Oleh:
Nisfu Anugerah
101116027
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
LAPORAN KERJA PRAKTIK
ii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
SURAT TUGAS
iii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................................................... x
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1. 2. Tujuan ...................................................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................................................... 3
BAB IV .................................................................................................................................................. 15
vi
4.3 Pengolahan Data..................................................................................................................... 17
BAB V.................................................................................................................................................... 31
BAB VI .................................................................................................................................................. 38
6.2 Saran....................................................................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................................................... 41
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 2. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara ( Arpandi dan Padmosukismo,1975) ........................ 8
Gambar 3. 4. Tiga jenis pemodelan kecepatan, a) kecepatan rata – rata, b) kecepatan interval, dan c) kecepatan
sesaat ..................................................................................................................................................................... 12
Gambar 4. 9 (a) Amplitude spektrum dari wavelet sumur SB-01, (b) Amplitude spektrum dari wavelet sumur U-
01 ............................................................................................................................................................................ 20
Gambar 4. 10 (a) Amplitude spektrum dari wavelet sumur U-02, (b) Amplitude spektrum dari wavelet sumur U-
03 ............................................................................................................................................................................ 20
viii
Gambar 4. 16. Hasil picking horizon dan fault pada inline 2510 ........................................................................... 23
Gambar 4. 17. Tampilan pada Basemap setelah picking horizon dan fault selesai .............................................. 23
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Peran penting minyak dan gas bumi sebagai sumber energi yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat harus diimbangi dengan ketersediaan minyak dan gas bumi tersebut. Penyediaan
minyak dan gas bumi merupakan landasan dilakukannya kegiatan eksplorasi. Kegiatan eksplorasi
tidak hanya terbatas dalam penemuan cadangan baru ataupun melakukan perluasan daerah produksi,
melainkan dilakukan juga usaha-usaha untuk mempertahankan laju produksi dari lapangan-
lapangan yang sudah ada. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mempertahankan laju produksi
tersebut ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan ide-ide
baru tentang konsep dan cara eksplorasi serta peralatan yang mendukungnya. Interpretasi seismik
merupakan salah satu cara dalam mengoptimalkan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Interpretasi data seismik bertujuan untuk menentukan makna geologi dari suatu
data seismik (Yilmaz,O.,2001). Interpretasi data seismik yang baik harus membutuhkan
pemahaman tentang ilmu – ilmu dasar akuisisi data seismik, pengolahan data seismik,
dan pengetahuan geologi. Maka dari itu, sebagai seorang geofisikawan penulis mengambil
peran sebagai seismik interpreter untuk berkontribusi dalam penyediaan minyak dan gas
bumi. Sehingga dalam kegiatan Kerja Praktik kali ini, penulis mengambil topik berjudul
Time to Depth Conversion menggunakan metode V0-k untuk lapisan J,K,L, dan Bot. L
pada Formasi Cibulakan Lapangan ‘PC’ Cekungan Jawa Barat Utara.
1. 2. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Kerja Praktik kali ini adalah :
1. Mendapatkan time-structure map
2. Mendapatkan depth-stucture map menggunakan metode V0-k
1
2
BAB II
PROFIL INSTANSI
Misi
1. Melaksanakan pengusahaan sector hulu minyak dan gas dengan penekanan aspek komersial
dan operasi yang baik, serta tumbuh dan berkembang Bersama lingkungan hidup.
2. 3. Tata Nilai
1. Clean
2. Customer focused
3. Commercial
4. Capable
5. Confident
6. Competitive
3
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
3.3.2 Tektonik Kedua
Fase tektonik kedua terjadi sewaktu permulaan Neogen (Oligo-Miosen) dan dikenal sebagai
Neogen Compressional Wrenching. Dicirikan dengan pembentukan sesar-sesar geser akibat
gaya kompresif dari tumbukan Lempeng Hindia. Sebagian besar pergeseran sesar berasal dari
reaktifasi sesar normal yang terbentuk pada periode Paleogen. Jalur penunjaman baru terbentuk
di selatan Jawa. Jalur volkanik periode Miosen Awal yang sekarang ini terletak di bagian selatan
Jawa. Jajaran gunung api tersebut menghasilkan endapan gunung api bawah laut yang saat ini
dikenal sebagai “old andesite” yang tersebar di sepanjang selatan Pulau Jawa. Pola tektonik ini
disebut Pola Tektonik Jawa yang merubah pola tektonik tua yang terjadi sebelumnya menjadi
berorientasi barat-timur dan menghasilkan suatu sistem sesar naik, dimulai dari selatan (Ciletuh)
menuju ke utara. Pola sesar ini cocok dengan sistem sesar naik belakang busur atau biasa dikenal
dengan “thrust foldbelt system”.
6
3.3 Stratigrafi Regional
Secara umum, stratigrafi regional Cekungan Jawa Barat Utara berturut-turut dari tertua ke termuda
adalah sebagai berikut:
7
3.3.7 Formasi Cisubuh
Formasi Cisubuh terendapkan selaras di atas Formasi Parigi. Litologi penyusun pada formasi ini
adalah dominan batulempung berselingan dengan batupasir dan serpih gampingan. Umur dari
formasi ini diperkirakan Miosen Akhir sampai Pliosen-Pleistosen. Lingkungan pengendapannya
dari laut dangkal menuju litoral-paralik (Arpandi & Patmosukismo,1975).
Secara umum metode seismik dibagi dalam tiga tahapan yaitu, akuisisi data seismik,
pengolahan data seismik, dan interpretasi data seismik
9
3.5 Data Seismik
3.5.1 Data Seismik 2D
Data seimsik 2D merupakan data awal (initial) untuk pembacaan daerah target dan hanya
memiliki komponen dua komponen saja yaitu X dan Y. Penampang seismik 2D
merepresentasikan penampang melintang dari benda 3D yang merupakan objek geologi bawah
permukaan. Seismik 2D mengandung banyak sinyal dari semua arah termasuk yang diluar line
akuisisi akan tetapi migrasi 2D biasanya mengasumsikan bahwa sinyal yang terekam berasal
dari bidang penampang itu sendiri. Sinyal yang berasal dari luar line akuisisi dinamakan
sideswipe, terkadang dapat dikenali, tapi sering kali mengakibatkan kesalahan pengikatan pada
rekaman seismik 2D termigrasi. Oleh karena kelemahan-kelemahan tersebut maka pada tahun
1970 mulai dikemukakan konsep survey seismik 3D yang dipelopori oleh Walton (1972), Bone
et al (1976).
10
3.7 Data Well-Log
Well logging merupakan suatu metode geofisika yang mengukur parameter fisis batuan reservoir
yang memberikan informasi bawah permukaan meliputi karakteristik lithology, ketebalan lapisan,
kandungan fluida, korelasi struktur, dan kontinuitas batuan dari lubang bor (Gordon H, 2004).
Sedangkan wireline log merupakan perekaman data pengukuran secara kontinu disuatu lubang bor
menggunakan geophysic probe yang mampu merespon variasi sifat-sifat fisik batuan setelah
dilakukan pengeboran (Reeves, 1986).
Data sonic log dan checkshot masing – masing memiliki kekurangan dan kelebihan .Data sonic log
sensitif terhadap perubahan lokal di sekitar lubang bor seperti
adanya perubahan litologi, washed out zone, dan lainnya. Selain itu, sonic log hanya memiliki
kemampuan mengukur formasi batuan dengan kedalaman 1-2 feet. Sedangkan
checkshot memiliki resolusi yang tidak sedetail data sonic log. Solusi untuk mengatasi kekurangan
tersebut adalah dengan dilakukannya koreksi atau disebut dengan drift.
11
3.9 Time to Depth Conversion
Peta struktur waktu diperoleh dari hasil picking horizon yang digrid dan dijadikan
kontur. Namun, dalam interpretasi data seismik untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan sebenarnya diperlukan peta struktur kedalaman karena pada saat
eksplorasi minyak dan gas bumi kita bekerja pada domain kedalaman. Oleh karena itu,
dibutuhkan tahap untuk mengonversi peta struktur waktu menjadi peta struktur
kedalaman. Terdapat beberapa metode konversi, diantaranya adalah
metode geostatistik, metode Vavg, metode V0–K, metode scalling velocity dan lain – lain. Bahasan
kali ini hanya mengenai metodeV0–K.
Gambar 3. 4. Tiga jenis pemodelan kecepatan, a) kecepatan rata – rata, b) kecepatan interval, dan c)
kecepatan sesaat
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode
V0 – K, yaitu :
• Nilai kecepatan harus linear yaitu semakin besar seiring bertambahnya
kedalaman.
• Regresi linier yang digunakan untuk mencari nilai k, memiliki titik – titik
data yang tidak terlalu menyebar.
12
Persamaan yang digunakan dalam metode V0 – k yang didapat dari kurva antara
Vavg vs kedalaman (Gambar 3.5) adalah sebagai berikut :
𝐕𝐚𝐯𝐠 = 𝐕𝟎 + 𝐊. 𝐙 (4)
𝐕𝟎.𝐓
𝐙 = 𝟏−𝐤.𝐓 (10)
13
14
BAB IV
15
4.2 Diagram Alir
16
4.3 Pengolahan Data
Proses pengolahan data selama penelitian ini menggunakan perangkat lunak Paradigm 14.1 dengan
modul Seisearth Multi-Survey Interpretation, Vanguard Geophysicist, dan Probe.
4.3.1 Checking Data Availability
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengecek ketersediaan data. Hal ini perlu dilakukan
agar mengetahui data-data apa saja yang tersedia sehingga proses pengolahan dapat
menyesuaikan dengan data yang tersedia. Dalam proses ini hanya dibutuhkan data log seperti
sonic, density,checkshot, dan marker . Data-data tersebut ada pada setiap sumur, namun hanya
sumur SB-01 yang memiliki data checkshot. Berikut merupakan tahapan pengecekkan data :
1. Buka well data manager pada home.
2. Lalu pada bagian atas ada menu sets (berisi time-depth data), Logs (berisi data log),
Marker(informasi horizon).
3. Buka menu-menu tersebut untuk dilakukan pengecekan ketersediaan data tiap sumur.
SB-01
U-01
U-02
U-03
17
4.3.2 Well to Seismic Tie
Proses well to seismic tie bertujuan untuk menghubungkan data sumur dengan data seismik
dikarenakan kedua data tersebut memiliki domain yang berbeda. Berikut merupakan tahapan
dilakukannya well to seismic tie:
1. Buka menu basemap dan section pada home.
18
3. Tampilkan traverse di section dengan cara klik kanan pada trajectory well → well properties
→markers (pilih yang ingin ditampilkan) → klik kanan kembali pada trajectory well →
synthetics utility.
SB-01 U-01 U-02 U-03 S-01
19
4. Kemudian atur parameter untuk well-tie seperti panjang wavelet, fase, dan jenis wavelet.
Dalam hal ini jenis wavelet yang digunakan adalah ricker dengan panjang 130 ms dengan
frekuensi menyesuaikan dengan spektrum zona interest masing-masing sumur.
20
Gambar 4. 12. Hasil well tie beserta parameternya
21
Gambar 4. 14 Tampilan coherence cube pada 3D Canvas
22
Gambar 4. 16. Hasil picking horizon dan fault pada inline 2510
Gambar 4. 17. Tampilan pada Basemap setelah picking horizon dan fault
selesai
23
4.3.6 Time Structure Map
Dari Gambar 4.17 dapat dilihat terdapat perbedaan warna di setiap lokasinya yang menandakan
skala waktu yang berbeda-beda. Time structure map dapat diperoleh dengan cara melakukan
gridding dari hasil picking horizon dan fault, kemudian hasil griddingnya akan dibuat menjadi
kontur. Berikut merupakan tahapan-tahapan untuk membuat time structure map:
1. Buat gridding, dengan cara menu mapping → create grids → pilih horizon → set
parameter → run
2. Buat peta kontur dari hasil gridding, dengan cara menu mapping → create contours → pilih
horizon hasil grid → set interval → run
3. Membuat fault outlines, buka 3D Canvas → menu mapping → create T-surfaces from picks
→ pilih all visible fault picks (multiple outputs)→ arahkan kursor pada fault yang muncul di
3D Canvas → Finish buka menu mapping kembali → create fault outlines ( with heave ).
24
markers → add marker attribute to well → beri nama V0 dengan satuan meter per second →
OK
Tabel 4. 1. Perhitungan kecepatan rata-rata untuk zona
interest
25
Tabel 4. 3. Perhitungan V0 pada sumur U-02, U-03, &
S-01
5. Kolom V0 akan muncul dan diisi dengan nilai V0 yang sudah dihitung di tiap
sumur.
6. Atribut V0 digunakan untuk membuat peta V0, yaitu dengan gridding. Langkah
yang dilakukan sama dengan gridding peta struktur waktur, tetapi sourcenya
berasal dari well marker.
7. Setelah didapat peta V0, dilakukan operasi matematis menggunakan rumus (10) untuk
mendapatkan peta struktur kedalaman. Pilih menu mapping dan klik mathematical
operations.
8. Kemudian rumus dimasukkan dengan input 1 berupa peta V0 dan input 2 berupa
peta struktur waktu.
9. Peta keluaran dari operasi matematis diberi nama dengan calculated. Klik OK.
26
Gambar 4. 21 Mathematical operations
27
Gambar 4. 23 Depth structure map lapisan K
28
Gambar 4. 25 Depth structure map lapisan Bot.L
29
30
BAB V
Pada kasus ini diperoleh nilai koefisien korelasi, PEP, dan NMSE untuk masing-masing sumur
adalah :
1. Sumur SB-01
Koefisien korelasi = 0.58
PEP = 0.17
NMSE = 0.33
2. Sumur U-01
Koefisien korelasi = 0.58
PEP = 0.16
NMSE = 0.44
3. Sumur U-02
Koefisien korelasi = 0.52
PEP = N/A
NMSE = N/A
4. Sumur U-03
Koefisien korelasi = 0.69
PEP = 0.38
NMSE = 0.13
5. Sumur S-01
Koefisien korelasi = 0.65
PEP = 0.29
NMSE = 0.21
Dari nilai-nilai di atas dapat dilihat hanya nilai koefisien korelasi yang memenuhi syarat sedangkan
untuk PEP dan NMSE masih kurang optimal. Hal ini disebabkan proses well tie yang dilakukan
tidak pada data log melainkan pada section, sehingga keakuratannya relatif kurang baik.
31
Gambar 5. 2. Hasil well to seismic tie pada section
32
Gambar 5. 4. Tampilan 3D time structure map
33
Gambar 5. 6. Depth structure map lapisan J
34
Gambar 5. 8. Depth structure map lapisan L
35
Gambar 5. 9. Tampilan 3D depth structure map
36
37
BAB VI
6.1 Kesimpulan
• Hasil well to seismic tie pada setiap sumur memiliki nilai korelasi yang cukup baik, namun untun
nilai PEP dan NMSE masing kurang optimal dikarenakan proses well to seismic tie tidak
dilakukan di data log.
• Time structure map tidak optimal dikarenakan masih terdapat event-event yang dihasilkan dari
kesalahan saat picking horizon juga proses well to seismic tie yang kurap optimal.
• Depth structure map yang dihasilkan belum bisa digunakan sebagai acuan karena peta tersebut
belum terkalibrasi dengan sumur.
6.2 Saran
Saran yang diberikan penulis kepada instansi adalah proses pembuatan akun harap dipercepat agar
waktu yang bisa digunakan untuk mengerjakan projek lebih banyak sehingga hasil yang diperoleh
pun maksimal.
38
DAFTAR PUSTAKA
Arpandi, D., Patmokismo, S., 1975 The Cibulakan Formation as One of The Most Prospective
Stratigraphic Units in The North west java Basinal Area, IPAProceeding, Vol 4th Annual
Convention, Jakarta.
Amril, A., Sukowitono., Supriyanto., .1991. Jatibarang Sub Basin – a half Graben Model in the
Onshoe of North West Java. IPA Proceedings, 20th Annual Convention, Jakarta. hal
279-307.
Budiyani,S., Priambodo, D.,Haksana, B.w.,Sugianto,P., .1991. Konsep Eksplorasi Untuk
Formasi Parigi di Cekungan Jawa Barat Utara. Makalah IAGI. Vol 20th, Indonesia. hal
45-67.
Bone, M.R., Giles, B.F. and Tegland, E.R., 1976. 3-D high resolution data collection, processing
and display. Proc. 46th Annual SEG.
Daly, M.C., Hooper, B.G.D. & Smith, D.G., 1987,Tertiary Plate Tectonics and Basin
Evolutionin Indonesia, Proceedings IndonesianPetroleum Association, 16th
AnnualConvention, p.399-428
Darman, H. dan Sidi, F.H.,. 2000. An Outline of The Geology of Indonesia. IAGI. Vol 20th.
Indonesia.
Effendi, A.C., 1974, Peta geologi lembar Bogor, Skala 1 : 100.000: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung. Martodjojo, S., 2003, Evolusi Cekungan Bogor Jawa
Barat: ITB Press, Indonesia
Gordon, T. L., .1985. Talang Akar coals Ardjuna subbasin oil source. Proceedings of the
Fourteenth Annual Convention Indonesian Petroleum Association, v.2. hal. 91-120.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region. USGS Professional Paper, 1078.
Noble, Ron A.,. 1997. Petroleum System of Northwest Java Indonesia. Proceeding IPA. 26th
Annual Convention. hal: 585 – 600.
Posamentier, H.W., and G.P. Allen, 1999, Siliciclastic Sequence Stratigraphy: Concepts and
Applications: SEPM Concepts in Sedimentology and Paleontology 7, 210 p.
Reminton. C.H., Nasir. H.,. 1986. Potensi Hidrokarbon Pada Batuan Karbonat Miosen Jawa
Barat Utara. PIT IAGI XV. Yogyakarta.
Robinson, M.C., and Reeves, J.J., 1989, Cluster analysis of geophysical well-log data in the
North Riley unit, Gaines County, Texas, paper BG 2.7, in Expanded Abstracts with
Biographies 59th annual meeting: Society of Exploration Geophysicists, v. l, p. 51-54.
39
Sinclair, S., Gresko, M., Sunia, C.,. 1995. Basin Evolution of the Ardjuna Rift System and its
Implications for Hydrocarbon Exploration, Offshore Northwest Java, Indonesia. IPA
Proceedings, 24th .Annual Convention, Jakarta. hal 147-162.
Sismanto., 1996. Pengolahan dan Interpretasi Data Seismik, Laboratorium Geofisika, Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Veeken, P., 2007, Seismic Stratigraphy, Basin Analysis and Reservoir Characterization. Vol.
37, France: Elsevier Science.
Walton, G. G. (1972), Three-dimensional seismic method, Geophysics 37(3):417.
Yilmaz, O., 2001, Seismic Data Analysis: Processing, Inversion, and Interpretation of Seismic
Data, Society of Exploration Geophysicists.
40
LAPORAN KERJA PRAKTIK
LAMPIRAN
41
LAPORAN KERJA PRAKTIK
42
LAPORAN KERJA PRAKTIK
43
LAPORAN KERJA PRAKTIK
44
LAPORAN KERJA PRAKTIK
45
LAPORAN KERJA PRAKTIK
46
LAPORAN KERJA PRAKTIK
47
LAPORAN KERJA PRAKTIK
48