Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

GAMBARAN PERSEDIAAN PANGAN DARURAT SAAT BENCANA BANJIR DI


DUSUN SLAMBUR

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Manajeme Bencana

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Ni Putu Priyanka Ayu Ratnanggana 10319039


2. Nisfaul Inayah 10319040
3. Nurhidha Setianingsih 10319042
4. Tika Wati Pujiasti 10319056
5. Tusiana Fitra Romadoni 10319060
6. Vilka Amalia Susanti 10319062

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah sebesar 1.386,605 km2 atau sebesar 138.605 Ha, terdiri
dari sebanyak 26 kecamatan, terdapat 343 desa dan 1 kelurahan. Secara geografis wilayah
Kabupaten Kediri berada pada koordinat antara 111° 47’ 05” sampai dengan 112° 18’ 20” Bujur
Timur dan 7° 36’12” sampai dengan 8° 0’32” Lintang Selatan. Selain itu Kabupaten Kediri
terdiri dari 3 bagian karakteristik wilayah yaitu bagian barat sungai Brantas meliputi perbukitan
lereng gunung Wilis dan dan Gunung Klotok, dan terdapat beberapa daerah yang kurang subur.
Kemudian, Bagian Tengah meliputi dataran rendah yang termasuk daerah subur, melintas pada
aliran sungai Brantas dari selatan ke utara yang membelah wilayah Kabupaten Kediri. Selain itu
Bagian Timur Sungai Brantas yan mana daerah perbukitan kuran subur yang membentang dari
gunung Argowayang pada bagian utara dan Gunung Kelud berada pada bagian selatan.

Berdasarkan hasil pengkajian risiko bencana di Kabupaten Kediri. Didapatkan hasil bahwa
Dusun Slambur merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kediri yang memiliki potensi
mengalami bencana banjir paling besar dibandingkan degan daerah lainnya. Berdasarkan
intensitas waktu, Kabupaten Kediri dapat mengalami bencana banjir sebanyak 56 kali dalam
waktu 2 tahun degan jumlah pengungsi sebanyak 468 orang.

Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagaisarana dan prasarana
fisik seperti permukiman, bangunan fasilitaspelayanan umum dan sarana transportasi serta
fasilitas umum lainnya.Namun demikian, dampak yang lebih mendasar adalah
timbulnyapermasalahan kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban bencana akibat
rusaknya sarana pelayanan kesehatan, terputusnya jalurdistribusi pangan, rusaknya sarana air bersih dan
sanitasi lingkunganyang buruk.Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita,bayi
tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dariibunya dan semakin memburuknya status gizi
kelompok masyarakat.bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan danterbatasnya
ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisiyang ada. Masalah lain yang seringkali muncul
adalah adanya bantuan pangandari dalam dan luar negeri yang mendekati atau melewati masakadaluarsa,
tidak disertai label yang jelas, tidak ada keterangan halalserta melimpahnya bantuan susu formula bayi
dan botol susu. Masalahtersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalampenyiapan
makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan balita.Bayi dan anak berumur di bawah dua tahun
(baduta) merupakan kelompokyang paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus.
Pemberianmakanan yang tidak tepat pada kelompok tersebut dapat meningkatkanrisiko kesakitan dan
kematian, terlebih pada situasi bencana. Risikokematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang menderita
kekurangangizi terutama apabila bayi dan anak juga menderita kekurangan gizimikro. Penelitian di
pengungsian menunjukkan bahwa kematian anakbalita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada
semua kelompokumur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHO-UNICEF, 2001).
Oleh karena itu penanganan gizi dalam situasi bencanamenjadi bagian penting untuk menangani
pengungsi secara cepat dantepat.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB III

METODE

A. Pengolahan Data
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Gizi Saat Becana Banjir

FASE I TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL


Analisis data pengungsi

FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL


Pegumpulan data antropmetri

TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL TANGGAP DARURAT


Analisis hasil pengukuran dan faktor penyulit

Situasi Serius Situasi Berisiko Situasi Normal

Gambar 1. Kegiatan Gizi Saat Bencana

1. Fase I tanggap darurat awal antara lain ditandai dengan kondisi korban bencana bisa dalam pengungsian
atau belum dalam pengungsian, petugas belum sempat megidentifikasi korban secara lengkap, bantuan
pangan sudah mulai berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan. Lamanya fase
ini tegantung dari situasi dan kondisi Dusun Slambur. Maksimal hingga 3 hari setelah bencana. kegiatan
yang dilakukan dalam Fase ini adalah, memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan
dapat mempertahankan status gizinya; megawasi pendistribusian bantuan bahan makanan; menganalisis
hasil Rapid Health Assesment (RHA). Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban becana
mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standar ransum. Berikut merupakan standar ransum pada fase I
tahap tanggap darurat awal :
Tabel 1. Standar ransum

Bahan Makanan Kebutuhan/Orang/Hari (g) URT


Biskuit 100 10-12 bh
Mie instan 320 3 gls (4 bks)
Sereal 50 5 sdm (2 scht)
Blended food (MP-ASI) 50 10 sdm
Susu (Balita 1-5 tahun) 40 8 sdm
Energi (kkal) 2.138

Protein (g) 53

Lemak (g) 40
BAB V

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai