Kegiatan Belajar 2 :
1. Latar Belakang tujuan Kesamaptaan
Menurut asal katanya kesamaptaan berasal dari
kata “Samapta”, yang berarti siap siaga,
kesamaptaan dapat diartikan kesiapsiagaan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimaknai
bahwa kesamaptaan merupakan suatu keadaan siap
siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara
fisik, mental, maupun sosial. dalam menghadapi
situasi kerja yang beragam. Istilah lainnya adalah
siap siaga dalam segala kondisi
(Sujarwo,2011).Kegiatan samapta menjadi
kebutuhan sebagian besar institusi pemerintah bagi
para pegawainya termasuk pada Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Tujuan
kesamaptaan bagi para guru sebagai bahagian dari
pegawai kemdikbud adalah untuk membentuk fisik
dan mental agar menjadi pegawai yang siap
menghadapi tantangan institusi ke depan dan juga
meningkatkan kebugaran dari para pegawai.
Kegiatan samapta memberikan berbagai manfaat
bagi para peserta atau sering disebut sebagai serdik
(peserta didik).
2. Kesamaptaan Jasmani dan Mental
Kesamaptaan Jasmani adalah kegiatan atau
kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas
atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
Komponen penting dalam kesamaptaan jasmani
yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki
untuk dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu
baik ringan atau berat secara fisik dengan baik
dengan menghindari efek cedera dan atau
mengalami kelelahan yang berlebihan (Ancok dkk,
2017).
Kesamaptaan Mental adalah kesiapsiagaan
seseorang dengan memahami kondisi mental,
perkembangan mental, dan proses menyesuaikan
diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya
sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan
lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan
masyarakat (Ancok, 2017).
3. Modal Insani Pendukung Kesamaptaan dalam
Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis
Modal Insani untuk mendukung kesamaptaan
terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan
strategis diantaranya yaitu; modal intelektual,
modal emosional, modal sosial, modal ketabahan,
modal etika/moral, dan modal fisik/biologis.
4. Prinsip Dasar Kepemimpinan Yang Efektif
adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain
dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam
bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah
disepakati bersama. Kepemimpinan akan berjalan
secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh
seorang pemimpin. Pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain atau kelompok, tanpa
mengindahkan bentuk alasannya.Pemimpin adalah
individu yang memimpin, sementara kepemimpinan
merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
pemimpin.
Kegiatan Belajar 3 :
1. Kompetensi Sosial Guru PPKn
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Slameto
mengemukakan bahwa kompetensi sosial berkaitan
dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik, dan
masyarakat sekitar (Slameto, 2003). Menurut Uno
(2008) dalam mengembangkan kompetensi
sosialnya, seorang guru harus mampu berinteraksi
secara baik dengan peserta didiknya maupun
dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan
dengan masyarakat luas. Kompetensi sosial
merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru agar proses belajar mengajar berjalan
dengan baik. Kompetensi sosial dapat dilihat dalam
berkomunikasi secara efektif. Guru sebagai
inspirator dan motivator dalam proses pembelajaran
mempunyai peran penting dalam melakukan
komunikasi yang efektif. Berkomunikasi akan
dianggap efektif bila guru dapat memahami
karakteristik sosial dan lingkungannya. Selain itu
sikap empatik dan santun menjadi hal yang paling
penting dalam berkomunikasi. Sikap dan perilaku
serta tutur bahasa akan menentukan suasana
komunikasi. Seorang guru akan dikatakan
profesional apabila ia memiliki citra di masyarakat.
Ia banyak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Masyarakat yang dimaksud adalah
masyarakat pendidik (masyarakat yang berada
dengan dunia pendidikan/persekolahan) maupun
masyarakat pada umumnya.
2. Kerjasama dan Komunikasi dalam Masyarakat,
Profesi dan Lingkungan
Kerjasama merupakan hal yang penting bagi
kehidupan manusia, karena dengan kerjasama
manusia dapat melangsungkan kehidupannya.
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi
sosial. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan
kerjasama dapat berjalan dengan baik dan
mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua
orang atau lebih tersebut yaitu (Nata, 2016):
a. Saling terbuka, dalam sebuah tatanan
kerjasama yang baik harus ada komunikasi yang
komunikatif antara dua orang yang berkerjasama
atau lebih.
b. Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang
atau lebih bekerjasama untuk mencapai suatu
tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah
satu yang melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapkan.
Kegiatan Belajar 4 :
1. Pengertian Umum Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa
Secara umum, budaya diartikan sebagai keseluruhan
sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan
(belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah
hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan
lingkungan alamnya. Sementara itu, makna karakter
sendiri adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri
atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada
orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter
bangsa. Untuk mendalami tentang pengertian karakter
yang lebih dalam, berikut ini ada beberapa pengertian
karakter menurut para ahli:
a. Menurut Maxwell (2001): “Pengertian karakter
sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan dengan
sekedar perkataan. Lebih dari hal tersebut,
karakter merupakan pilihan yang dapat
menentukan sebuah tingkat kesuksesan dari
seseorang”.
b. Menurut Wyne (1991): “Pengertian karakter
menandai bagaimana teknis maupun cara yang
digunakan dalam memfokuskan penerapan dari
nilai-nilai kebaikan ke dalam sebuah tingkah laku
maupun tindakan”.
2. Landasan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa Sebagai Sumber Belajar PPKn Sebagai
landasan penting dalam pembelajaran PPKn, budaya
dan karakter bangsa merupakan bagian strategis dalam
pengembangan materi pembelajaran. Dasar utama
pemanfaatan budaya dan karakter bangsa sebagai
sumber belajar secara historis terlihat pada nilai-nilai
patriotisme dan semangat kebangsaan yang menjadi
legacy dari para pendiri bangsa Indonesia. Secara
filosofis, nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
Indonesia merupakan nilai sakral yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang teraktualisasi ke dalam
filosofis nilai ideologi kebangsaan seperti Pancasila,
UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika. Sementara
pendidikan memegang peranan dan kunci penting
sebagai dasar dan landasan pengembangan dan
pemanfaatan budaya dan karakter bangsa.
3. Fungsi, Tujuan dan Nilai Utama Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa
Berdasarkan kebijakan nasional pembangunan
karakter bangsa, nilai-nilai pendidikan karakter
memiliki tiga fungsi, yaitu (Narwanti, 2011):
a. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi;
Pembangunan karakter bangsa berfungsi
membentuk dan mengembangkan potensi manusia
dan warga negara Indonesia agar berpikiran baik,
dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup
pancasila.
b. Fungsi perbaikan dan penguatan; Pembangunan
karakter bangsa berfungsi memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat dan pemerintah ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negara dan pembangunan bangsa menuju
bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.
c. Fungsi penyaring; Pembangunan karakter bangsa
berfungsi memilah budaya sendiri dan menyaring
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat.
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa
sendiri adalah:
a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif
peserta didik sebagai manusia dan warga negara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa
b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku
peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik
menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah
sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
(dignity).
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. Memiliki Kesiapan Fisik dan Psikis,
modul ini dengaKecerdasan emosional dan spiritual serta
intelegensia.
2. Partisipasi dan keikutsertaan setiap dan seluruh
warga negara merupakan keharusan eksistensial
dan konstitusional yang tidak bisa ditawartawar
lagi
3. Rendahnya kendali informasi bagi konsumsi
masyarakat, transisi, atau sedang dalam proses
modernisasi
4. Ancaman faktual dan ancaman potensial. Ancaman
faktual adalah eskalasi tertinggi berupa ancaman itu
sendiri atau ancaman yang telah mewujud secara
nyata, sementara itu ancaman potensial
mengandung eskalasi ancaman pada pada tingkat
yang lebih rendah yang secara berurutan dari
eskalasi tertinggi hingga terendah meliputi
gangguan, hambatan, tantangan dan kesemuanya
secara bersama dikenal sebagai AGHT.
5. Sementara implementasi menghadapi ancaman
non-militer dilakukan melalui spektrum lunak,
yang dapat dilakukan dalam profesi masing-masing
warga negara.
6. Dewasa ini Indonesia masih menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) baik dari
dalam maupun luar negara.\
7. Ruang lingkup bahasan modal insani ini dibatasi pada
ruang lingkup perubahan strategis yaitu: family,
community/ culture, society, dan global.
8. Quitter, camper, climbery, ntegrity, Responsibility,
Compassionate, dan Forgivenes.
9. Secara terminologis, makna karakter sebagaimana
dikemukakan oleh Thomas Lickona: A reliable inner
disposition to respond to situations in a morally good
way”. Selanjutnya dia menambahkan, “Character so
conceived has three interrelated parts: moral
knowing, moral feeling, and moral behavior”.
Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good
character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan,
lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap
kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan
kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada
serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap
(attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku
(behaviors) dan keterampilan (skills) (Lickona 1991).
Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan
konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral
felling), dan perilaku moral (moral behavior)
(Zubaedi, 2011). Berdasarkan ketiga komponen ini
dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung
oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk
berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Berkaitan dengan hal ini dia juga mengemukakan:
Character education is the deliberate effort to help
people understand, care about, and act upon core
ethical values” (Pendidikan karakter adalah usaha
sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami,
peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika
inti). Bahkan dalam buku Character Matters dia
menyebutkan: Character education is the deliberate
effort to cultivate virtue--that is objectively good
human qualities--that are good for the individual
person and good for the whole society (Pendidikan
karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk
mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan
yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk
individu perseorangan, tetapi juga baik untuk
masyarakat secara keseluruhan) (Wamangu & Zien,
2012)
3 Daftar materi yang sering mengalami 1. Nilai-nilai budaya dan karakter bangsa kedalam
miskonsepsi mata pelajaran PPKn
2. Fungsi dan manfaat Pendidikan Budaya dan
karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn