Anda di halaman 1dari 65

STUDI LITERATUR PEMANFAATAN EXTRAK

DAUN KATUK (Sauropus Androgynus (L) Merr)


SEBAGAI OBAT

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :
SUCI NURMAIDA
NIM. 191040400131

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2022
STUDI LITERATUR PEMANFAATAN EXTRAK

DAUN KATUK (Sauropus Androgynus (L) Merr)

SEBAGAI OBAT

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Framasi Pada Jurusan D-III Farmasi
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

OLEH :
SUCI NURMAIDA
NIM : 191040400131

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


2022
LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI LITERATUR PEMANFAATAN EXTRAK DAUN


KATUK (Sauropus Androgynus (L) Merr)

SEBAGAI OBAT

KARYA TULIS ILMIAH

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan
di hadapan Penguji Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma
III Farmasi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Tangerang,

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing II

apt. Sheila Meitana Utami, M.Si Tri Okta Ratnaningtyas,S.KM.,M.Kes

NIDN. 0330058901 NIDN. 0723109002

Mengetahui,

Ketua Program Studi D-III Farmasi

apt,Humaira Fadhilah, M.Farm

NIDN. 101311840
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

Suci Nurmaida

NIM. 191040400131

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Tangerang Selatan, 2022

Penguji I Penguji II

apt.Dra. Setianti Haryani, M.Farm Tri Okta Ratnaningtyas,S.KM.,M.Kes

NIDN. NIDN.0723109002

Mengetahui,

Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep

NIDN. 041710820
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suci Nurmaida

NIM : 191040400131

Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 19 Januari 1998

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi Literatur

Pemanfaatan Ektrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Sebagai Obat”

adalah bukan karya tulis ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan,

kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Pamulang, 2022

Yang membuat pernyataan,

Suci Nurmaida
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Suci Nurmaida

NIM : 191040400131

Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 19 Januari 1998

Alamat : Jl. Raya Pondok Petir RT/RW 001/001 No.27

Kelurahan Pondok Petir Kecamatan Bojongsari

Kota Depok

Institusi : STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Angkatan : 2019-2022

Pendidikan :

1. MI Miftahul Huda Pondok Petir, Tahun Lulus 2004-2009

2. SMP PGRI 363 Pondok Petir, Tahun Lulus 2009-2013

3. SMK Farmasi Al-Ma’mun Education Center, Tahun Lulus 2013-2016

4. Jurusan D-III Farmasi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Tahun Lulus

2019-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur peniliti panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada peniliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini disusun

dengan judul “Studi Literatur Pemanfaatan Ektrak Daun Katuk (Sauropus

androgynus (L) Merr) Sebagai Obat” yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan

guna memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Widya Dharma Husada Tangerang.

Peniliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiahh ini. Oleh karna

itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. (H.C). Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jayaaa Grup.

2. Ns. Riris Andriati, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Widya Dharma


Husada Tangerang.

3. Muhammad Zulfikar Adha, SKM, MKL, selaku Wakil Ketua I STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang.

4. Siti Novy Romlah, SST.,M.EPID., selaku Wakil Ketua II

5. Ida Listiana., SST.,M.Kes., selaku Wakil Ketua III

6. apt. Humaira Fadhilah, M.Farm., selaku Ketua Jurusan D-III Farmasi

7. apt.Dra. Setianti Haryani, M.Farm, selaku dosen penguji 1 yang telah

berkenan menguji dengan selalu memberikan motivasi dan semangat.


8. apt. Sheila Meitana Utami, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah

menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan

dan motivvasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Tri Okta Ratnaningtyas,S.KM.,M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah

menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan

dan motivvasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Seluruh dosen, staff dan karyawan STIKes Widya Dharma Husada

Tangerang yang telah membantu dan memberikan semangat kepada

peneliti selama masa perkuliahan.

11. Bapak Rohadi dan ibu Nengsih selaku orang tua tercinta, Alm Nenek

Epon, dan Alm Mama Euis yang senantiasa memberikan kasih sayang,

dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti yang

selalu menyertai langkah peneliti.

12. Kepada Kakak saya tercinta Novriandi dan Lucyta, Yusuf dan Angel, dan

adik saya Julian yang senantiasa memberikan dukungan baik moril

maupun materil.

13. Kepada sahabat saya Dessy Rahmawati dan Mutiani yang selalu

memberikan semangat, motivasi dan doa yang tidak pernah putus.

14. Kepada Teman-teman saya The loony Elizabeth Silaban dan Dicky

Ramadhan, Ciwi-ciwi, dan Pasukan Camlaude yang telah memberiakan

motivasi, semangat serta doa.

15. Kepada Manager dan rekan kerja saya di Apotek K-24 Pondok Cabe Ibu

Setiawati Tjohndroharsono, Ibu Marissa, Della Avida, Mega Tiara, Via


Apriliani, Rahayu Wulandari, dan Yudhi Rianto yang selalu memberikan

semangat dan motivasi kepada peneliti.

16. Seluruh mahasiswa D-III Farmasi khususnya teman-teman seperjuangan

kelas 06FARE003 (6C) yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu,

untuk dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan di STIKes

Widya Dharma Husada Tangerang.

17. Dan yang terakhir tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-

banyaknya kepada diri saya sendiri yang sudah berjuang, bertahan,

memaafkan, dan tidak menyerah sampai saat ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kelemahan dan kekurangan. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati peneliti

sangat mengharapakan kritik dan saran pembaca yang membangun agar

penyusunan berikutnya dapat lebih baik. Sebagai akhir kata, semoga penelitian ini

dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan umumnya dan dunia

kefarmasian khususnya.

Tangerang Selatan, Agustus 2022

Peneliti
JURUSAN DIPLOMA III FARMASI
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
KARYA TULIS ILMIAH, TAHUN 2022

SUCI NURMAIDA
191040400131

STUDI LITERATUR PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KATUK


(Sauropus androgynus (L) Merr) SEBAGAI OBAT

ABSTRAK

Tanaman Daun Katuk sudah lama digunakan oleh masyarakat dengan berbagai macam manfaat
terutama sebagai obat tradisional. WHO juga telah merekomendasikan penggunaan obat
tradisional termasuk herbal yang ditujukan pada penderita penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dan aktivitas farmakologi pada ekstrak daun katuk.
Metode penelitian menggunakan metode literature review dengan mengumpulkan berbagai sumber
yang didapat dari beberapa jurnal maupun artikel penelitian yang berasal dari internet yakni jurnal
Nasional yang berjumlah 10 jurnal. Hasil literature review pemanfaatan ekstrak daun katuk
mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, tanin, terpenoid dan sterol.
Ekstrak daun katuk memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, antiobesitas,
antihiperkolesimia, antioksidan, sebagai pelancar ASI, antianemia dan antiinflamasi.

Kata Kunci : pemanfaatan, ekstrak, daun katuk, pengobatan


Referensi : buku dan jurnal
Tahun : 2012 s/d 2022
Jumlah Referensi :
PHARMACY ASSOCIATE’S DEGREE MAJOR
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SCIENTIFIC PAPER, YEAR OF 2022

SUCI NURMAIDA
191040400131

ABSTRACT

The Katuk Leaf plant has long been used by the community with various benefits, especially as

traditional medicine. WHO has also recommended the use of traditional medicines, including

herbs, aimed at people with chronic diseases. This study aims to determine the content of active

compounds and pharmacological activities in katuk leaf extract. The research method uses the

literature review method by collecting various sources obtained from several journals and

research articles originating from the internet, namely the National journal, which amounts to 10

journals. The results of a literature review on the use of katuk leaf extract contain active

compounds of alkaloids, flavonoids, saponins, polyphenols, tannins, terpenoids and sterols. Katuk

leaf extract has pharmacological activity as antibacterial, antiobesity, antihypercholesimic,

antioxidant, as a breast milk stimulant, antianemia and anti-inflammatory.

Keyword : utilization, extract, sauropus adrogynus, medicine


Literature : books and journal
Year : 2012 until 2022
Number of Literature :
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................3
1. Tujuan Umum ..........................................................................................3
2. Tujuan Khusus ..........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................3
1. Bagi Peneliti .........................................................................................3
2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang............................................3
3.Bagi Masyarakat .........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
A. Landasan Teori ..........................................................................................5
1. Tanaman Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr).........................................5
2. Ekstrak .........................................................................................8
3. Aktivitas Farmakologi...................................................................................10
B. Kerangka Teori ........................................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................13
A. Jenis Penelitian ........................................................................................13
B. Tahapan Literature Review...............................................................................13
1. Protokol dan Registrasi..................................................................................13
2. Database Pencarian .......................................................................................13
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling............................................................20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................22
A. Hasil ........................................................................................22
1. Karakteristik Studi .......................................................................................22
B. Pembahasan ........................................................................................34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................43
A. KESIMPULAN ........................................................................................43
1. Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun katuk (Sauropus
adrogynus (L) Merr.) adalah senyawa golongan alkaloid, triterpenoid,
flavonoid, tanin, saponin, polifenol, dan glikosida............................................43
2. Ekstrak daun katuk memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri,
antiobesitas, antihiperkolesterolemia, antioksidan, sebagai pelancar ASI,
antianemia dan antiinflamasi.............................................................................43
B. SARAN ........................................................................................43
1. Bagi Peneliti Selanjutnya...............................................................................43
2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang..........................................43
3. Bagi Masyarakat ........................................................................................44
1

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan

sumber daya alamnya sehingga menjadi negara yang sangat potensial

dalam bahan baku obat. Tradisi pemanfaatan sebagian besar sudah

dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, pemanfaatan tumbuhan atau

tanaman oleh masyarakat disebut dengan etnobotani. Etnobotani adalah

ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh

suku-suku yang masih primitif atau terbelakang (Hastuti, 2012).

WHO telah merekomendasikan penggunaan obat tradisional

termasuk herbal yang ditujukan pada penderita penyakit kronis. Di negara

Indonesia sendiri terdapat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

yang mengelompokkan tiga sediaan seperti sediaan jamu, herbal dan

fitofarmaka masing-masing memuat persyaratan dalam pengujian seperti

pemilihan, pengujian farmakologik, pengujian toksisitas, pengujian klinik,

pengujian farmakodinamik, pengembangan sediaan, penapisan fitokimia

dan standarisasi sediaan (Reskianingsih, 2014)

Tanaman obat sudah banyak digunakan sebagai usaha preventif

dan kuratif untuk mengobati berbagai penyakit, karena memiliki efek

samping yang lebih rendah. Penggunaan obat herbal meningkat

dimasyarakat karena obat herbal dinilai lebih aman dari obat modern.

Beberapa negara di Asia dan Amerika Latin telah banyak menggunakan

3
obat-obatan herbal untuk melengkapi pengobatan modern yang mereka

miliki, bahkan di Afrika obatobatan herbal digunakan sebagai pengobatan

primer. Potensi penggunaan obat-obatan tradisional di Indonesia sangat

besar, ada sekitar 5.131.100 spesies tanaman obat di Indonesia. Jumlah itu

kurang lebih mencapai 15% dari total jumlah spesies tanaman obat di

seluruh dunia (Setia, 2016; Zhang, 2015; Anggraeni et, al.,2012 dalam

Triana, S.W, 2020).

Salah satu tanaman yang memiliki berbagai macam khasiat adalah

daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) . Prospek daun katuk

sebagai komditas ungguan cukup besar, mengingat ia dapat dikembangkan

sebagai bahan dasar obat pelancar air susu ibu (ASI), obat antikuman, obat

anti lemak, obat pelancar air seni, sebagai bahan pewarna kue dan lain-

lain. Daun katuk juga efektif untuk mengontrol tekanan darah dan masalah

ginekologik, hiperlipidemia, urolitiasis, batu empedu dan konstipasi. Di

India daun katuk juga digunakan sebagai obat bisul, masalah mata dan

tonsilitis. Di Tamil Nadu dan Kerala daun katuk dikenal sebagai obat

kencing manis. Hasil penelitian Sae dan Srividya (2002) menunjukkan

bahwa daun katuk mampu menurunkan kadar glukosa darah, sehingga

daun katuk cukup potensial untuk dikembangkan sebagai obat kencing

manis (Santoso, 2013).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berfokus pada pemanfaatan ekstrak daun katuk

4
(Sauropus androgynus (L) Merr) sebagai obat yang ditinjau dari berbagai

literatur.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana

pemanfaatan ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) sebagai

obat ditinjau dari berbagai literatur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pemanfaatan ekstrak daun katuk (Sauropus

androgynus (L) Merr) sebagai obat ditinjau dari berbagai literatur.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pemanfaatan ekstrak daun katuk (Sauropus

androgynus (L) Merr) sebagai obat berdasarkan kandungan

senyawa aktifnya.

b. Mengidentifikasi pemanfaatan ekstrak daun katuk (Sauropus

Androgynus (L) Merr) sebagai obat berdasarkan aktivitas

farmakologinya.

5
D. Manfaat Penelitian

A. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

pemanfaatan ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L) Merr)

sebagai obat.

B. Bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Penelitian ini dapat menjadi sumber referensi baru untuk

perpustakaan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang tentang

Pemanfaatan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr)

Sebagai Obat.

C. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi tentang pemanfaatan ekstrak daun katuk

(Sauropus androgynus (L) Merr) sebagai obat dalam mengatasi

berbagai penyakit.

6
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tanaman Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr)

a. Taksonomi Tanaman Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr)

Tanaman katuk secara taksonomi memiliki klasifikasi sebagai

berikut : (Santoso, 2013; Firdausi, 2015; Anggraeni, 2016;

Siswanto 2019; Masrihanah, 2020)

Gambar 2.1 Daun Katuk


(Sumber: Asri, 2018).

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceace
Marga : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynous L. Merr
b. Nama Daerah Untuk Sebutan Daun Katuk (Santoso, 2013).
Minangkabau : Simani
Sunda : Katuk
Jawa : Babing, Katukan, Katu
Madura : Kerakur
Bengkulu : Katuk
Bali : Kayu manis
c. Morfologi Daun Katuk
1) Batang
Tumbuhan katuk termasuk tumbuhan perdu, tingginya sampai
dengan 3 meter. Batang yang muda berwarna hijau dan batang
yang tua berwarna coklat. Batang memiliki alur-alur dengan
kulit yang agak licin (Santoso, 2013).
2) Daun
Daun menyusun selangseling pada satu tangkai, seolah-olah
terdiri dari daun majemuk padahal daun katuk bersifat tunggal
dengan jumlah daun per-cabang 11-21 helai, bentuk helaian
daun lonjong hingga bundar (Santoso, 2013).
Panjang helai 2,5 cm, lebar 1,25-3 cm; tangkai pendek 2-4 mm,
berdaun penumpu, panjang 1,75-3 mm. Daun yang di pangkal
cabang berbentuk bulat telur berukuran lebar 1,5-2,5 cm,
panjang 2,5- 4,5 cm, sedangkan yang ditengah dan ujung
berbentuk jorong berukuran lebar 2,2-3,1 cm, panjang 4,3-8,5
cm (Sukendar, 1997).
3) Bunga
Bunga tunggal atau berkelompok 3, keluar diketiak daun atau
diantara satu daun dengan daun lainya. Bunga sempurna
mempunyai helaian kelopak berbentuk bundar, warna merah
gelap atau merah dengan bintik-bintik kuning, lebar 3-3,5 mm,

6
tinggi putik 0,75 mm, lebar 1,75 mm, cabang dari tangkai putik
berwarna merah, tepi kelopak bunga berombak atau berkuncup
6, panjang tangkai 6-7,5 mm. Bunga jantan berbentuk seperti
giwang, kelopak dan mahkotanya serupa, berwarna merah
kecoklatan, masing-masing berjumlah 3, saling berdekatan,
tebal, dan berdaging, berwarna hijau kemerahan. Benang sari 6,
dengan serbuk sari berwarna putih kekuningan. Selanjutnya
dinyatakan bahwa bunga betina kelopak dan mahkotanya
serupa, berwarna merah kecoklatan, masing- 6 masing
berjumlah 3, tipis berlepasan, tidak mudah luruh dan tetap
menempel pada buah. Bunga sepanjang tahun. Bunga
bertangkai, pada tangkai 1,25 cm, diameter bunga jantan 6-11
mm (Santoso, 2013).
d. Kandungan Senyawa Kimia Daun Katuk
Dalam penelitiannya Andarwulan, et. al.,(2012) mengatakan
bahwa dalam daun katuk mengandung enam senyawa flavonoid
utama yaitu Quercetin, Kaempferol, Myricetin, Luteolin, dan
Apigenin (Santoso, 2013).
e. Manfaat Daun Katuk
Katuk telah banyak dikenal sebagai sayuran di sebagian besar
Indonesia. Di pulau Jawa katuk telah dibudidayakan secara
komersial, sedang di daerah lain katuk ditanam sebagai tanaman
pagar atau tanaman sela. Daun katuk termasuk salah satu sayuran
yang kaya akan zat gizi dan zat metabolit sekunder, sehingga katuk
biasa dimanfaatkan sebagai sayur dan sebagai obat herbal.
Selain bermanfaat sebagai pelancar ASI, kandungan flavonoid
yang terkandung dalam daun katuk telah terbukti berperan dalam
berbagai aktivitas di dalam tubuh seperti sebagai antioksidan, anti-
radang, anti-platelet, anti-thrombotic action, and anti-allergik
(Santoso, 2013).

7
2. Ekstrak

Ekstrak merupakan hasil pengambilan suatu zat aktif melalui

proses ekstraksi menggunakan pelarut yang diuapkan kembali

sehingga zat aktif pada ekstrak menjadi ekstrak yang lebih pekat.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses

ekstraksi yakni jumlah simplisia yang akan diekstrak, derajat

kehalusan pada ekstrak, serta jenis pelarut yang digunakan pada proses

ekstraksi (Marjoni, 2016).

Ekstrak dibagi menjadi empat berdasarkan sifatnya, yaitu ekstrak

encer, ekstrak kental, ekstrak kering, dan ekstrak cair. Ekstrak encer

(Extractum tenue) merupakan sediaan yang memiliki konsistensi

mudah mengalir. Ekstrak kental (Extractum spissum) merupakan

sediaan kental yang apabila dalam keadaan dingin dan kecil

kemungkinan bisa dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai

dengan 30%. Ekstrak kering (Extractum siccum) merupakan sediaan

yang memiliki konsistensi kering dan mudah dihancurkan dengan

tangan. Melalui penguapan dan pengeringan sisanya akan terbentuk

suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih

dari 5%. Ekstrak cair (Extractum fluidum) merupakan sediaan dari

simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai

pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain

pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak mengandung bahan

aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat (Depkes dalam Anwar et

8
al., 2020).  Metode Ekstrasi a. Maserasi Terdapat dua tipe maserasi

yaitu sederhana, ultrasonik dan kinetik atau pengadukan. Maserasi

sederhana dilakukan dengan merendam bagian simplisia secara utuh

atau yang sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana tertutup,

dan dilakukan pada suhu kamar selama sekurang-kurangnya tiga hari

dengan pengadukan berulang - ulang sampai semua bagian tanaman

dapat melarut dalam cairan pelarut. Proses ekstraksi dihentikan ketika

telah tercapai kesetimbangan senyawa dalam pelarut dengan

konsentrasi dalam sel tanaman (Mukhriani dalam Saputra, 2021).

Selanjutnya campuran di saring dan ampasnya diperas agar diperoleh

bagian cairnya saja. Cairan jernih disaring atau didekantasi dan

dibiarkan selama dalam waktu tertentu (Kumoro Yuliana et al., 2020).

Maserasi ultrasonik merupakan modifikasi dari metode maserasi

dengan mengunakan ultrasound (gelombang dengan frekuensi tinggi,

20kHz). Metode ini dilakukan dengan memasukkan simplisia kedalam

sebuah bejana, kemudian bejana dimasukkan dalam wadah ultrasonik.

Pada prinsipnya, metode ini memberikan tekanan mekanik pada sel

sehingga menghasilkan rongga pada sampel, rongga yang terbentuk

menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan

meningkatkan hasil ekstraksi. Sehingga senyawa yang diperoleh cukup

banyak (Mukhriani dalam Saputra, 2021). Keuntungan penggunaan

metode ini adalah prosesnya lebih cepat dan efisien dibandingkan

dengan metode yang lainnya. b. Perkolasi Perkolasi digunakan untuk

9
mengekstrak bahan aktif dari bagian tanaman dalam penyediaan

tinktur dan ekstrak cair. Perkolator merupakan silinder sempit dan

panjang, yang kedua ujungnya berbentuk kerucut terbuka. Tanaman

yang akan diekstrak dibasahi dengan pelarut yang sesuai dan

didiamkan selama 4 jam dalam tangka tertutup. Kemudian bagian

tanaman dimasukkan ke dalam perkolator, dan ditambahkan sejumlah

pelarut sampai terbentuk lapisan tipis, campuran ini didiamkan selama

24 jam dalam perkolator tertutup. Kemudian pelarut ditambahkan

kembali sesuai kebutuhan sampai diperoleh cairan sebanyak tiga per

empat dari volume akhir. Residu ditekan dan ditambahkan ke cairan

ekstrak. Sejumlah pelarut ditambahkan lagi ke dalam cairan ekstrak

agar diperoleh ekstrak dengan volume yang diinginkan. Campuran

ekstrak yang diperoleh dilakukan penjernihan dengan menyaring

kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan ekstrak sederhana

(dekantasi) (Kumoro, 2015).

3. Aktivitas Farmakologi

Aktivitas farmakologi suatu obat sebelum menimbulkan efek


farmakologis, obat tersebut juga melalui fase-fase pelepasan zat
senyawa aktif yang terjadi didalam tubuh. Fase-fase tersebut terdiri
dari fase farmakokinetik diantaranya proses absorpsi, distribusi, serta
metabolisme dalam fase farmakokinetik pada dasarnya berlangsung
pada mekanisme yang sama dan fase farmakodinamik dimana suatu
obat berikatan dengan reseptor yang dapat menimbulkan efek
farmakologis. Tidak seluruh obat dapat menyembuhkan penyakit, ada

10
beberapa obat yang hanya digunakan untuk meringankan gejalanya
saja. Suatu obat juga dapat memberikan efek samping yang tidak
diinginkan, kejadian tersebut dapat disebabkan karena adanya
pemberian dosis obat yang terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan
efek toksis, namun apabila pemberian dosis obat sesuai dengan dosis
lazim maka, dapat mengurangi timbulnya efek samping yang tidak
diinginkan (Nila dan Halim, 2017).
Bioaktivitas dapat dinilai secara metodologi in vivo (studi pada
hewan atau manusia), ex vivo (organ gastrointestinal dalam kondisi
laboratorium), dan in vitro (simulasi pencernaan gastrointestinal,
membran buatan, kultur sel, membran sel yang diisolasi dan
dilarutkan, menggunakan ruang). Hanya saja uji in vivo yang dapat
memberikan respons bioaktivitas yang akurat dari senyawa tertentu
(Carbonell Capella et al., 2014).

11
B. Kerangka Teori
Pemanfaatan Ekstrak Tanaman

Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L) Merr)

Ekstrak

Ekstrak merupakan hasil pengambilan suatu zat aktif melalui proses ekstraksi

menggunakan pelarut yang diuapkan kembali sehingga zat aktif pada ekstrak menjadi

ekstrak yang lebih pekat. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan proses ekstraksi yakni jumlah simplisia yang akan diekstrak, derajat
`
kehalusan pada ekstrak, serta jenis pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi

(Marjoni, 2016).

Kandungan Senyawa Aktif Aktivitas Farmakologi

Mengandung enam senyawa Proses pelepasan senyawa

flavonoid utama yaitu Quercetin, zat aktif obat mulai dari fase

Kaempferol, Myricetin, Luteolin, dan farmakokinetikdan farmakodinamik

Apigenin (Santoso, 2013). yang berikatan dengan reseptor

serta dapat menimbulkan efek

farmakologis dalam tubuh. n (Nila

dan Halim, 2017).

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Teori

(Sumber: Marjoni, 2016; Nila dan Halim, 2017; Santoso, 2013)

12
13

BAB III

METODE PENELITIAN

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan menggunakan

metode studi Literature Review. Mengumpulkan berbagai sumber yang

didapat dari beberapa jurnal maupun artikel penelitian yang berasal dari

internet. Saat melakukan pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dan

informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan ekstrak daun katuk (Sauropus

androgynus (L) Merr) sebagai obat. Tujuan dari metode ini adalah untuk

membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang

menjadi subyek topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari

penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian baru.

E. Tahapan Literature Review

1. Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai

pemanfaatan ekstrak daun katuk sebagai obat. Literatur protokol dan

evaluasi dari literature review akan menggunakan Diagram Flow untuk

menemukan penyelesaian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan

dengan tujuan dari literature review.

2. Database Pencarian

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh

beberapa studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu.


Pencarian literatur dilakukan pada bulan Februari sampai dengan

Juni 2022. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh

dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal Nasional dengan

tema yang sudah ditentukan. Pencarian literatur dalam literature review ini

menggunakan database yaitu Google Scholar.

a. Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolen


operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk
memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga
mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan

Tabel 3.1
Kata Kunci Literature Review

Pemanfaataan Ektrak Daun Sebagai Obat


Tanaman Katuk
Penggunaan Ektrak Daun Katuk Pengobatan
OR OR OR OR
Utilization Plan Extract Sauropus Medicine
adrogynus

1) Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di

analisis sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature

review.

2) Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang

14
penatalaksanaan studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan

dalam literature review.

3) Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang

digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan

kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.

4) Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi

terdahulu yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam

literature review.

5) Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel

yang akan di review.

Tabel 3.1

Format PICOS Literature Review Pemanfaatan


Ekstrak Daun Katuk Sebagai Obat

Kriteria Inklusi Eksklusi

Population Jurnal atau artikel yang Jurnal atau artikel yang


berkaitan dengan tidak berkaitan dengan
penelitian pemanfaatan topik penelitian.
ekstrak daun katuk
(Sauropus androgynus
(L) Merr) sebagai obat.
Intervension kandungan senyawa aktif, Jurnal dengan topik yang
aktivitas farmakologi, tidak sesuai dengan topik
dari ekstrak daun katuk.. yang ditentukan penelitin.
Comparation Tidak adanya faktor Tidak adanya faktor
perbandingan. perbandingan.
Outcome Manfaat ekstrak daun katuk Selain manfaat ekstrak
sebagai obat. Daun katuk sebagai obat
Study design Eksperimen. Selain eksperimen.

Tahun terbit Jurnal atau artikel yang Jurnal atau artikel yang
diterbitkan pada tahun diterbitkan sebelum tahun
2012-2022 2012
Bahasa Jurnal penelitian Jurnal penelitian selain

15
menggunakan Bahasa menggunakan Bahasa
Indonesia Indonesia

3. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

a. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui

publikasi di dua database yaitu Google Scholar

menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan dengan

MeSH, peneliti mendapatkan 1.220 artikel yang sesuai

dengan kata kunci tersebut. Kemudian setelah dilakukan

pengecekan artikel terdapat 14 artikel duplikasi, sehingga

artikel tersebut dieksklusi, dan tersisa 1.206 kemudian

Peneliti melakukan skrining berdasarkan judul (n=), abstrak

(n=), dan full text (n=) yang disesuaikan dengan tema

literature review. Assessment yang dilakukan berdasarkan

kelayakan terhadap kriteria inklusi didapatkan sebanyak 10

artikel yang bisa dipergunakan dalam literature review.

Hasil seleksi artikel studi dapat digambarkan dalam

16
Diagram Flow ini:

Pencarian menggunakan situs


Google Scholar
(n= 1.220 )
Excluded ( n= 14 )
- Artikel duplikasi

Artikel tanpa duplikasi Excluded (n= 536 )


- Jurnal penelitian tidak membahas
(n= 1.206 ) jamur yang sesuai dengan topik
penelitan.
- Jurnal penelitian tidak membahas
tanaman yang sesuai dengan topik
Skrining berdasarkan judul penelitian.
(n=670 ) - Studi tidak eksperimen

Excluded (n=380 )

- Abstrak tidak sesuai dengan


Jurnal yang sesuai topik penelitian
berdasarkan abstrak
(n = 290)

Excluded (n= 185)


- Review artikel

Jurnal yang dapat diakses full text


(n= 105)

Excluded (n= 95 )
Penjelasan metode penelitian
tidak secara rinci

Jurnal akhir yang sesuai dengan


kriteria inklusi
(n=10 )

17
Gambar 3.1 Diagram Flow Studi Literatur Pemanfaatan Ekstrak Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Sebagai Obat.

b. Penilaian Kualitas

Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n=

37) dengan Checklist daftar penilaian dengan beberapa

pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Penilaian

kriteria diberi nilai 'ya', 'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak

berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin

dan nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian

dihitung dan dijumlahkan.

Critical appraisal untuk menilai studi yang

memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor

penelitian setidaknya 50% memenuhi kriteria critical

appraisal dengan nilai titik cut-off yang telah ditentukan

oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria inklusi.

Dalam skrining terakhir, dua belas studi mencapai skor lebih

tinggi dari 50% dan siap untuk melakukan sintesis data,

akan tetapi karena penilaian terhadap risiko bias, dua studi

dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature

review terdapat 10 buah.

18
Tabel 3.1 JBI Critical Appraisal Checklist for Quasi-experimental studies
Reviewer : Suci Nurmaida Date :
Author : Anastasia, Danik dan Sri, 2015; Year : 2012 - 2022
Ahmad, Elis dan Patonah, 2017;
Nurhidayah, Lukman dan Retna, 2021;
Arista, 2013; Zhuliyan, Safirah dan
Saryono, 2021; Muchtaridi dan Tiara,
2018; Warditiani, Budiman dan Susanti,
2014; Sarah dan Ratna, 2016; Muliyana,
Susilo dan Armansyah, 2020; Joko,
Kusnadi dan Zselni, 2020.

Lakukan telaah kritis dengan menulis poin-poin berikut pada jurnal (X/√/NA =
Ya/Tidak/Not available : Tidak Tersedia)
Jurnal ke-

Penilaian kritis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Apakah jelas dalam


penelitian apa
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
'penyebab' dan apa
'akibat' (yaitu tidak
ada kebingungan
tentang variabel
mana yang lebih
dulu)?
Apakah partisipan

termasuk dalam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

perbandingan yang

serupa?

Apakah partisipan
termasuk dalam
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perbandingan yang
menerima

19
perlakuan/perawata
n serupa, selain
paparan atau
intervensi yang
diinginkan?

Apakah ada x √ √ √ √ √ √ √ √ √

kelompok kontrol?

Apakah ada

beberapa X √ √ √ √ √ √ √ √ √

pengukuran hasil

baik sebelum dan

sesudah

intervensi/paparan?

Apakah tindak

lanjut lengkap dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

jika tidak, apakah

perbedaan antar

kelompok dalam hal

tindak lanjut

dijelaskan dan

dianalisis secara

memadai?

Apakah hasil

20
peserta dimasukkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

dalam perbandingan

yang diukur dengan

cara yang sama?

Apakah hasil diukur

dengan cara yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

dapat diandalkan?

Apakah analisis

statistik yang tepat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

digunakan?

Total 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9

F. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi
Populasi yang digunakan adalah jurnal nasional yang berkaitan
dengan judul penelitian “Studi literatur Pemanfaatan Ekstrak Daun
Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Seabagai Obat”.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 (sepuluh) artikel
penelitian nasional maupun internasional yang berkaitan dengan judul
penelitian “Studi literatur Pemanfaatan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus
androgynus (L) Merr) Seabagai Obat”.

3. Teknik Sampling
Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menetapkan

21
pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.
Berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui, maka dibuat
kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan
dengan Pemanfaatan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus
androgynus (L) Merr) Seabagai Obat.
2) Penelitian membahas kandungan senyawa aktif dan aktifitas
dfarmakologi
3) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 10 tahun
4) Artikel full text
b. Kriteria Ekslusi
1) Artikel penelitian yang tidak dapat diakses secara penuh.
2) Artikel penelitian tidak membahas sesuai dengan topik
penelitian.
3) Studi tidak eksperimen dan berupa review artikel.

22
22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Studi

Terdapat 10 (sepuluh) artikel memenuhi kriteria inklusi (Gambar 3.1)


terbagi menjadi dua sub pembahasan berdasarkan topik literature
review yaitu faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan ekstrak daun
katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) sebagai obat.

Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literature Aktivitas Farmakologi


Ekstrak Daun Katuk

Nama Penulis, Judul Penelitian Desain Studi, Sampel, Variabel, Hasil Faktor Ringkasan Hasil
Tahun Instrumen, Analisis Analisis
Anastasia, Danik, Efek Antibakteri Ekstrak Desain studi : Kadar Hambat Ekstrak daun S.
Sri Daun Katuk (Sauropus Ekperimental Minimal (KHM) androgynus
androgynus) terhadap Sampel : ekstrak daun S. memiliki efek anti
Pertumbuhan Salmonella daun katuk androgynus bakteri terhadap
Typhi seacara In Vitro. Variabel: terhadap S. typhi S.thypi. dimana
Menegetahui efek adalah 25%, semakin tinggi
antibakteri dari ekstrak sedangkan Kadar konsentrasi
daun katuk. Bunuh Minimal Ekstrak daun S.
Instrument : (KBM) adalah androgynus
Dilusi tabung 30%. Ekstrak memiliki efek anti
Analisis : daunS. androgynus bakteri terhadap
One way ANOVA memiliki efek S.thypi. dimana
antibakteri terhadap semakin tinggi
S. typhi secara in konsentrasi
vitro. ekstrak daun
katuk,
pertembuhun
S.thypi semakin
terhambat
Ahmad, Aktivitas antiobesitas Desain studi : rancangan Hasil penelitian ini Berdasa
Elis, dan ekstrak daun katuk ekperimen dapat disimpulkan rkan
Patonah (Sauropus androgynus Sampel : bahwa ekstrak daun hasil
(2017) L.Merr) pada model 30 ekor mencit katuk mempunyai peneliti
mencit obesitas,. Variabel: aktivitas an
Untuk mengetahui antiobesitas. ekstrak
aktifitas antiobesitas Ekstrak daun katuk daun
ekstrak daun katuk. dapat menurunkan katuk
Instrument : bobot badan dan memliki
Ekstrak etanol 96% daun indeks makan, aktivita
katuk (Sauropus meningkatkan ssebagai
Androgynus L. Merr) bobot feses dan antiobes
disuspensikan dalam konsistensinya itas.
CMC 0,5%. yang sebanding
Analisis : dengan orlistat,
Data hasil analisis statistik menurunkan indeks
menggunakan SPSS. lemak
retroperitoneal,
mempengaruhi
indeks organ
dengan
meningkatkan
bobot organ hati
dan testis
Nurhidayah, Uji Efektivitas Desan studi : Pemberian ekstrak kolesterol total
Lukman, dan Retna Antihiperkolesterolemia Ekspereimen daun katuk darah tikus putih
(2021) ekstrak etanol daun katuk Sample : (Sauropus jantan.
(sauropus adrogynus (L) Ekstrak daun katuk adrogynus (L) Berdasarkan uji
Merr) terhadap tikus putih Variabel: Merr.) secara oral lanjut (BNJ)
jantan (rattus norvegicus) menentukan pengaruh ekstrak daun memberikan efek diperoleh hasil
katuk terhadap penurunan kadar terhadap penurunan bahwa ekstrak
kolesterol. kadar kolesterol daun katuk yang
Instrumen : total darah tikus efektif adalah 400
Mencit putih jantan (Rattus mg/kg BB
Analisis : norvegicus) 2.
menggunakan uji statistik analisis Ekstrak daun katuk
sidik ragam (ANSIRA) (Sauropus
adrogynus (L)
Merr.) yang efektif
menurunkan kadar
kolesterol total
darah tikus putih
jantan (Rattus
norvegicus) yaitu
dosis 400 mg/kg
BB
Arista (2013) Aktivitas Anttioksidan Desain studi: kolesterol total Hasil penelitian
Ekstrak Etanol 80% dan Ekperimental darah tikus putih Ekstrak daun
90% Daun Katuk Sample : jantan. Berdasarkan katuk
(Sauropus androgynuis Daun katuk uji lanjut (BNJ) menggunakan
(L.) Merr.). Variable : diperoleh hasil pelaarut etanol
Aktifitas farmakologi daun katuk bahwa ekstrak daun 80% dan 96%
sebagai antioksidan katuk yang efektif memiliki aktivitas
Instrumen : adalah 400 mg/kg antioksidan.
Pelalrut etanol 80% dan 96%. BB
Analisis:
Statistik
Zhuliyan, Safirah, Manfaat daun katuk untuk Desain studi: Berdasarkan hasil Hasil penelitian
and Saryono (2021) meningkatkan kualitas asi Ekperimental uji independent dapatt
pada ibu menyusui. Sample : sample t disimmpulkan
30 orang responden test didapatkan nilai ekstrak daun katuk
Variable : p-value 0,009<α berpengaruh

23
Untuk mengetahui pengaruh (0,05), maka H0 terhaadap
pemberian ekstrak daun katuk ditolak dan Ha kelancran
terhadap kelancaran ASI pada ibu diterima. Hal ini pengeluaran asu
menyusui menunjukkan pada ibu
Instrumen : bahwa menyusui.
Lembar observasiAnalisis: ekstrak daun katuk
bivariat menggunakan independent memberikan
t-test pengaruh terhadap
kelancaran
pengeluaran ASI
bagi ibu yang
memiliki
bayi usia 0-6 bulan
di wilayah kerja
Puskesmas Kassi
– Kassi Kota
Makassar Tahun
2020.
Muchtaridi, tiara Aktivitas farmakologi Desain studi : Efek farmakologi Sauropus
(2018) ekstrak daun katuk Review eksperimen daun katuk yang ansrogynus (L.)
(Sauropus androgynus (L.) Sampel : telah diteliti Merr. terbukti
Merr). daun katuk meliputi memiliki aktivitas
Variabel: antibakteri, farmakologi
Review untuk mengulas mengenai antianemia, sebagai
efek farmakologi yang dapat antiinflamasi dan antibakteri,
dihasilkan oleh daun katuk dapat antianemia,
Instrument : meningkatkan antiinflamasi dan
Daun katuk produksi ASI. dapat
Analisis : memperbanyak
Review prodiksi ASI pada
ibu menyusui.
Perbedaan
aktivitas tersebut
disebabkan karena
kandungan katuk
memiliki berbagai
macam kandungan
senyawa yang
memiliki peran
tersendiri terhadap
aktivitas
farmakologi.

Tabel 4.2

Hasil Pencarian Literatur Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak Daun Katuk

Nama Judul Desain Studi, Hasil dari Ringkasan


Analisis
Penulis Sample,

24
dan Penelitian Variabel, Faktor dari Hasil

Tahun Instrumen,

Analisis

Warditiani Skrining Desain studi: . Ekstraksi daun Berdsarkan

, Budiman, Fitokimia Rancangan katuk dilakukan hasil uji

Susanti, Ekstrak eksperimen dengan metode skrining

2014 Etanol 90% Sampel: maserasi. fitokimia

Daun Katuk Simplisia daun Serbuk daun menunjukka

(Sauropus katuk katuk sebanyak n bahwa

androgynus Variabel : 1000g ekstrak

(L.) Merr.) Skrining fitokimia dimaserasi etanol 90%

etanol 90% dari dengan daun katuk

ekstrak daun katuk 3000mL etanol (Sauropus

Instrumen : 90% dan androgynus

Rotary evaporator diremaserasi (L.) Merr.)

Analisis: sebanyak 2 kali positif

Pemeriksaan dengan mengandung

alkaloid, menggunakan senyawa

steroid/triterpenoi masing-masing golongan

d, saponin, tanin, 2000mL etanol alkaloid,

polifenol, 90%. Dari hasil triterpenoid,

glikosida dan maserasi saponin,

flavonoid tersebut tanin,

25
diperoleh polifenol,

maserat glikosida

sebanyak dan

4301mL. flavonoid

Penguapan

pelarut

dilakukan

dengan rotary

vacuum

evaporator pada

suhu 600 C.

Penguapan

dilanjutkan

dengan

menggunakan

oven pada suhu

400 C. Ekstrak

kental yang

diperoleh

sebanyak

37,938g dengan

rendemen

sebesar

26
3,793%.

Ekstrak yang

diperoleh

berwarna hijau

kehitaman.

Sarah, Isolasi Desain studi: Pada Hasil

Ratna, Senyawa Rancangan pemeriksaan penapisan

2016 Flavonoid eksperimen penapisan fitokimia

dari Ekstrak Sampel: fitokimia menunjukka

Metanol Ekstrak metanol serbuk daun n bahwa

Daun Katuk daun katuk katuk dalam daun

(Sauropus Variabel: menunjukkan katuk

androgynus Identifikasi adanya mengandung

(L.) Merr), golongan senyawa senyawa senyawa

Euphorbiacea flavonoid secara flavonoid, flavonoid,

e spektrofotometri saponin, tanin saponin,

ultraviolet-cahaya galat, steroid tanin galat,

tampak dan steroid dan

Instrumen : triterpenoid. triterpenoid

Kromatografi Berdasarkan

kertas hasil

Analisis: identifikasi

Identifikasi secara

27
senyawa flavonoid spektrofotometr

menggunakan i ultraviolet-

metode penapisan cahaya tampak,

fitokimia fase n-butanol

dari ekstrak

metanol daun

katuk pada

isolat NB-3

diduga adalah

senyawa

flavonol yang

memiliki

gugus-gugus

fungsional OH

pada posisi

5,7,4’ serta

gugus o-di OH

pada cincin A

(6,7 atau 7,8).

Isolat NB-4

diduga senyawa

flavon yang

memiliki gugus

28
OH pada posisi

5,7, gugus

prenil pada

posisi 6,

metilasi atau

glikosilasi pada

gugus OH

posisi 3, serta

gugus o-di OH

pada cincin A

(6,7 atau 7,8)

Muliyana, Uji fitokimia Desain studi: Berdasarkan Hasil

susilo, dan Rancangan Hasil pengujian

armansyah Bioaktivitas eksperimen peenelitian menunjukka

, 2020 Daun Katuk Sampel: yang telah n bahwa

Hutan Ekstrak daun dilakukan dapat ekstrak

katuk hutan disimpulkan fitokimia

Variabel: bahwa dari daun

membandingkan rendemen katuk hutan

aktivitasi ekstraksi mengandung

antioksidan, metanol daun bahan

antibakteri dan katuk hutan alkaloids,

toksik dari ekstrak sebesar 27,06 flavonoids

29
methanol bahan % dimana hasil dan

daun katuk hutan pengujian triterpenoids

instrumen: fitokimia .

pengujian menunjukkan

antioksidan bahwa ekstrak

menggunakan methanol daun

spektrofotometer P. reticulatus

UV-Vis, positif

antibakteri mengandung

menggunakan senyawa

metode difusi, alkaloid,

toksisitas flavonoid dan

menggunakan triterpenoid.

metode skrining Selain itu dari

analisis: hasil pengujian

penelitian antioksidan

deskriptif dengan dengan

tekhnik analisis konsentrasi 25,

laboratorium 50 dan 100

ppm pada

ekstrak

methanol daun

P. reticulatus

30
memiliki daya

hambat yang

cukup tinggi

mencapai 78%,

81% dan 89%.

Hasil pengujian

ekstrak

methanol daun

P. reticulatus

terhadap

bakteri P.

acnes, S.

mutans, S.

sobrinus, dan

E. coli

menunjukkan

hasil negative

menghambat

zona

perkembangan

dari ke empat

bakteri yang

digunakan.

31
Selanjutnya

berdasarkan

hasil pengujian

toksisitas

ekstrak

methanol daun

P. reticulatus

dengan metode

BST diperoleh

nilai LC50

mencapai

2402,748

μg/ml.

Joko, Pengaruh Desain studi: Hasil dari kadar kadar

Kusnadi, konsentrasi Rancangan senyawa flavonoid

Zselni, etanol 70%, eksperimen flavonoid pada tertinggi

2020 90%, 95% Sampel: ekstrak daun dimiliki oleh

terhadap Daun katuk katuk dengan pelarut

kandungan Variabel: menggunakan etanol 70%

Flavonoid Untuk mengetahui spektrofotometr dengan rata-

pada ekstrak pengaruh i UV-Vis rata sebesar

daun katuk perbedaan menggunakan 0,425

konsentrasi etanol pelarut etanol mgQE/gr

32
terhadap 70% didapat ekstrak

kandungan hasil ekstrak dibandingka

flavonoid pada rata-rata 0.452 n dengan

daun katuk mgQE/gr pelarut

Instrumen: ekstrak, pada etanol 90%

Spektrofotometri pelarut etanol dan 95%

UV-Vis 90% didapat yang

Analisis: hasil 0.394 memiliki

Uji kromotografi mgQE/gr rata-rata

lapiis tipis dengan ekstrak, sebesar

fase gerak sedangkan pada 0.394

pelarut etanol mgQE/gr

95% ekstrak dan

didapatkan 0.394

hasil rata-rata mgQE/gr

sebesar 0.380 ekstrak.

mgQE/gr

ekstrak.

B. Pembahasan

1. Aktivias Farmakologi Ekstrak Daun Katuk


Berdasarkan hasil dari telaah dari 6 jurnal mengenai

aktivitas farmakologi ekstrak daun katuk, maka dapat disimpulkan bahwa

33
ekstrak daun katuk memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri,

antiobesitas, antikolestrol, antioksidan, pelancar ASI, antianemia dan

antiinflamasi.

a. Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat menganggu pertumbuhan

atau bahkan mematikan bakteri dengan cara menganggu

metabolisme mikroba yang merugikan (Maulida, 2010).

Berdasarkan hasil peneltian Anastasia, S.N, Danik, A.P, &

Sri, W. (2019), untuk mengetahui efek ekstrak daun S.

androgynus sebagai antibakteri terhadap S. typhi secara in vitro.

Metode yang digunakan adalah metode dilusi tabung dalam dua

tahap perbenihan, yaitu yang pertama S. typhi ditumbuhkan dalam

media cair MH broth yang dicampur dengan ekstrak daun S.

androgynus dan diinkubasi selama 18-24 jam untuk diamati

kekeruhannya, untuk menentukan KHM. Tahap kedua adalah

penggoresan (streaking) pada NAP kemudian diinkubasi selama

18-24 jam untuk dihitung jumlah koloninya dengan menggunakan

(colony counter) “LAB-LINE” untuk menentukan KBM, kemudian

hasilnya dianalisis dengan uji statistik. Hasil pengamatan pada

tabung dapat ditentukan bahwa KHM ekstrak daun S. androgynus

terhadap S. typhi adalah konsentrasi 25%, selanjutnya dilakukan

penggoresan pada NAP untuk mengamati pertumbuhan koloni S.

typhi, sehingga KBM didapatkan pada konsentrasi 30%. Hasil ini

34
diduga disebabkan semakin besar konsentrasi ekstrak yang

diberikan semakin besar pula kon-sentrasi bahan aktif yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan S. typhi, sehingga

mengakibatkan pertumbuhan S. typhi menjadi semakin sedikit.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka ekstrak

daun katuk S. androgynus ini memiliki potensi antimikroba

terhadap S. typhi, tetapi tidak diketahui potensi antimikrobanya

terhadap famili Enterobacteriaceae lainnya sebagai penyebab diare

bakterial utama (Anastasia, S.N, Danik, A.P, & Sri, W. 2019)

b. antiobesitas

Obesitas merupakan suatu kondisi terjadinya

akumulasi lemak yang berlebih dalam tubuh. Obesitas

merupakan faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus,

gangguan jantung, dan penyakit pembuluh darah lainnya.

Upaya menurunkan obesitas dapat menurunkan resiko

penyakit tersebut. Obesitas merupakan suatu kondisi

terjadinya akumulasi lemak yang berlebih dalam tubuh.

Obesitas merupakan faktor resiko hipertensi, diabetes

mellitus, gangguan jantung, dan penyakit pembuluh darah

lainnya. Upaya menurunkan obesitas dapat menurunkan

resiko penyakit tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ahmad, elis, dan

patonah (2017), pengujian ekstrak daun katuk (Sauropus

35
androgynus L.Merr) dilakukan pada kelompok hewan

obesitas (kelompok 3-6) untuk mengetahui aktivitas daun

katuk dalam menurunkan bobot badan. Hasil analisis bobot

badan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak berpengaruh

terhadap bobot badan hewan uji.

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun katuk

mempunyai aktivitas antiobesitas. Ekstrak daun katuk dapat

menurunkan bobot badan dan indeks makan, meningkatkan

bobot feses dan konsistensinya yang sebanding dengan

orlistat, menurunkan indeks lemak retroperitoneal,

mempengaruhi indeks organ dengan meningkatkan bobot

organ hati dan testis. Dosis ekstrak daun katuk terbaik dalam

menurunkan bobot badan adalah 400 mg/kg (Ahmad, Elis,

Patonah, 2017).

c. Antihiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah keadaan meningkatnya

kadar kolesterol di dalam darah akibat adanya akumulasi

kolesterol dan lipid dalam pembuluh darah. Berdasarkan uji

klinis digunakan kadar kolesterol total sebagai tolak ukur,

walaupun secara patofisiologi, yang berperan sebagai faktor

resiko adalah kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)

(Soeharto Imam. 2001).

36
Berdasarkan hasil penelitian Nurhidayah, S,

Lukman. H & Retna .P. L. 2021. Pada uji efektifitas daun

katuk (Sauropus adrogynus (L) Merr.) terhadap penurunan

kadar kolesterol total darah dilakukan pada tikus putih

jantan (Rattus norvegicus). Tikus yang digunakan dalam

penelitian yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang

memiliki kondisi tubuh yang sehat dengan berat badan 150-

250 gram. Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi

jika kadar kolesterol total ≥ 200 mg/dl, LDL-kolesterol ≥

66 mg/dl, HDL-kolesterol ≤ 25 mg/dl, dan trigliserida ≥

130 mg/dl.

Efektifitas antihiperkolesterolemia ekstrak etanol

daun katuk (Sauropus adrogynus (L) Merr.) terhadap tikus

putih jantan (Rattus norvegicus) maka dapat disimpulkan

bahwa Pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus adrogynus

(L) Merr.) secara oral memberikan efek terhadap penurunan

kadar kolesterol total darah tikus putih jantan (Rattus

norvegicus) dan Ekstrak daun katuk (Sauropus adrogynus

(L) Merr.) yang efektif menurunkan kadar kolesterol total

darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yaitu dosis 400

mg/kg BB.

d. Antioksidan

37
Antioksidan adalah senyawa yang dalam jumlah

kecil dibanding substrat mampu menunda atau mencegah

terjadinya oksidasi dari substrat yang mudah teroksidasi.

Senyawa antioksidan yang memiliki berat molekul kecil ini,

mempunyai kemampuan melepas atom hidrogen dan

menurunkan reaktivitas radikal (winarsi, 2007 dalam

Mega .A, 2013).

Berdasarkan hasil peneltian Mega .A, 2013 aktivitas

antioksidan ekstrak etanol 80% atau 96% daun katuk

dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Ekstraksi daun

katuk dilakukan dengan cara maserasi kinetik

menggunakan pelarut etanol 80% atau 96%. Pada pengujian

kualitatif (reaksi warna) teramatti adanya pemudaran warna

ungu dari larutan DPPH dengan spektrofotometri UV-Vis

diamatti absorbansinya ⁁516,5 nm selama waktu reaksi

terpilih yaitu 30 menit untuk ekstrak etanol 80% dan 20

menit untuk ekstrak etanol 96%. Dari hasil perhitungan

ekstrak etanol 80% memiliki nilai EC₅₀ 813,09 bbpj dan

untuk ekstrak 96% sebesar 1024,27 bpj. Hasil analisis

statistik menunjukkan bahwa kedua nilai EC₅₀ tersebut

berbeda bermakna dan pelarut ekstraksi yang lebih baik

adalah etanol 80%.

38
Dapat disimpulkkan ekstrak etanol 80% dan ekstrak

etanol 90% daun katuk memiliki aktivitas antioksidan.

e. Sebagai pelancar ASI

Walyani, dalam Yusrina dan Devy (2016)

menjelaskan bahwa, Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang

diciptakan khusus yang keluar langsung dari payudara

seorang ibu unuk banyinya. ASI merupakan makanan bayi

yang paling sempurna, praktis, murah, dan bersih karena

langsung dimunum dari payudara ibu. ASI mengandung

semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk

memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI

terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan, dan

ASI mature. Kolostrum adalah susu yang keluar pertama,

kental, berwarna kuning dengan mengandung protein tinggi

dan sedikit lemak.

Hasil penelitian Saryono, Lutfiah, Aditya, 2021.

Pemberian ekstrak daun katuk pada ibu menyusui dengan

dosis 900 mg / hari dapat meningkatkan ekspresi gen

prolactin dan oksitosin. volume ASI sebesar 66,7 ml atau

50,7% dan menurunkan jumlah subyek kurang ASI sebesar

12,5%. Peningkatan volume asi disebabkan oleh daun katuk

yang mengandung senyawa fitokimia yaitu alkaloid

(papaverine), dan sterol (fitosterol) yang dapat meingkatkan

39
kadar prolactin dan oksitosin, serta mengandung nutrisi

yang dapat digunakan sebagai bahan baku sintesis ASI

(Handayani dkk, 2020).

f. Antianemia

Pada peneltian Muchtaridi, Tiara, 2018. Klorofil

dari daun katuk memiliki potensi sebagai alternatif

pengobatan anemia hemolitik dengan adnya

peningkatan kadar Hb dan ferritin. Perawatan

klorofil daun katuk dapat meningkatkan ferritin

pada tikus meskipun perbedaan yang dihasilkan

tidak signifikan secara statistik Klorofil daun katuk

berpotensi dapat digunakan sebagai antioksidan

akibat stres oksidatif (Suparmi et al., 2016).

g. Antiinflamasi

Inflamasi merupakan usaha tubuh untuk

menginaktifkan atau menghancurkan organisme

penginvasi, menghilangkan iritan dan persiapan tahapan

untuk perbaikan jaringan (Harvey & Pamela, 2013)

Hasil dari penelitian Muchtaridi, Tiara, 2018. Patch

ekstrak daun katuk memiliki efekivitas yang relatif

sama dengan natrium diklofenak dalam penyembuhan

radang. Dengan menggunakan dosis ekstrak 400 mg/kg

40
BB, terjadi penghambatan peradangan berkisar 66,67-

100%.

2. Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak Daun Katuk

Senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa organik yang tidak

berperan langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan, tetapi

diperlukan untuk kelangsungan hidup Senyawa metabolit sekunder 39

dibutuhkan sebagai racun, zat warna, obat tradisional dan zat makanan

(Alfiana, 2014).

Tumbuhan yang termasuk famili mengandung minyak atsiri,

sterol, saponin, flavonoid, triterpene, asam-asam organic, asam amino,

alkaloid dan tannin (Hegnauer, 1964 disitasi Malik, 1997). Malik 1997

menemukan bahwa hasil skrinning daun katuk diperoleh adanya

golongan sterol atau triterpene, flavonoid dan tanin (Santoso, 2013).

Berdasarkan penelitian Warditiani, Budiman, Susanti, 2014 yang

melakukan uji skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan

senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, polifenol, glikosida dan

steroid dengan cara maserasi selama 5 hari menggunakan pelarut

etanol 90% lalu di remaserasi dan saring untuk memperoleh ekstrak

cair dan diperoleh hasil bahwa ekstrak etanol 90% daun katuk positif

mengandung senyawa golongan alkaloid, triterpenoid, flavonoid, tanin,

saponin, polifenol, dan glikosida.

41
Berdasarkan hasil penelitian Sarah, Ratna, 2016 pemeriksaan

penapisan fitokimia serbuk daun katuk menunjukkan adanya senyawa

flavonoid, saponin, tanin galat, steroid dan triterpenoid.

Berdasarkan hasil penelitian Muliyana, susilo, armansyah, 2020

dengan membandingkan aktivitasi antioksidan, antibakteri dan toksik dari

ekstrak methanol bahan daun katuk hutan dimana hasil pengujian

fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak methanol daun P. reticulatus positif

mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan triterpenoid.

Berdasarkan hasil penelitian Joko, Kusnadi, Zselni, 2020 pengaruh

perbedaan konsentrasi etanol terhadap kandungan flavonoid pada daun

katuk mendapatkan hasil flavonoid tertinggi dimiliki oleh pelarut etanol

70% dengan rata-rata sebesar 0,425 mgQE/gr ekstrak dibandingkan

dengan pelarut etanol 90% dan 95% yang memiliki rata-rata sebesar 0.394

mgQE/gr ekstrak dan 0.394 mgQE/gr ekstrak.

42
43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil telaah dari 10 literatur maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun katuk

(Sauropus adrogynus (L) Merr.) adalah senyawa golongan alkaloid,

triterpenoid, flavonoid, tanin, saponin, polifenol, dan glikosida.

2. Ekstrak daun katuk memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri,

antiobesitas, antihiperkolesterolemia, antioksidan, sebagai pelancar ASI,

antianemia dan antiinflamasi.

B. SARAN

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya mencari lebih banyak sumber referensi literatur terbaru

mengenai aktivitas farmakologi dan kandungan senyawa aktif ekstrak daun

katuk serta mencari penelitian yang terbaru.

2. Bagi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang

Diharapkan lebih memperbanyak lagi pustaka atau fasilitas agar

mempermudah mahasiswa dalam mencari sumber literatur.


3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan adanya studi literatur ini dapat memaksimalkan

pemanfaatan penggunaan tanaman ekstrak daun katuk yang terbukti

mempunyai banyak khasiat sebagai obat

44
DAFTAR PUSTAKA

45
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kartu Bimbingan

46
47
Lampiran 2.

48

Anda mungkin juga menyukai