Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Cinta Tanah Air dan Bela Negara 2. Kesamaptaan dan Kepemimpinan 3. Kerjasama, Komunikasi,kepekaan sosial dan kepedulian terhadap massyrakat, profesi dan lingkungan 4. Budaya dan karakter Bangsa sebagai sumber belajar PPKn N Butir Refleksi Respon/Jawaban o 1 Garis besar materi yang KB 1. Cinta tanah Air dan bela Negara dipelajari Cinta tanah air : Hakikat, Tujuan, Implementasi, Ancaman Faktual dan Potensial terhadap Sistem Pertahanan Negara
a. Hakikat Cinta Tanah Air Dan Bela Negara
Hakikat Cinta tanah air adalah mengenal dan mencintai
wilayah nasional sehingga selalu waspada serta siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Beberapa sikap dan perilaku yang mencerminkan bahwa kita mencintai tanah air, antara lain : 1) Bangga sebagai orang Indonesia, 2) Memakai produk dalam negeri, 3) Mentaati semua peraturan-perundangan, 4) Taat membayar pajak 5) Dengan ikhlas mengikuti upacara bendera. 6) Menjaga kelestarian lingkungan, 7) Saling hormat-menghormati sesama warga negara, dan masih banyak lagisikap dan perilaku yang menunjukkan rasa cinta tanah air Bela Negara adalah suatu tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Azhar, 2001). Dasar hukum bela Negara tertuang dalam UUD 1945 pasal 27
b. Tujuan Cinta Tanah Air Dan Bela Negara
Tujuan Bela Negara secara Umum
1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara 2. Melestarikan budaya 3. Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 4. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara 5. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ Negara Pada dasarnya tujuan cinta tanah air dan bela Negara tertuang di dalam tujuan nasional bangsa Indonesia itu sendiri yang di amanatkan dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat Yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia Implementasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara dalam pembangunan Nasional
c. Implementasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara dalam
Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah membangun manusia seutuhnya, baik
fisik maupun non fisik, jasmani maupun rohani, material maupun spritual menunjukkan laju yang amat tertinggal bahkan cederung terdegradasi. Nilai-nilai Bela Negara 1. Cinta Tanah Air, dengan mengimplementasikan tentang pengetahuan terhadap sejarah bangsa, melestarikan budaya, menjaga lingkungan dan menjaga dan mengharumkan nama baik bangsa dan Negara 2. Kesadaran berbangsa dan bernegara, berkaitan dengan melaksanakan Hak dan Kewajiban sebagai warga Negara Indonesia. 3. Meyakini pancasila sebagai ideology bangsa dengan mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari 4. Rela berkorban demi kepentingan bangsa 5. Memiliki kemampuan bela Negara
d. Ancaman Faktual dan Potensial Terhadap Sistem Pertahanan
NKRI Dalam hal implementasi bela negara dalam sistem pertahanan nasional, menurut Dewan Ketahanan Nasional (2018) Ancaman secara garis besar diklasifikasikan menjadi 2 ancaman faktual dan ancaman potensial. Ancaman faktual adalah eskalasi tertinggi berupa ancaman itu sendiri atau ancaman yang telah mewujud secara nyata, Ancaman potensial mengandung eskalasi ancaman pada pada tingkat yang lebih rendah yang secara berurutan dari eskalasi tertinggi hingga terendah meliputi gangguan, hambatan, tantangan dan kesemuanya secara bersama dikenal sebagai AGHT. Ancaman terhadap sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelompokkan menjadi dua yakni sebagai berikut : 1. Ancaman Militer, sifatnya terorganisasi dengan menggunakan senjata, yang dinilai mempunyai kemampuan untuk membahayakan kedaulatan negara, berupa agresi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, sepionase, aksi teror bersenjata 2. Ancaman Non Militer, digolongkan ke dalam ancaman yang berdimensi Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, informasi dan teknologi, serta keselamatan umum. Contoh ancaman non militer antara lain the brain war, berupa konflik ideologi, perbedaan keunggulan, persaingan daya cipta dalam percaturan ekonomi, tekhnologi dan ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Pertahanan Negara tercantum dalam pasal 30 ayat 1 dan 2 UUD 1945. Implementasi bela negara adalah: Dijadikan gerakan nasional pendidikan mencapai watak dan kepribadian Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara sesuai dengan pasal 9 ayat (2) UU.RI.No.3 tahun 2003 tentang Pertahanan Negara yang diselenggarakan melalui: - Pendidikan kewarganegaraan - Pelatihan dasar Kemiliteran secara wajib - Pengabdian sesuai dengan profesi - Pengabdian sebagai prajurit TNI secara suka rela dan wajib.
KB 2. Kesamaptaan dan Kepemimpinan
a) Latar Belakang dan Tujuan Kesamaptaan
Menurut asal katanya kesamaptaan berasal dari kata “Samapta”,
yang berarti siap siaga, kesamaptaan dapat diartikan kesiapsiagaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa kesamaptaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Istilah lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi (Sujarwo, 2011). Tujuan kesamaptaan bagi para guru adalah untuk membentuk fisik dan mental agar menjadi pegawai yang siap menghadapi tantangan institusi ke depan dan juga meningkatkan kebugaran dari para pegawai. Guru PPKn yang semapta adalah guru yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja.
b) Kesamaptaan Jasmani dan Mental
Kesamaptaan Jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang
untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Pusat Pengembangan Kesegaran Jasmani Tahun 2003 membagi kedalam dua faktor yaitu : 1) Faktor dalam (endogen) yang ada pada manusia yaitu genetik, usia dan jenis kelamin 2) Faktor luar (Eksogen) yaitu aktivitas fisik, kebiasaan merokok, keadaan kesehatan dan indeks Massa Tubuh. Kesamamptaan Mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kodisi mental, perkembangan mental dan proses penyesuaian diri terhadap bebagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan). kesamaptaan diharapkan seorang guru PPKn mampu: 1) Terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) 2) Menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan. 3) Mendapatkan pengetahuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin, sehingga dapat membawa kepada kebahagiaan. 4) Mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah yang biasa terjadi. c) Modal Insani Pendukung Kesamaptaan dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis Modal Insani untuk mendukung kesamaptaan terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan strategis diantaranya Ada enam (6) komponen dari modal manusia yakni: Modal Intelektual Modal Emosional Modal Sosial Modal Ketabahan Modal Moral Modal kesehatan
d). Prinsip Dasar Kepemimpinan yang Efektif
Kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain
dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama untuk mengejar tujuan yang telah disepakati. Peranan pemimipin menurut hasil penelitian Mintzberg (dalam LAN, 2008) dijabarkan sebagai berikut: 1. Peranan yang bersifat interpersonal, seperti: Figurehead, contoh yang baik Leader, harus memberikan bimbingan dan binaan Liaison (penghubung), menghubungkan kerjasama dengan baik dengan semua pekerja 2. Peranan yang bersifat informasional, seperti: Peranan sebagai Pemonitor, pemimpin harus selalu mengikuti dan memperoleh segala macam informasi Peranan sebagai Dessiminator, selalu memberikan informasi kepada bawahannya. Peranan sebagai Juru Bicara 3. Peranan sebagai Pengambil Keputusan
KB 3. Kerjasama, Komunikasi, kepekaan Sosial dan Kepedulian
Terhadap Masyarakat, Profesi dan Lingkungan
a. Kompetensi Sosial Guru PPKn
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003
dirumuskan tentang fungsi dan tujuan nasional yaitu: mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orangtua peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: 1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orangtua 2) Bersikap simpatik. 3) Dapat bekerja sama 4) Pandai bergaul dengan teman seprofesi dan mitra pendidikan. 5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya) Ruang lingkup kemampuan sosial tersebut dirinci menjadi beberapa faktor, yaitu: bersikap inklusif dan bertindak obyektif, beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan masyarakat, berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan dalam bentuk lain, serta berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat (Mulyasa, 2008)
b. Kerjasama dan Komunikasi dalam Masyarakat, Profesi dan
Lingkungan
Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana
didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang di tunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Komunikasi adalah Proses penyampaian sebuah pesan dalam bentuk atau cara penyampaian yang bisa disesuaikan sehhingga makna dari pesan tersebut dapat diterima. Ada empat fungsi komunikasi organisasi antara lain sebagai berikut (Bangun, 2012), Fungsi Pengawasan, Sebagai motivasi. Pengungkapan Emosi, Informasi. Arni (2009) mengemukakan 5 komponen dasar komunikasi yaitu: 1. Pengirim Pesan 2. Pemberi pesan 3. Penyalur 4. Penerima Pesan 5. Balikan atau Umpan Balik
c. Kepekaan dan Kepedulian Sosial terhadap Masyarakat, Profesi
dan Lingkungan
Kepekaan sosial atau yang sering disebut dengan istilah empati
adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu menempatkan diri pada keadaan emosi orang lain dan seolah-olah mengalaminya sendiri. Goleman (1997) mengemukakan tiga ciri kemampuan empati yang harus dimiliki setiap individu terutama guru PPKn antara lain : 1. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik 2. Menerima sudut pandang orang lain 3. Peka terhadap perasaan orang lain Kepedulian sosial merupakan bagian dari hakekat manusia yang akan muncul pada tingkah laku, tingkah laku setiap orang akan muncul secara berbeda. Kepedulian Sosial ditandai oleh hal-hal sebagai berikut: a. Persahabatan (Frendship) b. Cinta (Love) c. Kerja (Work) d. Self Significance Lingkungan yang mempengaruhi kepedulian sosial terdiri dari : - Lingkungan keluarga - Lingkungan masyarakat - Lingkungan sekolah
KB 4. Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai Sumber Belajar
PPKn
a. Pengertian Umum Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Sebagai Sumber Belajar PPKn Budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang. Sementara itu, makna karakter sendiri adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Ki Hajar Dewantara mendasarinya dengan falsafah pendidikan yaitu ing ngarsa sung tulada (di depan menjadi teladan), ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat), tut wuri handayani (dari belakang mendukung). Falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara ini mengandung makna , yakni: 1. Peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi dan memiliki posisi sentral dalam proses pembelajaran 2. Pendekatan manusiawi menjadi perhatian utama dalam melaksanakan proses pembelajaran 3. Menempatkan peserta didik dalam kerangka pengembangan kedewasaan berpikir 4. Penghargaan nilai-nilai budaya 5. Peserta didik dalam konteks implementasi psikologi pendidikan mendapat tempat secara benar
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam Sisdiknas sendiri
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung, dan pendidikan karakter tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional jawab (Pasal 3 UU Sisdiknas Tahun 2003).
b. Landasan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai
Sumber Pembelajaran PPKn Landasan pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kebudayaan Nasional 2. Pendidikan dan kebudayaan 3. Kebudayaan dalam pendidikan 4. Adab dan kesusilaan 5. Nasionlisme kebangsaan 6. Keluarga
c. Fungsi dan Tujuan Utama Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa Sebagai Sumber Belajar PPKn Nilai-nilai pendidikan karakter memiliki tiga fungsi, yaitu: 1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi 2. Fungsi perbaikan dan penguatan 3. Fungsi penyaring Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa sendiri adalah: 1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan. 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). Nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran PPKn yaitu :
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan- tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi penutan bagi peserta didik untuk mencontohnya.
d. Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
Karakter Bangsa Melalui Integrasi Mata Pelajaran PPKn Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (Hasan 2010) 1. Berkelanjutan 2. Melalui semua mata pelajaran (termasuk PPKn), pengembangan diri, dan budaya sekolah melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan 4. Pembelajaran dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan
e. Integrasi Nilai-Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Ke Dalam
Mata Pelajaran PPKn Pemanfaatan dan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai sumber belajar PPKn dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar di kelas, sekolah, dan luar sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain. Pemanfaatan dan penerapannya dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian dalam program-program sekolah melalui kegiatan rutin, spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Integrasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ke dalam mata pelajaran PPKn haruslah didasari pada standar mutu pendidikan yang meliputi: standar kompetensi lulusan; standar isi; standar proses; standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan; dan standar penilaian pendidikan (BNSP, 2019).
2 Daftar materi yang sulit 1 Bela negara bersifat Militeristik
dipahami di modul ini 2 Proses kaderisasi sesuai dengan problem dan tantangannya 3 Tipe atau karakter kepemimpinan 4 Kontribusi terhadap kemajuan bangsa 5 Masa prakolonialisme 3 Daftar materi yang sering 1. Globalisasi pada dasarnya membawa nilai-nilai baru yang berasal mengalami miskonsepsi dari luar, kemudian masuk ke Indonesia sehingga nilai-nilai tersebut belum tentu sesuai dengan kepribadian dan karakter masyarakat Indonesia bahkan bisa menjadi AGHT. 2. Terjadinya dekadensi moral dan penyakit sosial dimasyrakat disebabkan oleh persoalan politik, ekonomi dan sosial budaya serta ketidakpastian hukum, tidak adanya keteladanan sehingga masyrakat khususnya generasi muda (pelajar) mengalami berkurangnya rasa cinta tanah air dan nasionalisme, konsep bela negara dan cinta tanah air seperti yang diamanatkan di dalam UUD 1945 membutuhkan reformasi disegala bidang agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3. Dalam mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa sering kali menitik beratkan kepada pelajaran PPKn namun ketika membaca prinsip-prinsip pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pengembangan budaya dan karakter bangsa itu melalui semua mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.