Anda di halaman 1dari 8

Nama : ERNI SETIAWATI

Unit Kerja : SMA Negeri 1 Pabuaran

LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

MODUL 1 PROFESIONAL

Judul Modul Karakter Profesional Guru PKn


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Cinta Tanah Air dan Bela Negara
2. Kesamaptaan dan Kepemimpinan
3. Kerjasama, Komunikasi,kepekaan sosial dan kepedulian terhadap
massyrakat, profesi dan lingkungan
4. Budaya dan karakter Bangsa sebagai sumber belajar PPKn
N Butir Refleksi Respon/Jawaban
o
1 Garis besar materi yang KB 1. Cinta tanah Air dan bela Negara
dipelajari
Cinta tanah air : Hakikat, Tujuan, Implementasi, Ancaman Faktual dan
Potensial terhadap Sistem Pertahanan Negara

a. Hakikat Cinta Tanah Air Dan Bela Negara

Hakikat Cinta tanah air adalah mengenal dan mencintai


wilayah nasional sehingga selalu waspada serta siap membela tanah
air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa
dan negara.
Beberapa sikap dan perilaku yang mencerminkan bahwa kita
mencintai tanah air, antara lain :
1) Bangga sebagai orang Indonesia,
2) Memakai produk dalam negeri,
3) Mentaati semua peraturan-perundangan,
4) Taat membayar pajak
5) Dengan ikhlas mengikuti upacara bendera.
6) Menjaga kelestarian lingkungan,
7) Saling hormat-menghormati sesama warga negara, dan masih
banyak lagisikap dan perilaku yang menunjukkan rasa cinta
tanah air
Bela Negara adalah suatu tekad, sikap, dan tindakan warga
negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian pancasila
sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna
meniadakan setiap ancaman baik yang dari luar negeri maupun
dari dalam negeri yang membahayakan kemerdekaan dan
kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah
dan yurisdiksi, serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 (Azhar, 2001). Dasar hukum bela Negara tertuang dalam UUD
1945 pasal 27

b. Tujuan Cinta Tanah Air Dan Bela Negara

Tujuan Bela Negara secara Umum


1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
2. Melestarikan budaya
3. Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
4. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara
5. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ Negara
Pada dasarnya tujuan cinta tanah air dan bela Negara tertuang di dalam
tujuan nasional bangsa Indonesia itu sendiri yang di amanatkan dalam
pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat Yakni :
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia
 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia
 Implementasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara dalam
pembangunan Nasional

c. Implementasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara dalam


Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional adalah membangun manusia seutuhnya, baik


fisik maupun non fisik, jasmani maupun rohani, material maupun
spritual menunjukkan laju yang amat tertinggal bahkan cederung
terdegradasi.
Nilai-nilai Bela Negara
1. Cinta Tanah Air, dengan mengimplementasikan tentang
pengetahuan terhadap sejarah bangsa, melestarikan budaya,
menjaga lingkungan dan menjaga dan mengharumkan nama baik
bangsa dan Negara
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara, berkaitan dengan
melaksanakan Hak dan Kewajiban sebagai warga Negara
Indonesia.
3. Meyakini pancasila sebagai ideology bangsa dengan
mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari
4. Rela berkorban demi kepentingan bangsa
5. Memiliki kemampuan bela Negara

d. Ancaman Faktual dan Potensial Terhadap Sistem Pertahanan


NKRI
Dalam hal implementasi bela negara dalam sistem pertahanan
nasional, menurut Dewan Ketahanan Nasional (2018) Ancaman
secara garis besar diklasifikasikan menjadi 2 ancaman faktual dan
ancaman potensial.
Ancaman faktual adalah eskalasi tertinggi berupa ancaman
itu sendiri atau ancaman yang telah mewujud secara nyata,
Ancaman potensial mengandung eskalasi ancaman pada pada
tingkat yang lebih rendah yang secara berurutan dari eskalasi
tertinggi hingga terendah meliputi gangguan, hambatan, tantangan
dan kesemuanya secara bersama dikenal sebagai AGHT.
Ancaman terhadap sistem pertahanan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di kelompokkan menjadi dua yakni sebagai berikut :
1. Ancaman Militer, sifatnya terorganisasi dengan menggunakan
senjata, yang dinilai mempunyai kemampuan untuk
membahayakan kedaulatan negara, berupa agresi, pelanggaran
wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, sepionase, aksi
teror bersenjata
2. Ancaman Non Militer, digolongkan ke dalam ancaman yang
berdimensi Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, informasi
dan teknologi, serta keselamatan umum. Contoh ancaman non
militer antara lain the brain war, berupa konflik ideologi,
perbedaan keunggulan, persaingan daya cipta dalam percaturan
ekonomi, tekhnologi dan ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.
Pertahanan Negara tercantum dalam pasal 30 ayat 1 dan 2 UUD 1945.
Implementasi bela negara adalah:
 Dijadikan gerakan nasional pendidikan mencapai watak dan
kepribadian
 Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara sesuai
dengan pasal 9 ayat (2) UU.RI.No.3 tahun 2003 tentang
Pertahanan Negara yang diselenggarakan melalui:
- Pendidikan kewarganegaraan
- Pelatihan dasar Kemiliteran secara wajib
- Pengabdian sesuai dengan profesi
- Pengabdian sebagai prajurit TNI secara suka rela dan
wajib.

KB 2. Kesamaptaan dan Kepemimpinan

a) Latar Belakang dan Tujuan Kesamaptaan

Menurut asal katanya kesamaptaan berasal dari kata “Samapta”,


yang berarti siap siaga, kesamaptaan dapat diartikan kesiapsiagaan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimaknai bahwa kesamaptaan
merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam. Istilah lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi
(Sujarwo, 2011).
Tujuan kesamaptaan bagi para guru adalah untuk
membentuk fisik dan mental agar menjadi pegawai yang siap
menghadapi tantangan institusi ke depan dan juga meningkatkan
kebugaran dari para pegawai.
Guru PPKn yang semapta adalah guru yang mampu
meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan
pelaksanaan kerja.

b) Kesamaptaan Jasmani dan Mental

Kesamaptaan Jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang


untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan
efisien. Pusat Pengembangan Kesegaran Jasmani Tahun 2003
membagi kedalam dua faktor yaitu :
1) Faktor dalam (endogen) yang ada pada manusia yaitu
genetik, usia dan jenis kelamin
2) Faktor luar (Eksogen) yaitu aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, keadaan kesehatan dan indeks Massa Tubuh.
Kesamamptaan Mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan
memahami kodisi mental, perkembangan mental dan proses
penyesuaian diri terhadap bebagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan).
kesamaptaan diharapkan seorang guru PPKn mampu:
1) Terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose)
2) Menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan
masyarakat serta lingkungan.
3) Mendapatkan pengetahuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal
mungkin, sehingga dapat membawa kepada kebahagiaan.
4) Mempunyai kesanggupan untuk menghadapi masalah yang
biasa terjadi.
c) Modal Insani Pendukung Kesamaptaan dalam Menghadapi
Perubahan Lingkungan Strategis
Modal Insani untuk mendukung kesamaptaan terhadap
perubahan yang terjadi pada lingkungan strategis diantaranya Ada
enam (6) komponen dari modal manusia yakni:
 Modal Intelektual
 Modal Emosional
 Modal Sosial
 Modal Ketabahan
 Modal Moral
 Modal kesehatan

d). Prinsip Dasar Kepemimpinan yang Efektif

Kepemimpinan adalah upaya untuk mempengaruhi orang lain


dengan memberikan dorongan dan bimbingan dalam bekerjasama
untuk mengejar tujuan yang telah disepakati.
Peranan pemimipin menurut hasil penelitian Mintzberg (dalam
LAN, 2008) dijabarkan sebagai berikut:
1. Peranan yang bersifat interpersonal, seperti:
 Figurehead, contoh yang baik
 Leader, harus memberikan bimbingan dan binaan
 Liaison (penghubung), menghubungkan kerjasama
dengan baik dengan semua pekerja
2. Peranan yang bersifat informasional, seperti:
 Peranan sebagai Pemonitor, pemimpin harus selalu
mengikuti dan memperoleh segala macam informasi
 Peranan sebagai Dessiminator, selalu memberikan
informasi kepada bawahannya.
 Peranan sebagai Juru Bicara
3. Peranan sebagai Pengambil Keputusan

KB 3. Kerjasama, Komunikasi, kepekaan Sosial dan Kepedulian


Terhadap Masyarakat, Profesi dan Lingkungan

a. Kompetensi Sosial Guru PPKn

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003


dirumuskan tentang fungsi dan tujuan nasional yaitu:
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,
orangtua peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi
sosial yang harus dimiliki oleh guru, yaitu:
1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orangtua
2) Bersikap simpatik.
3) Dapat bekerja sama
4) Pandai bergaul dengan teman seprofesi dan mitra pendidikan.
5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya)
Ruang lingkup kemampuan sosial tersebut dirinci menjadi
beberapa faktor, yaitu: bersikap inklusif dan bertindak obyektif,
beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan
lingkungan masyarakat, berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun dengan komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara
lisan dan tulisan dalam bentuk lain, serta berkomunikasi secara
empatik dan santun dengan masyarakat (Mulyasa, 2008)

b. Kerjasama dan Komunikasi dalam Masyarakat, Profesi dan


Lingkungan

Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana


didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang di tunjukkan untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling
memahami aktivitas masing-masing.
Komunikasi adalah Proses penyampaian sebuah pesan dalam
bentuk atau cara penyampaian yang bisa disesuaikan sehhingga makna
dari pesan tersebut dapat diterima.
Ada empat fungsi komunikasi organisasi antara lain sebagai
berikut (Bangun, 2012), Fungsi Pengawasan, Sebagai motivasi.
Pengungkapan Emosi, Informasi.
Arni (2009) mengemukakan 5 komponen dasar komunikasi
yaitu: 1. Pengirim Pesan 2. Pemberi pesan 3. Penyalur 4. Penerima
Pesan 5. Balikan atau Umpan Balik

c. Kepekaan dan Kepedulian Sosial terhadap Masyarakat, Profesi


dan Lingkungan

Kepekaan sosial atau yang sering disebut dengan istilah empati


adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu menempatkan diri
pada keadaan emosi orang lain dan seolah-olah mengalaminya sendiri.
Goleman (1997) mengemukakan tiga ciri kemampuan empati
yang harus dimiliki setiap individu terutama guru PPKn antara lain :
1. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik
2. Menerima sudut pandang orang lain
3. Peka terhadap perasaan orang lain
Kepedulian sosial merupakan bagian dari hakekat manusia yang
akan muncul pada tingkah laku, tingkah laku setiap orang akan
muncul secara berbeda. Kepedulian Sosial ditandai oleh hal-hal
sebagai berikut:
a. Persahabatan (Frendship)
b. Cinta (Love)
c. Kerja (Work)
d. Self Significance
Lingkungan yang mempengaruhi kepedulian sosial terdiri dari :
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan sekolah

KB 4. Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai Sumber Belajar


PPKn

a. Pengertian Umum Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Sebagai Sumber Belajar PPKn
Budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma
dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah
satu upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan
yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut
ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Sementara itu, makna karakter sendiri adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
Ki Hajar Dewantara mendasarinya dengan falsafah pendidikan
yaitu ing ngarsa sung tulada (di depan menjadi teladan), ing madya
mangun karsa (di tengah membangun semangat), tut wuri handayani
(dari belakang mendukung).
Falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara ini mengandung
makna , yakni:
1. Peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi
dan memiliki posisi sentral dalam proses pembelajaran
2. Pendekatan manusiawi menjadi perhatian utama dalam
melaksanakan proses pembelajaran
3. Menempatkan peserta didik dalam kerangka pengembangan
kedewasaan berpikir
4. Penghargaan nilai-nilai budaya
5. Peserta didik dalam konteks implementasi psikologi
pendidikan mendapat tempat secara benar

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam Sisdiknas sendiri


berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung, dan pendidikan karakter tersebut dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional jawab (Pasal 3 UU
Sisdiknas Tahun 2003).

b. Landasan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Sebagai


Sumber Pembelajaran PPKn
Landasan pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kebudayaan Nasional
2. Pendidikan dan kebudayaan
3. Kebudayaan dalam pendidikan
4. Adab dan kesusilaan
5. Nasionlisme kebangsaan
6. Keluarga

c. Fungsi dan Tujuan Utama Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa Sebagai Sumber Belajar PPKn
Nilai-nilai pendidikan karakter memiliki tiga fungsi, yaitu:
1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
2. Fungsi perbaikan dan penguatan
3. Fungsi penyaring
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa sendiri
adalah:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi
budaya bangsa yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
didik sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan (dignity).
Nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pembelajaran PPKn yaitu :

Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga


kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-
tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi penutan bagi peserta
didik untuk mencontohnya.

d. Pemanfaatan dan Pengembangan Pendidikan Budaya Dan


Karakter Bangsa Melalui Integrasi Mata Pelajaran PPKn
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa (Hasan 2010)
1. Berkelanjutan
2. Melalui semua mata pelajaran (termasuk PPKn),
pengembangan diri, dan budaya sekolah melalui setiap mata
pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
4. Pembelajaran dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan

e. Integrasi Nilai-Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Ke Dalam


Mata Pelajaran PPKn
Pemanfaatan dan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa sebagai sumber belajar PPKn dilakukan dalam berbagai
kegiatan belajar di kelas, sekolah, dan luar sekolah melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan lain. Pemanfaatan dan penerapannya
dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian dalam
program-program sekolah melalui kegiatan rutin, spontan,
keteladanan, dan pengkondisian.
Integrasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ke dalam mata
pelajaran PPKn haruslah didasari pada standar mutu pendidikan yang
meliputi: standar kompetensi lulusan; standar isi; standar proses;
standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar sarana dan
prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan; dan standar
penilaian pendidikan (BNSP, 2019).

2 Daftar materi yang sulit 1 Bela negara bersifat Militeristik


dipahami di modul ini 2 Proses kaderisasi sesuai dengan problem dan tantangannya
3 Tipe atau karakter kepemimpinan
4 Kontribusi terhadap kemajuan bangsa
5 Masa prakolonialisme
3 Daftar materi yang sering 1. Globalisasi pada dasarnya membawa nilai-nilai baru yang berasal
mengalami miskonsepsi dari luar, kemudian masuk ke Indonesia sehingga nilai-nilai
tersebut belum tentu sesuai dengan kepribadian dan karakter
masyarakat Indonesia bahkan bisa menjadi AGHT.
2. Terjadinya dekadensi moral dan penyakit sosial dimasyrakat
disebabkan oleh persoalan politik, ekonomi dan sosial budaya
serta ketidakpastian hukum, tidak adanya keteladanan sehingga
masyrakat khususnya generasi muda (pelajar) mengalami
berkurangnya rasa cinta tanah air dan nasionalisme, konsep bela
negara dan cinta tanah air seperti yang diamanatkan di dalam
UUD 1945 membutuhkan reformasi disegala bidang agar dapat
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Dalam mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa
sering kali menitik beratkan kepada pelajaran PPKn namun
ketika membaca prinsip-prinsip pengembangan pendidikan
budaya dan karakter bangsa pengembangan budaya dan karakter
bangsa itu melalui semua mata pelajaran dan dalam setiap
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

Anda mungkin juga menyukai