Anda di halaman 1dari 160

MAKALAH

“KUANTITATIF”
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas
(Mata Kuliah : Metodologi Penelitian)
Dosen Pengampuh : A. KHAERUL, S.KM., M.Kes

DISUSUN OLEH:
NAMA : ANISHA P. RAHMADANI
NIM : B1B119040
KELAS : B ARS 19

FAKULTAS TEKNOLOGI RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang “Penelitian Kuantitatif” dengan baik.
Ucapan terima kasih kami kepada Bapak A. Khaerul S.KM.,M.Kes selaku
dosen mata kuliah Metodeologi Penelitian, karena atas arahan dan petunjuk dalam
proses belajar mengajar dari beliaulah makalah ini dapat disusun dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik teknik penulisan maupun materi. Untuk itu saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 06 Januari 2022

Anisha P. Rahmadani

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I ....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
A. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 4
C. TUJUAN .................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN PENELITIAN KUANTITATIF ......................................... 6
B. DEFINISI MASALAH PENELITIAN ...................................................... 11
B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN .......................................... 15
C. VARIABEL PENELITIAN ...................................................................... 21
D. DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................... 26
E. POPULASI DAN SAMPEL ..................................................................... 33
F. KUESIONER ............................................................................................... 39
BAB III................................................................................................................... 51
PENUTUP .............................................................................................................. 51
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 51
B. SARAN .................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 53

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa sebagai
syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari perencanaan
penyusunan skripsi. Proposal ini dikembangkan dari suatu masalah yang akan
diuji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa akan latar belakang
permasalahan, kerangka konseptual dan cara pemecahannya secara terukur dan
teruji.
Proposal dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempersiapkan pelaksanaan
penelitian secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga tugas penelitian
dilaksanakan dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Kuantitatif?
2. Apa yang dimaksud dengan Masalah Penelitian?
3. Apa yang dimaksud dengan Rumusan Masalah?
4. Apa yang dimaksud dengan Variabel Penelitian?
5. Apa yang dimaksud dengan Definisi Oprasional?
6. Apa yang dimaksud dengan Kerangka Oprasional?
7. Apa yang dimaksud dengan Populasi dan Sampel?
8. Apa yang dimaksud dengan Kuesioner?
9. Bagaimana membuat proposal penelitian yang baik?

C. TUJUAN
1. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Penelitian Kuantitatif
2. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Masalah Penelitian

4
3. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Rumusan Masalah
4. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Variabel Penelitian
5. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Definisi Oprasional
6. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Kerangka Oprasional
7. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Populasi dan Sampel
8. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Kuesioner
9. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Bagaimana membuat proposal
penelitian yang baik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENELITIAN KUANTITATIF


Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai
apa yang ingin diketahui. Metode kuantitatif digunakan dalam suatu penelitian
apabila:
1) Masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas.
2) Penelitian ingin mendapat informasi luas dari suatu populasi
3) Ingin diketahui pengaruh perilaku tertentu terhadap yang lain
4) Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian
5) Peneliti ingin medapat data akurat, berdasarkan fenomena empiris dan dapat
diukur,
6) Ingin menguji adanya keraguan validitas pengetahuan, teori dan produk
tertentu.

1. Tipe Tipe penelitian Kuantitatif


Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan metoda dan
rancangan (design) tertentu dengan mempertimbangkan tujuan penelitian dan
sifat masalah yang dihadapi. Berdasarkan sifat-sifat permasalahannya,
penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut:
a. Penelitian deskriptif
b. Penelitian korelational
c. Penelitian kausal komparatif 16
d. Penelitian tindakan
e. Penelitian perkembangan

6
f. Penelitian Eksperimen
2. Metode Penelitian Kuantitatif
a. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris
yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang
terkait di dalamnya.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang
merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin
terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk
konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional
berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
c. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah
terdapat faktafakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.
e. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima.
3. Merumuskan Hipotesis penelitian Kuantitatif
Untuk merumuskan hipotesis penelitian, peneliti harus menemukan
sumber masalah, bisa secara Empiris atau Teoritis, kemudian membuat
rumusan masalah penelitian. Membuat rumusan masalah dapat menjadi 2
(dua), yaitu: •
a. Konsep dan Teori yang Relevan dengan cara membaca & berfikir.
b. Penemuan yang relevan dengan cara membaca hasil penelitian.
Pengajuan hipotesis dengan 2 (dua) cara:

7
a. Prinsip deduktif dan kedua dengan perinsip reduksi. Pengajuan hipotesis
ini akan menghasilkan paradigma hubungan antar variabel, dengan hasil
menyusun instrumen penelitian dan metode strategi pendekatan penelitian.
b. Mengumpulkan dan menganalisa akan didapatkan penemuan, dengan
berkorelasi dengan pengajuan hipotesis dan menghasilkan kesimpulan.
4. Tujuan Penelitian Kuantitatif
Tujuan dari penelitian kuantitatif sangatlah berbeda bila dibandingkan
dengan tujuan penelitian kualitatif, baik dalam bahasa maupun dalam hal
fokusnya dalam membandingkan atau menghubungkan antar variabel. Tujuan
Penelitian kuantitatif meliputi seluruh variabel-variabel penelitian dan
hubungan antarvariabel penelitian, para partisipan, dan lokasi penelitian.
Tujauan penelitian kuantitatif mencari hubungan antarvariabel seperti pada
penelitian survei atau untuk membandingkan sampel-sampel atau kelompok-
kelompok tertentu yang berkaitan dengan hasil penelitian, sama seperti pada
penelitian eksperimen.
5. Sumber Sumber Penelitian Kuantitatif
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari., sehingga diperoleh informasi tetang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Terdapat 5 (lima) variabel yang
dikemukan oleh Sugiyono (Sugiyono, 2015) yaitu:
a. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2015) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (variabel terikat). • Variabel Dependen atau Variabel
Terikat Menurut Sugiyono (2015) variabel dependen atau variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.
b. Variabel Moderator

8
Menurut Sugiyono (2015) varibael moderator yaitu variabel yang
mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Variabel ini juga disebut dengan variabel
independen kedua.
c. Variabel Interventing
Menurut Sugiyono (2015) variabel interventing adalah variabel yang
secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan varibel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak
dapat dimati dan diukur.
d. Variabel Kontrol
Menurut sugiyono (2015) Variabel kontrol dapat didefinisikan sebagai
variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.
Penerapan variabel dalam suatu penelitian tergantung dari disain penelitian
yang dibuat oleh peneliti.
a. Variabel penelitian eksperimen dengan menggunakan variabel kriterium
dan variabel perlakuan.
b. Penelitian dengan desain survei, menggunakan analisis jalur (path
analysis), jenis variabel yang digunakan variabel mempengaruhi (eksogen)
dan variabel dipengaruhi (endogen).
c. Penelitian desain survei kolerasional, dengan menggunakan jenis variabel
terikat dan variabel bebas.
6. Karakteristik Metode Kuantitatif
Karakteristik penelitian menggunakan metode kuantitatif, bisa dijabarkan
seperti dibawah ini:
a. Desain Penelitian Kuantitatif

9
Desain penelitian kuantitatif dibuat secara spesifik, jelas, dan rinci.
Ditentukan secara mantab sejak awal penelitian. Desain penelitian ini
menjadi pegangan langkah demi langkah penelitian.
b. Tujuan Penelitian Kuantitatif
Tujuan penelitian kuantitatif ini menunjukan hubungan antar variabel.
Menguji teori yang digunakan, dan mencari generalisasi yang mempunyai
nilai prediktif.
c. Teknik Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif, menggunakan
koesioner, observasi dan wawancara terstruktur.
d. Instrumen Penelitian Kuantitatif
Instrumen penelitian kuantitatif dengan menggunakan pengujian (Test),
Angket, Wawancara tersetruktur, dan mengguakan instrument yang telah
terstandar.
e. Data Penelitian Kuantitatif
Data penelitian yang digunakan data kuantitatif. Hasil pengukuran
variabel yang dioperasikan dengan menggunakan instrumen.
f. Sample Penelitian Kuantitatif
Sample penelitian kuantitatif, dapat bersifat besar, bersifat representatif,
mungkin juga random atau acak. Data penelitian sudah ditentukan sejak
awal.
g. Analisis Penelitian Kuantitatif
Analisis penelitan ini dilaksanakan setelah pengumpulan semua data.
Analisis yang dilakukan bersifat deduktif. Menggunakan statistik untuk
melakukan pengujian hypotesis
h. Hubungan dengan Responden
Hubungan dengan responden dibuat secara berjarak, bahkan sering tanpa
kontak supaya lebih objective. Dalam hal penelitian kedudukan penelitian

10
lebih tinggi dari pada responden. Jangka pendek penelitian dan hipotesis
dapat dibuktikan.
i. Usulan Desain
Usulan desain penelitian kuantitatif luas dan rinci. Literatur yang
berhubungan dengan masalah penelitian menjadi pegangan. Langkah
langkah prosedur yang spesifik dan rinci. Masalah dirumuskan secara
spesifik dan jelas, begitu juga hipotesis dirumuskan secara jelas. Usulan
desain ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan.
j. Penelitian Dianggap Selesai
Kapan penelitian kuantitatif dianggap selesai setelah semua kegiatan yang
direncanakan dapat diselesaikan.
k. Hasil Penelitian
Tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian kuantitatif dengan
melakukan pengujian validasi dan reabilitas instrumen.

B. DEFINISI MASALAH PENELITIAN


Setiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian. Dalam hal ini kekritisan peneliti
menjadi modal utama dalam menemukan sebuah masalah penelitian yang akan
diteliti. Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya
kesenjangan antara hal yang diinginkan dengan yang didapatkan
dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara Das Sollen (seharusnya) dan Das Sein
(kenyataan), kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan, kesenjangan antara
Fakta dan Harapan dan kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan apa yang
tersedia. Dari hal-hal tersebut itulah mendorong manusia mengajukan sebuah
pertanyaan sederhana "apa itu, dimana itu, siapa itu, kapon itu terjadi dan
bagaimana itu, mengapa, dan sebagainya", sehingga manusia mengidentifikasi
masalah.

11
Selain itu sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui ketika
terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat
penyimpangan antara rencana dengan kenyataan, adanya pengaduan dan adanya
kompetisi sehingga menimbulkan masalah besar. Rasa ingin tahu yang mendalam
membuat seseorang mengadakan penelitian, agar apa yang dirasakan kurang
benar bisa terjawab dan terpecahkan. Seperti diketahui bersama bahwa penelitian
adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah.
Lalu apa sebenarnya Masalah Penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002)
Masalah Penelitian secara umum dapat diartikan sebagi “Suatu kesenjangan (gap)
antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta
antara harapan dan kenyataan”.
Selanjutnya Notoatmodjo (2002) juga menyebutkan bahwa pada hakikatnya
Masalah Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang
muncul”. Dengan demikian adanya masalah penelitian oleh karena adanya
"Rational Gap" antara yang diharapkan dan kenyataan. Meskipun masalah
penelitian itu selalu ada dan banyak, belum tentu mudah mengangkatnya sebagai
masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian.
Rasa kepekaan seseorang diawali dengan sikap Skeptis dari seseorang.
Penelitian diawali dengan sikap SKEPTIS yang mempunyai arti sikap yang tidak
mudah percaya. Sikap ini berbeda sekali dengan sikap tidak mau percaya. Sikap
tidak mudah percaya berarti bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat sebelum
ada pembuktian ilmiah melalui penyelidikan ilmiah hingga ditemukan
jawabannya, seorang peneliti masih belum mau percaya, baru setelah ada jawaban
melalui penyelidikan ilmiah, hasilnya baru dipercaya. Untuk itu harus disajikan
dengan kritis, analitis, dan sistematis.
1. DEFINISI LATAR BELAKANG MASALAH

12
Penelitian Ilmiah selalu akan didahului dengan uraian tentang Latar Belakang
Masalah. Uraian tentang Latar Belakang Masalah tersebut merupakan alur bagi
proses lahirnya suatu masalah penelitian secara formal. Melalui Latar Belakang
Masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi
dapat menjadilebih utuh. Suatu Rumusan Latar Belakang Masalah yang baik,
pada umumnya mampu mengungkapkan 4 Hal, yaitu:
a. Mengungkapkan Isu-isu (Isseus)
Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu yang aktual
mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu
hingga memerlukan penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa gejala,
fenomena, atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat saat ini. Isu
dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera memerlukan penyelesaian.
Perlu diingat bahwa isu jelas sangat berbeda dengan gosip. Hal lain yang juga
perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa
dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai isu. (Sangaji & Sopiah, 2010).
b. Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information)
Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta yang memperkuat
isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah dibuat-buat,
melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang Data
berupa angka-angka, maupun data-data kualitatif. Sumber data ataupun fakta
tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari suatu media massa, jurnal,
laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian sebelumnya. Peneliti hendaknya
memperhatikan pula kualitas dan keaktual-an fakta-fakta yang dikemukakan
tersebut.
c. Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need)
Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu
memberikan argumentasi atau justifikasi untuk apa masalah dipecahkan
melalui penelitiannya. Suatu penelitian akan memiliki nilai lebih apabila

13
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau
kepentingan yang lain.
d. Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan Masalahnya
(Difficulty)
Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang mengangkat atau meneliti
masalah tersebut masih langka atau jarang. Jadi, jika masalah tersebut diteliti,
maka akan menjadi bahan masukan atau informasi yang berharga bagi siapa
pun yang terkait dengan masalah yang akan diteliti tersebut.
2. SYARAT MASALAH PENELITIAN
Penelitian akan berjalan dengan baik apabila peneliti mampu memahami
masalah penelitian dengan baik. Masalah penelitian dapat dikembangkan dari
berbagai sumber, diantaranya adalah:
a. Kepustakaan.
b. Bahan diskusi temu ilmiah, hasil seminar, simposium atau lokakarya.
c. Pengalaman dan Observasi Lapangan.
d. Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif
Permasalahan yang akan diangkat sebagai topik penelitian, menurut Hulley &
Cummings dalam Siswanto, dkk (2013) harus memenuhi persyaratan atau
kriteria “FINER”( yaitu: Feasible, Interisting, Novel, Ethical, Relevan, ),
maksudnya:
a. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian.
b. Interisting: masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya
yang aktual sehingga menarik untuk diteliti.
c. Novel: masalah dapat membantah atau mengkonfirmasi penemuan atau
penelitian terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasilpenelitian
sebelumnya, atau menemukan sesuatu yang baru.
d. Ethical: masalah penelitian hendaknya tidak bertentangan dengan Etika.
e. Relevan: masalah penelitian sebaiknya disesuaikan juga dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ditujukan
14
untuk meningkatkan atau mengembangkan keilmuan dan penelitian yang
berkelanjutan.

B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-
sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Rumusan Masalah atau
PROBLEM FORMULATION atau RESEARCH PROBLEM adalah “Suatu
rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya
sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang
saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai
penyebab maupun sebagai akibat”.
Sehingga Rumusan Masalah merupakan formulasi dari pertanyaan penelitian,
yang artinya merupakan kesimpulan pertanyaan yang terkandung dalam
pertanyaan penelitian.
Dengan demikian Perumusan Masalah merupakan jawaban atas pertanyaan:
apa masalah penelitian itu ? (Danim, S. 2003). Untuk itu harus pula dibedakan
antara Perumusan Masalah dengan Pertanyaan Penelitian. Untuk Pertanyaan
Penelitian lebih mengacu pada Tujuan Khusus dan segi-segi tehnis pengumpulan
data. Rumusan Masalah umumnya dalam bentuk pertanyaan, dan jarang sekali
dalam bentuk pernyataan, walaupun dalam bentuk pernyataan pun banyak ahli
yang tidak mempermasalahkan. Tapi Tuckman (1972) dalam Danim,S. (2003)
menganjurkan agar Rumusan Masalah hendaknya dalam bentuk Pertanyaan.
Dimana sebuah Pertanyaan itu mempunyai 2 (Dua) ciri utama yaitu:
a. Memuat Kata Tanya dan
b. Diakhiri Dengan Tanda Tanya.
Dalam bahasa penelitian, kata tanya yang dipakai sebaiknya "kata tanya baku".
Sebagai contoh perbedaan kata tanya tidak baku dan kata tanya baku:

15
a. Tidak baku terdiri dari Apa, Bagaimana, Sejauh mana, Ada, Yang mana
b. Baku terdiri dari Apakah, Bagaimanakah, Sejauh manakah, Adakah, Yang
manakah
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang
menyatakan bahwa ‘kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan
kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri’.
Selanjutnya SIFAT Perumusan Masalah penelitian dapat dibedakan menjadi 2
(Dua) Sifat, yaitu:
a. Perumusan Masalah Deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar
fenomena atau variabel.
b. Perumusan Masalah Eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan
adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena/ variabel.
Rumusan masalah penelitian bisa dibuat oleh seorang peneliti melalui
beberapa kemungkinan latar belakang yang dibuat:
a. Setelah menyadari adanya suatu permasalahan kehidupan yang sedang
dihadapi manusia atau masyarakatnya. Masalah kehidupan yang sedang
hangat dibicarakan dalam buku ini disebut "topik masalah" Topik masalah
inilah yang menyadarkan seorang pemikir untuk berperan memecahkan
sejumlah rumusan masalah penelitian yang terkait dengan topik masalah itu
tadi.
b. Setelah menyadari potensi permasalahan di masa datang setidaknya menurut
pandangan dan pertimbangan teoritis dari suatu bidang keilmuan. Potensi
permasalahan itu perlu diantisipasi pemecahannya. Sehubungan dengan itu
diperlukan penelitian terhadap butir-butir permasalahan yang secara khusus
telah dirumuskan.

16
Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih butir
masalah penelitian. Ada 5 (Lima) Tipe Topik Masalah Penelitian yang dapat
digarap oleh seorang peneliti, yaitu:
Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena
Tipe 1 yang merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat
lanjutannya dapat di atasi atau dipacu
Keperluan Memperbaiki kesalahan yang tengah berjalan agar
Tipe 2
kelemahan-kelemahan yang ada dapat di atasi
Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu
Tipe 3 kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk
menaikkan yang positif dan menihilkan yang negatif
Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih
Tipe 4
Konseptional sehingga dapat menjadi operasional.
Keperluan membuat pendekatan baru atau alternative guna
Tipe 5 meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran
yang telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya.

Seorang mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam upaya mengidentifikasi


dan merumuskan "masalah penelitian". Upaya membuat Karya Tulis Ilmiah
atau Skripsi atau bahkan Tesis untuk gelar kesarjanaannya, tak lain adalah
mempraktekkan kegiatan penelitian secara mandiri. Ketika itu mahasiswa
bertindak sebagai Peneliti Pemula dan sebenarnya sedang dilatih menjadi
seorang "Problem Solver" (Pemecah Masalah) yang efektif. Untuk itu dalam
merumuskan masalah harus memenuhi Syarat-Syarat atau Kriteria sebagai
berikut:
a. Rumusan masalah harus jelas, padat dan dapat dipahami oleh orang
lain

17
b. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian
c. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
sementara (Hipotesis).
d. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
e. Suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang
bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan
jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena
atau gejala di dalam kehidupan manusia.
f. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan
perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan
akan memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai
pencipta teoriteori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori
yang sudah ada.
g. Dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang
aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang
relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan
masalah bagi kehidupan manusia.
3. KEGUNAAN ATAU FUNGSI RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
b. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai dilapangan.
c. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan
18
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang
perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena
melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan
bagi kegiatan penelitiannya.
d. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi mudah dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi
dan sampel penelitian.

19
4. VARIASI PENEMPATAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati
beberapa variasi, antara lain:
a. Ada yang menempatkannya di bagian sistematika peneliti
b. Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan
latar belakang penelitian.
c. Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak
terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang
bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari
kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan
perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan
penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan
penelitian yang telah dirumuskan.
5. BENTUK-BENTUK PERMASLAHAN PENELITIAN
Apabila dilihat dari Bentuknya, maka Masalah Penelitian terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu:
a. Permasalahan Deskriftif
Permasalahan Deskriftif adalah suatu permasalahan yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik satu
variable atau lebih. Jadi tidak bersifat membandingkan dan mencari
hubungan. contoh: Seberapa tinggi efektifitas penyuluhan terhadap
peningkatan pengetahuan responden?
b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan Komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang
bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau

20
lebih sample yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan kualitas
pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dan lengan kiri ?
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan Asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variablel atau lebih, yang terdiri atas:
a) Hubungan Simetris, adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama, bukan hubungan kausal maupun
interaktif. Contoh: Adakah hubungan antara kebiasaan olah raga
dengan prestasi ujian?
b) Hubungan Kausal, adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Contoh: Adakah pengaruh Placebo terhadap penurunan nyeri Arthritis
pada lansia?
c) Hubungan Interaktif/ Resiprocal/ Timbal balik, adalah hubungan yang
saling mempengaruhi. Contoh: Adakah hubungan antara motivasi
dengan prestasi dalam pembelajaran?

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah setiap karakteristik, jumlah, atau kuantitas yang dapat diukur
atau dihitung. Variabel juga bisa disebut item data. Usia, jenis kelamin,
pendapatan dan pengeluaran bisnis, negara kelahiran, belanja modal, nilai kelas,
warna mata dan jenis kendaraan adalah contoh variabel. Disebut variabel karena
nilainya dapat bervariasi antar unit data dalam suatu populasi, dan dapat berubah
nilainya dari waktu ke waktu. Sedangkan Variabel Penelitian adalah atribut atau
obyek yang memiliki variasi antara satu sama lainnya.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah
bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel.
Sehingga variabel adalah fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk

21
diobservasi atau diukur. Variabel penelitian adalah konsep yang memiliki variasi
nilai.
Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat disebut
variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis atau kategori
1. Pengertian Variabel Menurut Para Ahli
a. Menurut Suharsimi Arikunto (1998), pengertian variabel penelitian
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik
perhatian suatu penelitian.

b. Menurut Sugiyono (2009), pengertian variabel adalah segala sesuatu yang


berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.

c. Menurut Kerlinger (2006), pengertian variabel adalah konstruk atau sifat


yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Variabel
adalah simbol atau lambang yang padanya kita letakkan sembarang nilai
atau bilangan.

2. KLASIFIKASI VARIABEL PENELITIAN


Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan antara lain:
a. skala pengukurannya,
b. konteks hubungannya, dan
c. dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
3. MACAM VARIABEL BERDASARKAN SKALA PENGUKURANNYA

a. Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel dengan skala paling sederhana
karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek

22
atau kategori. Contoh variabel nominal: jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan).
Variabel nominal merupakan variabel dengan derajat paling rendah.
Variabel ini mempunyai ciri-ciri yaitu tidak bisa dilakukan operasi matematis
sebab bentuk datanya adalah kualitatif. Sesuai contoh diatas misalnya jenis
kelamin. Tidak bisa dilakukan operasi matematis misalnya laki-laki ditambah
perempuan menjadi sesuatu.
Beda halnya dengan data interval atau rasio yang dapat dilakukan
operasi matematis misalnya berat badan 50 Kg ditambah 10 Kg = 60 Kg.
Selain itu, variabel nominal ini berbeda dengan variabel ordinal atau
bertingkat. Jadi tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih baik ata
lebih buruk dan lain sebagainya yang menunjukkan perbedaan tingkat. Seperti
contoh diatas misalnya, jeis kelamin laki-laki belum tentu lebih baik dari pada
jenis kelamin perempuan.
b. Variabel Ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa
secara bertingkat. Contoh variabel ordinal adalah: status sosial ekonomi
rendah, sedang, tinggi.
Variabel ordinal ini sifatnya hampir sama dengan variabel nominal,
hanya saja perbedaannya yaitu disini bertingkat. Artinya ada yang lebih baik
atau buruk. Misalnya status sosial ekonomi tinggi adalah lebih baik dari pada
status sosial ekonomi sedang. Dan ekonomi sedang lebih baik dari pada
ekonomi rendah, begitu pula sebaliknya. Variabel ordinal berbeda dengan
variabel interval atau rasio, dimana disini juga tidak dapat dilakukan operasi
matematis.

c. Variabel Interval
Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan untuk
membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau

23
satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar atau motivasi
belajar: 5, 6, 7, 8, dst.
Dengan adanya jarak pasti tersebut, ciri-ciri data interval ini adalah
dapat dilakukan operasi matematis. Misalnya kadar hemoglobin darah 8
mmHg ditambah 2 mmHg menjadi 10 mmHg. Tentunya hal ini yang
membedakan dengan data nominal dan ordinal.

d. Variabel Rasio.
Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan,
mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur
dari titik yang sama, contoh variabel rasio adalah: berat badan, tinggi badan,
dst.
Variabel rasio ini sebenarnya sama dengan variabel interval, namun
mempunyai perbedaan yaitu dalam variabel rasio ada nilai 0 absolut yang
artinya diukur dari titik awal atau titik mula yang sama. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa variabel rasio merupakan variabel dengan derajat
tertinggi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan urutan derajat
variabel dari yang terendah ke yang tertinggi adalah sebagai berikut: Nominal,
Ordinal, Interval kemudian Rasio.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi kita telah menyebutkan bahwa
variabel interval dan rasio merupakan sama-sama variabel kuantitatif atau
numerik. Terkait dengan data kuantitatif dapat pula dibedakan berdasarkan
cara perolehannya.

4. VARIABEL NUMERIK BERDASARKAN PEROLEHANNYA


Variabel numerik berdasarkan perolehannya ada 2 macam yaitu variabel
kontinyu dan variabel diskrit.
a. Variabel Kontinyu

24
Variabel Kontinyu adalah variabel numerik yang cara perolehannya
dari menghitung. Misalnya nilai ulangan Bahasa Indonesia.
b. Variabel Diskrit
Variabel Diskrit adalah variabel numerik yang cara perolehannya dari
mengukur. Misalnya Suhu Badan. Dalam hal ini mendapatkan nilai suhu bada
maka harus melakukan pengukuran misalny (Hidayat, 12)a menggunakan alat
termometer.
5. VARIABEL PENELITIAN BERDASARKAN KONTEKS
HUBUNGANNYA
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel-
variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks
hubungannya ini, maka jenis variable dapat dibedakan menjadi variabel antara
lain:
a. Variabel bebas atau indpendent variabel
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
variabel lainnya, yaitu variable terikat.
Contoh variabel bebas adalah misalnya dalam penelitian yang
berjudul: Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam
hal ini, motivasi belajar diduga mempengaruhi prestasi belajar. Maka
motivasi belajar sebagai variabel bebas. Dikatakan bebas sebab
nilanya dapat berubah-ubah dan setiap perubahan itu mempengaruhi
nilai variabel terikat.
b. Variabel terikat atau dependent variable
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung
dari nilai (Salmaa, 2021)vaiabel lainnya.
Contoh variabel terikat adalah misalnya seperti yang dijelaskan
dalam poin pertama diatas, yaitu dalam penelitian yang berjudul:
Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam hal ini,
prestasi belajar diduga dipengaruhi oleh motivasi belajar. Maka
25
prestasi belajar sebagai variabel terikat. Dikatakan terikat karena
nilainya tergantung kepada variabel bebas yaitu motivasi belajar.
c. Variabel moderator atau variable intervening
Variabel moderator merupakan variable yang juga
mempengaruhi variabel terikat, namun dalam penelitian pengaruhnya
tidak diutamakan. Variabel interveining disebut juga variabel
perantara, sebab keberadaannya dapat mempengaruhi hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat.
Contoh variabel interveining adalah misalnya dalam penelitian
yang berjudul pengaruh IQ terhadap nilai matematika melalui
frekuensi belajar. Konsep dari judul tersebut, diduga IQ
mempengaruhi nilai matematika siswa namun harus melalui frekuensi
belajar. Sebab meskipun IQ tinggi tetapi tidak belajar maka nilai ujian
matematika juga akan diduga rendah.
d. Variabel perancu (confounding variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan
variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variable antara.
e. Variabel kendali
Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi
variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan
netral.
f. Variabel rambang
Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut
mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu
berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan.

D. DEFINISI OPERASIONAL
Berikut pengertian dari beberapa ahli.
1) Sutama

26
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi
variabel. Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian
apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau
pengujian hipotesis (2016:52).
2) Sugiyono
Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap
tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep
untuk menguji kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan
item-item yang dituangkan dalam instrumen penelitian (dalam Sugiarto,
2016:38).

27
3) Nurcahyo & Khasanah
Definisi operasional variabel penelitian yaitu sebuah definisi
berdasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apapun yang
didefinisikan atau mengubah konsep dengan kata-kata yang menguraikan
perilaku yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya
oleh seseorang (2016:5).
4) Yunanto
Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan pada
sifat-sifat atau hal-hal yang dapat diamati. Definisi operasional ini adalah
definisi yang rumusannya menggunakan kata-kata yang operasional, sehingga
variabel dapat diukur.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa
suatu definisi yang berdasarkan karakteristik mengenai hal yang dapat
diobservasi, sehingga dapat menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh
peneliti dalam menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan.
Definisi operasional sendiri dapat menentukan, menilai, atau
mengukur suatu variabel yang akan digunakan untuk penelitian. Selain itu,
hal tersebut juga dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk mengukur,
menentukan, atau menilai suatu variabel tersebut dengan cara merumuskan
kata-kata yang bersifat operasional.
1. Tujuan dan Manfaat Definisi Operasional
Tujuan dan manfaat definisi operasional dinukil
dari penelitianilmiah.com adalah sebagai berikut. Secara umum, tujuan definisi
operasional ada beberapa poin. Tujuan definisi operasional seperti di bawah
ini.

a. Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk


mengukur variabel

28
b. Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk
istilah/variabel yang jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional,
maka dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda
c. Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien
d. Memandu jenis data informasi apa yang dicari oleh peneliti.

29
2. Manfaat Definisi Operasional
Manfaat dari penggunaannya pada perumusan penelitian kuantitatif
adalah seperti berikut.

a. Memudahkan menetapkan aturan dan prosedur dalam mengukur


variabel
b. Memudahkan pemahaman mengenai variabel-variabel yang diteliti
c. Dapat menghemat waktu dalam analisis data
d. Memudahkan penafsiran variabel-variabel yang digunakan.

3. Jenis Definisi Variabel


Sutama (2016:51) memaparkan bahwa dalam penelitian kuantitatif, setiap
variabel harus didefinisikan secara operasional dan dikategorisasikan, diukur,
dan dimanipulasi. Semuanya akan membantu dalam memudahkan proyek
penelitian jika variabel tersebut dinyatakan secara tertulis.
Ada tiga (3) definisi dalam kuantitatif, yaitu definisi konstitutif,
konseptual, dan operasional. Namun, secara umum yang sering digunakan
adalah dimensi konseptual dan operasional. Penjelasannya adalah sebagai
berikut.
a. Definisi Konstitutif (Constitutive definition)
Definisi konstitutif adalah mendefinisikan istilah dengan
menggunakan istilah yang lain. Contohnya adalah kegelisahan bisa
diartikan sebagai “ketakutan yang samar-samar”, atau bisa juga intelegensi
diartikan sebagai “ketajaman mental” dan “kemampuan dalam berpikir
abstrak”. Dalam hal ini kebanyakan definisi belum mencukupi bagi para
peneliti.
b. Definisi Konseptual (Conseptual definition)
Definisi konseptual adalah ungkapan-ungkapan konseptual untuk
menggantikan ungkapan yang didefinisikan. Batasan pada definisi

30
konseptual ini adalah pada penggunaan kata-kata lain, namun maknanya
sama. Contohnya adalah kecerdasan. Kecerdasan adalah intelek yang
bekerja, sedangkan kecerdasan mental adalah kemampuan untuk berpikir
abstrak.
c. Definisi Operasional (Operational definition)
Definisi operasional adalah definisi yang memberikan pernyataan
pada peneliti untuk apa saja yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan
atau menguji hipotesis penelitian, khususnya pada penelitian kuantitatif.
Contohnya adalah bobot didefinisikan sebagai berat suatu benda.
Kecemasan didefinisikan sebagai rasa takut yang subjektif. Selain itu, ada
2 jenis definisi operasional, yaitu terukur dan eksperimen.

a. Terukur, merupakan cara pengukuran suatu variabel


b. Eksperimen, rincian hal-hal yang dilakukan peneliti dalam
memanipulasi suatu variabel.
4. Cara Menyusun Definisi Operasional
a. Mengidentifikasi karakteristik
Hal pertama yang diperhatikan adalah pentingnya mengidentifikasi
karakteristik atau jenis masalah yang akan diukur.
b. Menentukan alat/instrumen pengukur
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah menentukan alat ukur, yaitu
timbangan, jam, dan sebagainya. Pada pengamatan visual diperlukan
penglihatan normal atau membutuhkan alat seperti kaca pembesar untuk
memudahkan pengamatan.
c. Penjelasan Metode pengujian
Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah menjelaskan metode pengujian
yang akan digunakan. Metode pengujian adalah prosedur paling baru dalam
menentukan atau aktivitas pengukuran.
d. Menyebutkan kriteria keputusan

31
Hal keempat yang perlu diperhatikan adalah merinci atau menyebutkan apa
saja kriteria yang digunakan untuk mengambil simpulan dari pengujian
tersebut.
e. Mendokumentasikan definisi operasional
Hal kelima yang perlu diperhatikan adalah mendokumentasikan dan
menstandarisasi hal tersebut. Definisi harus diikutsertakan dalam materi
dan lembar prosedur dan hasil langkah 1 sampai dengan 4 harus
dimasukkan dalam satu dokumen.

32
f. Menguji definisi operasional
Hal keenam yang perlu diperhatikan adalah menguji definisi operasional
tersebut sebelum mengaplikasikannya dalam pengujian. Menguji hal itu
sebelum mengaplikasikannya karena hal tersebut harus membuat tugas yang
akan dilakukan menjadi lebih jelas dan mudah. Cara yang terbaik dalam
mengujinya adalah dengan meminta seseorang yang berbeda untuk
mengamatinya, sehingga hasilnya dapat didapatkan secara jelas, apakah ada
kesamaan atau tidak, konsisten atau tidak.

E. POPULASI DAN SAMPEL


1. Pengertian Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek/obyek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini
merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X
juga mempunyai karakteristik orangorangnya, misalnya motivasi kerjanya,
disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga
mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja,
tata ruang kelas, lulsan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti
populasi dalam arti karakteristik.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
memiliki berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya,disiplin pribadi,
hobi,cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain.

33
2. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu dan
tenaga. Makan peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya

34
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Probability sampling meliputi sample random,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area
random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling
kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk di pilih menjadi anggota sampel. Berikut dijelaskan teknik
probability sampling.
1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple ( sederhana ) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogeny.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini dilakukan bila populasi mempunyai anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, contoh: suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan
yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S1 = 45 , S2 = 30, STM = 800 ,ST = 900, SMEA =
400 , SD = 300 . Jumlah sampel yang harus di ambil meliputi strata
pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel di
berikan setelah bagian ini teknik proportionate stratified random
sampling dapat di gambarkan seperti gambar berikut ini.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
35
Teknik ini di gunakan untuk menentukan jumlah sampel bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari
unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, sebanyak 4 orang
lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga
orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2, itu di ambil semuanya
sebagai sampel karena kedua kelompok ini terlalu kecil bila di
bandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal
penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya
akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-
propinsidi Indonesia berstrata (tidak sama) maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di
Indonesia ada yang penduduknya padat semacam ini perlu
diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu
dapat diterapkan. Teknik sampling daerah ini sering digunakan
melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan
tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga .
b. Non-Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk di pilih menjadi sampel. Teknik sampel ini dijelaskan berikut
ini.
36
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut
. misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu nomor urut, yaitu nomor urut 1 sampai dengan nomor
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel
adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempuntai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
di inginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin
Mendirikan Bangunan, jumlah sampel yang di tentukan 500 orang,
kalau pengumpulan data belum di dasarkan pada 500 orang tersebut,
maka penelitian di pandang belum selesai, karena belum memenuhi
kuota yang di tentukan.
3) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat di gunakan sebagai
sampel,bila di pandang orang yang kebetulan di temui itu cocok
sebagai sumber data. Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan
pada pelayanan toko A,sampel di tentukan berdasarkan ciri-ciri usia di
atas 15 tahun dan baru pernah ke toko A,maka siapa saja yang
kebetulan bertemu di depan toko A dengan peneliti (yang berusia di
atas 15 tahun) akan di jadikan sampel.
4) Sampling Purposive

37
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu,misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan,maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan,sampel ini lebih cocok di gunakan untuk penelitian
kualitatif,atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi di gunakan sebagai sampel,hal ini sering di lakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil,
istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi di jadikan sampel. Misalnya akan di lakukan penelitian
tentang kinerja guru di SMA XY surabaya,karena jumlah guru hanya
35 maka seluruh guru di jadikan sampel penelitian.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil,kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelindingg yang lama-lama besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi karena dengan
dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,
maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu
seterusnya,sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
Teknik pengambilan snowball sampling disajikan pada gambar berikut
ini.
4. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin
38
kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin
besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung pada tingkat
ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang
dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya makin kecil kesalahan maka akan semakin besar
jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai data.

F. KUESIONER
1. Pengertian Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada seorang
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab oleh
responden. Jawaban yang diberikan bisa bersifat tertutup dimana alternatif
jawaban telah disediakan oleh peneliti,dan ada juga jawaban terbuka dimana
responden bebas menuliskan jawabannya tanpa adanya paksaan maupun
jawaban yang berasal dari kombinasi keduanya yang merupakan campuran
dari jawaban tertutup dan terbuka dapat diberikan secara langsung kepada
responden atau dikirimkan melalui pos atau internet. Biasanya saat ini
kebanyakan menggunakan internet untuk menyebarkan kuesioner dengan
memanfaatkan Google Form.
2. Sifat Sifat Kuesioner
Kuesioner memiliki 2 (dua) sifat saat akan ditujukan ke responden, yaitu sifat
tertutup dan sifat terbuka.
a. Kuesioner yang bersifat tertutup dibuat jika peneliti menganggap bahwa
peneliti telah menemukan berbagai alternatif jawaban yang tepat bagi
penelitiannya dengan kata lain peneliti hanya ingin mendapatkan jawaban
responden berdasarkan jawaban yang sudah disediakan saja dan bukan

39
berasal dari jawaban lainnya. Misalnya jawaban setuju atau tidak setuju,
ya atau tidak, suka atau tidak suka dan lain sebagainya.
b. Kuesioner yang bersifat terbuka disusun karena peneliti ingin mengetahui
pendapat responden secara langsung mengenai pertanyaan yang diajukan.
Misalnya bagaimana pendapat anda dengan perkembangan sistem
informasi pada saat ini?
3. Langkah Langkah Merancang Kuesioner
Langkah-langkah dalam mengembangkan dan merancang kuesioner :
a. Mendefinisikan Tujuan survei
b. Menentukan Grup Sampling
c. Menyusun Kuesioner
d. Penyelenggara Kuesioner
e. Interpretasi Hasil

Untuk penelitian kualitatif maka jenis pertanyaan yang digunakan adalah


pertanyaan-pertanyaan terbuka. Untuk penelitian kuantitatif lebih disarankan
menggunakan banyak pertanyaan-pertanyaan tertutup, atau bisa gabungan
terbuka dan tertutup
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner : ∙
a. Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap
keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat
mempengaruhi responden dalam menjawabnya.
b. Disarankan menggunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan
jangan terlalu panjang. Misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan
ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawab.
c. Penampilan dalam kuisioner walaupun tidak menunjang penelitian secara
langsung tetapi penting untuk diperhatikan agar bisa menarik minat
responden untuk menjawab pertanyaan di dalam kuisioner.

40
d. Penampilan kuisioner yang tertata rapi, dengan struktur pertanyaan yang
baik akan membuat responden mudah untuk menjawab.
e. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, sebaiknya diujicobakan
lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud.
G. PENDOMAN PENULISAN PROPOSAL
1. Pendahuluan
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa
sebagai syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari
perencanaan penyusunan skripsi. Proposal ini dikembangkan dari suatu
masalah yang akan diuji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa akan latar
belakang permasalahan, kerangka konseptual dan cara pemecahannya secara
terukur dan teruji.
Proposal dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempersiapkan
pelaksanaan penelitian secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga
tugas penelitian dilaksanakan dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.
Pedoman ini dibuat agar diperoleh keseragaman, baik dalam
penyusunan maupun penulisan Proposal, dan berisi suatu pedoman, yang
memuat petunjuk umum penyusunan Proposal, tata cara penulisan, serta
contoh format yang diperlukan.
2. Ketentuan Proposal
a. Pengertian
Proposal merupakan cetak biru perencanaan skripsi yang mengungkapkan
pokok dan metodologi, serta alur pikiran yang digunakan untuk menyusun
skripsi. Proposal merupakan tahap awal untuk penyusunan skripsi dalam
rangka penyelesaian studi strata satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (S.Si) atau Sarjana Teknik (S.T) atau Sarjana Komputer (S.Kom).
b. Tujuan
41
Tujuan penyusunan proposal adalah melatih kemampuan mahasiswa dalam
mengemukakan permasalahan dan pokok-pokok pikiran yang digunakan
untuk melakukan penelitian ilmiah dalam usaha memecahkan masalah
tersebut.

42
c. Prasyarat
Prasyarat bagi mahasiswa untuk dapat memprogram seminar Proposal adalah:
1) Memperoleh minimal 110 sks dengan IPK > 2,0;
2) Lulus mata kuliah metodologi penelitian;
3) Nilai D tidak boleh lebih besar dari 20%.
d. Waktu Pemrograman Seminar Proposal
Usulan seminar Proposal dapat diprogram pada semester gasal atau semester
genap.
e. Bobot SKS
Proposal memiliki bobot 2 sks
f. Obyek Penelitian
Obyek penelitian/obyek kajian dipilih oleh mahasiswa dengan ruang lingkup
sesuai dengan bidang minatnya. Untuk dapat memilih obyek penelitian,
mahasiswa dapat berkonsultasi dengan Ketua Program Studi/ Dosen Wali/
Ketua Kelompok Bidang Keahlian/ dosen yang sesuai dengan bidang minat.
g. Tata cara
Tatacara penyusunan Proposal dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:
1) Mahasiswa dapat menemui Ketua Program Studi/ Dosen Wali/ dosen
sesuai dengan minat masing-masing untuk berkonsultasi tentang topik
Proposal, yang digunakan untuk menyusun skripsi.
2) Mahasiswa dapat mengusulkan dua orang calon pembimbing kepada
Ketua Program Studi/ Departemen untuk dipertimbangkan dan
diusulkan sebagai dosen pembimbing yang sesuai dengan materi
proposal yang diusulkan.
3) Mahasiswa mengisi formulir-formulir yang memuat judul dan calon
dosen pembimbing yang disediakan oleh masing-masing Departemen.
4) Ketua Departemen menyampaikan usulan judul Proposal dan nama
dosen pembimbing kepada pimpinan fakultas untuk diterbitkan surat
keputusan.
43
h. Pembimbing Penyusunan
Proposal dibimbing oleh dua orang dosen, yaitu pembimbing I dan
pembimbing II, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Pembimbing I (Pembimbing utama) adalah dosen tetap pada program
studi yang bersangkutan sekurang-kurangnya memiliki jabatan Lektor
Kepala atau Lektor dengan tambahan gelar magister atau Asisten Ahli
dengan tambahan gelar doktor yang bertugas memimpin pembimbingan
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, dengan kompetensi keilmuan
yang sinergi dengan materi proposal mahasiswa.
2) Pembimbing II (Pembimbing serta) bertugas membantu pembimbing
utama dalam hal membimbing mahasiswa menyelesaikan skripsi.
3) Pembimbing I dan II yang telah disetujui oleh Ketua Departemen,
selanjutnya diusulkan ke Fakultas sebagai pembimbing Proposal dan
skripsi atas nama mahasiswa tersebut.
4) Berdasarkan ketentuan lain yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
i. Tugas Pembimbing
Pembimbing Proposal mempunyai tugas: memberikan bimbingan dan arahan
kepada mahasiswa bimbingannya selama menyusun Proposal, menilai
Proposal pada forum seminar, dan memberikan pengesahan pada naskah
Proposal.
j. Waktu Penyusunan
Proposal disusun pada semester saat mata ajar proposal diprogram oleh
mahasiswa yang bersangkutan.
k. Masa Berlaku
Proposal Masa berlaku proposal adalah satu tahun akademik sejak ujian
proposal dinyatakan lulus. Jika dalam jangka waktu 1 tahun proposal tidak
selesai, mahasiswa diharuskan untuk ujian proposal lagi dengan materi
penelitian baru.
l. Kartu Konsultasi
44
Proposal disusun dengan bimbingan para dosen yang telah ditetapkan. Selama
proses pembimbingan, frekuensi temu muka antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa dicatat pada kartu konsultasi yang dibawa oleh mahasiswa. Temu
muka dengan dosen pembimbing minimal lima (5) kali untuk setiap dosen
pembimbing.
m. Ujian Proposal
Proposal dapat diajukan ke forum ujian setelah disetujui oleh kedua
dosen pembimbing. Penilai ujian terdiri atas dua orang dosen pembimbing
dan satu orang dosen penilai lain yang ditunjuk oleh Ketua Program Studi.
Dalam ujian, mahasiswa diwajibkan mempresentasikan proposalnya
sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Ketua Departemen atas usulan Ketua
Program Studi. Ujian dapat dihadiri oleh mahasiswa lain serta staf pengajar
yang berminat. Materi ujian ditekankan kepada logika dan sistematika
proposal, landasan teori dan metode empiris penelitian dan kelayakannya
sebagai skripsi, serta prosedur tahapan penyusunan skripsi.
Ujian proposal dilaksanakan pada semester yang bersangkutan, yang
waktunya ditentukan oleh departemen. Ujian proposal dilaksanakan selama
kurang lebih 60 menit dengan rincian: 15 menit pemaparan materi dan 45
menit tanya jawab oleh penguji. Apabila hasil ujian dinyatakan tidak
memenuhi syarat, dapat diadakan ujian ulang proposal. Ujian ulang proposal
dilaksanakan dalam kurun waktu paling lambat 2 minggu dan dalam forum
tertutup. Mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian segera menyerahkan naskah
proposal yang sudah disetujui oleh semua dosen penguji yang formatnya telah
ditetapkan.

45
n. Penilaian Proposal.
Nilai hasil ujian proposal dinyatakan sebagai berikut.
Skala Nilai Nilai Angka Nilai Huruf Keterangan
75,00-100 4,0 A memenuhi syarat
70,00-74,99 3,5 AB sebagai proposa
65,00-69,99 3,0 B
60,00-64,99 2,5 BC
55,00-59,99 2,0 C

40,00-54,99 1,0 D tidak memenuhi


0-39 E syarat dan harus
mengulang
Komponen penilaian meliputi kemampuan presentasi, penguasaan materi
penelitian, dan teknik penyajian ujian proposal.
2. Format Proposal
Naskah proposal terdiri atas bagian awal, bagian utama, dan bagian
akhir. Naskah proposal ditulis dengan huruf Times New Roman, ukuran 12,
dan spasi 1,5 di kertas HVS A4, 80 gram.
a. Bagian Awal
Bagian awal mencakup sampul depan (cover), lembar judul, lembar
pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
1) Sampul depan
Sampul depan memuat judul proposal, lambang Universitas Airlangga,
nama mahasiswa, nama fakultas tempat penyusunan proposal, serta tahun
penilaian proposal, dengan ketentuan sebagai berikut

46
a. Judul proposal harus memenuhi kriteria singkat, jelas, dan
menunjukkan masalah yang diteliti, serta tidak membuka peluang
penafsiran yang beragam. Di atas judul ditulis kata PROPOSAL
b. Lambang Universitas Airlangga dengan diameter 6 cm
c. Nama mahasiswa harus ditulis lengkap (tanpa nomor mahasiswa)
d. Nama fakultas mencakup nama program studi, departemen,
Fakultas, Universitas, yang disusun urut ke bawah;
e. Tahun yang dimaksud adalah tahun pelaksanaan penilaian
Proposal
f. Sampul depan Proposal harus terbuat dari kertas bufallo, berwarna
coklat muda, dengan ukuran sama dengan naskah Proposal (kertas
ukuran A-4).
g. Semua huruf pada sampul depan ditulis dengan huruf besar, Times
New Roman, ukuran 14, dan dicetak tebal.
2) Lembar judul
Lembar judul sama seperti sampul depan, namun menggunakan kertas
HVS ukuran A-4, warna putih. Contoh Sampul depan Proposal dapat
dilihat pada Lampiran 1.
3) Lembar pengesahan
Lembar pengesahan memuat tulisan LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL, judul Proposal, nama penyusun, nomor induk mahasiswa,
nama pembimbing, tanggal penilaian, kolom persetujuan untuk dosen
pembimbing I dan II, serta kolom pengesahan untuk Ketua Program Studi
dan Ketua Departemen. Contoh lembar pengesahan Proposal dapat dilihat
pada Lampiran 2 a dan 2 b.
4) Kata pengantar
Kata pengantar memuat uraian singkat mengenai maksud penyusunan
Proposal, dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa pada
keberhasilan penyusunan Proposal. Kata pengantar tidak memuat hal-hal
47
yang ilmiah. Di pojok kanan bawah paragraf kata pengantar ini ditulis
kata Surabaya (bulan, tahun) dan nama penyusun.
5) Daftar isi
Daftar isi memberi informasi secara menyeluruh mengenai isi Proposal,
mulai dari lembar judul hingga lampiran. Daftar isi dilengkapi dengan
nomor halaman untuk menemukan hal-hal yang diinformasikan. Contoh
Daftar Isi dapat dilihat pada Lampiran 3.
6) Daftar tabel
Daftar tabel memuat urutan tabel yang terdapat dalam naskah Proposal.
Urutan tabel dibuat dengan angka Arab dalam kaitan dengan urutan bab,
sub-bab dalam bagian utama. Setelah nomor tabel kemudian ditulis judul
tabel, dan halaman tabel dalam naskah proposal. Contoh Daftar Tabel
dapat dilihat pada Lampiran 12.
7) Daftar gambar
Daftar gambar memuat urutan gambar (grafik, diagram, peta, dan lain-
lain yang termasuk kategori gambar) yang terdapat dalam naskah
Proposal. Cara penulisan daftar gambar sama seperti daftar tabel. Contoh
daftar tabel dapat dilihat pada Lampiran 13.
8) Daftar lampiran
Daftar lampiran memuat urutan lampiran yang terdapat dalam naskah
Proposal. Setelah nomor urut lampiran kemudian ditulis lampiran. Daftar
Lampiran tidak mencantumkan nomor halaman. Contoh daftar Lampiran
dapat dilihat pada Lampiran.
b. Bagian Utama
Bagian utama memuat:
H. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PENELITIAN

48
1) Pendahuluan
Pendahuluan memuat: latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
hipotesis (bila ada), tujuan, dan manfaat penelitian.
2) Latar belakang permasalahan memuat alasan-alasan penting dan perlunya
meneliti masalah. Pada latar belakang permasalahan juga dijelaskan
kedudukan masalah yang diteliti dalam lingkup permasalahan yang lebih luas.
3) Rumusan masalah memuat pernyataan singkat tentang masalah yang diteliti,
batasan masalah yang diteliti, yang dapat disusun dalam kalimat pertanyaan.
4) Hipotesis (bila ada) memuat pernyataan singkat sebagai jawaban sementara
terhadap masalah yang dihadapi yang masih harus dibuktikan kebenarannya.
5) Tujuan penelitian memuat sasaran yang akan diperoleh dalam penelitian.
6) Manfaat penelitian memuat manfaat yang akan diperoleh dari penelitian, baik
untuk pengembangan ilmu, teknologi, metodologi, atau pembangunan
nasional
7) Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian mengenai landasan teori dan landasan
empiris yang mendukung pendekatan pemecahan masalah. Tingkat kedalaman
dan keluasan aspek-aspek yang diteliti, tergantung pada ketajaman analisis
permasalahan. Selain teori, hasil-hasil penelitian lain yang relevan, dapat juga
disajikan dengan menyebutkan sumber referensinya.
8) Metode penelitian
Metode penelitian memuat tempat dan waktu penelitian, bahan dan alat
penelitian, jenis dan variabel penelitian, cara kerja atau cara pengumpulan
data, dan cara analisis data.
b. Tempat dan waktu, memuat tempat pelaksanaan penelitian, baik
penelitian yang dilaksanakan di laboratorium atau di lapangan (dijelaskan
wilayah administratifnya). Kalau perlu diberi deskripsi singkat mengenai
lokasi penelitian beserta petanya. Waktu artinya waktu pelaksanaan
penelitian.
49
c. Bahan dan alat, memuat uraian bahan dan alat yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian. Misalnya, bahan: kimia, hayati, atau bahan-bahan
lain yang digunakan, dapat pula dijelaskan spesifikasinya. Demikian juga
alat yang digunakan dapat dijelaskan tingkat kehandalan, kesahihan, dan
ketelitiannya. Untuk penelitian yang menggunakan hewan, tumbuhan, dan
mikroba harus disertai nama ilmiahnya.
d. Cara kerja, memuat uraian rinci mengenai urutan pelaksanaan
penelitian, mulai dari persiapan hingga pengujiannya, termasuk prosedur
analisis kimia, fisika, dan hayati. Untuk penelitan eksperimental dapat
dikemukakan jenis rancangan percobaan, jumlah perlakuan, dan
replikasinya. Variabel penelitian memuat variabel/parameter yang
diamati dan diukur, termasuk variabel yang dikendalikan. Di samping
jenis-jenis data penelitian (nominal, ordinal, interval dan rasio) dapat
pula dijelaskan satuan pengukurannya.
e. Cara analisis data memuat cara-cara pendekatan pengujian hipotesis
(jika ada), baik melalui analisis statistik deskriptif, inferensi, atau cara
analisis lainnya.
f. Untuk proposal yang tidak dapat menggunakan aturan tersebut di atas,
maka diatur oleh program studi masing-masing.
c. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat jadwal pelaksanaan penelitian, anggaran, daftar pustaka,
dan lampiran.
1) Jadwal pelaksanaan penelitian memuat perkiraan lamanya persiapan dan
pelaksanaan penelitian dalam penyusunan skripsi.
2) Daftar pustaka Daftar pustaka, disusun secara vertikal menurut urutan
abjad dan secara horizontal seperti pada contoh lampiran
3) Lampiran Lampiran-lampiran diberi nomor dengan angka Arab, tanpa
nomor halaman

50
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan dan hasil penelitian selalu dimintapertanggunaawaban metodologi,
sebagai upaya meyakinkan kebenaran secara ilmiah kesimpulan hasil penelitian.
Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian menjadi
tolak ukur penting, terutama menyangkut penetapan populasi dan sampel
penelitian, penentuan metode penelitian maupun metode pengukuran penelitian.
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai
apa yang ingin diketahui.
Masalah Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu
dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan
yang muncul”.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian.
Variabel adalah setiap karakteristik, jumlah, atau kuantitas yang dapat diukur
atau dihitung.
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis (2016:52).
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada seorang
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam

51
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab oleh
responden.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat saya susun. Saya sadar makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Saya minta maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan dan isi makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

52
DAFTAR PUSTAKA

Ig. Dodiet Aditya Setyawan, S. M. (2014). MASALAH PENELITIAN. Surakarta:


Politeknik Kesehatan KEMENKES Surakarta.
Hidayat, A. (12). Variabel penelitian .
(Prof. Win Darmanto, 2015)
Ani Yoraeni, S. M. (2019). METODE PENELITIAN. JAKARTA: SEKOLAH
TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER NUSA.
Dr. Muhammad Muhyi, M. (2018). METODOLOGI PENELITIAN F K I P - U N I P
A S u r a b a y a. SURABAYA: Adi Buana University Press.
Hidayat, A. (12). Variabel penelitian .
Prof. Win Darmanto, M. P. (2015). PEDOMAN PENULISAN. Surabaya:
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
Salmaa. (2021, agustus). Definisi Operasional.

53
MAKALAH
“KUALITATIF”
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas
(Mata Kuliah : Metodologi Penelitian)
Dosen Pengampuh : A. KHAERUL, S.KM., M.Kes

DISUSUN OLEH:
NAMA : ANISHA P. RAHMADANI
NIM : B1B119040
KELAS : B ARS 19

FAKULTAS TEKNOLOGI RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang “Penelitian Kualitatif” dengan baik.
Ucapan terima kasih kami kepada Bapak A. Khaerul S.KM.,M.Kes selaku
dosen mata kuliah Metodeologi Penelitian, karena atas arahan dan petunjuk dalam
proses belajar mengajar dari beliaulah makalah ini dapat disusun dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik teknik penulisan maupun materi. Untuk itu saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 06 Januari 2022

Anisha P. Rahmadani

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I ....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
A. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 4
C. TUJUAN .................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF ............................................ 6
B. DEFINISI MASALAH PENELITIAN ........................................................ 9
B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN .......................................... 13
C. VARIABEL PENELITIAN ...................................................................... 19
D. DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................... 24
E. POPULASI DAN SAMPEL ..................................................................... 31
F. KUESIONER ............................................................................................... 37
BAB III................................................................................................................... 49
PENUTUP .............................................................................................................. 49
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 49
B. SARAN .................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 51

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa sebagai
syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari perencanaan
penyusunan skripsi. Proposal ini dikembangkan dari suatu masalah yang akan
diuji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa akan latar belakang
permasalahan, kerangka konseptual dan cara pemecahannya secara terukur dan
teruji.
Proposal dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempersiapkan pelaksanaan
penelitian secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga tugas penelitian
dilaksanakan dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Kualitatif?
2. Apa yang dimaksud dengan Masalah Penelitian?
3. Apa yang dimaksud dengan Rumusan Masalah?
4. Apa yang dimaksud dengan Variabel Penelitian?
5. Apa yang dimaksud dengan Definisi Oprasional?
6. Apa yang dimaksud dengan Kerangka Oprasional?
7. Apa yang dimaksud dengan Populasi dan Sampel?
8. Apa yang dimaksud dengan Kuesioner?
9. Bagaimana membuat proposal penelitian yang baik?

C. TUJUAN
1. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Penelitian Kualitatif
2. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Masalah Penelitian

4
3. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Rumusan Masalah
4. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Variabel Penelitian
5. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Definisi Oprasional
6. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Kerangka Oprasional
7. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Populasi dan Sampel
8. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Kuesioner
9. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Bagaimana membuat proposal
penelitian yang baik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2005). Perbedaannya dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat
dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir
dengan sebuah teori.
Metode Kualitatif ini digunakan peneliti, apabila penelitian tersebut:
1) Masalah penelitian yang diangkat belum jelas
2) Meneliti sejarah perkembangan
3) Memahami perasaan manusia
4) Untuk memahami makna dibalik data yang tampak dipermukaan
5) Untuk memahami interaksi sosial
6) Untuk mengembangkan teori
7) Untuk memastikan kebenaran data.
8) Penelitian kualitatif banyak digunakan dalam bidang sosial.
9) Hasil penelitian kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur statistika akan
tetap menggunakan pendekatan pengumpulan data, analisis, kemudian di
interprestasikan.
1. Tujuan Penelitian Kualitatif
Tujuan Penelitian Kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena
dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam
dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu
data yang diteliti. Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan
tergali suatu data yang didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin

6
baik kualitas penelitian tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau
objek penelitian, metode penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih
sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih
mengedepankan kedalaman data, bukan kuantitas data.
2. Macam Macam Analisis Data Kualitatif
a. Analisis domain
Pada analisis domain memperoleh gambaran umum secara menyeluruh
tentang objek penelitian, situasi sosial. Ditemukan berbagai domain atau
kategori dengan pernyataan grand dan minitour. Penelitian menetapkan
domain sebagai pijakan penelitian selanjutnya. Makin banyak domain
yang dipilih semakin banyak waktu diperlukan untuk penelitian.
b. Analisis Taksnomi Domain yang dipilih selanjutnya dijabarkan menjadi
lebih rinci, untuk mengetahui struktur internalnya, dilakukan dengan
observasi terfokus.
c. Analisis Komponensial
Mencari spesifik pada setiap struktur internal dengan cara
mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui observasi dan
wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang mengkontraskan.
d. Analisis Tema
Struktural Mencari hubungan diantara domain, dan bagaimana hubungan
dengan keseluruhan, dan dinyatakan ke dalam tema /judul penelitian.
3. Karakteristik Metode kualitatif
Karakteristik penelitian menggunakan metode kualitatif, bisa dijabarkan
seperti dibawah ini:
a. Desain Penelitian Kualitatif
penelitian kualitatif dibuat secara umum, bersifat fleksibel dan akan bisa
berkembang, muncul dalam proses penelitian.

7
b. Tujuan Penelitian Kualitatif
Tujuan penelitian kualitatif ini menemukan pola hubungan yang bersifat
interaktif, menemukan teori, menggambarkan realitas yang komplek dan
memperoleh pemahaman makna.
c. Teknik Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan data pada penelitian kualitatif, denga n mengguakan
participant observation, In depth interview, dokumentasi dan trianggulasi.
24 ∙ Instrumen Penelitian
d. Instrumen Penelitian
Kualitatif Instrumen penelitian kualitatif dengan menggunakan Peneliti
sebagai instrumen, Buku Catatan, Tape Recorder, Camera, Handycam,
dan lain-lain.
e. Data Penelitian Kualitatif
Data penelitian yang digunakan data deskriptif kualitatif. Dokumen
pribadi, catatan lapangan ucapan dan tindakan responden,dokumen, dan
lainlain
f. Sample Penelitian Kualitatif
Sample penelitian kualitatif, dapat bersifat kecil, tidak representatif,
porposif, snowball, berkembang selama proses penelitian.
g. Analisis Penelitian Kualitatif
Analisis penelitan ini dilaksanakan terus menerus sejak awal sampai akhir
penelitian, bersifat induktif. Analisisnya juga mencari pola, model tema
teori.
h. Hubungan dengan Responden
Hubungan dengan responden bersifat empati, akrab supaya memperoleh
pemahaman mendalam, kedudukan antara peneliti dan responden
kedudukannya sama bahkan sebagai guru dan konsultan. Jangka penelitian
lama, sampai data jenuh, dapat ditemukan hipotesis/teori.

8
i. Usulan Desain
Usulan desain penelitian kualitatif singkat, umum dan bersifat sementara.
Literaturyang digubakan bersifat sementara, tidak menadi pegangan
utama. Prosedur bersifat umum, masalah penelitian bersifat sementara dan
akan ditemukan setelah studi pendahuluan. Hipotesis tidak dirumuskan
karena akan menemukan hipotesis. Fokus penelitian ditetapkan setelah
diperoleh data awal dan data lapangan.
j. Penelitian Dianggap Selesai
Kapan penelitian kualitatif dianggap selesai setelah tidak ada data yang
dianggap baru atau jenuh.
k. Hasil Penelitian
Tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif dengan
melakukan pengujian kredibiitas, depenbilitas, proses dan hasil penelitian.

B. DEFINISI MASALAH PENELITIAN


Setiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian. Dalam hal ini kekritisan peneliti
menjadi modal utama dalam menemukan sebuah masalah penelitian yang akan
diteliti. Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya
kesenjangan antara hal yang diinginkan dengan yang didapatkan
dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara Das Sollen (seharusnya) dan Das Sein
(kenyataan), kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan, kesenjangan antara
Fakta dan Harapan dan kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan apa yang
tersedia. Dari hal-hal tersebut itulah mendorong manusia mengajukan sebuah
pertanyaan sederhana "apa itu, dimana itu, siapa itu, kapon itu terjadi dan
bagaimana itu, mengapa, dan sebagainya", sehingga manusia mengidentifikasi
masalah.

9
Selain itu sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui ketika
terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat
penyimpangan antara rencana dengan kenyataan, adanya pengaduan dan adanya
kompetisi sehingga menimbulkan masalah besar. Rasa ingin tahu yang mendalam
membuat seseorang mengadakan penelitian, agar apa yang dirasakan kurang
benar bisa terjawab dan terpecahkan. Seperti diketahui bersama bahwa penelitian
adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah.
Lalu apa sebenarnya Masalah Penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002)
Masalah Penelitian secara umum dapat diartikan sebagi “Suatu kesenjangan (gap)
antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta
antara harapan dan kenyataan”.
Selanjutnya Notoatmodjo (2002) juga menyebutkan bahwa pada hakikatnya
Masalah Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang
muncul”. Dengan demikian adanya masalah penelitian oleh karena adanya
"Rational Gap" antara yang diharapkan dan kenyataan. Meskipun masalah
penelitian itu selalu ada dan banyak, belum tentu mudah mengangkatnya sebagai
masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian.
Rasa kepekaan seseorang diawali dengan sikap Skeptis dari seseorang.
Penelitian diawali dengan sikap SKEPTIS yang mempunyai arti sikap yang tidak
mudah percaya. Sikap ini berbeda sekali dengan sikap tidak mau percaya. Sikap
tidak mudah percaya berarti bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat sebelum
ada pembuktian ilmiah melalui penyelidikan ilmiah hingga ditemukan
jawabannya, seorang peneliti masih belum mau percaya, baru setelah ada jawaban
melalui penyelidikan ilmiah, hasilnya baru dipercaya. Untuk itu harus disajikan
dengan kritis, analitis, dan sistematis.
1. DEFINISI LATAR BELAKANG MASALAH

10
Penelitian Ilmiah selalu akan didahului dengan uraian tentang Latar Belakang
Masalah. Uraian tentang Latar Belakang Masalah tersebut merupakan alur bagi
proses lahirnya suatu masalah penelitian secara formal. Melalui Latar Belakang
Masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi
dapat menjadilebih utuh. Suatu Rumusan Latar Belakang Masalah yang baik,
pada umumnya mampu mengungkapkan 4 Hal, yaitu:
a. Mengungkapkan Isu-isu (Isseus)
Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu yang aktual
mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu
hingga memerlukan penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa gejala,
fenomena, atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat saat ini. Isu
dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera memerlukan penyelesaian.
Perlu diingat bahwa isu jelas sangat berbeda dengan gosip. Hal lain yang juga
perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa
dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai isu. (Sangaji & Sopiah, 2010).
b. Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information)
Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta yang memperkuat
isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah dibuat-buat,
melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang Data
berupa angka-angka, maupun data-data kualitatif. Sumber data ataupun fakta
tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari suatu media massa, jurnal,
laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian sebelumnya. Peneliti hendaknya
memperhatikan pula kualitas dan keaktual-an fakta-fakta yang dikemukakan
tersebut.
c. Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need)
Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu
memberikan argumentasi atau justifikasi untuk apa masalah dipecahkan
melalui penelitiannya. Suatu penelitian akan memiliki nilai lebih apabila

11
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau
kepentingan yang lain.
d. Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan Masalahnya
(Difficulty)
Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang mengangkat atau meneliti
masalah tersebut masih langka atau jarang. Jadi, jika masalah tersebut diteliti,
maka akan menjadi bahan masukan atau informasi yang berharga bagi siapa
pun yang terkait dengan masalah yang akan diteliti tersebut.
2. SYARAT MASALAH PENELITIAN
Penelitian akan berjalan dengan baik apabila peneliti mampu memahami
masalah penelitian dengan baik. Masalah penelitian dapat dikembangkan dari
berbagai sumber, diantaranya adalah:
a. Kepustakaan.
b. Bahan diskusi temu ilmiah, hasil seminar, simposium atau lokakarya.
c. Pengalaman dan Observasi Lapangan.
d. Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif
Permasalahan yang akan diangkat sebagai topik penelitian, menurut Hulley &
Cummings dalam Siswanto, dkk (2013) harus memenuhi persyaratan atau
kriteria “FINER”( yaitu: Feasible, Interisting, Novel, Ethical, Relevan, ),
maksudnya:
a. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian.
b. Interisting: masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya
yang aktual sehingga menarik untuk diteliti.
c. Novel: masalah dapat membantah atau mengkonfirmasi penemuan atau
penelitian terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasilpenelitian
sebelumnya, atau menemukan sesuatu yang baru.
d. Ethical: masalah penelitian hendaknya tidak bertentangan dengan Etika.
e. Relevan: masalah penelitian sebaiknya disesuaikan juga dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ditujukan
12
untuk meningkatkan atau mengembangkan keilmuan dan penelitian yang
berkelanjutan.

B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-
sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Rumusan Masalah atau
PROBLEM FORMULATION atau RESEARCH PROBLEM adalah “Suatu
rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya
sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang
saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai
penyebab maupun sebagai akibat”.
Sehingga Rumusan Masalah merupakan formulasi dari pertanyaan penelitian,
yang artinya merupakan kesimpulan pertanyaan yang terkandung dalam
pertanyaan penelitian.
Dengan demikian Perumusan Masalah merupakan jawaban atas pertanyaan:
apa masalah penelitian itu ? (Danim, S. 2003). Untuk itu harus pula dibedakan
antara Perumusan Masalah dengan Pertanyaan Penelitian. Untuk Pertanyaan
Penelitian lebih mengacu pada Tujuan Khusus dan segi-segi tehnis pengumpulan
data. Rumusan Masalah umumnya dalam bentuk pertanyaan, dan jarang sekali
dalam bentuk pernyataan, walaupun dalam bentuk pernyataan pun banyak ahli
yang tidak mempermasalahkan. Tapi Tuckman (1972) dalam Danim,S. (2003)
menganjurkan agar Rumusan Masalah hendaknya dalam bentuk Pertanyaan.
Dimana sebuah Pertanyaan itu mempunyai 2 (Dua) ciri utama yaitu:
a. Memuat Kata Tanya dan
b. Diakhiri Dengan Tanda Tanya.
Dalam bahasa penelitian, kata tanya yang dipakai sebaiknya "kata tanya baku".
Sebagai contoh perbedaan kata tanya tidak baku dan kata tanya baku:

13
a. Tidak baku terdiri dari Apa, Bagaimana, Sejauh mana, Ada, Yang mana
b. Baku terdiri dari Apakah, Bagaimanakah, Sejauh manakah, Adakah, Yang
manakah
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang
menyatakan bahwa ‘kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan
kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri’.
Selanjutnya SIFAT Perumusan Masalah penelitian dapat dibedakan menjadi 2
(Dua) Sifat, yaitu:
a. Perumusan Masalah Deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar
fenomena atau variabel.
b. Perumusan Masalah Eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan
adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena/ variabel.
Rumusan masalah penelitian bisa dibuat oleh seorang peneliti melalui
beberapa kemungkinan latar belakang yang dibuat:
a. Setelah menyadari adanya suatu permasalahan kehidupan yang sedang
dihadapi manusia atau masyarakatnya. Masalah kehidupan yang sedang
hangat dibicarakan dalam buku ini disebut "topik masalah" Topik masalah
inilah yang menyadarkan seorang pemikir untuk berperan memecahkan
sejumlah rumusan masalah penelitian yang terkait dengan topik masalah itu
tadi.
b. Setelah menyadari potensi permasalahan di masa datang setidaknya menurut
pandangan dan pertimbangan teoritis dari suatu bidang keilmuan. Potensi
permasalahan itu perlu diantisipasi pemecahannya. Sehubungan dengan itu
diperlukan penelitian terhadap butir-butir permasalahan yang secara khusus
telah dirumuskan.

14
Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih butir
masalah penelitian. Ada 5 (Lima) Tipe Topik Masalah Penelitian yang dapat
digarap oleh seorang peneliti, yaitu:
Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena
Tipe 1 yang merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat
lanjutannya dapat di atasi atau dipacu
Keperluan Memperbaiki kesalahan yang tengah berjalan agar
Tipe 2
kelemahan-kelemahan yang ada dapat di atasi
Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu
Tipe 3 kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk
menaikkan yang positif dan menihilkan yang negatif
Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih
Tipe 4
Konseptional sehingga dapat menjadi operasional.
Keperluan membuat pendekatan baru atau alternative guna
Tipe 5 meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran
yang telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya.

Seorang mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam upaya mengidentifikasi


dan merumuskan "masalah penelitian". Upaya membuat Karya Tulis Ilmiah
atau Skripsi atau bahkan Tesis untuk gelar kesarjanaannya, tak lain adalah
mempraktekkan kegiatan penelitian secara mandiri. Ketika itu mahasiswa
bertindak sebagai Peneliti Pemula dan sebenarnya sedang dilatih menjadi
seorang "Problem Solver" (Pemecah Masalah) yang efektif. Untuk itu dalam
merumuskan masalah harus memenuhi Syarat-Syarat atau Kriteria sebagai
berikut:
a. Rumusan masalah harus jelas, padat dan dapat dipahami oleh orang
lain

15
b. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian
c. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
sementara (Hipotesis).
d. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
e. Suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang
bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan
jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena
atau gejala di dalam kehidupan manusia.
f. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan
perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan
akan memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai
pencipta teoriteori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori
yang sudah ada.
g. Dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang
aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang
relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan
masalah bagi kehidupan manusia.
3. KEGUNAAN ATAU FUNGSI RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
b. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai dilapangan.
c. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan
16
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang
perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena
melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan
bagi kegiatan penelitiannya.
d. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi mudah dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi
dan sampel penelitian.

17
4. VARIASI PENEMPATAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati
beberapa variasi, antara lain:
a. Ada yang menempatkannya di bagian sistematika peneliti
b. Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan
latar belakang penelitian.
c. Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak
terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang
bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari
kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan
perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan
penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan
penelitian yang telah dirumuskan.
5. BENTUK-BENTUK PERMASLAHAN PENELITIAN
Apabila dilihat dari Bentuknya, maka Masalah Penelitian terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu:
a. Permasalahan Deskriftif
Permasalahan Deskriftif adalah suatu permasalahan yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik satu
variable atau lebih. Jadi tidak bersifat membandingkan dan mencari
hubungan. contoh: Seberapa tinggi efektifitas penyuluhan terhadap
peningkatan pengetahuan responden?
b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan Komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang
bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau

18
lebih sample yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan kualitas
pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dan lengan kiri ?
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan Asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variablel atau lebih, yang terdiri atas:
a) Hubungan Simetris, adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama, bukan hubungan kausal maupun
interaktif. Contoh: Adakah hubungan antara kebiasaan olah raga
dengan prestasi ujian?
b) Hubungan Kausal, adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Contoh: Adakah pengaruh Placebo terhadap penurunan nyeri Arthritis
pada lansia?
c) Hubungan Interaktif/ Resiprocal/ Timbal balik, adalah hubungan yang
saling mempengaruhi. Contoh: Adakah hubungan antara motivasi
dengan prestasi dalam pembelajaran?

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah setiap karakteristik, jumlah, atau kuantitas yang dapat diukur
atau dihitung. Variabel juga bisa disebut item data. Usia, jenis kelamin,
pendapatan dan pengeluaran bisnis, negara kelahiran, belanja modal, nilai kelas,
warna mata dan jenis kendaraan adalah contoh variabel. Disebut variabel karena
nilainya dapat bervariasi antar unit data dalam suatu populasi, dan dapat berubah
nilainya dari waktu ke waktu. Sedangkan Variabel Penelitian adalah atribut atau
obyek yang memiliki variasi antara satu sama lainnya.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah
bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel.
Sehingga variabel adalah fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk

19
diobservasi atau diukur. Variabel penelitian adalah konsep yang memiliki variasi
nilai.
Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat disebut
variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis atau kategori
1. Pengertian Variabel Menurut Para Ahli
a. Menurut Suharsimi Arikunto (1998), pengertian variabel penelitian
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik
perhatian suatu penelitian.

b. Menurut Sugiyono (2009), pengertian variabel adalah segala sesuatu yang


berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.

c. Menurut Kerlinger (2006), pengertian variabel adalah konstruk atau sifat


yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Variabel
adalah simbol atau lambang yang padanya kita letakkan sembarang nilai
atau bilangan.

2. KLASIFIKASI VARIABEL PENELITIAN


Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan antara lain:
a. skala pengukurannya,
b. konteks hubungannya, dan
c. dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
3. MACAM VARIABEL BERDASARKAN SKALA PENGUKURANNYA

a. Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel dengan skala paling sederhana
karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek

20
atau kategori. Contoh variabel nominal: jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan).
Variabel nominal merupakan variabel dengan derajat paling rendah.
Variabel ini mempunyai ciri-ciri yaitu tidak bisa dilakukan operasi matematis
sebab bentuk datanya adalah kualitatif. Sesuai contoh diatas misalnya jenis
kelamin. Tidak bisa dilakukan operasi matematis misalnya laki-laki ditambah
perempuan menjadi sesuatu.
Beda halnya dengan data interval atau rasio yang dapat dilakukan
operasi matematis misalnya berat badan 50 Kg ditambah 10 Kg = 60 Kg.
Selain itu, variabel nominal ini berbeda dengan variabel ordinal atau
bertingkat. Jadi tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih baik ata
lebih buruk dan lain sebagainya yang menunjukkan perbedaan tingkat. Seperti
contoh diatas misalnya, jeis kelamin laki-laki belum tentu lebih baik dari pada
jenis kelamin perempuan.
b. Variabel Ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa
secara bertingkat. Contoh variabel ordinal adalah: status sosial ekonomi
rendah, sedang, tinggi.
Variabel ordinal ini sifatnya hampir sama dengan variabel nominal,
hanya saja perbedaannya yaitu disini bertingkat. Artinya ada yang lebih baik
atau buruk. Misalnya status sosial ekonomi tinggi adalah lebih baik dari pada
status sosial ekonomi sedang. Dan ekonomi sedang lebih baik dari pada
ekonomi rendah, begitu pula sebaliknya. Variabel ordinal berbeda dengan
variabel interval atau rasio, dimana disini juga tidak dapat dilakukan operasi
matematis.

c. Variabel Interval
Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan untuk
membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau

21
satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar atau motivasi
belajar: 5, 6, 7, 8, dst.
Dengan adanya jarak pasti tersebut, ciri-ciri data interval ini adalah
dapat dilakukan operasi matematis. Misalnya kadar hemoglobin darah 8
mmHg ditambah 2 mmHg menjadi 10 mmHg. Tentunya hal ini yang
membedakan dengan data nominal dan ordinal.

d. Variabel Rasio.
Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan,
mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur
dari titik yang sama, contoh variabel rasio adalah: berat badan, tinggi badan,
dst.
Variabel rasio ini sebenarnya sama dengan variabel interval, namun
mempunyai perbedaan yaitu dalam variabel rasio ada nilai 0 absolut yang
artinya diukur dari titik awal atau titik mula yang sama. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa variabel rasio merupakan variabel dengan derajat
tertinggi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan urutan derajat
variabel dari yang terendah ke yang tertinggi adalah sebagai berikut: Nominal,
Ordinal, Interval kemudian Rasio.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi kita telah menyebutkan bahwa
variabel interval dan rasio merupakan sama-sama variabel kuantitatif atau
numerik. Terkait dengan data kuantitatif dapat pula dibedakan berdasarkan
cara perolehannya.

4. VARIABEL NUMERIK BERDASARKAN PEROLEHANNYA


Variabel numerik berdasarkan perolehannya ada 2 macam yaitu variabel
kontinyu dan variabel diskrit.
a. Variabel Kontinyu

22
Variabel Kontinyu adalah variabel numerik yang cara perolehannya
dari menghitung. Misalnya nilai ulangan Bahasa Indonesia.
b. Variabel Diskrit
Variabel Diskrit adalah variabel numerik yang cara perolehannya dari
mengukur. Misalnya Suhu Badan. Dalam hal ini mendapatkan nilai suhu bada
maka harus melakukan pengukuran misalny (Hidayat, 12)a menggunakan alat
termometer.
5. VARIABEL PENELITIAN BERDASARKAN KONTEKS
HUBUNGANNYA
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel-
variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks
hubungannya ini, maka jenis variable dapat dibedakan menjadi variabel antara
lain:
a. Variabel bebas atau indpendent variabel
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
variabel lainnya, yaitu variable terikat.
Contoh variabel bebas adalah misalnya dalam penelitian yang
berjudul: Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam
hal ini, motivasi belajar diduga mempengaruhi prestasi belajar. Maka
motivasi belajar sebagai variabel bebas. Dikatakan bebas sebab
nilanya dapat berubah-ubah dan setiap perubahan itu mempengaruhi
nilai variabel terikat.
b. Variabel terikat atau dependent variable
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung
dari nilai (Salmaa, 2021)vaiabel lainnya.
Contoh variabel terikat adalah misalnya seperti yang dijelaskan
dalam poin pertama diatas, yaitu dalam penelitian yang berjudul:
Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam hal ini,
prestasi belajar diduga dipengaruhi oleh motivasi belajar. Maka
23
prestasi belajar sebagai variabel terikat. Dikatakan terikat karena
nilainya tergantung kepada variabel bebas yaitu motivasi belajar.
c. Variabel moderator atau variable intervening
Variabel moderator merupakan variable yang juga
mempengaruhi variabel terikat, namun dalam penelitian pengaruhnya
tidak diutamakan. Variabel interveining disebut juga variabel
perantara, sebab keberadaannya dapat mempengaruhi hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat.
Contoh variabel interveining adalah misalnya dalam penelitian
yang berjudul pengaruh IQ terhadap nilai matematika melalui
frekuensi belajar. Konsep dari judul tersebut, diduga IQ
mempengaruhi nilai matematika siswa namun harus melalui frekuensi
belajar. Sebab meskipun IQ tinggi tetapi tidak belajar maka nilai ujian
matematika juga akan diduga rendah.
d. Variabel perancu (confounding variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan
variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variable antara.
e. Variabel kendali
Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi
variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan
netral.
f. Variabel rambang
Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut
mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu
berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan.

D. DEFINISI OPERASIONAL
Berikut pengertian dari beberapa ahli.
1) Sutama

24
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi
variabel. Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian
apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau
pengujian hipotesis (2016:52).
2) Sugiyono
Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap
tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep
untuk menguji kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan
item-item yang dituangkan dalam instrumen penelitian (dalam Sugiarto,
2016:38).

25
3) Nurcahyo & Khasanah
Definisi operasional variabel penelitian yaitu sebuah definisi
berdasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apapun yang
didefinisikan atau mengubah konsep dengan kata-kata yang menguraikan
perilaku yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya
oleh seseorang (2016:5).
4) Yunanto
Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan pada
sifat-sifat atau hal-hal yang dapat diamati. Definisi operasional ini adalah
definisi yang rumusannya menggunakan kata-kata yang operasional, sehingga
variabel dapat diukur.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa
suatu definisi yang berdasarkan karakteristik mengenai hal yang dapat
diobservasi, sehingga dapat menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh
peneliti dalam menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan.
Definisi operasional sendiri dapat menentukan, menilai, atau
mengukur suatu variabel yang akan digunakan untuk penelitian. Selain itu,
hal tersebut juga dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk mengukur,
menentukan, atau menilai suatu variabel tersebut dengan cara merumuskan
kata-kata yang bersifat operasional.
1. Tujuan dan Manfaat Definisi Operasional
Tujuan dan manfaat definisi operasional dinukil
dari penelitianilmiah.com adalah sebagai berikut. Secara umum, tujuan definisi
operasional ada beberapa poin. Tujuan definisi operasional seperti di bawah
ini.

a. Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk


mengukur variabel

26
b. Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk
istilah/variabel yang jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional,
maka dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda
c. Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien
d. Memandu jenis data informasi apa yang dicari oleh peneliti.

27
2. Manfaat Definisi Operasional
Manfaat dari penggunaannya pada perumusan penelitian kuantitatif
adalah seperti berikut.

a. Memudahkan menetapkan aturan dan prosedur dalam mengukur


variabel
b. Memudahkan pemahaman mengenai variabel-variabel yang diteliti
c. Dapat menghemat waktu dalam analisis data
d. Memudahkan penafsiran variabel-variabel yang digunakan.

3. Jenis Definisi Variabel


Sutama (2016:51) memaparkan bahwa dalam penelitian kuantitatif, setiap
variabel harus didefinisikan secara operasional dan dikategorisasikan, diukur,
dan dimanipulasi. Semuanya akan membantu dalam memudahkan proyek
penelitian jika variabel tersebut dinyatakan secara tertulis.
Ada tiga (3) definisi dalam kuantitatif, yaitu definisi konstitutif,
konseptual, dan operasional. Namun, secara umum yang sering digunakan
adalah dimensi konseptual dan operasional. Penjelasannya adalah sebagai
berikut.
a. Definisi Konstitutif (Constitutive definition)
Definisi konstitutif adalah mendefinisikan istilah dengan
menggunakan istilah yang lain. Contohnya adalah kegelisahan bisa
diartikan sebagai “ketakutan yang samar-samar”, atau bisa juga intelegensi
diartikan sebagai “ketajaman mental” dan “kemampuan dalam berpikir
abstrak”. Dalam hal ini kebanyakan definisi belum mencukupi bagi para
peneliti.
b. Definisi Konseptual (Conseptual definition)
Definisi konseptual adalah ungkapan-ungkapan konseptual untuk
menggantikan ungkapan yang didefinisikan. Batasan pada definisi

28
konseptual ini adalah pada penggunaan kata-kata lain, namun maknanya
sama. Contohnya adalah kecerdasan. Kecerdasan adalah intelek yang
bekerja, sedangkan kecerdasan mental adalah kemampuan untuk berpikir
abstrak.
c. Definisi Operasional (Operational definition)
Definisi operasional adalah definisi yang memberikan pernyataan
pada peneliti untuk apa saja yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan
atau menguji hipotesis penelitian, khususnya pada penelitian kuantitatif.
Contohnya adalah bobot didefinisikan sebagai berat suatu benda.
Kecemasan didefinisikan sebagai rasa takut yang subjektif. Selain itu, ada
2 jenis definisi operasional, yaitu terukur dan eksperimen.

a. Terukur, merupakan cara pengukuran suatu variabel


b. Eksperimen, rincian hal-hal yang dilakukan peneliti dalam
memanipulasi suatu variabel.
4. Cara Menyusun Definisi Operasional
a. Mengidentifikasi karakteristik
Hal pertama yang diperhatikan adalah pentingnya mengidentifikasi
karakteristik atau jenis masalah yang akan diukur.
b. Menentukan alat/instrumen pengukur
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah menentukan alat ukur, yaitu
timbangan, jam, dan sebagainya. Pada pengamatan visual diperlukan
penglihatan normal atau membutuhkan alat seperti kaca pembesar untuk
memudahkan pengamatan.
c. Penjelasan Metode pengujian
Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah menjelaskan metode pengujian
yang akan digunakan. Metode pengujian adalah prosedur paling baru dalam
menentukan atau aktivitas pengukuran.
d. Menyebutkan kriteria keputusan

29
Hal keempat yang perlu diperhatikan adalah merinci atau menyebutkan apa
saja kriteria yang digunakan untuk mengambil simpulan dari pengujian
tersebut.
e. Mendokumentasikan definisi operasional
Hal kelima yang perlu diperhatikan adalah mendokumentasikan dan
menstandarisasi hal tersebut. Definisi harus diikutsertakan dalam materi
dan lembar prosedur dan hasil langkah 1 sampai dengan 4 harus
dimasukkan dalam satu dokumen.

30
f. Menguji definisi operasional
Hal keenam yang perlu diperhatikan adalah menguji definisi operasional
tersebut sebelum mengaplikasikannya dalam pengujian. Menguji hal itu
sebelum mengaplikasikannya karena hal tersebut harus membuat tugas yang
akan dilakukan menjadi lebih jelas dan mudah. Cara yang terbaik dalam
mengujinya adalah dengan meminta seseorang yang berbeda untuk
mengamatinya, sehingga hasilnya dapat didapatkan secara jelas, apakah ada
kesamaan atau tidak, konsisten atau tidak.

E. POPULASI DAN SAMPEL


1. Pengertian Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek/obyek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini
merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X
juga mempunyai karakteristik orangorangnya, misalnya motivasi kerjanya,
disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga
mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja,
tata ruang kelas, lulsan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti
populasi dalam arti karakteristik.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
memiliki berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya,disiplin pribadi,
hobi,cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain.

31
2. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu dan
tenaga. Makan peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya

32
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Probability sampling meliputi sample random,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area
random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling
kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk di pilih menjadi anggota sampel. Berikut dijelaskan teknik
probability sampling.
1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple ( sederhana ) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogeny.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini dilakukan bila populasi mempunyai anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, contoh: suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan
yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S1 = 45 , S2 = 30, STM = 800 ,ST = 900, SMEA =
400 , SD = 300 . Jumlah sampel yang harus di ambil meliputi strata
pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel di
berikan setelah bagian ini teknik proportionate stratified random
sampling dapat di gambarkan seperti gambar berikut ini.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
33
Teknik ini di gunakan untuk menentukan jumlah sampel bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari
unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, sebanyak 4 orang
lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga
orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2, itu di ambil semuanya
sebagai sampel karena kedua kelompok ini terlalu kecil bila di
bandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal
penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya
akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-
propinsidi Indonesia berstrata (tidak sama) maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di
Indonesia ada yang penduduknya padat semacam ini perlu
diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu
dapat diterapkan. Teknik sampling daerah ini sering digunakan
melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan
tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga .
b. Non-Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk di pilih menjadi sampel. Teknik sampel ini dijelaskan berikut
ini.
34
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut
. misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu nomor urut, yaitu nomor urut 1 sampai dengan nomor
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel
adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempuntai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
di inginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin
Mendirikan Bangunan, jumlah sampel yang di tentukan 500 orang,
kalau pengumpulan data belum di dasarkan pada 500 orang tersebut,
maka penelitian di pandang belum selesai, karena belum memenuhi
kuota yang di tentukan.
3) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat di gunakan sebagai
sampel,bila di pandang orang yang kebetulan di temui itu cocok
sebagai sumber data. Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan
pada pelayanan toko A,sampel di tentukan berdasarkan ciri-ciri usia di
atas 15 tahun dan baru pernah ke toko A,maka siapa saja yang
kebetulan bertemu di depan toko A dengan peneliti (yang berusia di
atas 15 tahun) akan di jadikan sampel.
4) Sampling Purposive

35
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu,misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan,maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan,sampel ini lebih cocok di gunakan untuk penelitian
kualitatif,atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi di gunakan sebagai sampel,hal ini sering di lakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil,
istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi di jadikan sampel. Misalnya akan di lakukan penelitian
tentang kinerja guru di SMA XY surabaya,karena jumlah guru hanya
35 maka seluruh guru di jadikan sampel penelitian.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil,kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelindingg yang lama-lama besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi karena dengan
dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,
maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu
seterusnya,sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
Teknik pengambilan snowball sampling disajikan pada gambar berikut
ini.
4. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin
36
kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin
besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung pada tingkat
ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang
dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya makin kecil kesalahan maka akan semakin besar
jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai data.

F. KUESIONER
1. Pengertian Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada seorang
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab oleh
responden. Jawaban yang diberikan bisa bersifat tertutup dimana alternatif
jawaban telah disediakan oleh peneliti,dan ada juga jawaban terbuka dimana
responden bebas menuliskan jawabannya tanpa adanya paksaan maupun
jawaban yang berasal dari kombinasi keduanya yang merupakan campuran
dari jawaban tertutup dan terbuka dapat diberikan secara langsung kepada
responden atau dikirimkan melalui pos atau internet. Biasanya saat ini
kebanyakan menggunakan internet untuk menyebarkan kuesioner dengan
memanfaatkan Google Form.
2. Sifat Sifat Kuesioner
Kuesioner memiliki 2 (dua) sifat saat akan ditujukan ke responden, yaitu sifat
tertutup dan sifat terbuka.
a. Kuesioner yang bersifat tertutup dibuat jika peneliti menganggap bahwa
peneliti telah menemukan berbagai alternatif jawaban yang tepat bagi
penelitiannya dengan kata lain peneliti hanya ingin mendapatkan jawaban
responden berdasarkan jawaban yang sudah disediakan saja dan bukan

37
berasal dari jawaban lainnya. Misalnya jawaban setuju atau tidak setuju,
ya atau tidak, suka atau tidak suka dan lain sebagainya.
b. Kuesioner yang bersifat terbuka disusun karena peneliti ingin mengetahui
pendapat responden secara langsung mengenai pertanyaan yang diajukan.
Misalnya bagaimana pendapat anda dengan perkembangan sistem
informasi pada saat ini?
3. Langkah Langkah Merancang Kuesioner
Langkah-langkah dalam mengembangkan dan merancang kuesioner :
a. Mendefinisikan Tujuan survei
b. Menentukan Grup Sampling
c. Menyusun Kuesioner
d. Penyelenggara Kuesioner
e. Interpretasi Hasil

Untuk penelitian kualitatif maka jenis pertanyaan yang digunakan adalah


pertanyaan-pertanyaan terbuka. Untuk penelitian kuantitatif lebih disarankan
menggunakan banyak pertanyaan-pertanyaan tertutup, atau bisa gabungan
terbuka dan tertutup
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner : ∙
a. Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap
keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat
mempengaruhi responden dalam menjawabnya.
b. Disarankan menggunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan
jangan terlalu panjang. Misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan
ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawab.
c. Penampilan dalam kuisioner walaupun tidak menunjang penelitian secara
langsung tetapi penting untuk diperhatikan agar bisa menarik minat
responden untuk menjawab pertanyaan di dalam kuisioner.

38
d. Penampilan kuisioner yang tertata rapi, dengan struktur pertanyaan yang
baik akan membuat responden mudah untuk menjawab.
e. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, sebaiknya diujicobakan
lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud.
G. PENDOMAN PENULISAN PROPOSAL
1. Pendahuluan
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa
sebagai syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari
perencanaan penyusunan skripsi. Proposal ini dikembangkan dari suatu
masalah yang akan diuji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa akan latar
belakang permasalahan, kerangka konseptual dan cara pemecahannya secara
terukur dan teruji.
Proposal dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempersiapkan
pelaksanaan penelitian secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga
tugas penelitian dilaksanakan dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.
Pedoman ini dibuat agar diperoleh keseragaman, baik dalam
penyusunan maupun penulisan Proposal, dan berisi suatu pedoman, yang
memuat petunjuk umum penyusunan Proposal, tata cara penulisan, serta
contoh format yang diperlukan.
2. Ketentuan Proposal
a. Pengertian
Proposal merupakan cetak biru perencanaan skripsi yang mengungkapkan
pokok dan metodologi, serta alur pikiran yang digunakan untuk menyusun
skripsi. Proposal merupakan tahap awal untuk penyusunan skripsi dalam
rangka penyelesaian studi strata satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (S.Si) atau Sarjana Teknik (S.T) atau Sarjana Komputer (S.Kom).
b. Tujuan
39
Tujuan penyusunan proposal adalah melatih kemampuan mahasiswa dalam
mengemukakan permasalahan dan pokok-pokok pikiran yang digunakan
untuk melakukan penelitian ilmiah dalam usaha memecahkan masalah
tersebut.

40
c. Prasyarat
Prasyarat bagi mahasiswa untuk dapat memprogram seminar Proposal adalah:
1) Memperoleh minimal 110 sks dengan IPK > 2,0;
2) Lulus mata kuliah metodologi penelitian;
3) Nilai D tidak boleh lebih besar dari 20%.
d. Waktu Pemrograman Seminar Proposal
Usulan seminar Proposal dapat diprogram pada semester gasal atau semester
genap.
e. Bobot SKS
Proposal memiliki bobot 2 sks
f. Obyek Penelitian
Obyek penelitian/obyek kajian dipilih oleh mahasiswa dengan ruang lingkup
sesuai dengan bidang minatnya. Untuk dapat memilih obyek penelitian,
mahasiswa dapat berkonsultasi dengan Ketua Program Studi/ Dosen Wali/
Ketua Kelompok Bidang Keahlian/ dosen yang sesuai dengan bidang minat.
g. Tata cara
Tatacara penyusunan Proposal dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:
1) Mahasiswa dapat menemui Ketua Program Studi/ Dosen Wali/ dosen
sesuai dengan minat masing-masing untuk berkonsultasi tentang topik
Proposal, yang digunakan untuk menyusun skripsi.
2) Mahasiswa dapat mengusulkan dua orang calon pembimbing kepada
Ketua Program Studi/ Departemen untuk dipertimbangkan dan
diusulkan sebagai dosen pembimbing yang sesuai dengan materi
proposal yang diusulkan.
3) Mahasiswa mengisi formulir-formulir yang memuat judul dan calon
dosen pembimbing yang disediakan oleh masing-masing Departemen.
4) Ketua Departemen menyampaikan usulan judul Proposal dan nama
dosen pembimbing kepada pimpinan fakultas untuk diterbitkan surat
keputusan.
41
h. Pembimbing Penyusunan
Proposal dibimbing oleh dua orang dosen, yaitu pembimbing I dan
pembimbing II, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Pembimbing I (Pembimbing utama) adalah dosen tetap pada program
studi yang bersangkutan sekurang-kurangnya memiliki jabatan Lektor
Kepala atau Lektor dengan tambahan gelar magister atau Asisten Ahli
dengan tambahan gelar doktor yang bertugas memimpin pembimbingan
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, dengan kompetensi keilmuan
yang sinergi dengan materi proposal mahasiswa.
2) Pembimbing II (Pembimbing serta) bertugas membantu pembimbing
utama dalam hal membimbing mahasiswa menyelesaikan skripsi.
3) Pembimbing I dan II yang telah disetujui oleh Ketua Departemen,
selanjutnya diusulkan ke Fakultas sebagai pembimbing Proposal dan
skripsi atas nama mahasiswa tersebut.
4) Berdasarkan ketentuan lain yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
i. Tugas Pembimbing
Pembimbing Proposal mempunyai tugas: memberikan bimbingan dan arahan
kepada mahasiswa bimbingannya selama menyusun Proposal, menilai
Proposal pada forum seminar, dan memberikan pengesahan pada naskah
Proposal.
j. Waktu Penyusunan
Proposal disusun pada semester saat mata ajar proposal diprogram oleh
mahasiswa yang bersangkutan.
k. Masa Berlaku
Proposal Masa berlaku proposal adalah satu tahun akademik sejak ujian
proposal dinyatakan lulus. Jika dalam jangka waktu 1 tahun proposal tidak
selesai, mahasiswa diharuskan untuk ujian proposal lagi dengan materi
penelitian baru.
l. Kartu Konsultasi
42
Proposal disusun dengan bimbingan para dosen yang telah ditetapkan. Selama
proses pembimbingan, frekuensi temu muka antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa dicatat pada kartu konsultasi yang dibawa oleh mahasiswa. Temu
muka dengan dosen pembimbing minimal lima (5) kali untuk setiap dosen
pembimbing.
m. Ujian Proposal
Proposal dapat diajukan ke forum ujian setelah disetujui oleh kedua
dosen pembimbing. Penilai ujian terdiri atas dua orang dosen pembimbing
dan satu orang dosen penilai lain yang ditunjuk oleh Ketua Program Studi.
Dalam ujian, mahasiswa diwajibkan mempresentasikan proposalnya
sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Ketua Departemen atas usulan Ketua
Program Studi. Ujian dapat dihadiri oleh mahasiswa lain serta staf pengajar
yang berminat. Materi ujian ditekankan kepada logika dan sistematika
proposal, landasan teori dan metode empiris penelitian dan kelayakannya
sebagai skripsi, serta prosedur tahapan penyusunan skripsi.
Ujian proposal dilaksanakan pada semester yang bersangkutan, yang
waktunya ditentukan oleh departemen. Ujian proposal dilaksanakan selama
kurang lebih 60 menit dengan rincian: 15 menit pemaparan materi dan 45
menit tanya jawab oleh penguji. Apabila hasil ujian dinyatakan tidak
memenuhi syarat, dapat diadakan ujian ulang proposal. Ujian ulang proposal
dilaksanakan dalam kurun waktu paling lambat 2 minggu dan dalam forum
tertutup. Mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian segera menyerahkan naskah
proposal yang sudah disetujui oleh semua dosen penguji yang formatnya telah
ditetapkan.

43
n. Penilaian Proposal.
Nilai hasil ujian proposal dinyatakan sebagai berikut.
Skala Nilai Nilai Angka Nilai Huruf Keterangan
75,00-100 4,0 A memenuhi syarat
70,00-74,99 3,5 AB sebagai proposa
65,00-69,99 3,0 B
60,00-64,99 2,5 BC
55,00-59,99 2,0 C

40,00-54,99 1,0 D tidak memenuhi


0-39 E syarat dan harus
mengulang
Komponen penilaian meliputi kemampuan presentasi, penguasaan materi
penelitian, dan teknik penyajian ujian proposal.
2. Format Proposal
Naskah proposal terdiri atas bagian awal, bagian utama, dan bagian
akhir. Naskah proposal ditulis dengan huruf Times New Roman, ukuran 12,
dan spasi 1,5 di kertas HVS A4, 80 gram.
a. Bagian Awal
Bagian awal mencakup sampul depan (cover), lembar judul, lembar
pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
1) Sampul depan
Sampul depan memuat judul proposal, lambang Universitas Airlangga,
nama mahasiswa, nama fakultas tempat penyusunan proposal, serta tahun
penilaian proposal, dengan ketentuan sebagai berikut

44
a. Judul proposal harus memenuhi kriteria singkat, jelas, dan
menunjukkan masalah yang diteliti, serta tidak membuka peluang
penafsiran yang beragam. Di atas judul ditulis kata PROPOSAL
b. Lambang Universitas Airlangga dengan diameter 6 cm
c. Nama mahasiswa harus ditulis lengkap (tanpa nomor mahasiswa)
d. Nama fakultas mencakup nama program studi, departemen,
Fakultas, Universitas, yang disusun urut ke bawah;
e. Tahun yang dimaksud adalah tahun pelaksanaan penilaian
Proposal
f. Sampul depan Proposal harus terbuat dari kertas bufallo, berwarna
coklat muda, dengan ukuran sama dengan naskah Proposal (kertas
ukuran A-4).
g. Semua huruf pada sampul depan ditulis dengan huruf besar, Times
New Roman, ukuran 14, dan dicetak tebal.
2) Lembar judul
Lembar judul sama seperti sampul depan, namun menggunakan kertas
HVS ukuran A-4, warna putih. Contoh Sampul depan Proposal dapat
dilihat pada Lampiran 1.
3) Lembar pengesahan
Lembar pengesahan memuat tulisan LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL, judul Proposal, nama penyusun, nomor induk mahasiswa,
nama pembimbing, tanggal penilaian, kolom persetujuan untuk dosen
pembimbing I dan II, serta kolom pengesahan untuk Ketua Program Studi
dan Ketua Departemen. Contoh lembar pengesahan Proposal dapat dilihat
pada Lampiran 2 a dan 2 b.
4) Kata pengantar
Kata pengantar memuat uraian singkat mengenai maksud penyusunan
Proposal, dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa pada
keberhasilan penyusunan Proposal. Kata pengantar tidak memuat hal-hal
45
yang ilmiah. Di pojok kanan bawah paragraf kata pengantar ini ditulis
kata Surabaya (bulan, tahun) dan nama penyusun.
5) Daftar isi
Daftar isi memberi informasi secara menyeluruh mengenai isi Proposal,
mulai dari lembar judul hingga lampiran. Daftar isi dilengkapi dengan
nomor halaman untuk menemukan hal-hal yang diinformasikan. Contoh
Daftar Isi dapat dilihat pada Lampiran 3.
6) Daftar tabel
Daftar tabel memuat urutan tabel yang terdapat dalam naskah Proposal.
Urutan tabel dibuat dengan angka Arab dalam kaitan dengan urutan bab,
sub-bab dalam bagian utama. Setelah nomor tabel kemudian ditulis judul
tabel, dan halaman tabel dalam naskah proposal. Contoh Daftar Tabel
dapat dilihat pada Lampiran 12.
7) Daftar gambar
Daftar gambar memuat urutan gambar (grafik, diagram, peta, dan lain-
lain yang termasuk kategori gambar) yang terdapat dalam naskah
Proposal. Cara penulisan daftar gambar sama seperti daftar tabel. Contoh
daftar tabel dapat dilihat pada Lampiran 13.
8) Daftar lampiran
Daftar lampiran memuat urutan lampiran yang terdapat dalam naskah
Proposal. Setelah nomor urut lampiran kemudian ditulis lampiran. Daftar
Lampiran tidak mencantumkan nomor halaman. Contoh daftar Lampiran
dapat dilihat pada Lampiran.
b. Bagian Utama
Bagian utama memuat:
H. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PENELITIAN

46
1) Pendahuluan
Pendahuluan memuat: latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
hipotesis (bila ada), tujuan, dan manfaat penelitian.
2) Latar belakang permasalahan memuat alasan-alasan penting dan perlunya
meneliti masalah. Pada latar belakang permasalahan juga dijelaskan
kedudukan masalah yang diteliti dalam lingkup permasalahan yang lebih luas.
3) Rumusan masalah memuat pernyataan singkat tentang masalah yang diteliti,
batasan masalah yang diteliti, yang dapat disusun dalam kalimat pertanyaan.
4) Hipotesis (bila ada) memuat pernyataan singkat sebagai jawaban sementara
terhadap masalah yang dihadapi yang masih harus dibuktikan kebenarannya.
5) Tujuan penelitian memuat sasaran yang akan diperoleh dalam penelitian.
6) Manfaat penelitian memuat manfaat yang akan diperoleh dari penelitian, baik
untuk pengembangan ilmu, teknologi, metodologi, atau pembangunan
nasional
7) Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian mengenai landasan teori dan landasan
empiris yang mendukung pendekatan pemecahan masalah. Tingkat kedalaman
dan keluasan aspek-aspek yang diteliti, tergantung pada ketajaman analisis
permasalahan. Selain teori, hasil-hasil penelitian lain yang relevan, dapat juga
disajikan dengan menyebutkan sumber referensinya.
8) Metode penelitian
Metode penelitian memuat tempat dan waktu penelitian, bahan dan alat
penelitian, jenis dan variabel penelitian, cara kerja atau cara pengumpulan
data, dan cara analisis data.
b. Tempat dan waktu, memuat tempat pelaksanaan penelitian, baik
penelitian yang dilaksanakan di laboratorium atau di lapangan (dijelaskan
wilayah administratifnya). Kalau perlu diberi deskripsi singkat mengenai
lokasi penelitian beserta petanya. Waktu artinya waktu pelaksanaan
penelitian.
47
c. Bahan dan alat, memuat uraian bahan dan alat yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian. Misalnya, bahan: kimia, hayati, atau bahan-bahan
lain yang digunakan, dapat pula dijelaskan spesifikasinya. Demikian juga
alat yang digunakan dapat dijelaskan tingkat kehandalan, kesahihan, dan
ketelitiannya. Untuk penelitian yang menggunakan hewan, tumbuhan, dan
mikroba harus disertai nama ilmiahnya.
d. Cara kerja, memuat uraian rinci mengenai urutan pelaksanaan
penelitian, mulai dari persiapan hingga pengujiannya, termasuk prosedur
analisis kimia, fisika, dan hayati. Untuk penelitan eksperimental dapat
dikemukakan jenis rancangan percobaan, jumlah perlakuan, dan
replikasinya. Variabel penelitian memuat variabel/parameter yang
diamati dan diukur, termasuk variabel yang dikendalikan. Di samping
jenis-jenis data penelitian (nominal, ordinal, interval dan rasio) dapat
pula dijelaskan satuan pengukurannya.
e. Cara analisis data memuat cara-cara pendekatan pengujian hipotesis
(jika ada), baik melalui analisis statistik deskriptif, inferensi, atau cara
analisis lainnya.
f. Untuk proposal yang tidak dapat menggunakan aturan tersebut di atas,
maka diatur oleh program studi masing-masing.
c. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat jadwal pelaksanaan penelitian, anggaran, daftar pustaka,
dan lampiran.
1) Jadwal pelaksanaan penelitian memuat perkiraan lamanya persiapan dan
pelaksanaan penelitian dalam penyusunan skripsi.
2) Daftar pustaka Daftar pustaka, disusun secara vertikal menurut urutan
abjad dan secara horizontal seperti pada contoh lampiran
3) Lampiran Lampiran-lampiran diberi nomor dengan angka Arab, tanpa
nomor halaman

48
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan dan hasil penelitian selalu dimintapertanggunaawaban metodologi,
sebagai upaya meyakinkan kebenaran secara ilmiah kesimpulan hasil penelitian.
Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian menjadi
tolak ukur penting, terutama menyangkut penetapan populasi dan sampel
penelitian, penentuan metode penelitian maupun metode pengukuran penelitian.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2005)..
Masalah Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu
dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan
yang muncul”.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian.
Variabel adalah setiap karakteristik, jumlah, atau kuantitas yang dapat diukur
atau dihitung.
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis (2016:52).
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada seorang
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam

49
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab oleh
responden.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat saya susun. Saya sadar makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Saya minta maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan dan isi makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ig. Dodiet Aditya Setyawan, S. M. (2014). MASALAH PENELITIAN. Surakarta:


Politeknik Kesehatan KEMENKES Surakarta.
Hidayat, A. (12). Variabel penelitian .
(Prof. Win Darmanto, 2015)
Ani Yoraeni, S. M. (2019). METODE PENELITIAN. JAKARTA: SEKOLAH
TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER NUSA.
Dr. Muhammad Muhyi, M. (2018). METODOLOGI PENELITIAN F K I P - U N I P
A S u r a b a y a. SURABAYA: Adi Buana University Press.
Hidayat, A. (12). Variabel penelitian .
Prof. Win Darmanto, M. P. (2015). PEDOMAN PENULISAN. Surabaya:
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
Salmaa. (2021, agustus). Definisi Operasional.

51
MAKALAH
“MIX METHOD”
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas
(Mata Kuliah : Metodologi Penelitian)
Dosen Pengampuh : A. KHAERUL, S.KM., M.Kes

DISUSUN OLEH:
NAMA : ANISHA P. RAHMADANI
NIM : B1B119040
KELAS : B ARS 19

FAKULTAS TEKNOLOGI RUMAH SAKIT


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang “Penelitian Mix Method” dengan baik.
Ucapan terima kasih kami kepada Bapak A. Khaerul S.KM.,M.Kes selaku
dosen mata kuliah Metodeologi Penelitian, karena atas arahan dan petunjuk dalam
proses belajar mengajar dari beliaulah makalah ini dapat disusun dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, saya merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik teknik penulisan maupun materi. Untuk itu saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 06 Januari 2022

Anisha P. Rahmadani

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I ....................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................... 4
A. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 4
C. TUJUAN .................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN PENELITIAN MIX METHOD .......................................... 6
B. DEFINISI MASALAH PENELITIAN ...................................................... 14
B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN .......................................... 17
C. VARIABEL PENELITIAN ...................................................................... 23
D. DEFINISI OPERASIONAL ..................................................................... 28
E. POPULASI DAN SAMPEL ..................................................................... 35
F. KUESIONER ............................................................................................... 41
BAB III................................................................................................................... 53
PENUTUP .............................................................................................................. 53
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 53
B. SARAN .................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 55

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa sebagai
syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari perencanaan
penyusunan skripsi. Proposal ini dikembangkan dari suatu masalah yang akan
diuji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa akan latar belakang
permasalahan, kerangka konseptual dan cara pemecahannya secara terukur dan
teruji.
Proposal dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempersiapkan pelaksanaan
penelitian secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga tugas penelitian
dilaksanakan dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Mix Method?
2. Apa yang dimaksud dengan Masalah Penelitian?
3. Apa yang dimaksud dengan Rumusan Masalah?
4. Apa yang dimaksud dengan Variabel Penelitian?
5. Apa yang dimaksud dengan Definisi Oprasional?
6. Apa yang dimaksud dengan Kerangka Oprasional?
7. Apa yang dimaksud dengan Populasi dan Sampel?
8. Apa yang dimaksud dengan Kuesioner?
9. Bagaimana membuat proposal penelitian yang baik?

C. TUJUAN
1. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Penelitian Mix Method
2. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Masalah Penelitian

4
3. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Rumusan Masalah
4. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Variabel Penelitian
5. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Definisi Oprasional
6. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Kerangka Oprasional
7. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Populasi dan Sampel
8. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Kuesioner
9. Diharapkan pembaca dapat memahami tentang Bagaimana membuat proposal
penelitian yang baik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENELITIAN MIX METHOD


Mix-method penelitian adalah metode yang memadukan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam tahap pengumpulan data),
dan kajian model campuran memadukan dua pendekatan dalam semua tahapan
proses penelitian (Abbas, 2010: Viii).
Sedangkan menurut Creswell (2014: 5) mix- methods merupakan pendekatan
penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan
kuantitatif.
Menurut Johnson dan Cristensen (2007) Mix-Methods atau metode penelitian
kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan
atau menghubungkan antara metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif (mencakup landasan filosofis, penggunaan pendekatan dan
mengkombinasikan kedua pendekatan dalam penelitian).
Sehingga dari berbagai definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Mix-
method penelitian adalah penelitian yang memadukan atau mengkombinasikan
pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
1. Konsep dan landasan penelitian Mix-Method
Mixed Methods Research (Creswell, John W. and Clarck Vicki : 2008) adalah
suatu disain penelitian yang didasari asumsi seperti halnya metoda inkuiri.
Metode ini memberikan asumsi bahwa dalam menunjukkan arah atau
memberi petunjuk tentang cara pengumpulan dan menganalisis data serta
perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses
penelitian. Mixed methods research berfokus pada pengumpulan dan analisis
data serta memadukan antara data kuantitatif dan data kualitatif, baik

6
dalam single study (penelitia tunggal) maupun series study (penelitian
berseri). Nana Syaodih Sukmadinata (2009 : 95) mengemukakan, bahwa
penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan
bersifat mengukur. Sementara penelitian kualtatif menggunakan peneliti
sebagai instrumen.
Premis sentral yang dijadikan dasar mixed methods research adalah
menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk
menemukan hasil penelitian yang lebih baik dibanding menggunakan salah
satu pendekatan saja (misalnya dengan pendekatan kuantitatif saja atau
dengan pendekatan kualitatif saja). Perbedaan Mixed Methods
Research dibandingkan dengan Quantitative dan Qualitative Research adalah
sebagai berikuit :
a. Ditinjau dari sudut pandang filosofis

1) Penelitian kuantitatif didasari oleh pandangan pospositivisme. Menurut


pandangan ini bahwa peneliti mengklaim pengetahuan didasarkan pada :
a. determinasi atau pemikiran sebab-akibat;
b. reduksionisme, dengan cara mempersempit dan memusatkan pada
variabel yang akan dihubungkan;
c. mengobservasi secara detail dan melakukan pengukuran terhadap
variabel;
d. melakukan testing teori yang secara kontinyu diperbaiki.

2) Penelitian kualitatif dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme, dimana


konstruktivisme ini memiliki pandangan yang berbeda. Pemahaman atau
makna suatu fenomena terbentuk oleh partisipan dan pandangan-pandangan
subjektif dari partisipan. Pada saat partisipan memberikan pemahamannya
atau jawabannya, maka mereka berbicara sesuai dengan makna yang dialami
selama berinteraksi sosial dengan orang lain dan apa yang mereka bicarakan
7
juga berasal dari latar belakang pribadinya. Penemuan penelitian dibentuk
dari pola bottom up, yakni dari perspektif individu untuk dijadikan pola yang
lebih luas yang pada akhirnya membentuk teori.

3) Penelitian mixed methods research dipengaruhi oleh pandangan filsafat


pragmatisme. Fokus utamanya berpusat pada pertanyaan mendasar dalam
penelitian dan bukan semata-mata berorientasi pada metode penelitian. Multi
metoda untuk pengumpulan data dilakukan dalam rangka memperoleh
jawaban tentang masalah yang diteliti. Dengan kata lain pragmatisme ini
bersifat pluralistik dan berorientasi pada pekerjaan apa serta bersifat praktis.
b. Ditinjau dari sudut pandang metodologi

a. Dalam penelitian postpositivisme peneliti bekerja secara top down, dari


sebuah teori dirumuskan hipotesis, pengumpulan data, dan dari data
dikontradiksikan dengan teori.

b. Penelitian konstruktivisme, pendekatan yang ditempuh adalah bottom


up, menggunakan pandangan-pandangan partisipan untuk membentuk
tema-tema yang lebih luas dan menggeneralisasikan suatu teori
berdasarkan interkoneksi atau menghubungkan antara tema-tema yang
terbentuk.

c. Pragmatisme, pendekatan penelitian dikombinasikan antara berfikir


deduktif dan berfikir induktif. Peneliti mixes (memadukan) data
kuantitatif dandata kualitatif.

c. Ditinjau dari pengumpulan dan analisis data


a. Kuantitatif
1) Data kuantitatif berasal dari informasi yang bersifat close-
ended (jawaban tertutup). Misalnya : pengukuran sikap, perilaku, atau
instrument pengukuran perilaku yang lain.

8
2) Koleksi data kuantitatif menggunakan instrument daftar check list close-
ended, yang dapat dilakukan peneliti dengan cara memberi tanda check (√
) pada perilaku yang terlihat.
3) Kadang-kadang informasi/data kuantitatif diperoleh dari dokumen,
catatan hasil sensus, catatan kehadiran.
4) Analisis data kuantitatif menggunakan analisis statistic berdasarkan skor
yang terkumpul dari instrument (checklist, dokumen, hipotesis )

b. Kualitatif

1) Data kualitatif bersumber dari informasi yang bersifat open-ended


(jawaban terbuka) yang dikumpulkan oleh peneliti melalui interview
dengan partisipan.
2) Pada umumnya pertanyaan-pertanyaan open ended disampaikan pada
saat berlangsungnya interviu dan sepenuhnya memberi kesempatan
kepada partisipan untuk menjawab dengan menggunakan
kata/kalimat/bahasanya sendiri.
3) Data kualitatif dikumpulkan melalui observasi kepada partisipan atau
subyek penelitian, memperoleh dokumen pribadi partisipan (misal :
catatan harian (diary), dokumen yang bersifat umum (lamanya suatu
pertemuan), atau mengumpulkan dokumen individual (video, artefaks).
4) Analisis data kualitatif (kata, kalimat, image, pendapat) dikelompokkan
sesuai jenisnya menurut kelompok informasi (kategori kata atau image)
atau kelompok berbagai ide yang diperoleh selama pengumpulan data.

9
c. Mix-method research

1) Data kualitatif bersumber dari informasi yang bersifat open-ended


(jawaban terbuka) yang dikumpulkan oleh peneliti melalui interview
dengan partisipan.
2) Pada umumnya pertanyaan-pertanyaan open ended disampaikan pada saat
berlangsungnya interviu dan sepenuhnya memberi kesempatan kepada
partisipan untuk menjawab dengan menggunakan kata/kalimat/bahasanya
sendiri.
3) Data kualitatif dikumpulkan melalui observasi kepada partisipan atau
subyek penelitian, memperoleh dokumen pribadi partisipan (misal :
catatan harian (diary), dokumen yang bersifat umum (lamanya suatu
pertemuan), atau mengumpulkan dokumen individual (video, artefaks).
4) Analisis data kualitatif (kata, kalimat, image, pendapat) dikelompokkan
sesuai jenisnya menurut kelompok informasi (kategori kata atau image)
atau kelompok berbagai ide yang diperoleh selama pengumpulan data.
Berangkat dari titik-titik kelemahan kuantitatif dan kualitatif maka
muncullah Mixed Methods Research, dengan kelebihan sebagai berikut :

1. Mixed method research menghasilkan fakta yang lebih komprehensif


dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti memiliki kebebasan
untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data
yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas
pada jenis alat pengumpul data tertentu saja.

2. Mixed method research dapat menjawab pertanyaan penelitian yang tidak


dapat dijawab oleh penelitian kuantitatif atau kualitatif. Contoh : apakah
pendapat partisipan yang diperoleh dari wawancara dan hasil pengukuran

10
dengan instrument tertentu harus dipisah ? (pertanyaan inilah yang akan
dijawab oleh mixed method research, bahwa alat pengumpul data tidak
hanya terbatas pada satu alat saja. “Apa yang dapat menerangkan atau
memperjelas hasil penelitian kuantitatif ? (mixed method research
menjawab, data kualitatif menerangkan/memperjelas hasil penelitian
kuantitatif).

3. Mixed method research mendorong peneliti untuk melakukan kolaborasi,


yang tidak banyak dilakukan oleh penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Kolaborasi dimaksud adalah kolaborasi social, behavioral, dan kolaborasi
humanistic.

4. Mixed method research mendorong untuk menggunakan berbagai


pandangan atau paradigma.

5. Mixed method research itu “praktis” karena peneliti memiliki


keleluasaaan menggunakan metoda untuk meneliti masalah.
2. Prosedur Analisis Mixed
Ada beberapa aspek penting yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu
dalam merancang prosedur-prosedur mixed methods research, yaitu sebagai
berikut:
a. Timing (waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatifnya. Apakah data akan dikumpulkan secara bertahap
(sekunsial) atau dikumpulkan pada waktu yang sama (konkuren). Ketika
data dikumpulkan secara bertahap, peneliti perlu menentukan apakah data
kuantitatif atau kualitatif yang akan dikumpulkan terlebih dahulu. Hal ini
tergantung pada tujuan awal peneliti. Bila data kualitatif dikumpulkan
pertama, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi topik dengan cara
11
mengamati partisipan di lokasi penelitian. Setelah itu peneliti memperluas
pemahamannya melalui tahap kedua, yaitu data kuantitatif, di mana data
dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan (biasanya sampel dari populasi).
Ketika data dikumpulkan secara konkuren, berarti data kuantitatif dan
kualitatif dikumpulkan pada waktu yang sama dan pelaksanaannya simultan
(serempak). Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif secara bersaman
dianggap paling efektif karena tidak membutuhkan waktu lama dalam proses
pengumpulannya.
b. Weighting (bobot)
Bobot yang dimaksud dalam merancang prosedur mixed methods
adalah prioritas yang diberikan antara metode kuantitatif atau kualitatif.
Dalam studi tertentu bobot dapat sama atau seimbang. Dalam beberapa
penelitian lain mungkin lebih menekankan pada satu metode. Penekanan
pada satu metode tergantung dari kepentingan peneliti, keinginan pembaca
(seperti pihak kampus, organisasi profesional) dan hal apa yang ingin
diutamakan oleh peneliti. Dalam kerangka yang lebih praktis, bobot dalam
mixed methods bisa dipertimbangkan melalui beberapa hal, antara lain
apakah data kualitatif dan kuantitatif yang akan diutamakan terlebih dahulu,
sejauh mana treatment terhadap masing-masing dari kedua data tersebut atau
apakah metode induktif (seperti, membangun tema-tema dalam kualitatif)
atau metode deduktif (seperti, menguji suatu teori) yang akan diprioritaskan.
c. Mixing (pencampuran)
Mencampur (mixing) berarti bahwa data kualitatif dan kuantitatif
benar-benar dileburkan dalam satu end of continuum, dijaga keterpisahannya
dalam end of continuum yang lain atau dikombinasikan dengan beberapa
cara. Dua data bisa saja ditulis secara terpisah namun keduanya tetap
dihubungkan (connecting) satu sama lain selama tahap-tahap penelitian.
bahwa peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
konkuren dan menggabungkan (integrating) database keduanya dengan
12
mentransformasikan tema-tema kualitatif menjadi angka-angka yang bisa
dihitung (secara statistik) dan membandingkan hasil penghitungan ini
dengan data kuantitatif deskriptif. Dalam hal ini, pencampuran
menggabungkan dua database dengan meleburkan secara utuh data
kuantitatif dengan data kualitatif. Atau dalam hal lain, peneliti tidak
menggabungkan dua jenis metode penelitian yang berbeda tetapi sebaliknya
peneliti justru tengah menancapkan (embedding) jenis data sekunder
(kualitatif) ke dalam jenis data primer (kuantitatif) dalam satu penelitian.
Database sekunder memeinkan peran pendukung dalam penelitian ini.
d. Teorizing (teorisasi)
Faktor terakhir yang perlu diperhatikan dalam merancang mixed method
adalah perspektif teori apa yang akan menjadi landasan bagi keseluruhan
prosesw/tahap penelitian perspektif ini bisa berupa teori ilmu-ilmu sosial
atau perspektif-perspektif teori lain yang lebih luas. Dalam mixed methods
research, teori biasanya muncul dibagian awal penelitian untuk membentuk
rumusan masalah yang diajukan, siapa yang berpartisipasi dalam penelitian,
bagaimana data dikumpulkan dan implikasi-implikasi apa yang diharapkan
dari penelitian.
3. Tujuan dan Fungsi/Keguanaan
Metode penelitian campuran kuantititatif-kualitatif (mixed methods
research) adalah sebuah metode yang berfokus pada pengumpulan dan analisis
data serta memadukan antara data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hal
tersebut, maka tujuan metode penelitian campuran ini adalah untuk
menemukan hasil penelitian yang lebih baik dibandingkan dengan hanya
menggunakan salah satu pendekatan saja, misalnya menggunakan pendekatan
kuantitatif saja atau dengan pendekatan kualitatif saja). Dengan menggunakan
metode ini akan diperoleh data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

13
Metode ini digunakan untuk menangani tingkatan yang berbeda dalam
satu sistem. Temuan dari setiap tingkatan dipadukan untuk merumuskan
interpretasi menyeluruh.

B. DEFINISI MASALAH PENELITIAN


Setiap mengawali suatu penelitian, maka seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi sebuah Masalah Penelitian. Dalam hal ini kekritisan peneliti
menjadi modal utama dalam menemukan sebuah masalah penelitian yang akan
diteliti. Sumber-sumber masalah penelitian dapat dimulai dengan ditemukannya
kesenjangan antara hal yang diinginkan dengan yang didapatkan
dilapangan/lingkungan, kesenjangan antara Das Sollen (seharusnya) dan Das Sein
(kenyataan), kesenjangan antara Harapan dan Kenyataan, kesenjangan antara
Fakta dan Harapan dan kesenjangan antara apa yang diperlukan dengan apa yang
tersedia. Dari hal-hal tersebut itulah mendorong manusia mengajukan sebuah
pertanyaan sederhana "apa itu, dimana itu, siapa itu, kapon itu terjadi dan
bagaimana itu, mengapa, dan sebagainya", sehingga manusia mengidentifikasi
masalah.
Selain itu sumber-sumber permasalahan penelitian dapat diketahui ketika
terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, terdapat
penyimpangan antara rencana dengan kenyataan, adanya pengaduan dan adanya
kompetisi sehingga menimbulkan masalah besar. Rasa ingin tahu yang mendalam
membuat seseorang mengadakan penelitian, agar apa yang dirasakan kurang
benar bisa terjawab dan terpecahkan. Seperti diketahui bersama bahwa penelitian
adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah.
Lalu apa sebenarnya Masalah Penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002)
Masalah Penelitian secara umum dapat diartikan sebagi “Suatu kesenjangan (gap)
antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara

14
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta
antara harapan dan kenyataan”.
Selanjutnya Notoatmodjo (2002) juga menyebutkan bahwa pada hakikatnya
Masalah Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan yang
muncul”. Dengan demikian adanya masalah penelitian oleh karena adanya
"Rational Gap" antara yang diharapkan dan kenyataan. Meskipun masalah
penelitian itu selalu ada dan banyak, belum tentu mudah mengangkatnya sebagai
masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian.
Rasa kepekaan seseorang diawali dengan sikap Skeptis dari seseorang.
Penelitian diawali dengan sikap SKEPTIS yang mempunyai arti sikap yang tidak
mudah percaya. Sikap ini berbeda sekali dengan sikap tidak mau percaya. Sikap
tidak mudah percaya berarti bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat sebelum
ada pembuktian ilmiah melalui penyelidikan ilmiah hingga ditemukan
jawabannya, seorang peneliti masih belum mau percaya, baru setelah ada jawaban
melalui penyelidikan ilmiah, hasilnya baru dipercaya. Untuk itu harus disajikan
dengan kritis, analitis, dan sistematis.
1. DEFINISI LATAR BELAKANG MASALAH
Penelitian Ilmiah selalu akan didahului dengan uraian tentang Latar Belakang
Masalah. Uraian tentang Latar Belakang Masalah tersebut merupakan alur bagi
proses lahirnya suatu masalah penelitian secara formal. Melalui Latar Belakang
Masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi
dapat menjadilebih utuh. Suatu Rumusan Latar Belakang Masalah yang baik,
pada umumnya mampu mengungkapkan 4 Hal, yaitu:
a. Mengungkapkan Isu-isu (Isseus)
Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu yang aktual
mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu
hingga memerlukan penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa gejala,
fenomena, atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat saat ini. Isu
15
dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera memerlukan penyelesaian.
Perlu diingat bahwa isu jelas sangat berbeda dengan gosip. Hal lain yang juga
perlu diingat bahwa sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa
dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai isu. (Sangaji & Sopiah, 2010).
b. Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information)
Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta yang memperkuat
isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah dibuat-buat,
melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang Data
berupa angka-angka, maupun data-data kualitatif. Sumber data ataupun fakta
tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari suatu media massa, jurnal,
laporan sebuah instansi, atau hasil penelitian sebelumnya. Peneliti hendaknya
memperhatikan pula kualitas dan keaktual-an fakta-fakta yang dikemukakan
tersebut.
c. Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need)
Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu
memberikan argumentasi atau justifikasi untuk apa masalah dipecahkan
melalui penelitiannya. Suatu penelitian akan memiliki nilai lebih apabila
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau
kepentingan yang lain.
d. Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan Masalahnya
(Difficulty)
Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang mengangkat atau meneliti
masalah tersebut masih langka atau jarang. Jadi, jika masalah tersebut diteliti,
maka akan menjadi bahan masukan atau informasi yang berharga bagi siapa
pun yang terkait dengan masalah yang akan diteliti tersebut.
2. SYARAT MASALAH PENELITIAN
Penelitian akan berjalan dengan baik apabila peneliti mampu memahami
masalah penelitian dengan baik. Masalah penelitian dapat dikembangkan dari
berbagai sumber, diantaranya adalah:
16
a. Kepustakaan.
b. Bahan diskusi temu ilmiah, hasil seminar, simposium atau lokakarya.
c. Pengalaman dan Observasi Lapangan.
d. Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif
Permasalahan yang akan diangkat sebagai topik penelitian, menurut Hulley &
Cummings dalam Siswanto, dkk (2013) harus memenuhi persyaratan atau
kriteria “FINER”( yaitu: Feasible, Interisting, Novel, Ethical, Relevan, ),
maksudnya:
a. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian.
b. Interisting: masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya
yang aktual sehingga menarik untuk diteliti.
c. Novel: masalah dapat membantah atau mengkonfirmasi penemuan atau
penelitian terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasilpenelitian
sebelumnya, atau menemukan sesuatu yang baru.
d. Ethical: masalah penelitian hendaknya tidak bertentangan dengan Etika.
e. Relevan: masalah penelitian sebaiknya disesuaikan juga dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ditujukan
untuk meningkatkan atau mengembangkan keilmuan dan penelitian yang
berkelanjutan.

B. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-
sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Rumusan Masalah atau
PROBLEM FORMULATION atau RESEARCH PROBLEM adalah “Suatu
rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya
sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang

17
saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai
penyebab maupun sebagai akibat”.
Sehingga Rumusan Masalah merupakan formulasi dari pertanyaan penelitian,
yang artinya merupakan kesimpulan pertanyaan yang terkandung dalam
pertanyaan penelitian.
Dengan demikian Perumusan Masalah merupakan jawaban atas pertanyaan:
apa masalah penelitian itu ? (Danim, S. 2003). Untuk itu harus pula dibedakan
antara Perumusan Masalah dengan Pertanyaan Penelitian. Untuk Pertanyaan
Penelitian lebih mengacu pada Tujuan Khusus dan segi-segi tehnis pengumpulan
data. Rumusan Masalah umumnya dalam bentuk pertanyaan, dan jarang sekali
dalam bentuk pernyataan, walaupun dalam bentuk pernyataan pun banyak ahli
yang tidak mempermasalahkan. Tapi Tuckman (1972) dalam Danim,S. (2003)
menganjurkan agar Rumusan Masalah hendaknya dalam bentuk Pertanyaan.
Dimana sebuah Pertanyaan itu mempunyai 2 (Dua) ciri utama yaitu:
a. Memuat Kata Tanya dan
b. Diakhiri Dengan Tanda Tanya.
Dalam bahasa penelitian, kata tanya yang dipakai sebaiknya "kata tanya baku".
Sebagai contoh perbedaan kata tanya tidak baku dan kata tanya baku:
a. Tidak baku terdiri dari Apa, Bagaimana, Sejauh mana, Ada, Yang mana
b. Baku terdiri dari Apakah, Bagaimanakah, Sejauh manakah, Adakah, Yang
manakah
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam
kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang
menyatakan bahwa ‘kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan
kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri’.
Selanjutnya SIFAT Perumusan Masalah penelitian dapat dibedakan menjadi 2
(Dua) Sifat, yaitu:
a. Perumusan Masalah Deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar
fenomena atau variabel.
18
b. Perumusan Masalah Eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan
adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena/ variabel.
Rumusan masalah penelitian bisa dibuat oleh seorang peneliti melalui
beberapa kemungkinan latar belakang yang dibuat:
a. Setelah menyadari adanya suatu permasalahan kehidupan yang sedang
dihadapi manusia atau masyarakatnya. Masalah kehidupan yang sedang
hangat dibicarakan dalam buku ini disebut "topik masalah" Topik masalah
inilah yang menyadarkan seorang pemikir untuk berperan memecahkan
sejumlah rumusan masalah penelitian yang terkait dengan topik masalah itu
tadi.
b. Setelah menyadari potensi permasalahan di masa datang setidaknya menurut
pandangan dan pertimbangan teoritis dari suatu bidang keilmuan. Potensi
permasalahan itu perlu diantisipasi pemecahannya. Sehubungan dengan itu
diperlukan penelitian terhadap butir-butir permasalahan yang secara khusus
telah dirumuskan.

Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih butir
masalah penelitian. Ada 5 (Lima) Tipe Topik Masalah Penelitian yang dapat
digarap oleh seorang peneliti, yaitu:
Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena
Tipe 1 yang merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat
lanjutannya dapat di atasi atau dipacu
Keperluan Memperbaiki kesalahan yang tengah berjalan agar
Tipe 2
kelemahan-kelemahan yang ada dapat di atasi
Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu
Tipe 3 kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk
menaikkan yang positif dan menihilkan yang negatif
Tipe 4 Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih

19
Konseptional sehingga dapat menjadi operasional.
Keperluan membuat pendekatan baru atau alternative guna
Tipe 5 meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran
yang telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya.

Seorang mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam upaya mengidentifikasi


dan merumuskan "masalah penelitian". Upaya membuat Karya Tulis Ilmiah
atau Skripsi atau bahkan Tesis untuk gelar kesarjanaannya, tak lain adalah
mempraktekkan kegiatan penelitian secara mandiri. Ketika itu mahasiswa
bertindak sebagai Peneliti Pemula dan sebenarnya sedang dilatih menjadi
seorang "Problem Solver" (Pemecah Masalah) yang efektif. Untuk itu dalam
merumuskan masalah harus memenuhi Syarat-Syarat atau Kriteria sebagai
berikut:
a. Rumusan masalah harus jelas, padat dan dapat dipahami oleh orang
lain
b. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung
pemecahan masalah penelitian
c. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan
sementara (Hipotesis).
d. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian
e. Suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang
bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan
jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena
atau gejala di dalam kehidupan manusia.
f. Bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan
perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan
akan memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai

20
pencipta teoriteori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori
yang sudah ada.
g. Dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang
aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang
relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan
masalah bagi kehidupan manusia.
3. KEGUNAAN ATAU FUNGSI RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau
dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu
menjadi ada dan dapat dilakukan.
b. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian.
Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai dilapangan.
c. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang
perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena
melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang
bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan
bagi kegiatan penelitiannya.
d. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti
menjadi mudah dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi
dan sampel penelitian.

21
4. VARIASI PENEMPATAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati
beberapa variasi, antara lain:
a. Ada yang menempatkannya di bagian sistematika peneliti
b. Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau bersama-sama dengan
latar belakang penelitian.
c. Ada pula yang menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak
terlalu penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang
bersangkutan, karena yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari
kegiatan penelitiannya. Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
siapapun, hendaknya memiliki sifat yang konsisten dengan judul dan
perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang didapat dari suatu kegiatan
penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan permasalahan
penelitian yang telah dirumuskan.
5. BENTUK-BENTUK PERMASLAHAN PENELITIAN
Apabila dilihat dari Bentuknya, maka Masalah Penelitian terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu:
a. Permasalahan Deskriftif
Permasalahan Deskriftif adalah suatu permasalahan yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable mandiri, baik satu
variable atau lebih. Jadi tidak bersifat membandingkan dan mencari
hubungan. contoh: Seberapa tinggi efektifitas penyuluhan terhadap
peningkatan pengetahuan responden?
b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan Komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang
bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau

22
lebih sample yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan kualitas
pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dan lengan kiri ?
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan Asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat
hubungan antara dua variablel atau lebih, yang terdiri atas:
a) Hubungan Simetris, adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan munculnya bersama, bukan hubungan kausal maupun
interaktif. Contoh: Adakah hubungan antara kebiasaan olah raga
dengan prestasi ujian?
b) Hubungan Kausal, adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Contoh: Adakah pengaruh Placebo terhadap penurunan nyeri Arthritis
pada lansia?
c) Hubungan Interaktif/ Resiprocal/ Timbal balik, adalah hubungan yang
saling mempengaruhi. Contoh: Adakah hubungan antara motivasi
dengan prestasi dalam pembelajaran?

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah setiap karakteristik, jumlah, atau kuantitas yang dapat diukur
atau dihitung. Variabel juga bisa disebut item data. Usia, jenis kelamin,
pendapatan dan pengeluaran bisnis, negara kelahiran, belanja modal, nilai kelas,
warna mata dan jenis kendaraan adalah contoh variabel. Disebut variabel karena
nilainya dapat bervariasi antar unit data dalam suatu populasi, dan dapat berubah
nilainya dari waktu ke waktu. Sedangkan Variabel Penelitian adalah atribut atau
obyek yang memiliki variasi antara satu sama lainnya.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah
bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel.
Sehingga variabel adalah fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk

23
diobservasi atau diukur. Variabel penelitian adalah konsep yang memiliki variasi
nilai.
Definisi di atas mengandung makna bahwa sesuatu atau konsep dapat disebut
variabel jika konsep tersebut memiliki variabilitas atau dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis atau kategori
1. Pengertian Variabel Menurut Para Ahli
a. Menurut Suharsimi Arikunto (1998), pengertian variabel penelitian
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik
perhatian suatu penelitian.

b. Menurut Sugiyono (2009), pengertian variabel adalah segala sesuatu yang


berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.

c. Menurut Kerlinger (2006), pengertian variabel adalah konstruk atau sifat


yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Variabel
adalah simbol atau lambang yang padanya kita letakkan sembarang nilai
atau bilangan.

2. KLASIFIKASI VARIABEL PENELITIAN


Variabel dapat diklasifikasikan berdasarkan antara lain:
a. skala pengukurannya,
b. konteks hubungannya, dan
c. dapat tidaknya variabel dimanipulasi.
3. MACAM VARIABEL BERDASARKAN SKALA PENGUKURANNYA

a. Variabel Nominal
Variabel nominal adalah variabel dengan skala paling sederhana
karena fungsinya hanya untuk membedakan atau memberi label suatu subjek

24
atau kategori. Contoh variabel nominal: jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan).
Variabel nominal merupakan variabel dengan derajat paling rendah.
Variabel ini mempunyai ciri-ciri yaitu tidak bisa dilakukan operasi matematis
sebab bentuk datanya adalah kualitatif. Sesuai contoh diatas misalnya jenis
kelamin. Tidak bisa dilakukan operasi matematis misalnya laki-laki ditambah
perempuan menjadi sesuatu.
Beda halnya dengan data interval atau rasio yang dapat dilakukan
operasi matematis misalnya berat badan 50 Kg ditambah 10 Kg = 60 Kg.
Selain itu, variabel nominal ini berbeda dengan variabel ordinal atau
bertingkat. Jadi tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih baik ata
lebih buruk dan lain sebagainya yang menunjukkan perbedaan tingkat. Seperti
contoh diatas misalnya, jeis kelamin laki-laki belum tentu lebih baik dari pada
jenis kelamin perempuan.
b. Variabel Ordinal
Variabel ordinal adalah variabel yang dibedakan menjadi beberapa
secara bertingkat. Contoh variabel ordinal adalah: status sosial ekonomi
rendah, sedang, tinggi.
Variabel ordinal ini sifatnya hampir sama dengan variabel nominal,
hanya saja perbedaannya yaitu disini bertingkat. Artinya ada yang lebih baik
atau buruk. Misalnya status sosial ekonomi tinggi adalah lebih baik dari pada
status sosial ekonomi sedang. Dan ekonomi sedang lebih baik dari pada
ekonomi rendah, begitu pula sebaliknya. Variabel ordinal berbeda dengan
variabel interval atau rasio, dimana disini juga tidak dapat dilakukan operasi
matematis.

c. Variabel Interval
Variabel interval adalah variabel yang selain dimaksudkan untuk
membedakan, mempunyai tingkatan, juga mempunyai jarak yang pasti atau

25
satu kategori dengan kategori lainnya, contoh prestasi belajar atau motivasi
belajar: 5, 6, 7, 8, dst.
Dengan adanya jarak pasti tersebut, ciri-ciri data interval ini adalah
dapat dilakukan operasi matematis. Misalnya kadar hemoglobin darah 8
mmHg ditambah 2 mmHg menjadi 10 mmHg. Tentunya hal ini yang
membedakan dengan data nominal dan ordinal.

d. Variabel Rasio.
Variabel rasio merupakan variabel selain bersifat membedakan,
mempunyai tingkatan yang jaraknya pasti, dan setiap nilai kategori diukur
dari titik yang sama, contoh variabel rasio adalah: berat badan, tinggi badan,
dst.
Variabel rasio ini sebenarnya sama dengan variabel interval, namun
mempunyai perbedaan yaitu dalam variabel rasio ada nilai 0 absolut yang
artinya diukur dari titik awal atau titik mula yang sama. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa variabel rasio merupakan variabel dengan derajat
tertinggi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan urutan derajat
variabel dari yang terendah ke yang tertinggi adalah sebagai berikut: Nominal,
Ordinal, Interval kemudian Rasio.
Berdasarkan penjelasan diatas tadi kita telah menyebutkan bahwa
variabel interval dan rasio merupakan sama-sama variabel kuantitatif atau
numerik. Terkait dengan data kuantitatif dapat pula dibedakan berdasarkan
cara perolehannya.

4. VARIABEL NUMERIK BERDASARKAN PEROLEHANNYA


Variabel numerik berdasarkan perolehannya ada 2 macam yaitu variabel
kontinyu dan variabel diskrit.
a. Variabel Kontinyu

26
Variabel Kontinyu adalah variabel numerik yang cara perolehannya
dari menghitung. Misalnya nilai ulangan Bahasa Indonesia.
b. Variabel Diskrit
Variabel Diskrit adalah variabel numerik yang cara perolehannya dari
mengukur. Misalnya Suhu Badan. Dalam hal ini mendapatkan nilai suhu bada
maka harus melakukan pengukuran misalny (Hidayat, 12)a menggunakan alat
termometer.
5. VARIABEL PENELITIAN BERDASARKAN KONTEKS
HUBUNGANNYA
Variabel dalam suatu penelitian jumlahnya bisa lebih dari satu. Variabel-
variabel tersebut saling berhubungan dan jika ditinjau dari konteks
hubungannya ini, maka jenis variable dapat dibedakan menjadi variabel antara
lain:
a. Variabel bebas atau indpendent variabel
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi
variabel lainnya, yaitu variable terikat.
Contoh variabel bebas adalah misalnya dalam penelitian yang
berjudul: Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam
hal ini, motivasi belajar diduga mempengaruhi prestasi belajar. Maka
motivasi belajar sebagai variabel bebas. Dikatakan bebas sebab
nilanya dapat berubah-ubah dan setiap perubahan itu mempengaruhi
nilai variabel terikat.
b. Variabel terikat atau dependent variable
Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung
dari nilai (Salmaa, 2021)vaiabel lainnya.
Contoh variabel terikat adalah misalnya seperti yang dijelaskan
dalam poin pertama diatas, yaitu dalam penelitian yang berjudul:
Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Siswa. Dalam hal ini,
prestasi belajar diduga dipengaruhi oleh motivasi belajar. Maka
27
prestasi belajar sebagai variabel terikat. Dikatakan terikat karena
nilainya tergantung kepada variabel bebas yaitu motivasi belajar.
c. Variabel moderator atau variable intervening
Variabel moderator merupakan variable yang juga
mempengaruhi variabel terikat, namun dalam penelitian pengaruhnya
tidak diutamakan. Variabel interveining disebut juga variabel
perantara, sebab keberadaannya dapat mempengaruhi hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat.
Contoh variabel interveining adalah misalnya dalam penelitian
yang berjudul pengaruh IQ terhadap nilai matematika melalui
frekuensi belajar. Konsep dari judul tersebut, diduga IQ
mempengaruhi nilai matematika siswa namun harus melalui frekuensi
belajar. Sebab meskipun IQ tinggi tetapi tidak belajar maka nilai ujian
matematika juga akan diduga rendah.
d. Variabel perancu (confounding variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan
variabel bebas dan variabel terikat, tetapi bukan variable antara.
e. Variabel kendali
Variabel kendali merupakan variabel yang juga mempengaruhi
variabel terikat, tetapi dalam penelitian keberadaannya dijadikan
netral.
f. Variabel rambang
Variabel rambang merupakan variabel yang juga ikut
mempengaruhi variabel terikat namun pengaruhnya tidak begitu
berarti, sehingga keberadaan variabel ini dalam penelitian diabaikan.

D. DEFINISI OPERASIONAL
Berikut pengertian dari beberapa ahli.
1) Sutama

28
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi
variabel. Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian
apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau
pengujian hipotesis (2016:52).
2) Sugiyono
Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap
tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep
untuk menguji kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan
item-item yang dituangkan dalam instrumen penelitian (dalam Sugiarto,
2016:38).

29
3) Nurcahyo & Khasanah
Definisi operasional variabel penelitian yaitu sebuah definisi
berdasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apapun yang
didefinisikan atau mengubah konsep dengan kata-kata yang menguraikan
perilaku yang dapat diamati dan dapat diuji serta ditentukan kebenarannya
oleh seseorang (2016:5).
4) Yunanto
Definisi operasional adalah definisi yang rumusannya didasarkan pada
sifat-sifat atau hal-hal yang dapat diamati. Definisi operasional ini adalah
definisi yang rumusannya menggunakan kata-kata yang operasional, sehingga
variabel dapat diukur.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa
suatu definisi yang berdasarkan karakteristik mengenai hal yang dapat
diobservasi, sehingga dapat menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh
peneliti dalam menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan.
Definisi operasional sendiri dapat menentukan, menilai, atau
mengukur suatu variabel yang akan digunakan untuk penelitian. Selain itu,
hal tersebut juga dapat menjadi panduan bagi peneliti untuk mengukur,
menentukan, atau menilai suatu variabel tersebut dengan cara merumuskan
kata-kata yang bersifat operasional.
1. Tujuan dan Manfaat Definisi Operasional
Tujuan dan manfaat definisi operasional dinukil
dari penelitianilmiah.com adalah sebagai berikut. Secara umum, tujuan definisi
operasional ada beberapa poin. Tujuan definisi operasional seperti di bawah
ini.

a. Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk


mengukur variabel

30
b. Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk
istilah/variabel yang jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional,
maka dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda
c. Membuat pengumpulan data serta analisis lebih fokus dan efisien
d. Memandu jenis data informasi apa yang dicari oleh peneliti.

31
2. Manfaat Definisi Operasional
Manfaat dari penggunaannya pada perumusan penelitian kuantitatif
adalah seperti berikut.

a. Memudahkan menetapkan aturan dan prosedur dalam mengukur


variabel
b. Memudahkan pemahaman mengenai variabel-variabel yang diteliti
c. Dapat menghemat waktu dalam analisis data
d. Memudahkan penafsiran variabel-variabel yang digunakan.

3. Jenis Definisi Variabel


Sutama (2016:51) memaparkan bahwa dalam penelitian kuantitatif, setiap
variabel harus didefinisikan secara operasional dan dikategorisasikan, diukur,
dan dimanipulasi. Semuanya akan membantu dalam memudahkan proyek
penelitian jika variabel tersebut dinyatakan secara tertulis.
Ada tiga (3) definisi dalam kuantitatif, yaitu definisi konstitutif,
konseptual, dan operasional. Namun, secara umum yang sering digunakan
adalah dimensi konseptual dan operasional. Penjelasannya adalah sebagai
berikut.
a. Definisi Konstitutif (Constitutive definition)
Definisi konstitutif adalah mendefinisikan istilah dengan
menggunakan istilah yang lain. Contohnya adalah kegelisahan bisa
diartikan sebagai “ketakutan yang samar-samar”, atau bisa juga intelegensi
diartikan sebagai “ketajaman mental” dan “kemampuan dalam berpikir
abstrak”. Dalam hal ini kebanyakan definisi belum mencukupi bagi para
peneliti.
b. Definisi Konseptual (Conseptual definition)
Definisi konseptual adalah ungkapan-ungkapan konseptual untuk
menggantikan ungkapan yang didefinisikan. Batasan pada definisi

32
konseptual ini adalah pada penggunaan kata-kata lain, namun maknanya
sama. Contohnya adalah kecerdasan. Kecerdasan adalah intelek yang
bekerja, sedangkan kecerdasan mental adalah kemampuan untuk berpikir
abstrak.
c. Definisi Operasional (Operational definition)
Definisi operasional adalah definisi yang memberikan pernyataan
pada peneliti untuk apa saja yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan
atau menguji hipotesis penelitian, khususnya pada penelitian kuantitatif.
Contohnya adalah bobot didefinisikan sebagai berat suatu benda.
Kecemasan didefinisikan sebagai rasa takut yang subjektif. Selain itu, ada
2 jenis definisi operasional, yaitu terukur dan eksperimen.

a. Terukur, merupakan cara pengukuran suatu variabel


b. Eksperimen, rincian hal-hal yang dilakukan peneliti dalam
memanipulasi suatu variabel.
4. Cara Menyusun Definisi Operasional
a. Mengidentifikasi karakteristik
Hal pertama yang diperhatikan adalah pentingnya mengidentifikasi
karakteristik atau jenis masalah yang akan diukur.
b. Menentukan alat/instrumen pengukur
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah menentukan alat ukur, yaitu
timbangan, jam, dan sebagainya. Pada pengamatan visual diperlukan
penglihatan normal atau membutuhkan alat seperti kaca pembesar untuk
memudahkan pengamatan.
c. Penjelasan Metode pengujian
Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah menjelaskan metode pengujian
yang akan digunakan. Metode pengujian adalah prosedur paling baru dalam
menentukan atau aktivitas pengukuran.
d. Menyebutkan kriteria keputusan

33
Hal keempat yang perlu diperhatikan adalah merinci atau menyebutkan apa
saja kriteria yang digunakan untuk mengambil simpulan dari pengujian
tersebut.
e. Mendokumentasikan definisi operasional
Hal kelima yang perlu diperhatikan adalah mendokumentasikan dan
menstandarisasi hal tersebut. Definisi harus diikutsertakan dalam materi
dan lembar prosedur dan hasil langkah 1 sampai dengan 4 harus
dimasukkan dalam satu dokumen.

34
f. Menguji definisi operasional
Hal keenam yang perlu diperhatikan adalah menguji definisi operasional
tersebut sebelum mengaplikasikannya dalam pengujian. Menguji hal itu
sebelum mengaplikasikannya karena hal tersebut harus membuat tugas yang
akan dilakukan menjadi lebih jelas dan mudah. Cara yang terbaik dalam
mengujinya adalah dengan meminta seseorang yang berbeda untuk
mengamatinya, sehingga hasilnya dapat didapatkan secara jelas, apakah ada
kesamaan atau tidak, konsisten atau tidak.

E. POPULASI DAN SAMPEL


1. Pengertian Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek/obyek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini
merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X
juga mempunyai karakteristik orangorangnya, misalnya motivasi kerjanya,
disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga
mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja,
tata ruang kelas, lulsan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti
populasi dalam arti karakteristik.
Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
memiliki berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya,disiplin pribadi,
hobi,cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain.

35
2. Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu dan
tenaga. Makan peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya

36
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Probability sampling meliputi sample random,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area
random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling
kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk di pilih menjadi anggota sampel. Berikut dijelaskan teknik
probability sampling.
1) Simple Random Sampling
Dikatakan simple ( sederhana ) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogeny.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini dilakukan bila populasi mempunyai anggota/unsur
yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional, contoh: suatu
organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan
yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S1 = 45 , S2 = 30, STM = 800 ,ST = 900, SMEA =
400 , SD = 300 . Jumlah sampel yang harus di ambil meliputi strata
pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel di
berikan setelah bagian ini teknik proportionate stratified random
sampling dapat di gambarkan seperti gambar berikut ini.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
37
Teknik ini di gunakan untuk menentukan jumlah sampel bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari
unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, sebanyak 4 orang
lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka tiga
orang lulusan S3 dan 4 orang lulusan S2, itu di ambil semuanya
sebagai sampel karena kedua kelompok ini terlalu kecil bila di
bandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
4) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel
bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, missal
penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan sampelnya
akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-
propinsidi Indonesia berstrata (tidak sama) maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Propinsi di
Indonesia ada yang penduduknya padat semacam ini perlu
diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu
dapat diterapkan. Teknik sampling daerah ini sering digunakan
melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan
tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu
secara sampling juga .
b. Non-Probability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk di pilih menjadi sampel. Teknik sampel ini dijelaskan berikut
ini.
38
1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut
. misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu nomor urut, yaitu nomor urut 1 sampai dengan nomor
ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel
adalah nomor urut 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2) Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempuntai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
di inginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin
Mendirikan Bangunan, jumlah sampel yang di tentukan 500 orang,
kalau pengumpulan data belum di dasarkan pada 500 orang tersebut,
maka penelitian di pandang belum selesai, karena belum memenuhi
kuota yang di tentukan.
3) Sampling Insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau
insidental bertemu dengan peneliti dapat di gunakan sebagai
sampel,bila di pandang orang yang kebetulan di temui itu cocok
sebagai sumber data. Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan
pada pelayanan toko A,sampel di tentukan berdasarkan ciri-ciri usia di
atas 15 tahun dan baru pernah ke toko A,maka siapa saja yang
kebetulan bertemu di depan toko A dengan peneliti (yang berusia di
atas 15 tahun) akan di jadikan sampel.
4) Sampling Purposive

39
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu,misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan,maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan,sampel ini lebih cocok di gunakan untuk penelitian
kualitatif,atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
5) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi di gunakan sebagai sampel,hal ini sering di lakukan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil,
istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi di jadikan sampel. Misalnya akan di lakukan penelitian
tentang kinerja guru di SMA XY surabaya,karena jumlah guru hanya
35 maka seluruh guru di jadikan sampel penelitian.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil,kemudian membesar. Ibarat bola salju
yang menggelindingg yang lama-lama besar. Dalam penentuan
sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang tetapi karena dengan
dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,
maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat
melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu
seterusnya,sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian
kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball.
Teknik pengambilan snowball sampling disajikan pada gambar berikut
ini.
4. Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin besar
jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin
40
kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin
besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung pada tingkat
ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang
dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia.
Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan, dan sebaliknya makin kecil kesalahan maka akan semakin besar
jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai data.

F. KUESIONER
1. Pengertian Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada seorang
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab oleh
responden. Jawaban yang diberikan bisa bersifat tertutup dimana alternatif
jawaban telah disediakan oleh peneliti,dan ada juga jawaban terbuka dimana
responden bebas menuliskan jawabannya tanpa adanya paksaan maupun
jawaban yang berasal dari kombinasi keduanya yang merupakan campuran
dari jawaban tertutup dan terbuka dapat diberikan secara langsung kepada
responden atau dikirimkan melalui pos atau internet. Biasanya saat ini
kebanyakan menggunakan internet untuk menyebarkan kuesioner dengan
memanfaatkan Google Form.
2. Sifat Sifat Kuesioner
Kuesioner memiliki 2 (dua) sifat saat akan ditujukan ke responden, yaitu sifat
tertutup dan sifat terbuka.
a. Kuesioner yang bersifat tertutup dibuat jika peneliti menganggap bahwa
peneliti telah menemukan berbagai alternatif jawaban yang tepat bagi
penelitiannya dengan kata lain peneliti hanya ingin mendapatkan jawaban
responden berdasarkan jawaban yang sudah disediakan saja dan bukan

41
berasal dari jawaban lainnya. Misalnya jawaban setuju atau tidak setuju,
ya atau tidak, suka atau tidak suka dan lain sebagainya.
b. Kuesioner yang bersifat terbuka disusun karena peneliti ingin mengetahui
pendapat responden secara langsung mengenai pertanyaan yang diajukan.
Misalnya bagaimana pendapat anda dengan perkembangan sistem
informasi pada saat ini?
3. Langkah Langkah Merancang Kuesioner
Langkah-langkah dalam mengembangkan dan merancang kuesioner :
a. Mendefinisikan Tujuan survei
b. Menentukan Grup Sampling
c. Menyusun Kuesioner
d. Penyelenggara Kuesioner
e. Interpretasi Hasil

Untuk penelitian kualitatif maka jenis pertanyaan yang digunakan adalah


pertanyaan-pertanyaan terbuka. Untuk penelitian kuantitatif lebih disarankan
menggunakan banyak pertanyaan-pertanyaan tertutup, atau bisa gabungan
terbuka dan tertutup
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner : ∙
a. Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap
keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat
mempengaruhi responden dalam menjawabnya.
b. Disarankan menggunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan
jangan terlalu panjang. Misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan
ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawab.
c. Penampilan dalam kuisioner walaupun tidak menunjang penelitian secara
langsung tetapi penting untuk diperhatikan agar bisa menarik minat
responden untuk menjawab pertanyaan di dalam kuisioner.

42
d. Penampilan kuisioner yang tertata rapi, dengan struktur pertanyaan yang
baik akan membuat responden mudah untuk menjawab.
e. Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, sebaiknya diujicobakan
lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Ini gunanya untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud.
G. PENDOMAN PENULISAN PROPOSAL
1. Pendahuluan
Proposal merupakan karya tulis yang harus dipersiapkan mahasiswa
sebagai syarat untuk memprogram skripsi dan merupakan bagian dari
perencanaan penyusunan skripsi. Proposal ini dikembangkan dari suatu
masalah yang akan diuji untuk mengetahui pemahaman mahasiswa akan latar
belakang permasalahan, kerangka konseptual dan cara pemecahannya secara
terukur dan teruji.
Proposal dimaksudkan agar mahasiswa dapat mempersiapkan
pelaksanaan penelitian secara sistematis, metodologis dan logis, sehingga
tugas penelitian dilaksanakan dengan benar dan dapat diselesaikan sesuai
dengan waktu yang dijadwalkan.
Pedoman ini dibuat agar diperoleh keseragaman, baik dalam
penyusunan maupun penulisan Proposal, dan berisi suatu pedoman, yang
memuat petunjuk umum penyusunan Proposal, tata cara penulisan, serta
contoh format yang diperlukan.
2. Ketentuan Proposal
a. Pengertian
Proposal merupakan cetak biru perencanaan skripsi yang mengungkapkan
pokok dan metodologi, serta alur pikiran yang digunakan untuk menyusun
skripsi. Proposal merupakan tahap awal untuk penyusunan skripsi dalam
rangka penyelesaian studi strata satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains (S.Si) atau Sarjana Teknik (S.T) atau Sarjana Komputer (S.Kom).
b. Tujuan
43
Tujuan penyusunan proposal adalah melatih kemampuan mahasiswa dalam
mengemukakan permasalahan dan pokok-pokok pikiran yang digunakan
untuk melakukan penelitian ilmiah dalam usaha memecahkan masalah
tersebut.

44
c. Prasyarat
Prasyarat bagi mahasiswa untuk dapat memprogram seminar Proposal adalah:
1) Memperoleh minimal 110 sks dengan IPK > 2,0;
2) Lulus mata kuliah metodologi penelitian;
3) Nilai D tidak boleh lebih besar dari 20%.
d. Waktu Pemrograman Seminar Proposal
Usulan seminar Proposal dapat diprogram pada semester gasal atau semester
genap.
e. Bobot SKS
Proposal memiliki bobot 2 sks
f. Obyek Penelitian
Obyek penelitian/obyek kajian dipilih oleh mahasiswa dengan ruang lingkup
sesuai dengan bidang minatnya. Untuk dapat memilih obyek penelitian,
mahasiswa dapat berkonsultasi dengan Ketua Program Studi/ Dosen Wali/
Ketua Kelompok Bidang Keahlian/ dosen yang sesuai dengan bidang minat.
g. Tata cara
Tatacara penyusunan Proposal dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:
1) Mahasiswa dapat menemui Ketua Program Studi/ Dosen Wali/ dosen
sesuai dengan minat masing-masing untuk berkonsultasi tentang topik
Proposal, yang digunakan untuk menyusun skripsi.
2) Mahasiswa dapat mengusulkan dua orang calon pembimbing kepada
Ketua Program Studi/ Departemen untuk dipertimbangkan dan
diusulkan sebagai dosen pembimbing yang sesuai dengan materi
proposal yang diusulkan.
3) Mahasiswa mengisi formulir-formulir yang memuat judul dan calon
dosen pembimbing yang disediakan oleh masing-masing Departemen.
4) Ketua Departemen menyampaikan usulan judul Proposal dan nama
dosen pembimbing kepada pimpinan fakultas untuk diterbitkan surat
keputusan.
45
h. Pembimbing Penyusunan
Proposal dibimbing oleh dua orang dosen, yaitu pembimbing I dan
pembimbing II, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Pembimbing I (Pembimbing utama) adalah dosen tetap pada program
studi yang bersangkutan sekurang-kurangnya memiliki jabatan Lektor
Kepala atau Lektor dengan tambahan gelar magister atau Asisten Ahli
dengan tambahan gelar doktor yang bertugas memimpin pembimbingan
mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, dengan kompetensi keilmuan
yang sinergi dengan materi proposal mahasiswa.
2) Pembimbing II (Pembimbing serta) bertugas membantu pembimbing
utama dalam hal membimbing mahasiswa menyelesaikan skripsi.
3) Pembimbing I dan II yang telah disetujui oleh Ketua Departemen,
selanjutnya diusulkan ke Fakultas sebagai pembimbing Proposal dan
skripsi atas nama mahasiswa tersebut.
4) Berdasarkan ketentuan lain yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
i. Tugas Pembimbing
Pembimbing Proposal mempunyai tugas: memberikan bimbingan dan arahan
kepada mahasiswa bimbingannya selama menyusun Proposal, menilai
Proposal pada forum seminar, dan memberikan pengesahan pada naskah
Proposal.
j. Waktu Penyusunan
Proposal disusun pada semester saat mata ajar proposal diprogram oleh
mahasiswa yang bersangkutan.
k. Masa Berlaku
Proposal Masa berlaku proposal adalah satu tahun akademik sejak ujian
proposal dinyatakan lulus. Jika dalam jangka waktu 1 tahun proposal tidak
selesai, mahasiswa diharuskan untuk ujian proposal lagi dengan materi
penelitian baru.
l. Kartu Konsultasi
46
Proposal disusun dengan bimbingan para dosen yang telah ditetapkan. Selama
proses pembimbingan, frekuensi temu muka antara dosen pembimbing dengan
mahasiswa dicatat pada kartu konsultasi yang dibawa oleh mahasiswa. Temu
muka dengan dosen pembimbing minimal lima (5) kali untuk setiap dosen
pembimbing.
m. Ujian Proposal
Proposal dapat diajukan ke forum ujian setelah disetujui oleh kedua
dosen pembimbing. Penilai ujian terdiri atas dua orang dosen pembimbing
dan satu orang dosen penilai lain yang ditunjuk oleh Ketua Program Studi.
Dalam ujian, mahasiswa diwajibkan mempresentasikan proposalnya
sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh Ketua Departemen atas usulan Ketua
Program Studi. Ujian dapat dihadiri oleh mahasiswa lain serta staf pengajar
yang berminat. Materi ujian ditekankan kepada logika dan sistematika
proposal, landasan teori dan metode empiris penelitian dan kelayakannya
sebagai skripsi, serta prosedur tahapan penyusunan skripsi.
Ujian proposal dilaksanakan pada semester yang bersangkutan, yang
waktunya ditentukan oleh departemen. Ujian proposal dilaksanakan selama
kurang lebih 60 menit dengan rincian: 15 menit pemaparan materi dan 45
menit tanya jawab oleh penguji. Apabila hasil ujian dinyatakan tidak
memenuhi syarat, dapat diadakan ujian ulang proposal. Ujian ulang proposal
dilaksanakan dalam kurun waktu paling lambat 2 minggu dan dalam forum
tertutup. Mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian segera menyerahkan naskah
proposal yang sudah disetujui oleh semua dosen penguji yang formatnya telah
ditetapkan.

47
n. Penilaian Proposal.
Nilai hasil ujian proposal dinyatakan sebagai berikut.
Skala Nilai Nilai Angka Nilai Huruf Keterangan
75,00-100 4,0 A memenuhi syarat
70,00-74,99 3,5 AB sebagai proposa
65,00-69,99 3,0 B
60,00-64,99 2,5 BC
55,00-59,99 2,0 C

40,00-54,99 1,0 D tidak memenuhi


0-39 E syarat dan harus
mengulang
Komponen penilaian meliputi kemampuan presentasi, penguasaan materi
penelitian, dan teknik penyajian ujian proposal.
2. Format Proposal
Naskah proposal terdiri atas bagian awal, bagian utama, dan bagian
akhir. Naskah proposal ditulis dengan huruf Times New Roman, ukuran 12,
dan spasi 1,5 di kertas HVS A4, 80 gram.
a. Bagian Awal
Bagian awal mencakup sampul depan (cover), lembar judul, lembar
pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
1) Sampul depan
Sampul depan memuat judul proposal, lambang Universitas Airlangga,
nama mahasiswa, nama fakultas tempat penyusunan proposal, serta tahun
penilaian proposal, dengan ketentuan sebagai berikut

48
a. Judul proposal harus memenuhi kriteria singkat, jelas, dan
menunjukkan masalah yang diteliti, serta tidak membuka peluang
penafsiran yang beragam. Di atas judul ditulis kata PROPOSAL
b. Lambang Universitas Airlangga dengan diameter 6 cm
c. Nama mahasiswa harus ditulis lengkap (tanpa nomor mahasiswa)
d. Nama fakultas mencakup nama program studi, departemen,
Fakultas, Universitas, yang disusun urut ke bawah;
e. Tahun yang dimaksud adalah tahun pelaksanaan penilaian
Proposal
f. Sampul depan Proposal harus terbuat dari kertas bufallo, berwarna
coklat muda, dengan ukuran sama dengan naskah Proposal (kertas
ukuran A-4).
g. Semua huruf pada sampul depan ditulis dengan huruf besar, Times
New Roman, ukuran 14, dan dicetak tebal.
2) Lembar judul
Lembar judul sama seperti sampul depan, namun menggunakan kertas
HVS ukuran A-4, warna putih. Contoh Sampul depan Proposal dapat
dilihat pada Lampiran 1.
3) Lembar pengesahan
Lembar pengesahan memuat tulisan LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL, judul Proposal, nama penyusun, nomor induk mahasiswa,
nama pembimbing, tanggal penilaian, kolom persetujuan untuk dosen
pembimbing I dan II, serta kolom pengesahan untuk Ketua Program Studi
dan Ketua Departemen. Contoh lembar pengesahan Proposal dapat dilihat
pada Lampiran 2 a dan 2 b.
4) Kata pengantar
Kata pengantar memuat uraian singkat mengenai maksud penyusunan
Proposal, dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang berjasa pada
keberhasilan penyusunan Proposal. Kata pengantar tidak memuat hal-hal
49
yang ilmiah. Di pojok kanan bawah paragraf kata pengantar ini ditulis
kata Surabaya (bulan, tahun) dan nama penyusun.
5) Daftar isi
Daftar isi memberi informasi secara menyeluruh mengenai isi Proposal,
mulai dari lembar judul hingga lampiran. Daftar isi dilengkapi dengan
nomor halaman untuk menemukan hal-hal yang diinformasikan. Contoh
Daftar Isi dapat dilihat pada Lampiran 3.
6) Daftar tabel
Daftar tabel memuat urutan tabel yang terdapat dalam naskah Proposal.
Urutan tabel dibuat dengan angka Arab dalam kaitan dengan urutan bab,
sub-bab dalam bagian utama. Setelah nomor tabel kemudian ditulis judul
tabel, dan halaman tabel dalam naskah proposal. Contoh Daftar Tabel
dapat dilihat pada Lampiran 12.
7) Daftar gambar
Daftar gambar memuat urutan gambar (grafik, diagram, peta, dan lain-
lain yang termasuk kategori gambar) yang terdapat dalam naskah
Proposal. Cara penulisan daftar gambar sama seperti daftar tabel. Contoh
daftar tabel dapat dilihat pada Lampiran 13.
8) Daftar lampiran
Daftar lampiran memuat urutan lampiran yang terdapat dalam naskah
Proposal. Setelah nomor urut lampiran kemudian ditulis lampiran. Daftar
Lampiran tidak mencantumkan nomor halaman. Contoh daftar Lampiran
dapat dilihat pada Lampiran.
b. Bagian Utama
Bagian utama memuat:
H. PENDAHULUAN
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PENELITIAN

50
1) Pendahuluan
Pendahuluan memuat: latar belakang permasalahan, rumusan masalah,
hipotesis (bila ada), tujuan, dan manfaat penelitian.
2) Latar belakang permasalahan memuat alasan-alasan penting dan perlunya
meneliti masalah. Pada latar belakang permasalahan juga dijelaskan
kedudukan masalah yang diteliti dalam lingkup permasalahan yang lebih luas.
3) Rumusan masalah memuat pernyataan singkat tentang masalah yang diteliti,
batasan masalah yang diteliti, yang dapat disusun dalam kalimat pertanyaan.
4) Hipotesis (bila ada) memuat pernyataan singkat sebagai jawaban sementara
terhadap masalah yang dihadapi yang masih harus dibuktikan kebenarannya.
5) Tujuan penelitian memuat sasaran yang akan diperoleh dalam penelitian.
6) Manfaat penelitian memuat manfaat yang akan diperoleh dari penelitian, baik
untuk pengembangan ilmu, teknologi, metodologi, atau pembangunan
nasional
7) Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian mengenai landasan teori dan landasan
empiris yang mendukung pendekatan pemecahan masalah. Tingkat kedalaman
dan keluasan aspek-aspek yang diteliti, tergantung pada ketajaman analisis
permasalahan. Selain teori, hasil-hasil penelitian lain yang relevan, dapat juga
disajikan dengan menyebutkan sumber referensinya.
8) Metode penelitian
Metode penelitian memuat tempat dan waktu penelitian, bahan dan alat
penelitian, jenis dan variabel penelitian, cara kerja atau cara pengumpulan
data, dan cara analisis data.
b. Tempat dan waktu, memuat tempat pelaksanaan penelitian, baik
penelitian yang dilaksanakan di laboratorium atau di lapangan (dijelaskan
wilayah administratifnya). Kalau perlu diberi deskripsi singkat mengenai
lokasi penelitian beserta petanya. Waktu artinya waktu pelaksanaan
penelitian.
51
c. Bahan dan alat, memuat uraian bahan dan alat yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian. Misalnya, bahan: kimia, hayati, atau bahan-bahan
lain yang digunakan, dapat pula dijelaskan spesifikasinya. Demikian juga
alat yang digunakan dapat dijelaskan tingkat kehandalan, kesahihan, dan
ketelitiannya. Untuk penelitian yang menggunakan hewan, tumbuhan, dan
mikroba harus disertai nama ilmiahnya.
d. Cara kerja, memuat uraian rinci mengenai urutan pelaksanaan
penelitian, mulai dari persiapan hingga pengujiannya, termasuk prosedur
analisis kimia, fisika, dan hayati. Untuk penelitan eksperimental dapat
dikemukakan jenis rancangan percobaan, jumlah perlakuan, dan
replikasinya. Variabel penelitian memuat variabel/parameter yang
diamati dan diukur, termasuk variabel yang dikendalikan. Di samping
jenis-jenis data penelitian (nominal, ordinal, interval dan rasio) dapat
pula dijelaskan satuan pengukurannya.
e. Cara analisis data memuat cara-cara pendekatan pengujian hipotesis
(jika ada), baik melalui analisis statistik deskriptif, inferensi, atau cara
analisis lainnya.
f. Untuk proposal yang tidak dapat menggunakan aturan tersebut di atas,
maka diatur oleh program studi masing-masing.
c. Bagian Akhir
Bagian akhir memuat jadwal pelaksanaan penelitian, anggaran, daftar pustaka,
dan lampiran.
1) Jadwal pelaksanaan penelitian memuat perkiraan lamanya persiapan dan
pelaksanaan penelitian dalam penyusunan skripsi.
2) Daftar pustaka Daftar pustaka, disusun secara vertikal menurut urutan
abjad dan secara horizontal seperti pada contoh lampiran
3) Lampiran Lampiran-lampiran diberi nomor dengan angka Arab, tanpa
nomor halaman

52
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan dan hasil penelitian selalu dimintapertanggunaawaban metodologi,
sebagai upaya meyakinkan kebenaran secara ilmiah kesimpulan hasil penelitian.
Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian menjadi
tolak ukur penting, terutama menyangkut penetapan populasi dan sampel
penelitian, penentuan metode penelitian maupun metode pengukuran penelitian.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono,
2005)..
Masalah Penelitian Kesehatan adalah “Segala bentuk pertanyaan yang perlu
dicari jawabannya, atau segala bentuk rintangan dan hambatan atau kesulitan
yang muncul”.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian.
Variabel adalah setiap karakteristik, jumlah, atau kuantitas yang dapat diukur
atau dihitung.
Definisi operasional yaitu pemberian atau penetapan makna bagi suatu
variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan atau operasi yang
dibutuhkan untuk mengukur, mengkategorisasi, atau memanipulasi variabel.
Definisi operasional mengatakan pada pembaca laporan penelitian apa yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau pengujian hipotesis (2016:52).
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan pada seorang
responden untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam

53
kuesioner terdapat pertanyaan, pernyataan dan isian yang harus dijawab oleh
responden.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat saya susun. Saya sadar makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
saya harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Saya minta maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan dan isi makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ig. Dodiet Aditya Setyawan, S. M. (2014). MASALAH PENELITIAN. Surakarta:


Politeknik Kesehatan KEMENKES Surakarta.
Hidayat, A. (12). Variabel penelitian .
(Prof. Win Darmanto, 2015)
Ani Yoraeni, S. M. (2019). METODE PENELITIAN. JAKARTA: SEKOLAH
TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER NUSA.
Dr. Muhammad Muhyi, M. (2018). METODOLOGI PENELITIAN F K I P - U N I P
A S u r a b a y a. SURABAYA: Adi Buana University Press.
Hidayat, A. (12). Variabel penelitian .
Prof. Win Darmanto, M. P. (2015). PEDOMAN PENULISAN. Surabaya:
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
Salmaa. (2021, agustus). Definisi Operasional.
Creswell, John. 2009. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

55
56

Anda mungkin juga menyukai