PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar pengelompokkan yang digunakan oleh para ahli
taksonomi
2. Menjelaskan pengertian nomenklatur dan dapat menulis nama latin hewan invertebrata
dengan benar
3. Menyebutkan pengklasifikasian hewan invertebrata
4. Menggunakan istilah anatomi dalam menjelaskan ciri anatomi dan struktur dari hewan
invertebarata.
I. MATERI PEMBELAJARAN
A. Taksonomi Invertebrata
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani, taxis berarti menyusun atau susunan dan
nomos berarti peraturan atau tata cara. Makna taksonomi adalah peraturan untuk
menyusun atau tata cara menyusun. Jadi, taksonomi adalah sebagai suatu studi
teoreti s tentang pengklasifi kasian atau penggolongan organisme, termasuk dasar-
dasar, prinsip-prinsip, prosedur, dan aturan-aturannya. Oleh karena yang
dibicarakan di sini adalah hewan maka dalam hal ini yang kita bicarakan tentunya
klasifi kasi hewan. Klasifi kasi hewan tentunya berarti penggolongan hewan ke
dalam kelompok-kelompok atau kumpulan tertentu berdasarkan hubungan
kekerabatannya, yaitu yang berkaitan dengan konti nuitas (kontak), kemiripan atau
keduanya. Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa subjek dari klasifi kasi
adalah organisme (hewan), sedangkan subjek dari taksonomi adalah klasifi kasi.
Isti lah lain yang mempunyai kemiripan dengan klasifi kasi adalah sistemati ka, yaitu
studi ilmiah tentang jenis-jenis dan keanekaragaman organisme dan semua hubungan
kekerabatan di antara organisme tersebut. Invertebrata atau Avertebrata adalah
sebuah isti lah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan
yang ti dak memiliki tulang belakang.
Gambar 1.3. Pengklasifikasian Invertebrata (Sumber: Modifikasi Z.A. Wasaraka, Adithya. 2005)
Gambar 1.4. Pengklasifikasian Filum Protozoa (Sumber: Modifikasi Z.A. Wasaraka, Adithya. 2005)
Dalam beberapa pengklasifikasian, protozoa tidak dimasukkan kedalam invertebrata.
Hal ini disebabkan karena berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki protozoa merupakan
kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas
perbedaannya. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai
contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang
berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk
berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek
tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.
Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat
dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh
bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa
dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik.
Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat
bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak
dapat membentuk badan buah. Sehingga protozoa dianggap sebagai mikroorganisme
menyerupai hewan yang merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista.
C. Tata Nama (Nomenklatur)
Setiap daerah atau Negara mempunyai nama sendiri-sendiri untuk hewan-hewan
terkenal. Misalnya burung gereja mempunyai nama-nama berbeda seperti berikut:
Contoh:
Indonesia : Burung gereja
Belanda : Musch
Inggris : House sparrow
Amerika : English sparrow
Perancis : Moineau domestiqus
Spanyol : Gorrion
Portugis :Pardal
Italia :Passera oltramentana
Jerman :Hausspreling
Denmark :Grasspurve
Swedia :Hussparf
Dalam satunegarapun sering suatu spesies hewan mempunyai nama daerah yang
berbeda-beda, misalnya burung merpati:
Indonesia : Merpati
Jawa : doro
Sunda : Japati
Madura : dere
Bali : kedis dedare
Oleh karena itu terjadilah kekacauan dalam pembicaraan tentang hewan, antara orang
daerah atau bangsa dengan bangsa lain. Dengan adanya kesepakatan mengenai aturan
tertentu, kesalahpahaman komunikasi dalam penyebutan nama hewan dapat
diminimalkan. Untuk itulah maka dibuatlah aturan yang disebut tatanama hewan
(zoological nomenclature). Nomenclature diambil dari istilah nomen yang artinya nama
dan calare yang artinya memanggil. Artinya, nomenclature atau tatanama adalah suatu
tatacara untuk memanggil atau memberi nama suatu kelompok takson.
Carolus Linnaeus merupakan salah satu tokoh yang meletakkan dasar-dasar
pemberian nama ilmiah yang modern. Dasar-dasar tatanama tersebut tertuang dalam
bukunya yang berjudul Critica Botanica (1737) dan Philosophica Botanica (1751).
Kemudian, secara bertahap banyak ahli lain yang ikut melengkapi sistem tatanama yang
ada, misalnya Fabricius melalui bukunya Philosophica Entomologica (1778). Dalam
kurun waktu yang lama, banyak sekali aturan-aturan yang muncul sebagai hasil
kesepakatan oleh para ahli di seluruh dunia. Kesepakatan yang pada saat ini telah
disetujui oleh kalangan ilmiah internasional, dituangkan dalam sebuah aturan yang diberi
nama International Code of Zoological Nomenclature (ICZN). ICZN inilah yang saat ini
banyak digunakan sebagai acuan untuk pemberian nama hewan. ICZN dikeluarkan oleh
suatu institusi yang diberi nama International Comission on Zoological Nomenclature.
Untuk menyempurnakan tatanama, komisi tersebut beberapa kali melakukan konggres
untuk merevisi ICZN yang ada. Pada revisi ICZN yang terakhir, akhirnya dikeluarkan
aturan tatanama hewan yang tertuang dalam ICZN edisi ke-empat pada tahun 2000. ICZN
edisi tahun 2000 inilah yang saat ini disepakati sebagai dasar pemberian nama hewan
yang berlaku.
Kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara yang mantap dalam
pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi atau menolak
pemakaian nama-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan
atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan. Tatanama
ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama yang tidak perlu. Maksud
pemberian nama pada setiap kesatuan taksonomi bukanlah untuk menunjukkan ciri-
ciri atau sejarahnya, tetapi untuk memberikan jalan guna pengacuan dan sekaligus
menunjukkan tingkat kedudukan taksonominya.
Sistem yang digunakan untuk menamakan hewan (organisme) disebut sistem
binomial yang dicanangkan oleh Linnaeus (1758) dalam publikasinya yang berjudul
System Nature. Sistem binomial adalah tata cara penamaan ilmiah untuk spesies
(nomenklatur) organisme. Adapun tata cara dalam pemberian namanya adalah sebagai
berikut:
1. Dasar-Dasar Penamaan Ilmiah
Nama-nama takson hasil tatanama untuk selanjutnya disebut sebagai nama
ilmiah. Ada 3 landasan penting yang harus dipenuhi untuk sebuah nama ilmiah yaitu:
- Nama harus unik - Artinya, setiap nama hanya mengacu pada satu macam kelompok
organisme saja. Dengan kata lain, satu nama hanya untuk satu takson. Jadi, tidak ada
dua atau lebih takson yang memiliki nama yang sama
- Nama harus bersifat universal - Artinya, nama tersebut dapat dipakai, dapat dipahami
secara luas, dan diinterpretasikan terhadap objek yang sama di mana saja berada.
- Nama harus stabil - Artinya, nama-nama ilmiah tidak dengan mudah berubah-ubah
sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam pemakaian pada waktu yang berbeda.
Bahasa yang digunakan untuk nama ilmiah adalah harus menggunakan bahasa
dan huruf latin. Oleh karena itu, nama ilmiah juga populer dengan sebutan bahasa
latin.
Aturan dasar penamaan takson antara lain sebagai berikut:
a) Untuk nama takson yang formal harus ditulis dalam bahasa asli seperti apa adanya,
tidak dapat diadaptasi atau ditulis dengan bahasa serapan setempat. Misalnya,
Cyprinus carpio, amphibia, reptilia, dan lepidoptera, harus selalu ditulis sesuai
aslinya. Jadi, Cyprinus carpio tidak boleh ditulis dengan bahasa Indonesia menjadi
siprinus karpio.
b) Nama ilmiah ditulis dalam bahasa latin. Nama ilmiah tidak perlu diakhiri dengan
titik, kecuali titik sebagai penutup kalimat. Misalnya:
Passer domesticus merupakan anggota aves. Atau
salah satu contoh anggota aves adalah Passer domesticus.
c) Penulisan nama ilmiah dapat menggunakan prinsip uninominalisme, binominalisme,
atau trinominalisme.
Kategori-kategori dalam taksonomi hewan cukup banyak. Ada beberapa kategori
yang penamaan takson-nya memiliki aturan dalam secara khusus. Aturan formal
penamaan takson sesuai ICZN adalah sebagai berikut.
a) Penulisan untuk Kategori Genus sampai Kingdom
- menggunakan aturan uninominal atau satu kata.
- Dari kategori kingdom sampai di atas genus, nama dapat ditulis dengan huruf italics
atau tegak. Sementara itu, untuk menuliskan nama genus harus dicetak dengan huruf
italics (ditulis miring)
Contohnya: Animalia, Animalia, Rana ------- (benar)
Rana --------------------------------- (salah)
“Animalia “merupakan nama kingdom, sedangkan “Rana” menunjukkan genus.
b) Penulisan untuk Kategori Sub-genus
- menggunakan aturan trinominal atau terdiri atas tiga kata.
- Ketiga kata tersebut harus dicetak italics, nama penunjuk sub-genus harus diberi
tanda kurung.
- Nama sub genus semuanya ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama untuk
nama genus dan penunjuk sub-genus ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Aedes (Stegomya) aegypti. Dalam rangkaian nama tersebut, kata yang
dikurung atau Stegomya adalah nama penunjuk sub-genus. Sementara itu, untuk
Aedes adalah nama genus dan aegypti adalah nama spesifik.
c) Penulisan Nama Untuk Kategori Spesies
- Menggunakan aturan binominal atau terdiri atas dua kata.
- Kedua kata pada nama spesies harus dicetak dengan huruf italics atau dicetak miring.
- Nama spesies ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama dari kata pertama
(nama genus) ditulis dengan huruf kapital.
Contohnya adalah nama spesies untuk gajah afrika, yaitu Loxodontia africana. Nama
pertama adalah nama genus, nama kedua adalah nama spesifik, dan gabungan
keduanya sebagai satu kesatuan adalah nama spesies.
- Apabila nama genus telah dituliskan maka nama tersebut dapat disingkat
untuk penulisan berikutnya. Misalnya, Melanoides granifera, M. punctata, dan
M. tuberculata
d) Penulisan untuk Kategori Sub-spesies
- nama ditulis dengan aturan trinominal atau terdiri atas tiga kata. Namun, sama sama
mengunakan aturan trinominal, penulisannya berbeda dengan nama sub-genus.
- Penulisan pada nama sub-spesies adalah huruf kapital hanya pada huruf pertama pada
nama genus serta tidak ada tanda kurung.
- kata pertama merupakan nama penunjuk genus, kata kedua merupakan nama
penunjuk spesies, dan kata ketiga adalah nama penunjuk sub-spesies.
Contohnya: Microtus montanus nanus (Microtus adalah nama genus, montanus
adalah nama spesifik, dan nanus adalah nama penunjuk subspesies).
e) Penulisan Author
- Author adalah orang yang pertama kali menerbitkan/mempublikasikan nama suatu
spesies. Biasanya author hanya digunakan untuk penulisan pada kategori spesies dan
subspesies.
- Dalam penulisannya, nama author diawali dengan huruf besar, tetapi tidak
dicetak miring dan mungkin mengandung tanda kurung. Kadangkala nama author
juga dilengkapi dengan tahun yang menunjukkan kapan pertama kali ia
mendeskripsikan organisme tersebut.
- Contoh: Genggeng atau Nautilus berongga merupakan Cephalopoda bercangkang
luar yang cangkangnya sering ditemukan terdampar di pantai dan diberi nama
Nautilus pompilius Linnaeus, 1758. Ini berarti Nautilus dideskripsikan pertama kali
oleh Linnaeus pada tahun 1758 dan tidak berubah genusnya sejak diberi nama
Nautilus. Apabila nama author disingkat harus diakhiri dengan tanda titik, misalnya
Linneaus disingkat menjadi L. sehingga penulisannya menjadi Nautilus pompilius
L. Apabila suatu organisme dideskripsikan pertama kali berada pada genus
yang berbeda dengan genus saat ini (terbaru), nama author ditulis dalam tanda
kurung. Misalnya, Thiarascabra (Müller), siput air tawar yang dideskripsikan
pertama kali oleh Müller, kemudian dimasukkan ke dalam genus lain.
Selanjutnya, siput ini ternyata cukup berbeda dengan anggota spesies lain genus
tersebut sehingga dipindahkan ke genus lain.
D. Terminologi Anatomi
1. Istilah bidang tubuh
- Bidang Median : Bidang dibentuk melalui axis longitudinalis & axis
dorsoventralis (axis longitudinalis =linea mediana)
- Bidang Sagittal : Bidang sejajar bidang media, yang dapat dibuat di kanan kiri
linea mediana
- Bidang Frontal : Bidang yang dibentuk melalui linea mediana & axis
transversalis merupakan bidang tegak lurus bidang median dg
arah cranio caudal
- Bidang Transversal: Bidang melalui axis dorsoventralis & axis transversalis. bidang
tegak lurus bidang frontal arah dextro sinister
Sumber Pustaka:
Anderson, D.T. (Ed). 1998. Invertebrate Zoology. Oxford University Press. New York.
Jasin Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya:
Surabaya.
Pechenik, Jan. A. 1991. Biology of The Invertebrate. 2nd Eds. WmC. Brown Publisher:
USA.
Pechenik, Jan. A. 2000. Biology of The Invertebrate. 4th Eds. Mc Graw-Hill Companies,
Inc: USA.
Ruppert, E.E and Robert D. Barnes. 1994. Invertebrate Zoology. 6th Eds. Sounders
College Publishing.
a. Nomenkatur d. Takson
b. Nama ilmiah e. zoologi
c. Taksonomi
a. Protozoa d. Platyhelminthes
b. Porifera e. Nemathelminthes
c. Coelenterata
6. Salah satu tokoh yang meletakkan dasar-dasar pemberian nama ilmiah modern adalah
…….
7. Berikut ini merupakan contoh hewan yang memiliki bentuk tubuh simetri bilateral …….
a. Metridium d. Belalang
b. Amoeba e. Radiolaria
c. Sponge
a. Longitudilal d. Simetris
b. Transversal e. Frontal
c. Horizontal
a. Anterior
b. Posterior
c. Dorsal
d. Lateral
e. Distal