Panggilan Menjadi Bruder Fic Dalam Terang Panggilan para Murid Menurut Injil Yohanes
Panggilan Menjadi Bruder Fic Dalam Terang Panggilan para Murid Menurut Injil Yohanes
SKRIPSI
OLEH :
Yohanes Krismanto
NIM: 011124002
i
PERSEMBAHAN
iv
MOTTO
(Yohanes 3:31)
v
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
PENGANTAR
YOHANES.
Skripsi ini diilhami oleh situasi kongregasi para bruder FIC selama beberapa
tahun terakhir ini dimana ada beberapa bruder yang meninggalkan hidup
panggilannya sebagai bruder FIC. Bertitik tolak dari situasi tersebut panulis mencoba
mencari cara untuk membantu sesama dalam menghayati hidup panggilannya sebagai
Bruder FIC sehingga mereka dapat tekun dan setia hidup sebagai bruder FIC.
Pergulatan hidup yang terus menerus menjadikan penulis sadar bahwa panggilan
menjadi bruder FIC perlu diusahakan terus dari hari ke hari. Ada banyak sumber dan
cara yang digunakan untuk membantu penghayatan hidup panggilan sebagai bruder
FIC. Namun dalam skripsi ini penulis mengambil Konstitusi serta beberapa prikop
Usaha untuk menghayati hidup panggilan ini perlu diberikan sejak dini
terutama saat calon menjalani pendidikan di Novisiat Kanonik. Dengan cara ini para
novis diharapkan nantinya mampu menghayati hidupnya sebagai religius secara benar
dan ada dalam terang panggilan para murid Yohanes. Hal inilah yang dapat dijadikan
ix
Skripsi ini terwujud bukan semata-mata upaya penulis, melainkan karena
bimbingan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima
kasih kepada:
1. Rm Dr. A. Hari Kustono Pr. Selaku dosen pembimbing utama yang telah
3. Bapak. Yoseph Kristianto SFK selaku dosen wali yang dengan penuh kesabaran
4. Segenap staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan
bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
6. Kongregasi Para Bruder FIC yang telah memberi kesempatan kepada penulis
x
7. Para Bruder FIC Komunitas Sedayu dan Yogyakarta yang telah mendukung serta
8. Almarhum Bapak saya yang dipanggil Tuhan tanggal 4 Juni 2006 yang lalu, Ibu
dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis untuk setia menjadi
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
Yohanes Krismanto
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………………………….………………………………….….. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING…..….………………………….…… ii
PENGESAHAN………….……...…………………….…………..…... iii
PERSEMBAHAN…………………………………...………………… iv
MOTTO………………………………………………………….….… v
ABSTRAK…………………………………………………..…..….…. vii
PENGANTAR..…………………………............………………..…… ix
DAFTAR SINGKATAN……..…………………………………..…… xv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………….…….……… 1
C. Tujuan Penulisan.….………………………………………… 5
E. Metode penulisan………………………….………….……… 6
F. Sistematika Penulisan…………………….….………….…… 7
xii
BAB II. PANGGILAN MENJADI BRUDER FIC………………….… 10
1. Kaul Ketaatan…………..……………………………..… 31
xiii
BAB IV. PROGRAM PENDALAMAN HIDUP BERDASARKAN
KELIMA POKOK SUB TEMA KONSTITUSI FIC DAN
BEBERAPA KUTIPAN INJIL YOHANES….……….....… 54
1. Pengertian………………………………………………… 54
3. Tujuan………………………………………………….… 56
4. Proses………………………….….…….………………… 58
5. Tempat……………………….….…………………..…… 64
A. Kesimpulan…………………………………………………..….…. 110
B. Penutup…………………………………………………..………… 114
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan seluruh Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1999/2000, hal.
8.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel.
Bdk : Bandingkan
FIC : Fratrum Immaculatae Conceptionis.
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
Konst : Konstitusi.
KS : Kitab Suci
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia.
LBI : Lembaga Biblika Indonesia.
Pert. : Pertemuan
USD : Universitas Sanata Dharma.
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang religius adalah kebebasan setiap orang. Tak terkecuali para
bruder FIC. Mereka menanggapi panggilan sebagai religius FIC atas pilihan
bebasnya. Artinya bahwa mereka menjadi bruder FIC atas kehendaknya sendiri dan
bukan paksaan dari orang lain. Maka tidak mengherankan kalau di kemudian hari, dia
melepaskan yang menjadi pilihan bebasnya tersebut. Hal ini terjadi karena dalam
hidupnya dia mengalami pasang surut dalam menanggapi panggilan. Memang ada
yang bertahan sampai akhir hidupnya dan tetap sebagai religius, namun ada pula yang
dengan pilihan bebasnya sendiri mengundurkan diri dari tarekat yang telah
dimasukinya.
menjadi religius dan akhirnya keluar berarti tidak dipanggil dan dipilih oleh Tuhan?
Pada dasarnya Tuhan memanggil dan memilih orang-orang untuk bekerja di kebun
anggur-Nya. Dalam Injil Yohanes Yesus bersabda, “Bukan kamu yang memilih Aku,
tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh, 15:16). Dari sabda tersebut menjadi jelas
dan tegas bahwa menjadi pengikut Yesus (secara khusus menjadi religius) hanya
karena telah dipilih oleh Tuhan. Dalam hal ini, manusia seolah-olah bersikap pasif
dan hanya mengandalkan gerak Roh Tuhan sendiri. Padahal sejatinya tidaklah
demikian. Karena dari pihak manusia juga dituntut dengan rendah hati untuk selalu
memohon dan meminta dengan tiada hentinya kepada Tuhan, baik dalam doa pribadi,
doa bersama maupun melalui devosi kepada para kudus yang senantiasa
2
mengandalkan hidupnya kepada Yesus Sang Guru Sejati. Dalam Kitab Suci
dikatakan: “Mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”
(Yoh, 15:7). Meskipun demikian orang harus sadar bahwa orang yang dipanggil
tersebut semata-mata karena kemurahan hati Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki dan
memilih orang tersebut maka dia tidak dapat menolaknya. Para murid Yesus yang
pertama (Mat, 4:18-22; Mrk, 1:16-20; Luk, 5:1-11) pun tidak mampu menolak ajakan
Yesus ketika Yesus mengajak mereka: “Mari ikutlah Aku dan kamu akan kujadikan
penjala manusia” (Mat, 4:19; Mrk, 1:17). ketidakmampuan para murid menolak
ajakan Yesus karena mereka terpesona akan pribadi Yesus yang sungguh bijaksana.
Selain itu para murid sadar bahwa Yesus yang mereka ikuti adalah seorang pribadi
Hal senada juga dialami oleh para murid Yohanes. Ketika Yohanes
menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah, para murid Yohanes
langsung mengikuti Yesus, walaupun Yesus berkata: “Apa yang kamu cari? …Mari
dan kamu akan melihatnya.” (Yoh, 1:38:39). Tanpa banyak bicara para murid
Sudah sejak awal bahwa para pengikut Yesus hidup dalam kebersamaan.
Perintah Yesus: “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi seperti Aku
telah mengasihi kamu” (Yoh, 15:12). Perintah tersebut menjadi dasar bagi para
pengikut Yesus untuk hidup dalam persekutuan dan hidup saling mengasihi. Hidup
dalam persekutuan yang demikian inilah yang menjadi ciri khas bagi para pengikut
Kristus. “Adapun orang-orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan
tidak seorangpun berkata, bahwa sesuatu dari hidupnya adalah miliknya sendiri,
3
tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama (Kis, 4:32). Adapun dampak
dari hidup persekutuan yang mendalam ini adalah bahwa mereka memperoleh kasih
karunia yang melimpah-limpah dan diantara mereka tidak ada yang berkekurangan
(ay. 33-34). Mereka sungguh membangun hidup persekutuan yang erat satu dengan
yang lain. Mereka sehati dan sejiwa dalam menanggung hidup. Ungkapan di atas
Membiara: “Karena itu religius harus mampu memberi bukti yang hidup bahwa
seperti yang diharapkan di atas juga diperjuangkan oleh para Bruder FIC. Dalam
saling mendampingi dalam suka dan duka; bersedia saling mengerti dan memahami,
Selain hidup persekutuan, hal lain yang perlu dikembangkan dalam hidup
bakti adalah tentang ketekunan, kesetiaan dan ketotalan hidup. Maria dan Yesus
memberikan teladan hidup yang konkret dalam menjalankan kehendak Allah. Maria
ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu (Luk, 1:38). Kesetiaan dan
ke-total-an Maria tampak nyata ketika ia mendampingi putranya sampai di kaki salib
(Yoh, 19:25-27). Bagaimanapun Maria adalah alat pilihan Allah. Paus Yohanes
istimewa dalam sejarah penyelamatan, menjadi ibu sang juru selamat yang ditunggu-
4
tunggu” (Yohanes 1999:27). Hal senada juga tampak dalam diri Yesus. Dia sungguh
setia dan total dalam menjalankan tugas perutusan Bapa. Ketaatan dan ketotalan
hidup Yesus tampak nyata dari kelahiran hingga wafat-Nya di kayu salib (Yoh,
Dengan tugas perutusan tersebut, para Bruder FIC dimampukan untuk berani
berkata bersama Petrus: “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu
adalah perkataan yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah
yang kudus dari Allah” (Yoh, 67-69). Dengan demikian mereka semakin mampu
untuk mempertahankan hidup panggilannya sebagai bruder FIC. Hal ini terjadi
karena yang hidup di dalam dirinya adalah Yesus. “Dialah jalan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh,
14:6).
Berdasarkan perikop yang ada dalam Injil Yohanes: Yoh, 1:1-18. Yoh, 20:19-
23. Yoh, 21:15-19. Yoh, 15: 9-17. Yoh, 17:6-23. Yoh, 15:1-8. Yoh, 17:6-23. Yoh,
15:1-8. Yoh, 1: 35-42, para bruder FIC diharapkan mampu menjadi bruder yang
hidup berdasarkan terang panggilan para murid Tuhan sendiri, yakni menjadi murid
Yesus yang tegar dan teguh dalam menghadapi tantangan yang ada di masa depan.
Dengan begitu mereka pun menjadi setia dalam menanggapi panggilan-Nya serta
Paulus dapat berkata: “Aku hidup bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan
B. Perumusan Masalah
permasalahan diantaranya:
1. Apa yang dikatakan oleh Konstitusi FIC untuk menghayati hidup panggilan
2. Inspirasi pokok manakah yang kita peroleh dari Injil Yohanes berkenaan
3. Bagaimana usaha membantu para novis FIC untuk membentuk diri menjadi
murid Yesus sekaligus bruder FIC?
C. Tujuan Penulisan
Uraian skripsi ini berkisar tentang Panggilan Menjadi Bruder FIC dalam
Terang Panggilan Para Murid Menurut Injil Yohanes. Adapun tujuan skripsi ini
adalah:
1. Membantu para novis FIC sebagai calon Bruder FIC untuk menyadari
panggilannya menjadi bruder FIC dalam terang panggilan para murid menurut
Injil Yohanes.
para murid menurut Injil Yohanes bagi para novis FIC agar hidup
oleh Tuhan.
3. Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada
USD).
D. Manfaat Penulisan
1. Memberi masukan kepada para novis FIC dalam usaha menghayati hidup
panggilan sebagai calon bruder FIC yang bersumber dari Konstitusi FIC.
calon bruder FIC dengan menimba kekuatan dari panggilan para murid
3. Membantu para novis FIC dalam mengolah hidup panggilannya sebagai calon
E. Metode Penulisan
para novis FIC dalam menghayati hidup panggilan menjadi calon bruder FIC dalam
Adapun usaha untuk membantu para novis FIC dalam menghayati hidup
panggilan menjadi calon bruder FIC dalam Terang Panggilan Para Murid Menurut
hidup peserta (Katekese Umat). Hal ini menjadi pilihan dasar karena cara tersebut
para novis serta mengembangkan dimensi hidup yang ada dalam diri calon bruder
FIC.
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan oleh para Novis dengan begitu mereka
menjadi semakin menghayati hidup panggilannya sebagai calon Bruder FIC dalam
F. Sitematika Penulisan
Judul skripsi yang di pilih adalah: Panggilan Menjadi Bruder FIC dalam
memahami judul tersebut, akan diuraikan secara rinci menjadi lima bab. Adapun
BAB I : PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan
Bab II ini di bagi menjadi lima pokok bagian tentang spiritualitas FIC yang
terdapat pada Bagian Pertama. Kelima pokok bagian tersebut mengacu pada
Konstitusi FIC dengan judul: Demi Kerajaan Allah, Tugas Kerasulan, Persekutuan
Pada bab III ini, diuraikan pesan firman dari Kitab Suci yang mendukung
kelima pokok sub tema yang tertuang dalam Konstitusi FIC. Adapun perikop yang
mendukung kelima pokok sub tema tersebut antara lain; Murid-murid Yesus yang
pertama (Yoh, 1:35-51). Dia Makin Besar, Aku Makin Kecil (Yoh, 3:22-36). Yesus
- Menjadi manusia seutuhnya yang berkembang kearah Yesus (Konst FIC, art.
- Dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah. (Konst FIC, art. 5, 6). Yoh.
20:19-23.
2. Tugas Kerasulan
- Cinta kasih ala Yesus, dasar hidup komunitas yang menciptakan damai
- Kehadiran dan cinta kasih Kristus yang nyata menopang panggilan kita
sebagai religius. (Konst FIC, art. 54, 55, 56). Yoh, 17:6-23; Yoh, 15:1-8.
5. Pembaktian Diri
- Hidup Bersama Yesus dan para murid yang pertama melakukan kehendak
Bapa dalam semangat Injil. (Konst FIC, art. 76, 77,78). Yoh, 1: 35-42.
Pada Bab V ini penulis memberikan kesimpulan dari seluruh materi yang
disampaikan serta kata penutup yang berisi tentang harapan dan saran yang kiranya
BAB II
“Aturan-aturan hidup yang hendaknya disepakati dalam hidup bersama antara lain:
berlaku bagi setiap komunitas” (Konst FIC, art. 13). Ada empat bagian besar yang
bagian tersebut hanya satu bagian yang dipilih yakni pada bagian pertama: Hidup
dalam Kongregasi.
yang harus ditaati bersama oleh setiap anggota Kongregasi. Untuk itu, setiap anggota
Kongregasi dituntut untuk memahami, mengerti, dan mengamalkan isi yang tersurat
maupun yang tersirat dalam Konstitusi FIC tersebut. Dalam Konstitusi FIC ada
beberapa bagian. Namun yang di bahas secara rinci dalam tugas akhir ini adalah pada
Bagian pokok I. Pada bagian pokok I ini terkandung beberapa sub Tema yakni: Demi
Kerajaan Allah, Tugas Kerasulan, Persekutuan Para Bruder, Ditopang Oleh Allah,
Pembaktian Diri. Setiap sub tema memiliki beberapa artikel yang harus dibaca,
Berbicara tentang kerajaan Allah tidak bisa lepas dari warta yang disampaikan
Yesus Kristus yang mewartakan kerajaan Allah itu sendiri. Dialah yang pertama kali
mewartakan Kerajaan Allah. Artinya bahwa Allah sungguh meraja dalam diri setiap
orang. Warta tentang Kerajaan Allah sungguh tampak dalam Injil Sinoptik. Di sana
13:24). Kemudian, “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah
dan percayalah kepada Injil” (Mrk, 1:15). Ajakan Yesus untuk bertobat mempunyai
arti penting bagi perkembangan pribadi, sebab dalam sabda tersebut Yesus mengajak
seseorang untuk meninggalkan cara hidup lama dan mengenakan cara hidup yang
sesungguhnya jika seorang tak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Allah” (Yoh, 3:3). Kelahiran baru melambangkan pertobatan yang mendalam dan
Dengan meninggalkan cara hidup yang lama dan mengenakan cara hidup
yang baru bagi Allah, seseorang diharapkan dapat menjadi pribadi yang dekat dengan
Yesus. Seorang pribadi yang berjuang seperti Yesus yang selalu mewartakan
Yesus ini pulalah yang menjadikan orang tersebut mengalami kebahagiaan yang
terdalam dan sempurna. Hal tersebut juga menjadi harapan bagi para Bruder FIC.
Dalam Konstitusi ditekankan demikian: “…kita ingin membuat hidup kita sebaik
12
mungkin. Seperti setiap manusia, kita mengingini kebahagiaan yang terdalam dan
paling sempurna” (Konst FIC, art. 1). Untuk mencapai kepribadian yang utuh dan
Perlu proses! Pengalaman jatuh bangun dalam menghadapi tantangan, kesulitan hidup
serta pengolahan hidup yang mendalam menjadikan seseorang semakin dewasa dan
Warta mengenai Kerajaan Allah yang masih perlu diperhatikan adalah tentang
motivasi Yesus dan para murid-Nya mewartakan Kerajaan Allah. Yesus dan para
murid-Nya mempunyai motivasi khusus dan jelas ketika mewartakan Kerajaan Allah.
Adapun motivasi khusus dan jelas tersebut adalah bahwa mereka membaktikan
seluruh hidup dan karyanya hanya bagi Allah. Bagi Yesus, Allah merupakan fokus
yang utama. Oleh karena itu menjalin dengan Allah secara lebih intim bagi-Nya
hanya untuk Allah. Ia bersabda: “Ada orang yang tidak dapat kawin karena dia
memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian
oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya
Yesus dan para murid telah memberi teladan hidup yang konkret bagi para
pengikut-Nya. Seluruh hidup-Nya sungguh dibaktikan bagi Allah dan sesama. Bagi
mereka, pilihan hidup untuk membaktikan diri pada Allah bukan untuk memandang
rendah nilai hidup perkawinan atau berkeluarga. Hal ini disebabkan karena Yesus dan
para murid sungguh sadar bahwa nilai yang tertinggi dalam hidup mereka adalah
13
Kerajaan Allah. Kerajaan Allah menjadi “satu-satunya yang perlu” bagi mereka.
Sebagai “satu-satunya yang perlu” Kerajaan Allah itu perlu diusahakan. Adapun
Kerajaan Allah dapat diumpamakan sebagai “harta terpendam” dan “mutiara yang
berharga” (Mat, 13:44-46). Untuk mendapatkan harta dan mutiara yang terpendam,
orang perlu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dicarinya. Maka tidak
mengherankan kalau mereka dengan rela hati menjual seluruh kekayaan yang ada di
dalam dirinya demi mendapatkan harta dan mutiara yang terpendam tersebut.
Sebagai orang yang sudah dibaptis, dan yang percaya kepada Yesus para
bruder FIC juga diajak untuk mengamini bahwa Yesus adalah wahyu Allah sendiri.
“…kita percaya bahwa Ia telah mewahyukan diri-Nya. Dalam Yesus dari Nazaret,
kita melihat citra Allah yang hidup…” (Konst FIC, art. 3). Dalam Dokumen Konsili
Kerajaan Allah itu dekat dan ada diantara kita. Kerajaan Allah adalah sesuatu yang
pribadi, dan Kerajaan Allah hadir disebabkan karena ketidakberdayaan kita (Zannoni,
2004: 75).
sungguh merasakan bahwa Kerajaan Allah perlu dihadirkan pada masa itu. Situasi
sulit yang dialami oleh umat pada masa itu mendorongnya untuk memperhatikan
juga Br. Bernardus Hoecken. Sebagai bruder pertama dalam Kongregasi, ia selalu
menekankan agar jangan pernah meninggalkan orang miskin (Konst FIC, art. 8).
Secara singkat dapat katakan bahwa apa yang menjadi keprihatinan Yesus
juga menjadi keprihatinan para Bruder FIC. Dengan demikian Kerajaan Allah yang
B. Tugas Kerasulan
Sudah sejak awal, kehadiran kongregasi para Bruder FIC bertujuan untuk
mengenai tugas kerasulan sungguh ditekankan agar para bruder terlibat aktif dalam
tugas kerasulan ditengah umat (masyarakat). Kerasulan yang dimaksud di sini adalah
ikut ambil bagian dalam karya Yesus. Yesus hadir ke dalam dunia untuk berkeliling
sambil mewartakan kabar baik kepada semua orang terutama bagi mereka yang
anak 200 sampai 300 anak” (Kape, 1990:15-16). Jumlah anak yang didampingi oleh
Pastor Rutten terus berkembang, sehingga ia memutuskan untuk mencari kaum muda
yang sungguh mantap dan mau terlibat dalam karya baru untuk mendampingi anak-
Hertogenbosch dan pada bulan September 1839 ia pergi ke St. Truiden untuk
Bruder Karitas. Kiranya pastor Rutten kurang beruntung pada calon bruder pertama
ini. Sebab pada bulan Desember 1839 pemuda tersebut dipanggil oleh Tuhan.
yakni seorang pemuda yang berumur 29 tahun, putra seorang tukang kayu dari kota
Tilburg yang bernama Jacques Hoecken (Ubachs, 2001:28). Pemuda inilah yang
akan menjadi Bruder FIC pertama dalam Kongregasi FIC. Dikemudian hari beliau
akan disebut Br. Bernardus (Kape, 1990:25). Karya kerasulan yang dirintis oleh para
pendiri menjadi suatu tradisi dan tetap dipelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu
sebagai Kongregasi - memutuskan bahwa tugas kerasulan kita terutama dalam bidang
yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, yang cacat, terlupakan, serta mereka yang
kurang mengalami cinta kasih. Diyakini oleh pendiri bahwa melalui kerja keras dan
doa yang cukup dalam melayani memperhatikan mereka, karya kerasulan yang
16
dijalankan para bruder semakin diberkati oleh Tuhan. Bruder Bernardus sendiri
mengatakan demikian:
Bruder FIC diajak untuk berperan serta dalam pembangunan dunia yang lebih layak
bagi manusia di luar tanah airnya sendiri (Konst FIC, art. 17). Untuk itu dibutuhkan
sikap kesiapsediaan yang besar dan tanpa pamrih (Konst FIC, art. 22). Kesiapsediaan
yang besar untuk membangun dunia baru diluar negaranya (daerah misi) nyata dalam
semangat para Bruder di Maastricht. Paling tidak ada 113 Bruder yang mendaftarkan
diri untuk merasul didaerah Misi dari 350 bruder yang ada pada waktu itu (Linden,
1981:3).
serta sikap tanpa pamrih untuk merasul sangat dibutuhkan dalam karya kerasulan,
sebab dengan sikap tersebut mereka akan mampu menjalankan tugas kerasulan
dengan baik. Sikap dasar lain yang perlu mendapatkan perhatian mendalam dan perlu
terus diperkambangkan adalah sikap berani, mau menyangkal diri, ugahari, serta
kerasulannya secara lebih serius dan total. Itulah tuntutan religius yang sudah
membaktikan diri melalui trikaulnya. Mereka yang sudah berkaul diharapkan mampu
17
diharapkan mampu bekerja bersama dengan orang lain; juga kalau bekerja di luar
kongregasi kita, apa lagi sebagai bawahan (Konst. FIC. Art. 24). Dalam menjalankan
tugas kerasulan, para bruder perlu menyadari bahwa yang dikerjakan dalam karya
kerasulan bukanlah karyanya sendiri, melainkan karya bersama. Oleh sebab itu
menentukan jenis karya kerasulan. Hal ini juga memerlukan pertimbangan yang
mantap serta memperhatikan tanda-tanda zaman dan dalam iman terbuka terhadap
dorongan Roh Kudus (Konst. FIC. Art. 27). Apa yang tertuang dalam Konstitusi FIC
dapat juga disebut dengan misi hidup bersama dalam Kongregasi (Primadiana dan
menyertakan Roh Kudus serta melihat gerak zaman, maka karya yang dilaksanakan
akan menjadi semakin efektif. Terlebih lagi dalam menjalankan karya tersebut ada
kerjasama yang baik dengan semua pihak. Dalam bukunya yang berjudul: Tarekat
dan pihak-pihak yang lain, Rm. Piet Go menganjurkan demikian: “Kerjasama dengan
semua pihak dapat dilakukan dengan sesama terekat, para mantan anggotanya serta
Kerjasama yang baik dengan semua pihak akan memunculkan adanya suatu
sinergi yang terpadu antara yang satu dengan yang lain. Kenyataan tersebut mampu
membuat suatu karya yang dirasa tidak sempurna dapat menjadi sempurna karena
satu dengan yang lain saling melengkapi. Kekurangsempurnaan atau kelemahan yang
dimiliki oleh seorang pribadi mendapatkan pemenuhan dari pribadi yang memiliki
18
kelebihan. Inilah yang disebut dengan; “Ada berbagai macam karunia, tetapi satu
Roh. Ada bermacam-macam pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor, 12:4-5). Disadari
atau tidak bahwa dalam menjalankan karya kerasulan sering terjadi ketidakcocokan
antara pribadi yang satu dengan yang lain. Maka tidak tertutup kemungkinan bahwa
disebabkan oleh kelemahan atau kekurangan yang ada dalam diri kita sendiri maupun
karena keterbatasan sesama yang ada dalam persekutuan kita (Konst FIC, art. 28).
Jika keadaan tersebut hidup terus dalam persekutuan kita, kehidupan rohani
kita dapat mengalami stagnasi. Lain halnya kalau kekecewaan yang ada dalam
persekutuan dapat diolah secara mandalam secara pribadi maka kekecewaan yang ada
dapat menjadikan diri menjadi pribadi yang dewasa. Pribadi yang mampu menerima
keadaan orang lain sebagaimana adanya serta berani memberi pengampunan kepada
subur untuk dapat berkembang bersama, karena yang terjadi bukan mengandalkan
dirinya serta yang menjadi titik tolak perwartaanya. “Sebab bukan diri kami yang
kami beritakan, melainkan Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai
hambamu karena kehendak Yesus” (2 Kor, 4:5). Kesadaran diri bahwa Tuhan selalu
hadir dalam hati kita membuat kita semakin mencintai keadaan kita sebagai pribadi
yang luhur dan berharga. Maka sedapat mungkin kita pun akan mengatur segala
sesuatu yang berkaitan dengan hidup kita. “…tanggung jawab kerasulan kita akan
manjadi lebih mendalam, jika disediakan waktu yang cukup untuk berefleksi dan
19
dalam kehidupan persekutuan, dan untuk beristirahat, serta berekreasi” (Konst FIC,.
art. 29).
begitu, keharmonisan hidup baik secara pribadi maupun bersama perlu diperhatikan.
kongregasi. Sebab pribadi yang ada dalam kongregasi terutama mereka yang lemah,
sakit, lanjut usia atau karena alasan lain, tetaplah bernilai dalam hidup kita. Mereka
bahwa kerasulan tanpa pendalaman hidup yang mendalam tidak berdayaguna. Tidak
triprasetia. “Triprasetia dan kerasulan kita tidak terpisahkan satu dari yang lain.
triprasetia kita” (Konst FIC, art. 31). Demikian halnya hubungan antara kerasulan dan
persekutuan (Konst FIC, art. 32). Dalam artikel lain dikatakan bahwa “Kehidupan
doa kita ditandai oleh motivasi kerasulan kita dan motivasi kerasulan kita diperkaya
dijalankan menjadi sesuatu yang berharga dan mendalam. Kerasulan yang dijalankan
hendaknya tidak hanya tampak pada bagian luar saja tetapi sungguh mengurat-
mengakar di dasar lubuk hati kita. Dengan begitu kita percaya bahwa, “Kerasulan
20
dapat merupakan model perubahan spiritual jika sikap yang jitu serta nilai-nilai dan
31).
semakin berkembang. Dengan demikian, kita yakin bahwa kerasulan yang kita
hidup kita dan semakin mencari Allah yang mahakasih, maka segala sesuatau dalam
hidup kita pun akan semakin harmonis, bertemu, dan manyatu … dan dalam Dia
segala sesuatu akan bergabung dalam kasih.” (Konst FIC, art. 34).
Dasar hidup persekutuan para bruder tidak lepas dari kehidupan jemaat
perdana. Kehidupan yang dijiwai oleh Roh Yesus memungkinkan mereka mampu
hidup sehati sejiwa (Kis, 4:32). Mereka hidup bukan untuk diri mereka sendiri
adalah bahwa banyak jemaat yang hidupnya berkekurangan. (Kis, 4:34). Apa yang
dilakukan oleh jemaat pertama ini mau mewujudnyatakan perintah Yesus yakni
pertolongan.
Kehadiran para bruder yang hidup dalam persekutuan dipanggil untuk bersatu
dan bersetia kawan serta mewartakan Yesus yang seorang kepada yang lain. (Konst.
21
FIC, art. 35). Dengan demikian kehadirannya dapat membahagiakan orang lain
(Konst FIC, art. 36). Kebahagiaan ini menjadi semakin mendalam kalau dalam hidup
persekutuan itu sendiri dibangun sikap yang hangat dalam hidup bersama. hal
persekutuan berarti mendampingi dalam suka dan duka; bersedia saling mengerti dan
Sebagai ciptaan yang tak sempurna, para bruder dapat saja berbuat salah
kepada bruder yang lain. Keadaan semacam ini sungguh dapat melukai dan
mengecewakan satu dengan yang lain. Walaupun begitu, perlu disadari bahwa
rohani yang lebih mendalam serta mempersatukan persaudaraan kita (Konst FIC, art..
38). Karena itu dibutuhkan kehendak yang kuat dari dalam diri setiap bruder agar apa
kontak timbal balik, dan musyawarah secara terbuka sangat diperlukan dalam
kesatuan, pembangunan dan berfungsinya kongregasi kita (Konst FIC, art. 41).
Pembicaraan di atas dapat juga berlaku pada saat resmi maupun tidak resmi. Sebab
dalam banyak kesempatan pembicaraan yang tidak resmi dapat juga memberi arti
ada. Namun keanekaragaman yang ada bukan sebagai halangan untuk terjadinya
buku yang berjudul: Seluruh Hidupku Bagi Allah dan Sesama. Dalam buku tersebut
dapat dilihat secara jelas bahwa masing-masing provinsi baik itu Belanda, Indonesia,
Ghana, Chili, Malawai mengalami kesulitan dalam menjalani hidup bersama namun
demikian semua tetap berusaha untuk mencapai satu tujuan yakni adanya kesatuan
banyak faktor. Kesulitan tersebut biasanya diakibatkan oleh latar belakang hidup
jika dilaksanakan secara tepat. Keanekaragaman yang ada tidak perlu merusakkan
kesatuan kita. “Kita dapat terus-menerus membentuk suatu persekutuan yang kuat
dan tetap dapat dikenal sebagai saudara (bruder) seorang terhadap yang lain sebagai
organisasi inilah pegangan untuk hidup bersama dibuat. Hal ini dimaksudkan agar
tata kehidupan bersama menjadi lebih teratur dan berjalan dengan baik. Sebagai
23
persekutuan kita sendiri demi kesejahteraan persekutuan kita (Konst FIC, art. 47).
Adapun peraturan yang dibuat ini bukanlah bersifat mutlak. Karena itu peraturan
Artinya seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam hidup bersama. Pemimpin di sini
bukanlah pemimpin politik yang dapat menggunakan berbagai usaha untuk dapat
yang menenteramkan seluruh anggota. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
mampu melaksanakan tugasnya dengan semangat Yesus. “Aku datang bukan untuk
Yesus tidaklah mudah. Konstitusi FIC memberikan rumusan bagi para pemimpin
agar dalam tugasnya mampu memberikan sesuatu yang berharga demi kelangsungan
Br. Bernardus Hoecken sendiri mengatakan bahwa menjadi pemimpin bukanlah suatu
tugas yang ringan. Untuk itu Hoecken memberikan petunjuk bagi para pemimpin
dalam menjalankan tugasnya. Ada beberapa petunjuk praktis yang perlu dilaksanakan
1994:92-95)
Dari gambaran tersebut, bisa dipahami bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab
moral yang cukup besar terhadap segala sesuatu yang terjadi pada anggotanya. Untuk
itu dibutuhkan kerjasama yang baik antara anggota dan pemimpin. Maka menjadi
baik dan tepat jika semua anggota terlibat untuk memberikan kebahagiaan kepada
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki Tubuh, Jiwa, Roh
di mata Tuhan. Melalui ketiga unsur di atas manusia dapat mengenal dirinya secara
25
perjalanan hidupnya di dunia ini. Manusia selalu dihadapkan pada sesuatu yang
misteri. Berhadapan dengan sesuatu yang misteri inilah manusia berjuang untuk
mengungkap misteri tersebut. Namun ketika tidak dapat mengungkap misteri tersebut
dia menyerahkan dirinya tanpa syarat kepada Allah. Penyerahan diri tanpa syarat
inilah yang disebut dengan iman. “Iman tumbuh dan berkembang karena rahmat
Sebagai religius, kita bersyukur karena boleh merasakan bahwa Allah yang
hidup selalu menyertai hidup kita. Allah sendiri dengan penuh kasih mewahyukan
diri-Nya, “Allah Adalah kasih” (1Yoh, 4:8). Kasih Allah nyata dalam diri Putra-Nya
“ Pewahyuan kasih Allah yang paling utama yaitu Yesus Kristus. Dalam
Dia, Allah yang tak terbatas telah datang di antara kita, dalam penjelmaan
yang terbatas dan duniawi. Yesus Kristus itulah Allah beserta kita; Yesus
itulah saudara kita, sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal
dosa”. (Konst FIC, art. 56).
Melalui pewahyuan kasih Allah, kita boleh mengenal-Nya dalam iman. Iman
kita kepada Allah menjadi semakin berkembang dan dewasa jika iman tersebut
dijaga, dirawat, dan pupuk secara terus menerus. Usaha untuk mempertebal dan
mendewasakan iman dapat dilakukan dengan berdoa, membuka diri terhadap Sabda-
Nya dalam Kitab Suci, serta menerima sakramen-sakramen (Konst FIC, art. 58).
Berdoa memiliki arti bahwa kita diajak untuk mengarahkan diri kepada kehendak dan
rencana-Nya (Konst FIC, art. 60). Karena itu, kita berusaha mencari Allah yang
adalah kasih. Usaha pencarian ini tidak dapat dipisahkan dengan pengalaman hidup
sehari-hari. Melalui pengalaman ini dapat diandaikan bahwa doa yang dilaksanakan
26
dengan penuh kesungguhan dapat menyuburkan tugas pengutusan kita dan mampu
mengobarkan semangat kerasulan kita (Konst FIC, art. 62). Apa yang tertulis dalam
Konstitusi tersebut di atas tidak jauh dengan apa yang dirumuskan oleh para Bapa
Konsili:
“ Maka dari itu para anggota setiap tarekat hendaklah mencari Allah satu-
satunya dan di atas segalanya. Mereka wajib mengadakan kontemplasi,
yang membuat mereka berpaut pada-Nya dengan budi dan hati, dengan
cinta kasih kerasulan, yang menjiwai usaha mereka menggabungkan diri
kapada karya Penebusan dan menyebarkan Kerajaan Allah” (PC, art.
5:251)
Sebagai religius kita hendaknya perlu menyediakan waktu yang cukup untuk
menjalin relasi dengan Yesus Kristus. Tanpa adanya relasi yang baik dengan Yesus
Kristus, kerasulan yang dilakukan mengalami kerugian yang besar. Sebab hanya
melalui Kristus, kita mampu mempelajari arti terdalam tentang menjadi manusia bagi
orang lain (Konst FIC, art. 62). Kita dapat berdoa dengan baik, kaya dan mendalam
bila kita mampu menyertakan serangkaian karya hidup kita sehari-hari di dalam doa
harian. Di dalam biara ada kegiatan berdoa bersama (Konst FIC, art. 64), juga ada
kegiatan berdoa pribadi (Konst FIC, art. 65). Dengan berdoa bersama, kita
diharapkan mampu masuk ke dalam keheningan hati dan masuk bersatu dengan
Allah. Dan dengan berdoa pribadi kita semakin mampu menciptakan suasana batin
yang semakin damai. Dari kegiatan berdoa tersebut kita mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dalam iman. Untuk itu kita harus meninggalkan diri kita sendiri agar
mencapai persatuan dengan Allah dan dengan sesama kita (Konst FIC, art. 66).
Selain berdoa bersama dan pribadi seorang religius diberi kesempatan untuk
mengadakan refleksi yang lebih lama atau retret. (Konst FIC, art. 67). Ketika berdoa
27
kita dapat menimba kekuatan dari Allah melalui Sabda Allah yang termuat dalam
Kitab Suci (Konst FIC, art. 68). Kitab Hukum Kanonik juga mengajak kita untuk
membaca Kitab Suci, “Hendaknya meyediakan waktu untuk bacaan Kitab Suci serta
doa meditasi, merayakan ibadat harian dengan layak seturut ketentuan peraturan
tarekatnya” (KHK, 663 § 3). Uraian dari Konstitusi dan Kitab Hukum Kanonik
tersebut mau menegaskan bahwa Kitab Suci memiliki peran penting bagi setiap
religius untuk semakin mengenal Allah baik itu melalui Kitab Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru. Allah yang dialami dan dirasakan secara dekat oleh bangsa
Israel. Dialah Allah yang setia. Allah yang dapat dijadikan teladan hidup bagi religius
agar hidup selaras dengan Allah sendiri. Kesetiaan Allah yang konkrit tampak nyata
dalam diri Yesus. Dialah Mesias (penyelamat), dan Kristus (Yang Terurapi), Sabda
yang menjadi daging. Manusia yang menjadi segala-galanya bagi semua orang dan
pewarta Kabar Gembira. Kenyataan membuktikan bahwa Yesus adalah Sang Kabar
Gembira.
Karena itu Kabar Gembira-Nya menjadi aturan hidup kita yang paling asasi.
Dengan demikian kita dapat berkata seperti Paulus yang mengatakan, “…bukan lagi
aku sendiri yang hidup, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam aku.” (Gal, 2:20).
Untuk sampai pada ungkapan seperti yang katakan Paulus tidaklah mudah, sebab
orang dituntut untuk terus memperbaiki diri hingga mampu merasakan perjumpaan
yang intim dengan Kristus. Paulus sendiri mengalami hal semacam itu sehingga
yang memberi makna kepada pengalaman hidup Paulus yang lain dan menentukan
Kenyataan lain yang tidak dapat ditinggalkan oleh kita sebagai religius adalah
dengan Yesus, perayaan tertinggi cinta kasih. Ekaristi juga merupakan perayaan
persatuan kita seorang terhadap yang lain dan dengan semua orang di dalam Dia.”
diri-Nya dengan penuh syukur. Persembahan penuh syukur yang dilakukan oleh
Yesus inilah yang perlu kita teladani. Yang mau dikatakan di sini adalah bahwa
Ekaristi memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena
itu kita perlu menyambut komuni suci dalam hidup harian kita. (Konst FIC, art. 71).
Hal senada juga diyakini oleh Ibu Teresa dari Kalkuta. Ia mengajak kepada
kita semua untuk tidak meninggalkan Ekaristi, karena Ekaristi merupakan sumber
daya rohani yang tiada tara, makanan rohani yang menguatkan, serta sebagai tempat
untuk menimba hidup dan karyanya. Ekaristi juga memuat teladan dan tindakan kasih
yang paling agung, mengenal kasih Allah yang mewujud dalam pemberian Putra-Nya
sendiri supaya manusia yang miskin akan kasih memiliki kembali kasih itu sehingga
Ibu Teresa juga mengalami dan merasakan bahwa Ekaristi adalah peristiwa
Tuhan yang ia rasakan setelah menyambut komuni suci. Kekaguman tersebut tampak
Disadari bersama bahwa kita sering berdoa. Kita juga sering menerima
Sakramen Ekaristi setiap hari. Namun demikian kita sering jatuh dalam kesalahan dan
dosa yang sama. Sebagai manusia kita memang lemah dan rapuh. Untuk itu kita
membutuhkan pengampunan dari sesama dan Allah sendiri. Yesus Kristus sendiri
mengajar kita berdoa demikian, “…ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Mat, 6: 12). Ayat ini mengajak kita
agar kita senantiasa memohon ampun kepada Allah dengan menerima sakramen tobat
Ketika kita jatuh dalam kesalahan dan dosa, suara hati kita mempersalahkan
kita sendiri. Kita merasa tidak enak, hidup menjadi tidak tenang. Kita juga merasa
tidak pantas mengikuti jalan Tuhan. Karena itu kita perlu meyakini bahwa Allah
adalah kasih. Allah yang rela mengasihi kita tanpa batas. Walaupun hidup kita kurang
memenuhi harapan-Nya, kita mencoba untuk selalu percaya bahwa Allah sungguh
mencintai kita dengan segala kelemahan yang ada pada kita. Cinta Allah begitu besar
dan nyata. Cinta-Nya menjadi nyata ketika mengutus Putra-Nya Yesus Kristus
keselamatan bagi manusia. Karena itu Maria dapat dijadikan teladan dalam hidup
kita. Dialah putri pilihan Allah. Dialah bunda yang selalu setia mendampingi
putranya dari lahir hingga wafat-Nya di kayu salib. Fiatnya yang berbunyi,
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu
itu,” (Luk, 1:38). Fiat yang telah diungkapkannya bukanlah kata-kata kosong dan
tanpa makna. Kata yang tidak memiliki arti. Fiat yang diungkapkan Maria sungguh
memiliki makna yang dalam bagi hidupnya dan bagi umat manusia. Maria berani
menanggung segala duka derita demi panggilannya menjadi bunda penyelamat. Para
bruder FIC sendiri sangat menghormati Bunda Maria. Karenanya Ibu Maria dijadikan
pelindung Kongregasi dan dijadikan teladan bagi hidup para bruder. Wujud konkrit
agar Bunda Maria dijadikan teladan ada dalam Konstitusi FIC yang berbunyi:
kebutuhan-kebutuhan manusia, dapat kita jadikan teladan bagi kehidupan kita sebagai
E. Pembaktian Diri
Dalam Konstitusi FIC ketiga nasehat Injili dibahas secara detail mulai dari
artikel 79 sampai 99. Adapun rinciannya sebagai berikut. Pertama, Ketaatan Injili
artikel 79-85. Kedua, kemiskinan artikel 86-93. Dan Hidup Wadat dari artikel 94-99.
ketiga triprasetia yang diikrarkan oleh para religius akan diuraikan secara lebih
1. Kaul Ketaatan
FIC, art. 79). Kesiapsediaan yang kita maksudkan di sini adalah kesiapsediaan untuk
perutusan ini kita musti mempergunakan seluruh kemampuan yang ada dalam diri
kita sehingga kita mencapai kehidupan manusiawi yang mendalam dan berbuah
melimpah. (Konst FIC, art. 80). Dengan prasetia ketaatan seorang religius dituntut
pemimpin dan penguasa kongregasi yang sah menurut Konstitusi kita (Konst FIC,.
art. 81). Selain itu religius juga perlu taat kepada Paus sebagai pemimpin Gereja di
seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan bunyi Kitab Hukum Kanonik. “Masing-masing
anggota wajib dan taat kepada Paus, selaku pemimpin mereka yang tertinggi, juga
Ketaatan yang dimaksud di sini tentu bukan ketaatan pasif melainkan ketaatan
dirinya seturut kehendak Allah. Semua itu menjadi mungkin jika dalam iman, kita
mengarahkan hidup kita kepada kehendak Allah. (Konst FIC, art. 83). Melalui kaul
Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan bagi para religius adalah bahwa
hidupnya semata-mata dibaktikan bagi Kerajaan Allah dan demi pelayanan kepada
berhadapan dengan pembaktian diri tersebut. Secara lebih jauh, ketaatan tidak hanya
32
berlaku bagi para anggota kongregasi. Seorang pemimpin pun perlu menumbuhkan
ketaatan. Adapun ketaatan yang diharapkan disini adalah ketaatan dan kesediaan
untuk mendengarkan dengan setia serta peka terhadap bimbingan Roh Kudus. (Konst.
2. Kaul Kemiskinan
tidaklah mudah. Hal ini disebabkan pada fakta yang menunjukkan bahwa religius
kemiskinan yang ingin ditekankan dalam hidup religius adalah kemiskinan yang
dilihat sebagai sikap religius itu sendiri terhadap sarana atau harta yang ada dalam
komunitas. Seorang religius diharapkan memiliki sikap tidak melekat pada harta-
benda, atau memiliki sikap lepas bebas. Artinya religius dikatakan miskin karena dia
tidak melekat pada harta benda yang ada dalam kongregsinya (Ladjar, 1983: 43).
Dengan tidak lekat pada harta benda yang ada dalam Kongregasi, seorang
Allah dan demi pelayanan kepada kedatangan kerajaan-Nya. Dengan demikian dia
juga menjadi tanda bagi datangnya Kerajaan Allah di dunia. Dalam Injil Yesus
bersabda, “berbahagialah hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya
Kerajaan Allah.” (Luk, 6:20). Yesus sendiri hidup dalam kesederhanaan dan
Sebagai religius yang mengikrarkan kaul kemiskinan kita dapat belajar dari
umat Kristen perdana. Jemaat Kristen perdana berusaha dengan sungguh hidup dalam
33
sabda dan teladan Yesus. “Mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang
berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri (Kis, 4:32).
Suasana yang tercipta dalam jemaat perdana sungguh baik kalau dihidupi oleh
religius zaman sekarang. Konstitusi FIC merumuskannya dengan bahasa yang sangat
bagus demikian,
“Seperti mereka, kita juga ingin hidup sesuai dengan sabda dan teladan
kemiskinan Kristus. Baik sebagai perseorangan maupun sebagai
persekutan, dalam hal penggunaan uang dan harta milik, serta segalanya
yang kita terima atau kita hasilkan, kita serahkan kepada persekutuan
demi pertumbuah Kerajaan Allah.” (Kont FIC, art. 88).
Sebagai religius kita perlu memahami maksud dan tujuan dari prasetia
Dengan mencermati dan memahami maksud dan tujuan dari kaul kemiskinan
seorang religius sungguh diajak untuk hidup dalam keugaharian. “Kita ingin
kekuasaan, dan kehormatan atau gengsi, serta mencari keuntungan dan milik.”
orang yang miskin dan yang berkekurangan (Konst FIC, art. 91). Keugaharian dan
34
sikap lepas bebas dari kelekatan-kelekatan harta duniawi. (Konst, FIC, art. 92).
mengharapkan imbalan dari orang yang dilayaninya. Kiranya sikap inilah yang harus
3. Kaul Kemurnian
Dalam hidup bakti, kaul kemurnian dapat juga disebut hidup wadat. Hidup
wadat adalah salah satu dari tiga kaul seperti yang diduraikan di atas. Katiga kaul
tersebut diikrarkan dengan penuh kesadaran dan kebebasan. Tidak ada orang yang
dipaksa untuk mengikrarkan hidup wadat. Sebagai bruder yang mengikrarkan untuk
hidup wadat, hidupnya melulu hanya untuk Kerajaan Allah. Jadi dapat dikatakan
bahwa hidup wadat tidak hanya memiliki arti bahwa dia tidak menikah.
Hidup wadat memiliki arti yang jauh lebih mendalam daripada hidup tidak
menikah. Oleh karena itu orang yang memilih hidup wadat hendaknya sadar bahwa
dia menjadikan dirinya untuk mengabdi Allah demi pelayanan kepada-Nya serta
Hidup wadat demi Kerajaan Allah tidak lepas dari kata-kata Yesus yang
tertuang dalam Kitab Suci yakni “demi Kerajaan Allah” atau “Kerajaan Surga” (Mat,
19:12). Ungkapan Yesus di atas, selengkapnya adalah sebagai berikut: “Ada orang
yang tidak dapat kawin karena dia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada
Dari kutipan di atas menjadi jelas bahwa religius yang mengikrarkan diri
untuk hidup wadat atau hidup tidak kawin karena kemauan bebasnya sendiri. Dia
melakukan hidup wadat karena dia ingin hidup hanya melulu untuk datangnya
Kerajaan Allah. “Dengan hidup wadat seluruh diri-Nya dipersembahkan kepada Bapa
dan terarah kepada sesama. Dalam kasih Dia mengosongkan diri secara total, menjadi
kesediaan kita secara penuh untuk mengikuti Kristus dan seperti Kristus. Selain itu,
kita juga diminta untuk mengungkapkan pembaktian diri secara total untuk
menjadi pribadi yang dewasa. Pribadi yang dewasa adalah pribadi yang dapat hidup
tolong menolong dalam menghayati hidup wadat. “Sebagai bruder, kita hendaknya
saling menolong dalam menghayati hidup wadat kita. …. Dalam hal ini, doa dan laku
tapa yang sehat amat sangat kita perlukan.” (Konst FIC, art. 97). Dilihat dari dimensi
kerasulan, seorang religius yang memilih hidup wadat dapat semakin dekat dengan
mungkin orang secara peka dan penuh kasih, teristimewa bagi mereka yang sungguh
Perhatian dengan penuh kasih inilah yang merupakan saksi dan tanda kasih
Allah yang nyata di dunia. Untuk itu kehadiran religius diharapkan dapat
menciptakan suatu lingkungan yang diwarnai dengan kehangatan cinta kasih Allah
yang sejati. Dengan begitu dia menjadi pribadi yang sungguh percaya dan semakin
36
mengandalkan Allah dalam hidupnya. “Para religius wajib berusaha menghayati kaul
mereka dengan setia, semakin percaya akan amanat Tuhan, bertumpu pada bantuan
Salah satu hal yang perlu disadari oleh religius adalah bahwa religius
merupakan orang yang bebas. Orang yang menyediakan diri seutuhnya bagi sesama
dan Tuhan. Walaupun demikian tidak berarti bahwa seorang religius adalah orang
sudah sempurna. Kita tetap menemui kesulitan dan kesukaran, bahkan kekecewaan
untuk bertumbuh pada sesuatu yang lebih baik. Konstitusi FIC mengatakan
demikian: “Kita berusaha untuk tumbuh dalam kasih, dengan setia dan penuh
harapan, dan karena itu kita akan mengalami sukacita persatuan kita dengan Kristus,
dengan sesama bruder dan dengan banyak orang lain. (Konst FIC, art. 99). Uraian
hidup pembaktian diri di atas perlu diperjuangkan oleh mereka yang ingin hidup
BAB III
Dalam bab III ini akan diuraikan mengenai Panggilan Para Murid Yesus
Menurut Injil Yohanes. Tema ini menjadi penting karena memuat Panggilan Para
Murid Yesus Sang Putra Allah (Yoh, 10:36). Yohanes menjelaskan bahwa Yesus
adalah seorang Guru yang belum pernah ada orang yang berkata seperti diri-Nya
(Yoh, 7:46).
Panggilan Para Murid Yesus Menurut Injil Yohanes diharapkan dapat menjadi
acuan bagi bruder FIC dalam menanggapi panggilannya untuk tetap tekun, setia dan
beriman mendalam kepada Yesus. Sebab Yesus merupakan pribadi yang patut di
contoh tentang ketekunan serta kesetiaan-Nya terhadap rencana Allah. Dengan penuh
menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa. Ia hadir ke dunia untuk mencari
pendosa. Artinya bahwa Yesus hadir untuk memperbaiki hubungan manusia dengan
murid Yohanes. Keterpesonaan para murid Yohanes kepada Yesus hendaknya juga
menjadi acuan bagi para bruder FIC untuk semakin terpesona kepada-Nya. Untuk
mencapai sasaran di atas, Ada lima pokok bahasan yang kiranya dapat menjawabnya.
Para murid Yesus yang pertama sebelumnya tidak mengenal siapa itu Yesus
dengan berkata: “Lihatlah Anak Domba Allah!” (Yoh, 1:36). Mendengar perkataan
gurunya, para murid mengikuti Yesus (ay. 37). Ungkapan Yohanes yang mengatakan
kepada para murid bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah dapat menimbulkan
pertanyaan. Ada maksud apa Yohanes mengatakan hal itu kepada para muridnya?
Yesus yang sebenarnya. Hal ini tampak sesudah dia mengatakan bahwa Yesus adalah
Anak Allah, namanya tidak lagi muncul dalam ayat selanjutnya. Semua itu mau
bimbingan Yesus.
Yohanes. Yesus berkata kepada para murid Yohanes demikian: “Apakah yang kamu
cari?” dan mereka menjawab: “Rabi (artinya: Guru), dimanakah Engkau tinggal?”
(ay. 38). Kemudian Yesus menjawab: “Marilah dan kamu akan melihatnya”. Dan
merekapun tinggal bersama dengan Dia. Waktu itu kira-kira pukul empat (ay. 39).
Penunjukkan waktu kira-kira pukul empat oleh Yohanes bertujuan untuk menarik
perhatian kepada hubungan yang sungguh-sungguh antara Yesus dengan para murid-
39
Nya bukan untuk menyediakan data secara kronologis (Yayasan Komuniksasi Bina
Kasih, 1982.270). Dalam perikop ini nama beberapa murid Yesus yang tinggal
bersamanya disebutkan diantaranya: Andreas Saudara Simon Petrus (ay. 40). Andreas
mula-mula bertemu dengan Simon saudaranya dan berkata kepadanya: “kami telah
menemukan Mesias (artinya: Kristus).” (ay. 41). Kemudian Simon dibawa kepada
Yesus. Ketika bertemu Simon, Yesus memberikan julukan yang terkenal kepadanya
hingga saat ini yakni Kefas (artinya: batu karang), (ay. 42). Kefas adalah bentuk
Aram dan artinya sama dengan Petrus dalam bahasa Yunani (Yayasan Komuniksasi
Selain kedua nama di atas ada beberapa nama lagi yakni: Filipus. Ketika
bertemu dengan Filipus, Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” (ay. 43). Ajakan
Yesus ditanggapi oleh Filipus dengan penuh antusias. Dia berasal dari kota Betsaida
kota Andreas dan Petrus (ay. 44). Kemudian Pilipus bertemu dengan Natanael yang
dalam Injil Sinoptik disebut Bartolomeus (Mat, 10:1-4; Mrk, 3:13-19; Luk, 6:12-16).
Saat bertemu dengan Natanael, Pilipus berkata: “Kami telah menemukan Dia,
yang disebut oleh Kitab Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus,
anak Yusuf dari Nazaret.” Mendengar kata-kata Pilipus, Natanael tidak langsung
sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (ay. 46). Melihat ketidakpercayaan Natanael
Pilipus menjawab: “Mari dan lihatlah.” Natanael pun pergi kepada Yesus. Ketika
Yesus melihat kedatangan Natanael Berkatalah Dia: “Lihat, inilah seorang Israel
memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” (ay. 48). Yesus
begitu mengenal Natanael secara pribadi dan mendalam. Sementara Natanael tidak
berkata kepada Yesus: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja Orang Israel!” (ay.
49). Ungkapan Natanael inilah yang menjadi titik balik dari ketidakpercayaan
menjadi percaya kepada Yesus. Natanael yakin bahwa Yesus bukan orang
sembarangan.
Akhrinya dia meyakini juga Yesus adalah Anak Allah, Raja Orang Israel.
Aku melihat engkau dibawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat
hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Yesus pun melanjutkan katanya: “Aku berkata
Berkaitan dengan perikop di atas, para religius dalam hal ini para bruder FIC
hendaknya belajar dan bersikap seperti para murid Yesus yang pertama. Jika semula
masih ragu-ragu karena ditunjukkan oleh orang lain, maka lama kelamaan mereka
harus menyadari bahwa dia dipanggil oleh Yesus secara pribadi. Sebagaimana halnya
Natanael yang tadinya meragukan kemesiasan Yesus yang datang dari Nazaret.
Namun kemudian menjadi percaya karena dia yakin bahwa Yesus memang layak
Belajar dari tokoh-tokoh di atas, para bruder hendaknya juga bersikap kritis
terhadap apa yang sudah dipilihnya sehingga hidup panggilan yang sudah lama
pribadi yang tegar dan kuat dalam menghadapi segala macam tantangan hidup. Ia
juga diharapkan menjadi semakin yakin bahwa apa yang telah dipilih dan
diperjuangkan selama ini sungguh merupakan pilihan yang tepat. Sebuah pilihan
benar baik terhadap diri sendiri, sesama, dan Tuhan sendiri. Perlu disadari juga
panggilan seumur hidup. Untuk itu seorang bruder harus berjuang secara maksimal
dan berusaha terus menerus menghayati hidup panggilannya. Seorang bruder perlu
hidup dalam lingkungan dan suasana di mana Yesus berada. Perintah Yesus:
“Marilah dan kamu akan melihatnya” (ay. 39) menjadi sangat penting untuk
sesungguhnya yakni “percaya”. (Yoh, 6:40). Kepercayaan inilah yang perlu dihidupi
setiap saat sampai sungguh menyadari bahwa Yesus selalu menyertai hidup
panggilannya sampai kepada akhir zaman. Dengan demikian dia semakin berani dan
Pelajaran apakah yang dapat dipetik dari ungkapan Yohanes Pembaptis yang
mengatakan: “Dia Harus semakin besar, tetapi aku harus makin kecil?” (Yoh, 3:30).
42
Perikop ini sebenarnya berisi kesaksian Yohanes tentang Yesus. Perikop ini dipilih
karena isinya sangat baik dan mendalam. Menjadi baik dan mendalam karena ketika
Yohanes datang kepadanya dan berkata: “Rabi, orang yang bersama-sama dengan
engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia Engkau telah memberi
kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” (ay. 26).
muridnya dengan berkata: “Tidak ada seorangpun yang daapt mengambil sesuatu
bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.” (ay. 27). Dalam tafsir
Kitab Suci, ayat tersebut mau mengungkapkan wibawa ilahi Yesus yang tidak dapat
diambil oleh Yohanes daripada-Nya. (Yayasan Komuniksasi Bina Kasih, 1982. 277).
memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus
untuk mendahuluinya (ay. 28). Ayat tersebut mau menerangkan bahwa Yohanes mau
mempelai laki-laki. (Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1982. 277). Sering dikatakan
perempuan. Dalam hal ini, kehadiran Yohanes di dunia untuk mempersiapkan jalan
bagi Yesus memiliki peranan yang sangat penting. Perkataan Yohanes Pembaptis
yang berbunyi: “Dia Harus semakin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh, 3:30)
menjadi sangat penting disini. Yohanes sadar diri bahwa ia harus mulai mudur dari
hadapan publik. Hal ini dikarnakan dia telah mendengar bahwa pengantin pria telah
para religius termasuk para bruder FIC. Kalau Yohanes bisa mengatakan bahwa Dia
harus makin besar dan aku harus masih kecil, kitapun diharapkan demikian. Sebab
memang Kristuslah yang kita wartakan. Kalau yang terjadi sebaliknya yakni kita
semakin besar dan Yesus semakin kecil, kita perlu mempertanyakan hidup religius
kita. Maka dari itu perlu diadakan penyadaran terus menerus bahwa Yesus adalah
sentral dalam hidup kita sebagai religius. Dialah yang kita wartakan bukannya diri
kita. Sebab bagaimanapun Yesus Kristus adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi
manusia. Dia merupakan puncak dan pusat seluruh wahyu (Telaumbanua, 1999:30).
Perikop Gembala yang baik adalah suatu tulisan murni milik Yohanes. Hal ini
disebabkan Injil Matius, Markus, dan Lukas (Injil Sinoptik) tidak mengulas perikop
tersebut secara khusus sebagaimana Yohanes mengulasnya. Namun tidak berarti Injil
sinoptik tidak menyebut nama “gembala” di dalamnya. Ada beberapa bagian ayat
yang menyebut mengenai gembala (Mat. 18:12; 25:32; Mark, 14:24; Luk, 2:8, 20).
44
Ternyata perumpanaan mengenai gembala yang baik tidak hanya terdapat dalam
secara jelas bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik
Ketika domba-Nya lapar, ia dibawa ke padang rumput yang hijau. Ketika haus domba
dibawa ke sumber air yang tenang. Ia juga menuntun ke jalan yang benar ketika
para gembala yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. “Celakalah para
gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” (ay.
1). Ayat tersebut dengan jelas memperingatkan bagi gembala-gembala yang tidak
(ay. 2). Tuhan kurang berkenan melihat kawanan domba-Nya tidak diperhatikan
dengan baik. Jika Tuhan menemukan kawanan domba-Nya tidak diperhatikan dengan
dengan baik dan tidak ada seekorpun yang hilang. (ay. 6).
Perikop Gembala yang baik yang ditulis oleh Yohanes ingin menunjukkan
bahwa hadirnya Yesus membawa nuansa baru bagi terpeliharanya umat Allah. Dalam
45
perikop tersebut Yohanes mau memperbandingkan antara sikap Yesus dengan sikap
yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi. Kristus dengan setia menjaga kawanan-
Nya sebagai gembala yang sejati. Sementara orang Farisi memiliki ciri
merupakan jalan kepada kehidupan sejati sebagaimana Gembala yang sejati. Dia
Siapapun yang datang dalam kandang domba tetapi tidak melalui pintu dia
adalah pencuri dan seorang perampok (ay. 1). Sedangkan gembala yang masuk
melalui pintu adalah gembala domba (ay. 2). Kawanan domba Allah adalah Umat
Israel. Merekalah yang harus dijaga. Oleh karena itu Yesus selalu menjaga kawanan
umat Allah: “semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok,
domba-domba itu tidak mendengarkan mereka”. (ay. 8). Ayat tersebut bukan berarti
untuk menuding para nabi sebelum diri-Nya adalah palsu. Secara lebih jauh, Yohanes
mau menunjukkan bahwa ada perbedaan yang lebih mendasar antara Yesus dan orang
Farisi. Maka tidak mengherankan kalau Yohanes menuliskan demikian: “Aku datang
supaya memiliki hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (ay. 10).
Yesus hadir memberi santapan rohani. Ia hadir memberi kelimpahan hidup dan orang
Gembala bagi domba-domba-Nya” (ay. 11). Ia juga mengenal dan dikenal domba-
46
domba-Nya (ay. 14). Yesus itulah Gembala yang sungguh-sungguh baik. Lain halnya
dengan seorang upahan. ia tidak memiliki perhatian yang besar terhadap kawanan
kawanan domba dari kandang Yahudi, melainkan juga memiliki perhatian besar pada
kawanan domba yang tidak berasal dari kandang Yahudi. Artinya Ia juga
memperhatian kawanan domba di di luar. “ada lagi pada-Ku domba-domba lain yang
bukan berasal dari kandang ini. “(ay. 16 a). Perikop ini mau menekankan sesuatu
yang penting yakni bahwa Yesus berada di dunia untuk semua bangsa. Ia tidak hanya
berada di luar Israel. “domba-domba itu harus kutuntun juga dan mereka
mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu
Kesadaran sebagai Gembala yang baik tidak lepas dari Bapa yang telah
Nya. “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk
menerimanya kembali” (ay. 17). Karena tindakan Yesus untuk memberikan hidup-
Selain Yesus bertindak sebagai pelaku seorang gembala yang baik, Dia juga
Pelajaran yang dapat diambil dari perikop Gembala yang baik bagi para
bruder FIC adalah meneladan sikap Yesus sebagai Gembala yang baik. Ada beberapa
sikap yang dimiliki oleh Yesus sebagai Gembala yang baik yakni: pertama sebagai
Gembala yang baik Yesus menunjukkan dirinya bahwa Dia adalah seorang pelayan
yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat, 20:28; Mrk,
10:45). Pelayanan Yesus konkritnya adalah saat membasuh kaki para murid-Nya
(Yoh, 13:5).
Kedua: tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Hal ini
dapat diumpamakan dengan perumpamaan demikian, “anggur yang baru tidak dapat
diisikan ke dalam kontong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan
koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang
baru disimpan dalam disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan
Ketiga: dekat dengan yang dilayani. Siapa yang menjadi prioritas pelayan
Yesus? Yang menjadi prioritas adalah mereka yang terpinggirkan, yang berdosa,
yang miskin dan sengsara (diukucilkan). Mereka-mereka ini sungguh dekat dihati
Yesus. Orang lumpuh bisa berjalan (Mat, 11:5; 15:31; Luk, 14:21). Orang sakit
disembuhkan (Mat, 4:23; Luk, 5:21). Dan masih banyak lagi ayat lain yang
bahwa Dia memiliki kerohanian yang mendalam? Kita semua yakin dan percaya
mendalam tampak dalam tindakan Yesus ketika hendak melakukan karya ditengah-
menjalin relasi dengan Allah melalui doa. Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa
(Mat, 14:23); Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa (Mrk, 1:35); Semalam-
malaman Ia berdoa kepada Allah (Luk, 6:12); ketika Ia hendak mengusir Roh Jahat ia
pun berkata: “Jenis ini tidak dapat di usir kecuali dengan berdoa” (Mrk, 9:29).
memiliki semangat keterbukaan dan kerendahan hati yang sangat baik. Hal ini
yang baik kepada para murid-Nya. (Mat, 13:110; Mrk, 4:8; Luk, 8:8). Ada banyak
perumpamaan yang tidak dipahami oleh para murid-Nya. Namun Yesus berusaha
untuk menerangkan apa yang baru diajarkan kepada para murid-Nya sehingga para
murid-Nya memahami arti perumpamaan yang baru saja diajarkan. Kerendahan hati
dan keterbukaan hati inilah yang juga perlu dihidupi oleh pengikutnya sekarang ini.
dari perikop Kitab Suci sebelumnya yakni murid-murid yang mengudurkan diri di
Galelia ( Yoh, 6:60-66). Para murid mengundurkan diri karena mereka mendengar
49
kata-kata yang disampaikan Yesus yang cukup keras. “perkataan ini keras, siapakah
yang sanggup mendengarkannya?” (ay. 60). Yesus melihat kegalauan hati para
yang mengudurkan diri dan tidak mengikuti Dia (ay. 66). Diantara para murid Yesus
memang banyak yang mengundurkan diri. Namun ada beberapa murid yang selalu
mengikuti Yesus. Mereka adalah keduabelas rasul yang telah dipilih-Nya. Mereka
inilah yang selalu setia menyertai Yesus dalam karya-Nya. Ketika melihat banyak
para murid-Nya yang mengundurkan diri Yesus berkata kepada mereka katanya:
Nya. Namun dengan cepat dan tangkas Petrus menjawab: “Tuhan kepada siapakah
kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”. (ay. 68).
Jawaban Petrus jawaban yang mewakili para murid yang lain. Kiranya juga Petrus
cukup mengenal ajaran Yesus yang sering disampaikan-Nya yakni mengenai hidup
yang kekal. Tema tersebut merupakan corak penting ajaran Yesus (LBI, 1981. 289).
bukanlah orang biasa. “… dan kami percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang
Kudus dari Allah (ay. 69). Gelar Yesus sebagai yang Kudus dari Allah adalah gelar
yang sangat baik yang disampaikan Petrus kepada-Nya. Dan ungkapan Petrus
50
tersebut merupakan ungkapan yang tidak biasa. Sebab gelar Engkau yang Kudus dari
Allah biasanya sering digunakan oleh setan-setan yang tidak mau menerima Yesus
ketika Yesus hendak menyembuhkan orang yang dirasukinya. Setan berkata kepada
Yesus: “Hai Engkau, Yesus orang Nasaret, apa urusan-Mu dengan kami? Aku tahu
siapa Engkau yang kudus dari Allah (Mrk, 1:24; Luk, 4: 34). Jawaban Petrus yang
mengatakan bahwa Yesus adalah berasal dari Yang Kudus dari Allah kemungkinan
bukan jawaban dari dirinya sendiri. Hal ini tampak nyata dalam perkataan Yesus
dalam Injil Matius 16 Yesus berkata demikian: “Berbahagialah Engkau Simon bin
Yunus sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu melainkan Bapa-Ku
yang di surga” (ay. 17). Walaupun begitu, Yesus tetap memberikan apresiasi yang
bagus terhadap jawaban yang disampaikan oleh Simon. Sebagai bentuk penghargaan
Apa yang dikatakan oleh Petrus bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah
merupakan pengakuan yang sangat penting hingga sampai saat ini. Sebab pengakuan
tersebut mengandung kebenaran yakni bahwa Yesus adalah memang berasal dari
Yang Kudus dari Allah. Sebagai pengikut-Nya kita perlu mengimani bahwa Yesus
Sebagai Bruder FIC dan sekaligus sebagai seorang yang mau membaktikan
diri kepada Allah. Kita juga perlu meneladan sikap Petrus yang dengan berkata:
Tuhan kepada siapa kami akan pergi? Sebab perkataan-Mu adalah perkataan hidup
yang kekal. Keyakinan dan kespontanitasan yang disampaikan Petrus kepada Yesus
dapat kita jadikan pegangan. Dari sini kita juga menjadi semakin yakin dengan
sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah Kristus yang akan datang untuk
51
segala sesuatu yang ada dalam perjanjian Lama yakni menyatukan kembali hubungan
Pengakuan Petrus kepada Yesus bahwa Dia adalah Yang Kudus dari Allah
menjadi sulit dalam perjalanannya untuk mengikuti Yesus Sang Guru. Hal ini tampak
penderitaan, dan Petrus tidak menerimanya (Mat, 16:22). Tetapi apa yang sudah
menjadi rencana Bapa tidak dapat diganggu gugat. Yesus harus meminum cawan
penderitaan yang sudah disiapkan oleh Bapa bagi diri-Nya (Yoh, 18:11).
Ketika Yesus menghadapi penderitaan yang sungguh luar biasa, para murid-
Nya melarikan diri. Mereka lari ketakutan terhadap penderitaan yang dialami oleh
Yesus gurunya. Petrus yang selalu hidup bersama-Nya dan berjanji tidak akan pergi
dari-Nya ternyata juga pergi. Dan yang menyakitkan lagi bahwa Petrus menyangkal
keberadaan Yesus Guru-Nya sampai tiga kali. Kenyataan tersebut memang sudah
Aku berkata kepadamu: sebalum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga
Yesus memang sudah tahu karakter Simon seperti apa. Simon dipandang oleh
Yesus sebagai seorang yang memiliki perdirian yang berubah-ubah. Sifatnya labil.
Namun demikian Ia tetap menyayangi Simon. Yesus yakin bahwa Simon yang
disebutnya Petrus akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Untuk sampai
52
pada apa yang dikehendaki Yesus yakni untuk melanjutkan karya-Nya Yesus
bertanya kepada Simon: “Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku?”
Simon pun menjawab: “benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”
(ay. 15). Pertanyaan dan jawaban yang sama diulang hingga tiga kali yakni terdapat
dalam ayat (ay. 16; 17). Yang menjadi bahan pertanyan adalah mengapa Yesus
menanyakan kepada Simon dengan pertanyaan yang sama hingga tiga kali? Apakah
ini ada kaitannya dengan penyangkalan Simon selama tiga kali di rumah Hanas?
Walaupun begitu, Simon tetap menjawab sama dengan jawaban yang pertama
dan kedua. Menurut tafsir Kitab Suci, Yesus bertanya hingga tiga kali karena masih
ada kaintannya dengan kisah penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus di rumah
Hanas. Namun dapat diartikan juga bahwa Yesus sudah mengetahui isi hati Simon.
Yesus yakin bahwa simon akan menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Hal ini juga tampak dalam jawaban Simon yang tidak mengalami perubahan
dari jawaban pertama, kedua, dan ketiga. Keteguhan hati Simon untuk mengasihi
Yesus inilah yang sungguh melegakan hati-Nya. Yesus yakin bahwa jawaban Simon
dan memahami bagaimana Yesus menjadi seorang gembala yang baik bagi kawanan
domba-Nya. (Yoh, 10:11). Simon juga sadar bahwa Gembala yang baik adalah
Petrus sebelum Yesus wafat dan bangkit berbeda dengan Petrus sesudah
Yesus wafat dan bangkit. Sesudah Yesus bangkit, Petrus memiliki tanggungjawab
Maka tidak mengherankan pada perjamuan akhir, Petrus menyatakan dengan bangga
bahwa dia rela menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya. Dia telah meneladan
Yesus Gurunya. Pada akhir hidupnya dia memang benar-benar berani menyerahkan
menyerahkan nyawanya dengan cara disalibkan dengan salib terbalik (LBI, 1981.
330).
Apa yang dialami oleh Petrus merupakan kensekwensi atas pilihan dan
jawaban konkrit dari ajakan Yesus “Ikutlah Aku.” (Yoh, 21:19). Demikianlah tugas
pengikut Yesus kita juga diajak untuk terus berkarya bersama-Nya. Yesus memang
memiliki banyak kharisma. Oleh karena itu sebagai bruder FIC kita juga diajak untuk
menjalankan misi perutusan kita dimana kita berada. Sebab dengan demikian kita
menjadi semakin teguh dalam iman dan dapat saksi-Nya di dunia masa kini.
54
BAB IV
Berpangkal tolak dari Bab II mengenai panggilan menjadi bruder FIC dengan
mengulas lima pokok sub tema Konstitusi FIC yakni: Demi Kerajaan Allah, Tugas
Kemudian dilanjutkan Bab III tentang panggilan para murid menurut Injil Yohanes,
pada Bab IV ini penulis mengusulkan program pendalaman hidup panggilan bagi
para novis bruder FIC berdasarkan kelima pokok sub tema Konstitusi FIC dan
beberapa kutipan Injil Yohanes. Dalam Bab IV ini secara berturut-turut hendak
1. Pengertian
FIC. adalah suatu rancangan kegiatan bersama para novis FIC untuk terlibat aktif
mempelajari secara mendalam, menyelami, serta meresapkan dalam hati sub tema
Konstitusi FIC dalam Hidup Panggilan Bruder FIC. Berkat program pendalaman
tersebut, para novis FIC diharapkan menjadi akrab, peka terhadap cita-cita para
pendiri dan semangat kongregasi (Konst FIC, art. 102). Bersamaan dengan itu,
55
mereka juga dibentuk untuk melatih diri mengembangkan penghayatan sikap dasar
spiritualitas hidup panggilan bruder FIC dapat meresap, berurat mengakar, menjadi
Yang penulis maksudkan keadaan awal peserta program adalah situasi hidup
para novis bruder FIC yang hendak menjalankan proses pendalaman hidup bersama
ini. Situasi awal hidup para novis bruder FIC meliputi jumlah novis, rentang usia para
novis, latar belakang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh para novis, latar
dilakukan oleh para peserta sebelum mereka bergabung menjadi novis novis bruder
FIC. Berdasarkan pantauan secara periodik selama kurang lebih lima tahun terakhir
jumlah novis kanonik antara 6 - 10 orang. Adapun rentang usia pada novis yakni dari
umur 22- 31 tahun. Setelah dihapuskannya sekolah pendidikan guru (SPG), pemuda
yang bergabung menjadi bruder FIC berasal dari latar belakang pendidikan yakni dari
SMA, SMK dengan berbagai macam jurusan (Listrik, bangunan, pertanian). Namun
dalan dua tahun terakhir ini ada juga yang sudah mengenyam pendidikan D3 maupun
S1. mengenai latar balakang kehidupan rohani para novis termasuk kebiasaan berdoa
dan beribadat juga beraneka ragam. Ada yang memang sungguh memperhatikan
kehidupan rohani namun ada juga yang kurang begitu memperhatikan. Mereka yang
rohani minimal mengikuti Ekaristi pada hari Minggu. Demikianlah situasi awal para
Dengan memahami keadaan awal atau situasi peserta secara baik, fasilitator
diharapkan mampu mencari metode atau cara yang tepat agar proses kegiatan yang
dijalankan dalam pertemuan pendalaman dapat berjalan dengan baik. Dengan begitu
tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Sebagai contoh: seorang novis yang belum
terbiasa doa pribadi atau belum akrab dengan kitab suci akan merasa kesulitan ketika
mereka diajak untuk menjadi bruder FIC yang mampu merawat dan mengembangkan
hidup rohani melalui Lectio Divina. Agar tujuan yang diinginkan dapat terealisasi
dengan baik fasilitator perlu melatih para novis untuk doa pribadi, melatih mengenal,
membaca, memahami, dan meresapkan isi Kitab Suci. Setelah itu barulah diajak
untuk mengenal dan melatih Lectio Divina. Melatih, mendampingi, orang yang tidak
terbiasa doa pribadi tidaklah mudah. Dalam hal ini fasilitator perlu menumbuhkan
sikap tekun, sabar, dan setia untuk mendampingi para pemuda yang sungguh ingin
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Sebuah program dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Adapun tujuan umum
yang hendak dicapai dalam Program Pendalaman Hidup ini adalah agar para novis
bruder FIC menjadi lebih mantap dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani
pilihan hidup panggilan sebagai bruder FIC melalui pengolahan bersama kelima
pokok sub tema dari Konstitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes.
57
Melalui pendalaman ini para novis diharapkan menjadi semakin mantap dan
mudah meninggalkan panggilan Tuhan sebagai bruder FIC yang telah mereka pilih
dengan penuh kebebasan. Untuk menjadi seorang bruder yang mantap dan
teratur dan terarah jika ada program yang dipersiapkan secara matang.
berprasetia sementara atau setelah menjadi bruder, mereka mampu meneladan sikap
hidup para murid Yesus yang dengan penuh keberanian menjawab panggilan Tuhan
mengembangkan keempat aspek yang ada dalam diri manusia. Aspek pertama adalah
aspek fisik/tubuh: para novis menjadi semakin disiplin dalam hidupnya. Dengan
demikian mereka tidak mudah terbawa arus oleh keinginan sesaat. Aspek kedua
adalah aspek mental/pikiran: para novis semakin memiliki visi yang tetap, mantap
dan bertanggungjawab yakni hidup dalam semangat pendiri para Bruder FIC. Aspek
ketiga adalah aspek emosional-sosial: para novis semakin bergairah, akrab, dan
mudah berelasi dengan siapapun. Dan aspek keempat adalah aspek jiwa/spiritualitas.
menyadari daya kekuatan Allah yang dianugerahkan kepada mereka sehingga mereka
58
tergerak untuk menanggapi daya tersebut secara penuh. Dengan demikian, para Novis
mampu mengaktualisasikan daya yang di dapat dari Allah dalam hidup mereka
sehari-hari.
semakin jelas yakni hidup panggilan para Novis Bruder FIC semakin mendalam dan
semakin menyadari bahwa panggilan yang telah mereka pilih merupakan suatu
rahmat Allah yang patut diperjuangkan dengan penuh ketekunan dan kesetiaan.
b. Tujuan Tematis
Yang dimaksud dengan tujuan tematis disini adalah sesuatu tujuan yang ingin
di capai berdasarkan tema pokok bahasan yang hendak didalami. Ada tujuh tujuan
4. Proses
a. Kegiatan Belajar
terdiri dari tiga kelompok kegiatan yakni kegiatan belajar dalam temu muka,
mencakup olah pikir guna memantapkan keyakinan, olah rasa dan kehendak, relasi
personal dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan alam ciptaan; serta belajar melayani
sesama dan mentaati kehendak Tuhan. Pendek kata, kegiatan belajar menyangkut tiga
mentaati kehendak Tuhan (Doing God’s will). Dengan cara tersebut para novis
diharapkan semakin berkembang dalam hal keyakinan yang mendalam untuk hidup
59
sebagai bruder FIC, juga semakin memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan, sesama,
diri sendiri, maupun dengan alam ciptaan Tuhan, menjadi semakin terbiasa untuk
bersedia menjalankan pelayanan serta taat pada kehendak Tuhan. Kegiatan belajar
tidak hanya berupa katekese dengan temu muka, tetapi mencakup pula doa pribadi,
ibadat bersama, devosi; rekreasi bersama, kunjungan bagi mereka yang sakit/lanjut
b. Sumber Belajar
1) Konstitusi FIC
Kontitusi menjadi sumber Belajar dalam pendalaman hidup bagi para novis
karena dalam konstitusi terdapat kelima pokok sub tema yang baik untuk didalami.
Dalam pendalaman ini perhatian diarahkan pada artikel inti dari kelima pokok sub
tena tersebut yakni: Demi Kerajaan Allah: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni
art. 1,2,3,4, 5, 6. Tugas Kerasulan: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art.
15,16,17,18,19. Persekutuan Para Bruder: Artikel inti Konst. FIC yang diambil
yakni art. 35-37. Ditopang oleh Allah: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni
art. 54, 55, 56. Pembaktian Diri: Artikel inti Konst. FIC yang diambil yakni art. 76,
77,78.
60
2) Injil Yohanes
Sumber belajar Kitab Suci membatasi diri pada kutipan dari Injil Yohanes.
Maksudnya adalah untuk menerangi artikel Konstitusi seperti yang tercantum diatas
kutipan-kutipan dimaksud adalah sebagai berikut: Yoh, 1:1-18. Yoh, 20:19-23. Yoh,
21:15-19 Yoh, 15:9-17 Yoh, 17:6-23 dan Yoh, 15:1-8. Yoh, 1: 35-42.
Kedua sumber belajar yang diuraikan diatas merupakan sumber bahan utama
yang musti ada dalam pelaksanaan program pendalaman hidup berdasarkan kelima
pokok sub tema dari Kontitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes. Sumber
belajar tersebut menjadi pilihan karena kedua sumber bahan tersebut dirasa mampu
membantu para novis untuk semakin memahami makna hidup panggilan yang telah
mereka pilih.
Kutipan-kutipan dari Kitab Suci Injil Yohanes menjadi sangat penting karena
melalui kutipan tersebut kita dapat melihat secara jelas situasi dan kondiri para murid
Yesus. Para murid menyadari kalau mereka memiliki kelemahan dan kerapuhan.
Meskipun demikian, mereka tetap bertekun dan setia dalam menjalankan tugas
perutusan yang dipercayakan Yesus kepada mereka, kecuali Yudas Iskrariot yang
hidup terpencar-pencar terlebih saat Yesus menghadapi tuntutan hukuman mati. Saat
itu merupakan saat yang gelap bagi hidup para murid Yesus. Tetapi dalam perjalanan
selanjutnya, situasi gelap yang dialami para murid berubah menjadi terang. Terlebih
setelah para murid mengetahui bahwa Yesus telah bangkit dari kubur dan
61
menampakkan kepada seluruh murid termasuk Tomas (Yoh, 20:24-29). Mereka juga
akhirnya ingat akan sabda Yesus yang mengajarkan tentang cara kerja roh penghibur
para murid semakin yakin dan percaya bahwa Yesus selalu menjaga dan
membimbing mereka dengan Roh yang dimintakan oleh Yesus dari Bapa-Nya. Yesus
pernah bersabda: “Aku akan minta kepada Bapa-Ku, dan Ia akan memberikan
penolong lain, supaya Ia menyertai kamu yaitu Roh Kebenaran (Yoh, 14:16-17a).
Roh inilah yang akan menyertai para murid-Nya sehingga para murid dapat
merasakan bahwa mereka tidak ditinggalkan oleh Yesus sebagai yatim piatu seperti
yang dikatakan-Nya: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku
Kalau para murid yakin dan percaya bahwa Yesus akan memberikan Roh
penolong dalam hidup dan karya mereka, maka tidak ada alasan bagi para calon dan
bruder FIC untuk tidak mempercayai bahwa Roh Penolong juga akan diberikan oleh
Yesus kepada mereka. Bagaimanapun para murid adalah saksi utama kebangkitan
Kristus. Merekalah telah mengalami kasih Yesus yang nyata, menjadi saksi awal
bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Karena itu kita patut bersyukur karena
kita memiliki tokoh-tokoh iman yang sejati. Merekalah yang mengalami hidup secara
langsung bersama Yesus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh, 1:14).
pengalaman memiliki makna yang mendalam bagi hidup seseorang bila orang
Sumber belajar lain yang dapat menjadi acuan atau teladan langsung adalah
kesaksian hidup para bruder FIC: bruder FIC yang menajdi fasilitator pertemuan,
nara sumber yang lain, bruder-bruder lanjut usia dan sakit yang dikunjungi maupun
para bruder yang berkarya didekat komunitas novisiat. Para bruder yang disebut
diatas menjadi sumber belajar karena bagaimanapun para novis melihat secara
langsung orang-orang yang telah lebih dahulu menghayati hidup membiara dengan
triprasetianya.
Apa yang penulis pikirkan tersebut diatas sejalan dengan apa yang tertulis
c. Fasilitator Belajar
semua dikerjakan oleh magister seorang diri, melainkan dibantu oleh beberapa orang
bruder juga oleh awam. Oleh karena itu program yang sudah disusun ini dapat
berjalan dengan baik dan berdayaguna jika dilaksanakan oleh sejumlah fasilitator.
spiritualitas/Jiwa.
para bruder yang mampu mendidik dan membina para calon sesuai dengan keahlian
pendampingan menjadi lebih kaya dan bersinergi serta bersifat partisipatoris. Maka
dari itu tidak salah jika magister Novis memberdayakan semua bruder yang mau
yang baik dalam formatio. Dengan team formatio yang baik yakni team yang
melibatkan banyak bruder untuk terlibat dalam pendampingan calon, semakin banyak
d. Waktu
tersusun yakni sebagai berikut: Pertama temu muka 12 x 90’ selama tiga bula atau 1
X 1 Minggu selama tiga bulan. Kedua untuk mengerjakan tugas yakni 10 x 90’
dibuat tersebut kiranya sesuai dengan rencana program pendalaman yang tertuang
5. Tempat
tempat pendidikan dan pembinaan para novis. Sebab proses pendidikan dan
para bruder FIC yang sepuh/sakit (Wisma Bernardus) Semarang. Tempat lain dapat
berfungsi untuk mengembangkan keempat dimensi yang ada dalam diri para novis.
pendalaman hidup para bovis bruder FIC berdasarkan kelima pokok sub tema
Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes. Bersamaan dengan itu, penulis
juga menyertakan beberapa contoh proses pertemuan pendalaman hidup bagi para
novis dari lima bagian pokok yang hendak didalami bersama. Untuk lebih jelasnya,
dibawah ini diuraikan secara rinci tentang matrix program serta beberapa contoh
B. Matrix Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok sub Tema Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil
Yohanes.
Tujuan Umum : Para Novis Bruder FIC menjadi lebih mantap dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani pilihan hidup
panggilan sebagai bruder FIC berkat pengolahan bersama lima pokok sub tema Konstitusi FIC dan beberapa
Pemikiran Dasar : Yang di maksudkan dengan program Pendalaman Hidup Para Novis Bruder FIC. adalah suatu rancangan
kegiatan bersama para novis FIC untuk terlibat aktif mempelajari secara mendalam, menyelami, serta
meresapkan dalam hati kelima pokok sub tema Konstitusi FIC yakni: Demi Kerajaan Allah, Tugas
Kerasulan, Persekutuan Para Bruder, Ditopang oleh Allah, Pembaktian Diri dalam Hidup Panggilan
Bruder FIC. Berkat program pendalaman tersebut, para novis FIC diharapkan menjadi akrab, peka terhadap
cita-cita para pendiri dan semangat kongregasi (Konst FIC, art. 102). Bersamaan dengan itu, mereka juga
dibentuk untuk melatih diri mengembangkan penghayatan sikap dasar hidup panggilan agar menjadi lebih
mantap dan bertanggungjawab. Artinya kelima pokok sub tema dalam Konstitusi FIC menjadi semakin
meresap, berurat mengakar, menjadi bagian hidup atau karakter para novis Bruder FIC.
66
Program Pendalaman Hidup ini memiliki arti yang sangat strategis bagi pembentukan diri para novis. Para
novis adalah warga baru dalam wadah FIC (art. 101). Sebagai warga baru, mereka belum sungguh-sungguh
mengenal kelima pokok sub tema Konstitusi FIC. Tanpa pendalaman yang intensif, sulit bagi mereka untuk
menjadi Bruder FIC yang baik. Dengan Program ini, mereka dimungkinkan untuk mengintegrasikan atau
menginternalisasikan kelima pokok sub tema Konstitusi FIC ke dalam hidup mereka.
Untuk mencapai harapan di atas, para novis perlu mendalami secara khusus kelima pokok sub tema
Konstitusi FIC (Konst FIC, 1991: 13-39), dengan diterangi beberapa kutipan Injil Yohanes. Bersamaan
dengan hal tersebut para novis juga diajak untuk mengembangkan aspek hidup panggilan secara menyeluruh.
Maksudnya, para novis perlu mendapatkan pendidikan, pendampingan, dan pembinaan yang menyangkut
aspek fisik/tubuh, mental/pikiran, emosional-sosial dan jiwa/spiritualitas. Perlu disadari bahwa keempat
aspek tersebut perlu mendapatkan perhatian yang baik dari pemimpin novis untuk disampaikan kepada para
novis. Jika salah satu aspek diabaikan maka aspek yang lain akan terganggu. Artinya bahwa keempat aspek
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai calon bruder FIC, kelima pokok sub
tema Konstitusi FIC tetap memiliki peran yang utama. Jiwa/spiritualitas tersebut hendaknya merasuki Jiwa
sehingga mampu menyemangati aspek hati/sosial emosional, mental/pikiran maupun fisik/tubuh.
Dengan demikian Para novis akan menjadi pribadi manusia yang baik, menjadi manusia yang lebih baik,
manusia yang berkembang kearah Yesus dan semakin menyerupai Yesus (Konst FIC, art. 4). Agar
Pendalaman Hidup dapat berlangsung secara rutin, berkesinambungan dan berjalan baik dibutuhkan
program sekaligus waktu yang hendak gunakan. Adapun rincian waktu yang dibuat untuk pendalaman adalah
sebagai berikut: Pertama 12 x 90’ untuk temu muka. Kedua.10 x 90’ mengerjakan tugas terstruktur, dan
67
ketiga 10 x 90’ untuk studi mandiri. Tetapi waktu yang ditulis dalam program yakni 1 x 2 x 90’ untuk
pendahuluan dan evaluasi-penutup serta 2 x 90’ selama lima kali pertemuan pertemuan pendalaman.
Perlu diketahui bahwa apa yang diolah dalam bab III terutama perikop Injil Yohanes: Murid-murid Yesus
yang pertama (Yoh, 1:35-51). Dia Makin Besar, Aku Makin Kecil (Yoh, 3:22-36). Yesus Gembala yang Baik
(Yoh, 10:22-36). Pengakuan Petrus (Yoh, 6:67-71). Gemalakanlah Domba-dombaku (Yoh, 21:15-19, belum
diolah secara eksplisit dalam program ini. Sedang kutipan yang menyertai dalam program ini tidak secara
khusus bicara tentang kemuridan sebagaimana yang dibicarakan dalam bab III tetapi lebih berkaitan dengan
beberapa artikel yang terdapat dalam kelima pokok sub tema Konstitusi FIC.
Rincian Program
Tema Materi Pokok Tujuan (Indikator) Kegiatan Alokasi Sumber
waktu Belajar
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
Pendahuluan Memahami gambaran Peserta semakin: - Menginformasikan 90 menit - Teks Program
menyeluruh tentang - Memahami “Program Pendalaman gambaran menyeluruh Pendalaman
“Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Spiritualitas tentang program yang akan Hidup
Hidup Berdasarkan Hidup Panggilan Bruder FIC didalami. Berdasarkan
Spiritualitas Hidup - Memiliki gairah / motivasi untuk - Membentuk kelompok Spiritualitas
Panggilan Bruder FIC yang mengikuti program belajar dan kerja melalui Hidup
meliputi: Tema, Tujuan, - Siap untuk membentuk kelompok permainan Panggilan
Pemikiran Dasar, kegiatan- kerja dan kelompok belajar yang - Meneguhkan motivasi dan Bruder FIC
kegiatan, sumber belajar, diperlukan guna menopang gairah dengan janji - Lagu I have s
dan syarat-syarat keberhasilan program. bekerjsama demi dream
keberhasilan. keberhasilan program. - Permainan
“Polisi
mengejar
pencuri”
1. Demi - Menjadi manusia Peserta semakin: - Sharing pengalaman hidup 2 x 90 menit - Permaian “Klp
Kerajaan seutuhnya yang - Memahami arti menjadi manusia bagaimana menjadi orang suara binatang”
Allah berkembang kearah Yesus yang baik untuk yang baik menurut peserta.
(Konst FIC, art. 1,2,3,4, memperkembangkan dirinya - Mempelajari dan - Konst FIC, art.
diterangi Yoh, 1:1-18. seturut kehendak-Nya sehingga mendalami Konst FIC, art. 1-5.
- Dipanggil untuk menyerupai Yesus. 1-6 yang diterangi oleh - Kutipan Yoh,
mewartakan Kerajaan - Sadar akan tanggungjawabnya kutipan Yoh, 1:1-18 dan 1:1-18 dan Yoh,
Allah. Konst FIC, art. 5, 6 sebagai religius untuk turut serta Yoh, 20:19-23. 20:19-23
diterangi bdk. Yoh, 20:19- dalam mewartakan Kerajaan - Membuat niat pribadi - Pendamping
23. Allah dimana mereka berada. untuk menjadi manusia pertemuan/Fasil
- Tekun dan setia pada niat untuk yang baik yang dilaksanak- itator.
membangun diri menjadi manusia an dalam hidup bersama.
yang baik dan lebih baik seturut
teladan Yesus.
69
2.Tugas Menjalankan tugas Peserta samakin: - Mempelajari Teks Konst. 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
Kerasulan kegembalaan bersama - Menyadari dan memahami bahwa FIC dan mendata unit 15
Yesus dalam kongregasi karya yang dilakukan para pendiri karya yang dilaksanakan - Kutipan Yoh,
dengan penuh sukacita. kongregasi merupakan karya para bruder FIC lewat studi 21:15-19
Konst FIC, art. terbaik bagi Tuhan pustaka serta kunjungan ke - Pendamping
15,16,17,18,19. Diterangi - bersemangat untuk terlibat aktif unit karya terdekat yang pertemuan.
Yoh, 21:15-19 dalam menjalankan tugas ditangani langsung oleh - Pemimpin unit
kegembalaan seperti yang para bruder. karya yang
diteladankan para pendiri dan - Mempelajari kutian Kitab ditangani para
murid Yesus. Suci yang telah disediakan bruder.
- Berani melaksanakan karya dan mencari makna
kerasulan dengan penuh iman, terpenting dalam teks
cinta kasih, dan pengharapan tersebut.
sebagai tugas kegembalaan - Membuat niat pribadi
bersama Kristus. untuk berani dan mau
terlibat dalam karya
kegembalaan Kristus.
3. Persekutuan Cinta kasih ala Yesus, Peserta semakin: - Bersama-sama menggali 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
Para Bruder dasar hidup komunitas - Paham akan arti cinta kasih yang arti cinta kasih menurut diri 35-37
yang menciptakan damai tulus. peserta. - Kutipan Yoh,
sejahtera (shalom). Konst - Mengetahui model cinta kasih - Mempelajari isi Konstitusi 15: 9-17
FIC, art. 35-37 diterangi yang ditawarkan Yesus untuk dan Kitab Suci secara - Yoh, 17:6-23
Yoh, 15:9-17 membawa shalom bagi orang lain pribadi dan bersama dengan Yoh,
seperti yang diamanatkan dalam dengan lebih seksama 15:1-8.
Konstitusi dan Kitab Suci untuk menemukan arti dan - Para bruder
- Tidak takut untuk mempraktekkan makna yang terkandung di yang sakit serta
cinta ala Yesus dalam hidup dalamnya. orang yang
sehari-hari. - Mewujudkan cinta kasih membutuhkan
dengan melayani sesama sapaan.
dan mengunjungi sesama - Pendamping
bruder yang sakit serta pertemuan
orang lain yang
membutuhkan bantuan.
70
4. Ditopang Kehadiran dan cinta kasih Peserta semakin: - Memperlajari, mendalami 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
oleh Allah Kristus yang nyata - Beriman dan percaya bahwa serta memahami arti iman 54, 55, 56.
menopang panggilan kita Tuhan selalu menyertai dan percaya kepada Tuhan - Kutipan Yoh,
sebagai religius. Konst perjalanan hidup panggilannya. yang menopang panggilan 17:6-23 dengan
FIC, art. 54, 55, 56. - Menyadari bahwa terpisah dari hidupnya. Yoh, 15:1-8.
diterangi Yoh, 17:6-23 dan pokok anggur bererti tidak akan - Belajar dari Kitab Suci - Ruang doa,
Yoh, 15:1-8. berbuah banyak. agar tetap semakin dekat lilin.
- Berusaha membangun relasi yang dengan sang pokok anggur. - Pendamping
lebih akrab dengan Tuhan melalui - Mencari caraya yang pertmuan.
hidup, karya, dn doa seperti yang terbaik untuk membangun
diteladankan Yesus. relasi yang akrab dengan
Tuhan melalui hidup, karya
dan doa.
5. Pembaktian Hidup Bersama Yesus dan Peserta semakin: - Membaca, mengerti dan 2 x 90 menit - Konst FIC, art.
Diri para murid yang pertama - Mengenal hidup dan karya Yesus memahami arti hidup 76, 77,78
melakukan kehendak Bapa secara lebih mendalam bersama bersama Yesus dan para - Yoh, 1: 35-42.
dalam semangat Injil. para murid Kristus yang pertama. murid yang pertama - Pertanyaan
Konst FIC, art. 76, 77,78. - Mendalami dan memaknai arti melalui kutipan Injil panduan
Diterangi. Yoh, 1: 35-42. triprasetia secara lebih mendalam Yohanes - Pendamping
sebagai religius. - Mempelajari Konstitusi pertmuan.
- Membuat niat hidup untuk tekun dan buku penunjang
dan setia dalam hidup bakti berkaitan dengan arti hidup
dengan segala suka dukanya triprasetia.
- Manuliskan niat hidup
dalam buku harian untuk
menjadi tekun dan setia
dalam menghayati
triprasetia.
Evaluasi - Evaluasi atas pelaksanaan - Peserta semakin memahami - Perserta menuliskan nilai- 90 menit - Konst FIC art.
Penutup program spiritulitas panggilan burder FIC nilai yang di dapat selama 109
- Ibadat penutup dan bersemangat untuk hidup mendalami program. - Yoh, 21:24-25.
berdasarkan spiritualitas tersebut. - Ibadat penutup oleh - Lagu dari
seluruh peserta. peserta.
71
Dalam matrix ada tujuh program pertemuan dengan tema yang berbeda-beda.
Namun tidak semua tema dalam matrix penulis sajikan dalam tulisan ini. Penulis
pendahuluan untuk mengantar pada tema-tema pokok yang diambil dari konstitusi
dengan beberapa kutipan Injil Yohanes. Persiapan pertemuan II penulis ambil dari
tema pokok pertemuan I dengan tema: Kebahagiaan yang terdalam dan sempurna.
Sedangkan contoh persiapan pertemuan III diambil dari tema pokok pertemuan III.
pertemuan. Penulis berharap ketiga tema pokok persiapan pertemuan dan penutup
dapat dipersiapkan sesudah proses penulisan skripsi ini selesai. Dengan demikian
maupun bagi para calon yang didampingi. Yang jelas bahwa proses persiapan
berikut:
1. Persiapan Pertemuan I
PEMIKIRAN DASAR
Suasana yang dapat terjadi dalam pertemuan untuk membahas sesuatu yang
penting berkaitan dengan hidup diiringi oleh suasana yang serius, tegang, kaku,
kurang menyenangkan. Jika suasana yang terjadi seperti di atas, maka suasana
lain situasi tersebut kurang mendukung suksesnya suatu pertemuan. Peserta menjadi
kurang termotivasi untuk terus tekun dan setia dalam mengikuti setiap sessi
pertemuan.
Untuk menghindari suasana seperti di atas, pada awal pertemuan perlu dibuat
tersebut, peserta diharapkan tidak mengalami beban yang berat, tetapi merasa senang,
bahagia, dan santai. Dengan begitu mereka semakin siap untuk mengikuti acara
selanjutnya. Diyakini oleh banyak orang bahwa suasana yang menyenangkan, santai
syaraf sehingga dapat berpikir dengan jernih. Dengan begitu peserta dapat diajak
Garis besar “Program Pendalaman Hidup Berdasarkan Kelima Pokok sub Tema
Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes”. Kedua: dapat memilih
ini. Kiranya pertemuan pendahuluan yang berjalan dengan baik dapat menggugah
PENGEMBANGAN LANGKAH
Pengantar (+ 10 menit)
1. Salam
Selamat sore para frater. Senang sekali kita dapat bertemu dalam kesempatan
yang indah ini. Saya berharap saat ini para frater dalam keadaan sehat. Sebab
bagaimanapun kesehatan adalah factor yang penting dalam hidup kita. Kesehatan
yang saya maksudkan bukan saja sehat jasmani tetapi juga sehat rohani, sehat mental,
dan sehat hati. Saat inipun saya merasa sehat, bahagia dan senang dapat berjumpa
bersama para frater. Mungkin diantara kita saling bertanya: kita berjumpa dan
berinteraksi untuk apa? Apa yang hendak kita lakukan dalam pertemuan ini?
2. Pengantar tema
Para frater yang terkasih, siapa diantara kita yang tidak ingin hidup rileks,
senang, dapat mengerjakan tugas dengan hati yang gembira? Kita semua tentu
mendambakan suasana hati yang seperti itu. Kiranya dambaan itu merupakan
74
dambaan yang normal / wajar. Dalam pertemuan pendahuluan ini saya mengajak para
frater untuk mengalami, rasa senang, gembira, suasana santai secara bersama-sama.
Namun bukan berarti kita tidak serius. Artinya kita tetap menciptakan keseriusan di
dalam suasana santai. Suasana senang, gembira, dan santai perlu kita bangun dalam
diri kita. Maksudnya adalah agar hidup kita menjadi ringan, tidak kaku, tidak tegang,
Para frater yang terkasih, selama lebih kurang tiga bulan ke dapan kita akan
menjalani program pendalaman hidup. Adapun bahan yang kita dalami adalah Kelima
Pokok sub Tema Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes”
Ada beberapa hal yang mau kita kerjakan dalam pertemuan pendahuluan ini.
Konstitusi FIC dan Beberapa Kutipan Injil Yohanes” Kedua: kita mau memilih
berjalan dengan baik serta menggugah semangat kita untuk mengikuti pertemuan
3. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang penuh kasih, kami mengucap syukur dan berterima kasih
kepada-Mu karena Engkau selalu memberikan rahmat dan berkat yang melimpah
75
kepada kami. Kami mohon kepada-Mu, utuslah Roh Kudus-Mu ke dalam hati kami
agar kami semakin siap untuk mengikuti pertemuan pendahuluan ini dengan baik.
mengarahkan jiwa raga kami dengan baik kepada-Mu dalam pertemuan ini. Sehingga
dengan berkat yang Kau anugerahkan kepada kami, menjadikan kami dekat dengan
Engkau. Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan dan Juru Selamat
kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Aku di berkati
Sepanjang hidupku di berkati
Mulai dari bangun pagi
Siang berganti malam
Aku di berkati
Refr:
Kakek-kakek, nenek-nenek
Tante-tante, om-om
Pemudanya-pemudinya
Semua di berkati Tuhan.
Para frater yang terkasih, pertemuan pertama yang kita lakukan pada hari ini
pertama ini penting karena melalui pertemuan ini, kita diajak untuk melihat secara
keseluruhan isi Program Pendalaman Hidup kita berdasarkan Konstitusi FIC dan
Beberapa Kutipan Injil Yohanes. Adapun materi yang ingin dibahas dapat kita lihat
Para frater yang terkasih, di atas telah saya singgung bahwa pertemuan–
pendalaman yang akan kita lalui bersama bersumber dari lima pokok sub tema dalam
Konstitusi FIC dan beberapa kutipan Injil Yohanes. Adapun tema program kita ini
jiwa, roh yang menyemangati atau mengobarkan api semangat hidup kita. Sedangkan
tujuan yang ingin kita capai bersama dengan program kita ini adalah agar kita
menjadi labih mantap dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani panggilan hidup
Para frater yang terkasih, kita tahu betul bahwa dalam hidup ini ada banyak
pilihan atau alternatif. Kita bisa menjadi imam, bruder, menjadi bapa/ibu keluarga,
atau mungkin hidup membujang. Pilihan hidup yang kita pilih merupakan pilihan
bebas kita. Tidak ada orang yang memaksa kita untuk menjadi ini atau itu. Kita
menjadi bruder juga merupakan pilihan bebas kita. Karena itu, kita perlu sadar akan
yang hendak diputuskan itu menyangkut soal hidup. Ketika memilih, mereka
merenungkan apakah pilihan yang dipilihnya sesuati dengan kehendak dalam dirinya
dan kehendak Tuhan. Berhubung pilihan yang kita pilih menyertakan pikiran dan hati
maka kita senang. Karena senang kita berusaha untuk mempromosikan pilihan bebas
yang telah kita pilih kepada semua orang. Kita menjadi semakin yakin dan mantap
bahwa pilihan hidup yang telah kita pilih merupakan pilihan hidup yang benar dan
77
panggilan hidup yang telah kita pilih. Selain menjadi semakin mantap seperti yang
terusai di atas, kita juga diajak untuk menjadi pribadi yang semakin bertanggung
jawab. Bertanggungjawab disini berarti kita mampu memilih tanggapan terhadap apa
saja yang terjadi atas kita entah tanggapan itu datang dari dalam maupun dari luar.
Dalam hal ini kita tetap memiliki kebebasan untuk menanggapi rangsangan yang ada
dalam diri kita serta memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang datang
tersebut. Menghadapi situasi seperti itulah kita diajak untuk menyertakan suara hati,
kesadaran serta pikiran dalam diri kita ataupun imajinasi kita. Dengan demikian kita
berani menghadapi segala resiko terhadap pilihan hidup kita. Kita tidak akan merasa
menjadi korban, mencari kambing hitam, atau mempesalahkan orang lain. Inilah yang
Para frater yang terkasih, untuk sampai pada tujuan di atas, kita perlu
mengadakan pendalaman secara rutin. Adapun program pendalaman hidup yang telah
kami persiapkan dapat kita lihat pada matrix yang sudah frater pegang. Maka dari itu,
mari kita cermati program secara lebih seksama. (para frater menyimak teks program
Para frater yang terkasih, dari matrix yang para frater pegang, kita dapat
melihat secara jelas bahwa ada lima materi pokok pendalaman yang hendak didalami
bersama yakni: pertama, Demi Kerajaan Allah. Kedua, Tugas Kerasulan. Ketiga,
Persekutuan Para Bruder. Keempat, Ditopang oleh Allah, dan yang kelima,
Pembaktian Diri. Namun dari lima pokok materi tersebut, tidak seluruh artikel di
dalami, melainkan hanya beberapa artikel yang utama saja. Artikel Konstitusi yang
78
diambil diterangi dengan kutipan Injil Yohanes. Kita berharap dengan pengalaman
panggilah yang telah kita pilih. Dengan begitu kita menjadi orang yang bahagia atas
pilihan hidup kita. Kalau kita mantap, bertanggunjawab dan bahagia, dalam hidup
panggilah kita maka kita dapat tekun dan setia di dalam panggilan-Nya. Itulah impian
kita dengan menyadi seorang bruder. Sebelum kita melangkan acara selanjutnya, jika
Para frater yang terkasih, kita baru saja melihat secara cermat program yang
hendak kita dalami bersama. Kita berharap, apa yang menjadi harapan atau impian
diatas dapat menjadi kenyataan. Untuk memantapkan apa yang menjadi harapan
sekaligus impian kita marilah kita hidupkan mimpi-mimpi itu dalam hidup sehari-
hari. Sebagai sarana untuk membangun mimpi tersebut kita nyanyikan lagu “ I Have
A Dream”. Kita berharap lagu ini dapat menjadi energi dan inspirasi bagi kita untuk
Refr:
I believe in angels, Aku percaya akan malaekat
Something good in everything I see Sesuatu yang baik dalam segala, aku lihat di
I believe in angels, sekitarku. Aku percaya akan malaekat
When I know the time is right for me Bila kutahu saat tepat bagiku
I’ll cross the stream, Aku berani menantang arus
I have a dream. Aku punya sebuah impian
79
Refr:
Para frater yang terkasih, seperti lagu tadi, kita perlu memiliki mimpi yang
indah. Mimpi bukan sembarang mimpi. Bukan juga mimpi bunganya orang tidur.
Tetapi mimpi seharusnya selalu kita nyanyikan setiap hari. Mimpi yang konkret dan
yang perlu terus dinyanyikan serta diperjuangkan adalah mimpi untuk menjadi bruder
yang mantap dan bertanggungjawab. Bruder yang baik, bruder yang sejati. Mimpi
seperti itulah yang mustinya selalu kita nyanyikan setiap hari. Kita yakin mimpi yang
kita nyanyikan dapat menjadi nyata dalam hidup kita. Walau badai datang
Para frater yang terkasih, pilihan hidup kita untuk menjadi bruder mungkin
bagaikan sebuah dongeng. Kita ini orang normal, kita juga tidak jelek. Apakah bukan
dongeng namanya? Mustinya kita dapat hidup di luar biara dan memiliki istri serta
anak-anak yang mungil dan manis! Gila…ini sungguh gila. Sungguh suatu dongeng.
Walau demikian kita telah memilih hidup ini dengan penuh kesadaran hidup kita
sebagai bruder. Maka dari itu kita perlu maju terus pantang mundur untuk berjuang
Para frater yang terkasih, kita percaya bahwa malaekat Tuhan senantiasa
menyertai kita. Bersama Dia kita dapat melihat sesuatu yang baik dalam hidup di
sekitar kita. Dengan begitu, kita dimampukan untuk menerjang arus yang
menghadang dihadapan kita. Mengapa kita mampu? Karena kita memiliki impian
yang luhur, yang indah, yang dapat berguna bagi banyak orang. Kita ingin menjadi
80
bruder yang mantap, bertangungjawab, baik dan sejati. Itulah impian kita. Kita juga
percaya dengan impian yang bulat, kita dimampukan untuk mengarungi jaman yang
terus berubah.
Para frater yang terkasih, mari bulatkan tekat kita untuk mewujudkan impian
yang ada dalam diri kita. Kita kobarkan semangat paskah dalam diri kita. Kita
tinggalkan tradisi yang kurang baik dan mencoba membangun habitus baru. Kita
perlu hidup menurut opsi. Kita yakin dengan opsi yang kita pilih, kita menjadi pribadi
yang berkualitas. Yang dimaksud berkualitas disini adalah bruder yang selalu
1. Pengantar
Para frater yang terksih, setelah kita membangun mimpi melalui lagu “I Have
a Dream” kita hendak bermain bersama. Kita percaya bahwa setiap permainan
mempunyai makna dalam hidup kita. Ada dua permainan yang kita hendak
laksanakan bersama yakni polisi mengejar pencuri dan mencari suara binatang di
hutan. Yang kita lakukan adalah permainan, untuk itu kita harus benar-benar bermain.
Dengan melakukan permainan yang baik dan benar seluruh energi kita tercurah
Para frater yang terkasih, kita akan melakukan permainan polisi mengejar
Para frater yang terkasih, kita telah memiliki koordinator dalam kelompok.
membuat jadual petugas doa atau membantu tugas-tugas yang lain yang diminta oleh
pendamping pertemuan.
serta memberi sambutan singkat atas tugas yang hendak diembannya dihadapan
Para frater yang terkasih, dalam permainan yang kedua ini melakukan
bersama-sama. Adapun cara bermainnya adalah sebagai berikut:
a. Peserta berdiri membentuk lingkaran.
b. Pemimpin membagikan kartu warna yang sudah ditulisi nama binatang sesuai
dengan jumlah kelompok yang dikehendaki ( bias 3, 4, atau lima binatang )
c. Pendamping memberitahukan jenis binatang yang ada pada kartu warna
kepada peserta.
82
d. Peserta diminta untuk mengingat jenis binatang apa yang dilihatnya dan
diminta untuk menirukan suara binatang tersebut ketika mara mereka ditutupi
oleh slayer.
e. Setelah sleyer menutup mata semua peserta, pemimpin mengacak peserta
supaya peserta satu dengan yang lain tidak hafal tempat temannya tadi.
f. Peserta menyuarakan suara binatang dan mencari jenis suara bintang yang
sama.
g. Yang menemukan lebih dulu sesama suara binatang sesuai dengan jumlah
orang yang dikehendaki, dialah yang menjadi juara dan menjadi satu
kelompok.
Para frater yang terkasih, kita telah melakukan permainan mencari teman
berdasarkan suara kelompok binatang. Tadi juga kita telah melihat bahwa ada
beberapa kelompok binatang. Kelompok tersebut akan menjadi kelompok belajar dan
kelompok kerja. Kelompok tersebut dapat saja berubah berdasarkan kebutuhan. Kita
juga berharap bahwa kelompok yang terbentuk ini dapat saling belajar satu dengan
yang lain. Sebab dengan begitu kita akan diperkembangkan satu dengan yang lain
5. Tugas Mandiri
Para frater yang terkasih, sebelum kita menutup pertemuan kita ini, saya
memberi tugas untuk pertemuan Minggu depan. Kita berharap tugas ini dikerjakan
secara sungguh-sungguh. kita percaya bahwa kerjasama yang baik akan membuahkan
hasil yang baik pula. Adapun tugas yang perlu kita jalani untuk mensukseskan
83
pertemuan minggu depan adalah: membaca artikel seperti yang tertera dalam matrix
pertemuan pendahuluan. Kita berharap pertemuan ini menjadi sarana yang baik untuk
perjalanan hidup kita di masa yang akan datang. Mari kita saling memberi perhatian,
saling mendukung, dan bekerja sama agar harapan kita menjadi nyata dalam hidup
ini. Sebentar lagi kita akhiri pertemuan ini. Mari kita mohon berkat Tuhan dengan
2. Doa Penutup
Allah sumber kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena kami boleh
mengalami kasih-Mu dalam pertemuan ini. Bapa, usaha kami masih panjang dalam
menapaki panggilan yang telah Kau tanamkan dalam diri kami. Kami mohon kepada-
Mu, ulurkanlah tangan-Mu selalu agar kami semakin mampu memahami setiap
anugerah yang Kau berikan kepada kami. Ajarilah kami untuk peka terhadap
kebutuhan sesama kami. Teritimewa dalam usaha kami membangun mimpi yang baik
dalam diri kami sehingga hidup kami mencerminkan kebahagian yang sempurna
seperti kasih-Mu yang juga sempurna. Dengarkanlah doa kami yang sederhana ini.
Doa ini kami sampaikan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan kami kini dan sepangjang
masa. Amin.
0000ooo0000
84
2. Pertemuan Pendalaman II
PEMIKIRAN DASAR
terkecuali para frater novis FIC. Dalam menjalani hidup sebagai calon bruder, para
oleh semua manusia. Untuk mencapai kebahagiaan yang terdalam dan sempurna
tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan kesabaran dan perjuangan yang tidak sebentar
sempurna dari setiap kegiatan yang dikerjakannya. Disadari bahwa setiap kegiatan
mengandung suatu nilai yang dapat menjadikan mereka mengalami kebahagiaan yang
terdalam dan sempurna (Konst FIC, art. 1). Untuk mencapai kebahagiaan yang
terdalam dan sempurna para novis harus belajar kepada Yesus. Yesus merupakan
Pewahyuan dari Allah yang nyata. (art.3. bdk. Yoh, 1:1-18). Kehadiran Yesus ke
dalam dunia sungguh mengalami kebahagiaan yang terdalam dan sempurna karena
usaha mencapai kebahagiaan yang terdalam dan sempurna. Intinya adalah bahwa
kehadiran Yesus ke dalam dunia mau melakukan kehendak Bapa yakni mewartakan
Kerajaan Allah.
para novis kepada Allah Bapa-Nya yang mewujud nyata dalam diri-Nya sendiri.
Dengan demikian para novis menjadi semakin beriman kepada Allah. Bersamaan
dengan itu, para novis juga menjadi semakin sadar bahwa Allah selalu menopang
hidup mereka (art. 2), sehingga para novis dapat meneladan sikap hidup Yesus dan
Dalam pertemuan ini para novis, diajak untuk menyadari hal-hal yang
membuat mereka bahagia serta semakin memahami arti kebahagiaan terdalam dan
sempurna menurut Konstitusi serta Kitab Suci. Dengan demikian mereka semakin
PENGEMBANGAN LANGKAH
Pengantar (+ 10 menit)
1. Salam
Para frater yang terkasih, sama seperti manusia lain kita mendambakan suatu
kebahagiaan. Kebahagiaan di sini bukan kebahagiaan yang biasa-biasa saja dan tanpa
86
dasar. Kita sungguh merindukan suatu kebahagiaan yang terdalam dan sempurna.
Untuk mencapai kebahagiaan yang terdalam dan sempurna tidaklah mudah. Kita
perlu berjuang untuk mendapatkan yang kita dambakan. Kita perlu menyusun
strategi guna mencapai kebahagiaan yang dicita-citakan. Paling tidak, kita memiliki
cara khusus agar kabahagiaan yang ingin kita raih dapat terwujud.
Untuk itu, dalam petemuan ini kita ingin mencoba menyadari hal-hal apa saja
yang membuat kita bahagia dalam pengalaman hidup kita sehari-hari. Selain itu kita
juga belajar memahami arti kebahagiaan terdalam dan sempurna yang bersumber dari
2. Lagu Pembukaan:
KU BERSYUKUR KEPADAMU
3. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu
karena Engkau selalu baik kepada kami. Kebaikan-Mu nyata dalam diri Yesus yang
Engkau utus untuk menyelamatkan kami. Melalui Dia, kami mampu mengenal karya-
Bapa, dalam kesempatan ini kami mohon, utuslah Roh Kudus-Mu kepada
kami agar kami mampu mendalami dan memahami arti kebahagiaan yang terdalam
87
dan sempurna dalam hidup kami. Kami percaya dengan bantuan rahmat Roh Kudus-
Mu kami akan mengalami kebahagiaan yang sungguh kami dambakan. Doa ini kami
haturkan kepada kepada-Mu melalui Tuhan kami Yesus Kristus, yang hidup dan
Dalam penggalian pengalaman hidup peserta ini, peserta diajak untuk kerja
pleno dalam kelompok besar. Beberapa pertanyaan yang hendak direnungan secara
Yang kita cari selama hidup di dunia adalah memiliki uang yang cukup, sehat
jiwa raga dan yang tak kalah penting dari kedua hal tersebut adalah hidup bahagia.
Hidup bahagia menjadi penting karena hidup dalam kebahagiaan merupakan esensi
dasar yang ingin diraih oleh semua manusia. Orang miskin, orang kaya, awam, atau
religius, atau siapa saja mendambakan hidup yang bahagia? Walau penghasilan kecil
asal dapat hidup bahagia kiranya sudah cukup. Hidup dalam perbedaan dalam suatu
komunitas asal tetap merasa bahagia kiranya juga cukup. Pendek kata, kebahagiaan
yang alami oleh manusia dapat menutupi segala-galanya. Yang menjadi pertanyaan
88
adalah apakah yang membuat hidup kita bahagia? Yang membuat kita bahagia adalah
ketika kita dapat menemukan nilai yang terdalam dan bermakna dari setiap kegiatan
Kegiatan yang kita jalankan tidak harus menghasilkan banyak uang, dan
ditepuki banyak orang melainkan saya dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan
penuh ketenangan. Itulah yang membuat saya bahagia. Adapun usaha saya untuk
memahami jenis kegiatan yang saya lakukan. Saya merasa yakin bahwa dengan
berusaha saya akan dimampukan untuk meraih kebagiaan yang saya dambakan.
Rangkuman (+ 15 menit)
Para frater yang terkasih, dari hasil pleno tadi kita semakin disadarkan bahwa
hanya milik mereka yang sudah tua, kaya, berpangkat, yang hidup di kota, di luar
biara melainkan juga menjadi milik orang muda, anak kecil, orang miskin, tidak
berpangkat, tetapi juga milik para religius. Maksudnya bahwa kebahagiaan dapat
diperoleh siapa saja asal orang tersebut mampu menemukan makna terdalam dari
Pekerjaan sekecil apapun asal dilaksanakan dengan penuh suka cita dapat
akan menjadi tidak bosan dan ringan jika kita mampu mengatasi kebosanan yang ada
dengan baik. Dengan kata lain. kebahagiaan akan diraih oleh siapa saja, kapan saja,
dan dimana saja dan oleh siapa saja yang mendambakan kebahagiaan.
89
Para frater yang terkasih, kita baru saja mendalami pengalaman hidup konkret
tentang usaha kita mencari kabahagiaan dalam hidup kita sehari-hari. Setelah itu, kita
FIC dan Kitab Suci kutipan Injil Yohanes. Bebarapa hal yang hendak kita lalui dalam
proses ini; pertama: studi pribadi atas artikel serta kutipan Kitab Suci yang sudah
dipilih. Kedua: diskusi dalam kelompok. Ketiga: pleno lalu yang keempat:
rangkuman dari pendamping. Dibawah ini akan disajikan beberapa artikel dari
Konstitusi serta kutipan Kitab Suci yang hendak kita dalami bersama sesuai dengan
merenungkan, menggali, dan memahami isi artikel Konstitusi dan kutipan Injil
90
Yohanes yang ditetapkan untuk dipelajari dengan waktu yang sudah ditentukan.
Setelah itu peserta diminta untuk berkumpul dalam kelompok mendiskusikan hasil
studi pribadi.
temannya dalam kelompok kecil. Saat berdiskusi ini, pendamping hanya mamantau
dari jarak jauh agar peserta tidak merasa canggung mengungkapkan hasil temuannya
secara pribadi kepada teman dalam kelompoknya. Jika ada diskusi menemukan
peserta diminta masuk dalam membagikan hasil diskusiya dalam kelompok besar. Di
mencermati secara sungguh-sungguh proses serta hasil studi yang diplenolan dalam
kelompok besar. Maksudnya agar pendamping dapat merangkum seluruh isi yang
seluruh temuan yang telah diplenokan dalam kelompok besar. Temuan yang baik dan
sesuai tujuan diminta untuk terus dijalankan. Sedangkan temuan yang kurang sesuai
dengan maksud dan tujuan pertemuan didalami lagi secara lebih serius dan mendalam
Jika peserta masih sulit menemukan jawaban yang sesuai dengan harapan
pendamping dapat meluruskan temuan yang kurang sesuai dengan maksud agar
91
peserta tidak terombang-ambingkan oleh sesuatu yang kurang tepat. Di sisi lain para
calon dapat mengubah temuan yang kurang menjadi temuan sesuai dengan maksud
dan tujuan yang diharapkan setelah mendapatkan masukan dari pendamping. Dalam
hal ini, pendamping memiliki hak untuk menambah atau mengurangi apa yang sudah
diplenokan dalam kelompok besar. Dari proses ini dapat ditemukan bahwa
pendalaman yang berlangsung tidak hanya menjadi milik pendamping saja melainkan
semua pihak terlibat dalam proses yang berlangsung. Artinya semua baik pendamping
Rangkuman (+ 10 menit)
Konstitusi artikel 1-6. Artikel-artikel tersebut merupakan sesuatu yang pokok yang
harus dihidupi oleh kita sebagai calon bruder FIC. Mengapa karena artikel 1-6
mengandung visi dan misi kongregasi FIC. Artikel mana yang menunjukkan bahwa
artikel tersebut merupakan visi dan misi FIC? Visi Kongregasi FIC terdapat dalam
art. 1-4 sedangkan misi terdapat dalam art. 5,6. Dalam art. 1-4 semua orang diajak
untuk mencari dan menemukan hidup yang mambahagiakan yang terdalam dan
sempurna termasuk kita yang hidup sebagai bruder (art. 1). Untuk mencapai semua
itu tidak mudah. Kita perlu sadar dan berjuang untuk memahami bahwa Allah Bapa
yang mewujud nyata dalam diri Kristus merupakan sumber kebahagiaan terdalam
kita. Dialah penopang hidup kita. Dia adalah kasih (art. 2). Meski kita terbatas, kita
tetap berbahagia karena Allah berkenan mewahyukan putra-Nya untuk kita. Di dalam
Yesus dari Nazaret inilah kita menemukan citra Allah yang hidup. Dan di dalam
Dialah Allah manusia bersama kita. (art. 3). Sebagai putra Allah Yesus adalah
92
manusia yang sempurna. Untuk itu kita juga diminta untuk meneledan sikap hidup-
Visi di atas tidak berdaya guna jika tidak ada usaha atau cara untuk sampai
pada visi tersebut. Maka dibuatlah acuan agar visi yang didambakan dapat menjadi
kenyataan. Artikel yang digunakan untuk sampai pada visi tersebut adalah artikel 5
dan 6. Artikel tersebut menjadi sarana atau cara untuk sampai pada visi yang hendak
dicapai. Karena melalui artikel tersebut kita diajak untuk melaksanakan karya Yesus
yakni mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang (art. 5) dan secara lebih
khusus sebagai bruder kita diminta untuk membaktikan hidup kita melalui
Kongregasi yang telah kita pilih. Jika kita sungguh mampu menjalankan tugas yang
dipercayakan kepada kita dengan baik seturut kehendak Kristus, kita pasti mengalami
Demikianlah kebahagiaan yang dalam dan sempurna yang dapat kita ambil dari
Konstitusi kita.
Para frater yang terkasih, selain kita mempelajari dan mendalami Konstitusi
kita juga mempelajari dan mendalami Kitab Suci. Hal ini dimaksudkan agar kita
menjadikan kita mampu melihat Allah yang berkenan hadir ke dunia melalui firman-
Nya yang menjadi manusia (Yoh, 1:1-18). Firman itu nyata dalam diri Yesus putra-
Nya. Firman itu hidup secara nyata dalam terang manusia. Terang yang ada di dalam
(ay. 4-5). Inilah kebahagiaan yang terdalam dimana Dia dapat hadir dan menguasai
kegelapan yang ada. Firman yang sudah menjadi manusia tidak dapat disangkal
93
adanya. Sebab ada pribadi yang memberi kesaksian tentang terang tersebut. Saksi
tentang terang itu agar banyak orang menjadi percaya (ay.6-8). Yohanes menekankan
bahwa terang yang sesungguhnya dan menerangi setiap orang sedang datang ke
dalam dunia (ay.9). Kedatangan-Nya tidak serta merta diterima dunia. Dunia tidak
mengenal-Nya dan banyak orang tidak mengenal-Nya (ay. 12). Namun ada yang
menerimanya. Orang yang menerima Dia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah. Mereka inilah yang percaya akan nama-Nya (ay. 13). Firman yang telah
menjadi manusia berbunyi demikian; “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di
antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan
kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (ay.
14). Ungkapan dari ayat tersebut mau menunjukkan bahwa Allah sungguh-sungguh
telah mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Tetapi untunglah bahwa Allah berkenan
hadir ke dunia dalam wujud manusia Yesus. Melalui Yesus yang tertuang dalam
Kitab Suci, manusia dapat melihat hidup dan karya-Nya. Ia hadir untuk membawa
orang yang sudah meninggal. (Yoh, 11:1-44). Kebahagiaan terdalam dan sempurna
berasal dari Allah karena Dia dapat menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.
Inilah yang perlu kejar bahwa kebahagiaan yang terdalam dan sempurna dapat kita
raih ketika yang kita lakukan tidak mendapat sambutan yang baik melainkan tidak
94
sakit hati. Meskipaun begitu kita tetap melakukan tindakan tersebut dengan penuh
cinta.
kebahagiaan menurut kita sendiri. Kita tadi telah menemukan bahwa kebahagiaan
yang kita raih jika kita dapat hidup sehat dan memiliki uang yang cukup. Kenyataan
kebahagiaan terdalam dan sempurna menurut Konstitusi dan Kitab Suci. Dari kedua
sumber tersebut kita dapat menemukan kebahagian terdalam dan sempurna ketika
kita dapat melakukan karya Yesus yakni mewartakan Kerajaan Allah. Walau salib
menghadang kita kitap merasakan kebahagiaan karena dapat ikut andil dalam karya-
Nya. Dari uraian tersebut muncul pertanyaan refleksi kita adalah: kebahagiaan yang
terdalam dan sempurna bagi kita itu yang bagaimana? Terutama setelah kita
mempelajari Konstitusi dan Kitab Suci kutipan Injil Yohanes? Adakah pemahaman
baru dalam hidup kita setelah mengetahui isi Konstitusi dan Kitab Suci mengehai
kabahagiaan yang terdalam dan sempurna? Inilah tugas kita sekarang yakni mencari
kebahagiaan terdalam dan sempurna sesuai dengan Konstitusi dan Kitab Suci.
FIRMAN-MU
Dalam sessi ini peserta diminta untuk membuat visi pribadi agar dapat
menemukan kebahagiaan terdalam dan sempurna. Dengan adanya visi ini para peserta
Dengan begitu mereka semakin kerasan dan tetap bertekun dalam hidup
panggilannya.
Allah Bapa yang penuh kasih, lihatlah kami yang hadir di tempat ini. Hari ini
kami bersama-sama mendalami konstitusi serta sabda-Mu. Kami yakin dan percaya
bahwa Engkau berkenan hadir di dalam diri kami masing-masing. Sekarang kami
mengindahkan serta mengabulkan apa yang menjadi kerinduan hati kami. Kami
mohon. Kabulkanlah doa kami ya Tuhan. (Doa umat dilanjutkan secara spontan oleh
peserta).
Allah Bapa yang baik, kami mengucap syukur kepada-Mu atas segala
anugerah-Mu yang boleh kami terima hari ini. Terutama dalam usaha kami
mendalami konstitusi serta Kitab Suci untuk menemukan kebahagiaan yang terdalam
96
dan sempurna dalam hidup kami. Semoga apa yang telah kami dalami ini dapat kami
Bapa, kami masih mohon rahmat Roh Kudus-Mu agar kami semakin berani
memperbaiki hidup kami dari hari kehari. Dengan demikian apa yang kami lakukan
semakin berkenan kepada-Mu. Doa yang singkat ini kami haturkan kepada-Mu
melalui Kristus Tuhan dan juru selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin
000ooo000
97
Dalam pertemuan pendalaman ketiga ini, dibagi menjadi dua kali pertemuan.
Pertemuan pendalaman I mengupas tentang konsitusi art. 35-37 dan pertemuan kedua
dari kutipan Injil Yohanes Yoh, 15:9-17; 17:6-23; 15:1-8. Alasan pertemuan
pendalaman dibagi menjadi dua yakni: Pertama membuat suasana baru dalam proses
pertemuan. Kedua: agar para novis menjadi semakin fokus pada materi yang hendak
didalami baik saat mendalami kontitusi maupun Kutipan Injil Yohanes yang telah
dipilih.
Adapun waktu yang dipakai untuk proses pertemuan pendalaman ini adalah
180 menit. Untuk itu masing-masing pertemuan memakan waktu 90 menit. Untuk
PEMIKIRAN DASAR
Setiap orang memiliki kasih. Kasih yang dimiliki tidak dimaksudkan untuk
menjadi milik sendiri, melainkan dibagikan kepada sesama. Para novis juga memiliki
kasih yang dibawa dari keluarganya masing-masing. Disadari atau tidak, setiap anak
yang lahir pasti didasari oleh kasih. Kasih yang berasal dari keluarga inilah yang
Konstitusi FIC, art. 35-37 mengajak para novis dan para bruder untuk
mengembangkan sikap saling mengasihi satu dengan yang lain. Kiranya sudah
menjadi layak dan wajar jika para bruder senantiasa mendasarkan hidupnya dalam
semangat kasih. Kasih yang tulus dan murni merupakan manifestasi Allah yang hadir
ke dunia dengan kasih-Nya yang besar. Kasih Allah tidak pura-pura. Oleh karena itu,
kita sebagai saudara sepanggilan perlu mewujudnyatakan kasih Allah dalam hidup
kita sehari-hari. Kasih kita menjadi nyata ketika kita hidup saling mendukung,
mendorong, memperhatikan serta saling memberi inspirasi sehingga apa yang didapat
dalam komunitas (hidup dalam cinta kasih) dapat disebarluaskan kepada orang-orang
Melalui pertemuan pendalaman Konst art. 35-37 ini kita diajak untuk
dalam artikel tersebut. Dengan memahami isi dan makna yang ada dalam artikel
tersebut kita menjadi semakin disadarkan dan disemangati untuk merealisasikan kasih
Allah dalam hidup kita setiap hari. Dengan demikian kasih Allah tersebut dapat
menjadi dasar hidup persekutuan kita dalam komunitas para bruder FIC.
99
PENGEMBANGAN LANGKAH
Pengantar (+ 10 menit)
1. Salam
Para frater yang terkasih, dalam kesempatan ini kita akan mendalami hidup
persekutuan kita sebagai calon bruder yang dilandasi beberapa artikel konstitusi kita.
Ada beberapa hal yang hendak kita laksanakan bersama untuk pertemuan pendalaman
yakni membaca dan merenungkan isi Konst art. 35-37. setelah itu kita sharing dalam
Dalam pertemuan ini kita akan lebih banyak merenung secara pribadi untuk
menemukan makna yang terkandung dalam artikel yang kita dalami. Dari renungan
pribadi tersebut kita hendak membagikan dengan sesama kita dalam kelompok kecil
dan memplenokan dalam kelompok besar. Oleh karena itu keterbukaan, ketekunan
dalam berproses, serta keberanian untuk hening sangat membantu pendalaman kita
ini. Untuk lancarnya acara kita bersama, mari kita awali pertemuan pendalaman hidup
3. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena rahmat
panggilan yang Kau anugerahkan kepada kami. Bapa, kami sadar bahwa kami
manusia lemah. Terkadang kami kurang menyadari rahmat panggilan yang telah Kau
anugerahkan bagi kami. Untuk itu ya Bapa, utuslah Roh Kudus-Mu ke dalam hati
kami, agar kami semakin berani untuk mengubah diri kami sendiri. Terlebih dalam
yang terkandung dalam Konstitusi kami. Bapa, kami percaya dengan bantuan Roh
kudus-Mu, kami mampu menjadi pewarta cinta kasih-Mu yang pantas di dunia ini.
Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan dan juru selamat kami,
Sebelum peserta mendalami teks Konst art.l 35-37, mereka diajak untuk
kembali rileks, peregangan otot agar lebih siap untuk mendalami artikel dari
peserta untuk membacakan Konst art. 35-37. Setelah itu peserta yang lain diberi
kesempatan untuk membaca secara pribadi teks yang terkandung dalam artikel
tersebut. Setelah menemukan kata kunci barulah mereka diminta untuk merenungkan
Renungan pribadi diakhiri dengan suara bel yang dibunyikan secara pelan dari
pendamping. Baru sesudah itu para novis diberi beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh peserta. Pertanyaan panduan yang diajukan kepada para peserta adalah
1. Perasaan apakah yang muncul dalam diri Anda sesudah memembaca dan
merenungkan artikel Konstitusi tersebut?
Perasaan yang ada dalam diri saya ketika membaca dan merenungkan isi
Konst art. 35-37 adalah senang. Mengapa? Karena artikel tersesbut mengingatkan
saya pada pilihan awal saya untuk ingin menjadi bruder. Sejak awal saya memang
mendambakan hidup dalam kasih di suatu berkomunitas. Kiranya apa yang menjadi
perjuangan kongregasi klop atau sessuai dengan apa yang saya dambakan. Saya rasa
Ketika ditanya apakah saya sudah menjalankan kasih dalam hidup harian
saya? Dengan jelas dan yakin bahwa saya sudah menjalankannya. Saya juga merasa
yakin jika apa yang tertulis dalam artikel Konst art. 35-37 dijalankan oleh semua
bruder dengan baik maka suasana komunitas dan suasana setiap hati menjadi teduh,
aman, tentram. Dengan begitu kita menjadi senang dan kerasan untuk hidup sebagai
bruder. Kiranya suasana kasih persaudaraan yang tertuang dalam artikel yang kita
dalami akan menjadi semakin konkret ketika dengan penuh kerendahan hati saling
membari dorongan dan dukungan satu dengan yang lain. Dengan begitu semua yang
hidup dalam komunitas menjadi semakin senang dan bangga menjadi religius bruder.
Para frater yang terkasih, setelah kita mendalami artikel Konst FIC, hendak
menghaturkan doa umat. Isi doa umat diambil dari artikel konstitusi yang baru saja
102
didalami bersama. Dengan begitu para peserta diharapkan semakin dikuatkan oleh
Hening
(lagu dinyanyikan dari keras melembut + paling tidak hingga lima kali)
Tugas Pribadi (+ 15 menit) membuat rencana pribadi untuk mengasihi bruder yang
lanjut usia.
telah melimpahi kami rahmat kesetiaan dalam menjalani pendalaman kami ini. Ada
banyak hal yang telah kami temukan. Untuk itu kuasailah hati kami agar kami dapat
melaksanakan apa yang telah kami temukan ini dalam hidup sehari-hari. Doa ini kami
mohon melalui Kristus Tuhan dan pengantara kami kini dan sepanjang masa. Amin.
Lagu Penutup
000ooo000
103
PEMIKITAN DASAR
adanya kesamaan kepentingan. Dalam dunia politik dasar kesamaan yang hendak
dituju adalah kedudukan, pengaruh dan harta. Demikian halnya dalam dunia dagang.
Persekutuan menjadi hancur karena kepentingan yang hendak dicapai tidak terjadi.
Persekutuan tersebut diatas jelas berbeda dengan persekutuan yang ada dalam biara.
Yang menjadi dasar ideal suatu persekutuan dalam hidup membiara adalah
kasih. Allah yang adalah kasih melakukan tindakan konkret kepada Yesus dan kepada
para para murid-Nya. Injil Yohanes 15:9-17, mau menunjukkan bahwa Yesus
104
mengajarkan kepada setiap orang untuk hidup saling mengasihi. Oleh karena itu,
Hidup saling mengasihi adalah tugas kita semua sebagai pengikut Yesus.
Untuk itu melalui pertemuan ini para novis diajak untuk memahami dan
merenungkan kutipan Injil Yohanes 15:9-17. Hal ini dimaksudkan agar para novis
semakin sadar bahwa kasih merupakan dasar persekutuan bagi hidup mereka. Dan
dalam lingkup kongregasi, kasih merupakan dasar hidup bersama dalam komunitas
para bruder FIC. Dengan berlandaskan kasih para para novis semakin tenang,
tentram, dan damai dalam menjalani hidup panggilannya. Dengan demikian mereka
menjadi terbuka terhadap kasih Allah yang lebih besar dalam hidupnya.
PENGEMBANGAN LANGKAH
1=G gregorian.
__ _ _ __ _ __ __ __
1 1 23 32 3 4 32 3.2 ‘1 1 1 2 2
Jika a - da cinta ka-sih, hadirlah Tuhan.
Koor/Solis.
1. Cinta Kristus mengumpulkan, kita semua
Bersuka dalam diri-Nya, dan bersoraklah
Bertakwa dan sayangilah, Tuhan yang hidup
Mari saling cinta kasih, sebulat hati.
2. Marilah kita berkumpul, bersatu hati.
Hendaklah kita hindarkan perselisihan.
Hentikanlah permusuhan dan pertikaian,
Semoga antara kita hadirlah Kristus.
3. Marilah saling memaafkan, sesama kita
Agar Tuhan mengampuni, segala dosa.
Bila kita mengamalkan Ajaran Kristus,
Maka bahagialah kita slama-lamanya. Amin.
2. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur kepada-Mu atas kasih yang
Kau anugerahkan kepada kami. Bapa, dalam kesempatan ini kami mohon kepada-Mu
105
curahkanlah Roh Kudus-Mu ke dalam hati kami, agar kami semakin berani untuk
mengasihi kami sendiri. Dengan begitu kami menjadi semakin mampu mengasihi
sesama kami dengan tulus. Teristimewa dengan sesama kami dalam satu pangilan.
Untuk itu ya Bapa, hadirlah dalam diri kami agar kami dapat mempelajari,
mendalami, memahami serta mengamalkan sabda-Mu dalam hidup kami hari ini.
Bapa, kami percaya dengan bantuan-Mu kami dapat menjadi saksi-Mu yang pantas di
dunia ini. Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui Kristus Tuhan dan juru selamat
kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
dengan posisi tegak dan tidak bersandar pada tembok. Kemudian pendamping
meminta salah satu peserta untuk membaca kutipan teks Kitab Suci Injil Yohanes,
15:9-17 yang hendak didalami. Seorang novis perlu dibari kesempatan untuk
mengaktualisasikan diri dengan membaca teks Kitab Suci secara baik dan benar.
Setelah pembacaan kutipan oleh salah seorang peserta selesai, peserta yang
lain diharapkan untuk membaca dan merenungkan kutipan tersebut secara pribadi.
membunyikan suara bel secara pelan dan penuh perasaan. Segera sesudah bel
untuk mendalami lebih lanjut kutipan Kitab Suci yang baru saja direnungkan melalui
beberapa pertanyaan panduan. Jawaban hendaknya ditulis dalam buku pribadi sebagai
a. Mengajukan pertanyaan
secara langsung jika ada kalimat atau kutipan yang kurang jelas. Hal ini dimaksudkan
agar peserta dapat mengurutkan secara rinci maksud Yohanes menulis mengenai
b. Pendamping menampung
secara rinci maksud dari setiap ayat yang tertera dalam perikop Injil Yohanes.
Dari Sabda yang telah kita dengar, kita menjadi semakin memahami bahwa
Yesus sungguh mengasihi para murid. Hal ini terjadi karena Yesus lebih dulu
mengasihi kasih Bapa-Nya. Maka tidak mengherankan kalau Yesus mengajak agar
kita tinggal didalam kasih-Nya, “tinggallah dalam kasih-Ku itu” (Yoh, 15:9). Barang
siapa tinggal di dalam kasih Yesus maka sukacintanya akan menjadi penuh (ay. 10-
107
11). Sebagai pengikut Yesus, kita tidak dapat lepas dari tugas yang harus
diserahkannya secara total. Yesus sendiri telah memberikan teladan bagaimana harus
memberikan kasih yang total tersebut. Bagi Yesus kasih yang total adalah kasih rela
memberikan nyawa untuk sahabat-sahabat-Nya (ay. 13). Jadi jawaban kita sebagai
pengikut Yesus adalah bahwa kita diutus untuk melakukan perintah Yesus yakni
hidup saling mangasihi. Sebab bagaimanapun kita telah diutus oleh-Nya yakni
mengasihi seorang terhadap yang lain. (14-17). Kita harus yakin bahwa kalau kita
melaksanakan amanat Yesus kita akan menjadi semakin dekat denagn Yesus. Dialah
menemukan pesan dari teks dari Injil Yohanes, 15:9-17 secara pribadi. Agar dapat
merenungkan dengan baik, ciptakanlah hening dalam diri kita masing-masing. Dari
suasana tersebut carilah ayat yang mengesan dan mengena dihati kita masing-masing.
Inti renungan anda hendaknya anda ungkapkan dengan satu dua kata atau
dengan gambar, yang dituliskan di flap, yang terletak di meja. Hendaklah anda
memakai huruf creak besar, sehingga dapat dibaca oleh teman yang duduk di
seberang (tanpa perlu memutar-mutar flap). Selama itu anda bleh saling melengkapi,
namun tanpa berbicara; hanya dengan memakai kata, tanda seru, tanda Tanya, garis,
dll).
Setelah mendalami kutipan dari Kitab Suci serta Konstitusi, peserta diajak
untuk membuat doa spontan yang isinya diambil dari bacaan yang baru saja didalami
sehingga para peserta sungguh dikuatkan oleh sesamanya. (Martin, 1980: 18-19).
kami rahmat cinta kasih yang penuh. Sertailah kami selalu Tuhan agar kami dapat
mengagungkan Engaku sumber kasih yang abadi. Bapa, ada banyak hal yang telah
109
kami temukan dalam merenungkan sabda-Mu. Untuk itu kuasailah hati kami agar
kami dapat melaksanakan tugas perutusan kami sesuai dengan kehendak-Mu. Kiranya
hanya ini yang menjadi kerinduan hati kami. Doa ini kami mohon melalui Kristus
7. Pengumuman (+ 10 menit)
hendak didalami pertemuan program berikutnya yang terdapat dalam matrix tema
8. Lagu Penutup:
1. KASIH
K A S I H, K A S I H
Kasih, kasih, kasih 2 X
Kasih….
Kasih itu sabar tidak mudah marah
Sayang kepada teman
S’perti kasih Yesus.
000ooo000
110
BAB V
A. Kesimpulan
Tidak ada yang memaksa. Ia terpanggil untuk turut serta dalam mewartakan kabar
gembira Tuhan kepada semua orang tanpa paksaan dari orang lain. Hal ini tidak
lepas dari Kabar Gembira yang diwartakan oleh Yesus. Yesus selama hidup-Nya
kehendak Bapa-Nya. Oleh karena itu, siapapun yang memilih jalan hidup menjadi
religius hendaknya memiliki sikap yang total seperti diteladankan oleh Yesus
kenal dengan Yesus dan tidak tertutup kemungkinan dapat hidup semakin
menyerupai Yesus. (Konst FIC, art. 4). Yesus adalah citra Allah yang hidup, yang
Seorang novis yang ingin hidup dan bergabung dalam kongregasi FIC harus mau
dan siap untuk hidup sesuai dengan “undang-undang” yang ada dalam Kongregasi
yakni Konstitusi. Bagi para Bruder FIC, Konstitusi FIC merupakan aturan yang
111
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mereka yang sudah menjadi anggota Kongregasi
secara resmi harus tunduk dan taat pada aturan yang tercantum dalam Konstitusi
FIC. Oleh karena itu, setiap bruder diharuskan mendalami secara sungguh-
hidup sehari-hari.
Ada lima bagian pokok penting dalam Konstitusi yang harus dipelajari, dipahami,
dihayati, dan dijalankan dalam hidupnya antara lain: Hidup Demi Kerajaan Allah,
Ditopang oleh Allah, dan Membaktikan Diri kepada Allah melalui Triprasetia
(taat, wadat, mlarat). Kelima bagian pokok penting dari konstitusi tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Sebagai bruder FIC dia harus menjadi semakin beriman kepada Allah yang
mewahyukan diri-Nya melalui putra-Nya Yesus Kristus. Oleh sebab itu, mereka
yang beriman kepada-Nya termasuk para calon diajak untuk menjalankan tugas
Para novis yang bergabung dalam Kongregasi Para Bruder FIC, mau tidak mau
hidup bersama dengan para bruder yang lain dalam komunitas. Artinya para
bruder harus siap untuk hidup bersama dengan orang-orang yang memiliki sifat
atau karakter yang berbeda dengan dirinya. Perbedaan yang ada dalam diri setiap
ketidakcocokan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Perbedaan
menjadi petaka jika dibesar-besarkan, tetapi dapat menjadi rahmat jika masing-
112
yang hendaknya terjadi dalam komunitas adalah suasana syalom. Orang menjadi
bruder karena mereka sungguh disatukan oleh panggilan yang sama yakni hidup
sebagai bruder (saudara). Sebagai saudara dalam komunitas, mereka juga saling
memberi dukungan melalui doa-doa, baik doa pribadi maupun doa bersama.
Disadari juga doa tetap memiliki peranan yang penting dalam hidup berkomunitas
untuk menjalin kesatuan yang utuh dengan Allah dan dengan begitu para bruder
3. Hidup dalam Semangat Panggilan Para Murid Yesus Menurut Injil Yohanes.
Tidak diragukan lagi bahwa para murid yang dipanggil oleh Yesus memiliki
Gembala Utama. Mereka yakin bahwa Yesus sebagai gembala utama yang
dalam diri mereka sehingga kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki
menjadi kekuatan besar bagi hidup dan pelayanan yang dipercayakan kepada
mereka.
Sebagai murid Gembala yang baik, para murid juga diajak untuk menjadi
semakin siap dan berani dalam menjalankan tugas yang diamanatkan Yesus
113
Apa yang dialami oleh para murid Yesus hendaknya selalu diingat dan disadari
oleh para bruder agar mereka senantiasa siap dalam segala tugas yang diberikan
kepadanya. Disadari atau tidak, para bruder nantinya akan memiliki tugas yang
tidak ringan dalam menjalankan karya di masa depan. Untuk itu dibutuhikan
persiapan yang matang bagi mereka agar mereka siap menghadapi tantangan
jaman yang semakin berkembang. Maka dari itu menjalin relasi yang akrab
bruder yang dapat menjalin relasi akrab dengan Allah dapat berkata “Dia harus
makin besar, dan aku makin kecil”. Artinya Allah tetap yang menjadi sentral atau
poros dalam setiap karyanya. Akhirnya mereka semakin mampu meneladan sikap
Yesus sebagai Gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik disini adalah
gembala yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Ia peka
terhadap tuntutan zaman, dekat dengan yang dilayani, memiliki keberanian yang
keterbukaan dan kerendahan hati yang tulus. Sikap inilah yang mustinya dihidupi
oleh para bruder sehingga dapat menjadi saksi kabar gembira Tuhan di dunia.
114
B. Penutup
dalam terang panggilan para murid menurut Injil Yohanes. Usaha ini merupakan
“percobaan” untuk mendalami hidup para calon agar semakin tekun dan setia dalam
menjalani hidup panggilannya sebagai bruder FIC. Adapun bahan yang perlu
didalami untuk mencapai tujuan diatas adalah kelima pokok spiritulitas FIC yang
Program yang ada memang masih perlu diolah agar dapat memberi andil yang
besar bagi para novis FIC dalam memaknai isi Konstitusi secara lebih mendalam.
Maka tidak mengherankan kalau beberapa kutipan Injil Yohanes digunakan untuk
Penulis mengharap agar semakin banyak cara yang ditempuh untuk menggali
Konstitusi sebagai sumber hidup para bruder FIC yang diterangi oleh Kitab Suci
terutama Injil Yohanes. Dengan begitu, para calon semakin dimantapkan serta
mereka juga diharapkan semakin berdiri teguh dalam panggilan sehingga mereka
tidak mudah diombang-ambingkan oleh situasi zaman. Terutama situasi zaman kini
skripsi ini kurang memenuhi bahyak pihak. Untuk itu, penulis terbuka terhadap kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya karya tulis ini.
115
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab Katolik Deuterukanonika (1999) dengan pengantar dan catatan yang lengkap.
Arnoldus: Ende.
Breemen. Peter G. Van SJ (1976). Semangat Kristiani. Kanisius: Yogyakarta.
Broeckx P.M. O Praem (1981) Rambu-rambu Hidup Membiara. Nusa Indah: Flores,
Ende.
Cahyadi. Krispurwana. T.SJ. (2003) Jalan Kesucian Ibu Teresa. Kanisius:
Yogyakarta
Darminto J. SJ. (2006) Dewasa dan Sempurna dalam Kristus, Lorong sempit ke
Kerajaan Allah no 6. Kanisius: Yogyakarta.
Groenen P. Dr. C. OFM (1984). Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Kanisius:
Yogyakarta.
Hijweege Nocolette dan Steggerda Moniek (1994). Seluruh Hidupku bagi Allah dan
Sesama. Suatau penyelidikan tentang Spiritualitas yang dihayati oleh para
Bruder FIC pada masa kini. Maastricht: Belanda.
Hoecken, Bernardus (1994) Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin Kongregasi Para
Bruder Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tak Bernoda. Institut Titus
Brandsma Nijmegen. Belanda.
Kappe Kees, FIC (1990). Bagaikan Biji Sesawi.
Kitab Hukum Kanonik/ KHK (codex Iuris Canonici). Koord. Tim revisi Terjemahan
F.X. Purwaharsanto Pr. (1991) Obor: Jakarta.
Konsili Vatikan II 1993. (Dei Verbum diterjemahkan oleh R. Hardawiryana. SJ).
OBOR: Jakarta
_______ (1993) Lumen Gentium: diterjemahkan oleh R. Hardawiryana SJ.
OBOR: Jakarta
_______ (1993) Perfectae Caritatis: diterjemahkan oleh R. Hardawiryana SJ.
OBOR: Jakarta
Konstitusi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda (FIC)
1992. Semarang
KWI (1996). Iman Katolik, Buku Informasi dan referensi. Jakarta: Obor bekerjasama
dengan Penerbir Kanisius. Yogyakarta.
Ladjar. L. Leo OFM (1983). Inti Hidup Religius. Kanisius: Yogyakarta.
Lembaga Biblika Indonesia (1981). Injil dan Surat-surat Yohanes. Kanisius:
Yogyakarta.
Lidi Hubertus A. OSC (2004). Dinamika Hidup Religius. Nusa Indah: Yogyakarta.
Linden, Joachim v.d. (1981). Donum Desursum. Kongregasi FIC di Indonesia 1920-
1980. Maastrich. Belanda.
Martin Dr. Olsthoorn (1980) Mengenal Amanat Kitab Suci. Kanisius: Yogyakarta.
Mello de. Anthony SJ (1980) Sadhana: Jalan menemukan Tuhan. Kanisius:
Yogyakarta.
Putranto C. (1997) Pewarta Kerajaan Allah sebuah pengantar Ekklesiologi. Seri
Puskat No 357-360.
116
Piet Go. Dr. O. Carm (2005) Tarekat dan Pihak-pihak lain. Sejumlah Soal Hidup
Bakti. Karmelindo: Malang.
Primardiana. Afra F.C.J & Samosir.Agnes R. F.C.J. (2003:274-285) 50 Tahun
Rohani: Berenang di Arus Zaman, Tantangan Hidup Religius di Indonesia Kini.
Kanisius: Yogyakarta.
Suharyo. Ig. Pr. (1999) Menjadi Manusia yang Dewasa. Kanisius: Yogyakarta.
Telaumbanua. Marinus Dr. OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Hakekat, Metode, dan
Peserta Katekese Gerejawi. Obor: Jakarta.
Ubachs P.J.H. (2002). Guru-Guru dari Maastricht: Rangkuman Sejarah Kongregsi
Bruder FIC 1840-2000.
LBI (1981). Tafsir Perjanjian Baru 4. Injil dan Surat-surat Yohanes. Kanisius:
Yogyakarta
Yayasan Komuniksasi Bina Kasih/OMF (1982). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3.
Matius-Wahyu. Judul Asli: The New Commentary revised published by
Intervarsitypress London Copyright. 1976.
Yohenes Paulus II (1999) Menuju Kesempurnaan Ilahi, Yubilium Agung Tahun 2000.
Kanisius: Yogyakarta.
Zannoni, Arthur, E. (2004). Jesus of the Gospels, Apa kata Injil Tentang Dia. Obor:
Jakarta