Anda di halaman 1dari 15

Badik Cangkingan

Badik cangkingan adalah senjata tradisional masyarakat


Betawi yang berukuran kecil dan bentuknya hampir
menyerupai rencong (senjata khas Aceh) dan badik
(senjata khas Sulawesi).

Bagian-bagiannya terdiri dari gagang yang terbuat dari


kayu yang keras ataupun gading, cincin yang terbuat dari
(perak, perunggu atau emas), kemudian rangka dan sarung.

Kedua bagian ini biasanya terbuat dari kayu yang keras yang diukir indah. Bagian terakhir adalah bilah badik yang terbuat dari
campuran besi dan baja. Sesuai dengan namanya “cangkingan“, senjata ini biasanya dibawa begitu saja, diselipkan pada celana
atau sarung.

Senjata badik cangkingan adalah jenis senjata untuk mempertahankan diri. Namun pada saat ini badik cangkingan banyak
digunakan sebagai pelengkap busana, terutama busana pengantin laki-laki dalam suatu upacara perkawinan dan umumnya orang
yang menyimpan senjata ini hanya para perias pengantin.
Cunrik (Keris Kecil Tusuk Konde)

Senjata tradisional suku Betawi selanjutnya adalah


Cunrik. Wujud senjata ini berupa keris kecil atau
tusuk konde. Cunrik merupakan senjata yang biasa
digunakan oleh para resi perempuan yang tidak
ingin menonjolkan kekerasan dalam pembelaan
dirinya.

Cunrik terbuat dari besi kuningan dengan panjang


kurang dari 10 cm. Salah seorang resi perempuan
yang terkenal menggunakan cunrik ini adalah
Buyut Nyai Dawit, pengarang kitab Sanghyang
Shikshakanda Ng Karesiyan (1518).
Kerakel
Kerakel merupakan
senjata tradisional
adat Betawi yang
sebenarnya
merupakan akronim
dari Kerak Keling.
Wujudnya batang
pemukul pipih yang diolah dari pembakaran baja hitam alias kerak keling yang sudah dicor.

Ujung gagangnya berbentuk tajam dan dapat difungsinkan sebagai penusuk. Di zaman dulu, para
jawara Betawi biasa menggunakan senjata ini dengan melapisi kain supaya tidak licin di
genggaman.
Golok
Golok merupakan senjata
tradisional Betawi yang paling
terkenal. Senjata tersebut sering
dijadikan aksesoris keseharian
busana adat Betawi oleh kaum pria.
Golok terselip pada ikat pinggang
hijau dan dipakai saat bekerja atau
sedang bepergian sebagai alat
menjaga diri.

Berdasarkan fungsinya, orang


Betawi pada umumnya memisahkan golok yang dipakai untuk bekerja (Gablongan) dengan golok
simpenan (Sorenan). Golok simpenan hanya dipakai saat hendak menyembelih hewan atau untuk
melindungi diri.

Trisula
Pengaruh budaya Hindu di pulau Jawa pada
masa silam meninggalkan banyak benda
bersejarah. Diantaranya adalah budaya
penggunaan trisula sebagai senjata pada
kehidupan masyarakat Betawi.

Trisula Betawi sedikit serupa dengan trisula


khas Palembang, hanya saja bilah bagian tengah
cenderung lebih
panjang dan kedua
bilah di sisi kiri kanan
dibuat melengkung
ujungnya.

Kerak Telor
Makanan pertama yang sangat
khas jakarta adalah kerak telor.
Makanan ini terbuat dari bahan
telur terntunya. Namun telur yang digunakan adalah telur bebek. Jika anda ingin mendapatkan makanan ini
biasanya kerak telor akan mudah dijumpai di pinggir jalan atau biasanya juga dijual keliling. Saat ini kerak
telor bukan hanya dengan telur bebek saja melainkan ada juga pilihan telur ayam. Bahan lainnya yang juga
digunakan untuk
kerak telor adalah
beras ketan putih, ebi
sangrai, serundeng,
hingga bawang
goreng. Cara
membuatnya
sangatlah unik karena
saat telur sudah
setengah matang
wajan akan dibalik
menghadap ke arang
hingga berubah menjadi kerak.

Soto Betawi
Soto betawi juga merupakan
salah satu makanan khas
jakarta yang sangat banyak
penggemarnya, soto ini
memiliki perbedaan dengan
soto lainnya karena kuahnya
menggunakan santan dan
isiannya adalah daging atau
jeroan sapi. Namun ada juga
soto yang menggunakan
banyak jeroan ayam.
Masyarakat jakarta sangat senang dengan soto ini karena rasanya begitu istimewa. Anda bisa menikmatinya
dengan sate usus, sate ati, tempe keripik dan juga diberi perasan jeruk nipis. Bisa dibayangkan sendiri betapa
nikmatnya soto yang satu ini.

Putu Mayang Betawi


Jika anda ingin merasakan jajanan khas Jakarta yang juga merupakan jajanan tradisional disana maka perlu
untuk mencoba putu mayang. Makanan ini merupakan kue tradisional betawi yang terbuat dari bahan tepung
kanji atau tepung beras yang dibuat seperti mie. Kemudian akan disajikan dengan santan kelapa yang diberi
kinca atau air gula jawa. Tampilan dari putu mayang sangat menarik karena berwarna-warni atau jika dilihat
sekilas seperti cendol panjang.

Meskipun termasuk jajanan tradisional namun hingga saat ini makanan tersebut tetap banyak digemari oleh
masyarakat local bahkan masyarakat luar daerah.
Kapten Peiere Andreas Tendean
Pierre Andreas Tendean lahir pada 21 Februari
1939 di Batavia (Jakarta) Hindia Belanda, 
terlahir dari pasangan Dr. A. L Tendean yang
merupakan seorang dokter yang berdarah
Minahasa dan Cornet M.E yang merupakan
seorang wanita Indo yang berdarah Perancis.

Pada tanggal 15 April 1965 , Pierre Tendean di


Promosikan menjadi Letnan Satu dan di tugaskan
menjadi Ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris
Nasution. Pada tanggal 1 Oktober 1965 , pasukan
gerakan 30 September, mendatangi rumah
Jenderal Nasution dengan tujuan untuk menculik
Jenderal Nasution. Pierre Tendean yang sedang
tidur di belakang rumah Jenderal Nasution
terbangun karena
mendengar suara tembakan dan ribut-ribut, kemudian beliau segera berlari
ke depan rumah yang gelap, namun beliau berhasil di tangkap oleh
gerombolan pasukan Gerakan 30 September yang mengira bahwa dirinya
adalah Jendral Nasution karena kondisi rumah yang gelap. Jenderal
Nasution sendiri berhasil menyelamatkan diri dengan melompati pagar
rumah. Pierre Tendean lalu di bawa ke Markas Lubang Buaya , bersama
para enam perwira lainnya, beliau di tembak mati dan mayatnya di
masukkan ke dalam sumur bekas.

Pada tanggal 4 Oktober 1965, jasad beliau di angkat dari sumur bersama
para korban lainnya dan dimakamkan keesokan harinya di Taman Makam
Pahlawan Kalibata, Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1965 dan mendapatkan
promosi anumerta menjadi Kapten dan mendapatkan gelar Pahlawan
Revolusi.
Ismail Marzuki
Lahir di Kwitang pada 11 Mei 1914 dan wafat pada 25 Mei 1958 di Jakarta, ia
adalah putra Betawi asli. Bersekolah di HIS Menteng hingga tamat di kelas 7 dan
MULO Jakarta. Ayahnya membelikan berbagai alat musik seperti harmonika,
mandolin dan lainnya, maka ia mulai bermain musik dan menciptakan lagu. Ia
lancar berbahasa Inggris dan Belanda, dan merupakan orang pertama yang
memperkenalkan akordeon ke dalam langgam melayu untuk menggantikan
harmonium pompa. Lagu pertamanya berjudul O sarinah saat berusia 17 tahun.

Sejak itu ia banyak menciptakan lagu termasuk lagu – lagu perjuangan Indonesia,
tampil dalam siaran Nederlands Indische Omroap Maatschapij dan sejak itu tidak
pernah meninggalkan dunia siaran radio. Selain bergabung dengan perkumpulan
Lief Java yang dipimpin Hugo Dumas pada 1936, ia juga membentuk band yang
memainkan lagu Hawaiian bernama Street Java Islander yang beranggotakan
Ismail, Victor Tobing, Hasan Basri, Pek De Rosario dan Hardjomuljo. Daftar lagu
– lagu ciptaannya antara lain Sarinah, Ali Baba Rumba, Gugur Bunga, Olhe Lheu,
Bisikan Tanah Air, Indonesia Pusaka, mars Gagah Perwira, dan yang paling
terkenal adalah Rayuan Pulau Kelapa pada tahun 1944. Ismail Marzuki diangkat
menjadi pahlawan nasional dari Jakarta pada 5-11-2004.
Muhammad Husni Thamrin

Ia lahir pada 16 Februari 1894 dan wafat pada 11 Januari


1941 di Jakarta, sebagai anak dari ayah orang Belanda dan
ibu yang berasal dari Betawi. Husni Thamrin tidak
menyandang nama Belanda karena ayahnya meninggal
sejak masih kecil dan ia diasuh oleh paman dari pihak
ibunya. Sedangkan kakeknya dari pihak ibu yang bernama
Ort berkebangsaan Inggris, pemilik hotel di area Petojo
menikah dengan wanita Betawi yang bernama Noeraini.
Beliau pernah menjadi Ketua Parindra, bekerja di kantor
residen Batavia, di perusahaan pelayaran Konnkiijke
Paketvaari Maatschappij (KPM), menjadi anggota dewan
Batavia, dan mendirikan Persatuan Kaum Betawi untuk
kemajuan warga Jakarta pada 1923. Diangkat sebagai
pahlawan nasional
pada 28-7-1960.
Beliau dimakamkan
di TPU Karet, Jakarta.

Rumah Kebaya

Rumah adat DKI


Jakarta disebut juga
rumah adat kebaya
yang merupakan
rumah tradisional
Suku Betawi. Dijuluki
rumah adat kebaya karena atap rumah memiliki bentuk seperti pelana yang akan dilipat dan bila dilihat dari sisi
samping akan terlihat seperti lipatan kebaya.

Kebanyakan rumah kebaya milik orang betawi memiliki teras luas yang diisi dengan meja dan kursi kayu serta
di kelilingi oleh pagar yang rendah. Kegunaan dari teras yang luas adalah untuk menerima tamu dan juga
tempat bersantai keluarga. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa masyarakat Betawi membuat hunian dengan
konsep yang kekeluargaan, keterbukaan, keramahan, dan keharmonisan antar tetangga.

Anda mungkin juga menyukai