Oleh
Syahrizal Aziz
Abstrak
Tanaman obat sebagai bahan baku obat sangat dibutuhkan di Indonesia. Beberapa
tanaman obat seperti daun mint dan jahe memiliki manfaat yang sangat banyak bagi
kesehatan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada
berbagai tanaman obat tersebut. Komposisi kimia yang terkandung di dalam obat bahan alam
merupakan suatu komposisi yang kompleks. Salah satu teknik analisis yang dapat
menggambarkan secara menyeluruh karakteristik kimia suatu bahan adalah teknik
spektroskopi FTIR. Pada karya ilmiah ini, penulis akan memamparkan bagaimana para
peneliti melakukan analisis spektroskopi terhadap tanaman daun mint dan jahe.
1. Pendahuluan
Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang sangat beranekaragam dan
merupakan sumber senyawa kimia yang tak terbatas jenis dan jumalahnya. Keanekaragaman
hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman kimiawi yang menghasilkan bahan-bahan
kimia untuk kebutuhan manusia seperti obat-obatan, insektisida, kosmetik dan sebagai bahan
dasar sintesa senyawa organik yang lebih bermanfaat [3].
Tanaman obat sebagai bahan baku obat sangat dibutuhkan di Indonesia. Siring dengan
berkembangnya industri jamu dan obat herbal dan meningkatnya pada industri jamu dan obat
herbal merupakan peluang dalam meningkatkan tanaman obat. Beberapa tanaman herbal
sepeti daun mint, daun namnam, daun sirih, daun miana dan jahe merah memiliki manfaat
yang sangat banyak bagi kesehatan. Tanaman-tanaman herbal ini dikenal memiliki berbagai
macam khasiat sebagai pengobatan tradisonal dan digunakan dalam berbagai sediaan seperti
jamu-jamuan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui komponen kimia pada
berbagai tanaman herbal tersebut. Komposisi kimia yang terkandung di dalam obat bahan
alam merupakan suatu komposisi yang kompleks. Saalah satu teknik analisis yang dapat
menggambarkan secara menyeluruh karakteristik kimia suatu bahan adalah teknik
spektroskopi FTIR [1].
Salah satu hasil kemajuan instrumentasi IR adalah pemrosesan data seperti Fourier
Transform Infra Red (FTIR). Karakterisasi FTIR digunakan untuk mengetahui gugus fungsi
yang terkandung di dalam sampel [6]. Teknik ini memberikan informasi dalam hal kimia,
seperti struktur dan konformasional pada polimer dan polipaduan, perubahan induksi tekanan
dan reaksi kimia. Dalam teknik ini padatan diuji dengan cara merefleksikan sinar infra merah
yang melalui tempat kristal sehingga terjadi kontak dengan permukaan cuplikan. Degradasi
atau induksi oleh oksidasi, panas, maupun cahaya, dapat diikuti dengan cepat melalui infra
merah. Sensitivitas FTIR adalah 80-200 kali lebih tinggi dari instrumentasi dispersi standar
karena resolusinya lebih tinggi. Teknik pengoperasian FTIR berbeda dengan
spektrofotometer infra merah. Pada FTIR digunakan suatu interferometer Michelson sebagai
pengganti monokromator yang terletak di depan monokromator. Interferometer ini akan
memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul yang
berupa interferogram. Interferogram juga memberikan informasi yang berdasarkan pada
intensitas spektrum dari setiap frekuensi. Informasi yang keluar dari detektor diubah secara
digital dalam komputer dan ditransformasikan sebagai domain, tiap-tiap satuan frekuensi
dipilih dari interferogram yang lengkap (fourier transform). Kemudian sinyal itu diubah
menjadi spektrum IR sederhana. Spektroskopi FTIR digunakan untuk:
2. Metode
Berikut ini adalah metode analisis FTIR terhadap beberapa tanaman herbal/obat oleh
beberapa peneliti :
Metode analisis FTIR yang dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap tanaman herbal
daun min dan jahe dapat dilihat sebagai berikut :
Berikut ini adalah hasil spektrum FTIR terhadap sampel A,B dan C daun mint
yang diperoleh oleh peneliti Puspitasri dkk [5].
Berikut ini adalah hasil spektrum FTIR terhadap sampel A,B dan C daun mint
yang diperoleh oleh peneliti Purwakusumah dkk [4].
Gambar 4. Spektrum FTIR representatif ektrak etanol jahe merah (a), jahe emprit (b)
dan jahe gajah (c)
Pada spektrum FTIR tersebut pita serapan yang dimunculkan oleh tiga jenis
ekstrak jahe dihasilkan: pita 1 (3379-3422 cm-1) yang cukup lebar mengindikasikan
vibrasi ulur O-H; pita 2,3, dan 4 dengan puncak yang tajam 1 dan berdekatan disekitar
2950 dan 2850 cm-menandakan vibrasi ulur C-H pada metil dan metilena; dan pita 5
dan 6 (1708-1738 cm-1) ditetapkan sebagai vibrasi ulur C=O, pita 7 (1604-1613 cm-1)
menandakan vibrasi ulur C=C; pita 12 (1271-1272 cm-1) sebagai vibrasi tekuk C-O
dari minyak atsiri dan sakarida; pita 14 (1152-1154), 16 (1077-1082), dan 17 (1035-
1039) ditetapkan sebagai vibrasi tekuk C-C-O atau C-C-OH dari pati. Pola spektrum
yang identik ini menyebabkan sulit untuk membedakan ketiga jenis jahe dengan hanya
menggunakan spektrum FTIR. Oleh karena itu diperlukan bantuan metode kemometrik
untuk dapat membedakan ketiganya.
Daftar Pustaka
[1] Amin, A. (2016). Determinasi dan Analisis Finger Print Daun Miana (Coleus
scutellarioides Linn.) Sebagai Bahan Baku Obat Tradisional. Jf Fik Uinam, 4(2), 58–64.
[2] Gunawan, B., & Azhari, C. D. (1979). Karateristik Spektrometri IR dan Scanning
Electron Microscopy (SEM) Semsor Gas dari Bahan Polimer Poly Ethelyn Glycol
(PEG). Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus, 1–17.
[3] Maharani, T., Sukandar, D., & Hermanto, S. (2016). Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi
dari Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam (Cynometra Cauliflora L.) yang Memiliki
Aktivitas Antibakteri. Valensi, 2(1), 55-62.
[4] Purwakusumah, E. D., Rafi, M., Syafitri, U. D., Nurcholis, W., Agung, M., & Adzkiya, Z.
(2014). Identification and Authentication of Jahe Merah Using Combination of FTIR
Spectrocopy and Chemometrics. 34(1), 82–87.
[5] Puspitasari, L., Mareta, S., & Thalib, A. (2021). Karakterisasi Senyawa Kimia Daun Mint
( Mentha sp .) dengan Metode FTIR dan Kemometrik. 14(1), 5–11.
[6] Sari, E.K., et al.(2020). Nanomaterial Carbon-Dots Berbahan Dasar Daun Sirih ( Piper
Betle L .) Nanomaterial Carbon-Dots Berbahan Dasar Daun Sirih ( Piper betle L .)
sebagai Antibakteri terhadap Bakteri S . mutans dan E . coli. December.
https://doi.org/10.26418/positron.v10i2.41731