yang berupa jenis batuan, penyebarannya, stratigrafi, tingkat pelapukan dan struktur
geologi yang berkembang. Pada penelitian ini pemetaan geologi dilakukan di daerah
Hasil akhir dari pemetaan geologi disajikan dalam bentuk peta geologi permukaan
yang memberikan gambaran atau informasi tentang kondisi geologi yang meliputi
keadaan geomorfologi, stratigrafi yang mencakup seluruh jenis batuan yang ada,
gejala rembesan dan analisa pola struktur baik makro (patahan) maupun mikro
(kekar).
1. Tahap persiapan.
geologi yang berkaitan dengan daerah penelitian dan penyiapan alat-alat survey
yang terdiri dari: palu geologi, kompas geologi, kamera, peta dasar, pita ukur,
4-1
2. Tahap pemetaan geologi
geologi. Dalam hal ini data geologi regional sangat dibutuhkan. Pada penelitian
ini, pekerjaan pemetaan dimulai dari arah Blok 1 hingga Blok 15. Hal ini
- Jenis batuan
• Kualitas batuan
kemenerusannya
4-2
- Gejala longsoran (sliding)
Hasil survai lapangan sepanjang jalur lintasan kemudian dianalisa dan dipakai
sebagai dasar pembuatan peta geologi. Pada peta geologi tersebut akan ditampilkan
jenis dan penyebaran litologi, serta struktur geologi yang berkembang di daerah
penelitian.
hingga sedang, terpilah baik, ukuran butir relatif seragam, bergradasi buruk,
merupakan batuan dengan kekuatan menengah (medium strong rock) dengan UCS
sekitar 25 MPa. Lapisan ini teramati dari Blok 1 dan menerus dengan penyebaran
agak miring hingga Blok 15 dengan ketebalan sekitar 30 m. Lapisan ini mempunyai
dengan permukaan agak kasar (slightly rough), dinding kekar agak lapuk (slightly
weathered), sebagian terisi oksida besi. Tingkat pelapukan massa batupasir dari Blok
4-3
1 hingga Blok 6 dikatagorikan agak lapuk (slightly weathered) dengan kerapatan
kekar antara 0.5 hingga 3 m. Sedangkan mulai Blok 6 hingga Blok 10, tingkat
(moderately weathered) dengan intensitas kekar menjadi lebih rapat antara 20 hingga
50 cm. Hal ini disebabkan oleh lebih dekatnya batuan di Blok 6 hingga Blok 10 ini
(highly weathered), merupakan batuan dengan kekuatan lemah (weak rock) dengan
UCS sekitar 14 MPa. Batuan ini teramati dari Blok 1 hingga Blok 15, terletak secara
ini mempunyai arah jurus dan kemiringan yang sama dengan lapisan batupasir, yaitu
N175oE/18o atau Dip/Dip Direction 18o/N265oE. Kekar pada lapisan ini sangat sulit
untuk diamati karena kondisi batuan ini yang menyerpih. Longsoran dan retakan
yang terjadi di Pit K, selalu terjadi pada lapisan batulempung ini. Tercatat 1 kali
longsoran dan 4 kali teramati adanya retakan yang terjadi pada lapisan batulempung
batuan dengan kekuatan lemah (weak rock). Lapisan batulanau ini terletak secara
4-4
selaras di atas lapisan batulempung dengan ketebalan sekitar 2 – 5 m. Lapisan
tipis dengan ketebalan antar lapisan antara 1 hingga 5 cm. Lapisan ini diperkirakan
Batubara, berwarna hitam berupa sisipan pada lapisan batupasir dan lapisan
batulempung. Di Pit K lapisan batubara ini terdiri dari 3 seam, yaitu Seam K, Seam
L, dan Seam O dengan ketebalan antara 1.5 hingga 4 m. Disekitar Blok 10 – Blok 14
terdapat adanya lensa-lensa batubara dan lapisan batubara yang tidak menerus. Hal
ini disebabkan karena di daerah tersebut merupakan zona patahan dimana terdapat
batuan yang campur aduk dan saling melensa satu sama lain. Arah jurus dan
kemiringan batubara secara umum sama dengan ketiga jenis batuan di atas yaitu
lihologi disekitar lereng Pit K dapat dilihat pada Gambar 4.1 hingga Gambar 4.3.
Gambar 4.1. Kenampakan lithologi Blok 1 – 6, tersusun oleh batupasir agak lapuk
(slightly weathered) di bagian bawah dan batulempung lapuk tinggi (highly
weathered) di bagian atas
4-5
Gambar 4.2. Kenampakan lithologi Blok 6 – 10, tersusun oleh batupasir lapuk
sedang (moderately weathered) di bagian bawah dan batulempung lapuk tinggi
(highly weathered) di bagian atas
dan patahan. Kekar dapat diamati disekitar muka lereng maupun pada lantai galian
Pada penelitian ini dilakukan pula pengukuran arah jurus dan kemiringan kekar
dengan menggunakan kompas geologi dan meteran. yang akan dibahas tersendiri
4-6
Struktur patahan yang teramati dilapangan berupa patahan naik dengan bagian
Selatan relatif naik terhadap bagian Utara. Patahan diperkirakan berarah Barat Daya
– Timur Laut sekitar N30oE. Struktur patahan ini teramati disekitar Blok 10 hingga
5. Terlihat adanya jenis batuan yang saling melensa satu sama lainnya.
Gambar 4.4. Gores garis (slickenside) yang merupakan indikasi keberadaan patahan,
teramati di sekitar Blok 11
Gambar 4.5. Anomali arah jurus dan kemiringan perlapisan yang mengindikasikan
keberadaan patahan, teramati disekitar Blok 12
4-7
U
4-8
4.2. Pemetaan Tipe Massa Batuan
beberapa tipe massa batuan, dimana setiap tipe massa batuan akan dihitung nilai
RMRnya untuk kepentingan analisa kestabilan lereng. Pembagian tipe massa batuan
ini didasarkan kepada beberapa faktor seperti variasi jenis batuan, tingkat
keberadaan patahan).
Berdasarkan hal tersebut di atas, daerah penelitian dibagi ke dalam 4 tipe massa
batuan dimana setiap tipe mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda. Ke-empat
satuan batupasir.
Deskripsi untuk masing-masing zona massa batuan dapat dilihat pada Tabel IV.2.
4-9
Tabel IV.2. Deskripsi Tipe Massa Batuan Pit K Operasi Penambangan Binungan
Tipe Massa Kelas Massa
Deskripsi Massa Batuan
Batuan Batuan
Massa batuan dengan kondisi baik, agak lapuk (slightly weathered),
mempunyai kekuatan menengah (medium strong rock). Berkekar agak
kasar, bergelombang, spasi kekar antara 0.2 – 6m dengan rata-rata 2.2 m, Baik
Tipe 1 (Good Rock)
ketat (tight joints) 0.1 – 0.5mm, kekar sebagian terisi oksida besi. Secara RMR: 69
umum massa batuan masih utuh (undisturbed) walaupun sebagian ada
yang sudah tergangu (disturbed). Didominasi oleh batupasir
Massa batuan dengan kondisi menengah, lapuk sedang (moderately
weathered), kuat menengah (medium strong rock). Berkekar agak kasar,
Tipe 2 bergelombang, spasi antara 0.2 – 5.0 demgan rata-rata 1.0m, blocky, kekar Sedang
(Fair Rock)
ketat hingga agak terbuka 0.1 – 2mm, kekar sebagian terisi oksida besi. RMR: 59
Massa batuan sebagian sudah terganggu. Didominasi oleh batupasir.
Massa batuan dengan kondisi buruk, lapuk tinggi (highly weathered),
lemah (weak rock), very blocky hingga menyerpih. Kekar sangat sulit untuk Buruk
Tipe 3 (Poor Rock)
diamati karena telah terserpihkan. Massa batuan sudah terganggu RMR: 30
(disturbed). Didominasi oleh batulempung menyerpih dan batulanau.
Merupakan zona patahan, batuan umumnya hancur dengan kerapatan kekar
Sangat
yang sangat rapat. Terdapat ciri-ciri yang mendukung adanya patahan
Buruk
Tipe 4 seperti ketidak menerusan suatu lapisan ataupun adanya offset perlapisan, (Very Poor
Rock)
teramati adanya gores garis (slickenside), dan perlapisan batuan yang acak.
RMR: 20
Kekuatan batuan lemah, kekar bersifar geseran (sheared joints)
Peta tipe massa batuan dan lokasi penampang lereng dapat dilihat pada Gambar 4.7.
4-10
U
Gambar 4.7. Peta Tipe Massa Batuan Pit K Operasi Penambangan Binungan
4-11
4.3. Inventarisasi Data Kekar
Data yang berupa kedudukan bidang perlapisan dan bidang kekar diperoleh dengan
Analisis kekar dilakukan untuk mengetahui arah umum dan kemiringannya serta
untuk memperkirakan jenis dan potensi longsoran yang mungkin terjadi pada suatu
lereng. Pada penelitian ini pengukuran kekar dilakukan di 3 lokasi dimana terdapat
perbedaan tipe massa batuan. Lokasi pengukuran dapat dilihat pada Tabel IV.3.
Inventarisasi data kekar dilakukan dengan metoda scanline. Pada metoda ini, rol
scanline dapat dilihat pada Gambar 4.8. Hasil dari pengamatan ini adalah berupa arah
dan kemiringan kekar serta jarak semu antar bidang kekar. Jarak sebenarnya antar
4-12
(θ i + θ i +1 )
d i ,1+1 = ji ,i +1 cos ……………………………………………..…………(4.1)
2
Jarak rata-rata antar bidang kekar set A dihitung dengan persamaan 4.2.
∑ dswA i ,i +1 cos(θ i ,i +1 )
dswA = i =1
, .................................. …………………...………(4.2)
k
Jarak rata-rata antar bidang kekar sepanjang scanline dihitung dengan persamaan 4.3.
∑ dsw m
dsw = i =1
......................................................................................................(4.3)
m
Keterangan: dswm : jumlah jarak kekar sebenarnya sepanjang scanline setiap set
m : jumlah set kekar
dsw : rata-rata jarak kekar sepanjang scanline
Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel IV.4. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
4-13
Tabel IV.4. Pengamatan Bidang Kekar Lereng Blok 1-5
Pengukuran kekar Blok 1-5
Scanline αs 50 βs 2
Face αf 140 βf 65
Dip Dip
Dip Jarak αn βn Dip Jarak αn βn
No. Strike Direction θ i-m ji-m di-m No. Strike Direction θ i-m ji-m di-m
βd semu αd±180 90-βd βd semu αd±180 90-βd
αd αd
o o o o o o o o o o o o
N… E N… E m m m N… E N… E m m m
1 315 45 75 0.80 225 15 85 1-2 0.55 0.038 56 176 266 51 0.67 86 39 54 56-57 1.7 0.84
2 317 47 75 0.55 227 15 87 2-6 4.61 0.322 57 117 207 67 1.7 27 23 67 57-63 12.85 10.1
3 80 170 65 1.55 350 25 30 3-18 17.71 15.98 58 35 125 55 0.5 305 35 15 58-60 3.3 2.93
4 29 119 65 1.60 299 25 21 4-5 0.57 0.534 59 350 80 15 2.8 260 75 60 59-69 17.59 6.45
5 30 120 75 0.57 300 15 20 5-8 4.13 2.514 60 10 100 65 0.5 280 25 40 60-61 0.5 0.37
6 315 45 70 0.89 225 20 85 6-7 0.74 0.045 61 5 95 65 0.5 275 25 45 61-62 6 4.24
7 318 48 75 0.74 228 15 88 7-32 38.31 13.1 62 5 95 65 6 275 25 45 62-64 3.4 2.94
8 25 115 55 2.50 295 35 25 8-9 2.5 2.275 63 220 310 65 2.55 130 25 10 63-109 66.02 64.5
9 26 116 53 2.50 296 37 24 9-12 2.46 2.239 64 35 125 75 0.85 305 15 15 64-65 1.5 1.45
10 115 205 75 0.46 25 15 65 10-11 1.00 0.462 65 35 125 55 1.5 305 35 15 65-66 1.55 1.5
11 110 200 75 1.00 20 15 60 11-16 3.65 1.77 66 35 125 55 1.55 305 35 15 66-70 5.89 5.53
12 25 115 65 1.00 295 25 25 12-13 0.65 0.548 67 75 165 55 1.75 345 35 25 67-68 0.83 0.78
13 10 100 55 0.65 280 35 40 13-14 0.6 0.466 68 65 155 65 0.83 335 25 15 68-71 3.91 3.73
14 12 102 57 0.60 282 33 38 14-15 0.75 0.639 69 333 63 65 1.56 243 25 77 69-74 7.26 0.82
15 25 115 55 0.75 295 35 25 15-17 2.65 2.271 70 30 120 65 1.75 300 25 20 70-76 7.71 7.53
16 112 202 67 0.65 22 23 62 16-19 5.60 1.73 71 55 145 75 0.6 325 15 5 71-72 0.93 0.93
17 13 103 57 2.00 283 33 37 17-20 5.60 5.262 72 55 145 70 0.93 325 20 5 72-73 0.73 0.73
18 53 143 72 1.80 323 18 3 18-21 5.35 5.027 73 55 145 70 0.73 325 20 5 73-75 3.89 3.8
19 132 222 76 1.80 42 14 82 19-27 14.20 10.55 74 320 50 70 3.25 230 20 90 74-79 4.06 0.71
20 13 103 51 2.00 283 39 37 20-22 3.15 2.951 75 70 160 60 0.64 340 30 20 75-86 12.37 11.4
21 46 136 54 1.55 316 36 4 21-25 7.31 7.176 76 25 115 45 1.56 295 45 25 76-77 0.55 0.5
22 32 122 67 1.60 302 23 18 22-23 1.6 1.473 77 25 115 60 0.55 295 30 25 77-78 0.78 0.74
23 22 112 56 1.60 292 34 28 23-24 3.55 2.977 78 40 130 55 0.78 310 35 10 78-80 1.2 1.14
24 12 102 67 3.55 282 23 38 24-26 1.40 1.274 79 340 70 40 0.53 250 50 70 79-87 10.64 4.66
25 61 151 71 0.56 331 19 11 25-30 9.74 8.827 80 25 115 55 0.67 295 35 25 80-81 0.65 0.59
26 11 101 53 0.84 281 37 39 26-28 4.50 3.37 81 25 115 55 0.65 295 35 25 81-82 2.35 2.13
27 232 322 77 2.50 142 13 2 27-31 7.40 6.954 82 25 115 55 2.35 295 35 25 82-83 1.55 1.37
28 6 96 56 2.00 276 34 44 28-29 2.7 2.361 83 20 110 55 1.55 290 35 30 83-85 3.53 2.02
29 36 126 66 2.70 306 24 14 29-35 11.05 10.91 84 150 240 55 1.67 60 35 80 84-85 1.86 1
30 46 136 76 1.70 316 14 4 30-37 10.98 10.8 85 15 105 60 1.86 285 30 35 85-88 3.44 3.23
31 192 282 67 1.00 102 23 38 31-56 42.07 39.53 86 45 135 50 0.2 315 40 5 86-99 24.41 23.6
32 282 12 63 1.00 -168 27 52 32-33 2.35 0.899 87 352 82 77 1.69 262 13 58 87-90 4.4 1.65
33 313 43 53 2.35 223 37 83 33-34 1.55 0.135 88 25 115 75 1.55 295 15 25 88-89 1.75 1.64
34 317 47 55 1.55 227 35 87 34-38 7.58 5.406 89 35 125 75 1.75 305 15 15 89-91 2.66 2.49
35 33 123 53 3.45 303 37 17 35-36 0.89 0.867 90 332 62 65 1.1 242 25 78 90-93 5.87 1.27
36 41 131 62 0.89 311 28 9 36-42 8.57 8.531 91 24 114 63 1.56 294 27 26 91-92 1.56 1.43
37 52 142 62 0.74 322 28 2 37-39 5.00 4.997 92 29 119 64 1.75 299 26 21 92-94 4.08 3.95
38 328 318 61 2.50 138 29 2 38-41 4.33 3.218 93 333 63 61 2.56 243 29 77 93-97 8.65 1.05
39 52 142 73 2.50 322 17 2 39-40 0.83 0.82 94 42 132 57 1.52 312 33 8 94-95 2.34 2.22
40 34 124 74 0.83 304 16 16 40-47 10.14 9.152 95 21 111 55 2.34 291 35 29 95-96 3.25 2.91
41 312 42 62 1.00 222 28 82 41-45 4.58 0.518 96 26 116 54 3.25 296 36 24 96-98 3.1 2.98
42 15 105 56 1.00 285 34 35 42-43 1.53 1.338 97 321 51 76 1.54 231 14 89 97-100 4.58 0.08
43 27 117 56 1.53 297 34 23 43-44 0.6 0.548 98 42 132 64 1.56 312 26 8 98-102 4.92 4.9
44 25 115 41 0.60 295 49 25 44-46 4.01 3.507 99 51 141 63 2.24 321 27 1 99-108 10.96 10.9
45 325 55 73 1.45 235 17 85 45-48 6.36 0.333 100 321 51 66 0.78 231 24 89 100-101 1.23 0.39
46 17 107 43 2.56 287 47 33 46-49 5.60 5.311 101 343 333 55 1.23 153 35 13 101-104 4.9 4.09
47 46 136 62 2.00 316 28 4 47-50 5.60 5.311 102 42 132 63 0.67 312 27 8 102-103 0.65 0.62
48 321 51 58 1.80 231 32 89 48-52 6.95 4.183 103 24 114 43 0.65 294 47 26 103-105 3.9 3.69
49 17 107 54 1.80 287 36 33 49-51 3.55 3.376 104 356 86 62 2.35 266 28 54 104-107 7.43 2.23
50 47 137 57 2.00 317 33 3 50-53 4.75 4.67 105 32 122 57 1.55 302 33 18 105-106 1.67 1.61
51 32 122 57 1.55 302 33 18 51-58 8.97 8.847 106 38 128 58 1.67 308 32 12 106-107 2.06 2.04
52 347 337 55 1.60 157 35 17 52-54 5.15 4.113 107 321 51 71 1.86 231 19 91 107-108 1.86 1.86
53 51 141 56 1.60 321 34 1 53-67 8.64 8.556 108 46 136 62 0.2 316 28 4 108-109 1.69 1.69
54 353 83 56 3.55 263 34 57 54-55 2.22 0.777 109 53 143 66 1.69 323 24 3 109-110 0.65 0.65
55 328 58 55 2.22 238 35 82 55-59 5.67 1.846 110 58 148 55 0.65 328 35 8
spasi kekar a dxa m
6.39
RQD = 100 e −0.1λ (0.1λ + 1) spasi kekar b dxb 2.806m
spasi kekar c dxc 2.315m
λ=1/spasi kekar sebenarnya=1/3.84 0.2606 kekar per meter spasi kekar rata-rata sebenarnya dsw 3.837 m
RQD 99.967 %
dilakukan untuk mengetahui jenis longsoran yang mungkin terjadi pada setiap lereng
galian. Hasil pengamatan dengan proyeksi stereografi dapat dilihat pada Gambar 4.9,
4-14
55/N115E
Jo
i
nt
S et
M
uk
2,
a
Joint Set 1,
Le
5/
re
N6
ng
0 E
De
sa
in
, 65
/N
50
E
0 E
15
/N
, 63
t3
Se
int
Jo
Gambar 4.9. Hubungan Jenjang Gali, Pola Kekar dan Sudut Geser Dalam Blok 1-5 Pada
Stereonet
60/N122E
Jo
in
tS
M
uk
et
a
1,
Le
60
Joint Set 2,
re
/N
ng
45
De
E
sa
in
an 1, N86E
Arah Longsor
,6
Ara
5/
hL
o ng
sora
N5
n2
,N
0E
108
E
1E
0/N17
et 3, 6
Joint S
Gambar 4.10. Hubungan Jenjang Gali, Pola Kekar dan Sudut Geser Dalam Blok 7-9 Pada
Stereonet
M
uk
a
Le
re
n g
D
es
a in
,N
32
0E
/
65
Gambar 4.11. Hubungan Jenjang Gali, Pola Kekar dan Sudut Geser Dalam Blok 11-14 Pada
Stereonet
4-15
Berdasarkan Gambar 4.9, 4.10, dan 4.11, dapat disimpulkan antara lain:
batupasir. Arah jenjang gali d/dd 65o/N50oE, sudut geser dalam batupasir 35o.
kekar acak (random). Berdasarkan hasil proyeksi stereografi pada Gambar 4.9,
terlihat bahwa perpotongan 3 bidang kekar yang terjadi, berada di luar daerah
antara jenjang gali dan sudut geser dalam (berada di luar bidang arsir). Hal ini
berarti bahwa kekar yang berkembang di daerah tersebut tidak menunjukan jenis
longsoran tertentu.
batupasir. Arah jenjang gali d/dd 65o/N50oE, sudut geser dalam batupasir 35o.
kekar acak (random). Ketiga bidang keluarga kekar tersebut membentuk titik
perpotongan bidang kekar yang berada di dalam bidang arsir. Hal tersebut
berpotensi terjadi longsoran baji dengan arah longsoran N86oE dan N108oE.
3. Lokasi 3, terletak diantara Blok 11 – Blok 14. Merupakan zona patahan. Arah
jenjang gali d/dd 65o/N50oE, sudut geser dalam batulempung 12o. Berdasarkan
hasil proyeksi stereografi pada Gambar 4.11, terlihat bahwa arah dan
4-16
4.4. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupun mempunyai panjang lebih dari 10cm. Nilai RQD ini dipakai sebagai
parameter pendukung untuk penentuan nilai klasifikasi massa batuan RMR. Cara
Gambar 4.12. Pengukuran RQD Dari Contoh Inti Pemboran (Deere, 1988)
Pada penelitian ini, nilai RQD tidak dihitung berdasarkan persentase inti terambil
dari inti pemboran, tetapi berdasarkan pengamatan kerapatan kekar yang teramati di
dinding lereng. Metode ini diperkenalkan oleh Priest dan Hudson (1976) dengan
persamaan 4.4:
4-17
Berdasarkan metode dari Priest dan Hudson (1976), Bieniawski (1989) membuat
suatu grafik yang menghubungkan antara spasi bidang kekar dan nilai RQD seperti
terlihat pada Gambar 4.13. Perlu dicatat bahwa nilai RQD maksimum pada grafik
dari Bieniawski (1989) adalah merupakan hasil perhitungan persamaan 4.4. dari
Gambar 4.13. Hubungan Antara Spasi Bidang Kekar dan RQD (Bieniawski, 1989)
Berdasarkan persamaan 4.4. dan Gambar 4.13. di atas, maka nilai RQD setiap jalur
4-18
4.5. Pengamatan Rembesan
Rembesan air teramati dibeberapa lokasi disekitar kaki galian lereng. Tercatat ada 7
umumnya berupa rembesan kecil sehingga sangat sulit untuk diukur, tetapi rembesan
yang terbesar yang terletak di sekitar Blok 1 dan Blok 14 mempunyai debit sekitar 5
liter per menit. Rembesan ini diperkirakan hanya merupakan rembesan air
permukaan yang masuk melalui rekahan-rekahan pada batuan yang hanya muncul
setelah adanya hujan. Setelah hujan berhenti sekitar 3 hari rembesan ini menjadi
hilang. Perhitungan debit air rembesan dapat dilihat pada Tabel IV.6.
4-19
4.6. Klasifikasi Massa Batuan Geomekanika (RMR)
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa klasifikasi massa batuan yang dipakai
pada penelitian ini adalah klasifikasi massa batuan RMR dari Bieniawski 1989.
Untuk menerapkan system klasifikasi RMR, massa batuan dibagi ke dalam beberapa
tipe massa batuan dimana pada setiap tipe mempunyai ciri kenampakan (feature)
tertentu yang serupa. Umumnya pembagian tipe ini akan terkait langsung dengan
adanya struktur geologi utama (major geological structure) seperti sesar, zona geser
(shear zone), tingkat pelapukan maupun jenis batuan. Kemudian untuk masing-
masing tipe massa batuan tersebut ditentukan klasifikasi massa batuannya. Nilai
klasifikasi massa batuan RMR untuk setiap tipe massa batuan dapat dilihat pada
Tabel IV.7.
Tabel IV.7. Kelas Massa Batuan Setiap Tipe Massa Batuan Berdasarkan RMR
(Bieniawski, 1989)
Tipe Massa Batuan
Parameter
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Kekuatan Batuan Utuh Nilai (Mpa) 25.7 25.7 13.75 13.75
(UCS) Peringkat 4 4 2 2
Rock Quality Nilai (%) 99.9% 99.50% 73.6% 73.6%
Designation (RQD) Peringkat 20 20 13 13
Jarak Antar Bidang Jarak (m) 2.2 1.0 0.1 0.1
Diskontinyu Peringkat 20 15 10 10
Kekasaran Permukaan kekar agak Permukaan kekar agak Sparasi >5mm,
Sparasi 1-5 mm, dinding
permukaan, kasar, bukaan <1mm, kasar, bukaan >1mm, Permukaan bergores
Kondisi Bidang bidang diskontinu lapuk
kemenerusan, spasi, dindingnya agak lapuk dindingnya agak lapuk garis, lapuk tinggi, soft
Diskontinyu tinggi
dan tingkat pelapukan oleh aksida besi oleh aksida besi gouge
Peringkat 25 20 10 0
Aliran (lt/m) Lembab Lembab Lembab Lembab
Kondisi Air Tanah
Peringkat 10 10 10 10
Arah jurus bidang Arah jurus bidang
o o
diskontinyu dd (N115 E diskontinyu dd (N65 E,
o o o
Arah jurus dan dan N65 E) relatif N122 E dan N171 E )
Kekar rapat dengan arah Kekar rapat dengan arah
kemiringan bidang searah dengan arah relatif searah dengan
Arah/kemiringan o
kemiringan dan kemiringan dan
diskontinu terhadap galian lereng (N50 E) arah galian lereng
Bidang Diskontinyu o
kemiringan acak kemiringan acak
arah galian dengan kemiringan (N50 E) dengan
bidang diskontinyu kemiringan bidang
o o
hingga 65 diskontinyu hingga 65
Peringkat -10 -10 -15 -15
Peringkat 69 59 30 20
Kelas II III IV V
RMR
Sangat Buruk ( Very
Deskripsi Baik (Good) Sedang (Fair) Buruk (Poor)
Poor)
Parameter Kohesi (kPa) 300-400 200-300 100-200 <100
o
Geomekanika Sudut geser dalam ( ) 35-45 25-35 15-25 <15
4-20
Berdasarkan Tabel IV.7 dapat dilihat bahwa Tipe Massa Batuan 1 yang tersusun oleh
kondisi baik), Tipe Massa Batuan 2 yang tersusun oleh batupasir lapuk sedang
(buruk), dan Massa Batuan Tipe 4 yang merupakan zona patahan mempunyai RMR
20 (sangat buruk).
dengan menggunakan nilai peak acceleration (g) yang didapatkan dari pengukuran
ground vibration yang dilakukan PT. DAHANA. Hasil analisa getaran peledakan
Data laboratorium diperoleh dari hasil pengujian contoh batuan yang diambil di
4-21
mekanik batuan. Hasil pengujian laboratorium dapat dilihat pada Tabel IV.9, IV.10,
dan IV.11.
4-22
4.9. Uji Rayapan Geser Langsung
Seperti telah diketahui bahwa kestabilan lereng suatu tambang terbuka akan berubah
terhadap waktu dan akan semakin berkurang. Keruntuhan material yang bergantung
waktu merupakan fenomena deformasi jangka panjang yang berupa rayapan (creep).
massa batuan. Hal ini berkaitan dengan penurunan kekuatan geser material yang
yang merupakan lapisan pembawa batubara untuk mengetahui perilaku dan kekuatan
Uji rayapan geser langsung dilakukan dengan penerapan beban normal dan beban
(failure) atau selama waktu tertentu. Perpindahan geser yang terjadi selama
Untuk mendapatkan kuat geser jangka panjang dan mengetahui perilaku batuan
dengan beban geser konstan, telah dirancang alat uji rayapann geser langsung
(Gunadi, 2002; Kramadibrata dkk., 2002). Alat uji rayapan geser langsung yang
4-23
1. Katrol 9. Dudukan load cell
2. Beban geser 10. Kotak geser bagian bawah
3. Beban normal 11. Katrol
4. Wire rope 12. Contoh uji
5. Proving ring 13. Bantalan geser
6. Dial gauge beban normal 14. Dial gauge geser
7. Dial gauge perpindahan 15. Batang penahan horizontal
normal 16. Load cell
8. Batang penahan load cell 17. Strain indicator
Gambar 4.14. Alat Uji Rayapan Geser Langsung (Kramadibrata dkk., 2002)
Sistem pembebanan normal dan geser yang digunakan pada alat uji ini adalah sistem
bandul sehingga aplikasi gaya normal dan gaya geser diharapkan konstan selama
pengujian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoprasian alat uji ini adalah:
1. Mampu menjamin gaya normal dan gaya geser yang diaplikasikan konstan
3. Kotak uji geser dapat menguji berbagai bentuk contoh dengan ukuran
tertentu.
Sebelum uji rayapan geser langsung dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji
geser langsung (direct shear test). Hasil dari uji geser langsung terhadap contoh
4-24
Tabel IV.12. Hasil Uji Geser Langsung Batulempung
Fnormal σnormal Fgeser τ c φ
(kN) (kPa) (kN) (kPa) (kPa) (o)
Puncak Sisa Puncak Sisa Puncak Sisa Puncak Sisa
0.20 70 0.40 0.20 140 70
0.40 141 0.50 0.25 176 88 109 54.8 24.6 12.7
0.60 199 0.60 0.30 199 99
Berdasarkan Tabel IV.12., dapat direpresentasikan ke dalam grafik kuat geser Mohr-
y = 0.4592x + 108.91
200
Tegangan Geser (kPa)
150
y = 0.2259x + 54.799
100
50
0
0 50 100 150 200 250
Tegangan Normal (kPa)
Puncak Sisa
Hasil pengujian kuat geser langsung ini dijadikan acuan untuk penentuan beban
normal dan beban geser pada uji rayapan geser langsung di laboratorium.
Hasil pengujian ditampilkan dalam bentuk kurva rayapan sesuai dengan tingkat
4-25
normal (mm) terhadap waktu pembebanan (menit). Pengujian dilakukan terhadap 3
contoh uji CR-1, CR-2, dan CR-3 yang masing-masing diberi gaya normal 0.2 kN,
0.4 kN, dan 0.6 kN dengan tingkat gaya geser sebesar 50%, 70%, dan 90%.
Tabel IV.13., menunjukan hasil pengolahan data uji rayapan geser langsung untuk
contoh CR-3, sedangkan hasil untuk contoh lainnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
4-26
Berdasarkan data uji rayapan geser langsung, kemudian dapat digambarkan kurva
terhadap waktu, dan kurva perubahan gaya (normal dan geser) terhadap waktu
selama pengujian. Kurva hasil uji rayapan geser langsung untuk CR-1, CR-2, dan
CR-1
300 1.00
0.90
200
0.80
100
Perpindahan (x0.001mm)
0.70
0
0.60
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Gaya (kN)
-100 0.50
0.40
-200
0.30
-300
0.20
-400
0.10
-500 0.00
Waktu (menit)
Perpindahan Lateral Perpindahan Aksial Gaya geser Gaya normal
CR-2
500 1.00
0.90
400
0.80
Perpindahan (x0.001mm)
0.70
300
0.60
Gaya (kN)
200 0.50
0.40
100
0.30
0.20
0
0 5,000 10,000 15,000 20,000 0.10
25,000
-100 0.00
Waktu (menit)
Perpindahan Lateral Perpindahan Aksial Gaya geser Gaya normal
4-27
CR-3
400 2.00
300
200 1.50
Gaya (kN)
0 1.00
0 10 20 30 40 50 60 70
-100
-200 0.50
-300
-400 0.00
Waktu (menit)
Pada Gambar 4.16, 4.17, dan 4.18, terlihat adanya proses perpindahan geser seketika
yang diikuti dengan rayapan primer, sekunder dan tersier yang diikuti runtuhan
(failure). Hal ini menujukan bahwa contoh uji CR-1, CR-2, dan CR-3 mempunyai
sifat elasto-viskoplastik.
Pada saat batulempung dikenai gangguan berupa tegangan geser, akan terjadi
pembukaan rekahan awal pada bidang gesernya. Hal ini ditandai dengan Perpindahan
seketika yang teramati untuk CR-1, CR-2, dan CR-3 masing-masing sebesar 0.05
dengan rayapan primer. Pada hasil pengujian terlihat bahwa rayapan primer terjadi
4-28
kestabilan pada menit ke 4040, 2896, dan menit ke-7 untuk CR-1, CR-2, dan CR-3
0.255mm.
linier dengan laju konstan sebesar 10-4, 2 10-4, dan 2 10-2 untuk CR-1, CR-2, dan CR-
3. Pada peristiwa ini batulempung berada pada proses rayapan sekunder. Rayapan
sekunder terjadi hingga menit ke-17540, 13536, dan menit ke 54 untuk masing-
menyebabkan gerigi bidang geser semakin halus. Hal ini akan mengurangi kekuatan
batulempung untuk menahan tegangan geser yang diberikan. Pada saat ketahanan
rayapan tersier. Rayapan tersier ini terus berlanjut hingga batulempung mengalami
batulempung mengalami tegangan geser konstan selama 27740 menit (19.3 hari)
untuk CR-1, 19606 menit (13.6 hari) untuk CR-2, dan 64 menit untuk CR-3.
4-29