i
KEPUTUSAN BERSAMA
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG,
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DAN DIREKTUR
UTAMA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
TENTANG
ii
Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi;
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah
Sakit Pendidikan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2017 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang
Pendidikan Kedokteran;
10. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Organisasi
Rumah Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
13. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2018 tentang Standar
Nasional Pendidikan Kedokteran;
14. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri Nomor:
544/Menkes/K.SB/X/81, Nomor: 0430/A/U/81, Nomor 324A
Tahun 1981 tentang Pembagian Tugas, Tanggung Jawab dan
Penetapan Prosedur sebagai Rumah Sakit Pemerintahan yang
digunakan untuk Pendidikan Dokter;
15. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor: 146/D/O/1993 tentang Status Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Klasifikasi dan Standar
Rumah Sakit Pendidikan;
17. Keputusan Bupati Temanggung Nomor: 445/114 Tahun 2022
tentang Tim Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung;
18. Keputusan Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Nomor: 060/KEP/I.3/D/2013 tentang Statuta
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2013;
19. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persyarikatan
iii
Muhammadiyah;
20. Pedoman Perguruan Tinggi Muhammadiyah Nomor:
02/PED/I.0/B/2012 tentang Perguruan Tinggi Muhammadiyah;
21. Surat Keputusan Dekan FKIK UMY Nomor: 02.1/A.3-VI/SK-
UMY/1/2012.
Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta Nomor 11/SK/MWA/2012 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta;
2. Keputusan Rektor UMY Nomor: 118/SK-UMY/V/2017
tanggal 31 Mei 2017 tentang Pengangkatan Dekan FKIK
UMY Periode 2017-2021;
3. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 4396/
Kep/I.O/D/2020 Tanggal 30 Desember 2020 tentang
Pengangkatan Rektor UMY Masa Jabatan 2020-2024;
4. Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Nomor : 378/ KEP-UMY/V/2021 Tanggal 31 Mei 2021
tentang Pengangkatan Dekan FKIK UMY Periode 2021-2025;
5. Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor:
1928/KEP/1.O/D/2021 Tanggal 15 Desember 2021 tentang
Pengangkatan Direksi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping Masa Jabatan 2021-2025.
6. Surat Keputusan Bupati Temanggung Nomor: 821.2/2907
Tahun 2021 Pengangkatan Direktur RSUD Kabupaten
Temanggung.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Temanggung
Pada tanggal 1 April 2022
iv
DIREKTUR DEKAN
RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG FKIK UMY
DIREKTUR UTAMA
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
v
SAMBUTAN DIREKTUR
RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Klinis dan Penelitian Klinis ini dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan yang lurus dan
diridhai Allah SWT.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan buku pedoman ini dan telah banyak meluangkan waktu,
mencurahkan tenaga dan pikirannya, hingga tersusunnya buku pedoman ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
vi
SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga Buku Kegiatan
Pendidikan Profesi Dokter dapat disusun dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa
kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari jaman kegelapan ke jalan yang lurus dan diridhai Allah SWT.
Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan lancar maka perlu dibuat Buku
Kegiatan Pendidikan Profesi Dokter. Buku ini digunakan sebagai acuan bagi pendidik
klinis maupun peserta didik dalam proses pembelajarannya karena di dalamnya
terdapat kompetensi minimal yang harus dikuasai atau dicapai para peserta didik
setelah menyelesaikan proses pendidikan profesinya. Dengan adanya buku kegiatan ini
diharapkan semua proses pendidikan yang dilaksanakan di semua Rumah Sakit akan
berlangsung sama dan seragam sehingga kompetensi yang diperoleh semua peserta
didik juga sama sesuai dengan Standart Nasional Program Profesi Dokter.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan untuk terlibat
dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini akan membawa manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
vii
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan Buku
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Klinis dan Penelitian Klinis ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita sebagai muslim
ke jalan yang lurus dan diridhai Allah SWT.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan buku pedoman ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada tim penyusun yang telah banyak meluangkan waktu, mencurahkan tenaga
dan pikirannya, hingga tersusunnya buku pedoman ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
viii
DAFTAR ISI
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit yang Terpercaya Sebagai Pusat Layanan dan
Pendidikan Kesehatan.
B. Misi
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya
3. Meningkatkan mutu dan kerjasama pendidikan dan penelitian kesehatan
4. Meningkatkan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan
akuntabel
1
C. Tujuan
2
BAB II
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
B. Masa Studi
Lama studi pendidikan tahap profesi mulai pembekalan sampai dengan
pengumuman UKMPPD adalah 2 tahun atau 4 semester, seperti pada Tabel 3
berikut ini.
Tabel 3. Tahap Rotasi Bagian Klinik di RS Pendidikan
Beban Studi
No Bagian/Departemen Waktu
SKS
(Minggu)
1. Ilmu Bedah 10 5
2. Obstetri & ginekologi 10 5
3. Ilmu Penyakit Dalam 10 5
4. Ilmu Kesehatan Anak 10 5
5. Ilmu Penyakit Saraf 5 2,5
6. Ilmu Kesehatan Jiwa 5 2,5
7. Ilmi Penyakit Mata 5 2,5
8. Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin 5 2,5
9. Ilmu Penyakit THT 3 1,5
10. Radiologi 3 1,5
11. Ilmu Kedokteran Forensik 4 2
12. Anestesi dan Reanimasi 3 1,5
13. Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu 5 2,5
Kedokteran Keluarga
14. Interprofessional Education (IPE) 1 1
15. Padepokan Insan Mulia 2 1
JUMLAH 81 41
3
C. Metode Pembelajaran
Pelaksanaan BST
a. BST dilaksanakan dengan memperhatikan daftar kompetensi penyakit
dan ketrampilan setiap Bagian, dengan demikian BST lebih
menekankan pada sisi ketrampilan kliniknya; bukan variasi kasusnya.
b. Waktu pelaksanaan BST sesuai kesepakatan dokter muda dan Dokter
Pendidik Klinik, dapat dilakukan pada saat visite tetapi dengan
perencanaan dan kesepakatan khusus, atau saat tertentu.
c. Durasi BST disesuaikan dengan jenis kompetensi yang ditentukan, bisa
singkat atau lama. Umumnya BST cukup dilakukan 15-30 menit per
dokter muda dan satu pertemuan BST bisa melibatkan 2-3 dokter muda.
4
Peran Dokter muda
Dokter muda dapat melakukan peran secara bertahap, sesuai dengan level
ketrampilan dan pendelegasian tugas yang diberikan Pendidik.
a. Tahap awal, dokter muda hanya mengobservasi ketrampilan atau
tindakan yang dilakukan oleh dokter pendidik klinik (bagi DM yang
belum pernah melakukan ketrampilan yang dimaksud). BST dimulai
persiapan (termasuk persiapan dasar teori oleh dokter muda) dan ditutup
dengan diskusi tentang ketrampilan yang telah dipelajari dalam BST.
b. Tahap selanjutnya, dokter muda dapat melakukan ketrampilan dengan
diobervasi oleh dokter pendidik. Dokter pendidik siap mengambil alih
tindakan jika diperlukan. Praktek ketrampilan ini dapat didelegasikan
pada segmen tertentu atau keseluruhan prosedur ketrampilan tersebut.
Catatan:
Untuk ketrampilan prosedural yang kompleks, dokter muda mungkin baru
melakukan tindakan secara mandiri pada pasien kedua, ketiga dan
seterusnya.
5
d. Langkah persiapan tersebut sebaiknya dilakukan satu atau beberapa hari
sebelum BST dilakukan agar mahasiswa dapat mempelajari dasar teori
(konseptualisasi) yang relevan dengan ketrampilan klinik yang
dipelajari.
Catatan :
Konseptualisasi dimaksudkan agar dokter muda memahami dengan benar
dasar ilmu suatu ketrampilan, termasuk indikasi, kontra-indikasi, risiko
yang dapat terjadi dan cara mengatasinya, terutama untuk ketrampilan
prosedural.
Pelaksanaan BST
a. Dokter pendidik memperkenalkan diri dan dokter muda kepada pasien
dan atau keluarga.
b. Dokter pendidik klinik mempersilakan pasien ikut terlibat secara aktif
dalam kegiatan BST, baik memberi informasi yang diperlukan dalam
anamnesis maupun menanyakan/mendiskusikan hal-hal yang tidak
difahami selama proses BST
c. Dokter dan dokter muda melakukan peran sesuai dengan peran/ tugas
yang telah ditentukan
d. Pasien dipersilakan ikut berdiskusi tentang dirinya
e. Menutup kegiatan BST dan mengucapkan terimakasih
Setelah BST
a. Dokter pendidik memberikan umpan balik dan diskusi di ruang terpisah,
yang meliputi hal-hal berikut :
1) Hal yang sudah baik
2) Koreksi atas hal-hal yang belum benar/belum baik.
3) Saran lain yang konstruktif, termasuk rencana BST dengan jenis
ketrampilan yang sama jika diperlukan
b. Peserta meminta tanda tangan Dokter pendidik.
6
mencatat; bereaksi secara tepat terhadap sikap dan tanda-tanda non
verbal lainnya
b. Kemampuan Pemeriksaan fisik (physical examination skill).
Mengikuti urutan logik, efisien; menyeimbangankan langkah skrining
dan diagnostik; memberitahu pasien saat pemeriksaan; peka terhadap
kenyamanan pasien dan bersikap sopan
c. Keputusan klinis (clinical judgment)
Membuat diagnosis banding; membuat diagnosis yang tepat dan
memformulasikan rencana penatalaksanaan pasien yang sesuai. Selektif
memilih pemeriksaan penunjang diagnostik yang sesuai dengan
mempertimbangkan risiko dan manfaat
d. Kemampuan konseling (counselling skill) dan Kualitas
humanistik/profesionalisme (humanistic qualities/professionalism)
Mengorek harapan pasien, bebas dari istilah-istilah kedokteran, terbuka
dan jujur, empati, menjelaskan alasan/dasar pemeriksaan dan terapi
kepada pasien/keluarga pasien, memperoleh persetujuan tindak medik
kalau diperlukan kepada pasien/keluarga pasien (informed consent)),
memberi edukasi tentang penatalaksanaan, pencegahan dan konseling
lain yang terkait dengan penyakitnya. Menghargai pasien, menunjukkan
empati, belas kasih, menciptakan kepercayaan, membantu agar pasien
nyaman, bisa menjaga rahasia
e. Ketrampilan klinik prosedural
Ketrampilan klinik prosedural diagnostik maupun terapetik.
f. Kompetensi klinis keseluruhan (overall clinical competence)
Menunjukkan bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan,
sintesis, peduli (caring), efektif, efisien dalam menggunakan sumber
yang ada, menyeimbangkan risiko dan manfaat, menyadari keterbatasan
kita.
Jadi kegiatan BST merupakan proses pembelajaran, sehingga tidak
dilakukan penilaian terhadap kegiatan BST.
2. Tutorial Klinik
7
Pengertian
a. Tutorial klinik adalah pembelajaran berbasis kasus nyata yang ditemui
di klinik.
b. Tutorial klinik didahului dengan serangkaian kegiatan mandiri,
dilanjutkan dengan pertemuan bersama dokter pendidik (akan
dijelaskan di bagian langkah Tutorial Klinik)
c. Dokter pendidik menilai keaktifan dan kualitas diskusi semua peserta.
d. Satu pertemuan tutorial klinik mendiskusikan 1-2 kasus.
e. Kewajiban minimal tutorial klinik adalah 1-2 kali/dokter muda/stase.
f. Tutorial klinik dimulai pada minggu kedua.
8
b. Hal yang harus dikoreksi dan dikembangkan terutama pada clinical
reasoning dan EBM.
c. Nilai (untuk presentan dan peserta.
3. Presentasi Kasus
Tujuan :
a. Dokter muda mampu melaporkan kasus klinik secara lengkap dan
sistematis beserta langkah-langkahnya secara bertahap dan lengkap.
b. Dokter muda mendapatkan pengalaman presentasi dalam suatu fórum
ilmiah
c. Keperluan akreditasi (kegiatan ilmiah berjalan minimal satu kali dalam
satu minggu).
Langkah-langkah :
a. Dokter muda sepengetahuan/seijin dokter pembimbing memilih kasus,
melakukan pemeriksaan klinis terhadap pasien yang akna diajukan
dalam presentasi kasus.
b. Pengisian rekam medis lengkap
c. Dokter muda menyusun Laporan Kasus dengan format: A.
Pendahuluan (latar belakang melaporkan kasus terssebut), B. Kasus
(berisi ringkasan kasus), C. Pembahasan (menjelaskan tentang
permasalahan dan pemecahannya, yang dilengkapi dengan teori dan
data EBM), dengan adanya pembahasan berbasis EBM ini maka
kegiatan Journal Reading atau Referat ditiadakan, D. Rangkuman
Kasus (berisi ringkasan hal positif dari kasus dan rencana tindak lanjut
terhadap kasus tersebut), E. Daftar Pustaka (minimal mencantumkan
2 artikel dari Jurnal) dan kedua artikel tersebut menjadi salah satu
lampiran penyusunan Laporan Kasus.
d. Dokter muda mempresentasikan isi Laporan Kasus tersebut dengan
menggunakan power point.
e. Diskusi tentang kasus yang dipresentasikan (termasuk tentang artikel
yang dilampirkan) yang dipimpin oleh dokter pendidik klinik.
f. Penilaian kegiatan Presentasi Kasus oleh dokter pendidik klinik.
9
Pemilihan Kasus
Kasus ditentukan bersama antara dokter muda dan Supervisor. Kasus
dipilih dari kasus yang termasuk kelompok penyakit utama, bukan karena
kasus sulit atau kasus jarang/menarik.
Rekam Medik
Data lengkap pasien yang dijadikan kasus dalam Presentasi Kasus dibuat
dalam bentuk rekam medis lengkap, kecuali data identitas pasien (nama
disamarkan, alamat cukup kecamatan saja, nomor RM
disembunyikan).
Presentasi
Presentasi dengan menggunakan program power point. Kasus dilaporkan
secara ringkas, karena data lengkap sudah ada dalam rekam medis yang
disampaikan sebagai lampiran.
Penilaian
Peserta dinilai dalam hal :
a. Kemampuan menyusun materi yang sistematis, padat dan jelas.
b. Kemampuan untuk menyajikan secara sistematis, singkat dan jelas baik
dalam tulisan maupun lisan
c. Kemampuan untuk mendiskusikan hal-hal penting yang berkaitan
dengan masalah yang diderita pasien, termasuk clinical reasoning, dan
menjelaskan berdasar EBM.
Peran Partisipan/peserta :
a. Berpartisipasi dalam diskusi secara aktif
b. Bersikap sopan dan baik
c. DM wajib menjadi partisipan presentasi kasus semua teman
sekelompok.
d. Penilaian peserta dinilai dalam hal keaktifan berdiskusi, dll.
10
4. Pengelolaan Kasus
5. Refleksi Kasus
Pengertian
Refleksi kasus meliputi proses pengungkapan kembali atas observasi,
analisis dan evaluasi dari pengalaman klinik yang didapat peserta, seperti
nilai dari aspek etik, budaya, social, klinis/medis, manajemen atau perilaku
dokter.
Refleksi dilakukan 1 kali per bulan dan dipresentasikan kepada dosen tetap
FKIK saat supervise dan akan diberikan feedback.
11
Penulisan Laporan Refleksi Kasus :
Hasil refleksi ditulis tangan pada lembar Refleksi Kasus yang tersedia di
Buku Kegiatan.
Format penulisan :
A. Rangkuman kasus
B. Perasaan terhadap pengalaman
C. Evaluasi
D. Analisis
E. Kesimpulan
Laporan dipaparkan kepada dokter pendamping, didiskusikan dan
diberikan feedback oleh dokter tersebut.
Seluruh kegiatan harian dan penilaian tahapan kegiatan pemenuhan kasus pada
Bagian akan di dokumentasikan dalam Buku Kegiatan Bagian. Di dalam Buku
Kegiatan tersebut tertera Standard Operasional Prosedur (SOP), tabel
kewajiban mahasiswa dalam setiap kegiatan di bagianl, checklist penilaian
untuk kegiatan terstruktur (tutorial klinik, laporan kasus, refleksi kasus,
DOPS, Mini c-ex) maupun hasil penilaian akhir (sumatif). Penilaian dilakukan
per kegiatan.
12
atau masalah kesehatan. Checklist dan tahapan penilaian akan diuraikan secara
detail dengan range penilaian yang dibakukan pada setiap Bagian.
13
d. Ketrampilan pengambilan keputusan klinis (Clinical judgment), termasuk
penegakan diagnosis, penentuan jenis terapi.
e. Profesionalisme (respek, altruism (best interest for others/patient),
tanggungjawab, jujur, tepat waktu),
f. Organisasi/efisinsi pengolahan data (pengelolaan pasien mulai penegakan
diagnosis sampai terapi dilakukan secara sistematis).
g. Kemampuan klinis secara keseluruhan (kesan penilaian performance
secara keseluruhan).
14
c. Benar
d. Sempurna
4 Mengucapkan penutup (terimakasih, hamdalah,
maaf, dll)
Rerata
Cara penilaian :
<70 (BC) : performance di bawah rata-rata, ada beberapa hal yang
masih salah.
70-74,9 (B) : performance sesuai rata-rata
75-79,9 (AB) : performance baik
>80 (A) : performance sangat baik.
3. Long Case
Long case adalah ujian kasus secara sumatif untuk mengetahui kompetensi
dokter dalam segi pengetahuan, psikomotor dan afektif secara utuh. Long
case diselenggarakan pada akhir stase Bagian sebagai ujian akhir Bagian
setelah semua prasyarat ujian terpenuhi. Jenis kasus pada Long Case sesuai
dengan kompetensi pada SKDI dan kasus yang sudah pernah ditemukan saat
stase.
Berikut ini contoh check list pada penilaian Long case:
No Kegiatan Bobot (B) Nilai (N) BxN
1. Melakukan prosedur klinis 0,3
pada pasien dengan
sistematis dan lengkap
(anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan
penunjang)
2. Mengisi rekam medis 0,2
dengan benar dan lengkap
(termasuk diagnosis)
3. Menulis resep 0,2
4. Memaparkan kasus dengan 0,1
lengkap, sistematis dan
ringkas
5. Menjawab pertanyaan 0,2
dengan benar
Rerata
15
Penilaian :
Cara penilaian :
<70 (BC) : performance di bawah rata-rata, ada beberapa hal yang
masih salah.
70-74,9 (B) : performance sesuai rata-rata
75-79,9 (AB) : performance baik
>80 (A) : performance sangat baik.
d. Penilaian :
1) Batas nilai kelulusan MCQ/CBT minimal 70 dan menjadi salah satu
prasyarat kelulusan Bagian,
2) Apabila satu kali pengerjaan tidak lulus, dokter muda wajib
mengulang sampai mencapai batas kelulusan dengan nilai minimal 70
dan nilai maksimal 75.
16
profesional (Professional Behaviour) dilakukan berdasarkan pengamatan
secara terus menerus terhadap perilaku dokter muda yang dapat diamati
(observable behavior) selama stase. Penilaian perilaku profesional dilakukan
pada akhir Stase oleh dokter pendamping dan atau teman sekelompok yang
ditunjuk oleh Pimpinan/Dokter Pendamping di RS, sesuai panduan dari
Fakultas.
17
waktu yang telah
ditetapkan
Kehadiran tidak
tepat waktu
Melaporkan data
pasien secara tidak
akurat
Tidak
menyampaikan
kepada pembimbing
tentang
penyimpangan
prosedur klinis
(dalam refleksi kasus)
Tidak
menyampaikan
kepada pembimbing
tentang adanya
konflik kepentingan
Meninggalkan
kewajiban jaga
Tidak memelihara
fasilitas
pembelajaran dan
pelayanan dengan
baik
3 Altruism
Tidak menunjukkan
kepedulian terhadap
pasien
Tidak menyediakan
waktu yang cukup
untuk memberikan
pelayanan kepada
pasien
18
Tidak menjaga
kerahasiaan
penyakit/permasalah
an pasien
4 Respect & empathy
Tidak menghormati
orang lain (pasien
dan keluarga,
sesama teman
mahasiswa, dokter,
perawat, petugas
administrasi, dll)
Tidak
mendengarkan
secara aktif terhadap
orang lain (pasien
dan keluarga,
sesama teman
mahasiswa, dokter,
perawat, petugas
administrasi, dll)
Tidak bersikap
empati terhadap
orang lain (pasien
dan keluarga,
sesama teman
mahasiswa, dokter,
perawat, petugas
administrasi, dll)
Tidak saling
menghargai
sesama/antar profesi
dalam satu tim
5 Competence
Tidak mampu
merespon secara
19
positif terhadap feed
back yang diberikan
Tidak mampu
berdiskusi dan
mengerjakan tugas
dengan berbasis
bukti ilmiah
Tidak mampu
melaksanakan
ketrampilan klinis
sesuai dengan
prosedur standar
Tidak memiliki
pengetahuan dan
keterampilan klinis
yang up to date
6 Leadership
Tidak mampu
mengambil
keputusan secara
mandiri dalam
proses pembelajaran
Tidak mampu
berperan sebagai
pemimpin/anggota
yang baik dalam
kerja tim
Tidak mampu
menunjukkan
inisiatif dalam
menyelesaikan
permasalahan
Tidak memiliki
motivasi terhadap
diri sendiri
20
Tidak memiliki
kemampuan
memberikan
motivasi kepada
orang lain
Penilaian
(self assessment dan peer assessment)
Selalu Sering Kadang Tidak
-kadang Pernah
7 Mampu
menunjukkan aspek-
aspek aqidah,
syariah, dan akhlak
a. Melakukan
aktivitas ibadah
(sholat) secara
tepat waktu
b. Memiliki
kebiasaan
mengucapkan
kalimat thoyyibah
(bismillah,
alhamdulillah,
subhanallah, dll)
dan doa dalam
setiap kegiatan
sehari-hari
c. Berbusana muslim
dan muslimah
sesuai kaidah Islam
d. Menjaga akhlak
dalam interaksi
21
dengan lawan jenis
maupun sejenis
e. Tidak melakukan
tindakan tercela
(berkata
kasar/kotor,
perzinahan,
pencurian,
perkelahian,
pembunuhan,
perjudian,
penggunaan
narkoba, dll)
Komentar :
Dosen :
....................................................................................................................
....................................................................................................................
.............................
Mahasiswa :
....................................................................................................................
....................................................................................................................
.............................
Hasil Penilaian : Lulus / Lulus dengan perbaikan / Tidak Lulus*
Kriteria kelulusan PB :
Poin 1 : tidak pernah
Poin 2-6 : maksimal “pernah”
Poin 7 (a, b, c) : minimal “sering”
Poin 7 (d, e) : selalu
Catatan :
Poin 1-6 : pernah 1-3x melakukan, kemudian diberikan treatment dan
ada motivasi untuk memperbaiki
22
Penentuan Nilai Akhir Bagian
Hasil penilaian selama proses pendidikan digabung dengan penilaian akhir dengan
prosentase tertentu sehingga menghasilkan nilai akhir bagian. Batas kelulusan stase
Bagian adalah nilai 70,00 atau B.
Hasil
Nilai rata-
Jenis Kegiatan Bobot (Bobot x
rata
Nilai)
A. Proses 60%
1. Tutorial Klinik (nilai
10 %
rerata)
2. Presentasi Kasus (nilai
15 %
rerata)
3. Pengelolaan kasus (nilai
10%
rerata)
4. DOPS & MiniCex (nilai
20 %
terbaik & rerata)
5. Refleksi Kasus (nilai
5%
rerata)
B. Ujian Akhir Stase 40%
1. Long case 30%
2. MCQ/CBT (terbaik) 10%
Jumlah (A+B)
Lulus / Lulus dengan perbaikan / Tidak
C. Perilaku Profesional
Lulus*
Ket : Untuk Bagian Besar, prosentase nilai Longcase Case 25%, CBT 10%,
OSCE 5%,
23
Skala Penilaian Pendidikan Profesi
24
F. Kewajiban
1. Menyimpan rahasia negara dan rahasia kedokteran.
2. Selalu mengutamakan keselamatan dan kepuasan penderita.
3. Menghormati dan menghargai hak penderita
4. Menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan sesame peserta didik,
profesi kesehatanlain, seluruh pegawai ruamah sakit
5. Memelihara fasilitas sarana prasarana dilingkungan rumah sakit
6. Mengganti fasilitas sarana prasarana dilingkungan rumahsakit yang
dirusakkan atau dihilangkan.
7. Menjaga ketertiban, kebersihan dan keamanan di lingkungan rumahsakit.
G. Hak
1. Mendapat pendampingan, pembimbingan dan pengawasan dari DPJP.
2. Mendapat pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi
3. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan dan
Pendidikan di rumah sakit di bawah pendampingan, pembimbingan dan
pengawasan olehDPJP.
4. Membela diri terhadap sanksi yang dijatuhkan.
5. Memberikan saran untuk perbaikan sarana, prasarana dan pelayanan di
rumahsakit, dan permasalahan-permasalahan yang terjadi selama
Pendidikan.
H. Tata Tertib
1. Peserta didik wajib mengikuti tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
2. Jam kerja menyesuaikan dengan jam kerja RS
untuk selama masa pandemi khusus untuk Dokter Muda kegiatan klinis di
RS dilakukan secara shift per 4 jam dengan jadwal di susun oleh Diklat
Profesi Dokter.
3. WAJIB mengikuti acara penerimaan dan kegiatan orientasi Rumah Sakit
4. Dokter muda wajib mengikuti kegiatan stase setiap hari dan absensi
dilakukan setiap hari, lembar absensi disiapkan oleh Diklat profesi Dokter
5. Bila berhalangan hadir harus ada surat keterangan ( dari Dokter jika sakit,
keluarga jika ada acara keluarga, Prodi jika ada keperluan institusi) yang
ditujukan kepada dokter pembimbing klinik dengan tembusan Ketua
25
Komkordik. Surat diserahkan kepada Komkordik setelah mendapat ijin dari
Dokdiknis.
6. Dokter Muda yang tidak hadir tanpa keterangan, mengganti sesuai ketentuan
Komkordik.
7. Dokter Muda yang belum melaksanakan ujian bagian setelah selesai masa
stase :
a. < 3 bulan , bisa langsung ujian tanpa penyegaran
b. > 3-6 bulan , menjalani penyegaran 1 minggu dan membayar biaya
penyegaran sesuai SKS yang berlaku sebelum melaksanakan ujian
c. > 6 – 12 bulan, menjalani penyegaran 2minggu dan membayar biaya
penyegaran sesuai SKS yang berlaku sebelum melaksanakan ujian
d. > 12 bulan, mengulang stase dan membayar biaya stase bagian ke fakultas
sebelum melaksanakan ujian
8. Menjaga membina hubungan yang baik dengan semua tenaga medis, para
medis dan non medis yang ada di RS serta dengan pasien dan keluarga
pasien.
9. Menjaga perilaku dan etika kedokteran sesuai janji Dokter Muda
10. Pakaian harus sopan dan rapi dilengkapi dengan jas putih dan tanda
pengenal, tidak diperkenankan memakai jeans, Kaos dan sepatu sendal)
( Khusus selama Pandemi ini mahasiswa memakai baju scrub warna Biru
yg merupakan identitas dari FKIK UMY selama kegiatan koass)
11. Mengikuti semua kegiatan KSM secara aktif sesuai ketentuan setiap KSM
12. Mengisi buku kegiatan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan dan
meminta tanda tangan dokter pendidik sesuai stase
I. Larangan
1. Menyalahgunakan barang-barang medis maupun non medis, obat, uang,
dokumen atau surat-surat berharga milik rumah sakit.
2. Membawa berkas rekam medik milik rumah sakit keluar dari lingkungan
rumah sakit.
3. Menggandakan atau menyalin, memfoto rekam medik milik rumah sakit.
4. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau
meminjamkan barang-barang medis maupun non-medis, obat, dokumen
atau surat-surat berharga milik rumah sakit.
26
5. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia penderita/rahasia rumah
sakit /rahasia negara yang diketahui untuk kepentingan pribadi, golongan
atau diluar kepentingan Pendidikan.
6. Melakukan pungutan dalam bentuk apapun juga, dalam melaksanakan
tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain.
7. Melakukan provokasi, keonaran, pemboikotan dan atau perkelahian
dengan sesame peserta didik, DPJP, pegawai rumah sakit, pasien dan
keluarganya sertapihak-pihak lain di lingkungan rumah sakit.
8. Melakukan suatu tindakan asusila terhadap siapapun baik didalam maupun
diluar wilayah kerja rumah sakit.
9. Terlibat dalam penggunaan dan atau pengedaran obat-oba tterlarang, dan
NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif).
10. Merokok, berjudi di lingkungan rumah sakit.
11. Menggunakan T-shirt serta pakaian dari bahan jeans dan kaos pada saat
jam kerja.
12. Bersenda gurau dan melakukan tindakan lain yang tidak terpuji.
13. Menggunakan pakaian ketat, dan sepatu dengan hak lebih dari 5 sentimeter.
14. Membawa segala macam bentuk senjata.
15. Menggunakan telepon dinas untuk kepentingan pribadi.
16. Memakai perhiasan di tangan saat melakukan tindakan medis.
J. Pelanggaran
1. Pelanggaran adalah setiap perbuatan yang menyimpang dari aturan,
norma/etika dan hukum yang berlaku
2. Jenis-jenis pelanggaran
Jenis pelanggaran dapat berupa:
a. Pelanggaran pelayanan.
Pelanggaran terhadap semua yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan rumah sakit jejaring.
b. Pelanggaran etika.
Pelanggaran terhadap semua yang berkaitan dengan etika yang berlaku;
c. Pelanggaran Pendidikan.
Pelanggaran terhadap semua yang berkaitan dengan program dan proses
Pendidikan.
d. Pelanggaran penelitian/karya ilmiah.
Pelanggaran terhadap semua yang berkaitan dengan aturan dan etik
penelitian kesehatan/karya ilmiah.
27
e. Pelanggaran Hukum.
Pelanggaran terhadap semua peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Tingkat pelanggaran.
Tingkat pelanggaran dapat dikategorikan menjadi 3 tingkatan.
a. Pelanggaran ringan
b. Pelanggaran sedang
c. Pelanggaran berat
K. Sanksi
Setiap pelanggaran terhadap tata tertib ini akan dikenakan sanksi sesuai berat
ringannya pelanggaran yang berupa :
1. Pelanggaran ringan dengan sangsi peringatan lisan
2. Pelanggran sedang dengan sangsi peringatan tertulis
3. Pelanggran berat dengan nsangsi dikembalikan ke Program Studi Profesi
Kedokteran FKIK UMY
Pelanggaran terhadap pemalsuan nilai atau paraf/ tanda tangan akan diberikan
sanki mengulang stase pada bagian tersebut, langsung oleh Komkordik
sepengetahuan Fakultas
L. Penghargaan
1. Mahasiswa yang berprestasi dan atau berprestasi luar biasa baik dalam
bidangnya atau di luar bidangnya, baik dalam lingkup pendidikan maupun
di dalam masyarakat dapat diberi penghargaan dari Universitas
2. Sebelum memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi luar
biasa Rektor perlu mendapat pertimbangan Senat Universitas.
28
BAB III
REKRUITMEN DAN KRITERIA KOMPETENSI
PENDIDIK KLINIS
A. Persyaratan
Pendidik klinis diangkat oleh Direktur RSUD Kabupaten Temanggung. Persyaratan
untuk bisa diangkat sebagai pendidik klinis adalah sebagai berikut.
1. Memiliki ijazah paling rendah Dokter Spesialis
2. Usia maksimal 55 tahun
3. Pangkat paling rendah Penata Muda Tk.l golongan III/b
4. Sudah menjadi anggota Kelompok Staf Medis di RSUD Kabupaten Temanggung
minimal selama I tahun
5. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3), paling rendah bernilai baik dalam
satu tahun terakhir.
6. Terdaftar sebagai Dosen Luar Biasa di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dibuktikan dengan SK Dosen Luar
Biasa yang ditandatalgani oleh Dekan FKIK UMY.
B. Kriteria Kompetensi
Untuk menjadi Pendidik / pembimbing dituntut untuk menguasai beberapa
kompetensi,yakni:
1. Kompetensi pedagogic
Kompetensi pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan interaksi belajar mengajar, dan juga pembimbingan antara
pembimbing dan peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi, kemampuan
pembimbing dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode pembimbingan,
memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola bimbingan, dan
melakukan evaluasi.
3. Kompetensi professional
Kompetensi profesioanal adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan
terhadap penguasaan materi bimbingan secara mendalam, utuh dan
komprehensif. Pembimbing yang memiliki kompetensi profesional tidak cukup
hanya memiliki penguasaan materi secara formal tetapi juga harus memiliki
kemampuan terhadap materi ilmu lain yang memiliki keterkaitan dengan pokok
bahasan materi bimbingan tertentu.
29
4. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan dan karakteristik
personal yang mencerminkan realitas sikap dan perilaku pembimbing dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi
kepribadian ini melahirkan ciri-ciri pembimbing diantaranya, jujur, adil, sabar,
tenang, tanggung jawab, amanah, demokratis, ikhlas, cerdas, menghormati
orang lain, stabil, ramah, tegas, berani, kreatif, inisiatif, dll.
5. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang
terkait dengan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya, pembimbing
harus dituntut memiliki keterampilan berinteraksi dengan peserta didik
bimbingannya khususnya dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyelesaikan problem peserta didik.
30
BAB IV
KEWENANGAN KLINIS
Dokter muda dapat mengisi lembaran rekam medis, termasuk menulis perintah
untuk memberikan obat atau terapi, akan tetapi dengan persyaratan tambahan
sebagai berikut:
1. Lembar rekam medis dibuat khusus untuk kepentingan pendidikan dokter muda
31
2. Mahasiswa melakukan hal tersebut dalam lingkup wewenang dan bimbingan
dokter pendidik klinis yang bertanggung jawab membimbing dokter muda
3. Dalam mengisi lembaran rekan medis, termasuk menulis perintah untuk
memberikan obat atau terapi mahasiswa harus menuliskan nama jelas dan
menandatanganinya. Untuk kepentingan rahasia pasien nama pasien dituliskan
inisial.
4. Dokter pendidik klinis melakukan monitoring dan evaluasi rekam medis yang
diisi oleh dokter muda.
5. Dokter muda FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mengikuti
kepaniteraan diluar RSUD Kabupaten Temanggung harus mengikuti dan
mentaati berbagai peraturan diatas beserta peraturan tambahan yang berlaku
dimasing-masing institusi atau rumah sakit pendidikan.
32
BAB V
JAMINAN MUTU
Supervisi dalam pendidikan menjadi tanggung jawab staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis untuk menjadi acuan pelayanan rumah sakit agar pasien, staf,
dan peserta didik terlindungi secara hukum. Supervisi diperlukan untuk
memastikan asuhan pasien yang aman dan merupakan bagian proses belajar bagi
peserta pendidikan klinis sesuai dengan jenjang pembelajaran dan level
kompetensinya.
33
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENELITIAN
A. Pengajuan Penelitian.
3. Calon peneliti menghubungi bagian Pendidikan Pelatihan dan Penelitian untuk
memperoleh akun pada SIM Penelitian.
4. Setelah memperoleh akun, calon peneliti mengunggah persyaratan penelitian
melalui SIM Penelitian meliputi:
a. Surat pengantar dari institusi
b. Proposal penelitian
c. Ethical Clearance ( surat layak etik )
5. Bila persyaratan terpenuhi rumah sakit menerbitkan surat ijin penelitian.
B. Pelaksanaan Penelitian.
1. Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus
mendapatkan Ethical clearance ( surat layak etik ) dari Komisi Etik Penelitian
RSUD Kabupaten Temanggung.
2. Penelitian dilakukan sejak ijin dari rumah sakit terbit.
3. Memastikan adanya pernyataan persetujuan ( Informed Consent ) kepada pasien
/ keluarga ( Subyek ) yang sebelumnya peneliti telah menjelaskan tentang:
a. Manfaat yang diharapkan.
b. Kemungkinan/potensi ketidaknyamanan dan risiko.
c. Alternatif yang dapat menolong mereka.
d. Prosedur yang harus diikuti.
e. Pihak yang dihubungi apabila ada pertanyaan dari subyek selama
mengikuti penelitian.
4. Pasien yang menolak berpartisipasi dan mengundurkan diri dari partisipasi
tidak mempengaruhi akses terhadap pelayanan rumah sakit.
5. Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cidera atau stress
tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah
terjadinya cidera, kesakitan, stress, maupun kematian subyek penelitian.
6. Penelitian menggunakan prinsip keterbukaan, dilakukan secara jujur, hati-hati,
professional, berperikemanusiaan dan memperhatikan factor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religious subyek
penelitian.
34
7. Penelitian yang dilakukan oleh Staf Medik Fungsional dan Dokter Pendidik
Klinis ( Dodiknis ) harus melibatkan peserta didik sebagai bagian dari
pembelajaran peserta didik.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Dokter Pendidik Klinis (Dodiknis) harus
melibatkan Civitas Hospitalia sebagai anggota penelitian.
9. Evaluasi pelaksanaan dilakukan pada penelitian yang melibatkan subyek
manusia.
35
BAB VII
PENUTUP
36