Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap era pemerintahan dalam rangka mengisi kemerdekaan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mulai dari Presiden

pertama, Ir. Soekarno, sampai pemerintah saat ini, yaitu Presiden

Joko Widodo selalu mempunyai tujuan mulia, yaitu untuk

memerdekakan, melindungi, memakmurkan, dan menyejahterakan

rakyatnya secara berdaulat. Tujuan mulia tersebut dalam

pemerintahan saat ini dirangkum dalam konsep Nawa Cita yang

berarti sembilan cita atau harapan.

Bila kita cermati hakikat dari Nawa Cita yang menjadi

landasan utama Kabinet Kerja, pada butir 6 dan 7 terkait dengan

upaya mewujudkan kemandirian ekonomi melalui sektor strategis,

dengan cara meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di

pasar internasional. Produktivitas rakyat, khususnya bagi petani

komoditas pangan, berarti adalah peningkatan produktivitas,

produksi, efisiensi dan keuntungan ekonomi. Kesembilan cita

tersebut oleh Kabinet Kerja tahun 2015–2019 dijabarkan agenda

prioritas sebagai arahan pembangunan pertanian ke depan, untuk

mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa

1
2

dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara

berdaulat (Renstra Kementan 2015-2019, 2015).

Nawa Cita merupakan agenda prioritas Kabinet Kerja

Pemerintah Indonesia periode 2015 – 2019 mengarahkan

pembangunan pertanian kedepan untuk mewujudkan kedaulatan

pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan

memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat.

Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan

bangsa dalam hal mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam

negeri; mengatur kebijakan pangan secara mandiri; serta melindungi

dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian

pangan. Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari

swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan

peningkatan nilai tambah usaha pertanian secara luas untuk

meningkatkan kesejahteraan petani. Program swasembada pangan

tersebut ditujukan kepada komoditi pangan beras, jagung, kedele,

tebu, bawang merah, cabai dan daging sapi/kerbau (Renstra

Kementan, 2015).

Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka penggunaan

teknologi mekanisasi sudah dikembangkan pada subsector pertanian

tanaman pangan. Dengan teknologi mekanisasi pertanian (alat

mesin pertanian/Alsintan), sumber daya alam dan sumber daya

manusia yang tersedia akan lebih termanfaatkan dalam rangka


3

peningkatan produksi pertanian, yang pada gilirannya sekaligus akan

mengembangkan ekonomi masyarakat (Asnawati, 2017). Alat dan

mesin pertanian (alsintan) mempunyai peranan yang sangat penting

dan strategis dalam rangka mendukung pemenuhan produksi

pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah

penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas

pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara individu yang kurang

menguntungkan (Departemen Pertanian, 2008). Hal ini mutlak

diperlukan, dikarenakan alsintan dapat mempercepat dan

meningkatkan mutu pengolahan tanah, penyediaan air,

meningkatkan Intensitas Pertanaman (IP), meningkatkan

produktivitas hasil, mengurangi kehilangan hasil, menjaga kesegaran

dan keutuhan, meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan

produk komoditas pertanian dan melestarikan fungsi lingkungan.

Dalam rangka mendukung pengembangan mekanisasi

pertanian terpadu dengan penerapan teknologi yang tepat,

Kementerian Pertanian berupaya untuk memberikan bantuan berupa

paket alat dan mesin pertanian (Alsintan) kepada masyarakat yang

dikelola melalui UPJA maupun Dinas Pertanian Provinsi / Kabupaten

/Kota dan Jajaran TNI-AD di kabupaten khususnya Satuan Komando

Kewilayahan (Korem / Kodim) yang dikelola dalam bentuk Brigade

Alsintan. Pengelolaan Brigade Alsintan dimaksudkan sebagai task

force dalam bentuk pendampingan kegiatan olah tanah, tanam dan


4

panen secara serempak yang dilakukan kelompok tani di masing–

masing wilayah (Kementrian Pertanian, 2017).

Langkah awal tahun 2015–2019 adalah usaha pencapaian

swasembada 7 (tujuh) komoditi pangan utama nasional, yaitu beras,

jagung, kedelai, bawang merah/putih, cabai, gula, daging

sapi/kerbau. Swasembada beras dan jagung telah dicapai pada

tahun 2016. Sedangkan komoditas bawang merah dan cabai pada

tahun 2019 ditargetkan akan terjadi pasokan, distribusi, harga yang

stabil, karena tercapainya swasembada (Ditjen Hortikultura, 2017).

Hal tersebut penting untuk dicapai karena kenaikan harga beras dan

cabai sering menimbulkan gejolak inflasi nasional.

Usaha yang harus dilakukan selama kurun waktu 2016–2019

untuk mencapai kondisi stabil distribusi dan harga bagi ke empat

komoditas tersebut adalah: (1) manajemen pola tanam; (2)

intensifikasi dan ekstensifikasi (pengembangan sentra di luar Pulau

Jawa); (3) inovasi teknologi dan dukungan alsintan; (4) penataan

rantai pasok distribusi dan rantai nilai pemasaran; (5) sinergi

kebijakan harga; (6) pembenahan kelembagaan dan SDM (Renstra

Kementan, 2015; Ditjen Hortikultura, 2017).

Dalam meningkatkan produksi pertanian, yang meliputi

kegiatan prapanen sampai pada pascapanen memerlukan dukungan

dari berbagai sarana dan prasarana produksi yang efektif,

diantaranya adalah dukungan alat mesin pertanian (Alsintan).


5

Penggunaan berbagai jenis alat mesin pertanian tersebut, selain

meningkatkan efektifitas dan efisiensi usahatani secara teknis dan

ekonomis juga akan menciptakan lapangan kerja baru, berupa

munculnya unit usaha pelayanan jasa alat mesin pertanian, yang

didukung oleh munculnya usaha penyediaan suku cadang dan

perbengkelan perawatan alat dan mesin sebagai dampak ikutannya.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui APBD Tahun 2015

telah menyediakan Alsintan untuk dioperasikan dan dimanfaatkan

oleh para petani melalui kelompok yang dibentuk khusus untuk itu,

yang dikenal dengan kelompok UPJA dan telah menyerahkan

berbagai jenis peralatan sebagai disebut di atas kepada Unit

Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang ada di Kabupaten Sidoarjo.

Alat diserahkan pada kelompok UPJA yang berlokasi di desa

Singkalan Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Tarap uji

coba telah dilakukan di bawah bimbingan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Kabupaten Sidoarjo, konsultan dan produsen / distributor

Alsintan itu sendiri. Untuk mengetahui kinerja sistem UPJA dan

pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi masyarakat petani,

diperlukan suatu penelitian dan analisis berkenaan dengan kelompok

UPJA tersebut, dan dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh

gambaran perkembangan dan permasalahan yang dihadapi dan

selanjutnya disusun rekomendasi berupa saran pengembangan.


6

Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu kabupaten yang

menerima program Brigade Alsintan dan menerima bantuan alsintan

yang tersebar di 10 Kecamatan se Kabupaten Sidoarjo dengan

rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1. Jumlah Bantuan Brigade Alsintan Di Kabupaten Sidoarjo

No Kecamatan Brigade Alsintan Bantuan Alsintan


1 Balongbendo Wiji Makmur Traktor 5 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 2 Unit, Hand Sprayer 5 Unit,
dan Combine Harvester 4 Unit
2 Tarik Kemuning Asri Traktor 4 Unit, Pompa Air 5 Unit, Mesin
Tanam 1 Unit, Hand Sprayer 5 Unit
3 Prambon Gotong Royong Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 1 Unit, Hand Sprayer 5 Unit,
dan Combine Harvester 1 Unit
4 Wonoayu Tani Sejahtera Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit,
MesinTanam 2 Unit, Hand Sprayer 4
Unit, dan Combine Harvester 2 Unit
5 Buduran Sumber Rejeki Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 1 Unit, Hand Sprayer 5 Unit,
dan Combine Harvester 2 Unit
6 Krembung Rejeni Makmur Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 1 Unit, Hand Sprayer 4 Unit
7 Sukodono Sami Rukun I Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 1 Unit, Hand Sprayer 5 Unit,
dan Combine Harvester 2 Unit
8 Porong Sido Makmur II Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 2 Unit, Hand Sprayer 5 Unit
9 Tulangan Sukun Makmur Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 2 Unit, Hand Sprayer 5 Unit,
dan Combine Harvester 3 Unit
10 Tanggulangin Subur Makmur Traktor 4 Unit, Pompa Air 4 Unit, Mesin
Tanam 1 Unit, Hand Sprayer 5 Unit,
dan Combine Harvester 2 Unit
Sumber : Dinas Pangan Dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, 2019

Dalam table 1.1. diatas diketahui bahwa dengan banyaknya

gelontoran alsintan mulai dari prapanen hingga pasca panen

diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan produksi dan

produktivitas serta efisien dan efektivitas dalam berusaha tani,


7

melainkan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat

petani (Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, 2017).

Namun, pada realitanya, hingga tahun 2019, dari 10 Brigade

Alsintan yang dibentuk pada tahun 2017 oleh Dinas Pangan dan

Pertanian Kabupaten Sidoarjo hanya 1 Brigade Alsintan saja yang

mampu berjalan dan berkembang secara optimal di Desa Singkalan

Kecamatan Balongbendo (Dinas Pangandan Pertanian Kabupaten

Sidoarjo, 2019). Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor – factor apa

saja yang mampu mempengaruhi kurang optimalnya kinerja dari

Brigade Alsintan tersebut.

Adanya alsintan dari program UPJA berdampak positif bagi

petani padi sawah, karena menghemat waktu, pengurangan tenaga

kerja, pengurangan biaya, peningkatan produktivitas dan

pengurangan kehilangan hasil. Kehilangan hasil pada saat panen

yang berkisar antara 10-12% dengan penggunaan Combine

Harvester bisa menekan kehilangan hingga 3%. Manfaat lain dari

pertanian modern menggunakan alsintan adalah berkurangnya biaya

usahatani dan bertambahnya pendapatan petani.

Penerapan alsintan tersebut ditempatkan dalam suatu

kawasan yang relatif luas (> 5 hektar/lokasi) agar diperoleh sistem

produksi yang efektif dan efisien dengan dukungan mekanisasi.

Kawasan yang mempunyai skala luas minimal dan secara

ekonomis menguntungkan untuk usahatani dengan dukungan penuh


8

alsintan disebut sebagai kawasan pertanian modern (Renstra

Kementan, 2015).

Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo mendorong

percepatan tanam pertanian modern melalui program bantuan

alsintan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah

alsintan setiap tahunnya. Pada table 1.2. dibawah dimana coverage

alsintan sampai dengan tahun 2020 sebagai berikut :

Tabel. 1.2. Coverage Alsintan s/d Tahun 2020 Triwulan IV


Kabupaten Sidoarjo
Rice Combine
L.Baku Hand Traktor Pompa Air
No Kecamatan Transplanter Harvester
2019 Jml Cov.’20 Jml Cov’20 Jml Cov’20 Jml Cov’20
1 Balongbendo 1,267 68 107.34 11 43.41 24 - 7 27.62
2 Wonoayu 1,431 102 142.56 10 34.94 16 - 7 24.46
3 Tarik 1,743 114 130.81 8 22.95 19 - 4 11.47
4 Krian 922 41 88.94 4 21.69 3 - 4 21.69
5 Prambon 1,341 95 141.69 6 22.37 19 - 8 29.83
6 Krembung 896 40 89.29 4 22.32 7 - 2 11.16
7 Tulangan 859 71 165.31 8 46.57 9 - 6 34.92
8 Porong 810 43 106.17 4 24.69 17 - 3 18.52
9 Jabon 1,458 61 83.68 3 10.29 20 - 1 3.43
10 Candi 946 58 122.62 1 5.29 5 - 2 10.57
11 Buduran 570 30 105.26 3 26.32 8 - 4 35.09
12 Gedangan 633 26 82.15 0 0.00 4 - 5 39.49
13 Waru 72 0 0.00 0 0.00 2 - 0 0.00
14 Sedati 613 17 55.46 0 0.00 1 - 0 0.00
15 Sidoarjo 403 5 24.81 0 0.00 1 - 0 0.00
16 Taman 644 18 55.90 1 7.76 0 - 1 7.76
17 Tanggulangin 1,362 52 76.36 8 29.37 19 - 5 18.36
18 Sukodono 1,352 40 59.17 2 7.40 5 - 4 14.79
Total 16,896 881 73 179 63
Ha / Musim 20 50 50
Coverage Alsintan 104.29 21.60 0.00 18.64
Cov. Rata-rata Kab.
48.18
2020 TW IV
Sumber : Dinas Pangandan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, 2020

Pada table 1.2. diatas bahwa pemerintah daerah Kabupaten

Sidoarjo telah merencanakan dan memperkuat Alsintan di setiap

Kecamatan, berdasarkan keterangan diatas Kecamatan

Balongbendo dengan cakupan luas baku tahun 2019 berjumlah


9

1,267 sedangkan alsintan hand traktor 68 buah dengan coverage

tahun 2020 berkisar menjadi 107.34 dan rice transplanter

berjumlah 11 buah dengan coverage 43.41, pompa air berjumlah

24 buah dengan coverage 0 sedangkan alsintan combine harvester

berjumlah 7 buah dengan coverage 27.62. Yang selama ini menjadi

kecamatan Balongbendo yang maju dalam menerapkan

pengembangan alat dan mesin pertanian, yang memiliki peran besar

dalam pembangunan pertanian dan lebih lanjut pada peningkatan

pendapatan petani, selain itu juga untuk mengatasi kelangkaan

tenaga kerja, terutama sering terjadi pada saat musim panen,

sehingga memberi peluang mundurnya waktu panen, dan

berdampak terhadap susut semakin besar (Umar, 2013). Salah satu

jenis alat dan mesin pertanian yang berperan dalam meningkatkan

produksi padi melalui penanganan panen secara lebih baik dan

mengurangi kehilangan hasil adalah alat dan mesin pertanian panen.

Alat dan mesin pertanian panen yang telah berkembang lama adalah

power thresher dan dalam pengembangan pertanian modern,

penggunaan combine harvester mulai digalakkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana

pelaksanaan program brigade alsintan tersebut dan mengetahui

fenomena apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

brigade alsintan petani serta menganalisis kinerja program UPJA di


10

Kabupaten Sidoarjo. Oleh karena itu, peneliti tertarik menjadikan

permasalahan tersebut sebagai landasan untuk meneliti dengan

judul “Kinerja Brigade Alsintan Dalam Rangka Percepatan

Tanam Di Kabupaten Sidoarjo”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apa aja Faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja Brigade

Alsintan di Kabupaten Sidoarjo ?

2. Sejauh mana faktor–factor tersebut mempengaruhi kinerja

Brigade Alsintan di Kabupaten Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi

kinerja Brigade Alsintan di Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui sejauh mana faktor–factor tersebut

mempengaruhi kinerja Brigade Alsintan di Kabupaten Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa
11

Manfaat penelitian ini bagi mahasiswa adalah untuk mengetahui

faktor–faktor utama yang mempengaruhi kinerja Brigade Alsintan

di Kabupaten Sidoarjo.

2. Bagi Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo

Manfaat penelitian ini bagi Dinas Pangan dan Pertanian

Kabupaten Sidoarjo adalah untuk menjadi masukan dan

pertimbangan dalam pembuatan program kerja sehingga di masa

yang akan datang dapat mengoptimalkan Brigade Alsintan dalam

meningkatkan perekonomian petani maupun desa terkait.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Memberikan masukan dan referensi kepada peneliti selanjutnya

yang akan meneliti berkaitan dengan dengan Usaha Pelayanan

Jasa Alsintan.

Anda mungkin juga menyukai