Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes) Nomor

128 tahun 2004 Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas sebagai Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu unit organisasi yang diberikan

kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten untuk

melaksanakan tugas-tugas teknis operasional pembangunan kesehatan di

wilayah kecamatan. Di dalam puskesmas terdapat enam pokok upaya

kesehatan yang wajib diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di

wilayah Indonesia (Kemenkes). Selain itu Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) menyatakan bahwa Puskesmas sebagai salah satu jenis

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan

penting dalam sistem kesehatan nasional khususnya subsistem upaya

kesehatan (Permenkes)

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu

fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan masyarakat. Sebagai upaya

untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat, maka setiap kecamatan di

Indonesia telah memiliki lebih dari satu Puskesmas untuk seluruh

Indonesia sebanyak 7.237 unit. Puskesmas pembantu sebanyak 21.267

unit. Puskesmas keliling sebanyak 6.392 unit. Dengan demikian setiap

100.000 penduduk Indonesia rata – rata dilayani 3 atau 5 Puskesmas

1
2

(Depkes RI, 2008). Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar telah

terdapat di semua kecamatan dan di tunjang oleh tiga Puskesmas

Pembantu namun upaya peningkatan belum dapat di jangkau oleh seluruh

masyarakat, diperkirakan hanya sekitar 30 % penduduk yang

memanfaatkan pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. (Depkes

RI, 2010)

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (2009) menunjukkan

sekitar 33% penduduk yang berobat ke Puskesmas, sedangkan layanan

kesehatan lain yang dituju adalah paraktik dokter, poliklinik dan rumah

sakit swasta. Rendahnya pemanfataan pelayanan Puskesmas tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, pengetahuan, status

pendidikan, ekonomi, jarak, waktu tempuh, perilaku petugas kesehatan,

kebutuhan kesehatan dan sigma atau pengaruh luar terhadap pelayanan

puskesmas.

Menurut penelitian Purba di Puskesmas Tarok (2009) mengatakan

bahwa tindakan masyarakat dalam memanfaatkan puskesmas sebesar 13%

dari seluruh responden. Masyarakat lebih memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang diberikan bidan karena pelayanan yang diberikan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.

Sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di

Indonesia maka Puskesmas perlu mendapatkan perhatian terutama

berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan. Puskesmas diharapkan


3

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan, sesuai

standar dan etika profesi (Tombi, 2012).

Parasuraman dalam Iga (2008) mengidentifikasi adanya

kesenjangan antara persepsi konsumen dan persepsi penyedia jasa

pelayanan kesehatan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa

yang berkualitas. Langkah pertama yang mengatasi kesenjangan antara

persepsi pasien dan persepsi penyedia jasa layanan kesehatan atau

Puskesmas adalah mengidentifikasi atau mengenal kebutuhan pasien dan

faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang

diterimanya.

Petugas kesehatan merupakan seseorang yang dihargai dan

dihormati oleh masyarakat karena mereka berstatus sesuai dengan tingkat

pendidikannya. Perannya dalam kesehatan sangat dibutuhkan, maka dari

itu petugas kesehatan harus mampu memberikan kondisi yang dapat

mempengaruhi perilaku positif terhadap kesehatan, salah satunya pada

masyarakat yang berobat ke Puskesmas (PP RI no 33, 2012)

Menurut anderson (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2012),

menjelaskan bahwa ada beberapa model kepercayaan kesehatan dimana

ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung tiga

kategori utama diantaranya karakteristik predisposisi, karakteristik

pendukung dan karakteristik kebutuhan.

Karakteristik kebutuhan berperan dalam kepercayaan kesehatan

seseorang salah satunya adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga


4

adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan

dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010)

Menurut Anderson R (1968) dalam behavioral model of families

use of health services, perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan

secara bersama-sama dipengaruhi oleh faktor predisposisi (usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor pemungkin (ekonomi keluarga,

akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan penanggung

biaya berobat) dan faktor kebutuhan (kondisi individu yang mencakup

keluhan sakit) (Supardi, 2011).

Hasil penelitian Silviana (2012) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara sikap dengan tindakan dalam

pemanfaatan puskesmas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Trianni,

2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga terhadap kepatuhan berobat di Puskesmas Ngaliyan

Semarang.

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam merupakan salah satu

Puskesmas yang ada di kota Padang yang terletak di kelurahan Dadok

Tunggul Hitam. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun

2016 ditemukan bahwa kunjungan rawat inap dan rawat jalan Puskesmas

terendah terdapat pada Puskesmas Dadok Tunggul Hitam yang mencatat

angka 10791 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Dadok Tunggul Hitam adalah 33407 jiwa. Dari data
5

tersebut didapatkan Visit Rate Puskesmas Dadok Tunggul Hitam yaitu

jumlah total kunjungan dibagi dengan jumlah penduduk maka didapatkan

Visit Rate sebesar 0.32 pada tahun 2016. Sedangkan Visit Rate yang

ditetapkan oleh Dinas Kesehatan adalah sebesar 1.5 kunjungan pertahun.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa belum setengah dari Visit Rate yang

ditetapkan Dinas Kesehatan tercapai. Survey awal yang dilakukan pada

tanggal 25 Januari 2017 di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam diketahui

bahwa sasaran program masih belum tercapai jika dilihat dari jumlah

kunjungan pasien yang berobat ke puskesmas. Hasil wawancara dengan 5

orang pasien diketahui bahwa masyarakat kurang berminat berobat ke

Puskesmas Dadok dikarenakan kepesertaan BPJS belum bisa diterima di

Puskesmas Dadok dengan alasan teknologi yang kurang memadai

sehingga harus dirujuk ke Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Alasan

lainnya karena masyarakat tidak merasa puas dengan pelayanan petugas

kesehatan di Puskesmas. Selain itu juga tidak ada dukungan dari keluarga

untuk berobat ke Puskesmas karena sebagian masyarakat di Dadok

Tunggul Hitam masih percaya dengan pengobatan tradisional.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “ Faktor-faktor yang berhubungan

dengan minat berobat masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam

Padang tahun 2017”


6

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah faktor - faktor apa saja

yang berhubungan dengan minat berobat masyarakat di Puskesmas Dadok

Tunggul Hitam tahun Padang 2017

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan minat

berobat masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun

2017

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi sikap masyarakat di Puskesmas

Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga di Puskesmas

Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

c. Diketahui distribusi frekuensi petugas kesehatan di Puskesmas

Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

d. Diketahui hubungan sikap dengan minat berobat masyarakat di

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

e. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan minat berobat

masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun

2017
7

f. Diketahui hubungan petugas kesehatan dengan minat berobat

masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun

2017

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan

dan penerapan kemampuan peneliti tentang pelayanan kesehatan

puskesmas serta menambah pengetahuan dalam bidang metodologi

penelitian.

b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar serta gambaran

bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Dadok Tunggul Hitam

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi bagi petugas Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih

lanjut dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya

dalam bidang Promosi Kesehatan


8

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang

berhubungan dengan minat berobat masyarakat di Puskesmas Dadok

Tunggul Hitam tahun Padang tahun 2017. Penelitian ini dilakukan pada

bulan Januari-Agustus 2017. Populasi penelitian adalah masyarakat yang

berkunjung ke Puskesmas Dadok Tungggul Hitam tahun 2017. Penelitian

ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data diambil

menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data yang menggunakan analisis

univariat dan bivariat.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Minat

1. Pengertian Minat

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui

pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek

khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian

atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya, secara

umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas

tinggi (Depdiknas, 2009).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) “minat adalah

kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan

memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.”

Slameto (2010) menyatakan bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih

suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang

yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas

itu secara konsisten dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut

datang dari dalam diri seseorang yang didasarkan rasa suka dan tidak

adanya paksaan dari pihak luar. Dengan kata lain, minat adalah suatu

rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa

ada yang memaksa.

9
10

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Menurut Sukmadinata (2010) Faktor-faktor yang

mempengaruhi minat yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan,

pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoatmodjo, 2010).

b. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

c. Informasi

Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai

hasil dari pengolahan data dalam suatubentuk yang lebih

berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang

menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang

digunakan untuk pengambilan keputusan. Informasi merupakan


11

data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi

untuk digunakan dalam proses pengabilan keputusan.

3. Skala pengukuran minat

Menurut Damin (2010), jenis skala pengukuran minat yaitu

dengan menggunakan skala ordinal. Skala ini merupakan penomoran

pada objek yang disusun menurut besar atau urutan (range), tetapi

nomor tersebut tidak menunjukkan jarak yang sama antar dua nomor,

kemudian di kategorikan kedalam memiliki minat jika total skor ≥

mean dan tidak memiliki minat jika total skor < mean.

B. Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu

sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di

Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten

atau kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes, 2011)

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan

peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat

dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat


12

kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan (Depkes, 2009)

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu

organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di

samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu

kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana

teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi,

2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan

pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif

(pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan

kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut

ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis

kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan

sampai tutup usia (Effendi, 2009).

2. Tujuan Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu

kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk,

luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya

merupakan bahan pertimbangan dalammenentukan wilayah kerja


13

puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka

puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau

lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan.

Puskesmas di ibu kota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000

jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas pembina yang berfungsi

sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai

fungsi koordinasi (Effendi, 2009)

Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia,

maka peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak

sistim pelayanan kcsehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan

kesehatan terdepan di Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab

dalam menyelenggarakan pelayartan kesehatan masyarakat, juga

bertanggung jawab dalatn menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

3. Fungsi Puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator,

fasilitator dan turut serta memantau terselenggaranya proses

pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan

dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya

pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya


14

lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan

meliputi :

a. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan

pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat

serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

b. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan

pelayanan,kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan

keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan

( Depkes RI, 2007).

Fungsi dari Puskesmas menurut Azwar (2008) adalah:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya. 

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

kemampuan untuk hidup sehat. 

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

masyarakat di wilayah kerjanya. 

C. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Jadi manifestasi dari sikap

tidak dapat langsung dilihat, namun hanya dapat ditafsirkan


15

(Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap

objek, orang atau peristiwa (Stepan dalam Budiman, 2013).

Sikap merupakan perilaku tertutup. Setelah seseorang diberi

stimulus atau objek, proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap

terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Novita & Francisca,

2011).

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) sikap

mempunyai 3 komponen pokok yang bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude),yaitu :

a. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak

2. Tingkatan Sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari

berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2007) :

a. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.
16

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai, diartikan sebagai mengajak orang lain

untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (Wawan

& Dewi, 2011)

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki

sikap yang konformis atau searah dengan orang lain yang

dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya.


17

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan

tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep

tersebut memengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang

didasarioleh emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

4. Pengkuruan Sikap

Sifat sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat

negatif (Menurut Purwanto dalam Wawan &Dewi, 2011)

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.


18

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secata tidak langsung

dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo,

2012).

Tingkatan sikap dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan

skala Likert (Hidayat, 2011), yaitu untuk pernyataan positif

(favourable) bila menjawab:

a. Sangat setuju : nilai 4

b. Setuju : nilai 3

c. Tidak setuju : nilai 2

d. Sangat tidak setuju : nilai 1

Sedangkan pernyataan negatif (unfavourable) bila menjawab:

a. Sangat tidak setuju : nilai 4

b. Tidak setuju : nilai 3

c. Setuju : nilai 2

d. Sangat Setuju : nilai 1

Menurut Hidayat (2011), cara interpretasi dapat berdasarkan

presentasi sebagaimana berikut ini :

0% 25% 50% 75% 100%

STS TS S SS
19

Angka : 0-25% : Sangat tidak setuju (Sangat tidak baik)

Angka : 26-50% : Tidak setuju (Tidak baik)

Angka : 51-75% : Setuju (Baik)

Angka : 76-100% : Sangat setuju (Sangat Baik)

Untuk sikap menggunakan skor T dengan rumus (Riwidikdo, 2009) :

T = 50 + 10 X–x

Sd

Keterangan :

X : Skor responden pada skala yang hendak diubah menjadi skor T

x : Median skor kelompok atau rata rata-rata seluruh responden

sd : Standar deviasi skor kelompok

Maka dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :

a. Sikap positif/ mendukung bila skor T responden ≥ mean skor T

b. Sikap negatif/ tidak mendukung bila skor T responden < mean

skor T

D. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

WHO menjelaskan keluarga adalah anggota rumah tangga yang

saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan

(Dion, 2013)

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi

dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010)


20

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental

dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk

hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada

yang memperhatikan.

2. Tipe Keluarga

Dukungan keluarga terhadap seseorang dapat dipengaruhi oleh

tipe keluarga. Menurut Friedman (2010), pembagian tipe keluarga

tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan.

Secara tradisional tipe keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu

a. Keluarga inti (nuclear family)adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya

b. Keluarga besar (extended family)adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah

seperti kakek, nenek, paman dan bibi.

Tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia

adalah tipe keluarga tradisional. Menurut Allender & Spradley

(2001) dalam Achjar (2010) Tipe keluarga tradisional dapat

dikelompokkan menjadi
21

a. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat)

b. Keluarga besar (extended family), yaitukeluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah,

misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.

c. Keluarga kecil yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

d. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat

e. Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut

Menurut Friedman (2010), individu yang yang tinggal dalam

keluarga besar (extended family) akan mendapatkan dukungan

keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tinggal

dalam keluarga inti (nuclear family).

3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh friedman

(1998) yang sampai saat ini masih dipakai dalam sauhan keperawatan

keluarga. Tugas keluarga tersebut adalah (Dion, 2013)

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Mengenal merupakan kebutuhan yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatanlah kadang seluruh kekuatan

sumber daya dan dana akan habis. Orang tua perlu mengenal
22

keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami

anggota keluarga.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat

mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, petugas

kesehatan harus dapat mengkasi keadaan keluarga tersebut agar

dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada keluarga yang sakit

Keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang

dibutuhkan

3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan

4) Sumber yang ada dalam keluarga

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit

d. Mempertahankan atau mengusahan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat

Keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas kesehatan

2) Keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan

3) Tingkat kepercayaan keluarga

4) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan


23

5) Fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

4. Jenis-jenis Dukungan Keluarga

Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010),

terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

bersistirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti

membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang

menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau

ada keluarga yang mau mendengarkan danmemperhatikan

masalah yang sedang dihadapi.

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan

masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah

yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga

merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada

individu.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam

hal pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan

solusi yang dapat membantu individu dalam melakukan

kegiatan
24

d. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi

informasi. Disini diharapkan bantuan informasi yang

disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam

mengatasi persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.

5. Pengukuran Dukungan Keluarga

Menurut Nursalam (2008), untuk mengetahui besarnya

dukungan keluarga dapat diukur dengan menggunakan kuisioner

dukungan keluarga yang terdiri dari 12 buah pertanyaan yang

mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu dukungan

informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian dan

dukungan instrumental. Dari 12 buah pertanyaan, pertanyaan no 1-4

mengenai dukungan emosional dan penghargaan, pertanyaan no 5-8

mengenai dukungan fasilitas, dan pertanyaan no 9-12 mengenai

dukungan informasi atau pengetahuan.

Masing-masing dari pertanyaan tersebut terdapat 4 alternatif

jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “jarang”, dan “tidak pernah”. Jika

menjawab “selalu” akan mendapat skor 4, menjawab “sering”

mendapat skor 3, menjawab “jarang” mendapat skor 2, dan menjawab

“tidak pernah” mendapat skor 1. Jawaban dari responden dilakukan

dengan scoring. Kemudian di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu

kategori mendukung jika ≥ mean dan kategori tidak mendukung <

mean.
25

E. Pelayanan Petugas Kesehatan

1. Pengertian Pelayanan Petugas Kesehatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun

2012 mengatakan bahwa “Petugas kesehatan adalah setiap orang

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, serta memiliki

pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan”. Petugas kesehatan merupakan

seseorang yang dihargai dan dihormati oleh masyarakat karena

mereka berstatus sesuai dengan tingkat pendidikannya. Perannya

dalam kesehatan sangat dibutuhkan, maka dari itu petugas

kesehatan harus mampu memberikan kondisi yang dapat

mempengaruhi perilaku positif terhadap kesehatan, salah satunya

pada masyarakat yang berobat ke Puskesmas. Pengaruh tersebut

tergantung pada komunikasi persuasif yang meliputi perhatian,

pemahaman, ingatan penerima dan perubahan perilaku. Charles,

1992 dalam Widdefrita, 2013)

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan

dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut

Notoatmodjo (2012) pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem

pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan

preventif (pencegahan) dan promotif ( peningkatan kesehatan )

dengan sasaran masyarakat.


26

2. Jenis Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melaluipendidikandi bidang kesehatan, baik berupa

pendidikan gelar D3, S1, S2 dan S3. Hal inilah yang membedakan

jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang

mempunyai pendidikan atau keahlian khusus yang boleh

melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan

fisik manusia, serta lingkungannya.

3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan

dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut

Notoatmodjo (2012) pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem

pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan

preventif (pencegahan) dan promotif ( peningkatan kesehatan )

dengan sasaran masyarakat. Depkes RI (2009) menjelaskan

pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan

seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan

kesehatan yang ditemukan banyak macamnya.


27

Pelayanan petugas kesehatan dapat diukur dengan

menyusun pertanyaan tentang pelayan petugas kesehatan,

kemudian di kategorikan kedalam pelayanan memuaskan jika total

skor ≥ mean dan tidak memuaskan jika total skor < mean (Hastono,

2006)
28

F. Kerangka Teori

Perilaku terbentuk dari tiga faktor: Faktor predisposisi

(predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, tindakan,

nilai-nilai, keyakinan, kepercayaan dan sebagainya, faktor pendukung

(enabling factors) yang terwujud dalamg lingkungan fisik (sarana

prasarana) dan faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Teori Green

dalam Notoadmodjo, 2012)

Faktor Predisposisi

 Pengetahuan
 Sikap
 Nilai

Faktor Pendukung

 Lingkungan fisik
 Ketersediaan fasilitas Perilaku Kesehatan
 Pelayanan Petugas
Kesehatan

Faktor Pendorong
 Motivasi (dukungan
keluarga)
 Kebijakan

Keterangan :
 Diteliti
 Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Diagram Teori Perilaku Menurut Green.L.W(Notoadmodjo, 2012)
29

G. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Sikap

Dukungan Keluarga Minat Berobat Masyarakat

Petugas Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Minat Berobat Masyarakat ke
Puskesmas
30

H. Defenisi Operasional

Tabel 2.2 Defenisi Operasional

Defenisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
Sikap Reaksi atau Angket Kuesione Negatif jika ordinal
respon r skor T<
seseorang mean skor T
yang masih (50)
tertutup
mengenai Positif jika
berobat ke skor T ≥
Puskesmas mean skor T
(50)
Dukungan Dukungan Angket Kuesione Tidak ordinal
Keluarga yang r mendukung
didapatkan jika < mean
dari keluarga (31,36)
untuk berobat
ke Puskesmas Mendukung
jika ≥ mean
(31,36)
Pelayanan Pelayanan Angket Kuesione Tidak puas ordinal
Petugas yang diberikan r jika < mean
Kesehatan petugas (23,56)
kesehatan
kepada Puas jika ≥
masyarakat mean (23,56)
yang berobat
Minat Keinginan dan Angket Kuesione Tidak ordinal
dorongan r memiliki
masyarakat minat jika <
untuk berobat mean (7,46)
ke Puskesmas
Memiliki
minat jika ≥
mean (7,46)
31

I. Hipotesis Penelitian

Ha1 : Ada hubungan signifikan antara sikap dengan minat berobat masyarakat ke

Puskesmas

Ha2 : Ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan minat berobat

masyarakat ke Puskesmas

Ha3 : Ada hubungan signifikan antara pelayanan petugas kesehatan dengan minat

berobat masyarakat ke Puskesmas


32

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional

dimana variabel dependen dan variabel independennya di teliti secara

bersamaan.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam

Padang pada bulan Januari-Agustus 2017. Pengambilan data dilakukan

pada tanggal 05-16 Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian adalah masyarakat yang berobat ke

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam pada tahun 2017 yaitu sebanyak

10791 jiwa.

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 39 orang.

Sampel adalah masyarakat yang berobat ke Puskesmas Dadok Tunggul

Hitam dalam waktu yang ditetapkan oleh peneliti selama 2 minggu,


33

yang diambil secara accidental sampling (pengambilan sampel secara

kebetulan) jika sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti

Adapun krtiterianya sebagai berikut :


32
a. Kriteria Inklusi

1) Masyarakat yang datang berobat dan bersedia jadi

responden

2) Bapak atau Ibuk yang berumur 20-50 yang bersedia

menjadi responden

3) Sudah berkunjung mininal 2 x ke Puskesmas

4) Bisa baca tulis

b. Kriteria Eklusi

1) Masyarakat yang datang berobat tapi tidak bersedia jadi

responden

2) Tidak bisa bicara

3) Tidak bisa melihat (buta)

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

(data yang langsung didapat dari responden) mengenai sikap, dukungan

keluarga dan pelayanan petugas kesehatan dengan menggunakan kuesioner

yang diisi langsung oleh responden. Data didapatkan dengan cara

memberikan kuesioner pada pasien yang sedang berobat ke Puskesmas.


34

Pengambilan data dilakukan selama 10 hari yang dimulai pada tanggal 05-

16 Juni 2017. Hari pertama tanggal 5 Juni didapatkan 3 responden, 6 Juni

5 responden, 7 Juni 6 responden, 8 Juni 7 responden, 9 Juni 6 responden,

13 Juni 2 responden, 14 Juni 6 responden dan tanggal 16 Juni didapatkan 4

responden. Total keseluruhan responden yaitu sebanyak 39 responden.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah selesai pengumpulan data.

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus

ditempuh, diantaranya :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Memeriksa jawaban responden jika ada yang belum di jawab

dikembalikan kepada responden untuk dilengkapi.

2. Pengkodean Data (Coding)

Menlakukan pengkodean pada kuesioner yang telah di edit.

Pada variabel sikap, untuk pernyataan positif diberi kode 1 jika sangat

tidak setuju (STS), 2 jika tidak setuju (TS), 3 jika setuju (S), dan 4 jika

sangat setuju(SS) dan untuk pernyataan negatif diberi kode sebaliknya.

Pada variabel dukungan keluarga diberi kode untuk pernyataan positif

diberi kode 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk sering, dan 4

untuk selalu. Pada variabel pelayanan petugas kesehatan diberi kode 1

untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk sering, dan 4 untuk selalu

dan untuk pernyataan negatif diberi kode sebaliknya. Pada variabel


35

minat diberikan kode 2 untuk responden yang menjawab YA dan kode

1 untuk responden yang menjawab TIDAK.

3. Memasukkan Data (Entry)

Kuesioner yang telah diberikan kode untuk setiap jawaban

responden dimasukkan ke dalam master tabel untuk diolah sesuai

dengan masing-masing kode yang telah diberikan dan dikelompokkan

berdasarkan kategori yang telah ditentukan.

4. Tabulasi Data (Tabulating)

Mengelompokan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

kemudian dideskripsikan dengan menggunakan skala ukur yang

ditetapkan.

5. Pembersihan Data (Cleaning)

Semua data dari setiap responden selesai dimasukkan,

dilakukan pemeriksaan kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, dan ketidak

lengkapan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Analisis Univariat menggambarkan karakteristik setiap variabel

penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya.

2. Analisis Bivariat
36

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

yang menggunakan analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi. Untuk dapat melihat

hubungan tersebut dilakukan dengan uji Chi-Square dengan derajat

kepercayaan 95% p<0,05 artinya jika diperoleh p < 0,05 ada hubungan

signifikan antar variabel, jika p ≥ 0,05 tidak ada hubungan signifikan

antar variabel.
37

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam terletak dalam wilayah

kecamatan Koto Tangah yang berupa daratan dan pantai. Puskesmas

Dadok Tunggul Hitam awalnya adalah Puskesmas Pembantu dari

Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Tahun 2016 Puskesmas Dadok Tunggul

Hitam berdiri sendiri namun pelayanan BPJS Kesehatan masih belum bisa

di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam, oleh karena itu pasien peserta BPJS

yang berobat ke Puskesmas Dadok Tunggul Hitam akan dirujuk ke

Puskesmas Lubuk Buaya Padang.

Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Dadok Tunggul Hitam

adalah :

1. Utara berbatasan dengan Kel.Lubuk Buaya

2. Selatan berbatasan dengan Kec. Ikur Koto

3. Timur berbatasan dengamn wilayah Air Dingin

4. Barat berbatasan dengan Air Tawar

Jumlah karyawan di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam sebanyak

75 orang yang terdiri dari 27 orang PNS, 1 PTT, 2 Volunter, 2 Kontrak


38

BLUD, 2 Dokter, 1 Dokter kontrak BLUD, 1 Dokter gigi, 1 SKM, 6

Perawat, 8 Bidan, 2 Kesling, 2 Gizi, 2 Labor dan 1 Apoteker. Adapun

jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Dadok Tunggul Hitam

sebanyak 33408 dengan dua keluarahan yaitu kelurahan Bungo Pasang

dan kelurahan Dadok Tunggul Hitam. Fasilitas Puskesmas Dadok Tunggul

Hitam terdiri dari Puskesmas Non Rawatan, BP Umum, KIA,KB, Kesling,

Medical Recor, Labor, Gizi, Promkes Layanan Luar Gedung, dan

Posyandu yang terdiri dari 29 Posyandu.

B. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Pekerjaan di Puskesmas
Dadok Tunggul Hitam Padang
Tahun 2017

1 Umur f %
20-30 17 43,6
30-40 15 38,5
40-50 7 17,9
Total 39 100.0

2 Pendidikan f %
SD 2 5,1
SMP 20 51,3
SMA 15 38,5
PT 2 5,1
Total 39 100.0

3 Jenis Kelamin f %
Laki-Laki 14 35,9
Perempuan 25 64,1
Total 39 100.0

4 Pekerjaan f %
39

PNS 2 5,1
Wiraswasta 20 51,3
Nelayan 1 2,6
Ibu Rumah Tangga 16 41,0
Total 39 100.0
Pada tabel 4.1 dapat dilihat dari 39 responden memiliki usia

20-30 tahun sebanyak 43,6%, memiliki pendidikan SMP sebanyak

51,3%, memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 64,1% dan

memiliki pekerjaan wiraswasta sebanyak 51,3%.

C. Hasil Analisis Univariat

1. Minat Berobat Masyarakat

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Minat Berobat
Masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang
Tahun 2017

Minat Berobat f %
Tidak Memiliki Minat 22 56.4
Memiliki Minat 17 43.6
Total 39 100

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 39 responden terdapat

56,4% masyarakat tidak memiliki minat berobat di Puskesmas Dadok

Tunggul Hitam.

2. Sikap

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap
di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang
Tahun 2017

Sikap f %
Negatif 21 53.8
Positif 18 46.2
Total 39 100
40

Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 39 responden terdapat

53,8% masyarakat memiliki sikap negatif terhadap minat berobat di

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam.

3. Dukungan Keluarga

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam
Padang Tahun 2017

Dukungan Keluarga f %
Tidak Mendapat
23 59.0
Dukungan
Mendapat Dukungan 16 41.0
Total 39 100

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 39 responden terdapat

59,0% masyarakat tidak mendapat dukungan keluarga berobat di

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam.

4. Pelayanan Petugas Kesehatan

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pelayanan Petugas Kesehatan terhadap Minat
Berobat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang
Tahun 2017

Pelayanan Petugas
F %
Kesehatan
Tidak Puas 23 59.0
Puas 16 41.0
Total 39 100

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 39 responden terdapat

59.0% masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan petugas kesehatan

saat berobat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam.


41

D. Hasil Analisis Bivariat

1. Sikap

Tabel 4.6
Hubungan Sikap dengan Minat Berobat Masyarakat
di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang
tahun 2017

Minat Berobat Masyarakat


P
Tidak Memiliki Memiliki Total
Sikap Value
Minat Minat
f % F % f %
Negatif 18 85.7 3 14.3 21 100
0,000
Positif 4 22.2 14 77.8 18 100
Jumlah 22 56.4 17 43.6 39 100

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa responden yang tidak

memiliki minat berobat lebih tinggi pada responden dengan sikap negatif

(85,7%) dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif

(22.2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.000, maka dapat

dikemukakan ada hubungan sikap responden dengan minat berobat

masyarakat di Puskesmas Dadok tunggul Hitam tahun 2017.

2. Dukungan Keluarga

Tabel 4.7
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Minat Berobat Masyarakat
di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang
tahun 2017

Dukungan Minat Berobat Masyarakat


P
Keluarga Tidak Memiliki Memiliki Total
Value
Minat Minat
f % f % f % 0,000
42

Tidak Mendapat 19 82.6 4 17.4 23 100


Dukungan
Mendapat 3 18.8 13 81.3 16 100
Dukungan
Jumlah 22 56.4 17 43.6 39 100

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa responden yang tidak

memiliki minat berobat lebih tinggi pada responden yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga (82.6%) dibandingkan dengan responden

yang mendapatkan dukungan keluarga (18.8%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai p value = 0.000, maka dapat dikemukakan ada hubungan

dukungan keluarga dengan minat berobat masyarakat di Puskesmas Dadok

tunggul Hitam tahun 2017.

3. Pelayanan Petugas Kesehatan

Tabel 4.8
Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Minat Berobat
Masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang
tahun 2017

Minat Berobat Masyarakat


Pelayanan P
Tidak Memiliki Memiliki Total
Petugas Value
Minat Minat
Kesehatan
f % f % f %
Tidak Puas 17 73.9 6 26.1 23 100 0,021
Puas 5 31.3 11 68.8 16 100
Jumlah 22 56.4 17 43.6 39 100

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa responden yang tidak

memiliki minat berobat lebih tinggi pada responden yang tidak puas

terhadap pelayanan petugas kesehatan di Puskesmas (73,95) dibandingkan

dengan responden yang puas dengan pelayanan petugas (31.3%). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p value = 0.021, maka dapat dikemukakan ada


43

hubungan pelayanan petugas kesehatan dengan minat berobat masyarakat

di Puskesmas Dadok tunggul Hitam tahun 2017.

BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat

1. Sikap

Hasil penelitian dari 39 responden mrnujukkan bahwa 53,8%

responden memiliki sikap negatif dalam berobat ke Puskesmas. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Junaidi (2014) yang

menunjukkan bahwa 51,4% masyarakat memiliki sikap negatif dalam

pemanfaatan Puskesmas.

Hal ini sesuai dengan pendapat Newcomb dalam Notoatmodjo

(2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu

(Notoatmodjo,2010). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Jadi

manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, namun hanya dapat

ditafsirkan (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar

sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku


44

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman, 2014).

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh

responden memiliki sikap negatif dalam berobat ke Puskesmas.

Berdasarkan hasil analisis kuesioner, umumnya responden

beranggapan bahwa petugas kesehatan memberikan pelayanan yang


43
berbelit-belit, hal ini dibuktikan pada kuesioner sikap no 9 sebanyak

92,3%. Selain itu responden beranggapan bahwa petugas kesehatan

kurang siap menanggapi keluhan pasien, hal ini dibuktikan dari

kuesioner sikap no 12 sebanyak 74,4%.

Notoadmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap tidak dapat

langsung dilihat, namun hanya dapat ditafsirkan. Sikap merupakan

perilaku tertutup, setelah seseorang diberi stimulus atau objek, proses

selanjutnya dia akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau

objek kesehatan tersebut (Novita & Francisca, 2011).

Menurut asumsi peneliti, sikap responden dalam menggunakan

pelayanan kesehatan tergantung pada pengetahuan yang dimilikinya.

Sejalan yang dikemukakan Budiman (2014) bahwa pendidikan adalah

sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Responden pada penelitian ini rata-rata

pendidikan terakhirnya SMP sebanyak 51,3%. Jadi responden yang

memiliki sikap negatif tentang berobat ke Puskesmas disebabkan


45

karena kurangnya pengetahuan tentang manfaat dari Puskesmas

sehingga mereka tidak yakin dan tidak memiliki minat untuk berobat

ke Puskesmas, selain itu masih melekatnya tradisi masyarakat yang

melakukan pengobatan secara tradisional. Sikap negatif responden

juga bisa dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan apa yang

diceritakan oleh orang lain.

2. Dukungan Keluarga

Hasil penelitian dari 39 responden menunjukkan bahwa 59,0%

responden tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam berobat ke

Puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan olek Mukmin (2015) yang menunjukkan bahwa responden

yang mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi (76,31%) teratur

dalam menjalani pengobatan di Puskesmas. Penelitian serupa juga

dilakukan oleh Atika (2015) yang menunjukkan bahwa 52% pasien

memiliki kepatuhan berobat yang rendah karena pasien memiliki

dukungan keluarga yang kurang baik.

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) suatu bentuk

hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada

yang memperhatikan. Individu yang yang tinggal dalam keluarga besar

(extended family) akan mendapatkan dukungan keluarga yang lebih

besar dibandingkan dengan individu yang tinggal dalam keluarga inti

(nuclear family)
46

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh

masyarakat tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk berobat

ke Puskesmas. Responden mengatakan jarang keluarga bersedia untuk

menemani berobat ke Puskesmas, dibuktikan dengan kuesioner

dukungan keluarga no 3 sebanyak 39 responden (100%). Keluarga

lebih sering mengingatkan untuk kontrol ke Puskesmas dibandingkan

menemani berobat ke Puskesmas. Responden juga mengatakan sering

tidak nyaman berobat ke Puskesmas, dibuktikan dengan jawaban

responden pada kuesioner no 7 sebanyak 53,8%.

Menurut asumsi peneliti, hal ini bisa dipengaruhi oleh anggota

keluarga yang sibuk bekerja atau mengurus rumah tangga, kurangnya

perhatian dan rasa kepedulian keluarga, kebiasaan masyarakat

menggunakan pengobatan secara tradisional yang membuat keluarga

tidak ingin berobat ke Puskesmas, kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang manfaat berobat ke Puskesmas dan rendahnya mutu pelayanan

Puskesmas. Selain itu juga masyarakat lebih memilih berobat ke klinik

karena merasa lebih nyaman dan tingkat keyakinan untuk sembuh dari

penyakit lebih tinggi. Untuk itu perlu dilakukannya penyuluhan

tentang pentingnya berobat ke Puskesmas kepada masyarakat supaya

keluara bisa saling mendukung untuk berobat ke Puskesmas,

memberikan arahan dan motivasi kepada keluarga untuk berobat ke

Puskesmas sehingga bisa mendorong kepedulian sesama anggota

keluarga untuk berobat ke Puskesmas dan perlunya meningkatkan


47

mutu pelayanan petugas kesehatan di Puskesmas agar masyarakat yang

berobat merasa lebih nyaman dan diperhatikan.

3. Pelayanan Petugas Kesehatan

Hasil penelitian dari 39 responden menunjukkan bahwa 59,0%

responden mengatakan tidak puas terhadap pelayanan petugas

kesehatan di Puskesmas. Penelitian yang dilakukan Andriani (2014)

menunjukkan bahwa pasien merasa puas dengan pelayanan petugas

kesehatan di Puskesmas, karena itu pasien berminat untuk berobat

kembali ke Puskesmas. Hal ini dapat dikemukakan, semakin baik

pelayanan petugas kesehatan di Puskesmas maka akan semakin tinggi

minat berobat masyarakat ke Puskesmas.

Petugas kesehatan merupakan seseorang yang dihargai dan

dihormati oleh masyarakat karena mereka berstatus sesuai dengan

tingkat pendidikannya. Perannya dalam kesehatan sangat dibutuhkan,

maka dari itu petugas kesehatan harus mampu memberikan kondisi

yang dapat mempengaruhi perilaku positif terhadap kesehatan, salah

satunya pada masyarakat yang berobat ke Puskesmas. Pengaruh

tersebut tergantung pada komunikasi persuasif yang meliputi

perhatian, pemahaman, ingatan penerima dan perubahan perilaku.

Charles, 1992 dalam Widdefrita, 2013)


48

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih dari separoh

responden tidak puas terhadap pelayanan petugas kesehatan di

Puskesmas. Umumnya responden mengatakan bahwa petugas

kesehatan di Puskesmas sering datang tidak datang tepat waktu

dibuktikan pada kuesioner pelayanan petugas kesehatan no 8 sebanyak

59%. Responden juga mengatakan petugas kesehatan juga sering tidak

mendengarkan keluhan pengunjung dengan baik, dibuktikan dengan

kuesioner no 6 sebanyak 51,3%.

Menurut asumsi peneliti, pelayanan petugas kesehatan yang

kurang baik terjadi karena kurangnya perhatian dan pemahaman

petugas terhadap perasaan yang dirasakan responden. Pada saat

berobat, responden perlu perhatian khusus untuk didengarkan

keluhannya, diberikan rasa empati dan simpati, diberikan motivasi dan

dukungan agar responden merasa nyaman. Selain itu sikap tergesa-

gesa petugas juga mempengaruhi minat berobat masyarakat ke

Puskesmas. Oleh karena itu diharapkan kepada petugas kesehatan

untuk mengkondisikan keadaan sesuai dengan perasaan responden saat

berobat ke Puskesmas. Petugas kesehatan hendaknya meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan agar masyarakat merasa nyaman dan

memiliki minat berobat ke Puskesmas.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Sikap dengan Minat Berobat Masyarakat di

Puskesmas
49

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak

memiliki minat berobat lebih tinggi pada responden dengan sikap

negatif (85,7%) dibandingkan dengan responden yang dengan positif

(22.2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.000, maka dapat

dikemukakan ada hubungan sikap responden dengan minat berobat

masyarakat di Puskesmas Dadok tunggul Hitam tahun 2017. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Junaidi (2014) yang

menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap masyarakat

dengan pemanfaatan Puskesmas dengan p value = 0,000 (p<0,05)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2007).

Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah

pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi pengetahuan yang

dimiliki akan memberikan kontribusi terhadap terbentuknya sikap

yang baik. Pembentukan sikap tidak dapat dilepaskan dari adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi seperti pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, serta

faktor emosional dari individu.

Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan antara sikap

masyarakat dengan pemanfaatan puskesmas karena responden yang

memilki sikap positif akan cenderung memanfaatkan puskesmas

karena didasari dengan pengetahuan mereka terhadap manfaat dari

puskesmas. Namun masih banyak juga responden yang tidak memiliki


50

minat berobat ke Puskesmas, tapi tetap kembali berobat ke Puskesmas.

Hal ini bisa saja di pengaruhi oleh biaya berobat ke Puskesmas yang

meringankan pengeluaran masyarakat, faktor pekerjaan yang membuat

masyarakat tidak mempunyai waktu untuk berobat ke tempat lain, dan

juga faktor ekonomi keluarga yang membuat masyarakat tidak

sanggup untuk berobat ke tempat lain. Oleh karena itu perlunya

dilakukan penyuluhan kesehatan secara berkala kepada masyarakat

tentang manfaat dan pentingnya berobat ke Puskesmas agar bisa

merubah pola pikir masyarakat sehingga masyarakat yang berobat ke

Puskesmas bukan hanya merasa terpaksa karena tidak sanggup berobat

ke tempat lain tapi karena minat dari dalam hatinya sendiri untuk

datang berobat ke Puskesmas.

2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Minat Berobat

Masyarakat di Puskesmas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak

memiliki minat berobat lebih tinggi pada responden yang tidak

mendapatkan dukungan keluarga (82.6%) dibandingkan dengan

responden yang mendapatkan dukungan keluarga (18.8%). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p value = 0.000, maka dapat dikemukakan ada

hubungan dukungan keluarga dengan minat berobat masyarakat di

Puskesmas Dadok tunggul Hitam tahun 2017. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Atika (2016) yang menunjukkan bahwa


51

terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan berobat (p value = 0,038)

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya. Jadi

dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang

meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,

sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.

Hasil penelitian ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa

responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga memiliki minat

berobat ke Puskesmas dan responden yang mendapatkan dukungan

keluarga tidak memiliki minat berobat ke Puskesmas. Hal ini

dipengaruhi oleh hal lain selain dukungan keluarga, seperti rasa aman

dan nyaman saat berobat, sarana prasana berobat di Puskesmas,

pelayanan kesehatan, jarak dari rumah ke Puskesmas, tradisi dan

sebagainya.

Menurut asumsi peneliti menunjukkan bahwa ada hubungan

dukungan keluarga dengan minat berobat masyarakat di Puskesmas.

Hal ini terbukti dari persentase responden yang tidak mendapatkan

dukungan keluarga juga tidak memiliki minat berobat ke Puskesmas,

begitu juga sebaliknya persentase responden yang mendapatkan

dukungan keluarga juga memiliki minat berobat ke Puskesmas.

3. Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Minat Berobat

Masyarakat di Puskesmas
52

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak

memiliki minat berobat lebih tinggi pada responden yang tidak puas

terhadap pelayanan petugas kesehatan di Puskesmas (73,95)

dibandingkan dengan responden yang puas dengan pelayanan petugas

(31.3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.021, maka dapat

dikemukakan ada hubungan pelayanan petugas kesehatan dengan

minat berobat masyarakat di Puskesmas Dadok tunggul Hitam tahun

2017. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Andriani (2014) yang mmenunjukkan bahwa ada hubungan pelayanan

petugas kesehatan dengan kepuasan pasien dengan nilai p value =

0,035.

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan

pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif

(pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan

kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut

ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis

kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan

sampai tutup usia (Effendi, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak

puas terhadap pelayanan petugas kesehatan juga tidak memiliki minat

berobat ke Puskesmas, sebaliknya pasien yang merasa puas dengan

pelayanan petugas kesehatan juga memiliki minat untuk berobat ke

Puskesmas. Namun ada kemungkinan pasien yang tidak merasa puas


53

dengan pelayanan petugas kesehatan memiliki minat berobat ke

Puskesmas, dan pasien yang merasa puas dengan pelayanan petugas

kesehatan tidak memiliki minat berobat ke Puskesmas. Pasien yang

tidak merasa puas dengan pelayanan petugas kesehatan di Puskesmas

tapi masih memiliki minat berobat kemungkinan di pengaruhi oleh

faktor ekonomi keluarga, akses berobat ke tempat lain, faktor usia, dan

tidak ada keluarga yang mendampingi untuk berobat ke tempat lain

dan lain sebagainya.

Menurut asumsi peneliti mutu merupakan suatu standar yang

harus dicapai melalui petugas kesehatan yang memberikan pelayanan

kepada pasien dengan sebaik mungkin agar pasien mendapatkan

pelayanan yang memuasakan. Seperti tingkat reliabilitas yang

berkaitan dengan kemampuan pemberi layanan kesehatan untuk

memberikan pelayanan yang baik. Petugas kesehatan harus memiliki

daya tanggap dalam membantu pasien merespon keluhan mereka.

Petugas kesehatan juga harus memiliki rasa empati dimana pemberi

pelayanan kesehatan harus memahami masalah para pasiennya.

Petugas kesehatan sangat memiliki peran penting dalam pelayanan,

oleh karena itu petugas tidak boleh melalaikan tugas untuk melayani

pasien, hal ini dapat menurunkan tingkat kepuasan pasien.


54

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Lebih dari separoh masyarakat (56,4%) tidak memiliki minat berobat

di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

2. Lebih dari separoh masyarakat (53,8%) memiliki sikap negatif untuk

berobat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

3. Lebih dari separoh masyarakat (59,0%) tidak mendapatkan dukungan

keluarga untuk berobat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang

tahun 2017

4. Lebih dari separoh masyarakat (59,0%) merasa tidak puas terhadap

pelayanan petugas kesehatan saat berobat masyarakat di Puskesmas

Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

5. Ada hubungan sikap dengan minat berobat masyarakat di Puskesmas

Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017 dengan menggunakan uji

Chi-Square, diperoleh nilai p value (p=0,000<0,05)

6. Ada hubungan dukungan keluarga dengan minat berobat masyarakat di

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017 dengan

menggunakan uji Chi-Square, diperoleh nilai p value (p=0,000<0,05)


55

7. Ada hubungan pelayanan petugas kesehatan dengan minat berobat

masyarakat di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang tahun 2017

dengan menggunakan uji Chi-Square, diperoleh nilai p value

(p=0,021<0,05)

B. Saran
54
1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan

penelitian yang lebih dalam mengenai faktor lain yang mempengaruhi

minat berobat masyarakat di Puskemas, antara lainnya pengetahuan,

ketersedian sarana prasarana, kebijakan, dan lain sebagainya.

2. Bagi Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang

Harapan peneliti kepada kepala Puskesmas serta petugas

Puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan petugas kesehatan di

Puskesmas agar masyarakat merasa nyaman dan puas berobat ke

Puskesmas, perlunya penyuluhan kesehatan secara berkala untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan

pentingnya berobat ke Puskesmas. Perlunya melengkapi sarana dan

prasarana di Puskesmas seperti BPJS kesehatan supaya masyarakat

yang berobat menggunakan kartu BPJS kesehatan tidak lagi

melakukan rujukan ke Puskesmas Pusat.

3. Bagi Institusi Pendidikan


56

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi

bacaan bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai informasi atau

masukan bagi mahasiswa tentang minat berobat masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai