Anda di halaman 1dari 7

Skenario Surveilans PTM Hipertensi

Berdasarkan Kemenkes, dan Direktorat P2PTM (2015) yang berjudul Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit
Tidak Menular pada tingkat Posbindu PTM. Sumber daya yang digunakan harus berkualitas untuk
menilai kejadian PTM secara tepat. Hal ini perlu dilakukannya pelatihan terlebih dahulu terhadap para
petugas posbindu. Berikut merupakan langkah dalam pembentukan SDM Posbindu PTM :

1. Pelatihan petugas Posbindu PTM Hipertensi

Langkah-langkah 1. Fasilitator memperkenalkan diri dan


menjelaskan tujuan sesi tersebut, hal ini
berlangsung selama 5 menit.
2. Lakukan curah pendapat, waktu yang
ditentukan selama 10 menit.
3. Fasiitator dapat menyampaikan materi
menggunakan power point, dilakukan
selama 30 menit.
4. Fasilitator memandu praktek penggunaan
alat dan simulasi, dilakukan selama 45
menit.
5. Praktik lapangan, dilakukan selama 45
menit.
Metode 1. Curah pendapat
2. Ceramah tanya jawab
3. Studi kasus
4. Praktik lapangan
Media dan alat bantu pelatihan 1. Modul
2. Bahan tayang
3. Hand out
4. LCD
5. Laptop
6. Flichart
7. Spidol
8. Lembar kasus
9. Panduan praktik lapangan
10. Panduan praktik deteksi dini FR PTM
11. Alat ukut tinggi badan dan berat badan
12. Pita pengukur lingkar pinggang
13. Tensimeter
14. Senter
15. CO analyzer
16. Okluder
17. Snellen chart
18. Pelilit kapas
19. Pengait serumen
20. Senter Kepala
21. Alat pengukur lipid darah
Uraian Materi 1. Menjelaskan mengenai pengertian PTM
2. Menjelaskan mengenai pengertian
Hipertensi
3. Menjelaskan mengenai faktor risiko
- Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi
Umur, riwayat keluarga, jenis kelamin
- Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
Kegemukan, merokok, kurang aktivitas
fisik, diet tidak seimbang, konsumsi
garam berlebih, disiplidemia, konsumsi
alkohol berlebih, serta psikososial dan
stres.
4. Menjelaskan klasifikasi hipertensi
5. Menjelaskan tahap-tahap surveilans PTM
hipertensi
6. Menjelaskan saran yang perlu dilakukan
terhadap penderita hipertensi

2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data surveilans dilakukan dengan cara wawancara terhadap peserta Posbindu
PTM dan melakukan jenis-jenis pengukuran faktor risiko PTM, berikut form yang harus diisi
dengan lengkap.

Wawancara 1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Riwayat PTM pada keluarga
4. Riwayat PTM pada diri sendiri
5. Pertanyaan faktor risiko perilaku PTM, terdiri dari
- Merokok
a. Apakah anda merokok? (ya, tidak, terpapar asap rokok)
b. Apakah anda merokok setiap hari?
- Minum alkohol
a. Apakah anda minum minuman beralkohol 1 bulan terakhir?
- Diet tidak seimbang
a. Apakah sering makan makanan asin (> 1 kali/hari)
b. Apakah sering makan/minnum makanan/minuman manis-manis (>1 kali
/hari)
c. Apakah anda konsumsi sayur <2 kali (porsi)/hari) ?
d. Apakah anda konsumsi buah <3 kali (porsi/hari)?
- Kurang aktivitas fisik
a. Apakah anda melakukan aktifitas fisik ? (tidak melakukan olahraga, minimal
30 menit/hari, selama ¾ hari/minggu)
Pengukuran faktor 1. Mengukur berat badan
risiko PTM - Pasien di himbau untuk tidak membawa/ mengantungi benda yang dapat
hipertensi memberatkan timbangan.
- Pasien diminta naik ke alat timbangan dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang tetapi tidak menutupi jendela baca.
- Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, pasien harus
bersikap tenang dan tidak bergerak-gerak dan kepala dipastikan tidak
menunduk.
- Jarum di kaca jendela alat timbang akan bergerak dan tunggu sampai diam/
tidak berubah.
- Catat angka yang ditunjukk oleh jarum berhenti dan isikan pada form yang
telah disediakan.
2. Tinggi badan
- Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), dan topi.
- Pastikan alat geser berada diposisi atas kepala
- Pasien diminta berdiri tegak, persisi dibawah alat geser
- Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat, dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise dipasang.
- Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas.
- Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala pasien. Pastikan
alat geser berada tepat ditengah kepala. Dalam keadaan ini alat geser harus
tetap menempel dinding.
- Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah yang lebih besar
(kebawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis
merah, sejajar dengan mata petugas.
- Lalu catat hasil di form yang telah tersedia.
3. Lingkar perut
- Jelaskan pada pasien tujuan pengukuran LP dan tindakan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengukuran.
- Untuk pengukuran ini pasien diminta dengan cara santun untuk membuka
pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba
tulang rusuk terakhir pasien untuk menetapkan titik pengukuran.
- Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
- Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
- Tetapkan titik tengah antara titik tulang rusuk terakhir dan titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/ panggul dan tandai titik tengah tersebut
dengan alat tulis
- Minta pasien untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
- Lakukan pengukuran LP dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara
sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut, kembali menuju titik
tengah diawal pengukuran
- Apabila pasien memiliki perut yang gendut kebawah, pengkuran mengambil
bagian yang paling buncit kemudia berakhir pada titik tengah
- Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur LP mendekati angka 0,1 cm
- Lalu catat ke lembar form yang telah disediakan.
4. Pengukuran tekanan darah
- Pasien dipersilakan duduk 3-5 menit sebelum melakukan pengukuran
tekanan darah. Sebelum pengukuran hendaknya pasien dalam keadaan
tenang, dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih, menghindari
konsumsi kopi alkohol dan rokok minimal 30 menit sebelum pengukuran.
- Pasien meletakkan lengan diatas meja dengan ketinggian sejajar dengan
posisi jantung
- Posisi kaki tidak menyilang dan telapak kaki rata menyentuh lantai
- Lengan baju tidak dilipat
- Tidak bergerak dan berbicara selama pengukuran
- Gunakan manset dengan lebar ¾ dari ukuran lengan, letak manset sejajar
posisi jantung, batas bawah manset sekitar 2,5 cm (2jari) diatas lupatan siku.
- Lalu catat hasil sistolik dan diastolik di lampiran form yang telah disediakan.
Rekapan 1. Menentukan indikator proporsi
Merupakan persentase hasil faktor risiko PTM dari peserta Posbindu PTM yang
diperiksa dibagi jumlah peserta Posbindu PTM
Ʃpositif FR PTM tertentu
Proporsi FR PTM =
Ʃpeserta yang melakukan pemeriksaan FR PTM tertentu
×100%
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi faktor risiko hipertensi di suatu
Posbindu PTM.
2. Menentukan proporsi terbobot
Merupakan proporsi faktor risiko PTM tertentu yang telah di adjust (dibobot)
dengan jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Angka ini
ditentukan oleh total populasi, jumlah penduduk yang melakukan pemeriksaan,
dan proporsi FR PTM
Bobot =
Ʃjumlah penduduk di suatu wilayah ( umur , jenis kelamin )
Ʃpenduduk yang melakukan pemeriksaan FR PTM diwilayah yang sama
3. Menentukan proporsi berbobot
Ʃ positif FR PTM tertentu ×bobot
×100 %
Ʃ peserta yang melakukan pemeriksaan FR PTM tertentu ×bobot

a. Form A
b. Form B

c. Form C
3. Pelaporan data

Posbindu Puskesmas Dinkes Dinkes Kementrian


PTM (FKTP) Kab/Kota Provinsi kesehatan

Posbindu PTM Puskesmas Dinkes Kab/Kota Dinkes Provinsi Kementrian


Kesehatan
1. Petugas melakukan 1. Petugas 1. Petugas Dinkes 1. Mengakses data 1. Memberikan
wawancara dan puskesmas Kab/Kota dalam software umpan balik
pengukuran faktor mengakses data melakukan Sistem pada Dinkes
risiko PTM hipertensi. dalam software pengecekan Informasi Provinsi
Hasil wawancara dan Sistem Informasi terhadap kualitas Surveilans FR
pengukuran dicatat Surveilans FR data berupa PTM berbasis
dalam laporan PTM berbasis rekapitulasi. posbindu
monitoring faktor risiko posbindu berupa 2. Memberikan berupa
PTM (untuk peserta rekapitulasi, yaitu umpan balik rekapitulasi.
posbindu) dan dicatat proporsi faktor kepada petugas 2. Memberikan
dalam laporan risiko dari dan puskesmas. umpan balik
pencatatan faktor risiko cakupan kepada petugas
PTM/ buku register pemeriksaan Dinkes Kab/Kota
(untuk posbindu). faktor risiko.
2. Petugas memasukkan 2. Petugas
data dari buku register puskesmas
ke dalam software memberikan
Sistem Informasi umpan balik
Surveilans FR PTM kepada petugas
berbasis Posbindu. pelaksana
Data akan masuk ke posbindu PTM
dalam server kemenkes hipertensi
dan dapat diakses oleh
puskesmas yang
membawahi posbindu
tersebut.

DAPUS

Asfy Fakhry Anto, Irfan. 2020. “Rekayasa Proses Bisnis Sistem Surveilans Penyakit Tidak Menular
Berbasis IoT.” Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi 9 (4): 336–42.
https://doi.org/10.22146/jnteti.v9i4.671.

Direktorat Jenderal P2P. 2019. “Kurikulum Pelatihan Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular Di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,” 25.

Kemenkes RI. 2015. “Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit Tidak Menular.” Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Direktorat
Pengendalianpenyakit Tidak Menular, 358. http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Petunjuk-
Teknis-Surveilans-Penyakit-Tidak-Menular.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. “Modul Aplikasi Surveilans Posbindu PTM.”
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/12/
Modul_POSBINDU_PTM1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai