Anda di halaman 1dari 9

PLANING / PERENCANAAN

Pdt. Anang Sukamto, M.Th.

“Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian
kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik” (Amsal 24:3-
4). Gereja mempunyai tugas yang jelas, Yesus berkata: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil
kepada segala makhluk.” (Markus 16:15).
Alkitab berkata tentang proses perencanaan, dan menyedikaan sejumlah prinsip bagaiamana
perencanaan seharusnya dilakukan. Karena itu pemimpin Kristen harus menyelidiki Firman Allah untuk
bimbingan mengenai bagaimana merencanakan proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan Allah.

Menetapkan perencanaan
Perencanaan terdiri dari: mengenali tujuan sebuah proyek secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan susunannya, dan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakannya. Jika
salah satu dari ke tiga hal itu tidak ada, maka perencanaan akan kurang berhasil.

Titik permulaan: Allah mempunyai rencana untuk saudara.


Proses perencanaan pemimpin Kristen adalah unik sebab dimulai dengan kenyataan bahwa
Allah mempunyai rencana dan tujuan untuk organisasi Kristen dan umat-Nya. “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan.” Allah juga berkata: “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu
jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mataKu tertuju kepadamu.” (Mazmur
32:8). Kepada Yeremia Allah berkata: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku
telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau,
Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5).
Allah dengan jelas menyatakan bahwa Dia mempunyai rencana untuk manusia. Karena itu,
langkah pertama dalam proses perencanaan adalah mengenali fakta dan meminta bimbingan Allah.
Karena Allah mempunyai rencana-rencana untuk organisasi dan pribadi, maka banyak orang
menggunakan hal ini untuk menolak membuat perencanaan.
Pemimpin Kristen harus sadar bahwa tugasnya adalah untuk menentukan apakah tindakan-
tindakan yang Allah inginkan agar dia lakukan dan kemudian meyakini Allah untuk hasil-hasilnya. Allah
pun berkata: “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.”
(Amsal 19:21).

Allah adalah sumber kuasa untuk mencapai rencana.


Sesudah pemimpin Kriten mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana, maka langkah
selanjutnya adalah menyadari bahwa Allah adalah sumber kuasa untuk melaksanakan rencana
tersebut. Prinsip ini dinyatakan dalam Ibrani 11:32-34: “Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab
aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta,
Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukan kerajaan-kerajaan,
mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa,
memadamkan apa yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam
kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan
tentara asing.”
Pasti banyak waktu untuk perencanaan dipakai guna mencapai sasaran di atas. Bagian ini
menjelaskan bahwa rencana-rencana itu didasarkan atas iman kepada Allah yang membuahkan hasil-
1
hasil tersebut. Sebenarnya: “hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang
menentukan arah langkahnya.” (Amsal 16:9). Untuk itu, pemimpin Kristen pertama-tama harus
mengetahui bahwa Allah mempunyai rencana dan berdoa untuk menyelidikinya. Setelah rencana-
rencana itu disusun dan dilaksanakan, dia harus meyakini Allah untuk hasilnya.

Perencanaan dimulai dengan mengenali tujuan.


Sebelumnya sudah dikatakan bahwa perencanaan adalah proses mengenali tujuan proyek
secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, susunannya, dan sumber-sumber yang
diperlukan. Bagian pertama adalah mengenali tujuan, di sinilah semua perencanaan perlu dimulai.
Tujuan berkaitan dengan pertanyaan “mengapa” seperti:
Mengapa hal ini penting?
Mengapa saya harus terlibat?
Mengapa hal ini perlu kita lakukan?
Mengapa hal ini menjadi prioritas utama?
Menetapkan tujuan memberi motivasi kepada orang-orang untuk bersatu di balik suatu
maksud. Yesus selalu mendapatkan orang-orang untuk suatu maksud atau tujuan – bukan pekerjaan
atau dalam maksud itu. misalnya, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan berkata kepada murid-murid
yang berpotensi sebagai berikut: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan penjala manusia.”
(Matius 4:19). Nehemia menceritakan kepada petugas-petugasnya tentang tujuan pembangunan
kembali tembok sekeliling Yerusalem: “Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah
menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari kita bangun kembali tembok
Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela.” (Nehemia 2:17).
Allah menjelaskan rencana-Nya ketika dia minta agar Nuh membuat sebuah bahtera bagi
keluarganya dan untuk binatang-binatang (lihat Kejadian 6:9-22). Dengan kata lain, Dia menjawab
pertanyaan Nuh tentang bagaimana. Prinsip ini dapat dilihat dalam Alkitab. Seiring hal ini dipancang
sama pentingnya dengan proses perencanaan.
Merencanakan adalah pekerjaan yang berat. Jadi hal tersebut dapat membuat kecil hati.
Itulah mengapa penting untuk memuliakan proses perencanaan dengan mengenali tujuan
keseluruhan pekerjaan atau proyek yang direncanakan. Perasaan yang kuat untuk tujuan menolong
mengembangkan keyakinan dan penyerahan yang diperlukan untuk pekerjaan perencanaan. Jika
tujuan tidak dimengerti, maka perencanaan hanya dipandang oleh mereka yang terlibat sebagai
“Hanya suatu pekerjaan yang lebih sibuk.”
Seorang anggota panitia gereja pernah menceritakan kepada saya tentang rapat perencanaan
tahunan di gerejanya sebagai hal yang hanya membuang waktu saja. “Saya tidak mengerti mengapa
kami mengadakan rapat-rapat seperti itu.” katanya. “Semua yang kami putuskan adalah agar semua
yang sudah kami lakukan akan terus berjalan. Masalahnya adalah, tidak seorang pun mengetahui
mengapa kami memulai semua program ini.”
Sayang sekali, terlalu banyak rapat perencanaan yang memiliki sedikit tujuan. kecuali tujuan
dari pekerjaan itu dimengerti dengan jelas, maka tanpa di sadari kegiatan tersebut akan menjadi
penampilan upacara tradisional.
Karena itu, setiap rapat perencanaan harus dimulai dengan menjawab pertanyaan berikut:
“Mengapa kita melakukan hal ini?” jawaban atas pertanyaan itu menyatakan tujuan. dan jika tujuan
sungguh merupakan kebutuhan, maka orang-orang akan melihat nilainya untuk terlibat di dalam
perencanaan.

Mengembangkan visi perencanaan yang lengkap.


Visi adalah suatu gambaran jiwa tentang rencana yang lengkap, tindakan yang
membangkitkan semangat, pembaharuan, dan kreatifitas. Sama seperti tujuan atau maksud, sebuah
visi memberi motivasi bagi orang-orang untuk membuat penyerahan yang sesungguhnya bagi proyek

2
tersebut. Juga, menolong pengembangan kesatuan kelompok dan pendirian perseorangan serta
pembatasan sumber-sumber anggaran belanja dalam mencapai gol.
Sebelum peperangannya dengan Goliat, Daud membayangkan hasil akhir: “Engkau
mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan
nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. Hari ini juga Tuhan akan
menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggl kepalamu
dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada
burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel
mempunyai Allah.” (1 Samuel 17:45-46).
Membayangkan hasil akhir sebelum berangkat berperang menolong Daud untuk
merencanakan serangannya terhadap Goliat, dan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
melaksanakan rencananya.
Daud juga menyatakan bahwa dia mengatahui tujuan peperangannya dengan Goliat: “Dan
supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan
dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam
tangan kami.” (1 Samuel 17:47).
Mengerti tujuan peperangan, memberi Daud motivasi untuk bertindak. Membayangkan hasil
akhir menolongnya membentuk rencana perangnya. Dan walaupun Daud sendiri yang melaksanakan
langkah-langkah rencananya, tapi jelas bahwa dia meyakini Allah untuk hasilnya.

Mengembangkan ukuran sasaran.


Langkah selanjutanya dalam proses perencanaan adalah menentukan ukuran sasaran. Hal itu
menyatakan dengan pasti apa yang akan dilaksanakan, berapa banyak yang akan dilaksanakan, dan
kapan akan diselesaikan. Penting untuk tetap diingat bahwa sebuah sasaran harus dapat diukur agar
bisa diatur.
Sebelum pembangunan kembali tembol Yerusalem, Raja Artahsasta mengajukan 2 pertanyaan
penting yang diperlukan untuk membentuk suatu ukuran sasaran. “Apa yang kauinginkan?” (Nehemia
2:4). “Berapa lama engkau dalam perjalanan?” (Ayat 6). Pertanyaan-pertanyaan tersebut menolong
menjelaskan sasaran-sasaran dalam hal apa, berapa banyak, dan kapan. Dengan kata lain, sasaran
menjadi ukuran.
Tanpa ukuran, sasaran sebuah organisasi tidak dapat mengevaluasi apa yang sudah
dilaksanakan. Misalnya, mungkin gereja Saudara mengembangkan sasaran berikut: “Kami akan
meningkatkan dana untuk penyiaran Injil.” Contoh itu adalah sasaran yang buruk. Sebab
pelaksanaanya tidak dapat dievaluasi dengan efektif. Sasaran tersebut menyatakan apa yang akan
terjadi (meningkatkan dana untuk penyiaran Injil), tapi tidak menyatakan berapa jumlah yang akan
ditingkatkan atau kapan akan dicapai.
Untuk membuat sasaran tersebut dapat diukur, ubahlah pernyataan tersebut seperti berikut:
“Tahun ini (kapan) kami akan meningkatkan 20% (berapa banyak) dana untuk penyiaran Injil (apa)
daripada tahun lalu.” Sekarang, organisasi tersbut dapat mengevaluasi perkembangan dengan efektif
terhadap pencapaian gol anggaran penyairan Injil tersebut, sebab mengetahui berapa jumlah yang
diharapkan bertambah dalam periode waktu tertentu.
Pendekatan ini menentukan sasaran yang menolong para pemimpin untuk lebih khusus dalam
perencanaan. Hal ini menghapus penngertian yang kurang dan menolong orang untuk menerangkan
apa yang akan terjadi dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.

Nilai ukuran sasaran


Ukuran sasaran memberikan arti bagi iman. Tanpa ukuran sasaran, orang cenderung untuk
berbicara dan berencana secara umum. Mereka mengakui bahwa “mempercayai Allah untuk
memimpin,” tapi tidak mengetahui ke mana mereka menuju dan tidak mampu untuk menentukan
kapan mereka tiba. Di segi lain, ukuran sasaran berpusat pada apa yang akan diperbuat Allah bagi
3
seseorang yang percaya, berapa banyak seseorang mempercayai Allah, dan kapan hal itu akan terjadi.
Ukuran sasaran membawa iman kepada pusat, memberikannya arti dan sebuah identitas.
Ukuran sasaran menolong orang untuk mengetahui apa yang harus didoakan. Selama seminar
manajemen, seorang pengusaha Canada yang bernama Will Shacer mengatakan bagaimana ukuran
sasaran menolong waktu doanya menjadi lebih berarti. “Sebelum saya mulai menentukan ukuran
sasaran, saya berdoa: ‘Tuhan, berkatilah usahaku!’ tapi, sekarang saya mempunyai sasaran-sasaran,
saya tahu pasti apa dan berapa banyak yang saya minta kepada Allah, dan kapan saya mengharapkan
hasilnya.”
Sulit untuk mengetahui kapan Allah menjawab doa itu, “Berkatilah usahaku.” Bagaimanapun
juga, ketika kita menentukan ukuran sasaran, maka doa-doa kita mulai dipusatkan kepada apa yang
kita ingin Allah lakukan, berapa banyak yang ingin kita laksanakan, dan kapan kita harapkan akan
dilaksanakan.

Mengembangkan sasaran yang baik.


Sasaran yang baik selalu dapat dilaksanakan. Setiap sasaran harus dilaksanakan. Jika orang
menyadari bahwa mustahil untuk mencapai gol dalam waktu yang sudah ditentukan, dia akan merasa
frustasi dan cenderung kehilangan minat, juga penyerahannya terhadap proyek tersebut. Karena itu,
ketika mengembangkan ukuran sasaran, pastikanlah selalu bahwa hal itu ada dalam batasan
kemungkinan.

Sasaran yang baik selalu realistis, kadang-kadang walaupun suatu sasaran mungkin untuk
dilaksanakan, tapi mungkin tidak realistis/masuk akal untuk dilaksanakan. Misalnya, sebuah organisasi
akan mengembangkan sasaran dengan memperluas fasilitas-fasilitasnya. Tapi, jika pilihan perluasan
fasilitas tersebut tidak realistis, dalam arti dana pinjaman yang dibutuhkan untuk proyek tersbut
berlebihan, maka sasaran tersebut bukan sasaran yang baik. Karena itu, penting untuk memastikan
bahwa sasaran-sasaran yang dibuat realistis, sehingga bisa dilaksanakan.

Sasaran yang baik selalu cocok dengan gol-gol organisasi lainnya.


Setiap sasaran dalam sebuah organisasi harus memperbesar tujuan atau maksud keseluruhan.
Misalnya, jika sasaran suatu departemen tidak dapat memperbesar sasaran organisasi, berartitidak
cocok dan saling bertentangan karena tidak bisa memperbesar tujuan yang umum.

Sasaran yang baik selalu memberi dorongan. Sasaran yang baik mendorong minat dan
penyerahan. Sasaran yang baik membakar orang untuk bertindak. Jika sasaran tidak memberi
dorongan, maka rencana-rencana tersebut akan kurang berhasil – untuk orang-orang yang enggan
menyerahkan diri mereka kepada sesuatu yang mereka tidak ingin untuk terlibat di dalamnya. Karena
itu , mengembangkan sasaran yang memberi dorongan adalah salah satu tugas terpenting untuk
perencanaan yang berhasil.

Mengenali kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran.


Seperti yang sudah dinyatakan sebelumnya, tujuan menjawab pertanyaan tentang mengaoa
rencana tersebut penting dan diperlukan. Sasaran-sasaran menjelaskan secara khusus apa yang akan
dicapai dan kapan. Dan kegiatan-kegiatan tersebut berpusat pada bagaimana rencana tersebut akan
dilaksanakan.

Partisipasi menjadikan orang-orang “memiliki” rencana-rencana itu. mereka yang diharuskan


melaksanakan kegiatan-kegiatan tanpa partisipasi dalam pengembangannya, biasanya kurang
mempunyai motivasi dan penyerahan untuk membuat rencana-rencana tersebut berhasil. Di segi lain,
mereka yang terlibat dalam pengembangan suatu kegiatan cenderung untuk lebih bangga akan
pekerjaannya.
4
Saya menyadari tentang pentingnya “memiliki”, ketika kami pindah ke Colorado Springs.
Seorang pedagang perumahan membawa kami untuk melihat rumah-rumah. Satu sore kami naik
mobil melintasi sebuah lingkungan yang terpelihara dengan baik. Rumah-rumah di situ mempunyai
halaman-halaman yang indah dengan pohon-pohon dan semak-semak yang banyak, serta setiap
rumah kelihatan baru di cat.
Kemudian, kami melewati suatu tempat yang buruk. Walaupun rumahnya kelihatan dibangun
bersamaan waktunya dengan yang lainnya, tapi rumputnya kering, cabang-cabang pohon patah dan
melintang di halaman, pintu kasanya tergantung miring pada engsel-engselnya, dan cat temboknya
terkelupas.
Ketika saya menyelidiki keadaan rumah itu, pedagang perumahan tersebut berkata, “Saudara
dapat membeli rumah itu di bawah harga, kira-kira $5000.”
Saya mengerutkan dahi dan bertanya: “Mengapa orang membiarkan rumah bagus ini menjadi
buruk seperti itu?”
“Oh, mudah saja,” sahut pedagang tersebut “Orang-orang yang tinggal di situ adalah
menyewa. Pemiliknya pindah ke California 4 tahun yang lalu.”
Sewaktu kami melanjutkan perjalanan, saya diingatkan akan orang-orang yang kurang
mempunyai pengabdian terhadap hal-hal yang bukan miliknya. Hal itu sama halnya di dalam
organisasi. Jika bukan tidak merasa “memiliki” rencana-rencana dan kegiatan-kegiatan organisasi
tersebut, maka mereka sering bertindak seperti penyewa-penyewa rumah, mereka cenderung kurang
bangga, kurang mempunyai motivasi, dan juga kurang pengabdiannya.
Orang mengembangkan perasaan memiliki dalam proses perencanaan hanya jika mereka
berpartisipasi dalam mengembangkan tujuan, sasaran, dan kegiatan. Waktu mereka terlibat, mereka
akan bekerja keras untuk berhasil sebab rencana-rencana tersebut adalah milik mereka.
Perlu diberi dorongan untuk pembaharuan dan kreatifitas ketika mengembangkan kegiatan-
kegiatan. Ini adalah waktu yang terbaik dalam proses perencanaan untuk mendorong pembaharuan
dan kreatifitas. Pemimpin harus minta kepada orang-orang yang bekerja di bawah pengawasannya
untuk mengembangkan kegiatan yang mungkin paling baik agar mencapai sasaran dengan data yang
mungkin paling produktif dan paling efektif.
Pembaharuan dan kreatifitas mencegah orang-orang dan rencana-rencana mereka dari
kebosanan. Sebab itu, ketika mengembangkan kegiatan, mereka harus didorong untuk
mengembangkan metode-metode tradisional dan proses-prosesnya. Mereka harus diminta untuk
mencari cata-cara yang baru dan berkembang dalam pelaksanaanya walaupun tugas-tugas dan
kegiatan-kegiatan itu merupakan hal yang rutin.
Jim Penrose, pemilik perusahaan kecil, memutuskan untuk melibatkan seluruh pegawainya
dalam merecanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Dia menjelaskan apa yang terjadi ketika dia mendorong para pegawainya agar mengadakan
pembaharuan. “Mulanya mengerikan,. Saya merasa saya kehilangan kendali karena orang-orang mulai
datang dengan ide-idenya dan cara-cara lainnya untuk melaksanakan sesuatu. Bagaimanapun juga,
saya segera menyadari bahwa para pegawai saya sering lebih tahu tentang bagaimana hal-hal harus
dikerjakan daripada saya. Walaupun saya dengan enggan pada mulanya untuk membiarkan mereka
memutuskan bagaimana kami akan melaksanakan pekerjaa-pekerjaan kami, sekali waktu saya melihat
hasilnya saya tertarik pada gagasan itu.
Beberapa waktu kemudian, beberapa pegawainya bercerita kepada saya bahwa mereka
berpikir akan mencari pekerjaan baru sebelum Jim mulai mendorong mereka untuk terlibat dalam
perecanaan itu. Salah satu pegawai berkata sambil tersenyum, “Pak Penrose tidak dapat membuat
saya lari ke kelompok lain.”
Selama Perang Dunia II, perusahaan Soichiro Honda di Jepang dihancurkan oleh bom-bom
Amerika. Sesudah perang itu dia mulai kembali, memproduksi sepeda motor-sepeda motor dan
kemudian mobil-mobil. Perusahaan Honda berkembang menjadi salah satu perusahan mobil yang
terbesar di Jepang, dengan kurang lebih 50.000 pegawai.
5
Ketika ditanyakan bagaimana dia mengembangakan perusahaan yang berhasil, Soichiro Honda
berkata, “Pemikiran bagi perusahaan itu dilakukan oleh setiap orang termasuk para pegawai yang
memasang bagian-bagian mesin.” Honda beralih ke pembaharuan ide dari semua para pegawainya
sehingga menjadi rencana yang berhasil dan hasil-hasil yang produktif.

Tempatkanlah kegiatan pada urutan yang tepat.


Sekali kegiatan-kegiatan dikenali, maka langkah selanjutnya adalah menempatkannya pada
urutan yang tepat, dan meyakini setiap kegiatan dimunculkan pada saat yang tepat. Kegiatan yang
tepat yang ditampilkan pada saat yang tidak tepat dapat menghancurkan, sama seperti memimpin
semua kegiatan yang salah bersama-sama.
Mengenali kegiatan-kegiatan menjelaskan bagaimana rencana akan dilaksanakan.
Menempatkan kegiatan pada urutan yang tepat menyatakan tempat yang cocok bagi setiap kegiatan
dalam suatu seri peristiwa.

Menentukan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai rencana.


Proses perencanaan tidak lengkap sebelum sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai
rencana tersebut ditentukan. Yesus menunjukan pentingnya untuk menentukan sumber-sumber yang
diperlukan dan yang tersedia ketika merencanakan kegiatan atau proyek. Dia mengajukan dua
pertanyaan yang memerlukan seluruh sumber perencanaa untuk menjawabnya. “Sebab siapakah
diantara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran
biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?” (Lukas 14:48). “Atau, raja
manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk
mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang
mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?” (Ayat 31).
Penting untuk diingat bahwa sumber perencaan adalah paling utama dan merupakan bagian
penting dari keseluruhan proses perencanaan. Juga penting untuk dicatat bahwa didalam proses
perencanaan, mengenali sumber-sumber yang diperlukan diikuti dengan menempatkan kagiatan-
kegiatan dalam urutan yang tepat. Urutan kegiatan akan berpengaruh atas jenis sumber-sumber yang
diperlukan dan kapan sumber-sumber itu diperlukan.
Ada enam faktor yang menjadi kunci ketika menyediakan sumber-sumber untuk suatu
rencana:
- Orang-orang
- Tempat/ruang
- Perbekalan
- Waktu
- Uang
Apakah saudara memandang orang-orang sebagai sumber yang paling bernilai dan penting
dalam mencapai sasaran? Orang-orang adalah sumber organisasi yang paling bernilai. Karena itu,
merekalah yang harus pertama-tama dipikirkan ketika mengenali sumber-sumber yang diperlukan
untuk mencapai sebuah rencana. Ketika menentuka orang-orang yang diperlukan, pertanyaan-
pertanyaan berikut ini perlu dijawab:
Apakah jenis keahlian, karunia, dan kemampuan yang diperlukan untuk mengikuti setiap
kegiatan?
Apakah sekarang ini kita mempunyai orang-orang dengan keahlian-keahlian ini dalam
organisasi?
Apakah kita mempunyai orang-orang yang tertarik didalam mengembangkan keahlian-
keahlian yang diperlukan?
Jika kita harus mencari keahlian-keahlian itu diluar organisasi, bagaimana kita
mendapatkannya?

6
Apakah macam fasilitas dan berapa banyak tempat/ruang yang diperlukan untuk
mendapatkan kegiatan-kegiatan itu? fasilitas dan tempat memainkan peran penting dalam
melaksanakan rencana-rencana. Penjadwalan fasilitas dan tempat yang digunakan adalah aspek-aspek
yang paling sering diabaikan dalam sumber perencanaan. Sayang sekali, padahal keduanya merupakan
salah satu bagian yang paling penting dalam proses perencanaa. Semua kegiatan memerlukan tempat
dan fasilitas. Jika tempat semacam itu tidak tersedia, maka kegiatan yang sudah direncanakan dengan
cara yang paling baik sekalipun bisa gagal.
Apakah macam perlengkapan yang diperlukan, dan apakah hal itu tersedia? Sama seperti
fasilitas dan tempat, perlengkapan juga memainkan peran penting dlaam melaksanakan rencana.
Sering setiap kegiatan memerlukan perlengkapan yang berbeda. Karena itu, penting untuk
menempatkan kegiatan pada urutan waktu yang tepat agar mengetahui kapan dan berapa lama
menjadwalkan perlengkapan yang diperlukan.
Apakah macam perbekalan yang diperlukan dan berapa banyak? Banyak pemimpin produksi
menyadari pentingnya perbekalan dalam melaksanakan rencana apapun. Memperoleh dan
menyalurkan perbekalan sering menghabiskan banyak waktu. Karena itu, perlu diberikan diberikan
perhatian yang cukup agar dapat memastikan macam dan jumlah perbekalan yang tersedia dan
diperlukan. Pada proyek yang besar, hal ini menjadi pekerjaan sepenuh waktu.
Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dan melaksanakan setiap
kegiatan? Waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dan melaksanakan setiap kegiatan
tergantung dari berapa lama pelaksanaan keseluruhan rencana. Jumlah orang, tempat, perlengkapan
dan perbekalan yang tersedia akan besar pengaruhnya terhadap waktu yang diperlukan untuk setiap
kegiatan.
Berapa jumlah uang yang diperlukan untuk menyelesaikan urutan setiap kegiatan? Jumlah
uang yang diperlukan tergantung dari jumlah dan macam sumber yang dipakai. Pada waktu yang
sama, jumlah uang yang tersedia akan menentukaa apa yang dapat dibelanjakan.
Setan selalu mencoba meyakinkan pemimpin kristen bahwa tidak ada cukup sumber untuk
melaksanakan pekerjaan. Orang-orang yang terlibat dalam sumber perencanaan harus tetap ingat
bahwa jika rencana-rencana tersebut sesuai dengan kehendak Allah, baik bagi perseorangan dan/atau
organisasi, maka Dia akan menyediakan sumber-sumber untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Simpulan proses perencanaan.


Seperti yang sudah kita pelajari, ada enam tingkat dalam proses perencanaan seperti yang ada
dalam garis besar berikut ini:
Prasyarat: Sebelum memulai proses perencanaan, prioritas yang harus dipenuhi:
a. Mengakui bahwa Allah mempunyai rencana untuk saudara dan organisasi saudara.
b. Mengakui bahwa Allah adalah sumber kuasa untuk melaksanakan rencana tersebut.
Tingkat 1: Mengenali tujuan proyek atau kegiatan.
a. Tujuan menyatakan mengapa rencana penting.
b. Tujuan mengembangkan keyakinan dan penyerahan untuk membuat rencana.
Tingkat 2: Membayangkan rencana yang sudah dilengkapi.
a. Memebayangkan rencana tersebut dilengkapi membangun kepercayaan dan iman dalam proyek
dan tujuan.
b. Juga, mempercepat proses perencanaan.
Tingkat 3: Mengembangkan ukuran sasaran.
a. Sasaran menyatakan apa yang akan dilaksanakan.
b. Sasaran menyatakan berapa banyak yang akan dicapai dan kapan.
Tingkat 4: Mengenali kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan sasaran.
a. Kegiatan-kegiatan menjelaskan bagaimana sasaran akan dicapai.
b. Fase proses perencanaan harus berpusat pada partisipasi, pembaharuan, dan kreatifitas.
Tingkat 5: menempatkan kegiatan-kegiatan pada urutan yang tepat.
7
Tingkat ini menjelaskan tempat yang cocok bagi setiap kegiatan dalam rencana keseluruhan.
Tingkat 6: Menentukan sumber-sumber yang diperlukan, untuk melaksanakan rencana tersebut.
a. Ketika mempertimbangkan sumber-sumber yang diperlukan, harus diperhatikan orang-orang,
tempat, perlengkapan, perbeklalan, waktu dan uang.
b. Jumlah sumber-sumber yang diperlukan tergantung dari kegiatan-kegiatan yang akan ditampilkan
dan urutannya.

Papan cerita: Sebuah alat perencanaan yang baik sekali.


Papan cerita (bagan dihalaman berikut) adalah alat perencanaan yang baik sekali, sebab
menolong untuk membayangkan bagian-bagian rencana seperti yang sudah dirumuskan. Alat ini
dipakai pertama kali dalam perusahaan bioaskop untuk membantu menyususun urutan adegan
sebuah film. Papan cerita ini sekarang dipakai oleh serangkaian hotel dan restoran, bermacam-macam
perusahaan, yayasan pendidikan, dan organisasi-organisasi internasional.
Papan cerita berguna bagi proses perencanaan dalam cara-cara yang berikut:
- Menolong proses pengilhaman
- Menolong untuk terus memperhatikan topik dibawah diskusi.
- Menolong mengatur fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan dalam urutan yang tepat.
- Merangsang pembaharuan dan kreatifitas.

Pdt Yanney, salah seorang pemimpin kantor Navigator, “ penggunaan papan cerita sungguh
mengembangkan hasil-hasil kami selama waktu perencanaan. “ Dia melanjutkan, “kami sekarang
mendapatkan lebih banyak ide yang kreatif dan staf kami, rencana-rencana yang diatur lebih baik
didalam lebih banyak rincian, dan orang-orang kami lebih bergairah terhadap pekerjaan berat yang
ada dalam proses perencanaan. Perencanaan adalah dasar dari proses ide-ide yang dihasilkan dan
diatur. Papan cerita merangsang ide-ide yang dihasilkan untuk dibayangkan dan disusun dalam urutan
yang diinginkan. Hal ini juga menolong orang-orang untuk berpusat pada topik yang sudah
direncanakan, juga memberikan gambaran rencana yang dapat dilihat, bagaikan komponen-
komponen yang bermacam-macam itu dikembangkan dan ditempatkan pada urutan yang tepat.
Dengan kata lain, hal itu menyatakan cerita dari rencana tersebut.

KARTU TOPIK

Kartu Pokok Kartu Pokok Kartu Pokok


sub pokok sub pokok sub pokok
sub pokok sub pokok sub pokok
sub pokok sub pokok sub pokok
sub pokok sub pokok sub pokok
sub pokok sub pokok sub pokok
sub pokok sub pokok
sub pokok
sub pokok

penjelasan Bagan: Papan cerita ini menyerupai sebuah papan buletin dalam pola/design. Kartu-
kartu digantungkan pada papan memperlihatkan topik yang didiskusikan atau
direncanakan. Kartu-kartu pokok memperlihatkan bagian-bagian utama di
bawah diskusi, dan kartu-kartu sub pokok memperlihatkan kegiatan yang
bermacam-macam di bawah setiap fungsi.

Bagaimana menggunakan papan cerita dalam proses perencanaan? Seperti yang digambarkan
dalam bagan di atas, papan cerita menyerupai papan buletin. Hal itu bisa dibuat dari gabus atau bahan
8
lainnya yang dapat memindahkan paku payung untuk ditusuk. Ukurannya bisa bermacam-macam,
lebih besar lebih baik. Banyak organisasi menutup sebuah dinding sepenuhnya dengan gabus, bahan
gabus digunakan untuk merancang papan cerita-papan cerita.
Pemakaian kartu-kartu: Ketika memakai papan cerita diperlukan tiga ukuran dasar kartu.
Kartu terbesar untuk kartu topik, berukuran kartu besar lainnya dipakai untuk pokok-pokok utama
yang didiskusikan atau direncanakan sesuai dengan ukuran medianya. Kartu yang paling kecil
digunakan untuk mencatat kegiatan-kegiatan sub pokok dari setiap pokok utama (lihat bagan di atas).
Proses pengilhaman: Pengilhaman dipakai untuk menghasilkan ide-ide bagi papan cerita
tersebut. Tujuan pengilhaman adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide yang berhubungan
dengan pokok yang diberikan. Selama waktu pengilhaman, ide-ide tersebut akan ditulis pada kartu
yang cocok (topik, pokok, atau sub pokok) dan ditempatkan pada papan cerita seperti yang terlihat
pada bagan tadi. Semua ide dicatat tanpa mendiskusikan tentang nilai-nilainya.
Mengevaluasi ide-ide: setelah waktu pengilhaman selesai, setiap kegiatan pada papan cerita
dievaluasi tentang kebenarannya, urutannya, dan tempatnya di dalam perencanaan. Ide-ide yang
diputuskan tidak berlaku dicabut dari papam cerita tersebut. Tempat bagi ide-ide lainnya mungkin
perlu diubah, tergantung di mana tempatnya yang cocok dalam rencana keseluruhan.
Beberapa bulan yang lalu saya memakai papan cerita dalam saat konsultasi dengan staf
administrasi dari restoran Pantai Barat (West Coast). Direktunya mengatakan: “Saya kagum terhadap
banyaknya pekerjaan yang kami lakukan dengan proses ini. Saya tidak menyadari bahwa orang-orang
saya mempunyai begitu banyak ide.”
Setelah mempelajari penggunaan papan cerita sebagai alat perencanaan, seorang pemilik
perusahaan konstruksi di Colorado mengatakan, “Penggunaan papan cerita menolong kami untuk
membayangkan sebuah proyek yang direncanakan dari awal sampai akhir. Kartu yang dapat
dipindahkan tersebut mempermudah pengaturan rencana, dan membantu perubahan jadwal tanpa
harus mengolah lagi seluruh rencna.”
Pemimpin yang tertarik dalam perencanaan yang lebih efektif dan produktif dalam waktu yang
tidak lama harus mempertimbangkan penggunaan papan cerita. Alat itu sungguh-sungguh alat yang
efektif untuk melibatkan orang-orang dalam proses perencanaan.
Pada akhirnya, perencanaan terdiri dari mengenali tujuan keseluruhan sebuah proyek,
kegiatan-kegiatan yang akan ditampilkan, urutan-urutannya, dan sumber-sumber yang diperlukan
untuk melaksanakannya.
Merencanakan merupakan pekerjaan yang berat dan bisa membuat frustasi. Ini adalah proses
kejiwaan di mana orang-orang mengenali sasaran-sasaran, mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk
melaksanakan sasaran-sasaran, menentukan manakah kegiatan yang akan dilaksanakan. Dan
kemudian memutuskan sumber-sumber apakah yang diperlukan. Perencanaan selalu berhadapan
dengan masa depan, yang tidak dapat diramalkan.
Mereka yang termasuk dalam rencana tersebut harus diminta masukan-masukannya dalam
pengembangan rencana itu. Papan cerita tersebut adalah alat yang baik sekali untuk melibatkan
orang-orang dalam proses perencanaan. Hal itu juga merangsang pembaharuan, partisipasi, dan
menambah keefektifan sewaktu rencana-rencana tersebut dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai