2. Ada berapa jenis formulir SPT Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi?
Jawaban:
Ada 3 jenis formulir SPT Tahunan untuk pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi, yaitu:
a. Formulir 1770 SS
Formulir ini memiliki struktur dan bentuk yang paling sederhana karena hanya 1 lembar. Formulir ini
digunakan oleh Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan
bebas dengan penghasilan bruto tidak lebih dari Rp60.000.000,00 dalam satu tahun
Formulir 1770 SS:
➔ Di akhir tahun karyawan harus meminta bukti potong 1721-A1 untuk karyawan swasta dan
bukti potong 1721-A2 untuk pegawai negri sehingga memudahkan untuk mengisi formulir
1770 SS dikarenakan di dalam bukti potong 1721-A1 maupun 1721-A2 sudah tertera
penghasilan bruto karyawan tersebut selama 1 tahun.
➔ Dalam pengisiannya formulir ini merupakan yang paling sederhana dikarenakan hanya
memindahkan data yang sudah ada dalam bukti potong 1721-A1 maupun 1721-A2 ke dalam
formulir 1770 SS. Serta mengisikan daftar harta maupun kewajiban sampai akhir tahun
tanpa memerlukan perinciannya.
b. Formulir 1770 S
Formulir ini memiliki struktur lebih kompleks dibandingkan formulir 1770 SS karena memiliki
lampiran yang harus diisi. Formulir ini diperuntukan bagi :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang memperoleh penghasilan lebih dari satu pemberi kerja atau,
yang penghasilan brutonya sama dengan atau lebih besar dari 60 juta per tahun;
2. memperoleh penghasilan dalam negeri lainnya (seperti : bunga, royalty, sewa ataupun
keuntungan dari penjualan dan/atau pengalihan harta lainnya) atau,
3. memiliki penghasilan yang dikenakan PPh final Dan/atau bersifat final seperti bunga deposito,
SBI dan lainnya.
Formulir 1770 S
➔ Formulir ini digunakan untuk karyawan yang penghasilan brutonya sama dengan atau lebih
besar dari 60 juta per tahun. Karyawan yang mengisi formulir 1770 S juga diwajibkan untuk
meminta bukti potong 1721-A1 maupun 1721-A2;
➔ Memperoleh penghasilan yang bukan termasuk objek pajak seperti : Hibah/Warisan,
Bantuan/Sumbangan, Klaim asuransi kesehatan, Beasiswa, dan lain-lain
➔ Bagi Wajib Pajak yang menggunakan formulir 1770 S dalam penyampaian SPT
Tahunannya, diwajibkan untuk mengisi lampiran – lampirannya seperti : Data penghasilan,
Daftar harta dan/atau kewajiban, Bukti potong, Daftar anggota keluarga.
c. Formulir 1770
Formulir 1770 ini diperuntukkan bagi :
o Wajib Pajak Orang Pribadi yang memperoleh penghasilan dari usaha sendiri (misalnya :
usaha pertokoan, salon, warung dan lain-lain) atau,
o dari pekerjaan bebas (misalnya : dokter, notaris, petugas dinas asuransi dan lain-lain) atau,
o WP yang memperoleh penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja
o memiliki penghasilan yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final
o Wajib Pajak yang memiliki penghasilan Dalam Negeri lainnya (seperti : bunga, royalty, sewa
ataupun keuntungan dari penjualan dan/atau pengalihan harta lainnya).
o Wajib Pajak yang dan memperoleh penghasilan di luar negeri.
6. Apa yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak setelah memperoleh EFIN agar dapat memanfaatkan
layanan e-Filing melalui DJP Online?
Jawaban:
Untuk menggunakan DJP Online, Anda harus melakukan registrasi terlebih dahulu. Caranya adalah
pertama Anda ajukan kode EFIN ke kantor pajak, kemudian lakukan registrasi di
https://djponline.pajak.go.id.
12. Mengapa saya tidak menerima link aktivasi DJP Online ke email?
Jawaban:
DJP Online tidak bisa diakses kemungkinan disebabkan jumlah akses menuju DJP Online sangat padat,
server down, jaringan bermasalah (tidak stabil), dan sebagainya, sehingga tidak semua pengguna dapat
mengakses DJP Online dengan lancar.
1. Wajib Pajak Orang Pribadi wanita kawin yang telah memiliki NPWP yang berbeda dengan
suami dan tidak berniat melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan secara terpisah
2. Orang Pribadi yang memiliki NPWP sebagai anggota keluarga atau tanggungan yaitu NPWP
dengan kode cabang "001", "999", "998" dan seterusnya
3. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak
karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran dan belum dilakukan
penghapusan NPWP atau
4. Wajib Pajak yang tidak diketahui atau ditemukan lagi alamatnya.
14. Bagaimana cara mengaktifkan kembali NPWP Non Efektif?
Jawaban:
Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif dapat dilakukan berdasarkan permohonan Wajib Pajak dan
secara jabatan, dan hanya dapat dilakukan oleh KPP.Pengaktifan kembali Wajib Pajak Non Efektif
dilakukan dalam hal terdapat data dan/atau informasi yang menunjukkan bahwa Wajib Pajak yang telah
ditetapkan sebagai Wajib Pajak Non Efektif tidak lagi memenuhi kriteria sebagai Wajib Pajak Non Efektif.
KPP melakukan penelitian administrasi perpajakan dalam rangka pengaktifan kembali Wajib Pajak Non
Efektif untuk mengetahui kebenaran data dan/atau informasi antara lain:
a. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan
b. Wajib Pajak melakukan pembayaran pajak
c. Wajib Pajak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
d. Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk diaktifkan kembali atau
e. Wajib Pajak diketahui/ditemukan alamatnya.
15. Bagaimana apabila Saya lupa password untuk login DJP Online?
Jawaban:
Apabila lupa Password DJP Online dilakukan dengan cara mudah yaitu tinggal direset, yang penting email
masih ingat dan bisa dibuka. Silakan masuk ke laman DJP Online dan Klik menu “lupa password?reset di
sini”. Anda akan diminta untuk pengisian beberapa data yaitu NPWP, nomor EFIN, dan kode keamanan.
Setelah itu, klik “submit”, kemudian terdapat message pop up “Request Succeed, link reset password telah
dikirim ke email Anda”. Silakan klik “OK”. Cek email Anda, dan klik “Link Reset Password” yang telah
dikirimkan. Selanjutnya ganti password sebelumnya dengan password baru yang aman dan mudah diingat.
17. Bagaimana apabila Saya telah melakukan registrasi pada DJP Online sekaligus aktivasi e-Filing,
namun ketika melakukan prosedur lupa password dan lupa email terdapat notifikasi “NPWP belum
terdaftar”?
Jawaban:
Apabila ada notifikasi “NPWP belum terdaftar” pada aplikasi DJP Online, solusinya cukup mudah.Silakan
lakukan langkah “reset password”, setelah itu lakukan langkah “lupa email” dan yang terakhir adalah reset
password DJP Online lagi. Namun apabila langkah tersebut gagal, maka silakan anda mendatangi Kantor
Pelayanan Pajak terdekat untuk mendapatkan asistensi reset password e-Filing/DJP Online sekaligus reset
email dan aktifasi aplikasi e-Fiing/DJP online.
20. Mengapa ada pesan kesalahan (kode error) "400" "404" "500"?
Jawaban:
Untuk kode seperti itu, ada kesalahan di halaman website atau server DJP Online. Untuk jelasnya Anda
bisa cari di halaman mesin pencari dengan kata kunci "error 400", “404, dan “500”.M
21. Browser apa yang bisa digunakan untuk lapor pajak melalui e-Filing?
Jawaban:
Pada prinsipnya semua browser bisa digunakan untuk mengakses DJP Online.
23. Bagaimana caranya mengubah data profil di DJP Online? mengingat data profil Sayaantara DJP
online dengan yang ada sekarang berbeda?
Jawaban:
Apabila Anda berniat untuk mengubah data diri, silakan datang ke Kantor Pelayanan Pajak untuk
melakukan perubahan data dengan cara mengisi formulir perubahan data.Namun walaupun data diri tidak
sesuai Anda tetap dapatmelaporkan SPT Tahunan melalui e-Filing.
24. Saya telah memiliki NPWP sejak tahun 2014 dan tidak pernah lapor SPT, apakahsaya dapat
melaporkan SPT Tahunan mulai dari 2014?
Jawaban:
Anda dapat melakukan pelaporan pajak sejak Anda memiliki NPWP.Silakan Anda melaporkan SPT
Tahunan dengan menggunakan e-Filing.
32. Mengapa Direktorat Jenderal Pajak menambah channel pelaporan SPT melalui e-Form?
Jawaban:
Direktorat Jenderal Pajak menambah channel pelaporan SPT melalui e-Form dimaksudkan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik dan memudahkan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Dengan layanan e-Form ini diharapkan Wajib Pajak dapat menyampaikan pelaporan SPT
Tahunan dengan mudah, efisien, paperless, kapanpun dan dimanapun.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui melalui e-Form
a. Pengisian formulir dilakukan tanpa menggunakan jaringan internet
b. Jaringan internet kembali diperlukan pada saat upload formulir ke server DJP
c. Perlu diperhatikan : Dalam komputer yang digunakan untuk mengisi e-Form sebelumnya perlu
diinstal aplikasi Viewer. Aplikasi tersebut dapat diunduh di laman djponline.pajak.go.id
d. Proses upload e-Form dilakukan tanpa perlu login kembali ke laman djponline, WP cukup
memasukkan kode verifikasi yagn sudah dikirimkan ke email dan diisikan ke kolom kode verifikasi
yang ada di dalam e-Form lalu klik “Submit”.
e. Bila proses upload berhasil, BPE akan otomatis terkirim ke email WP
39. Bagaimana cara mengisi detail data formulir yang digunakan untuk template SPT yang akan
dibuat dan dilaporkan pada e-Form?
Jawaban:
Cara mengisi detail SPT Tahunan pada e-form dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pilih Tahun Pajak;
b. pilih status SPt normal/pembetulan;
c. jika status SPT pembetulan, ketik SPT yang akan dibuat merupakan SPT pembetulan ke berapa;
d. Centang, Hanya kirim token (hanya jika anda sudah pernah download e-Form tetapi lupa kode
token atau kode token belum diterima di email anda. kode token ini digunakan untuk verifikasi pada
saat upload SPT/e-Form;
e. klik kirim permintaan.
setelah klik kirim permintaan maka e-Form akan ter download dan save e-Form tersebut di
komputer anda.
43. Bagaimana cara melaporkan SPT e-Form yang sudah diisi dengan lengkap dan cara mencetak
arsip SPT?
Jawaban:
Cara mengirimkan SPT e-Form yang sudah diisi lengkap dilakukan dengan cara membuka kode
token/verifikasi yang ada di email Anda (teregistrasi di akun DJP Online).
44. Hal-hal apa saja yang wajib diketahui apabila akan menggunakan e-Form sebagai sarana
pelaporan SPT Tahunan?
Jawaban:
Dalam layanan e-Form terdapat hal-hal yang wajib diketahui sebagai berikut:
a. Untuk membuka formulir, klik dua kali pada file yang sudah diunduh;
b. Daftar Harta (jika memiliki harta) dan Bukti Potong PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak III wajib
diisi;
c. Baris/kolom isian data yang berwarna merah wajib diisi;
d. Pada saat kirim permintaan (unduh e-Form) pastikan token telah terkirim ke email yang terdaftar di
djp online, jika ternyata belum diterima token dapat diminta kembali dengan cara memilih Tahun
Pajak, Jenis SPT, Kode Pembetulan dan memilih ”Hanya Kirim Token”;
e. Token tidak memiliki masa kadaluarsa, sepanjang token belum digunakan untuk jenis SPT yang
telah diunduh;
f. Data Prepopulated/Data Siap Saji (Daftar Harta/Utang/Tanggungan Keluarga) muncul pada formulir
1770 S Tahun Pajak 2017, hanya jika:
o Pelaporan SPT Tahun Pajak sebelumnya menggunakan e-Filing;
o Pelaporan SPT Tahun Pajak 2016 dengan kode pembetulan sebelumnya (n-1)
menggunakan e-Form.
g. Anda bisa meng-upload lampiran dalam bentuk pdf bila ada. Khusus untuk SPT LB, Lampiran wajib
diupload;
h. Untuk SPT dengan status Kurang Bayar wajib menginput NTPN.
45. Bagaimana tata cara pelaporan SPT Tahunan dengan menggunakan formulir 1770S melalui e-
Filing?
Jawaban:
Pelaporan SPT Tahunan dengan menggunakan e-filing untuk formulir 1770S, langkah pertama adalah
login melalui akun DJP Online, kemudian buat SPT baru, selanjutnya tampilannya sebagai berikut:
47. SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak dianggap tidak disampaikan ke DJP. Hal-hal
seperti apa saja yang menyebabkan SPT dianggap tidak disampaikan?
Jawaban:
Meskipun Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan baik secara fisik langsung ke KPP maupun
melalui jasa pos maupun ekspedisi, terdapat beberapa kondisi bahwa SPT tersebut dianggap tidak
disampaikan (sesuai Pasal 9 PER-01/PJ/2016), apabila terhadap SPT Tahunan diketahui bahwa:
a. SPT Tahunan tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak;
b. SPT Tahunan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang dipersyaratkan
c. SPT Tahunan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah
berakhirnya bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis;
atau
d. SPT Tahunan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan pajak,
Dalam kondisi demikian pihak DJP (KPP) akan menyampaikan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak
yang menyatakan bahwa SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan.
48. Apakah Wajib Pajak dapat melakukan penundaan atau perpanjangan Jangka Waktu
Penyampaian SPT Tahunan?
Jawaban:
Pada prinsipnya sesuai dengan Pasal 3 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (UU KUP), jangka waktu untuk
menyampaikan SPT Tahunan adalah sebagai berikut :
a. untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun
Pajak;
b. untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
Penyampaian SPT Tahunan yang melebihi batas waktu di atas akan dikenakan sanksi denda Pasal 7 KUP
yaitu sebesar Rp100.000,- untuk SPT Tahunan Orang Pribadi atau Rp1.000.000,- untuk SPT Tahunan
Badan.
50. Sampai kapan batas akhir Penyampaian SPT Tahunan setelah dilakukan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan?
Jawaban:
Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan ini adalah untuk paling lama 2 (dua bulan).Apabila
Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka waktu tersebut, maka terhadap Wajib Pajak
dapat diterbitkan Surat Teguran. Penerbitan Surat Teguran ini akan memberikan jalan kepada DJP untuk
melakukan pemeriksaan pajak atas SPT Tahunan yang tidak disampaikan juga dalam jangka waktu dalam
Surat Teguran.
51. Apa yang dilakukan oleh DJP apabila pemberitahuan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan
tidak memenuhi syarat?
Jawaban:
Apabila Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dianggap bukan Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak.Apabila tidak ada
pemberitahuan seperti ini maka pemberitahunan perpanjangan penyampaian SPT Wajib Pajak dianggap
memenuhi ketentuan.
52. Apakah Boleh Wajib Pajak Menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan Lebih dari 1 Kali?
Jawaban:
Dalam hal Wajib Pajak belum siap untuk menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada Pemberitahuan Perpanjangan Penyampaian SPT Tahunan yang diajukan sebelumnya,
maka Wajib Pajak masih dapat menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan lagi sepanjang
tidak melampaui batas waktu 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan pasal 3 UU
KUP (Pasal 7 PER-21/PJ./2009)