Anda di halaman 1dari 5

Resume Paper 1

Nama : Faiqoh Lailatuz Zaim

NIM : 21923003

Judul Paper : Adsorption characteristics of Pb(II) using biochar derived from spent
mushroom substrate

Pendahuluan dan Metode

Biochar dianggap sebagai adsorben potensial untuk menghilangkan berat logam dari air limbah.
Sebagian besar biochar dengan kapasitas adsorpsi tinggi telah dimodifikasi, tetapi modifikasi ini tidak
ekonomis, dan memodifikasi biochar dapat menyebabkan polusi sekunder. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan biochar yang efisien tanpa modifikasi. Biochars dibuat dari bahan bekas
P.ostreatussubstrat dan dihabiskanshiitakesubstrat yang digunakan untuk pengolahan air limbah.
Kandungan unsur C, H, N, dan O pada biocahar dianalisis menggunakan element analizer. Sifat
porositas biochar diestimasi berdasarkan isoterm adsorpsi-desorpsi N 2 pada 77 Kelvin . Luas
permukaan spesifik ditentukan menggunakan metode Brunauer–Emmett–Teller (BET). Metode
Barret–Joyner–Halender (BJH) diterapkan untuk menghitung volume dan lebar pori mikro. Sampel
dianalisis dengan pemindaian mikroskop elektron (SEM). Pada penelitian ini juga dilakukan analisis
permukaan pori dengan spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR) 400–4000 cm -1 dan
difraksi sinar-X (XRD).

Hasil Analisis dan Interpretasi data

Tabel 1 Komposisi Biochar

(Tabel 1) Komposisi unsur dan rasio molar dari biochar. Elemen konten rendah tidak ditampilkan
dalam tabel. saat suhu pirolisis meningkat dari 300 menjadi 700 °C, hasil biochar berkisar antara
50,41 hingga 34,90% (PC) dan dari 43,45 menjadi 33% (SC). kadar abu meningkat dari 33,27
menjadi 55,71% (PC) dan dari 28,02 menjadi 42,28% (SC), dan nilai pH meningkat dari 9,58 menjadi
12,31 (PC) dan dari 10,22 menjadi 12,07 (SC). Penurunan berasal dari hilangnya komponen volatil,
dan kandungan abu yang tinggi dari biochar menunjukkan akumulasi mineral anorganik, yang dapat
meningkatkan pH dan CEC (Chemical Element Containing).

Hasil isoterm adsorpsi dianalisis dengan model Langmuir, Freundlich dan Temkin, yang dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Ce/Qe = 1/(KL ∗ Qm) + Ce/Qm (5)

lnQe = lnKf + 1/n ∗ lnCe (6)

Qe = B lnA + B lnCe (7)

dimana Qm (mg g1) adalah kapasitas adsorpsi maksimum biochar,Qe(mg g1) adalah kapasitas
adsorpsi kesetimbangan, KL (L mg1) adalah konstanta Langmuir, dan Kf (mg g1)(mg L1)1/n dan 1/n
adalah konstanta Freundlich. B=RT/bT, bTadalah konstanta Temkin (J mol1), A adalah konstanta
pengikatan kesetimbangan isoterm Temkin (L g1 ), R adalah konstanta gas (8,3145 J mol1K1), dan T
adalah suhu mutlak pada 298 K (25 0C).

Gambar 1 Isoretm Adsorbsi-desorbsi (a) biochar PC (b) biochar SC

Isoterm adsorpsi-desorpsi sampel biochar ditunjukkan pada Gambar.1a, b. Menurut klasifikasi


IUPAC, Pada PC 300 tidak terbentuk histeresis, pada PC 500 histeresis terlihat melebar pada P/P 0 0,1
s/d 0,9, pada PC700 Lingkaran histeresis dari isoterm biochar melebar mulai tekanan relatif (P/P 0) 0,4
s/d 1,0. Histeresis pada tekanan relatif (P/P 0) 1,0 dan 0,9 menunjukan ciri dari mikro dan mesopori
PC. Pada SC 300 terbentuk histeresis kecil dan terlihat pada tekanan relatif 0,9 dan 1,0. Pada SC500
histeresis terlihat melebar pada P/P 0 0,1 s/d 1,0.Pada SC700 histeresis dari isoterm biochar melebar
mulai tekanan relatif (P/P0) 0,5 s/d 1,0. Histeresis pada tekanan relatif (P/P 0) 1,0 menunjukan ciri dari
mikro dan mesopori isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen tipe I dan tipe IV.
Gambar 1. distribusi ukuran pori (c) biochar PC (d) Biochar SC

Besarnya kapasitas adsorbsi perdiameter dikali dengan log diameter Vs diameter pori diperoleh kurva
ukuran pori Gambar.1c,d. Ukuran pori yang dihitung dari metode BJH menunjukkan bahwa PC dan
SC memiliki beberapa pori yang lebar dan tekstur yang tidak homogen. Dengan meningkatnya suhu
pirolisis, jumlah mesopori dan volume makropori menurun sementara jumlah volume mikropori
meningkat, transformasi dari mesopori dan makropori menjadi mikropori ini meningkatkan luas
permukaan.

Luas permukaan BET, volume mikropori dan volume pori total meningkat dengan meningkatnya suhu
pirolisis, dan ukuran pori rata-rata menurun (Tabel2). Luas permukaan BET dari biochar bervariasi
pada rentang yang luas dari 3,79 hingga 188,57 m 2/g (PC) dan dari 12,97 hingga 218,70 m 2/g (SC).
Secara khusus, luas permukaan PC700 dan SC700 lebih tinggi daripada biochar yang dimodifikasi
yang dilaporkan sebelumnya.

Dalam jurnal ini juga dilakukan berbagai analisis lain seperti analisis untuk mengidentifikasi sifat
permukaan adsorben seperti dengan SEM, FTIR dan XRD. Adapun hasil identifikasi SEM sebagai
berikut
Citra SEM yang dihasilkan menampilkan gambar gelap terang dan terlihat tekstur dari permukaan
biochar. Tampak permukaan biochar tidak halus dan ada tongga gelap yang menunjukan pori.

Hasil XRD diatas menunjukan sifat kristalinitas biochar. Pola XRD dari enam biochar ditunjukkan
pada puncak utama dengan intensitas tertinggi berada pada 2θ = 26,73° dan 2θ = 20,86°,
mengkonfirmasi keberadaan kuarsa. Puncak pada 2θ = 29,43° dan 2θ = 30,35° menunjukkan adanya
CaCO3dan Ca3(PO4)2, masing-masing. Sebuah puncak kecil di sekitar 2θ = 15,00 ° untuk PC300 dan
SC300 dapat dianggap berasal dari beberapa struktur selulosa kristal yang tidak terurai pada suhu
rendah.
Hasil FTIR (a) menunjukan biochar sebelum adsorbsi dimana ditemukan bahwa sampel PC dan SC
memiliki gugus fungsi aromatik dan alifatik yang serupa. Pita pada 779~874 cm1ditugaskan untuk
kelompok CH aromatik yang diawetkan pada suhu tinggi (500 dan 700 ° C). Puncak pada 1000-1100
cm1dikaitkan dengan getaran meregangan CO/COC dari alkohol, fenol, dan gugus eter atau ester;
gugus fungsi yang mengandung oksigen ini terutama berasal dari selulosa. Puncaknya pada 1632
cm1menunjukkan getaran regangan cincin C=C dari lignin yang terhubung dengan cincin aromatik.
Puncaknya pada 1688 cm1sesuai dengan kelompok C=O. Gambar (b) menunjukan hasil FTIR dari
biochar setelah adsorbsi Spektrum FTIR dari biochar setelah mengadsorpsi Pb(II) ditunjukkan pada
Gambar.8. Jelas bahwa proses adsorpsi Pb(II) mengubah bentuk dan intensitas pita dalam spektrum
FTIR. Pita vibrasi ulur O–H dari 3200 cm -1hingga 3600 cm-1 mungkin karena air yang diserap setelah
adsorpsi. Puncak baru untuk semua biochar yang teradsorpsi Pb pada ~650 cm -1 merupakan indikasi
adsorpsi Pb(II) pada biochar. Untuk PC300 dan SC300, puncaknya pada 1626 cm -1 sesuai dengan
ikatan C=C dan C=O bergeser ke 1580 cm -1 setelah adsorpsi. Hasil ini menunjukkan bahwa cincin
C=C dan C=O mengambil bagian dalam proses adsorpsi

Kesimpulan

Efektifitas Biochar dalam proses adsorbsi dipengaruhi oleh suhu pembentukannya dimana hasil
adsorbsi dan ukuran pori dapat dianalisis menggunakan isoterm adsorbtion. Dan untuk memahami
struktur permukaan adsorben dan mekanismenya dapat kita lihat melalui ikatan antar atom
menggunakan FTIR.

Anda mungkin juga menyukai