Anda di halaman 1dari 37

Bioteknologi Budidaya Perikanan

Ardana Kurniaji, S.Pi., M.Si

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Taruna mampu menerapkan bidang bioteknologi budidaya
perikanan dengan cara yang baik dan benar sesuai kaidah
CBIB dan mutu produksi

Sub-CPMK
• Taruna mampu melakukan vaksinasi ikan
• Taruna mampu mengaplikasikan probiotik untuk budidaya ikan
• Taruna mampu mengaplikasikan immunostimulan untuk budidaya ikan
• Taruna mampu mengaplikasikan bahan herbal untuk budidaya ikan

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Vaksinasi Ikan
Indikator Pembelajaran

Taruna mampu menjelaskan:

1. Sistem imun pada ikan

2. Pengertian dan syarat vaksin/vaksinasi

3. Pengelompokan vaksin

4. Tahapan Produksi Vaksin

5. Teknik Pemberian Vaksin

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Sistem Imun pada Ikan

Sistem Imun

Non Spesifik Spesifik

Biokimia Seluler
Fisik Seluler: Humoral
- Lisozim - Sel T
- Kulit/sisik - Fagosit, - Antibodi
- Asam - Supresor
- Selaput mononuclear, (Ig)
lambung - Sel B
lendir polimorfonuklear
- Laktoferin - Memori
- Sel NK
- Transferin - Sel Mast Organ
- Fibronektin - Sel T Sitotoksik - Ginjal
- Interleukin
- Timus
Humoral
- Hati
- Komplemen
- Interferon

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Perbandingan Sistem Imun

Non specific Specific


Defense Mechanisms Defense Mechanisms
- Mucus Insect - Antibody
- Phagocytic cell

Lobster

Lamprey

Trout

Man

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Ilustrasi Kinerja Imunitas

Luar Tubuh Dalam Tubuh Interleukin

Patogen dalam
Penghalang Sel T
tubuh Inflamasi
Pertama
- Mukus
- Sisik
- Kulit Luka Non
Spesific Antibodi
Spesific

Organ:
Fagositosis
- Limfa Sel B
- Ginjal Sel B
Memori
- Hati
- Timus
APC

First line Second line Third line

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Imun Spesifik - Humoral

1. Antibodi: substansi khusus yang dibentuk tubuh


sebagai respon terhadap adanya benda asing yang
tidak dikehendaki tubuh berupa mikroba atau
molekul asing.
2. Antibodi dibentuk oleh sel B yang telah teraktivasi
menjadi sel plasma setelah merespon keberadaan
antigen.
3. Antibodi diproduksi untuk melisis bakteri, virus dan
lainnya.
4. Antibodi bersifat spesifik terhadap antigen tertentu.
5. Antigen adalah biomolekul yang merangsang imun
dan dapat bereaksi dengan antibodi

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
Metode Pencegahan
terkait Imunitas

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Kinerja
Antibodi

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Faktor yang mempengaruhi sistem imun ikan
• Suhu air: sifat ikan sebagai poikilotermik - suhu diketahui sebagai
factor pembatas dalam sistem metabolisme organisme, termasuk
proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu
tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh
(immunosuppressive).
• Kondisi stress: apabila terjadi stress, ikan akan bereaksi dengan
mensekresi hormon stress (contricosteroids) dalam jumlah yang cukup
tinggi, dimana hormon tersebut diketahui sebagai unsurimmuno
suppressive.
• Immunomodulators adjuvant: merupakan unsur yang apabila
dicampur dengan antigen untuk keperluan vaksinasi akan
meningkatkan efektifitas vaksin (meningkatkan level respon kekebalan
spesifik), dan juga dapat melipat gandakan produksi sel-sel fungsional
yang berperan dalam sistem kekebalan non-spesifik.
• Keseimbangan nutrisi: kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas)
sesuai dengan kebutuhan optimal ikan sangat berpengaruh terhadap
sistem kekebalan tubuh ikan.

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Definisi Vaksin
1. Vaksin adalah produk biologi dari mikroorganisme yang dilemahkan,
dimatikan atau direkayasa genetic dan berguna untuk merangsang
kekebalan tubuh secara aktif.
2. Vaksin merupakan upaya preventif untuk meningkatkan kekebalan
pada tubuh ikan secara aktif terhadap suatu penyakit.
3. Vaksin dibuat dari material patogen dan turunanya yang diberi
perlakuan agar dapat menstimulus sistem imun ikan sehingga tahan
terhadap serangan penyakit infeksius.
4. Vaksinasi suatu upaya pemberian vaksin ke dalam tubuh ikan agar
memiliki ketahanan tubuh yang bersifat spesifik. Mekanisme kerja
vaksin adalah mempengaruhi imunitas yakni sel-sel imun dan
terbentuk pada waktu sebelumnya.

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Syarat Vaksin
1. Vaksin aman bagi ikan, lingkungan perairan dan konsumen
yang mengkonsumsi ikan tersebut.
2. Vaksin bersifat spesifik untuk patogen tertentu (virus,
bakteri dll)
3. Vaksin protektif yakni dapat melindungi ikan (protective
duration) dari infeksi patogen dalam waktu yang lama minimal
selama periode pemeliharaan (siklus produksi)
4. Vaksin mudah didapat, aplikatif (mudah digunakan) dan
ekonomis (murah) sehingga tidak merugikan pembudidaya
5. Terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Syarat Aplikasi Vaksin
1. Umur ikan diatas 1 minggu (aplikasi melalui oral atau imersi)
karena pada umur kurang 1 minggu organ ikan belum optimal
berperan dalam pembentukan antibody.
2. Apabila vaksin diberikan melalui penyuntikan maka ukuran
ikan harus disesuaikan dengan jarum suntik (needle) dan
dosis, serta dipastikan cara injeksi aman (tidak mengakibatkan
abses atau luka)
3. Status kesehatan ikan dalam kondisi baik atau sehat, jika ikan
sakit maka harus ditreatment terlebih dahulu.
4. Suhu air sebaiknya hangat dan stabil (diatas 25oC).
5. Air yang digunakan untuk melakukan vaksinasi dan
pemeliharaan ikan harus bebas dari unsur polutan.

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Perkembangan Generasi Vaksin Ikan
(Hirono 2005)

Generasi I Generasi II Generasi III

inactivated vaccine
(Tidak ada resiko namun DNA vaccine
mahal, kadang
unrespon, periode
Recombinant
singkat) protein vaccine (Tidak menimbulkan
resiko, mudah
dikembangkan dan
(Biaya murah, bisa
diproduksi, bersifat
produksi massal namun
live attenuated stabil dan mampu
tidak mampu
vaccine menginduksi kekebalan
menginduksi imunitas
(induksi humoral dan humoral dan selular,
seluler)
selular, proteksi lama, namun protein yang
resiko infeksi) imunogenik terbatas)

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Jenis Vaksin
Jenis Vaksin Keterangan
Killed Vaccine/ Mikroorganime virulen yang dimatikan melalui bahan kimia
Inactivated vaccine maupun suhu
Attenuated Vaccine Mikroorganime virulen yang ditumbuhkan pada media dengan
kondisi yang mengakibatkan faktor virulen tidak muncul
Sub-Unit Vaccine Fragmen mikroorganisme yang bisa menginduksi respons
imun melalui purifikasi, rekayasa genetik
Conjugate Vaccine Polisakarida bakteri yang poor immunogenic di-link dengan
protein (toksin)
Sintetic/Peptide Epitop Ag sintetik yang dicampur dengan carrier atau
Vaccine adjuvant tertentu
Anti-Idiotypic Vaccine Mengandung Ig yang menyerupai Ag sehingga dikenali oleh
sistem kekebalan tubuh ikan
Recombinan Vaccine Protein rekombinan yang diproduksi mikroba untuk vaksin
DNA Vaccine Fragmen DNA pathogen yang diperbanyak melalui mikroba
lain (cloning)

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Vaksin Ikan
VACCINES SPECIES DISEASE
Aeromonas salmonicida Bacterin Atlantic salmon Furunculosis
Vibrio anguillarum-Ordalii-Yersinia ruckeri Rainbow trout Vibriosis, yersiniosis (enteric
Bacterin red- mouth disease)

Yersinia ruckeri Bacterin Salmonids Yersiniosis (enteric red-mouth


disease)
Vibrio salmonicida Bacterin Salmonids Vibriosis
Vibrio anguillarum-salmonicida Bacterin Salmonids Vibriosis
Aeromonas salmonicida Bacterin Salmonids Furunculosis
Edwardsiella ictaluri Bacterin Catfish Enteric septicaemia
Spring viraemia of carp virus Common carp Spring viraemia of carp

Koi herpes virus (KHV) Koi carp Koi herpes virus (KHV) disease

Biofilm and free-cell vaccines of Indian major Dropsy


Aeromonas hydrophila carps
Streptococcus agalactiae (group B) vaccine Tilapia Streptococcosis

Betanodavirus Grouper Betanodavirus disease

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Vaksin Ikan teregistrasi di Indonesia
No. Name of vaccine Targeted pathogen Registration number

1. Norvax Strep Si Prevention of Streptococcus iniae DKP RI. No. I 060641 VKC
2. Aquavac Garvetil Prevention of Streptococcus iniae DKP RI. No. I 0703071 VKC
3. Aquavac Garvetil Oral Prevention of Streptococcus iniae DKP RI. No. I 0703070 VKC
4. KV3 Prevention of Koi Herpesvirus KKP RI. No. I 1101152 VKC
5. Himmvac Agilban S – Plus Prevention of Streptococcus iniae KKP RI. No. I 1105165 VKC
6. Aquavac Strep Sa Prevention of Streptococcus agalactiae KKP RI. No. I 1101166 VKC
7. Caprivac Aero – L Prevention of Aeromonas hydropilla KKP RI. No. D 1206201 BKC
8. Caprivac Vibrio – L Prevention of Vibrio sp. KKP RI. No. D 1206202 BKC
9. HydroVac Prevention of Aeromonas hydropilla KKP RI. No. D 1206203 BKC
10. Caprivac Vibrio Prevention of Vibrio sp. KKP RI. No. D 1207206 BKC
11. Caprivac Aero Prevention of Aeromonas hydropilla KKP RI. No. D 1208207 BKC
12. Aquavac ® Irrido V Prevention of Iridovirus KKP RI. No. I 1211221 BKC
13. Caprivac ICTA Prevention of Edwardsiella ictaluri KKP RI. No. D 1211222 BKC
14. Streptovac Prevention of Streptococcus agalactiae KKP RI. No. D 1305224 BKC

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


HydroVac

In-active bacterial vaccine of Aeromonas hydrophila,


selected local isolate to prevent Motile Aeromonad
Septicaemia (MAS) on freshwater fish

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


StreptoVac

In-active bacterial vaccine of Streptococcus


agalactiae-N14G, selected local isolate to prevent
streptococcosis disease on tilapia (Oreochromis
niloticus)

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


KHV-Vaksin

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Tahapan Produksi Vaksin
Isolation of bacteria from Small Scale Production
fish Growth (medium, temperature, time), Inactivation
(concentration, temperature, time)
Formulation

Characterization of
bacteria
Functional small scale studies
(protection studies)

Koch’s postulates (Re-


isolation of pathogen Optimising dose, route of
after challenge exp.) administration, and vaccination strategy

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Tahapan Produksi Vaksin
Bacteria from Potency and safety test of batches
pure stock culture Large efficacy studies (GCP & GLP)
(Working seed)
Development Process

Large scaling
Documentation
production

Licensing
Quality assurance/
control (GMP)

Marketing of vaccine
Batch testing and
characterization
Stability, formulation, Post-marketing
reproducibility, sterility Safety and efficacy

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


HOW DNA VACCINE IS MADE

Viral gene

Recombinant DNA
Technology
Expression
plasmid

Plasmid with foreign gene

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Transform into
bacterial cell

Bacterial cell
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
Plasmid DNA get
Amplified

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Plasmid DNA
Purified

Ready to use

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Kontruksi Vaksin DNA

Tonheim et al, 2008

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Hasil Riset Vaksin DNA

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Metode Vaksinasi

Perendaman Pemberian Pakan Penyuntikan


(imersi) (Oral) (Injeksi)

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Perendaman
1. Digunakan untuk ikan ukuran kecil
atau benih dalam jumlah banyak.
2. Perendaman dilakukan di berbagai
wadah seperti bak, akuarium,
ember, plastik dan lainnya.
3. Dosis yang digunakan 1 mL vaksin untuk 10 Liter air
4. Jumlah ikan untuk sekali perendaman 20.000 – 25.000 ekor/m3
atau 100 – 200 gram/L air
3. Larutan bekas rendaman masih dapat digunakan 1 kali lagi
dengan jumlah ikan yang sama
4. Selama perendaman, tingkah laku ikan diamati dengan cermat
5. Air bekas vaksin dapat dibuang jika jenis vaksin (killed vaccine)
dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Pemberian Pakan (Oral)
1. Digunakan untuk ikan yang sudah
dipelihara di dalam kolam
2. Biasanya untuk vaksinasi ulang
(booster)
3. Vaksin dicampur dengan pakan
melalui spray/penyemprotan
4. Penggunaan putih telur sebagai binder agar sediaan vaksin
dapat optimal masuk dalam tubuh.
5. Pencampuran vaksin dan pakan sebaiknya tidak terlalu lama
dari jadwal pemberian pakan.
6. Dosis yang diberikan adalah 2-3 mL per Kg pakan ikan.
7. Pemberian vaksin melalui pakan sebaiknya selama 5-7 hari
berturut-turut.

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Penyuntikan (Injeksi)

1. Digunakan untuk ikan yang ukuran


besar/induk/calon induk
2. Vaksinasi lebih optimal. Vaksin
dapat masuk ke dalam tubuh ikan
100%.
3. Penyuntikan dapat dilakukan melalui otot/daging (intramuscular)
yakni bagian dorsal/punggung, dan bisa dilakukan melalui
rongga perut (intra peritoneal) yakni bagian ventral.
4. Dosis vaksin yang diberikan adalah 0.1-0.2 mL/kg berat ikan
5. Handling ikan perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan ikan
stress. Pembiusan bisa diperlukan untuk ikan yang agresif.
Kemiringan jarum suntik (needle) kira-kira 30o.

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Perbandingan Metode Vaksinasi
Parameter Injection Immersion Oral

Efficiency High Moderate Low

Amounts of
Small Large Large
Vaccine

Labor Lots A Few A Few

Handling Stress Yes Moderate No

Vaccination of
Difficult Possible Possible
Small Fish
Use of Adjuvant Possible Difficult Difficult

Operator Safety No Yes Yes

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Perendaman Oral Penyuntikan
1. Keuntungan 1. Keuntungan 1. Keuntungan
• Bisa dilakukan secara • Hampir semua vaksin
• Vaksin bisa dicampurkan masuk ke tubuh ikan
massal pada berbagai pada pakan sehingga
ukuran ikan mudah aplikasinya • Efisien dan efektif dalam
• Stress yang diakibatkan memberikan perlindungan
• Metode yang paling mudah pada ikan baik respon
kecil untuk vaksinasi massal humoral maupun seluler
• Biaya tenaga kerja murah • Hemat tenaga kerja
• Tidak beresiko bagi • Tidak menyebabkan stress
vaksinator 2. Kekurangan
• Tidak bisa dilakukan pada
2. Kekurangan 2. Kekurangan ikan berukuran kecil
• Memerlukan vaksin dalam • Memerlukan banyak
• Jumlah vaksin yang jumlah yang banyak tenaga kerja dengan
diperlukan banyak keterampilan
• Tingkat perlindungan rendah
• Tingkat perlindungan dan waktunya pendek • Stress penanganan tinggi
rendah
• Bisa beresiko bagi
• Jangka perlindungan vaksinator
singkat
• Kadang ditemukan reaksi
lokal

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Evaluasi Vaksin
Hasil vaksinasi (lab., uji coba atau komersil) dievaluasi menggunakan
rumus RPS (relative percentage of survival) :

RPS = 1 – ( mortalitas ikan divaksin / mortalitas ikan tidak divaksin) x 100 %

 RPS merepresentasikan jumlah ikan yang mati bila tidak divaksin.


 Secara ekonomis, nilai RPS harus > 70%.
 Artinya, bila ikan tidak divaksin maka kerugian kematian bisa 3 kali
lipat akibat serangan penyakit.

Kurniaji et al. 2017

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Waktu mengerjakan Kuis 10 Menit

Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Anda mungkin juga menyukai