baik kepada semua orang terutama bagi mereka yang

tersingkir. Tugas kerasulan pertama-tama diteladankan oleh pendiri Kongregasi FIC

yakni Pastor Ludovicus Rutten. “Mula-mula ia merasul diantara 3 anak, 30 anak, 50


15

anak 200 sampai 300 anak” (Kape, 1990:15-16). Jumlah anak yang didampingi oleh

Pastor Rutten terus berkembang, sehingga ia memutuskan untuk mencari kaum muda

yang sungguh mantap dan mau terlibat dalam karya baru untuk mendampingi anak-

anak muda yang tersingkirkan.

Pemuda pertama yang menanggapi ajakan Rutten berasal dari ‘s-

Hertogenbosch dan pada bulan September 1839 ia pergi ke St. Truiden untuk

mendapatkan pendidikan dasar menjadi calon bruder di tempat pendidikan calon

Bruder Karitas. Kiranya pastor Rutten kurang beruntung pada calon bruder pertama

ini. Sebab pada bulan Desember 1839 pemuda tersebut dipanggil oleh Tuhan.

Untunglah bahwa sepeninggal pemuda dari s-Hertgenbosch, datang calon kedua

yakni seorang pemuda yang berumur 29 tahun, putra seorang tukang kayu dari kota

Tilburg yang bernama Jacques Hoecken (Ubachs, 2001:28). Pemuda inilah yang

akan menjadi Bruder FIC pertama dalam Kongregasi FIC. Dikemudian hari beliau

akan disebut Br. Bernardus (Kape, 1990:25). Karya kerasulan yang dirintis oleh para

pendiri menjadi suatu tradisi dan tetap dipelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu

terjadi karena Konstitusi menghendaki demikian “…dalam semangat pendiri, kita -

sebagai Kongregasi - memutuskan bahwa tugas kerasulan kita terutama dalam bidang

pendidikan, pengajaran, dan pembinaan” (Konst FIC, art. 16).

Adapun sasaran utama yang perlu mendapatkan pendidikan adalah mereka

yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, yang cacat, terlupakan, serta mereka yang

kurang mengalami cinta kasih. Diyakini oleh pendiri bahwa melalui kerja keras dan

doa yang cukup dalam melayani memperhatikan mereka, karya kerasulan yang
16

dijalankan para bruder semakin diberkati oleh Tuhan. Bruder Bernardus sendiri

mengatakan demikian:

“Kongregasi sungguh hendak memberi perhatian kepada orang yang


berkekurangan, dengan mengutamakan pendidikan anak-anak miskin dan
terlantar, maka tidak cukuplah bila para bruder bekerja keras dengan
kamauan yang baik saja serta dengan cita-cita luhur dan semangat suci”
(Kape, 1990:43).

Sebagai Kongregasi yang bersifat internasional (Konst FIC, art. 6) para

Bruder FIC diajak untuk berperan serta dalam pembangunan dunia yang lebih layak

bagi manusia di luar tanah airnya sendiri (Konst FIC, art. 17). Untuk itu dibutuhkan

sikap kesiapsediaan yang besar dan tanpa pamrih (Konst FIC, art. 22). Kesiapsediaan

yang besar untuk membangun dunia baru diluar negaranya (daerah misi) nyata dalam

semangat para Bruder di Maastricht. Paling tidak ada 113 Bruder yang mendaftarkan

diri untuk merasul didaerah Misi dari 350 bruder yang ada pada waktu itu (Linden,

1981:3).

Para Bruder tersebut menunjukkan bahwa mereka selalu siap untuk

menjalankan tugas kerasulan dimana dunia membutuhkan. Keberanian yang besar

serta sikap tanpa pamrih untuk merasul sangat dibutuhkan dalam karya kerasulan,

sebab dengan sikap tersebut mereka akan mampu menjalankan tugas kerasulan

dengan baik. Sikap dasar lain yang perlu mendapatkan perhatian mendalam dan perlu

terus diperkambangkan adalah sikap berani, mau menyangkal diri, ugahari, serta

menghargai kemampuan diri.

Sikap-sikap di atas menjadikan seseorang berani untuk menjalankan karya

kerasulannya secara lebih serius dan total. Itulah tuntutan religius yang sudah

membaktikan diri melalui trikaulnya. Mereka yang sudah berkaul diharapkan mampu
17

untuk melawan keinginan serta kesenangannya sendiri. Dengan demikian, mereka

diharapkan mampu bekerja bersama dengan orang lain; juga kalau bekerja di luar

kongregasi kita, apa lagi sebagai bawahan (Konst. FIC. Art. 24). Dalam menjalankan

tugas kerasulan, para bruder perlu menyadari bahwa yang dikerjakan dalam karya

kerasulan bukanlah karyanya sendiri, melainkan karya bersama. Oleh sebab itu

dukungan persekutuan dalam kongregasi menjadi sangat penting. Terlebih dalam

menentukan jenis karya kerasulan. Hal ini juga memerlukan pertimbangan yang

mantap serta memperhatikan tanda-tanda zaman dan dalam iman terbuka terhadap

dorongan Roh Kudus (Konst. FIC. Art. 27). Apa yang tertuang dalam Konstitusi FIC

dapat juga disebut dengan misi hidup bersama dalam Kongregasi (Primadiana dan

Samosir 2003: 275).

Suatu karya kerasulan yang ditangani dengan pertimbangan yang baik,

menyertakan Roh Kudus serta melihat gerak zaman, maka karya yang dilaksanakan

akan menjadi semakin efektif. Terlebih lagi dalam menjalankan karya tersebut ada

kerjasama yang baik dengan semua pihak. Dalam bukunya yang berjudul: Tarekat

dan pihak-pihak yang lain, Rm. Piet Go menganjurkan demikian: “Kerjasama dengan

semua pihak dapat dilakukan dengan sesama terekat, para mantan anggotanya serta

mitra yang lain” (Piet, 2005:72-78).

Kerjasama yang baik dengan semua pihak akan memunculkan adanya suatu

sinergi yang terpadu antara yang satu dengan yang lain. Kenyataan tersebut mampu

membuat suatu karya yang dirasa tidak sempurna dapat menjadi sempurna karena

satu dengan yang lain saling melengkapi. Kekurangsempurnaan atau kelemahan yang

dimiliki oleh seorang pribadi mendapatkan pemenuhan dari pribadi yang memiliki
18

kelebihan. Inilah yang disebut dengan; “Ada berbagai macam karunia, tetapi satu

Roh. Ada bermacam-macam pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor, 12:4-5). Disadari

atau tidak bahwa dalam menjalankan karya kerasulan sering terjadi ketidakcocokan

antara pribadi yang satu dengan yang lain. Maka tidak tertutup kemungkinan bahwa

tugas kerasulan yang kita jalani membawa kekecewaan. Kekecewaan muncul

disebabkan oleh kelemahan atau kekurangan yang ada dalam diri kita sendiri maupun

karena keterbatasan sesama yang ada dalam persekutuan kita (Konst FIC, art. 28).

Jika keadaan tersebut hidup terus dalam persekutuan kita, kehidupan rohani

kita dapat mengalami stagnasi. Lain halnya kalau kekecewaan yang ada dalam

persekutuan dapat diolah secara mandalam secara pribadi maka kekecewaan yang ada

dapat menjadikan diri menjadi pribadi yang dewasa. Pribadi yang mampu menerima

keadaan orang lain sebagaimana adanya serta berani memberi pengampunan kepada

mereka yang telah membuat dirinya kecewa.

Pengolahan hidup yang mendalam menjadikan perbedaan menjadi ladang

subur untuk dapat berkembang bersama, karena yang terjadi bukan mengandalkan

kekuatannya sendiri melainkan kekuatan Kristus. Kristuslah yang menjadi andalan

dirinya serta yang menjadi titik tolak perwartaanya. “Sebab bukan diri kami yang

kami beritakan, melainkan Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai

hambamu karena kehendak Yesus” (2 Kor, 4:5). Kesadaran diri bahwa Tuhan selalu

hadir dalam hati kita membuat kita semakin mencintai keadaan kita sebagai pribadi

yang luhur dan berharga. Maka sedapat mungkin kita pun akan mengatur segala

sesuatu yang berkaitan dengan hidup kita. “…tanggung jawab kerasulan kita akan

manjadi lebih mendalam, jika disediakan waktu yang cukup untuk berefleksi dan
19

berdoa, untuk berkontak sungguh-sungguh dengan sesama, untuk berpartisipasi

dalam kehidupan persekutuan, dan untuk beristirahat, serta berekreasi” (Konst FIC,.

art. 29).

Bagaimanapun tugas kerasulan penting dalam hidup religius. Walaupun

begitu, keharmonisan hidup baik secara pribadi maupun bersama perlu diperhatikan.

Termasuk juga penghargaan kepada masing-masing pribadi yang ada dalam

kongregasi. Sebab pribadi yang ada dalam kongregasi terutama mereka yang lemah,

sakit, lanjut usia atau karena alasan lain, tetaplah bernilai dalam hidup kita. Mereka

merupakan bagian dari hidup kita (Konst FIC, art. 30).

Dalam menjalankan tugas kerasulan, para bruder hendaknya selalu ingat

bahwa kerasulan tanpa pendalaman hidup yang mendalam tidak berdayaguna. Tidak

efektif. Maka kerasulan yang dijalankan hendaknya dilandasi oleh penghayatan

triprasetia. “Triprasetia dan kerasulan kita tidak terpisahkan satu dari yang lain.

Penghayatan triprasetia memperkaya semangat kerasulan kita, dan sekaligus kita

boleh berharap, bahwa kegiatan kerasulan kita akan memperdalam penghayatan

triprasetia kita” (Konst FIC, art. 31). Demikian halnya hubungan antara kerasulan dan

persekutuan (Konst FIC, art. 32). Dalam artikel lain dikatakan bahwa “Kehidupan

doa kita ditandai oleh motivasi kerasulan kita dan motivasi kerasulan kita diperkaya

oleh doa kita” (Konst FIC, art. 33).

Semua itu hendaknya dijalankan secara selaras sehingga kerasulan yang

dijalankan menjadi sesuatu yang berharga dan mendalam. Kerasulan yang dijalankan

hendaknya tidak hanya tampak pada bagian luar saja tetapi sungguh mengurat-

mengakar di dasar lubuk hati kita. Dengan begitu kita percaya bahwa, “Kerasulan
20

dapat merupakan model perubahan spiritual jika sikap yang jitu serta nilai-nilai dan

tujuan-tujuan kristiani yang menyelarasi dituntut” (Hijweege dan Steggerda, 1994:

31).

Kemampuan untuk menyelaraskan antara hidup kerasulan dengan hidup doa,

dalam kehidupan komunitas serta penghayatan triprasetia, menjadikan hidup kita

semakin berkembang. Dengan demikian, kita yakin bahwa kerasulan yang kita

jalankan menjadi subur dan menghasilkan buah melimpah. “Semakin mendalam

hidup kita dan semakin mencari Allah yang mahakasih, maka segala sesuatau dalam

hidup kita pun akan semakin harmonis, bertemu, dan manyatu … dan dalam Dia

segala sesuatu akan bergabung dalam kasih.” (Konst FIC, art. 34).

C. Persekutuan Para Bruder

1. Dasar hidup persekutan

Dasar hidup persekutuan para bruder tidak lepas dari kehidupan jemaat

perdana. Kehidupan yang dijiwai oleh Roh Yesus memungkinkan mereka mampu

hidup sehati sejiwa (Kis, 4:32). Mereka hidup bukan untuk diri mereka sendiri

melainkan juga memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya. Dampaknya

adalah bahwa banyak jemaat yang hidupnya berkekurangan. (Kis, 4:34). Apa yang

dilakukan oleh jemaat pertama ini mau mewujudnyatakan perintah Yesus yakni

saling melayani. Membantu mereka yang sungguh-sungguh membutuhkan

pertolongan.

Kehadiran para bruder yang hidup dalam persekutuan dipanggil untuk bersatu

dan bersetia kawan serta mewartakan Yesus yang seorang kepada yang lain. (Konst.
21

FIC, art. 35). Dengan demikian kehadirannya dapat membahagiakan orang lain

(Konst FIC, art. 36). Kebahagiaan ini menjadi semakin mendalam kalau dalam hidup

persekutuan itu sendiri dibangun sikap yang hangat dalam hidup bersama. hal

tersebut sesuai dengan rumusan Konstitusi FIC yang berbunyi: “Membentuk

persekutuan berarti mendampingi dalam suka dan duka; bersedia saling mengerti dan

memahami, saling menghargai, mendorong, memberikan inspirasi, dan terus menerus

siap sedia saling mengampuni (art. 37).

Sebagai ciptaan yang tak sempurna, para bruder dapat saja berbuat salah

kepada bruder yang lain. Keadaan semacam ini sungguh dapat melukai dan

mengecewakan satu dengan yang lain. Walaupun begitu, perlu disadari bahwa

suasana yang demikian dapat juga memperkembangkan pribadi ke tingkat kehidupan

rohani yang lebih mendalam serta mempersatukan persaudaraan kita (Konst FIC, art..

38). Karena itu dibutuhkan kehendak yang kuat dari dalam diri setiap bruder agar apa

yang menjadi harapan bersama menjadi nyata.

Keterbukaan hati untuk menerima masukan dari sesama melalui pembicaraan,

kontak timbal balik, dan musyawarah secara terbuka sangat diperlukan dalam

kesatuan, pembangunan dan berfungsinya kongregasi kita (Konst FIC, art. 41).

Pembicaraan di atas dapat juga berlaku pada saat resmi maupun tidak resmi. Sebab

dalam banyak kesempatan pembicaraan yang tidak resmi dapat juga memberi arti

yang besar dalam kehidupan bersama (Konst FIC, art. 42).


22

2. Kesatuan dalam keanekaragaman

Tidak dapat dipungkiri bahwa Kongregasi FIC sebagai Kongregasi

internasional. Artinya bahwa keanekaragaraman dalam Kongregasi mau tidak mau

ada. Namun keanekaragaman yang ada bukan sebagai halangan untuk terjadinya

kesatuan. Kesatuan dalam keanekaragaman dalam persekutuan tampak nyata dalam

buku yang berjudul: Seluruh Hidupku Bagi Allah dan Sesama. Dalam buku tersebut

dapat dilihat secara jelas bahwa masing-masing provinsi baik itu Belanda, Indonesia,

Ghana, Chili, Malawai mengalami kesulitan dalam menjalani hidup bersama namun

demikian semua tetap berusaha untuk mencapai satu tujuan yakni adanya kesatuan

untuk semua. (Hijweege dan Steggerda, 1994:34).

Kesulitan dalam membangun hidup persekutuan dapat diakibatkan oleh

banyak faktor. Kesulitan tersebut biasanya diakibatkan oleh latar belakang hidup

masing-masing bruder. Walaupun begitu, kehidupan sebagai bruder dalam

persekutuan harus terus diperjuangkan. Konsitutsi sendiri meyakini bahwa

keanekaragaman ini memiliki pengaruh yang dapat memperdalam dan memperkaya

jika dilaksanakan secara tepat. Keanekaragaman yang ada tidak perlu merusakkan

kesatuan kita. “Kita dapat terus-menerus membentuk suatu persekutuan yang kuat

dan tetap dapat dikenal sebagai saudara (bruder) seorang terhadap yang lain sebagai

anggota Kongregasi (Konst FIC, art. 43).

3. Organisasi dan Peraturan dalam Hidup Persekutuan

Dalam kehidupan bersama, manusia membutuhkan organisasi. Di dalam

organisasi inilah pegangan untuk hidup bersama dibuat. Hal ini dimaksudkan agar

tata kehidupan bersama menjadi lebih teratur dan berjalan dengan baik. Sebagai
23

Kongregasi, kitapun membutuhkan peraturan-peraturan yang muncul dari

persekutuan kita sendiri demi kesejahteraan persekutuan kita (Konst FIC, art. 47).

Adapun peraturan yang dibuat ini bukanlah bersifat mutlak. Karena itu peraturan

yang ada dapat saja diubah jika persekutuan sungguh menghendakinya.

Peraturan yang ada dalam Kongregasi di ditetapkan sebagai peraturan yang

mengikat kehidupan bersama. Perturan tersebut adalah Konstitusi. Berdasarkan

Konstitusi dibuatlah Statuta Kongregasi dan Statuta Provinsi. Ketiga peraturan

tersebut merupakan Hukum Kongregasi. Karenanya, Hukum sungguh

mengungkapkan semangat yang hendaknya diperjuangkan oleh semua anggota

kongregasi (Konst FIC, art. 48).

4. Kepemimpinan dalam Persekutuan

Di dalam hidup persekutuan, tidak mungkin tidak ada seorang pemimpin.

Artinya seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam hidup bersama. Pemimpin di sini

bukanlah pemimpin politik yang dapat menggunakan berbagai usaha untuk dapat

menguasai anggotanya. Karena itu pemimpin hendaknya dapat memberikan suasana

yang menenteramkan seluruh anggota. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang

mampu melaksanakan tugasnya dengan semangat Yesus. “Aku datang bukan untuk

dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat, 20:28).

Disadari bahwa untuk dapat mewujudkan kepemimpinan dengan semangat

Yesus tidaklah mudah. Konstitusi FIC memberikan rumusan bagi para pemimpin

agar dalam tugasnya mampu memberikan sesuatu yang berharga demi kelangsungan

hidup para anggotanya. Adapun rumusan tersebut berbunyi demikian:


24

“ Para bruder yang bertugas memimpin diharapkan memberikan inspirasi,


dorongan, meningkatkan persatuan dan kerjasama, serta mengarahkan
persekutuan dengan sarana organisasi dan peraturan yang tepat guna.
Mereka diharapkan mendengarkan apa yang menjadi harapan para bruder,
memahami kesukaran-kesukaran dan kesedian manusiawi, mau
menunjukkan kesalahan, kekhilafan, dan kelemahan-kelemahan, dan
bertindak tegas dengan penuh kewibawaan bila hal tersebut dibutuhkan”
(Konst FIC, art. 50)

Br. Bernardus Hoecken sendiri mengatakan bahwa menjadi pemimpin bukanlah suatu

tugas yang ringan. Untuk itu Hoecken memberikan petunjuk bagi para pemimpin

dalam menjalankan tugasnya. Ada beberapa petunjuk praktis yang perlu dilaksanakan

olah para pemimpin entah pemimpin provinsi maupun komunitas. (Hoecken,

1994:92-95)

Santo Vincensius a Paulo mengilustrasikan pentingnya seorang pemimpin.

Vincensius pernah menggambarkan demikian: “Pada umumnya jika seorang tentara

kalah dalam perang, pemimpin tentaralah yang dipersalahkan; begitu pula

penyelewengan, pelanggaran, dan kekacauan berasal dari kelemahan pemimpin.”

Dari gambaran tersebut, bisa dipahami bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab

moral yang cukup besar terhadap segala sesuatu yang terjadi pada anggotanya. Untuk

itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara anggota dan pemimpin. Maka menjadi

baik dan tepat jika semua anggota terlibat untuk memberikan kebahagiaan kepada

sesama anggotanya (Konst FIC, art. 52).

D. Ditopang Oleh Allah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki Tubuh, Jiwa, Roh

(KWI, 1996: 9-10). Dengan keberadaannya tersebut manusia memiliki keistimewaan

di mata Tuhan. Melalui ketiga unsur di atas manusia dapat mengenal dirinya secara
25

lebih mendalam. Namun demikian manusia tidak dapat menentukan seluruh

perjalanan hidupnya di dunia ini. Manusia selalu dihadapkan pada sesuatu yang

misteri. Berhadapan dengan sesuatu yang misteri inilah manusia berjuang untuk

mengungkap misteri tersebut. Namun ketika tidak dapat mengungkap misteri tersebut

dia menyerahkan dirinya tanpa syarat kepada Allah. Penyerahan diri tanpa syarat

inilah yang disebut dengan iman. “Iman tumbuh dan berkembang karena rahmat

Allah. (Konst FIC, art. 54).

Sebagai religius, kita bersyukur karena boleh merasakan bahwa Allah yang

hidup selalu menyertai hidup kita. Allah sendiri dengan penuh kasih mewahyukan

diri-Nya, “Allah Adalah kasih” (1Yoh, 4:8). Kasih Allah nyata dalam diri Putra-Nya

yang diutus ke dunia,

“ Pewahyuan kasih Allah yang paling utama yaitu Yesus Kristus. Dalam
Dia, Allah yang tak terbatas telah datang di antara kita, dalam penjelmaan
yang terbatas dan duniawi. Yesus Kristus itulah Allah beserta kita; Yesus
itulah saudara kita, sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal
dosa”. (Konst FIC, art. 56).

Melalui pewahyuan kasih Allah, kita boleh mengenal-Nya dalam iman. Iman

kita kepada Allah menjadi semakin berkembang dan dewasa jika iman tersebut

dijaga, dirawat, dan pupuk secara terus menerus. Usaha untuk mempertebal dan

mendewasakan iman dapat dilakukan dengan berdoa, membuka diri terhadap Sabda-

Nya dalam Kitab Suci, serta menerima sakramen-sakramen (Konst FIC, art. 58).

Berdoa memiliki arti bahwa kita diajak untuk mengarahkan diri kepada kehendak dan

rencana-Nya (Konst FIC, art. 60). Karena itu, kita berusaha mencari Allah yang

adalah kasih. Usaha pencarian ini tidak dapat dipisahkan dengan pengalaman hidup

sehari-hari. Melalui pengalaman ini dapat diandaikan bahwa doa yang dilaksanakan
26

dengan penuh kesungguhan dapat menyuburkan tugas pengutusan kita dan mampu

mengobarkan semangat kerasulan kita (Konst FIC, art. 62). Apa yang tertulis dalam

Konstitusi tersebut di atas tidak jauh dengan apa yang dirumuskan oleh para Bapa

Konsili:

“ Maka dari itu para anggota setiap tarekat hendaklah mencari Allah satu-
satunya dan di atas segalanya. Mereka wajib mengadakan kontemplasi,
yang membuat mereka berpaut pada-Nya dengan budi dan hati, dengan
cinta kasih kerasulan, yang menjiwai usaha mereka menggabungkan diri
kapada karya Penebusan dan menyebarkan Kerajaan Allah” (PC, art.
5:251)

Sebagai religius kita hendaknya perlu menyediakan waktu yang cukup untuk

menjalin relasi dengan Yesus Kristus. Tanpa adanya relasi yang baik dengan Yesus

Kristus, kerasulan yang dilakukan mengalami kerugian yang besar. Sebab hanya

melalui Kristus, kita mampu mempelajari arti terdalam tentang menjadi manusia bagi

orang lain (Konst FIC, art. 62). Kita dapat berdoa dengan baik, kaya dan mendalam

bila kita mampu menyertakan serangkaian karya hidup kita sehari-hari di dalam doa

harian. Di dalam biara ada kegiatan berdoa bersama (Konst FIC, art. 64), juga ada

kegiatan berdoa pribadi (Konst FIC, art. 65). Dengan berdoa bersama, kita

diharapkan mampu masuk ke dalam keheningan hati dan masuk bersatu dengan

Allah. Dan dengan berdoa pribadi kita semakin mampu menciptakan suasana batin

yang semakin damai. Dari kegiatan berdoa tersebut kita mengalami pertumbuhan dan

perkembangan dalam iman. Untuk itu kita harus meninggalkan diri kita sendiri agar

mencapai persatuan dengan Allah dan dengan sesama kita (Konst FIC, art. 66).

Selain berdoa bersama dan pribadi seorang religius diberi kesempatan untuk

mengadakan refleksi yang lebih lama atau retret. (Konst FIC, art. 67). Ketika berdoa
27

kita dapat menimba kekuatan dari Allah melalui Sabda Allah yang termuat dalam

Kitab Suci (Konst FIC, art. 68). Kitab Hukum Kanonik juga mengajak kita untuk

membaca Kitab Suci, “Hendaknya meyediakan waktu untuk bacaan Kitab Suci serta

doa meditasi, merayakan ibadat harian dengan layak seturut ketentuan peraturan

tarekatnya” (KHK, 663 § 3). Uraian dari Konstitusi dan Kitab Hukum Kanonik

tersebut mau menegaskan bahwa Kitab Suci memiliki peran penting bagi setiap

religius untuk semakin mengenal Allah baik itu melalui Kitab Perjanjian Lama

maupun Perjanjian Baru. Allah yang dialami dan dirasakan secara dekat oleh bangsa

Israel. Dialah Allah yang setia. Allah yang dapat dijadikan teladan hidup bagi religius

agar hidup selaras dengan Allah sendiri. Kesetiaan Allah yang konkrit tampak nyata

dalam diri Yesus. Dialah Mesias (penyelamat), dan Kristus (Yang Terurapi), Sabda

yang menjadi daging. Manusia yang menjadi segala-galanya bagi semua orang dan

pewarta Kabar Gembira. Kenyataan membuktikan bahwa Yesus adalah Sang Kabar

Gembira.

Karena itu Kabar Gembira-Nya menjadi aturan hidup kita yang paling asasi.

Dengan demikian kita dapat berkata seperti Paulus yang mengatakan, “…bukan lagi

aku sendiri yang hidup, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam aku.” (Gal, 2:20).

Untuk sampai pada ungkapan seperti yang katakan Paulus tidaklah mudah, sebab

orang dituntut untuk terus memperbaiki diri hingga mampu merasakan perjumpaan

yang intim dengan Kristus. Paulus sendiri mengalami hal semacam itu sehingga

mempengaruhi seluruh hidupnya. “Pengalaman perjumpaan dengan Kristus inilah

yang memberi makna kepada pengalaman hidup Paulus yang lain dan menentukan

perjalanan hidupnya” (Suharyo, 1999:77).


28

Kenyataan lain yang tidak dapat ditinggalkan oleh kita sebagai religius adalah

mengikuti perjamuan Ekaristi. “Ekaristi merupakan perayaan tertinggi persatuan kita

dengan Yesus, perayaan tertinggi cinta kasih. Ekaristi juga merupakan perayaan

persatuan kita seorang terhadap yang lain dan dengan semua orang di dalam Dia.”

(Konst FIC, art. 70).

Melalui perayaan Ekaristi ini kita diajak untuk memperingati persembahan

diri-Nya dengan penuh syukur. Persembahan penuh syukur yang dilakukan oleh

Yesus inilah yang perlu kita teladani. Yang mau dikatakan di sini adalah bahwa

Ekaristi memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena

itu kita perlu menyambut komuni suci dalam hidup harian kita. (Konst FIC, art. 71).

Hal senada juga diyakini oleh Ibu Teresa dari Kalkuta. Ia mengajak kepada

kita semua untuk tidak meninggalkan Ekaristi, karena Ekaristi merupakan sumber

daya rohani yang tiada tara, makanan rohani yang menguatkan, serta sebagai tempat

untuk menimba hidup dan karyanya. Ekaristi juga memuat teladan dan tindakan kasih

yang paling agung, mengenal kasih Allah yang mewujud dalam pemberian Putra-Nya

sendiri supaya manusia yang miskin akan kasih memiliki kembali kasih itu sehingga

semakin mampu membangun hidup dalam Allah.

Ibu Teresa juga mengalami dan merasakan bahwa Ekaristi adalah peristiwa

Kristus yang sedang memecahkan roti, membagikan diri-Nya sendiri demi

keselamatan umat manusia. (Cahyadi, 2003:151-154). Pemahaman Ibu Teresa yang

begitu mendalam mengenai Ekaristi menjadikan dirinya mengagumi misteri hidup


29

Tuhan yang ia rasakan setelah menyambut komuni suci. Kekaguman tersebut tampak

nyata dalam rumusan dibawah ini:

“Betapa Tuhan yang begitu agung dipegangnya dengan jari-jari tangannya


yang kecil, bahkan doa membiarkan diri dipecah-pecahkan untuk dibagi-
bagikan. Belum lagi Tuhan yang begitu kaya dan berkuasa membiarkan
diri untuk disantapnya. Ini sungguh suatu misteri yang amat
mengagumkan, misteri yang begitu indah, dan tak pernah habis untuk
dimengerti dan digali. Misteri yang mampu mengalirkan daya kekuatan
yang begitu besar bagi hidup dan pelayannya” (Cahyadi, 2003:155).

Disadari bersama bahwa kita sering berdoa. Kita juga sering menerima

Sakramen Ekaristi setiap hari. Namun demikian kita sering jatuh dalam kesalahan dan

dosa yang sama. Sebagai manusia kita memang lemah dan rapuh. Untuk itu kita

membutuhkan pengampunan dari sesama dan Allah sendiri. Yesus Kristus sendiri

mengajar kita berdoa demikian, “…ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga

mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Mat, 6: 12). Ayat ini mengajak kita

agar kita senantiasa memohon ampun kepada Allah dengan menerima sakramen tobat

(KHK, Kan. 664:207).

Ketika kita jatuh dalam kesalahan dan dosa, suara hati kita mempersalahkan

kita sendiri. Kita merasa tidak enak, hidup menjadi tidak tenang. Kita juga merasa

tidak pantas mengikuti jalan Tuhan. Karena itu kita perlu meyakini bahwa Allah

adalah kasih. Allah yang rela mengasihi kita tanpa batas. Walaupun hidup kita kurang

memenuhi harapan-Nya, kita mencoba untuk selalu percaya bahwa Allah sungguh

mencintai kita dengan segala kelemahan yang ada pada kita. Cinta Allah begitu besar

dan nyata. Cinta-Nya menjadi nyata ketika mengutus Putra-Nya Yesus Kristus

melalui Maria bunda-Nya.


30

Keberanian Maria untuk menjawab “ya” terhadap panggilan Tuhan membawa

keselamatan bagi manusia. Karena itu Maria dapat dijadikan teladan dalam hidup

kita. Dialah putri pilihan Allah. Dialah bunda yang selalu setia mendampingi

putranya dari lahir hingga wafat-Nya di kayu salib. Fiatnya yang berbunyi,

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu

itu,” (Luk, 1:38). Fiat yang telah diungkapkannya bukanlah kata-kata kosong dan

tanpa makna. Kata yang tidak memiliki arti. Fiat yang diungkapkan Maria sungguh

memiliki makna yang dalam bagi hidupnya dan bagi umat manusia. Maria berani

menanggung segala duka derita demi panggilannya menjadi bunda penyelamat. Para

bruder FIC sendiri sangat menghormati Bunda Maria. Karenanya Ibu Maria dijadikan

pelindung Kongregasi dan dijadikan teladan bagi hidup para bruder. Wujud konkrit

agar Bunda Maria dijadikan teladan ada dalam Konstitusi FIC yang berbunyi:

“Kesetiaan, kerendahan hati Maria, dan kepekaan serta kepedulian terhadap

kebutuhan-kebutuhan manusia, dapat kita jadikan teladan bagi kehidupan kita sebagai

religius yang merasul”. (Konst FIC, art. 75).

E. Pembaktian Diri

Dalam Konstitusi FIC ketiga nasehat Injili dibahas secara detail mulai dari

artikel 79 sampai 99. Adapun rinciannya sebagai berikut. Pertama, Ketaatan Injili

artikel 79-85. Kedua, kemiskinan artikel 86-93. Dan Hidup Wadat dari artikel 94-99.

ketiga triprasetia yang diikrarkan oleh para religius akan diuraikan secara lebih

gamblang dibawah ini.


31

1. Kaul Ketaatan

Ketaatan menuntut kesiapsediaan kita untuk mendengarkan dan taat. (Konst.

FIC, art. 79). Kesiapsediaan yang kita maksudkan di sini adalah kesiapsediaan untuk

menjalankan tugas perutusan seturut teladan Yesus. Dalam menjalankan tugas

perutusan ini kita musti mempergunakan seluruh kemampuan yang ada dalam diri

kita sehingga kita mencapai kehidupan manusiawi yang mendalam dan berbuah

melimpah. (Konst FIC, art. 80). Dengan prasetia ketaatan seorang religius dituntut

untuk menangggapi tugas kerasulan yang dipercayakan kepadanya oleh para

pemimpin dan penguasa kongregasi yang sah menurut Konstitusi kita (Konst FIC,.

art. 81). Selain itu religius juga perlu taat kepada Paus sebagai pemimpin Gereja di

seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan bunyi Kitab Hukum Kanonik. “Masing-masing

anggota wajib dan taat kepada Paus, selaku pemimpin mereka yang tertinggi, juga

atas dasar ikatan ketaatan suci.” (KHK, Kan. 590 § 2).

Ketaatan yang dimaksud di sini tentu bukan ketaatan pasif melainkan ketaatan

aktif yaitu ketaatan yang memungkinkan kaum religius mampu mengaktualisasikan

dirinya seturut kehendak Allah. Semua itu menjadi mungkin jika dalam iman, kita

mengarahkan hidup kita kepada kehendak Allah. (Konst FIC, art. 83). Melalui kaul

ketaatan, para religius diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi

kesejahteraan umat manusia dan kesejahteraan persekutuannya sendiri.

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan bagi para religius adalah bahwa

hidupnya semata-mata dibaktikan bagi Kerajaan Allah dan demi pelayanan kepada

kedatangan kerajaan-Nya. Setiap orang yang memutuskan menjadi religius pasti

berhadapan dengan pembaktian diri tersebut. Secara lebih jauh, ketaatan tidak hanya
32

berlaku bagi para anggota kongregasi. Seorang pemimpin pun perlu menumbuhkan

ketaatan. Adapun ketaatan yang diharapkan disini adalah ketaatan dan kesediaan

untuk mendengarkan dengan setia serta peka terhadap bimbingan Roh Kudus. (Konst.

FIC, art. 85).

2. Kaul Kemiskinan

Membicarakan atau menjelaskan mengenai kaul kemiskinan kepada umat

tidaklah mudah. Hal ini disebabkan pada fakta yang menunjukkan bahwa religius

adalah tidak miskin jika dibandingkan dengan masyarakat di sekitarnya. Namun

kemiskinan yang ingin ditekankan dalam hidup religius adalah kemiskinan yang

dilihat sebagai sikap religius itu sendiri terhadap sarana atau harta yang ada dalam

komunitas. Seorang religius diharapkan memiliki sikap tidak melekat pada harta-

benda, atau memiliki sikap lepas bebas. Artinya religius dikatakan miskin karena dia

tidak melekat pada harta benda yang ada dalam kongregsinya (Ladjar, 1983: 43).

Dengan tidak lekat pada harta benda yang ada dalam Kongregasi, seorang

religius diharapkan mampu mengabdikan diri sepenuhnya demi pelayanan kepada

Allah dan demi pelayanan kepada kedatangan kerajaan-Nya. Dengan demikian dia

juga menjadi tanda bagi datangnya Kerajaan Allah di dunia. Dalam Injil Yesus

bersabda, “berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya

Kerajaan Allah.” (Luk, 6:20). Yesus sendiri hidup dalam kesederhanaan dan

keugaharian (Konst FIC, art. 86).

Sebagai religius yang mengikrarkan kaul kemiskinan kita dapat belajar dari

umat Kristen perdana. Jemaat Kristen perdana berusaha dengan sungguh hidup dalam
33

sabda dan teladan Yesus. “Mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang

berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri (Kis, 4:32).

Suasana yang tercipta dalam jemaat perdana sungguh baik kalau dihidupi oleh

religius zaman sekarang. Konstitusi FIC merumuskannya dengan bahasa yang sangat

bagus demikian,

“Seperti mereka, kita juga ingin hidup sesuai dengan sabda dan teladan
kemiskinan Kristus. Baik sebagai perseorangan maupun sebagai
persekutan, dalam hal penggunaan uang dan harta milik, serta segalanya
yang kita terima atau kita hasilkan, kita serahkan kepada persekutuan
demi pertumbuah Kerajaan Allah.” (Kont FIC, art. 88).

Sebagai religius kita perlu memahami maksud dan tujuan dari prasetia

kemiskinan itu sendiri. Salah satu artikel Konstitusi merumuskan demikian,

“Kita berprasetia kemiskinan, artinya kita ingin menggantungkan diri


kepada Kongregasi dan kepada penguasa Kongregasi dalam penggunaan
serta pengaturan uang dan harta milik. (Konst FIC Bagian III. No 11. Dari
art. 159-171). Dalam semangat itulah pola hidup kita sebagai pribadi dan
sebagai persekutuan akan berupa pola hidup ugahari. Dalam semangat
itulah kita memiliki suatu perhatian istimewa terhadap yang miskin dan
yang berkekurangan dalam hal harta dan uang. Dalam semangat itu juga
kita terarah kepada kebenaran, pertolongan bagi orang yang
membutuhkan, dan kita menentang pemerasan tenaga serta struktur
ekonomi yang tidak adil.” (Konst FIC, art. 89).

Dengan mencermati dan memahami maksud dan tujuan dari kaul kemiskinan

seorang religius sungguh diajak untuk hidup dalam keugaharian. “Kita ingin

menghindari segalanya yang dapat dipandang sebagai nafsu mengejar kekayaan,

kekuasaan, dan kehormatan atau gengsi, serta mencari keuntungan dan milik.”

(Konst FIC, art. 90).

Kesetiakawannan menjadi nyata jika seorang religius mampu hidup dalam

keugaharian. Sebab dengan hidup ugahari mereka dimampukan untuk membantu

orang yang miskin dan yang berkekurangan (Konst FIC, art. 91). Keugaharian dan
34

kesetiakawanan yang dilakukan dengan tulus menjadikan seorang religius memiliki

sikap lepas bebas dari kelekatan-kelekatan harta duniawi. (Konst, FIC, art. 92).

Dengan demikian mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa

mengharapkan imbalan dari orang yang dilayaninya. Kiranya sikap inilah yang harus

hidup dan menjiwai diri seorang religius.

3. Kaul Kemurnian

Dalam hidup bakti, kaul kemurnian dapat juga disebut hidup wadat. Hidup

wadat adalah salah satu dari tiga kaul seperti yang diduraikan di atas. Katiga kaul

tersebut diikrarkan dengan penuh kesadaran dan kebebasan. Tidak ada orang yang

dipaksa untuk mengikrarkan hidup wadat. Sebagai bruder yang mengikrarkan untuk

hidup wadat, hidupnya melulu hanya untuk Kerajaan Allah. Jadi dapat dikatakan

bahwa hidup wadat tidak hanya memiliki arti bahwa dia tidak menikah.

Hidup wadat memiliki arti yang jauh lebih mendalam daripada hidup tidak

menikah. Oleh karena itu orang yang memilih hidup wadat hendaknya sadar bahwa

dia menjadikan dirinya untuk mengabdi Allah demi pelayanan kepada-Nya serta

pelayanan kepada kedatangan kerajaan-Nya (Konst FIC, art. 94).

Hidup wadat demi Kerajaan Allah tidak lepas dari kata-kata Yesus yang

tertuang dalam Kitab Suci yakni “demi Kerajaan Allah” atau “Kerajaan Surga” (Mat,

19:12). Ungkapan Yesus di atas, selengkapnya adalah sebagai berikut: “Ada orang

yang tidak dapat kawin karena dia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada

orang karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga”.


35

Dari kutipan di atas menjadi jelas bahwa religius yang mengikrarkan diri

untuk hidup wadat atau hidup tidak kawin karena kemauan bebasnya sendiri. Dia

melakukan hidup wadat karena dia ingin hidup hanya melulu untuk datangnya

Kerajaan Allah. “Dengan hidup wadat seluruh diri-Nya dipersembahkan kepada Bapa

dan terarah kepada sesama. Dalam kasih Dia mengosongkan diri secara total, menjadi

segalanya bagi semua orang” (Konst FIC, art. 95).

Sebagai religius yang mengikrarkan hidup wadat, kita diminta menyatakan

kesediaan kita secara penuh untuk mengikuti Kristus dan seperti Kristus. Selain itu,

kita juga diminta untuk mengungkapkan pembaktian diri secara total untuk

terlaksanannya Kerajaan Allah (Ladjar, 1983. 41).

Kesediaan kita secara penuh untuk mengikuti Kristus, memungkinkan kita

menjadi pribadi yang dewasa. Pribadi yang dewasa adalah pribadi yang dapat hidup

tolong menolong dalam menghayati hidup wadat. “Sebagai bruder, kita hendaknya

saling menolong dalam menghayati hidup wadat kita. …. Dalam hal ini, doa dan laku

tapa yang sehat amat sangat kita perlukan.” (Konst FIC, art. 97). Dilihat dari dimensi

kerasulan, seorang religius yang memilih hidup wadat dapat semakin dekat dengan

Kristus. Demikianlah kita semakin dibimbing untuk memperhatikan sebanyak

mungkin orang secara peka dan penuh kasih, teristimewa bagi mereka yang sungguh

kurang mengalami cinta kasih. (Konst FIC, art. 98).

Perhatian dengan penuh kasih inilah yang merupakan saksi dan tanda kasih

Allah yang nyata di dunia. Untuk itu kehadiran religius diharapkan dapat

menciptakan suatu lingkungan yang diwarnai dengan kehangatan cinta kasih Allah

yang sejati. Dengan begitu dia menjadi pribadi yang sungguh percaya dan semakin
36

mengandalkan Allah dalam hidupnya. “Para religius wajib berusaha menghayati kaul

mereka dengan setia, semakin percaya akan amanat Tuhan, bertumpu pada bantuan

Allah serta tidak mengandalkan kekuatannya sendiri” (PC, no. 12:256).

Salah satu hal yang perlu disadari oleh religius adalah bahwa religius

merupakan orang yang bebas. Orang yang menyediakan diri seutuhnya bagi sesama

dan Tuhan. Walaupun demikian tidak berarti bahwa seorang religius adalah orang

sudah sempurna. Kita tetap menemui kesulitan dan kesukaran, bahkan kekecewaan

untuk bertumbuh pada sesuatu yang lebih baik. Konstitusi FIC mengatakan

demikian: “Kita berusaha untuk tumbuh dalam kasih, dengan setia dan penuh

harapan, dan karena itu kita akan mengalami sukacita persatuan kita dengan Kristus,

dengan sesama bruder dan dengan banyak orang lain. (Konst FIC, art. 99). Uraian

hidup pembaktian diri di atas perlu diperjuangkan oleh mereka yang ingin hidup

sebagai religius baik untuk religius pria maupun wanita.

“ Nasehat mengenai kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan didasarkan pada


sabda dan teladan Tuhan, dan dianjurkan oleh para Rasul, para Bapa, para
guru serta gembala Gereja. oleh karena itu nasehat-nasehat tersebut
merupakan kurnia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhannya dan
selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya” (LG. 1993:132).
37

BAB III

PANGGILAN PARA MURID YESUS

MENURUT INJIL YOHANES

Dalam bab III ini akan diuraikan mengenai Panggilan Para Murid Yesus

Menurut Injil Yohanes. Tema ini menjadi penting karena memuat Panggilan Para

Murid Yesus Sang Putra Allah (Yoh, 10:36). Yohanes menjelaskan bahwa Yesus

adalah seorang Guru yang belum pernah ada orang yang berkata seperti diri-Nya

(Yoh, 7:46).

Panggilan Para Murid Yesus Menurut Injil Yohanes diharapkan dapat menjadi

acuan bagi bruder FIC dalam menanggapi panggilannya untuk tetap tekun, setia dan

beriman mendalam kepada Yesus. Sebab Yesus merupakan pribadi yang patut di

contoh tentang ketekunan serta kesetiaan-Nya terhadap rencana Allah. Dengan penuh

kesadaran Yesus menjalankan tugas yang dipercayakan kepada-Nya yakni

menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa. Ia hadir ke dunia untuk mencari

pendosa. Artinya bahwa Yesus hadir untuk memperbaiki hubungan manusia dengan

Allah (Breemen, 1976:33).

Keberadaan Yesus yang demikian itulah yang sungguh mempesona para

murid Yohanes. Keterpesonaan para murid Yohanes kepada Yesus hendaknya juga

menjadi acuan bagi para bruder FIC untuk semakin terpesona kepada-Nya. Untuk

mencapai sasaran di atas, Ada lima pokok bahasan yang kiranya dapat menjawabnya.

Kelima pokok bagian tersebut diantaranya:


38

A. Murid-murid Yesus yang pertama (Yoh, 1:35-51).

Para murid Yesus yang pertama sebelumnya tidak mengenal siapa itu Yesus

sebenarnya. Mereka dikenalkan oleh Yohanes gurunya. Yohanes memberi kesaksian

dengan berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah!” (Yoh, 1:36). Mendengar perkataan

gurunya, para murid mengikuti Yesus (ay. 37). Ungkapan Yohanes yang mengatakan

kepada para murid bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah dapat menimbulkan

pertanyaan. Ada maksud apa Yohanes mengatakan hal itu kepada para muridnya?

Apakah Yohanes menginginkan agar para muridnya menjadi pengikut Yesus?

Ataukah Yohanes dengan penuh kesadarannya ingin mengurangi pananpilannya

dihadapan publik dan membiarkan Yesus untuk menggantikan posisinya di depan

umum? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin ada benarnya. Namun yang jelas

bahwa Yohanes menginginkan agar para muridnya sungguh-sungguh mengenal

Yesus yang sebenarnya. Hal ini tampak sesudah dia mengatakan bahwa Yesus adalah

Anak Allah, namanya tidak lagi muncul dalam ayat selanjutnya. Semua itu mau

menggambarkan bahwa Yohanes sungguh menyerahkan para muridnya kepada

bimbingan Yesus.

Meskipun demikian Yesus tidak langsung menerima kehadiran para murid

Yohanes. Yesus berkata kepada para murid Yohanes demikian: “Apakah yang kamu

cari?” dan mereka menjawab: “Rabi (artinya: Guru), dimanakah Engkau tinggal?”

(ay. 38). Kemudian Yesus menjawab: “Marilah dan kamu akan melihatnya”. Dan

merekapun tinggal bersama dengan Dia. Waktu itu kira-kira pukul empat (ay. 39).

Penunjukkan waktu kira-kira pukul empat oleh Yohanes bertujuan untuk menarik

perhatian kepada hubungan yang sungguh-sungguh antara Yesus dengan para murid-
39

Nya bukan untuk menyediakan data secara kronologis (Yayasan Komuniksasi Bina

Kasih, 1982.270). Dalam perikop ini nama beberapa murid Yesus yang tinggal

bersamanya disebutkan diantaranya: Andreas Saudara Simon Petrus (ay. 40). Andreas

mula-mula bertemu dengan Simon saudaranya dan berkata kepadanya: “kami telah

menemukan Mesias (artinya: Kristus).” (ay. 41). Kemudian Simon dibawa kepada

Yesus. Ketika bertemu Simon, Yesus memberikan julukan yang terkenal kepadanya

hingga saat ini yakni Kefas (artinya: batu karang), (ay. 42). Kefas adalah bentuk

Aram dan artinya sama dengan Petrus dalam bahasa Yunani (Yayasan Komuniksasi

Bina Kasih, 1982.272).

Selain kedua nama di atas ada beberapa nama lagi yakni: Filipus. Ketika

bertemu dengan Filipus, Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” (ay. 43). Ajakan

Yesus ditanggapi oleh Filipus dengan penuh antusias. Dia berasal dari kota Betsaida

kota Andreas dan Petrus (ay. 44). Kemudian Pilipus bertemu dengan Natanael yang

dalam Injil Sinoptik disebut Bartolomeus (Mat, 10:1-4; Mrk, 3:13-19; Luk, 6:12-16).

Saat bertemu dengan Natanael, Pilipus berkata: “Kami telah menemukan Dia,

yang disebut oleh Kitab Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus,

anak Yusuf dari Nazaret.” Mendengar kata-kata Pilipus, Natanael tidak langsung

percaya. Dia mempertanyakan kebenaran ungkapan itu dengan berkata: “Mungkinkah

sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (ay. 46). Melihat ketidakpercayaan Natanael

Pilipus menjawab: “Mari dan lihatlah.” Natanael pun pergi kepada Yesus. Ketika

Yesus melihat kedatangan Natanael Berkatalah Dia: “Lihat, inilah seorang Israel

Sejati, tidak ada kepalsuan didalamnya!” (ay. 47).


40

Mendengar ungkapan Yesus yang demikian tajam Natanael menjawab:

“Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab-Nya kepadanya: “Sebelum Filipus

memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” (ay. 48). Yesus

begitu mengenal Natanael secara pribadi dan mendalam. Sementara Natanael tidak

mengenal siapa Yesus sebenarnya. Kenyataan inilah yang menjadikan Natanael

berkata kepada Yesus: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja Orang Israel!” (ay.

49). Ungkapan Natanael inilah yang menjadi titik balik dari ketidakpercayaan

menjadi percaya kepada Yesus. Natanael yakin bahwa Yesus bukan orang

sembarangan.

Akhrinya dia meyakini juga Yesus adalah Anak Allah, Raja Orang Israel.

Mendengar perkataan Natanael Yesus menjawab: “Karena Aku berkata kepadamu:

Aku melihat engkau dibawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat

hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Yesus pun melanjutkan katanya: “Aku berkata

kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaekat-malaekat

Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (ay. 51-52)

Berkaitan dengan perikop di atas, para religius dalam hal ini para bruder FIC

hendaknya belajar dan bersikap seperti para murid Yesus yang pertama. Jika semula

masih ragu-ragu karena ditunjukkan oleh orang lain, maka lama kelamaan mereka

harus menyadari bahwa dia dipanggil oleh Yesus secara pribadi. Sebagaimana halnya

Natanael yang tadinya meragukan kemesiasan Yesus yang datang dari Nazaret.

Namun kemudian menjadi percaya karena dia yakin bahwa Yesus memang layak

menjadi Mesias bagi bangsanya.


41

Belajar dari tokoh-tokoh di atas, para bruder hendaknya juga bersikap kritis

terhadap apa yang sudah dipilihnya sehingga hidup panggilan yang sudah lama

dirintis dan dijalani tidak mudah untuk ditinggalkannya. Ia hendaknya menjadi

pribadi yang tegar dan kuat dalam menghadapi segala macam tantangan hidup. Ia

juga diharapkan menjadi semakin yakin bahwa apa yang telah dipilih dan

diperjuangkan selama ini sungguh merupakan pilihan yang tepat. Sebuah pilihan

yang sungguh-sungguh dapat diandalkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara

benar baik terhadap diri sendiri, sesama, dan Tuhan sendiri. Perlu disadari juga

bahwa panggilan murid-murid pertama digambarkan sebagai lukisan panggilan yang

berlaku tanpa batas waktu (LBI, 1981.35).

Demikian halnya hidup panggilan sebagai seorang bruder. Bruder adalah

panggilan seumur hidup. Untuk itu seorang bruder harus berjuang secara maksimal

dan berusaha terus menerus menghayati hidup panggilannya. Seorang bruder perlu

hidup dalam lingkungan dan suasana di mana Yesus berada. Perintah Yesus:

“Marilah dan kamu akan melihatnya” (ay. 39) menjadi sangat penting untuk

direfleksikan setiap hari. Dalam Yohanes, “melihat” memiliki arti yang

sesungguhnya yakni “percaya”. (Yoh, 6:40). Kepercayaan inilah yang perlu dihidupi

setiap saat sampai sungguh menyadari bahwa Yesus selalu menyertai hidup

panggilannya sampai kepada akhir zaman. Dengan demikian dia semakin berani dan

bangga untuk mengatakan sekali menjadi bruder tetap bruder.

B. Dia Makin Besar, Aku Makin Kecil (Yoh, 3:22-36).

Pelajaran apakah yang dapat dipetik dari ungkapan Yohanes Pembaptis yang

mengatakan: “Dia Harus semakin besar, tetapi aku harus makin kecil?” (Yoh, 3:30).
42

Perikop ini sebenarnya berisi kesaksian Yohanes tentang Yesus. Perikop ini dipilih

karena isinya sangat baik dan mendalam. Menjadi baik dan mendalam karena ketika

Yesus melakukan pembatisan di daerah Yudea bertepatan dengan kegiatan

pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes. Berhubung keduanya memiliki murid,

terjadilah perselisihan diantara mereka. Perselisihan muncul ketika para murid

Yohanes datang kepadanya dan berkata: “Rabi, orang yang bersama-sama dengan

engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia Engkau telah memberi

kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” (ay. 26).

Pertanyaan tersebut sungguh mengisyaratkan adanya suasana bingung

dikalangan para murid. Mereka melihat adanya persaingan dalam kegiatan

pembaptisan. Namun demikian Yohanes berusaha menetralisir kegalauan para

muridnya dengan berkata: “Tidak ada seorangpun yang daapt mengambil sesuatu

bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.” (ay. 27). Dalam tafsir

Kitab Suci, ayat tersebut mau mengungkapkan wibawa ilahi Yesus yang tidak dapat

diambil oleh Yohanes daripada-Nya. (Yayasan Komuniksasi Bina Kasih, 1982. 277).

Maka tidak mengherankan kalau dalam ayat selanjutnya Yohanes masih

berusaha menerangkan kepada para muridnya demikian. “Kamu sendiri dapat

memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus

untuk mendahuluinya (ay. 28). Ayat tersebut mau menerangkan bahwa Yohanes mau

menunjukkan bahwa fungsi dirinya hanyalah untuk mempersiapkan, sama seperti

pekerjaan sahabat mempelai lak-laki. Tugasnya adalah mengurus kegembiraan

mempelai laki-laki. (Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1982. 277). Sering dikatakan

bahwa Yesus adalah mempelai laki-laki sedangkan umat adalah mempelai


43

perempuan. Dalam hal ini, kehadiran Yohanes di dunia untuk mempersiapkan jalan

bagi Yesus memiliki peranan yang sangat penting. Perkataan Yohanes Pembaptis

yang berbunyi: “Dia Harus semakin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh, 3:30)

menjadi sangat penting disini. Yohanes sadar diri bahwa ia harus mulai mudur dari

hadapan publik. Hal ini dikarnakan dia telah mendengar bahwa pengantin pria telah

datang untuk meminta Israel pengantin perempuannya. Kiranya ia bersuka cita

dengan keputusan untuk mengudurkan dirinya. (LBI, 1981. 46).

Kesaksian tentang Yohanes Pembaptis sungguh dapat dijadikan acuan bagi

para religius termasuk para bruder FIC. Kalau Yohanes bisa mengatakan bahwa Dia

harus makin besar dan aku harus masih kecil, kitapun diharapkan demikian. Sebab

memang Kristuslah yang kita wartakan. Kalau yang terjadi sebaliknya yakni kita

semakin besar dan Yesus semakin kecil, kita perlu mempertanyakan hidup religius

kita. Maka dari itu perlu diadakan penyadaran terus menerus bahwa Yesus adalah

sentral dalam hidup kita sebagai religius. Dialah yang kita wartakan bukannya diri

kita. Sebab bagaimanapun Yesus Kristus adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi

manusia. Dia merupakan puncak dan pusat seluruh wahyu (Telaumbanua, 1999:30).

C. Yesus Gembala yang Baik (Yoh, 10:1-18).

Perikop Gembala yang baik adalah suatu tulisan murni milik Yohanes. Hal ini

disebabkan Injil Matius, Markus, dan Lukas (Injil Sinoptik) tidak mengulas perikop

tersebut secara khusus sebagaimana Yohanes mengulasnya. Namun tidak berarti Injil

sinoptik tidak menyebut nama “gembala” di dalamnya. Ada beberapa bagian ayat

yang menyebut mengenai gembala (Mat. 18:12; 25:32; Mark, 14:24; Luk, 2:8, 20).
44

Ternyata perumpanaan mengenai gembala yang baik tidak hanya terdapat dalam

Perjanjian Baru melainkan juga dalam Perjanjian Lama.

Perjanjian Lama ada beberapa perikop yang membicarakan mengenai

gembala diantaranya Mazmur 23 dan Yeremia 34. Mazmur 23 ingin memperlihatkan

secara jelas bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik

Tuhan memberikan segala sesuatu yang menjadi kerinduan domba-domba-Nya.

Ketika domba-Nya lapar, ia dibawa ke padang rumput yang hijau. Ketika haus domba

dibawa ke sumber air yang tenang. Ia juga menuntun ke jalan yang benar ketika

melihat domba gembalaan-Nya tersesat. Sungguh suatu pemamndangan yang indah.

Tuhan adalah Gembala yang dapat diandalkan.

Sedangkan dalam Kitab Nabi Yeremia 34, Tuhan memperingatkan kepada

para gembala yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. “Celakalah para

gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (ay.

1). Ayat tersebut dengan jelas memperingatkan bagi gembala-gembala yang tidak

menggembalakan dombanya dengan baik. Kemudian dalam ayat selanjutnya Tuhan

bersabda: “…Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatan yang jahat”.

(ay. 2). Tuhan kurang berkenan melihat kawanan domba-Nya tidak diperhatikan

dengan baik. Jika Tuhan menemukan kawanan domba-Nya tidak diperhatikan dengan

baik maka Tuhan akan mengirimkan gembala-gembala yang dapat memperhatikan

dan menggembalakan mereka. Dengan begitu domba-domba-Nya berkembang

dengan baik dan tidak ada seekorpun yang hilang. (ay. 6).

Perikop Gembala yang baik yang ditulis oleh Yohanes ingin menunjukkan

bahwa hadirnya Yesus membawa nuansa baru bagi terpeliharanya umat Allah. Dalam
45

perikop tersebut Yohanes mau memperbandingkan antara sikap Yesus dengan sikap

yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi. Kristus dengan setia menjaga kawanan-

Nya sebagai gembala yang sejati. Sementara orang Farisi memiliki ciri

mementingkan dirinya sendiri. (LBI, 1981. 80).

Yesus adalah pintu kandang domba. Sebagai pintu satu-satunya Yesus

merupakan jalan kepada kehidupan sejati sebagaimana Gembala yang sejati. Dia

mempertaruhkan hidupnya bagi domba-domba-Nya baik orang Yahudi maupun non

Yahudi. (Groenen, 1984:162).

Siapapun yang datang dalam kandang domba tetapi tidak melalui pintu dia

adalah pencuri dan seorang perampok (ay. 1). Sedangkan gembala yang masuk

melalui pintu adalah gembala domba (ay. 2). Kawanan domba Allah adalah Umat

Israel. Merekalah yang harus dijaga. Oleh karena itu Yesus selalu menjaga kawanan

umat Allah: “semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok,

domba-domba itu tidak mendengarkan mereka”. (ay. 8). Ayat tersebut bukan berarti

untuk menuding para nabi sebelum diri-Nya adalah palsu. Secara lebih jauh, Yohanes

mau menunjukkan bahwa ada perbedaan yang lebih mendasar antara Yesus dan orang

Farisi. Maka tidak mengherankan kalau Yohanes menuliskan demikian: “Aku datang

supaya memiliki hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (ay. 10).

Yesus hadir memberi santapan rohani. Ia hadir memberi kelimpahan hidup dan orang

Farisi membawa maut.

Untuk ayat-ayat selanjutnya Yesus memberikan diri-Nya sendiri. Inilah

bentuk perngurbanan daari seorang Gembala. “Gembala yang baik memberikan

Gembala bagi domba-domba-Nya” (ay. 11). Ia juga mengenal dan dikenal domba-
46

domba-Nya (ay. 14). Yesus itulah Gembala yang sungguh-sungguh baik. Lain halnya

dengan seorang upahan. ia tidak memiliki perhatian yang besar terhadap kawanan

dombanya. Dia justru membiarkan kawanan dombanya dalam bahaya.

Yesus sebagai gembala yang baik ternyata tidak hanya memperhatikan

kawanan domba dari kandang Yahudi, melainkan juga memiliki perhatian besar pada

kawanan domba yang tidak berasal dari kandang Yahudi. Artinya Ia juga

memperhatian kawanan domba di di luar. “ada lagi pada-Ku domba-domba lain yang

bukan berasal dari kandang ini. “(ay. 16 a). Perikop ini mau menekankan sesuatu

yang penting yakni bahwa Yesus berada di dunia untuk semua bangsa. Ia tidak hanya

menjadi milik kawanan domba Yahudi. Yesus sendiri menyadari akan

tanggungjawabnya sebagai Gembala yang baik untuk menuntun domba-domba yang

berada di luar Israel. “domba-domba itu harus kutuntun juga dan mereka

mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu

Gembala”. (ay. 16 b).

Kesadaran sebagai Gembala yang baik tidak lepas dari Bapa yang telah

memberikan kepercayaan terhadap dirinya untuk menggembalakan domba-domba-

Nya. “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk

menerimanya kembali” (ay. 17). Karena tindakan Yesus untuk memberikan hidup-

Nya maka Ia layak menerimanya kembali.

Selain Yesus bertindak sebagai pelaku seorang gembala yang baik, Dia juga

dapat memberi kuasa bagi orang-orang yang dipercayai-Nya. Memang tak

seorangpun dapat mengambil tugas utama Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya

untuk domba-domba-Nya. Karena memang Dialah satu-satunya Gembala yang baik.


47

Pelajaran yang dapat diambil dari perikop Gembala yang baik bagi para

bruder FIC adalah meneladan sikap Yesus sebagai Gembala yang baik. Ada beberapa

sikap yang dimiliki oleh Yesus sebagai Gembala yang baik yakni: pertama sebagai

Gembala yang baik Yesus menunjukkan dirinya bahwa Dia adalah seorang pelayan

yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat, 20:28; Mrk,

10:45). Pelayanan Yesus konkritnya adalah saat membasuh kaki para murid-Nya

(Yoh, 13:5).

Kedua: tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Hal ini

dapat diumpamakan dengan perumpamaan demikian, “anggur yang baru tidak dapat

diisikan ke dalam kontong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan

koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang

baru disimpan dalam disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan

demikian terpeliharalah semuanya.” (Mat, 9:17).

Ketiga: dekat dengan yang dilayani. Siapa yang menjadi prioritas pelayan

Yesus? Yang menjadi prioritas adalah mereka yang terpinggirkan, yang berdosa,

yang miskin dan sengsara (diukucilkan). Mereka-mereka ini sungguh dekat dihati

Yesus. Orang lumpuh bisa berjalan (Mat, 11:5; 15:31; Luk, 14:21). Orang sakit

disembuhkan (Mat, 4:23; Luk, 5:21). Dan masih banyak lagi ayat lain yang

menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh dekat dengan orang-orang yang sakit

secara jasmani maupun rohani.

Keempat: memiliki kerohanian yang mendalam. Siapa yang meragukan Yesus

bahwa Dia memiliki kerohanian yang mendalam? Kita semua yakin dan percaya

bahwa Yesus sungguh memiliki kerohanian yang mendalam. Kerohanian yang


48

mendalam tampak dalam tindakan Yesus ketika hendak melakukan karya ditengah-

tengah bangsanya. Untuk membangun kerohanian yang mendalam Yesus selalu

menjalin relasi dengan Allah melalui doa. Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa

(Mat, 14:23); Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa (Mrk, 1:35); Semalam-

malaman Ia berdoa kepada Allah (Luk, 6:12); ketika Ia hendak mengusir Roh Jahat ia

pun berkata: “Jenis ini tidak dapat di usir kecuali dengan berdoa” (Mrk, 9:29).

Dengan contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa Yesus benar-benar memilik

hidup kerohanian yang mendalam.

Kelima: memiliki semangat keterbukaan dan kerendahan hati. Yesus sungguh

memiliki semangat keterbukaan dan kerendahan hati yang sangat baik. Hal ini

tampak bagaimana Yesus mencoba memberikan pengertian kepada para murid-Nya

mengenai perumpamaan tentang seorang penabur. Yesus memberikan penjelasan

yang baik kepada para murid-Nya. (Mat, 13:110; Mrk, 4:8; Luk, 8:8). Ada banyak

perumpamaan yang tidak dipahami oleh para murid-Nya. Namun Yesus berusaha

untuk menerangkan apa yang baru diajarkan kepada para murid-Nya sehingga para

murid-Nya memahami arti perumpamaan yang baru saja diajarkan. Kerendahan hati

dan keterbukaan hati inilah yang juga perlu dihidupi oleh pengikutnya sekarang ini.

Sebab bagaimanapun setiap orang yang menjadi pengikut-Nya dituntuk untuk

manjadi saksi-Nya di dunia ini.

D. Pengakuan Petrus (Yoh, 6:67-71).

Membicarakan mengenai perikop Pengakuan Petrus, kita tidak dapat lepas

dari perikop Kitab Suci sebelumnya yakni murid-murid yang mengudurkan diri di

Galelia ( Yoh, 6:60-66). Para murid mengundurkan diri karena mereka mendengar
49

kata-kata yang disampaikan Yesus yang cukup keras. “perkataan ini keras, siapakah

yang sanggup mendengarkannya?” (ay. 60). Yesus melihat kegalauan hati para

murid-Nya. Maka Yesus berkata kepada mereka:

“Adakah perkataan-perkataan itu menggoncangkan imanmu?” Dan


bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di
mana Ia selebumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama
sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu
adalah roh dan hidup. Tetapi diantaramu ada yang tidak percaya” (ay. 61-
64).

Setelah Yesus mengatakan perkataan tersebut banyak diantara para murid

yang mengudurkan diri dan tidak mengikuti Dia (ay. 66). Diantara para murid Yesus

memang banyak yang mengundurkan diri. Namun ada beberapa murid yang selalu

mengikuti Yesus. Mereka adalah keduabelas rasul yang telah dipilih-Nya. Mereka

inilah yang selalu setia menyertai Yesus dalam karya-Nya. Ketika melihat banyak

para murid-Nya yang mengundurkan diri Yesus berkata kepada mereka katanya:

“Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (ay. 67).

Pertanyaan yang diajukan Yesus mungkin sangat mengejutkan para murid-

Nya. Namun dengan cepat dan tangkas Petrus menjawab: “Tuhan kepada siapakah

kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”. (ay. 68).

Jawaban Petrus jawaban yang mewakili para murid yang lain. Kiranya juga Petrus

cukup mengenal ajaran Yesus yang sering disampaikan-Nya yakni mengenai hidup

yang kekal. Tema tersebut merupakan corak penting ajaran Yesus (LBI, 1981. 289).

Perkataan Petrus dalam ayat selanjutnya mau menekankan bahwa Yesus

bukanlah orang biasa. “… dan kami percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang

Kudus dari Allah (ay. 69). Gelar Yesus sebagai yang Kudus dari Allah adalah gelar

yang sangat baik yang disampaikan Petrus kepada-Nya. Dan ungkapan Petrus
50

tersebut merupakan ungkapan yang tidak biasa. Sebab gelar Engkau yang Kudus dari

Allah biasanya sering digunakan oleh setan-setan yang tidak mau menerima Yesus

ketika Yesus hendak menyembuhkan orang yang dirasukinya. Setan berkata kepada

Yesus: “Hai Engkau, Yesus orang Nasaret, apa urusan-Mu dengan kami? Aku tahu

siapa Engkau yang kudus dari Allah (Mrk, 1:24; Luk, 4: 34). Jawaban Petrus yang

mengatakan bahwa Yesus adalah berasal dari Yang Kudus dari Allah kemungkinan

bukan jawaban dari dirinya sendiri. Hal ini tampak nyata dalam perkataan Yesus

dalam Injil Matius 16 Yesus berkata demikian: “Berbahagialah Engkau Simon bin

Yunus sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu melainkan Bapa-Ku

yang di surga” (ay. 17). Walaupun begitu, Yesus tetap memberikan apresiasi yang

bagus terhadap jawaban yang disampaikan oleh Simon. Sebagai bentuk penghargaan

Simon mendapat sebutan baru yakni Petrus (ay. 18).

Apa yang dikatakan oleh Petrus bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah

merupakan pengakuan yang sangat penting hingga sampai saat ini. Sebab pengakuan

tersebut mengandung kebenaran yakni bahwa Yesus adalah memang berasal dari

Yang Kudus dari Allah. Sebagai pengikut-Nya kita perlu mengimani bahwa Yesus

adalah Putra Allah.

Sebagai Bruder FIC dan sekaligus sebagai seorang yang mau membaktikan

diri kepada Allah. Kita juga perlu meneladan sikap Petrus yang dengan berkata:

Tuhan kepada siapa kami akan pergi? Sebab perkataan-Mu adalah perkataan hidup

yang kekal. Keyakinan dan kespontanitasan yang disampaikan Petrus kepada Yesus

dapat kita jadikan pegangan. Dari sini kita juga menjadi semakin yakin dengan

sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah Kristus yang akan datang untuk
51

menyelamatkan umat manusia. Dialah yang dijanjikan Allah untuk menggenapi

segala sesuatu yang ada dalam perjanjian Lama yakni menyatukan kembali hubungan

yang retak akibat dosa manusia.

E. Gembalakanlah Domba-dombaku (Yoh, 21:15-19).

Pengakuan Petrus kepada Yesus bahwa Dia adalah Yang Kudus dari Allah

menjadi sulit dalam perjalanannya untuk mengikuti Yesus Sang Guru. Hal ini tampak

nyata ketika Yesus memberitakan bahwa Anak Manusia akan menghadapi

penderitaan, dan Petrus tidak menerimanya (Mat, 16:22). Tetapi apa yang sudah

menjadi rencana Bapa tidak dapat diganggu gugat. Yesus harus meminum cawan

penderitaan yang sudah disiapkan oleh Bapa bagi diri-Nya (Yoh, 18:11).

Ketika Yesus menghadapi penderitaan yang sungguh luar biasa, para murid-

Nya melarikan diri. Mereka lari ketakutan terhadap penderitaan yang dialami oleh

Yesus gurunya. Petrus yang selalu hidup bersama-Nya dan berjanji tidak akan pergi

dari-Nya ternyata juga pergi. Dan yang menyakitkan lagi bahwa Petrus menyangkal

keberadaan Yesus Guru-Nya sampai tiga kali. Kenyataan tersebut memang sudah

diramalkan oleh Yesus sebelum penderitaan-Nya dengan berkata: “… sesungguhnya

Aku berkata kepadamu: sebalum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga

kali (Yoh, 13:38).

Yesus memang sudah tahu karakter Simon seperti apa. Simon dipandang oleh

Yesus sebagai seorang yang memiliki perdirian yang berubah-ubah. Sifatnya labil.

Namun demikian Ia tetap menyayangi Simon. Yesus yakin bahwa Simon yang

disebutnya Petrus akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk sampai
52

pada apa yang dikehendaki Yesus yakni untuk melanjutkan karya-Nya Yesus

bertanya kepada Simon: “Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku?”

Simon pun menjawab: “benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”

(ay. 15). Pertanyaan dan jawaban yang sama diulang hingga tiga kali yakni terdapat

dalam ayat (ay. 16; 17). Yang menjadi bahan pertanyan adalah mengapa Yesus

menanyakan kepada Simon dengan pertanyaan yang sama hingga tiga kali? Apakah

ini ada kaitannya dengan penyangkalan Simon selama tiga kali di rumah Hanas?

Mendengar pertanyaan yang ketiga hati Simon sempat sedih.

Walaupun begitu, Simon tetap menjawab sama dengan jawaban yang pertama

dan kedua. Menurut tafsir Kitab Suci, Yesus bertanya hingga tiga kali karena masih

ada kaintannya dengan kisah penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus di rumah

Hanas. Namun dapat diartikan juga bahwa Yesus sudah mengetahui isi hati Simon.

Yesus yakin bahwa simon akan menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya.

Hal ini juga tampak dalam jawaban Simon yang tidak mengalami perubahan

dari jawaban pertama, kedua, dan ketiga. Keteguhan hati Simon untuk mengasihi

Yesus inilah yang sungguh melegakan hati-Nya. Yesus yakin bahwa jawaban Simon

adalah jawaban yang sungguh-sungguh sudah dipikirkannya secara matang. Dengan

begitu ia akan mampu menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya yakni

menjadi gembala bagi domba-domba-Nya. Sebab bagaimanapun, Simon telah belajar

dan memahami bagaimana Yesus menjadi seorang gembala yang baik bagi kawanan

domba-Nya. (Yoh, 10:11). Simon juga sadar bahwa Gembala yang baik adalah

Gembala yang berani menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya.


53

Petrus sebelum Yesus wafat dan bangkit berbeda dengan Petrus sesudah

Yesus wafat dan bangkit. Sesudah Yesus bangkit, Petrus memiliki tanggungjawab

untuk menjalankan tugas tahta penggembalaan yang dipercayakan Yesus kepadanya.

Maka tidak mengherankan pada perjamuan akhir, Petrus menyatakan dengan bangga

bahwa dia rela menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Dia telah meneladan

Yesus Gurunya. Pada akhir hidupnya dia memang benar-benar berani menyerahkan

nyawanya bagi Tuhan dengan menjadi saksi-Nya. Menurut tradisi Petrus

menyerahkan nyawanya dengan cara disalibkan dengan salib terbalik (LBI, 1981.

330).

Apa yang dialami oleh Petrus merupakan kensekwensi atas pilihan dan

jawaban konkrit dari ajakan Yesus “Ikutlah Aku.” (Yoh, 21:19). Demikianlah tugas

yang diemban oleh Petrus untuk menggembalakan domba-domba Yesus. Sebagai

pengikut Yesus kita juga diajak untuk terus berkarya bersama-Nya. Yesus memang

memiliki banyak kharisma. Oleh karena itu sebagai bruder FIC kita juga diajak untuk

menjalankan misi perutusan kita dimana kita berada. Sebab dengan demikian kita

menjadi semakin teguh dalam iman dan dapat saksi-Nya di dunia masa kini.
54

BAB IV

PROGRAM PENDALAMAN HIDUP PARA NOVIS BRUDER FIC

BERDASARKAN KELIMA POKOK SUB TEMA KONSTITUSI FIC DAN

BEBERAPA KUTIPAN INJIL YOHANES

Berpangkal tolak dari Bab II mengenai panggilan menjadi bruder FIC dengan

mengulas lima pokok sub tema Konstitusi FIC yakni: Demi Kerajaan Allah, Tugas

Kerasulan, Persekutuan Para Bruder, Ditopang oleh Allah, Pembaktian Diri.

Kemudian dilanjutkan Bab III tentang panggilan para murid menurut Injil Yohanes,

pada Bab IV ini penulis mengusulkan program pendalaman hidup panggilan bagi

para novis bruder FIC berdasarkan kelima pokok sub tema Konstitusi FIC dan

beberapa kutipan Injil Yohanes. Dalam Bab IV ini secara berturut-turut hendak

penulis paparkan: A. Pokok-pokok pirkiran yang mendasari program, B. Matrix

program, dan C. Beberapa contoh persiapan pertemuan pendalaman.

A. Pokok-pokok Pikiran Yang Mendasari Program

1. Pengertian

Yang di maksudkan dengan program Pendalaman Hidup Para Novis Bruder

FIC. adalah suatu rancangan kegiatan bersama para novis FIC untuk terlibat aktif

mempelajari secara mendalam, menyelami, serta meresapkan dalam hati sub tema

Konstitusi FIC dalam Hidup Panggilan Bruder FIC. Berkat program pendalaman

tersebut, para novis FIC diharapkan menjadi akrab, peka terhadap cita-cita para

pendiri dan semangat kongregasi (Konst FIC, art. 102). Bersamaan dengan itu,
55

mereka juga dibentuk untuk melatih diri mengembangkan penghayatan sikap dasar

hidup panggilan agar menjadi lebih mantap dan bertanggungjawab. Artinya

spiritualitas hidup panggilan bruder FIC dapat meresap, berurat mengakar, menjadi

bagian hidup atau karakter para novis Bruder FIC.

2. Keadaan Awal Peserta Program

Yang penulis maksudkan keadaan awal peserta program adalah situasi hidup

para novis bruder FIC yang hendak menjalankan proses pendalaman hidup bersama

ini. Situasi awal hidup para novis bruder FIC meliputi jumlah novis, rentang usia para

novis, latar belakang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh para novis, latar

belakang kehidupan rohani para novis termasuk kebiasaan-kebiasaan doa/ibadat yang

dilakukan oleh para peserta sebelum mereka bergabung menjadi novis novis bruder

FIC. Berdasarkan pantauan secara periodik selama kurang lebih lima tahun terakhir

jumlah novis kanonik antara 6 - 10 orang. Adapun rentang usia pada novis yakni dari

umur 22- 31 tahun. Setelah dihapuskannya sekolah pendidikan guru (SPG), pemuda

yang bergabung menjadi bruder FIC berasal dari latar belakang pendidikan yakni dari

SMA, SMK dengan berbagai macam jurusan (Listrik, bangunan, pertanian). Namun

dalan dua tahun terakhir ini ada juga yang sudah mengenyam pendidikan D3 maupun

S1. mengenai latar balakang kehidupan rohani para novis termasuk kebiasaan berdoa

dan beribadat juga beraneka ragam. Ada yang memang sungguh memperhatikan

kehidupan rohani namun ada juga yang kurang begitu memperhatikan. Mereka yang

memperhatikan kehidupan rohani biasanya sering mengikuti kegiatan mudika (koor,

ibadat lingkungan, ekaristi di gereja). Tetapi yang kurang memperhatikan kehidupan


56

rohani minimal mengikuti Ekaristi pada hari Minggu. Demikianlah situasi awal para

novis FIC selama beberapa tahun terakhir ini.

Dengan memahami keadaan awal atau situasi peserta secara baik, fasilitator

diharapkan mampu mencari metode atau cara yang tepat agar proses kegiatan yang

dijalankan dalam pertemuan pendalaman dapat berjalan dengan baik. Dengan begitu

tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Sebagai contoh: seorang novis yang belum

terbiasa doa pribadi atau belum akrab dengan kitab suci akan merasa kesulitan ketika

mereka diajak untuk menjadi bruder FIC yang mampu merawat dan mengembangkan

hidup rohani melalui Lectio Divina. Agar tujuan yang diinginkan dapat terealisasi

dengan baik fasilitator perlu melatih para novis untuk doa pribadi, melatih mengenal,

membaca, memahami, dan meresapkan isi Kitab Suci. Setelah itu barulah diajak

untuk mengenal dan melatih Lectio Divina. Melatih, mendampingi, orang yang tidak

terbiasa doa pribadi tidaklah mudah. Dalam hal ini fasilitator perlu menumbuhkan

sikap tekun, sabar, dan setia untuk mendampingi para pemuda yang sungguh ingin

mengabdikan hidupnya bagi Tuhan.

3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Sebuah program dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Adapun tujuan umum

yang hendak dicapai dalam Program Pendalaman Hidup ini adalah agar para novis

bruder FIC menjadi lebih mantap dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani

pilihan hidup panggilan sebagai bruder FIC melalui pengolahan bersama kelima

pokok sub tema dari Konstitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes.
57

Melalui pendalaman ini para novis diharapkan menjadi semakin mantap dan

bertanggungjawab dalam menapaki hidup panggilannya. Dengan begitu mereka tidak

mudah meninggalkan panggilan Tuhan sebagai bruder FIC yang telah mereka pilih

dengan penuh kebebasan. Untuk menjadi seorang bruder yang mantap dan

bertanggungjawab perlu mendapatkan pendidikan dan pendampingan yang

menyeluruh. Pendidikan dan pendampingan yang menyeluruh dapat berjalan secara

teratur dan terarah jika ada program yang dipersiapkan secara matang.

Dengan pendidikan dan pendampingan tersebut di atas para Novis diharapkan

mampu mengintegrasikan serta menginternalisasikan Sabda Tuhan yang diambil dari

Injil Yohanes sebagai pendukung panggilan hidup mereka, sehingga setelah

berprasetia sementara atau setelah menjadi bruder, mereka mampu meneladan sikap

hidup para murid Yesus yang dengan penuh keberanian menjawab panggilan Tuhan

Yesus hingga akhir hayatnya.

Pendidikan dan pendampingan secara menyeluruh hendaknya

mengembangkan keempat aspek yang ada dalam diri manusia. Aspek pertama adalah

aspek fisik/tubuh: para novis menjadi semakin disiplin dalam hidupnya. Dengan

demikian mereka tidak mudah terbawa arus oleh keinginan sesaat. Aspek kedua

adalah aspek mental/pikiran: para novis semakin memiliki visi yang tetap, mantap

dan bertanggungjawab yakni hidup dalam semangat pendiri para Bruder FIC. Aspek

ketiga adalah aspek emosional-sosial: para novis semakin bergairah, akrab, dan

mudah berelasi dengan siapapun. Dan aspek keempat adalah aspek jiwa/spiritualitas.

Dengan mengembangkan aspek spiritualitas, para novis diharapkan semakin

menyadari daya kekuatan Allah yang dianugerahkan kepada mereka sehingga mereka
58

tergerak untuk menanggapi daya tersebut secara penuh. Dengan demikian, para Novis

mampu mengaktualisasikan daya yang di dapat dari Allah dalam hidup mereka

sehari-hari.

Dengan demikian program pendalaman hidup yang terurai di atas menjadi

semakin jelas yakni hidup panggilan para Novis Bruder FIC semakin mendalam dan

semakin menyadari bahwa panggilan yang telah mereka pilih merupakan suatu

rahmat Allah yang patut diperjuangkan dengan penuh ketekunan dan kesetiaan.

b. Tujuan Tematis

Yang dimaksud dengan tujuan tematis disini adalah sesuatu tujuan yang ingin

di capai berdasarkan tema pokok bahasan yang hendak didalami. Ada tujuh tujuan

tematis yang dapat dilihat dalam matrix (lih. Hal. 65-69).

4. Proses

a. Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar yang hendak dilaksanakan dalam program pendalaman

terdiri dari tiga kelompok kegiatan yakni kegiatan belajar dalam temu muka,

melaksanakan tugas terstruktur, dan studi mandiri. Kegiatan-kegiatan belajar

mencakup olah pikir guna memantapkan keyakinan, olah rasa dan kehendak, relasi

personal dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan alam ciptaan; serta belajar melayani

sesama dan mentaati kehendak Tuhan. Pendek kata, kegiatan belajar menyangkut tiga

dimensi hidup beriman: meyakini (“believing”) mengandalkan (Trusting) dan

mentaati kehendak Tuhan (Doing God’s will). Dengan cara tersebut para novis

diharapkan semakin berkembang dalam hal keyakinan yang mendalam untuk hidup
59

sebagai bruder FIC, juga semakin memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan, sesama,

diri sendiri, maupun dengan alam ciptaan Tuhan, menjadi semakin terbiasa untuk

bersedia menjalankan pelayanan serta taat pada kehendak Tuhan. Kegiatan belajar

tidak hanya berupa katekese dengan temu muka, tetapi mencakup pula doa pribadi,

ibadat bersama, devosi; rekreasi bersama, kunjungan bagi mereka yang sakit/lanjut

usia, bekerja bersama (persekutuan); mengenal karya-karya bruder FIC (pelayanan).

b. Sumber Belajar

Ada beberapa sumber belajar yang hendak digunakan dalam pendalaman

hidup para novis Bruder FIC yakni:

1) Konstitusi FIC

Kontitusi menjadi sumber Belajar dalam pendalaman hidup bagi para novis

karena dalam konstitusi terdapat kelima pokok sub tema yang baik untuk didalami.

Dalam pendalaman ini perhatian diarahkan pada artikel inti dari kelima pokok sub

tena tersebut yakni: Demi Kerajaan Allah: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni

art. 1,2,3,4, 5, 6. Tugas Kerasulan: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art.

15,16,17,18,19. Persekutuan Para Bruder: Artikel inti Konst. FIC yang diambil

yakni art. 35-37. Ditopang oleh Allah: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni

art. 54, 55, 56. Pembaktian Diri: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 76,

77,78.
60

2) Injil Yohanes

Sumber belajar Kitab Suci membatasi diri pada kutipan dari Injil Yohanes.

Maksudnya adalah untuk menerangi artikel Konstitusi seperti yang tercantum diatas

kutipan-kutipan dimaksud adalah sebagai berikut: Yoh, 1:1-18. Yoh, 20:19-23. Yoh,

21:15-19 Yoh, 15:9-17 Yoh, 17:6-23 dan Yoh, 15:1-8. Yoh, 1: 35-42.

Kedua sumber belajar yang diuraikan diatas merupakan sumber bahan utama

yang musti ada dalam pelaksanaan program pendalaman hidup berdasarkan kelima

pokok sub tema dari Kontitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes. Sumber

belajar tersebut menjadi pilihan karena kedua sumber bahan tersebut dirasa mampu

membantu para novis untuk semakin memahami makna hidup panggilan yang telah

mereka pilih.

Kutipan-kutipan dari Kitab Suci Injil Yohanes menjadi sangat penting karena

melalui kutipan tersebut kita dapat melihat secara jelas situasi dan kondiri para murid

Yesus. Para murid menyadari kalau mereka memiliki kelemahan dan kerapuhan.

Meskipun demikian, mereka tetap bertekun dan setia dalam menjalankan tugas

perutusan yang dipercayakan Yesus kepada mereka, kecuali Yudas Iskrariot yang

menghianati Yesus (Yoh, 18:2).

Sepeninggal Yudas Iskariot dari kelompok mereka, kesebelas murid Yesus

hidup terpencar-pencar terlebih saat Yesus menghadapi tuntutan hukuman mati. Saat

itu merupakan saat yang gelap bagi hidup para murid Yesus. Tetapi dalam perjalanan

selanjutnya, situasi gelap yang dialami para murid berubah menjadi terang. Terlebih

setelah para murid mengetahui bahwa Yesus telah bangkit dari kubur dan
61

menampakkan kepada seluruh murid termasuk Tomas (Yoh, 20:24-29). Mereka juga

akhirnya ingat akan sabda Yesus yang mengajarkan tentang cara kerja roh penghibur

(Yoh, 16: 4b-15).

Peristiwa mengalami hadirnya Yesus setelah kebangkitan-Nya menjadikan

para murid semakin yakin dan percaya bahwa Yesus selalu menjaga dan

membimbing mereka dengan Roh yang dimintakan oleh Yesus dari Bapa-Nya. Yesus

pernah bersabda: “Aku akan minta kepada Bapa-Ku, dan Ia akan memberikan

penolong lain, supaya Ia menyertai kamu yaitu Roh Kebenaran (Yoh, 14:16-17a).

Roh inilah yang akan menyertai para murid-Nya sehingga para murid dapat

merasakan bahwa mereka tidak ditinggalkan oleh Yesus sebagai yatim piatu seperti

yang dikatakan-Nya: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku

datang kembali kepadamu” ( Yoh, 14: 18).

Kalau para murid yakin dan percaya bahwa Yesus akan memberikan Roh

penolong dalam hidup dan karya mereka, maka tidak ada alasan bagi para calon dan

bruder FIC untuk tidak mempercayai bahwa Roh Penolong juga akan diberikan oleh

Yesus kepada mereka. Bagaimanapun para murid adalah saksi utama kebangkitan

Kristus. Merekalah telah mengalami kasih Yesus yang nyata, menjadi saksi awal

bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Karena itu kita patut bersyukur karena

kita memiliki tokoh-tokoh iman yang sejati. Merekalah yang mengalami hidup secara

langsung bersama Yesus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh, 1:14).

Kita perlu belajar dari para murid Yesus.


62

3) Pengalaman Hidup Pribadi para peserta

Setiap orang memiliki pengalaman hidup. Pengalaman tersebut dapat berupa

pengalaman yang mengembirakan maupun yang menyedihkan. Walaupun begitu

pengalaman memiliki makna yang mendalam bagi hidup seseorang bila orang

bersedia merefleksikannya. Pengalaman-pengalaman tersebut diungkapkan, diolah

bersama, dipetik hikmahnya untuk kehidupan baru yang lebih baik.

4) Kesaksian Hidup Para Bruder FIC

Sumber belajar lain yang dapat menjadi acuan atau teladan langsung adalah

kesaksian hidup para bruder FIC: bruder FIC yang menajdi fasilitator pertemuan,

nara sumber yang lain, bruder-bruder lanjut usia dan sakit yang dikunjungi maupun

para bruder yang berkarya didekat komunitas novisiat. Para bruder yang disebut

diatas menjadi sumber belajar karena bagaimanapun para novis melihat secara

langsung orang-orang yang telah lebih dahulu menghayati hidup membiara dengan

triprasetianya.

Apa yang penulis pikirkan tersebut diatas sejalan dengan apa yang tertulis

dalam Kitab Hukum Kanonik yang berbunyi:

“ Para novis hendaknya dibimbing untuk mengembangkan keutamaan-


keutamaan manusiawi kristiani, dengan doa dan ingkar diri diajak masuk
dalam jalan kesempurnaan yang lebih penuh; diajar memandang misteri
keselamatan serta membaca dan merenungkan Kitab Suci; dipersiapkan untuk
merayakan ibadat kepada Allah dalam liturgi suci; mempelajari cara
menghayati hidup yang dibaktikan kepada Allah dan manusia dalam Kristus
dengan nasehat-nasehat injili, diberi uraian tentang sifat dan semangat, tujuan
dan tata-tertib, sejarah dan kehidupan tarekat, serta dipupuk cinta mereka
terhadap Gereja serta Gembala rohaninya” (KHK, Kan. 652 §2).
63

c. Fasilitator Belajar

Penanggungjawab utama dalam pendidikan dan pendampingan para novis

adalah magister. Namun pendidikan dan pendampingan secara menyeluruh tidak

semua dikerjakan oleh magister seorang diri, melainkan dibantu oleh beberapa orang

bruder juga oleh awam. Oleh karena itu program yang sudah disusun ini dapat

berjalan dengan baik dan berdayaguna jika dilaksanakan oleh sejumlah fasilitator.

Dengan fasilitator-fasilitator yang baik, para novis diharapkan mampu

mengembangkan keempat dimensi yang ada dalam dirinya seperti: dimensi

tubuh/fisik, dimensi mental/pikiran, dimensi emosional/social, dan dimensi

spiritualitas/Jiwa.

Adapun yang menjadi pertanyaan adalah: siapa yang mampu menjadi

fasilitator-fasilitator yang baik tersebut? Fasilitator-fasilitator yang baik disini adalah

para bruder yang mampu mendidik dan membina para calon sesuai dengan keahlian

dibidangnya masing-masing. Sebab bagaimanapun tugas untuk mendidik dan

membina para calon merupakan tugas komunitas/kongregasi. Dengan begitu

pendampingan menjadi lebih kaya dan bersinergi serta bersifat partisipatoris. Maka

dari itu tidak salah jika magister Novis memberdayakan semua bruder yang mau

sungguh-sungguh terlibat untuk mendampingi para calon.

Singkatnya adalah bahwa untuk mendampingi para calon dibutuhkan team

yang baik dalam formatio. Dengan team formatio yang baik yakni team yang

melibatkan banyak bruder untuk terlibat dalam pendampingan calon, semakin banyak

pula kontribusi yang diserap oleh para novis.


64

d. Waktu

Adapun waktu yang digunakan untuk proses melaksanakan program yang

tersusun yakni sebagai berikut: Pertama temu muka 12 x 90’ selama tiga bula atau 1

X 1 Minggu selama tiga bulan. Kedua untuk mengerjakan tugas yakni 10 x 90’

Sedangkan untuk kegiatan mandiri sekurang-kurangnya 10 x 90’. Waktu yang sudah

dibuat tersebut kiranya sesuai dengan rencana program pendalaman yang tertuang

dalam Matrix Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok Spiritualitas

FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes.

5. Tempat

Tempat pendidikan dan pembinaan para calon yang utama adalah di

komunitas Novisiat. Namun bukan berarti novisiat merupakan satu-satunya untuk

tempat pendidikan dan pembinaan para novis. Sebab proses pendidikan dan

pembinaan dapat dilangsungkan diluar novisiat seperti di komunitas karya, komunitas

para bruder FIC yang sepuh/sakit (Wisma Bernardus) Semarang. Tempat lain dapat

berfungsi untuk mengembangkan keempat dimensi yang ada dalam diri para novis.

Setelah menguraikan teori di atas, penulis mencoba menyajikan program

pendalaman hidup para bovis bruder FIC berdasarkan kelima pokok sub tema

Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes. Bersamaan dengan itu, penulis

juga menyertakan beberapa contoh proses pertemuan pendalaman hidup bagi para

novis dari lima bagian pokok yang hendak didalami bersama. Untuk lebih jelasnya,

dibawah ini diuraikan secara rinci tentang matrix program serta beberapa contoh

proses pertemuan pendalaman hidup bagi para calon.


65

B. Matrix Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok sub Tema Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil

Yohanes.

Tema : Panggilan Hidup Menjadi Bruder FIC.

Tujuan Umum : Para Novis Bruder FIC menjadi lebih mantap dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani pilihan hidup

panggilan sebagai bruder FIC berkat pengolahan bersama lima pokok sub tema Konstitusi FIC dan beberapa

kutipan Injil Yohanes.

Pemikiran Dasar : Yang di maksudkan dengan program Pendalaman Hidup Para Novis Bruder FIC. adalah suatu rancangan
kegiatan bersama para novis FIC untuk terlibat aktif mempelajari secara mendalam, menyelami, serta
meresapkan dalam hati kelima pokok sub tema Konstitusi FIC yakni: Demi Kerajaan Allah, Tugas
Kerasulan, Persekutuan Para Bruder, Ditopang oleh Allah, Pembaktian Diri dalam Hidup Panggilan
Bruder FIC. Berkat program pendalaman tersebut, para novis FIC diharapkan menjadi akrab, peka terhadap
cita-cita para pendiri dan semangat kongregasi (Konst FIC, art. 102). Bersamaan dengan itu, mereka juga
dibentuk untuk melatih diri mengembangkan penghayatan sikap dasar hidup panggilan agar menjadi lebih
mantap dan bertanggungjawab. Artinya kelima pokok sub tema dalam Konstitusi FIC menjadi semakin
meresap, berurat mengakar, menjadi bagian hidup atau karakter para novis Bruder FIC.
66

Program Pendalaman Hidup ini memiliki arti yang sangat strategis bagi pembentukan diri para novis. Para
novis adalah warga baru dalam wadah FIC (art. 101). Sebagai warga baru, mereka belum sungguh-sungguh
mengenal kelima pokok sub tema Konstitusi FIC. Tanpa pendalaman yang intensif, sulit bagi mereka untuk
menjadi Bruder FIC yang baik. Dengan Program ini, mereka dimungkinkan untuk mengintegrasikan atau
menginternalisasikan kelima pokok sub tema Konstitusi FIC ke dalam hidup mereka.
Untuk mencapai harapan di atas, para novis perlu mendalami secara khusus kelima pokok sub tema
Konstitusi FIC (Konst FIC, 1991: 13-39), dengan diterangi beberapa kutipan Injil Yohanes. Bersamaan
dengan hal tersebut para novis juga diajak untuk mengembangkan aspek hidup panggilan secara menyeluruh.
Maksudnya, para novis perlu mendapatkan pendidikan, pendampingan, dan pembinaan yang menyangkut
aspek fisik/tubuh, mental/pikiran, emosional-sosial dan jiwa/spiritualitas. Perlu disadari bahwa keempat
aspek tersebut perlu mendapatkan perhatian yang baik dari pemimpin novis untuk disampaikan kepada para
novis. Jika salah satu aspek diabaikan maka aspek yang lain akan terganggu. Artinya bahwa keempat aspek
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai calon bruder FIC, kelima pokok sub
tema Konstitusi FIC tetap memiliki peran yang utama. Jiwa/spiritualitas tersebut hendaknya merasuki Jiwa
sehingga mampu menyemangati aspek hati/sosial emosional, mental/pikiran maupun fisik/tubuh.
Dengan demikian Para novis akan menjadi pribadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik,
manusia yang berkembang kearah Yesus dan semakin menyerupai Yesus (Konst FIC, art. 4). Agar
Pendalaman Hidup dapat berlangsung secara rutin, berkesinambungan dan berjalan baik dibutuhkan
program sekaligus waktu yang hendak gunakan. Adapun rincian waktu yang dibuat untuk pendalaman adalah
sebagai berikut: Pertama 12 x 90’ untuk temu muka. Kedua.10 x 90’ mengerjakan tugas terstruktur, dan
67

ketiga 10 x 90’ untuk studi mandiri. Tetapi waktu yang ditulis dalam program yakni 1 x 2 x 90’ untuk
pendahuluan dan evaluasi-penutup serta 2 x 90’ selama lima kali pertemuan pertemuan pendalaman.
Perlu diketahui bahwa apa yang diolah dalam bab III terutama perikop Injil Yohanes: Murid-murid Yesus
yang pertama (Yoh, 1:35-51). Dia Makin Besar, Aku Makin Kecil (Yoh, 3:22-36). Yesus Gembala yang Baik
(Yoh, 10:22-36). Pengakuan Petrus (Yoh, 6:67-71). Gemalakanlah Domba-dombaku (Yoh, 21:15-19, belum
diolah secara eksplisit dalam program ini. Sedang kutipan yang menyertai dalam program ini tidak secara
khusus bicara tentang kemuridan sebagaimana yang dibicarakan dalam bab III tetapi lebih berkaitan dengan
beberapa artikel yang terdapat dalam kelima pokok sub tema Konstitusi FIC.

Alokasi Waktu : - Temu muka : 12 x 90’ (1 x 1 Minggu selama tiga bulan).


- Tugas terstruktur : 10 x 90’.
- Studi mandiri : 10 x 90’.
68

Rincian Program
Tema Materi Pokok Tujuan (Indikator) Kegiatan Alokasi Sumber
waktu Belajar
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
Pendahuluan Memahami gambaran Peserta semakin: - Menginformasikan 90 menit - Teks Program
menyeluruh tentang - Memahami “Program Pendalaman gambaran menyeluruh Pendalaman
“Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Spiritualitas tentang program yang akan Hidup
Hidup Berdasarkan Hidup Panggilan Bruder FIC didalami. Berdasarkan
Spiritualitas Hidup - Memiliki gairah / motivasi untuk - Membentuk kelompok Spiritualitas
Panggilan Bruder FIC yang mengikuti program belajar dan kerja melalui Hidup
meliputi: Tema, Tujuan, - Siap untuk membentuk kelompok permainan Panggilan
Pemikiran Dasar, kegiatan- kerja dan kelompok belajar yang - Meneguhkan motivasi dan Bruder FIC
kegiatan, sumber belajar, diperlukan guna menopang gairah dengan janji - Lagu I have s
dan syarat-syarat keberhasilan program. bekerjsama demi dream
keberhasilan. keberhasilan program. - Permainan
“Polisi
mengejar
pencuri”
1. Demi - Menjadi manusia Peserta semakin: - Sharing pengalaman hidup 2 x 90 menit - Permaian “Klp
Kerajaan seutuhnya yang - Memahami arti menjadi manusia bagaimana menjadi orang suara binatang”
Allah berkembang kearah Yesus yang baik untuk yang baik menurut peserta.
(Konst FIC, art. 1,2,3,4, memperkembangkan dirinya - Mempelajari dan - Konst FIC, art.
diterangi Yoh, 1:1-18. seturut kehendak-Nya sehingga mendalami Konst FIC, art. 1-5.
- Dipanggil untuk menyerupai Yesus. 1-6 yang diterangi oleh - Kutipan Yoh,
mewartakan Kerajaan - Sadar akan tanggungjawabnya kutipan Yoh, 1:1-18 dan 1:1-18 dan Yoh,
Allah. Konst FIC, art. 5, 6 sebagai religius untuk turut serta Yoh, 20:19-23. 20:19-23
diterangi bdk. Yoh, 20:19- dalam mewartakan Kerajaan - Membuat niat pribadi - Pendamping
23. Allah dimana mereka berada. untuk menjadi manusia pertemuan/Fasil
- Tekun dan setia pada niat untuk yang baik yang dilaksanak- itator.
membangun diri menjadi manusia an dalam hidup bersama.
yang baik dan lebih baik seturut
teladan Yesus.
69

2.Tugas Menjalankan tugas Peserta samakin: - Mempelajari Teks Konst. 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
Kerasulan kegembalaan bersama - Menyadari dan memahami bahwa FIC dan mendata unit 15
Yesus dalam kongregasi karya yang dilakukan para pendiri karya yang dilaksanakan - Kutipan Yoh,
dengan penuh sukacita. kongregasi merupakan karya para bruder FIC lewat studi 21:15-19
Konst FIC, art. terbaik bagi Tuhan pustaka serta kunjungan ke - Pendamping
15,16,17,18,19. Diterangi - bersemangat untuk terlibat aktif unit karya terdekat yang pertemuan.
Yoh, 21:15-19 dalam menjalankan tugas ditangani langsung oleh - Pemimpin unit
kegembalaan seperti yang para bruder. karya yang
diteladankan para pendiri dan - Mempelajari kutian Kitab ditangani para
murid Yesus. Suci yang telah disediakan bruder.
- Berani melaksanakan karya dan mencari makna
kerasulan dengan penuh iman, terpenting dalam teks
cinta kasih, dan pengharapan tersebut.
sebagai tugas kegembalaan - Membuat niat pribadi
bersama Kristus. untuk berani dan mau
terlibat dalam karya
kegembalaan Kristus.

3. Persekutuan Cinta kasih ala Yesus, Peserta semakin: - Bersama-sama menggali 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
Para Bruder dasar hidup komunitas - Paham akan arti cinta kasih yang arti cinta kasih menurut diri 35-37
yang menciptakan damai tulus. peserta. - Kutipan Yoh,
sejahtera (shalom). Konst - Mengetahui model cinta kasih - Mempelajari isi Konstitusi 15: 9-17
FIC, art. 35-37 diterangi yang ditawarkan Yesus untuk dan Kitab Suci secara - Yoh, 17:6-23
Yoh, 15:9-17 membawa shalom bagi orang lain pribadi dan bersama dengan Yoh,
seperti yang diamanatkan dalam dengan lebih seksama 15:1-8.
Konstitusi dan Kitab Suci untuk menemukan arti dan - Para bruder
- Tidak takut untuk mempraktekkan makna yang terkandung di yang sakit serta
cinta ala Yesus dalam hidup dalamnya. orang yang
sehari-hari. - Mewujudkan cinta kasih membutuhkan
dengan melayani sesama sapaan.
dan mengunjungi sesama - Pendamping
bruder yang sakit serta pertemuan
orang lain yang
membutuhkan bantuan.
70

4. Ditopang Kehadiran dan cinta kasih Peserta semakin: - Memperlajari, mendalami 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
oleh Allah Kristus yang nyata - Beriman dan percaya bahwa serta memahami arti iman 54, 55, 56.
menopang panggilan kita Tuhan selalu menyertai dan percaya kepada Tuhan - Kutipan Yoh,
sebagai religius. Konst perjalanan hidup panggilannya. yang menopang panggilan 17:6-23 dengan
FIC, art. 54, 55, 56. - Menyadari bahwa terpisah dari hidupnya. Yoh, 15:1-8.
diterangi Yoh, 17:6-23 dan pokok anggur bererti tidak akan - Belajar dari Kitab Suci - Ruang doa,
Yoh, 15:1-8. berbuah banyak. agar tetap semakin dekat lilin.
- Berusaha membangun relasi yang dengan sang pokok anggur. - Pendamping
lebih akrab dengan Tuhan melalui - Mencari caraya yang pertmuan.
hidup, karya, dn doa seperti yang terbaik untuk membangun
diteladankan Yesus. relasi yang akrab dengan
Tuhan melalui hidup, karya
dan doa.

5. Pembaktian Hidup Bersama Yesus dan Peserta semakin: - Membaca, mengerti dan 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
Diri para murid yang pertama - Mengenal hidup dan karya Yesus memahami arti hidup 76, 77,78
melakukan kehendak Bapa secara lebih mendalam bersama bersama Yesus dan para - Yoh, 1: 35-42.
dalam semangat Injil. para murid Kristus yang pertama. murid yang pertama - Pertanyaan
Konst FIC, art. 76, 77,78. - Mendalami dan memaknai arti melalui kutipan Injil panduan
Diterangi. Yoh, 1: 35-42. triprasetia secara lebih mendalam Yohanes - Pendamping
sebagai religius. - Mempelajari Konstitusi pertmuan.
- Membuat niat hidup untuk tekun dan buku penunjang
dan setia dalam hidup bakti berkaitan dengan arti hidup
dengan segala suka dukanya triprasetia.
- Manuliskan niat hidup
dalam buku harian untuk
menjadi tekun dan setia
dalam menghayati
triprasetia.

Evaluasi - Evaluasi atas pelaksanaan - Peserta semakin memahami - Perserta menuliskan nilai- 90 menit - Konst FIC art.
Penutup program spiritulitas panggilan burder FIC nilai yang di dapat selama 109
- Ibadat penutup dan bersemangat untuk hidup mendalami program. - Yoh, 21:24-25.
berdasarkan spiritualitas tersebut. - Ibadat penutup oleh - Lagu dari
seluruh peserta. peserta.
71

C. Contoh-contoh Persiapan Pertemuan

Dalam matrix ada tujuh program pertemuan dengan tema yang berbeda-beda.

Namun tidak semua tema dalam matrix penulis sajikan dalam tulisan ini. Penulis

hanya memberikan tiga contoh persiapan pertemuan. Ketiga contoh persiapan

pertemuan tersebut meliputi: persiapan pertemuan I dengan tema: Persiapan

menjalani program pendalaman hidup. Tema pertemuan tersebut merupakan

pendahuluan untuk mengantar pada tema-tema pokok yang diambil dari konstitusi

dengan beberapa kutipan Injil Yohanes. Persiapan pertemuan II penulis ambil dari

tema pokok pertemuan I dengan tema: Kebahagiaan yang terdalam dan sempurna.

Sedangkan contoh persiapan pertemuan III diambil dari tema pokok pertemuan III.

Karena keterbatasan waktu penulis hanya memberikan tiga contoh persiapan

pertemuan. Penulis berharap ketiga tema pokok persiapan pertemuan dan penutup

dapat dipersiapkan sesudah proses penulisan skripsi ini selesai. Dengan demikian

program yang telah susun dapat bergunabagi perkembangan fasilitator sendiri

maupun bagi para calon yang didampingi. Yang jelas bahwa proses persiapan

pendalaman yang hendak dijalankan mampu mengembangkan empat dimensi yang

ada dalam dirinya. Adapun contoh-contoh persiapan pertemuan adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan Pertemuan I

Tema Pert. I : Persiapan Menjalani Program Pendalaman Hidup


Tujuan : 1. Memahami Garis besar “Program Pendalaman Hidup
Berdasarkan Kelima Pokok sub Tema Konstitusi FIC dan
Beberapa Kutipan Injil Yohanes”.
72

2. Memilih koordinator dan membentuk kelompok kerja/


kelompok belajar yang diperlukan guna menopang
keberhasilan program
3. Membangun gairah / motivasi untuk mengikuti program
sepenuh hati.
Metode : Informasi dan Tanya jawab, Permainan, Gerak dan lagu.
Sumber Belajar: 1. Teks Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Spiritualitas
Hidup Panggilan Bruder FIC,
2. Lagu I Have a Dream,
3. Permainan “polisi mengejar pencuri”,
4. Permainan berdasar “kelompok suara binantang”
Peserta : Para Novis FIC
Waktu : 90 Menit.

PEMIKIRAN DASAR

Suasana yang dapat terjadi dalam pertemuan untuk membahas sesuatu yang

penting berkaitan dengan hidup diiringi oleh suasana yang serius, tegang, kaku,

kurang menyenangkan. Jika suasana yang terjadi seperti di atas, maka suasana

tersebut dapat mempengaruhi proses pertemuan-pertemuan selanjutnya. Dengan kata

lain situasi tersebut kurang mendukung suksesnya suatu pertemuan. Peserta menjadi

kurang termotivasi untuk terus tekun dan setia dalam mengikuti setiap sessi

pertemuan.

Untuk menghindari suasana seperti di atas, pada awal pertemuan perlu dibuat

suasana yang gembira, menyenangkan, menghibur, dan santai. Melalui suasana

tersebut, peserta diharapkan tidak mengalami beban yang berat, tetapi merasa senang,

bahagia, dan santai. Dengan begitu mereka semakin siap untuk mengikuti acara

selanjutnya. Diyakini oleh banyak orang bahwa suasana yang menyenangkan, santai

tidak tegang, dan menggembirakan dapat membantu peserta untuk mengendorkan

syaraf sehingga dapat berpikir dengan jernih. Dengan begitu peserta dapat diajak

untuk masuk pada pertemaun-pertemuan selanjutnya dengan lebih bergairah.


73

Dalam pertemuan pendahuluan ini, peserta diharapkan; pertama: Memahami

Garis besar “Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok sub Tema

Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes”. Kedua: dapat memilih

koordinator dan membentuk kelompok kerja / kelompok belajar yang diperlukan

guna menopang keberhasilan program, dan ketiga: membangun gairah / motivasi

untuk mengikuti program sepenuh hati. Demikianlah maksud pertemuan pendahuluan

ini. Kiranya pertemuan pendahuluan yang berjalan dengan baik dapat menggugah

semangat peserta untuk mengikuti pertemuan dengan sepenuh hati.

PENGEMBANGAN LANGKAH

Pengantar (+ 10 menit)

1. Salam

Selamat sore para frater. Senang sekali kita dapat bertemu dalam kesempatan

yang indah ini. Saya berharap saat ini para frater dalam keadaan sehat. Sebab

bagaimanapun kesehatan adalah factor yang penting dalam hidup kita. Kesehatan

yang saya maksudkan bukan saja sehat jasmani tetapi juga sehat rohani, sehat mental,

dan sehat hati. Saat inipun saya merasa sehat, bahagia dan senang dapat berjumpa

bersama para frater. Mungkin diantara kita saling bertanya: kita berjumpa dan

berinteraksi untuk apa? Apa yang hendak kita lakukan dalam pertemuan ini?

2. Pengantar tema

Para frater yang terkasih, siapa diantara kita yang tidak ingin hidup rileks,

senang, dapat mengerjakan tugas dengan hati yang gembira? Kita semua tentu

mendambakan suasana hati yang seperti itu. Kiranya dambaan itu merupakan
74

dambaan yang normal / wajar. Dalam pertemuan pendahuluan ini saya mengajak para

frater untuk mengalami, rasa senang, gembira, suasana santai secara bersama-sama.

Namun bukan berarti kita tidak serius. Artinya kita tetap menciptakan keseriusan di

dalam suasana santai. Suasana senang, gembira, dan santai perlu kita bangun dalam

diri kita. Maksudnya adalah agar hidup kita menjadi ringan, tidak kaku, tidak tegang,

tidak terbebani, dan dengan begitu menjadi lebih produktif.

Para frater yang terkasih, selama lebih kurang tiga bulan ke dapan kita akan

menjalani program pendalaman hidup. Adapun bahan yang kita dalami adalah Kelima

Pokok sub Tema Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes”

Ada beberapa hal yang mau kita kerjakan dalam pertemuan pendahuluan ini.

Pertama: kita mencoba memahami garis besar “Program Pendalaman Hidup

Berdasarkan “Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok sub Tema

Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes” Kedua: kita mau memilih

koordinator dan membentuk kelompok kerja / kelompok belajar yang diperlukan

guna menopang keberhasilan program. Sedangkan yang ketiga, kita ingin

membangun gairah / motivasi untuk mengikuti program sepenuh hati. Demikianlah

maksud pertemuan pendahuluan ini. Semoga pertemuan pendahuluan ini dapat

berjalan dengan baik serta menggugah semangat kita untuk mengikuti pertemuan

dengan sepenuh hati.

3. Doa Pembukaan

Allah Bapa yang penuh kasih, kami mengucap syukur dan berterima kasih

kepada-Mu karena Engkau selalu memberikan rahmat dan berkat yang melimpah
75

kepada kami. Kami mohon kepada-Mu, utuslah Roh Kudus-Mu ke dalam hati kami

agar kami semakin siap untuk mengikuti pertemuan pendahuluan ini dengan baik.

Kami percaya dengan bantuan rahmat dan berkat-Mu kami dapat

mengarahkan jiwa raga kami dengan baik kepada-Mu dalam pertemuan ini. Sehingga

dengan berkat yang Kau anugerahkan kepada kami, menjadikan kami dekat dengan

Engkau. Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan dan Juru Selamat

kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

4. Lagu Pembukaan AKU DI BERKATI

Aku di berkati
Sepanjang hidupku di berkati
Mulai dari bangun pagi
Siang berganti malam
Aku di berkati
Refr:
Kakek-kakek, nenek-nenek
Tante-tante, om-om
Pemudanya-pemudinya
Semua di berkati Tuhan.

Memahami Program Pendalaman Hidup (30 menit)

1. Informasi dan Tanya jawab.

Para frater yang terkasih, pertemuan pertama yang kita lakukan pada hari ini

merupakan pertemuan pembuka untuk pertemuan-pertemuan berikutnya. Pertemuan

pertama ini penting karena melalui pertemuan ini, kita diajak untuk melihat secara

keseluruhan isi Program Pendalaman Hidup kita berdasarkan Konstitusi FIC dan

Beberapa Kutipan Injil Yohanes. Adapun materi yang ingin dibahas dapat kita lihat

dalam matrix (Susunan Program terlampir dan setiap peserta mendapatkannya).


76

Para frater yang terkasih, di atas telah saya singgung bahwa pertemuan–

pendalaman yang akan kita lalui bersama bersumber dari lima pokok sub tema dalam

Konstitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes. Adapun tema program kita ini

adalah Panggilan Hidup Menjadi Bruder FIC. Panggilan menjadi bruder

membutuhkan spiritualitas yang besar. Mengapa? Karena spiritualitas merupakan

jiwa, roh yang menyemangati atau mengobarkan api semangat hidup kita. Sedangkan

tujuan yang ingin kita capai bersama dengan program kita ini adalah agar kita

menjadi labih mantap dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani panggilan hidup

panggilan kita sebagai bruder FIC.

Para frater yang terkasih, kita tahu betul bahwa dalam hidup ini ada banyak

pilihan atau alternatif. Kita bisa menjadi imam, bruder, menjadi bapa/ibu keluarga,

atau mungkin hidup membujang. Pilihan hidup yang kita pilih merupakan pilihan

bebas kita. Tidak ada orang yang memaksa kita untuk menjadi ini atau itu. Kita

menjadi bruder juga merupakan pilihan bebas kita. Karena itu, kita perlu sadar akan

konsekuensi dari pilihan tersebut.

Dalam memilih biasanya orang melakukannya secara spontan. Apalagi pilihan

yang hendak diputuskan itu menyangkut soal hidup. Ketika memilih, mereka

biasanya menyertakan akal untuk menimbang-nimbang menyertakan hati untuk

merenungkan apakah pilihan yang dipilihnya sesuati dengan kehendak dalam dirinya

dan kehendak Tuhan. Berhubung pilihan yang kita pilih menyertakan pikiran dan hati

maka kita senang. Karena senang kita berusaha untuk mempromosikan pilihan bebas

yang telah kita pilih kepada semua orang. Kita menjadi semakin yakin dan mantap

bahwa pilihan hidup yang telah kita pilih merupakan pilihan hidup yang benar dan
77

menggembirakan. Demikianlah kita akan menjadi pribadi yang mantap dalam

panggilan hidup yang telah kita pilih. Selain menjadi semakin mantap seperti yang

terusai di atas, kita juga diajak untuk menjadi pribadi yang semakin bertanggung

jawab. Bertanggungjawab disini berarti kita mampu memilih tanggapan terhadap apa

saja yang terjadi atas kita entah tanggapan itu datang dari dalam maupun dari luar.

Dalam hal ini kita tetap memiliki kebebasan untuk menanggapi rangsangan yang ada

dalam diri kita serta memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang datang

tersebut. Menghadapi situasi seperti itulah kita diajak untuk menyertakan suara hati,

kesadaran serta pikiran dalam diri kita ataupun imajinasi kita. Dengan demikian kita

berani menghadapi segala resiko terhadap pilihan hidup kita. Kita tidak akan merasa

menjadi korban, mencari kambing hitam, atau mempesalahkan orang lain. Inilah yang

dinamakan orang yang bertanggungjawab.

Para frater yang terkasih, untuk sampai pada tujuan di atas, kita perlu

mengadakan pendalaman secara rutin. Adapun program pendalaman hidup yang telah

kami persiapkan dapat kita lihat pada matrix yang sudah frater pegang. Maka dari itu,

mari kita cermati program secara lebih seksama. (para frater menyimak teks program

yang telah dibagikan).

Para frater yang terkasih, dari matrix yang para frater pegang, kita dapat

melihat secara jelas bahwa ada lima materi pokok pendalaman yang hendak didalami

bersama yakni: pertama, Demi Kerajaan Allah. Kedua, Tugas Kerasulan. Ketiga,

Persekutuan Para Bruder. Keempat, Ditopang oleh Allah, dan yang kelima,

Pembaktian Diri. Namun dari lima pokok materi tersebut, tidak seluruh artikel di

dalami, melainkan hanya beberapa artikel yang utama saja. Artikel Konstitusi yang
78

diambil diterangi dengan kutipan Injil Yohanes. Kita berharap dengan pengalaman

melalui bahan-bahan tersebut kita semakin mantap dan bertanggungjawab dalam

panggilah yang telah kita pilih. Dengan begitu kita menjadi orang yang bahagia atas

pilihan hidup kita. Kalau kita mantap, bertanggunjawab dan bahagia, dalam hidup

panggilah kita maka kita dapat tekun dan setia di dalam panggilan-Nya. Itulah impian

kita dengan menyadi seorang bruder. Sebelum kita melangkan acara selanjutnya, jika

dari uraian di atas ada pertanyaan dari frater saya persilahkan.

2. Menyanyikan “I Have a Dream” (15 menit)

Para frater yang terkasih, kita baru saja melihat secara cermat program yang

hendak kita dalami bersama. Kita berharap, apa yang menjadi harapan atau impian

diatas dapat menjadi kenyataan. Untuk memantapkan apa yang menjadi harapan

sekaligus impian kita marilah kita hidupkan mimpi-mimpi itu dalam hidup sehari-

hari. Sebagai sarana untuk membangun mimpi tersebut kita nyanyikan lagu “ I Have

A Dream”. Kita berharap lagu ini dapat menjadi energi dan inspirasi bagi kita untuk

melaksanakan program yang sudah kita rencanakan.

I HAVE A DREAM AKU PUNYA SEBUAH IMPIAN


I have a dream, a song to sing, Aku punya impian, lagu ‘tuk dinyanyikan
To help me cope with anything Tuk membantuku menghadapi tantangan
If you see the wonder of a farytale Jika kau pandai menemukan khasiat sebuah
You can take the future dongeng, Kau ‘kan sanggup maju terus, juga di
Even if you fail kala kau gagal.

Refr:
I believe in angels, Aku percaya akan malaekat
Something good in everything I see Sesuatu yang baik dalam segala, aku lihat di
I believe in angels, sekitarku. Aku percaya akan malaekat
When I know the time is right for me Bila kutahu saat tepat bagiku
I’ll cross the stream, Aku berani menantang arus
I have a dream. Aku punya sebuah impian
79

I have a dream, a fantasy Aku punya sebuah impian


To help me through reality ‘tuk membantuku mengarungi kenyataan
And my destination makes it worth the while dan karena tujuan hidupku tak sia-sialah
Pushing through the darkness still another mile menempuh kekelaman lebih jauh lagi.

Refr:

Para frater yang terkasih, seperti lagu tadi, kita perlu memiliki mimpi yang

indah. Mimpi bukan sembarang mimpi. Bukan juga mimpi bunganya orang tidur.

Tetapi mimpi seharusnya selalu kita nyanyikan setiap hari. Mimpi yang konkret dan

yang perlu terus dinyanyikan serta diperjuangkan adalah mimpi untuk menjadi bruder

yang mantap dan bertanggungjawab. Bruder yang baik, bruder yang sejati. Mimpi

seperti itulah yang mustinya selalu kita nyanyikan setiap hari. Kita yakin mimpi yang

kita nyanyikan dapat menjadi nyata dalam hidup kita. Walau badai datang

menghantam, kita tidak goyah. Sebab Tuhan ada di pihak kita.

Para frater yang terkasih, pilihan hidup kita untuk menjadi bruder mungkin

bagaikan sebuah dongeng. Kita ini orang normal, kita juga tidak jelek. Apakah bukan

dongeng namanya? Mustinya kita dapat hidup di luar biara dan memiliki istri serta

anak-anak yang mungil dan manis! Gila…ini sungguh gila. Sungguh suatu dongeng.

Walau demikian kita telah memilih hidup ini dengan penuh kesadaran hidup kita

sebagai bruder. Maka dari itu kita perlu maju terus pantang mundur untuk berjuang

dan bermimpi menjadi bruder yang kita dambakan.

Para frater yang terkasih, kita percaya bahwa malaekat Tuhan senantiasa

menyertai kita. Bersama Dia kita dapat melihat sesuatu yang baik dalam hidup di

sekitar kita. Dengan begitu, kita dimampukan untuk menerjang arus yang

menghadang dihadapan kita. Mengapa kita mampu? Karena kita memiliki impian

yang luhur, yang indah, yang dapat berguna bagi banyak orang. Kita ingin menjadi
80

bruder yang mantap, bertangungjawab, baik dan sejati. Itulah impian kita. Kita juga

percaya dengan impian yang bulat, kita dimampukan untuk mengarungi jaman yang

terus berubah.

Para frater yang terkasih, mari bulatkan tekat kita untuk mewujudkan impian

yang ada dalam diri kita. Kita kobarkan semangat paskah dalam diri kita. Kita

tinggalkan tradisi yang kurang baik dan mencoba membangun habitus baru. Kita

perlu hidup menurut opsi. Kita yakin dengan opsi yang kita pilih, kita menjadi pribadi

yang berkualitas. Yang dimaksud berkualitas disini adalah bruder yang selalu

memperkembangkan diri seoptimal mungkin sekaligus brudr yang mantap dan

bertanggungjawab menjalani hidup panggilan Tuhan sebagai bruder FIC.

Memilih Koordinator dan membentuk kelompok belajar / kelompok kerja. (30


menit)

1. Pengantar

Para frater yang terksih, setelah kita membangun mimpi melalui lagu “I Have

a Dream” kita hendak bermain bersama. Kita percaya bahwa setiap permainan

mempunyai makna dalam hidup kita. Ada dua permainan yang kita hendak

laksanakan bersama yakni polisi mengejar pencuri dan mencari suara binatang di

hutan. Yang kita lakukan adalah permainan, untuk itu kita harus benar-benar bermain.

Dengan melakukan permainan yang baik dan benar seluruh energi kita tercurah

kedalam permainan tersebut.

2. Memilih Koordinator Melalui Permainan (Polisi Mengejar Pencuri)

Para frater yang terkasih, kita akan melakukan permainan polisi mengejar

pencuri. Cara bermainnya sebagai berikut:


81

a. Seluruh peserta berdiri membentuk lingkaran.


b. Pemimpin memilih salah satu peserta untuk dijadikan polisi dan pencuri.
c. Polisi dan pencuri berdiri berhadap-hadapan dalam sebuah lingkaran.
d. Leher polisi diberi sleyer dan diikat satu kali. Sedangkan leher pencuri juga
diberi sleyer namun diikat dua kali.
e. Ketika pluit dibunyikan, polisi mengejar pencuri searah jarum jam dengan
cara memberikan sleyer ke leher samping kirinya dan mengikat satu kali.
Demikian juga dilakukan oleh pencuri dengan mengikat sleyer teman
disebelah kirinya dua ikatan. Disinilah terjadi kejar-kejaran yang hebat antara
polisi dan pencuri.
f. Ketika polisi mampu mengejar pencuri (artinya: kedua sleyer berada dipihak
satu orang) dia itulah yang menjadi koordinator. Permainan ini dimainkan
paling tidak dua kali. Pada permainan yang kedua inilah koordinator terpilih.
Dengan demikian permainan selesai.

Para frater yang terkasih, kita telah memiliki koordinator dalam kelompok.

Adapun tugas koordinator yakni membantu pendamping untuk mengorganisir teman-

temanya untuk mengumpulkan tugas dan menyerahkannya kepada pendamping

membuat jadual petugas doa atau membantu tugas-tugas yang lain yang diminta oleh

pendamping pertemuan.

Setelah pengantar singkat dari pendamping selesai, koordinator diberi

kesempatan untuk menyampaikan perasaan yang dialami selama proses permainan

serta memberi sambutan singkat atas tugas yang hendak diembannya dihadapan

peserta yang lain.

3. Membentuk Kelompok Belajar / Kelompok Kerja Melalui Permaian (Kelompok


berdasarkan jenis suara bintang)

Para frater yang terkasih, dalam permainan yang kedua ini melakukan
bersama-sama. Adapun cara bermainnya adalah sebagai berikut:
a. Peserta berdiri membentuk lingkaran.
b. Pemimpin membagikan kartu warna yang sudah ditulisi nama binatang sesuai
dengan jumlah kelompok yang dikehendaki ( bias 3, 4, atau lima binatang )
c. Pendamping memberitahukan jenis binatang yang ada pada kartu warna
kepada peserta.
82

d. Peserta diminta untuk mengingat jenis binatang apa yang dilihatnya dan
diminta untuk menirukan suara binatang tersebut ketika mara mereka ditutupi
oleh slayer.
e. Setelah sleyer menutup mata semua peserta, pemimpin mengacak peserta
supaya peserta satu dengan yang lain tidak hafal tempat temannya tadi.
f. Peserta menyuarakan suara binatang dan mencari jenis suara bintang yang
sama.
g. Yang menemukan lebih dulu sesama suara binatang sesuai dengan jumlah
orang yang dikehendaki, dialah yang menjadi juara dan menjadi satu
kelompok.

Para frater yang terkasih, kita telah melakukan permainan mencari teman

berdasarkan suara kelompok binatang. Tadi juga kita telah melihat bahwa ada

beberapa kelompok binatang. Kelompok tersebut akan menjadi kelompok belajar dan

kelompok kerja. Kelompok tersebut dapat saja berubah berdasarkan kebutuhan. Kita

juga berharap bahwa kelompok yang terbentuk ini dapat saling belajar satu dengan

yang lain. Sebab dengan begitu kita akan diperkembangkan satu dengan yang lain

sehingga proses pertemuan dapat berjalan dengan baik.

4. Menyanyikan lagu: “Kerja Sama”.

Mari kita kerja sama,


sama, sama, sama, sama
Mari kita kerja sama senang di hati
Kerjamu, kerjaku semua untuk kita
Mari kita kerja sama denang di hati.

5. Tugas Mandiri

Para frater yang terkasih, sebelum kita menutup pertemuan kita ini, saya

memberi tugas untuk pertemuan Minggu depan. Kita berharap tugas ini dikerjakan

secara sungguh-sungguh. kita percaya bahwa kerjasama yang baik akan membuahkan

hasil yang baik pula. Adapun tugas yang perlu kita jalani untuk mensukseskan
83

pertemuan minggu depan adalah: membaca artikel seperti yang tertera dalam matrix

dan bawalah dalam doa harian kalian semua.

IV. Penutup (5 menit).


1. Peneguhan
Para frater yang terkasih kita telah mengawali pertemaun kita dengan

pertemuan pendahuluan. Kita berharap pertemuan ini menjadi sarana yang baik untuk

perjalanan hidup kita di masa yang akan datang. Mari kita saling memberi perhatian,

saling mendukung, dan bekerja sama agar harapan kita menjadi nyata dalam hidup

ini. Sebentar lagi kita akhiri pertemuan ini. Mari kita mohon berkat Tuhan dengan

mendoakan doa penutup bersama-sama.

2. Doa Penutup
Allah sumber kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena kami boleh

mengalami kasih-Mu dalam pertemuan ini. Bapa, usaha kami masih panjang dalam

menapaki panggilan yang telah Kau tanamkan dalam diri kami. Kami mohon kepada-

Mu, ulurkanlah tangan-Mu selalu agar kami semakin mampu memahami setiap

anugerah yang Kau berikan kepada kami. Ajarilah kami untuk peka terhadap

kebutuhan sesama kami. Teritimewa dalam usaha kami membangun mimpi yang baik

dalam diri kami sehingga hidup kami mencerminkan kebahagian yang sempurna

seperti kasih-Mu yang juga sempurna. Dengarkanlah doa kami yang sederhana ini.

Doa ini kami sampaikan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan kami kini dan sepangjang

masa. Amin.

0000ooo0000
84

2. Pertemuan Pendalaman II

Pokok I : Demi Kerajaan Allah


Tema Pert. 2 : Kebahagiaan yang terdalam dan sempurna
Tujuan : 1. Para Novis menjadi sadar akan hal-hal yang membuat mereka
bahagia.
2. Para novis memahami kebahagiaan yang terdalam dan
sempurna menurut Konstitusi FIC dan Kitab Suci.
Model : Pengalaman Hidup
Metode : Kerja pribadi, Sharing kelompok, Diskusi, Pleno, Informasi
Sumber Belajar : 1. Pendamping pertemuan
2. Pengalaman hidup peserta,
3. Konst FIC, art. 1, 2, 3, 4, 5, 6
4. Yoh, 1:1-18.
Bahan Rujukan : Tafsir Alkitab Masa Kini 3. Matius-Wahyu
Waktu : 180 menit.

PEMIKIRAN DASAR

Setiap manusia merindukan kebahagiaan yang terdalam dan sempurna. Tidak

terkecuali para frater novis FIC. Dalam menjalani hidup sebagai calon bruder, para

novis mendambakan kebahagiaan terdalam dan sempurna seperti yang diusahakan

oleh semua manusia. Untuk mencapai kebahagiaan yang terdalam dan sempurna

tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan kesabaran dan perjuangan yang tidak sebentar

agar apa yang menjadi harapannya dapat terjadi.

Idealnya, para novis mampu menemukan kabahagiaan yang terdalam dan

sempurna dari setiap kegiatan yang dikerjakannya. Disadari bahwa setiap kegiatan

mengandung suatu nilai yang dapat menjadikan mereka mengalami kebahagiaan yang

terdalam dan sempurna (Konst FIC, art. 1). Untuk mencapai kebahagiaan yang

terdalam dan sempurna para novis harus belajar kepada Yesus. Yesus merupakan

Pewahyuan dari Allah yang nyata. (art.3. bdk. Yoh, 1:1-18). Kehadiran Yesus ke

dalam dunia sungguh mengalami kebahagiaan yang terdalam dan sempurna karena

dapat mengantar manusia kepada Bapa-Nya. Ia menyelamatkan umat-Nya dari


85

belenggu dosa. Keselamatan yang dilakukan oleh Yesus bukannya tanpa

perngorbanan. Hinaan, siksaan, derita, kematian mengiringi langkah Yesus dalam

usaha mencapai kebahagiaan yang terdalam dan sempurna. Intinya adalah bahwa

kehadiran Yesus ke dalam dunia mau melakukan kehendak Bapa yakni mewartakan

Kerajaan Allah.

Kedatangan Yesus dalam diri para Novis diharapkan mampu mengenalkan

para novis kepada Allah Bapa-Nya yang mewujud nyata dalam diri-Nya sendiri.

Dengan demikian para novis menjadi semakin beriman kepada Allah. Bersamaan

dengan itu, para novis juga menjadi semakin sadar bahwa Allah selalu menopang

hidup mereka (art. 2), sehingga para novis dapat meneladan sikap hidup Yesus dan

hidupnya semakin menyerupai Yesus (art. 4).

Dalam pertemuan ini para novis, diajak untuk menyadari hal-hal yang

membuat mereka bahagia serta semakin memahami arti kebahagiaan terdalam dan

sempurna menurut Konstitusi serta Kitab Suci. Dengan demikian mereka semakin

terdorong untuk berjuang menggapai kebahagiaan yang didambakannya. Sebab

bagaimanapun kebahagiaan yang terdalam dan sempurna akan diperoleh melalui

usaha yang tidak mengenal lelah dari setiap orang.

PENGEMBANGAN LANGKAH

Pengantar (+ 10 menit)

1. Salam

Para frater yang terkasih, sama seperti manusia lain kita mendambakan suatu

kebahagiaan. Kebahagiaan di sini bukan kebahagiaan yang biasa-biasa saja dan tanpa
86

dasar. Kita sungguh merindukan suatu kebahagiaan yang terdalam dan sempurna.

Untuk mencapai kebahagiaan yang terdalam dan sempurna tidaklah mudah. Kita

perlu berjuang untuk mendapatkan yang kita dambakan. Kita perlu menyusun

strategi guna mencapai kebahagiaan yang dicita-citakan. Paling tidak, kita memiliki

cara khusus agar kabahagiaan yang ingin kita raih dapat terwujud.

Untuk itu, dalam petemuan ini kita ingin mencoba menyadari hal-hal apa saja

yang membuat kita bahagia dalam pengalaman hidup kita sehari-hari. Selain itu kita

juga belajar memahami arti kebahagiaan terdalam dan sempurna yang bersumber dari

Konstitusi dan Kitab Suci Injil Yohanes.

2. Lagu Pembukaan:

KU BERSYUKUR KEPADAMU

Ku bersyukur kepada-Mu oh Tuhanku


Atas anugerah-Mu yang besar
Kurenungkan firman-Mu dan belajar melakukan
tak pernah Kau ingkar janji
Hanya dekat pada-Mu ada ketenangan
Hanya dari pada-Mu ada keselamatan
Kaulah gunung batuku, dan kota bentengku
Kutakkan goyah selamanya.

3. Doa Pembukaan

Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu

karena Engkau selalu baik kepada kami. Kebaikan-Mu nyata dalam diri Yesus yang

Engkau utus untuk menyelamatkan kami. Melalui Dia, kami mampu mengenal karya-

Mu yang agung dan mengagumkan.

Bapa, dalam kesempatan ini kami mohon, utuslah Roh Kudus-Mu kepada

kami agar kami mampu mendalami dan memahami arti kebahagiaan yang terdalam
87

dan sempurna dalam hidup kami. Kami percaya dengan bantuan rahmat Roh Kudus-

Mu kami akan mengalami kebahagiaan yang sungguh kami dambakan. Doa ini kami

haturkan kepada kepada-Mu melalui Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan

berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Menggali Pengalaman Hidup Konkret (+ 30 menit)

Dalam penggalian pengalaman hidup peserta ini, peserta diajak untuk kerja

pribadi mengerjakan beberapa pertanyaan panduan yang sudah disiapkan,

mensharingkan hasil kerja pribadi dalam kelompok kecil. Kemudian dilanjutkan

pleno dalam kelompok besar. Beberapa pertanyaan yang hendak direnungan secara

pribadi dan disharingkan dalam kelompok adalah sebagai berikut:

1. Apa saja yang membuat Anda merasa bahagia? Mengapa?

2. Apa saja yang Anda lakukan untuk meraih kebahagiaan?

Interpretasi jawaban pertanyaan dari peserta

Yang kita cari selama hidup di dunia adalah memiliki uang yang cukup, sehat

jiwa raga dan yang tak kalah penting dari kedua hal tersebut adalah hidup bahagia.

Hidup bahagia menjadi penting karena hidup dalam kebahagiaan merupakan esensi

dasar yang ingin diraih oleh semua manusia. Orang miskin, orang kaya, awam, atau

religius, atau siapa saja mendambakan hidup yang bahagia? Walau penghasilan kecil

asal dapat hidup bahagia kiranya sudah cukup. Hidup dalam perbedaan dalam suatu

komunitas asal tetap merasa bahagia kiranya juga cukup. Pendek kata, kebahagiaan

yang alami oleh manusia dapat menutupi segala-galanya. Yang menjadi pertanyaan
88

adalah apakah yang membuat hidup kita bahagia? Yang membuat kita bahagia adalah

ketika kita dapat menemukan nilai yang terdalam dan bermakna dari setiap kegiatan

atau aktivitas yang saya jalankan.

Kegiatan yang kita jalankan tidak harus menghasilkan banyak uang, dan

ditepuki banyak orang melainkan saya dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan

penuh ketenangan. Itulah yang membuat saya bahagia. Adapun usaha saya untuk

meraih kebahagiaan adalah dengan cara mencoba belajar sabar, mempelajari,

memahami jenis kegiatan yang saya lakukan. Saya merasa yakin bahwa dengan

berusaha saya akan dimampukan untuk meraih kebagiaan yang saya dambakan.

Rangkuman (+ 15 menit)

Para frater yang terkasih, dari hasil pleno tadi kita semakin disadarkan bahwa

kebahagiaan hidup merupakan dambaan setiap manusia. Artinya kebahagiaan tidak

hanya milik mereka yang sudah tua, kaya, berpangkat, yang hidup di kota, di luar

biara melainkan juga menjadi milik orang muda, anak kecil, orang miskin, tidak

berpangkat, tetapi juga milik para religius. Maksudnya bahwa kebahagiaan dapat

diperoleh siapa saja asal orang tersebut mampu menemukan makna terdalam dari

setiap aktivitas yang dijalaninya.

Pekerjaan sekecil apapun asal dilaksanakan dengan penuh suka cita dapat

mendatangkan kebahagiaan. Demikian juga pekerjaan yang membosankan dan berat

akan menjadi tidak bosan dan ringan jika kita mampu mengatasi kebosanan yang ada

dengan baik. Dengan kata lain. kebahagiaan akan diraih oleh siapa saja, kapan saja,

dan dimana saja dan oleh siapa saja yang mendambakan kebahagiaan.
89

Lagu Selingan. (+ 5 menit)


KUTAHU TUHAN PASTI BUKA JALAN

Kutahu Tuhan pasti buka jalan


Ku tahu Tuhan pasti buka jalan
Asalku hidup suci tidak turut dunia
Ku tahu Tuhan pasti buka jalan.
I know the Lord, will make a way for me
I know the Lord, will make a way for me
If I look to Him and pray, darkest night will turn to day
I know the Lord, will make a way for me.

Visi Kristiani (+ 30 menit)

Para frater yang terkasih, kita baru saja mendalami pengalaman hidup konkret

tentang usaha kita mencari kabahagiaan dalam hidup kita sehari-hari. Setelah itu, kita

hendak mendalami kebahagiaan yang terdalam dan sempurna berdasarkan Konstitusi

FIC dan Kitab Suci kutipan Injil Yohanes. Bebarapa hal yang hendak kita lalui dalam

proses ini; pertama: studi pribadi atas artikel serta kutipan Kitab Suci yang sudah

dipilih. Kedua: diskusi dalam kelompok. Ketiga: pleno lalu yang keempat:

rangkuman dari pendamping. Dibawah ini akan disajikan beberapa artikel dari

Konstitusi serta kutipan Kitab Suci yang hendak kita dalami bersama sesuai dengan

proses yang tertulis di atas.

Mendalami Teks Konstitusi Artikel 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. serta mendalami

kutipan Injil Yohanes 1:1-18 dengan pertanyaan panduan sebagai berikut:

1. Berdasarkan art. 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. kebahagiaan yang terdalam dan sempurna


itu yang macam apa?

2. Berdasarkan kutipan Injil Yohanes, 1:1-18, kebahagiaan yang terdalam dan


sempurna itu yang bagaimana?
Setelah menerima tugas di atas para novis diminta untuk membaca,

merenungkan, menggali, dan memahami isi artikel Konstitusi dan kutipan Injil
90

Yohanes yang ditetapkan untuk dipelajari dengan waktu yang sudah ditentukan.

Setelah itu peserta diminta untuk berkumpul dalam kelompok mendiskusikan hasil

studi pribadi.

Hal ini dimaksudkan agar masing-masing peserta semakin diperkaya oleh

temannya dalam kelompok kecil. Saat berdiskusi ini, pendamping hanya mamantau

dari jarak jauh agar peserta tidak merasa canggung mengungkapkan hasil temuannya

secara pribadi kepada teman dalam kelompoknya. Jika ada diskusi menemukan

kesulitan, peserta dapat bertanya pendamping. Usai berdiskusi dalam kelompok,

peserta diminta masuk dalam membagikan hasil diskusiya dalam kelompok besar. Di

dalam kelompok besar ini, masing-masing kelompok harus siap dengan

argumentasinya masing-masing. Peserta yang kurang memahami apa yang dihasilkan

oleh kelompok kecil dapat ditanyakan pada kelompok yang bersangkutan.

Ketika pleno dalam kelompok besar berlangsung, pendamping berusaha

mencermati secara sungguh-sungguh proses serta hasil studi yang diplenolan dalam

kelompok besar. Maksudnya agar pendamping dapat merangkum seluruh isi yang

dibicarakan oleh masing-masing kelompok secara baik.

Rangkuman yang hendak diberikan kepada peserta hendaknya mencakup

seluruh temuan yang telah diplenokan dalam kelompok besar. Temuan yang baik dan

sesuai tujuan diminta untuk terus dijalankan. Sedangkan temuan yang kurang sesuai

dengan maksud dan tujuan pertemuan didalami lagi secara lebih serius dan mendalam

hingga peserta dapat menemukan temuan yang sesuai dengan harapan.

Jika peserta masih sulit menemukan jawaban yang sesuai dengan harapan

pendamping dapat meluruskan temuan yang kurang sesuai dengan maksud agar
91

peserta tidak terombang-ambingkan oleh sesuatu yang kurang tepat. Di sisi lain para

calon dapat mengubah temuan yang kurang menjadi temuan sesuai dengan maksud

dan tujuan yang diharapkan setelah mendapatkan masukan dari pendamping. Dalam

hal ini, pendamping memiliki hak untuk menambah atau mengurangi apa yang sudah

diplenokan dalam kelompok besar. Dari proses ini dapat ditemukan bahwa

pendalaman yang berlangsung tidak hanya menjadi milik pendamping saja melainkan

semua pihak terlibat dalam proses yang berlangsung. Artinya semua baik pendamping

dan peserta bertindak sebagai subyak.

Rangkuman (+ 10 menit)

Para frater yang terkasih, kita telah bersama-sama mendalami artikel

Konstitusi artikel 1-6. Artikel-artikel tersebut merupakan sesuatu yang pokok yang

harus dihidupi oleh kita sebagai calon bruder FIC. Mengapa karena artikel 1-6

mengandung visi dan misi kongregasi FIC. Artikel mana yang menunjukkan bahwa

artikel tersebut merupakan visi dan misi FIC? Visi Kongregasi FIC terdapat dalam

art. 1-4 sedangkan misi terdapat dalam art. 5,6. Dalam art. 1-4 semua orang diajak

untuk mencari dan menemukan hidup yang mambahagiakan yang terdalam dan

sempurna termasuk kita yang hidup sebagai bruder (art. 1). Untuk mencapai semua

itu tidak mudah. Kita perlu sadar dan berjuang untuk memahami bahwa Allah Bapa

yang mewujud nyata dalam diri Kristus merupakan sumber kebahagiaan terdalam

kita. Dialah penopang hidup kita. Dia adalah kasih (art. 2). Meski kita terbatas, kita

tetap berbahagia karena Allah berkenan mewahyukan putra-Nya untuk kita. Di dalam

Yesus dari Nazaret inilah kita menemukan citra Allah yang hidup. Dan di dalam

Dialah Allah manusia bersama kita. (art. 3). Sebagai putra Allah Yesus adalah
92

manusia yang sempurna. Untuk itu kita juga diminta untuk meneledan sikap hidup-

Nya agar menyerupai diri-Nya (art. 4).

Visi di atas tidak berdaya guna jika tidak ada usaha atau cara untuk sampai

pada visi tersebut. Maka dibuatlah acuan agar visi yang didambakan dapat menjadi

kenyataan. Artikel yang digunakan untuk sampai pada visi tersebut adalah artikel 5

dan 6. Artikel tersebut menjadi sarana atau cara untuk sampai pada visi yang hendak

dicapai. Karena melalui artikel tersebut kita diajak untuk melaksanakan karya Yesus

yakni mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang (art. 5) dan secara lebih

khusus sebagai bruder kita diminta untuk membaktikan hidup kita melalui

Kongregasi yang telah kita pilih. Jika kita sungguh mampu menjalankan tugas yang

dipercayakan kepada kita dengan baik seturut kehendak Kristus, kita pasti mengalami

kebahagiaan terdalam dan sempurna walau salib menghadang di hadapan kita.

Demikianlah kebahagiaan yang dalam dan sempurna yang dapat kita ambil dari

Konstitusi kita.

Para frater yang terkasih, selain kita mempelajari dan mendalami Konstitusi

kita juga mempelajari dan mendalami Kitab Suci. Hal ini dimaksudkan agar kita

sungguh-sungguh menemukan kebahagiaan terdalam dan sempurna. Kitab Suci

menjadikan kita mampu melihat Allah yang berkenan hadir ke dunia melalui firman-

Nya yang menjadi manusia (Yoh, 1:1-18). Firman itu nyata dalam diri Yesus putra-

Nya. Firman itu hidup secara nyata dalam terang manusia. Terang yang ada di dalam

diri-Nya bercahaya dalam kegelapan sehingga kegelapan tidak kuasa menguasainya.

(ay. 4-5). Inilah kebahagiaan yang terdalam dimana Dia dapat hadir dan menguasai

kegelapan yang ada. Firman yang sudah menjadi manusia tidak dapat disangkal
93

adanya. Sebab ada pribadi yang memberi kesaksian tentang terang tersebut. Saksi

tersebut bernama Yohanes. Yesus merupakan utusan Allah untuk menyampaikan

tentang terang itu agar banyak orang menjadi percaya (ay.6-8). Yohanes menekankan

bahwa terang yang sesungguhnya dan menerangi setiap orang sedang datang ke

dalam dunia (ay.9). Kedatangan-Nya tidak serta merta diterima dunia. Dunia tidak

mengenal-Nya dan banyak orang tidak mengenal-Nya (ay. 12). Namun ada yang

menerimanya. Orang yang menerima Dia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak

Allah. Mereka inilah yang percaya akan nama-Nya (ay. 13). Firman yang telah

menjadi manusia berbunyi demikian; “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di

antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan

kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (ay.

14). Ungkapan dari ayat tersebut mau menunjukkan bahwa Allah sungguh-sungguh

telah mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Tetapi untunglah bahwa Allah berkenan

hadir ke dunia dalam wujud manusia Yesus. Melalui Yesus yang tertuang dalam

Kitab Suci, manusia dapat melihat hidup dan karya-Nya. Ia hadir untuk membawa

kasih yang konkret kepada orang lumpuh, buta, tuli.

Ia menyembuhkan mereka. Ia tidak menghakimi wanita yang kedapatan

berzinah, melainkan mengampuni (Yoh, 81-11). Selain itu, Ia juga membangkitkan

orang yang sudah meninggal. (Yoh, 11:1-44). Kebahagiaan terdalam dan sempurna

berasal dari Allah karena Dia dapat menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.

Inilah yang perlu kejar bahwa kebahagiaan yang terdalam dan sempurna dapat kita

raih ketika yang kita lakukan tidak mendapat sambutan yang baik melainkan tidak
94

sakit hati. Meskipaun begitu kita tetap melakukan tindakan tersebut dengan penuh

cinta.

Refleksi atas pendalaman langkah I dan II ( + 15 menit)

Para frater yang terkasih, dalam langkah I kita telah merenungkan

kebahagiaan menurut kita sendiri. Kita tadi telah menemukan bahwa kebahagiaan

yang kita raih jika kita dapat hidup sehat dan memiliki uang yang cukup. Kenyataan

tersebut sungguh menjadikan hidup kita bahagia.

Kemudian dalam langkah II kita mendapatkan pengertian mengenai

kebahagiaan terdalam dan sempurna menurut Konstitusi dan Kitab Suci. Dari kedua

sumber tersebut kita dapat menemukan kebahagian terdalam dan sempurna ketika

kita dapat melakukan karya Yesus yakni mewartakan Kerajaan Allah. Walau salib

menghadang kita kitap merasakan kebahagiaan karena dapat ikut andil dalam karya-

Nya. Dari uraian tersebut muncul pertanyaan refleksi kita adalah: kebahagiaan yang

terdalam dan sempurna bagi kita itu yang bagaimana? Terutama setelah kita

mempelajari Konstitusi dan Kitab Suci kutipan Injil Yohanes? Adakah pemahaman

baru dalam hidup kita setelah mengetahui isi Konstitusi dan Kitab Suci mengehai

kabahagiaan yang terdalam dan sempurna? Inilah tugas kita sekarang yakni mencari

kebahagiaan terdalam dan sempurna sesuai dengan Konstitusi dan Kitab Suci.

Lagu selingan II (+ 5 menit)

FIRMAN-MU

Firman-Mu p’lita bagi kakiku


Dan t’rang bagi jalanku
Firman-Mu p’lita bagi kakiku
Dan t’rang bagi jalanku
95

Waktu ku bimbang dan hilang jalanku


Tetaplah kau disisiku
Dan takkan ku takut asal Kau di dekatku
Besertaku selamanya …(Firman-Mu 2 X)

Menyerupai Yesus dan Berkembang Kearah Yesus (+ 45 menit)

Dalam sessi ini peserta diminta untuk membuat visi pribadi agar dapat

menemukan kebahagiaan terdalam dan sempurna. Dengan adanya visi ini para peserta

diharapkan mampu menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam biara.

Dengan begitu mereka semakin kerasan dan tetap bertekun dalam hidup

panggilannya.

Doa Umat (+ 5 menit)

Allah Bapa yang penuh kasih, lihatlah kami yang hadir di tempat ini. Hari ini

kami bersama-sama mendalami konstitusi serta sabda-Mu. Kami yakin dan percaya

bahwa Engkau berkenan hadir di dalam diri kami masing-masing. Sekarang kami

hendak mengaturkan permohonan kami kehadapan-Mu. Berkenanlah Engkau

mengindahkan serta mengabulkan apa yang menjadi kerinduan hati kami. Kami

mohon. Kabulkanlah doa kami ya Tuhan. (Doa umat dilanjutkan secara spontan oleh

peserta).

Doa penutup (+ 5 menit)

Allah Bapa yang baik, kami mengucap syukur kepada-Mu atas segala

anugerah-Mu yang boleh kami terima hari ini. Terutama dalam usaha kami

mendalami konstitusi serta Kitab Suci untuk menemukan kebahagiaan yang terdalam
96

dan sempurna dalam hidup kami. Semoga apa yang telah kami dalami ini dapat kami

hayati dan kami amalkan dalam hidup harian kami.

Bapa, kami masih mohon rahmat Roh Kudus-Mu agar kami semakin berani

memperbaiki hidup kami dari hari kehari. Dengan demikian apa yang kami lakukan

semakin berkenan kepada-Mu. Doa yang singkat ini kami haturkan kepada-Mu

melalui Kristus Tuhan dan juru selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin

1. Lagu Penutup PS: 582. (+ 5 menit)

PUJILAH BAPA DAN PUTRA


__ __ __ ___
1 6 5 1 2 3 3 2 ‘ 0 3 5 4 3 2 1 .’
1. Pujilah Bapa dan putra, dan Roh keduanya,
__ ___
5 3 5 6 5 4 3 2‘5 1 4 3 2 1
1. Yang maha murah tak henti, kepada umat-Nya.

2. Damai serta kesukaan, dan roh kesucian


asih serta kesatuan, berasal dari-Nya

3. Yesus gembala utama, dampingi umat-Mu


Supaya satu Tuhannya, dan satu imanya

4. Buatlah umat-Mu setia, mengamalkan iman.


Jadikan kami umat-Mu, saksi kesatuan.

000ooo000
97

3. Pertemuan Pendalaman III

Dalam pertemuan pendalaman ketiga ini, dibagi menjadi dua kali pertemuan.

Pertemuan pendalaman I mengupas tentang konsitusi art. 35-37 dan pertemuan kedua

dari kutipan Injil Yohanes Yoh, 15:9-17; 17:6-23; 15:1-8. Alasan pertemuan

pendalaman dibagi menjadi dua yakni: Pertama membuat suasana baru dalam proses

pertemuan. Kedua: agar para novis menjadi semakin fokus pada materi yang hendak

didalami baik saat mendalami kontitusi maupun Kutipan Injil Yohanes yang telah

dipilih.

Adapun waktu yang dipakai untuk proses pertemuan pendalaman ini adalah

180 menit. Untuk itu masing-masing pertemuan memakan waktu 90 menit. Untuk

lebih jelasnya penulis uraikan seperti yang tertera dibawah ini:

3.1. Pertemuan pendalaman 1 (Konst FIC, art. 35-37)

Pokok 3 : Persekutuan Para Bruder


Tema : Dasar Persekutuan: Mengasihi Seorang akan yang lain.
Tujuan : 1. Para novis memahami isi Art. 35-37
2. Para novis menangkap pesan Art. 35-37
3. Para novis dapat menjalankan pesan yang terdapat dalam
artikel tersebut.
Kegiatan : 1. Membaca teks Konst FIC, art. 35-37
2. Bersama-sama memahami isi teks Konst FIC, art. 35-37
3. Merenungkan Teks Konst FIC, art. 35-37.
4. Merenungkan kembali teks Konst FIC, art. 35-37 secara
pribadi
Sumber Belajar : 1. Pendamping pertemuan, Konst, FIC, art. 35-37
2. Rekan sesama novis
3. Renungan robadi
Sarana : Teks Konstitusi art. 35-37
Waktu : 90 menit.
98

PEMIKIRAN DASAR

Setiap orang memiliki kasih. Kasih yang dimiliki tidak dimaksudkan untuk

menjadi milik sendiri, melainkan dibagikan kepada sesama. Para novis juga memiliki

kasih yang dibawa dari keluarganya masing-masing. Disadari atau tidak, setiap anak

yang lahir pasti didasari oleh kasih. Kasih yang berasal dari keluarga inilah yang

memungkinkan seorang anak berkembang menjadi orang yang mampu memberikan

kasih kepada setiap orang.

Konstitusi FIC, art. 35-37 mengajak para novis dan para bruder untuk

mengembangkan sikap saling mengasihi satu dengan yang lain. Kiranya sudah

menjadi layak dan wajar jika para bruder senantiasa mendasarkan hidupnya dalam

semangat kasih. Kasih yang tulus dan murni merupakan manifestasi Allah yang hadir

ke dunia dengan kasih-Nya yang besar. Kasih Allah tidak pura-pura. Oleh karena itu,

kita sebagai saudara sepanggilan perlu mewujudnyatakan kasih Allah dalam hidup

kita sehari-hari. Kasih kita menjadi nyata ketika kita hidup saling mendukung,

mendorong, memperhatikan serta saling memberi inspirasi sehingga apa yang didapat

dalam komunitas (hidup dalam cinta kasih) dapat disebarluaskan kepada orang-orang

yang mereka layani.

Melalui pertemuan pendalaman Konst art. 35-37 ini kita diajak untuk

sungguh-sungguh merenungkan dan memahami isi serta makna yang terkandung

dalam artikel tersebut. Dengan memahami isi dan makna yang ada dalam artikel

tersebut kita menjadi semakin disadarkan dan disemangati untuk merealisasikan kasih

Allah dalam hidup kita setiap hari. Dengan demikian kasih Allah tersebut dapat

menjadi dasar hidup persekutuan kita dalam komunitas para bruder FIC.
99

PENGEMBANGAN LANGKAH

Pengantar (+ 10 menit)

1. Salam

Para frater yang terkasih, dalam kesempatan ini kita akan mendalami hidup

persekutuan kita sebagai calon bruder yang dilandasi beberapa artikel konstitusi kita.

Ada beberapa hal yang hendak kita laksanakan bersama untuk pertemuan pendalaman

yakni membaca dan merenungkan isi Konst art. 35-37. setelah itu kita sharing dalam

kelompok kecil dan pleno dalam kelompok besar.

Dalam pertemuan ini kita akan lebih banyak merenung secara pribadi untuk

menemukan makna yang terkandung dalam artikel yang kita dalami. Dari renungan

pribadi tersebut kita hendak membagikan dengan sesama kita dalam kelompok kecil

dan memplenokan dalam kelompok besar. Oleh karena itu keterbukaan, ketekunan

dalam berproses, serta keberanian untuk hening sangat membantu pendalaman kita

ini. Untuk lancarnya acara kita bersama, mari kita awali pertemuan pendalaman hidup

kita dengan lagu pembukaan.

2. Lagu Pembukaan: KASIH

Kasih pasti lemah lembut,


kasih pasti memaafkan
Kasih pasti murah hati,
kasih-Mu, kasih-Mu oh Tuhan
Ajarilah kami ini saling mengasihi
Ajarilah kami ini saling mengampuni
Ajarilah kami ini kasih-Mu oh Tuhan
Kasih-Mu kudus tiada batasnya.
100

3. Doa Pembukaan

Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena rahmat

panggilan yang Kau anugerahkan kepada kami. Bapa, kami sadar bahwa kami

manusia lemah. Terkadang kami kurang menyadari rahmat panggilan yang telah Kau

anugerahkan bagi kami. Untuk itu ya Bapa, utuslah Roh Kudus-Mu ke dalam hati

kami, agar kami semakin berani untuk mengubah diri kami sendiri. Terlebih dalam

usaha kami untuk mempelajari, mendalami, memahami serta mengamalkan makna

yang terkandung dalam Konstitusi kami. Bapa, kami percaya dengan bantuan Roh

kudus-Mu, kami mampu menjadi pewarta cinta kasih-Mu yang pantas di dunia ini.

Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan dan juru selamat kami,

yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan Teks Konstitusi Artikel 35-37 (+ 45 menit)

Sebelum peserta mendalami teks Konst art.l 35-37, mereka diajak untuk

kembali rileks, peregangan otot agar lebih siap untuk mendalami artikel dari

Konstitusi. Setelah suasana menjadi rileks pendamping mempersilahkan seorang

peserta untuk membacakan Konst art. 35-37. Setelah itu peserta yang lain diberi

kesempatan untuk membaca secara pribadi teks yang terkandung dalam artikel

tersebut. Setelah menemukan kata kunci barulah mereka diminta untuk merenungkan

artikel Konst yang hendak didalami.

Renungan pribadi diakhiri dengan suara bel yang dibunyikan secara pelan dari

pendamping. Baru sesudah itu para novis diberi beberapa pertanyaan yang harus

dijawab oleh peserta. Pertanyaan panduan yang diajukan kepada para peserta adalah

manfaat apa yang anda temukan dalam artikel tersebut?


101

1. Perasaan apakah yang muncul dalam diri Anda sesudah memembaca dan
merenungkan artikel Konstitusi tersebut?

2. Makna apa yang anda temukan dari artikel Konstitusi tersebut?

3. Bagaimana anda melaksanakan makna yang telah anda temukan tersebut?

Intrepetasi jawaban dari peserta

Perasaan yang ada dalam diri saya ketika membaca dan merenungkan isi

Konst art. 35-37 adalah senang. Mengapa? Karena artikel tersesbut mengingatkan

saya pada pilihan awal saya untuk ingin menjadi bruder. Sejak awal saya memang

mendambakan hidup dalam kasih di suatu berkomunitas. Kiranya apa yang menjadi

perjuangan kongregasi klop atau sessuai dengan apa yang saya dambakan. Saya rasa

inilah manfaat yang sungguh saya temukan dalam hidup saya.

Ketika ditanya apakah saya sudah menjalankan kasih dalam hidup harian

saya? Dengan jelas dan yakin bahwa saya sudah menjalankannya. Saya juga merasa

yakin jika apa yang tertulis dalam artikel Konst art. 35-37 dijalankan oleh semua

bruder dengan baik maka suasana komunitas dan suasana setiap hati menjadi teduh,

aman, tentram. Dengan begitu kita menjadi senang dan kerasan untuk hidup sebagai

bruder. Kiranya suasana kasih persaudaraan yang tertuang dalam artikel yang kita

dalami akan menjadi semakin konkret ketika dengan penuh kerendahan hati saling

membari dorongan dan dukungan satu dengan yang lain. Dengan begitu semua yang

hidup dalam komunitas menjadi semakin senang dan bangga menjadi religius bruder.

Para frater yang terkasih, setelah kita mendalami artikel Konst FIC, hendak

menghaturkan doa umat. Isi doa umat diambil dari artikel konstitusi yang baru saja
102

didalami bersama. Dengan begitu para peserta diharapkan semakin dikuatkan oleh

temuanya sendiri serta dari sesamanya novis..

Lagu Selingan: (+ 5 menit)

Hening

Dengan hening aku berdoa, Dengan doa aku beriman


Dengan iman aku mengasihi Dengan kasih aku melayani
Dengan melayani, dengan, kualami kedamaian

(lagu dinyanyikan dari keras melembut + paling tidak hingga lima kali)

Doa Umat (+ 5 menit)

Tugas Pribadi (+ 15 menit) membuat rencana pribadi untuk mengasihi bruder yang
lanjut usia.

Doa penutup. (+ 10 menit)

Bapa disurga kami kembali menghaturkan syukur kepada-Mu karena Engkau

telah melimpahi kami rahmat kesetiaan dalam menjalani pendalaman kami ini. Ada

banyak hal yang telah kami temukan. Untuk itu kuasailah hati kami agar kami dapat

melaksanakan apa yang telah kami temukan ini dalam hidup sehari-hari. Doa ini kami

mohon melalui Kristus Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.

Lagu Penutup

DALAM YESUS KITA BERSAUDARA

Dalam Yesus kita bersaudara (3 X)


Sekarang dan selamanya
DalamYesus kita bersaudara
(saling mengasihi, mengampuni, melayani)

000ooo000
103

3.1. Pertemuan pendalaman 2 dari Injil Yohanes 15:9-17,

Pokok 3 : Persekutuan Para Bruder


Tema : Dasar Persekutuan: Mengasihi Seorang akan yang lain.
Tujuan : 1. Para novis memahami maksud Yoh. 15:9-17,
2. Para novis menangkap pesan Yoh. 15:9-17
3. Para novis menjadi semakin dekat dnan Tuhan Yesus
Kegiatan : 1. Membaca Kitab Suci Yoh.15:9-17,
2. Bersama-sama memahami maksud Yoh. 15:9-17,
3. Merenungkan pesan Yoh. 15:9-17 secara pribadi dan bersama-
sama melalui sharing tanpa berbicara (renungan dengan
spidol”) dan dengan berbicara
4. Merenungkan kembali Yoh. 15:9-17 secara pribadi (tugas
terstruktur).
Sumber Belajar : 1. Yoh. 15:9-17
2. Rekan sesama novis
3. Pendamping
4. Praksis doa / renungan pribadi
Sarana : 1. Yoh. 15:9-17,
2. Kertas Flap
3. Spidol
Waktu : 90 menit.

PEMIKITAN DASAR

Di dalam suatu masyarakat dasar persekutuan biasanya dilandasi oleh adanya

adanya kesamaan kepentingan. Dalam dunia politik dasar kesamaan yang hendak

dituju adalah kedudukan, pengaruh dan harta. Demikian halnya dalam dunia dagang.

Dasar kepentingan pedagang yakni sama-sama mendapatkan keuntungan.

Persekutuan menjadi hancur karena kepentingan yang hendak dicapai tidak terjadi.

Persekutuan tersebut diatas jelas berbeda dengan persekutuan yang ada dalam biara.

Yang menjadi dasar ideal suatu persekutuan dalam hidup membiara adalah

kasih. Allah yang adalah kasih melakukan tindakan konkret kepada Yesus dan kepada

para para murid-Nya. Injil Yohanes 15:9-17, mau menunjukkan bahwa Yesus
104

mengajarkan kepada setiap orang untuk hidup saling mengasihi. Oleh karena itu,

Hidup saling mengasihi adalah tugas kita semua sebagai pengikut Yesus.

Untuk itu melalui pertemuan ini para novis diajak untuk memahami dan

merenungkan kutipan Injil Yohanes 15:9-17. Hal ini dimaksudkan agar para novis

semakin sadar bahwa kasih merupakan dasar persekutuan bagi hidup mereka. Dan

dalam lingkup kongregasi, kasih merupakan dasar hidup bersama dalam komunitas

para bruder FIC. Dengan berlandaskan kasih para para novis semakin tenang,

tentram, dan damai dalam menjalani hidup panggilannya. Dengan demikian mereka

menjadi terbuka terhadap kasih Allah yang lebih besar dalam hidupnya.

PENGEMBANGAN LANGKAH

1. Lagu Pemukaan: “Jika Ada Cinta Kasih” MB: 402. ( + 5 menit)

1=G gregorian.
__ _ _ __ _ __ __ __
1 1 23 32 3 4 32 3.2 ‘1 1 1 2 2
Jika a - da cinta ka-sih, hadirlah Tuhan.
Koor/Solis.
1. Cinta Kristus mengumpulkan, kita semua
Bersuka dalam diri-Nya, dan bersoraklah
Bertakwa dan sayangilah, Tuhan yang hidup
Mari saling cinta kasih, sebulat hati.
2. Marilah kita berkumpul, bersatu hati.
Hendaklah kita hindarkan perselisihan.
Hentikanlah permusuhan dan pertikaian,
Semoga antara kita hadirlah Kristus.
3. Marilah saling memaafkan, sesama kita
Agar Tuhan mengampuni, segala dosa.
Bila kita mengamalkan Ajaran Kristus,
Maka bahagialah kita slama-lamanya. Amin.

2. Doa Pembukaan

Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu atas kasih yang

Kau anugerahkan kepada kami. Bapa, dalam kesempatan ini kami mohon kepada-Mu
105

curahkanlah Roh Kudus-Mu ke dalam hati kami, agar kami semakin berani untuk

mengasihi kami sendiri. Dengan begitu kami menjadi semakin mampu mengasihi

sesama kami dengan tulus. Teristimewa dengan sesama kami dalam satu pangilan.

Untuk itu ya Bapa, hadirlah dalam diri kami agar kami dapat mempelajari,

mendalami, memahami serta mengamalkan sabda-Mu dalam hidup kami hari ini.

Bapa, kami percaya dengan bantuan-Mu kami dapat menjadi saksi-Mu yang pantas di

dunia ini. Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan dan juru selamat

kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Pembacaan Kutipan Injil Yohanes, 15:9-17. (+ 15 menit)

a. Salah seorang novis membacakan

Pendamping memberikan arahan kepada peserta agar peserta duduk rileks

dengan posisi tegak dan tidak bersandar pada tembok. Kemudian pendamping

meminta salah satu peserta untuk membaca kutipan teks Kitab Suci Injil Yohanes,

15:9-17 yang hendak didalami. Seorang novis perlu dibari kesempatan untuk

mengaktualisasikan diri dengan membaca teks Kitab Suci secara baik dan benar.

b. Para novis membaca secara pribadi

Setelah pembacaan kutipan oleh salah seorang peserta selesai, peserta yang

lain diharapkan untuk membaca dan merenungkan kutipan tersebut secara pribadi.

Setelah dirasa cukup pendamping mengakhiru renungan bersama dengan

membunyikan suara bel secara pelan dan penuh perasaan. Segera sesudah bel

dibunyikan, suara alunan musik instrumen diperdengarkan.


106

3. Mamahami Maksud Yohanes, 15:9-17. (+ 20 menit)

Untuk memahami maksud Yohanes 15:9-17, pendamping mengajak peserta

untuk mendalami lebih lanjut kutipan Kitab Suci yang baru saja direnungkan melalui

beberapa pertanyaan panduan. Jawaban hendaknya ditulis dalam buku pribadi sebagai

acuan untuk sharing bersama dalam kelompok besar.

a. Mengajukan pertanyaan

Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan

secara langsung jika ada kalimat atau kutipan yang kurang jelas. Hal ini dimaksudkan

agar peserta dapat mengurutkan secara rinci maksud Yohanes menulis mengenai

kisah yang termuat dalam Kitab Suci tersebut.

b. Pendamping menampung

Pendamping memiliki tugas untuk menampung segala sesuatu yang dibuat

oleh peserta. Dengan demikian pendamping dapat secara cermat mengelompokkan

secara rinci maksud dari setiap ayat yang tertera dalam perikop Injil Yohanes.

c. Mencari jawab bersama

Dari Sabda yang telah kita dengar, kita menjadi semakin memahami bahwa

Yesus sungguh mengasihi para murid. Hal ini terjadi karena Yesus lebih dulu

mengasihi kasih Bapa-Nya. Maka tidak mengherankan kalau Yesus mengajak agar

kita tinggal didalam kasih-Nya, “tinggallah dalam kasih-Ku itu” (Yoh, 15:9). Barang

siapa tinggal di dalam kasih Yesus maka sukacintanya akan menjadi penuh (ay. 10-
107

11). Sebagai pengikut Yesus, kita tidak dapat lepas dari tugas yang harus

ditanggungnya yakni hidup saling mangasihi (ay. 12).

Yesus menghendaki kasih yang diberikan kita berikan hendaknya

diserahkannya secara total. Yesus sendiri telah memberikan teladan bagaimana harus

memberikan kasih yang total tersebut. Bagi Yesus kasih yang total adalah kasih rela

memberikan nyawa untuk sahabat-sahabat-Nya (ay. 13). Jadi jawaban kita sebagai

pengikut Yesus adalah bahwa kita diutus untuk melakukan perintah Yesus yakni

hidup saling mangasihi. Sebab bagaimanapun kita telah diutus oleh-Nya yakni

mengasihi seorang terhadap yang lain. (14-17). Kita harus yakin bahwa kalau kita

melaksanakan amanat Yesus kita akan menjadi semakin dekat denagn Yesus. Dialah

Putra Allah yang hadir untuk menyelamatkan kita semua.

Lagu selingan: TIAP LANGKAHKU


4/4. 1=D

Tiap langkahku, diatur oleh Tuhan,


Dan tangan kasih-Nya memimpinku
Di tengah glombang dunia menakutkan
Hatiku tetap tenang teduh.
Refr:
Tiap langkahku ku tahu Tuhan yang pimpin
Ke tempat tinggi ku dihantarnya
Hingga sekali nanti aku tiba
Dirumah bapa surga yang baka.
Diwaktu imanku mulai lemah
Dan bila jalanku hampir sesat
Kupandang Juru Slamatku yang Esa
Aku kuat sebab Tuhan dekat. Refr…..
Di dalam Tuhan saja harapanku
Sebab ditangan-Nya sejahtera
Dipengan-Nya kunci kota Allahku
Negeri perjanjian mulia. Refr………
108

4. Merenungkan Pesan Yoh, 15:9-17. (+ 30 menit)

a. Merenungkan secara pribadi

Peserta diberi kesempatan untuk hening merenungkan kembali dan

menemukan pesan dari teks dari Injil Yohanes, 15:9-17 secara pribadi. Agar dapat

merenungkan dengan baik, ciptakanlah hening dalam diri kita masing-masing. Dari

suasana tersebut carilah ayat yang mengesan dan mengena dihati kita masing-masing.

b. Sharing dalam kelompok kecil menggunakan metode (renungan spidol)

Inti renungan anda hendaknya anda ungkapkan dengan satu dua kata atau

dengan gambar, yang dituliskan di flap, yang terletak di meja. Hendaklah anda

memakai huruf creak besar, sehingga dapat dibaca oleh teman yang duduk di

seberang (tanpa perlu memutar-mutar flap). Selama itu anda bleh saling melengkapi,

namun tanpa berbicara; hanya dengan memakai kata, tanda seru, tanda Tanya, garis,

dll).

c. Sharing dengan kata-kata

Setelah mendalami kutipan dari Kitab Suci serta Konstitusi, peserta diajak

untuk membuat doa spontan yang isinya diambil dari bacaan yang baru saja didalami

sehingga para peserta sungguh dikuatkan oleh sesamanya. (Martin, 1980: 18-19).

5. Doa Umat dari peserta(+ 5 menit)

6. Doa Penutup dari Pendamping (+ 5 menit)

Bapa di surga kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah melimpahi

kami rahmat cinta kasih yang penuh. Sertailah kami selalu Tuhan agar kami dapat

mengagungkan Engaku sumber kasih yang abadi. Bapa, ada banyak hal yang telah
109

kami temukan dalam merenungkan sabda-Mu. Untuk itu kuasailah hati kami agar

kami dapat melaksanakan tugas perutusan kami sesuai dengan kehendak-Mu. Kiranya

hanya ini yang menjadi kerinduan hati kami. Doa ini kami mohon melalui Kristus

Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.

7. Pengumuman (+ 10 menit)

Peserta diberi tugas untuk menjalankan tugas membaca bahan-bahan yang

hendak didalami pertemuan program berikutnya yang terdapat dalam matrix tema

pokok yang ke swara.

8. Lagu Penutup:

1. KASIH

K A S I H, K A S I H
Kasih, kasih, kasih 2 X
Kasih….
Kasih itu sabar tidak mudah marah
Sayang kepada teman
S’perti kasih Yesus.

000ooo000
110

BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian tentang Panggilan Menjadi Bruder FIC dalam Terang Panggilan

Para Murid Menurut Injil Yohanes dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menjadi Bruder FIC sebagai pilihan bebas.

Seorang yang berkehendak menjadi bruder merupakan pilihan bebasnya sendiri.

Tidak ada yang memaksa. Ia terpanggil untuk turut serta dalam mewartakan kabar

gembira Tuhan kepada semua orang tanpa paksaan dari orang lain. Hal ini tidak

lepas dari Kabar Gembira yang diwartakan oleh Yesus. Yesus selama hidup-Nya

menunjukkan ketekunan, kesetiaan, dan ketotalan-Nya dalam melakukan

kehendak Bapa-Nya. Oleh karena itu, siapapun yang memilih jalan hidup menjadi

religius hendaknya memiliki sikap yang total seperti diteladankan oleh Yesus

sendiri. Ketotalan dalam mengikuti Yesus memungkinkan orang tersebut semakin

kenal dengan Yesus dan tidak tertutup kemungkinan dapat hidup semakin

menyerupai Yesus. (Konst FIC, art. 4). Yesus adalah citra Allah yang hidup, yang

berkenan hidup sama seperti manusia kecuali dalam hal dosa.

2. Hidup dalam Semangat Konstitusi.

Seorang novis yang ingin hidup dan bergabung dalam kongregasi FIC harus mau

dan siap untuk hidup sesuai dengan “undang-undang” yang ada dalam Kongregasi

yakni Konstitusi. Bagi para Bruder FIC, Konstitusi FIC merupakan aturan yang
111

tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mereka yang sudah menjadi anggota Kongregasi

secara resmi harus tunduk dan taat pada aturan yang tercantum dalam Konstitusi

FIC. Oleh karena itu, setiap bruder diharuskan mendalami secara sungguh-

sungguh, mempelajari, menghayati, dan mengamalkan amanat Konstitusi dalam

hidup sehari-hari.

Ada lima bagian pokok penting dalam Konstitusi yang harus dipelajari, dipahami,

dihayati, dan dijalankan dalam hidupnya antara lain: Hidup Demi Kerajaan Allah,

menjalankan Tugas Kerasulan, Hidup Bersekutu Bersama Para Bruder, hidup

Ditopang oleh Allah, dan Membaktikan Diri kepada Allah melalui Triprasetia

(taat, wadat, mlarat). Kelima bagian pokok penting dari konstitusi tersebut

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Sebagai bruder FIC dia harus menjadi semakin beriman kepada Allah yang

mewahyukan diri-Nya melalui putra-Nya Yesus Kristus. Oleh sebab itu, mereka

yang beriman kepada-Nya termasuk para calon diajak untuk menjalankan tugas

perutusan seperti yang dilakukan oleh Yesus selama Ia hidup di dunia.

Para novis yang bergabung dalam Kongregasi Para Bruder FIC, mau tidak mau

hidup bersama dengan para bruder yang lain dalam komunitas. Artinya para

bruder harus siap untuk hidup bersama dengan orang-orang yang memiliki sifat

atau karakter yang berbeda dengan dirinya. Perbedaan yang ada dalam diri setiap

orang inilah yang memungkinkan terjadinya gesekan, pertentangan, dan

ketidakcocokan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Perbedaan

menjadi petaka jika dibesar-besarkan, tetapi dapat menjadi rahmat jika masing-
112

masing anggota dalam komunitas dapat hidup saling menghargai, memahami,

mendorong serta saling memberikan inspirasi. Maka tidak mengherankan jika

yang hendaknya terjadi dalam komunitas adalah suasana syalom. Orang menjadi

at home atau merasa kerasan di dalam komunitas. Kenyataan tersebut semakin

menjadi nyata kalau masing-masing pribadi menyadari bahwa mereka menjadi

bruder karena mereka sungguh disatukan oleh panggilan yang sama yakni hidup

sebagai bruder (saudara). Sebagai saudara dalam komunitas, mereka juga saling

memberi dukungan melalui doa-doa, baik doa pribadi maupun doa bersama.

Disadari juga doa tetap memiliki peranan yang penting dalam hidup berkomunitas

untuk menjalin kesatuan yang utuh dengan Allah dan dengan begitu para bruder

dimampukan untuk menghidupi trikaul yang telah dijanjikannya.

3. Hidup dalam Semangat Panggilan Para Murid Yesus Menurut Injil Yohanes.

Tidak diragukan lagi bahwa para murid yang dipanggil oleh Yesus memiliki

semangat yang tinggi dalam menjalankan tugas perutusannya. Di dalam

kelemahan, kerapuhan, dan keterbatasannya, mereka mengikuti Yesus sebagai

Gembala Utama. Mereka yakin bahwa Yesus sebagai gembala utama yang

dikenalnya akan mengubah kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan yang ada

dalam diri mereka sehingga kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki

menjadi kekuatan besar bagi hidup dan pelayanan yang dipercayakan kepada

mereka.

Sebagai murid Gembala yang baik, para murid juga diajak untuk menjadi

semakin siap dan berani dalam menjalankan tugas yang diamanatkan Yesus
113

kepada mereka. Kesiapsediaan dan keberanian para murid menjalankan tugas

mengandaikan bahwa mereka siap untuk meminum cawan penderitaan (ditolak,

difitnah, tidak diperhatikan, diremehkan bahkan disalibkan) seperti yang dialami

oleh Yesus Sang Guru.

Apa yang dialami oleh para murid Yesus hendaknya selalu diingat dan disadari

oleh para bruder agar mereka senantiasa siap dalam segala tugas yang diberikan

kepadanya. Disadari atau tidak, para bruder nantinya akan memiliki tugas yang

tidak ringan dalam menjalankan karya di masa depan. Untuk itu dibutuhikan

persiapan yang matang bagi mereka agar mereka siap menghadapi tantangan

jaman yang semakin berkembang. Maka dari itu menjalin relasi yang akrab

dengan Allah menjadi sesuatu yang positif. Pengalaman membuktikan bahwa

bruder yang dapat menjalin relasi akrab dengan Allah dapat berkata “Dia harus

makin besar, dan aku makin kecil”. Artinya Allah tetap yang menjadi sentral atau

poros dalam setiap karyanya. Akhirnya mereka semakin mampu meneladan sikap

Yesus sebagai Gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik disini adalah

gembala yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Ia peka

terhadap tuntutan zaman, dekat dengan yang dilayani, memiliki keberanian yang

mendalam untuk menjaga kawanan dombanya, serta selalu membangun semangat

keterbukaan dan kerendahan hati yang tulus. Sikap inilah yang mustinya dihidupi

oleh para bruder sehingga dapat menjadi saksi kabar gembira Tuhan di dunia.
114

B. Penutup

Demikianlah usaha membangun semangat panggilan menjadi bruder FIC

dalam terang panggilan para murid menurut Injil Yohanes. Usaha ini merupakan

“percobaan” untuk mendalami hidup para calon agar semakin tekun dan setia dalam

menjalani hidup panggilannya sebagai bruder FIC. Adapun bahan yang perlu

didalami untuk mencapai tujuan diatas adalah kelima pokok spiritulitas FIC yang

temuat dalam Konstitusi dengan diterangi beberapa kutipan Injil Yohanes.

Program yang ada memang masih perlu diolah agar dapat memberi andil yang

besar bagi para novis FIC dalam memaknai isi Konstitusi secara lebih mendalam.

Maka tidak mengherankan kalau beberapa kutipan Injil Yohanes digunakan untuk

memberi inspirasi artikel-artikel dalam Konstitusi yang hendak didalami.

Penulis mengharap agar semakin banyak cara yang ditempuh untuk menggali

Konstitusi sebagai sumber hidup para bruder FIC yang diterangi oleh Kitab Suci

terutama Injil Yohanes. Dengan begitu, para calon semakin dimantapkan serta

bertanggungjawab terhadap pilihan hidup yang dipilihnya. Bersama dengan itu

mereka juga diharapkan semakin berdiri teguh dalam panggilan sehingga mereka

tidak mudah diombang-ambingkan oleh situasi zaman. Terutama situasi zaman kini

yang terus berubah dan secara terbuka menawarkan kenikmatan-kenikmatan sesaat.

Akhirnya penulis menyadari kelemahan dan kekurangan yang ada sehingga

skripsi ini kurang memenuhi bahyak pihak. Untuk itu, penulis terbuka terhadap kritik

dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya karya tulis ini.
115

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Katolik Deuterukanonika (1999) dengan pengantar dan catatan yang lengkap.
Arnoldus: Ende.
Breemen. Peter G. Van SJ (1976). Semangat Kristiani. Kanisius: Yogyakarta.
Broeckx P.M. O Praem (1981) Rambu-rambu Hidup Membiara. Nusa Indah: Flores,
Ende.
Cahyadi. Krispurwana. T.SJ. (2003) Jalan Kesucian Ibu Teresa. Kanisius:
Yogyakarta
Darminto J. SJ. (2006) Dewasa dan Sempurna dalam Kristus, Lorong sempit ke
Kerajaan Allah no 6. Kanisius: Yogyakarta.
Groenen P. Dr. C. OFM (1984). Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Kanisius:
Yogyakarta.
Hijweege Nocolette dan Steggerda Moniek (1994). Seluruh Hidupku bagi Allah dan
Sesama. Suatau penyelidikan tentang Spiritualitas yang dihayati oleh para
Bruder FIC pada masa kini. Maastricht: Belanda.
Hoecken, Bernardus (1994) Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin Kongregasi Para
Bruder Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tak Bernoda. Institut Titus
Brandsma Nijmegen. Belanda.
Kappe Kees, FIC (1990). Bagaikan Biji Sesawi.
Kitab Hukum Kanonik/ KHK (codex Iuris Canonici). Koord. Tim revisi Terjemahan
F.X. Purwaharsanto Pr. (1991) Obor: Jakarta.
Konsili Vatikan II 1993. (Dei Verbum diterjemahkan oleh R. Hardawiryana. SJ).
OBOR: Jakarta
_______ (1993) Lumen Gentium: diterjemahkan oleh R. Hardawiryana SJ.
OBOR: Jakarta
_______ (1993) Perfectae Caritatis: diterjemahkan oleh R. Hardawiryana SJ.
OBOR: Jakarta
Konstitusi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda (FIC)
1992. Semarang
KWI (1996). Iman Katolik, Buku Informasi dan referensi. Jakarta: Obor bekerjasama
dengan Penerbir Kanisius. Yogyakarta.
Ladjar. L. Leo OFM (1983). Inti Hidup Religius. Kanisius: Yogyakarta.
Lembaga Biblika Indonesia (1981). Injil dan Surat-surat Yohanes. Kanisius:
Yogyakarta.
Lidi Hubertus A. OSC (2004). Dinamika Hidup Religius. Nusa Indah: Yogyakarta.
Linden, Joachim v.d. (1981). Donum Desursum. Kongregasi FIC di Indonesia 1920-
1980. Maastrich. Belanda.
Martin Dr. Olsthoorn (1980) Mengenal Amanat Kitab Suci. Kanisius: Yogyakarta.
Mello de. Anthony SJ (1980) Sadhana: Jalan menemukan Tuhan. Kanisius:
Yogyakarta.
Putranto C. (1997) Pewarta Kerajaan Allah sebuah pengantar Ekklesiologi. Seri
Puskat No 357-360.
116

Piet Go. Dr. O. Carm (2005) Tarekat dan Pihak-pihak lain. Sejumlah Soal Hidup
Bakti. Karmelindo: Malang.
Primardiana. Afra F.C.J & Samosir.Agnes R. F.C.J. (2003:274-285) 50 Tahun
Rohani: Berenang di Arus Zaman, Tantangan Hidup Religius di Indonesia Kini.
Kanisius: Yogyakarta.
Suharyo. Ig. Pr. (1999) Menjadi Manusia yang Dewasa. Kanisius: Yogyakarta.
Telaumbanua. Marinus Dr. OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Hakekat, Metode, dan
Peserta Katekese Gerejawi. Obor: Jakarta.
Ubachs P.J.H. (2002). Guru-Guru dari Maastricht: Rangkuman Sejarah Kongregsi
Bruder FIC 1840-2000.
LBI (1981). Tafsir Perjanjian Baru 4. Injil dan Surat-surat Yohanes. Kanisius:
Yogyakarta
Yayasan Komuniksasi Bina Kasih/OMF (1982). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3.
Matius-Wahyu. Judul Asli: The New Commentary revised published by
Intervarsitypress London Copyright. 1976.
Yohenes Paulus II (1999) Menuju Kesempurnaan Ilahi, Yubilium Agung Tahun 2000.
Kanisius: Yogyakarta.
Zannoni, Arthur, E. (2004). Jesus of the Gospels, Apa kata Injil Tentang Dia. Obor:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai