Anda di halaman 1dari 12

A.

Defiisi Persalinan Normal


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Sulistyowati & Nugraheny, 2013)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,
letak memanjang atau sejajar sumbu badan, presentasi belakang serta dengan tenaga ibu
sendiri. (Saifuddin, 2014)
B. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas,
namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
C. Patofisiologi proses persalinan
1. Kala I (Kala Pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler, kanalis servikalis
Kala I pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
1. Fase laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
- Pada umumnya fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam
2. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap akurat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) Dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
2. Kala II (Kala pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengejan karena tekanan
pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada
waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang.
Dengan his mengejan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan
janin. Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
3. Kala III( Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his,
dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan
akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas symphisis /
fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Tanda-tanda lepasnya plasenta : perubahan ukuran dan bentuk uterus, tali pusat
memanjang, semburan darah tiba-tiba.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2
jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
D. Patway
E.
Kehamilan cukup
bulan

34-39minggu

Pengeluaran lendir
disertai darah

Pecah ketuban

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontaksi uterus Partus Pelepasan Post


partum

Nyeri Kerja jantung Resiko perdarahan


meningkat Resiko pendarahan

Kelelahan (O2 Resiko infeksi


menurun)

Defisit volume
cairan
Gangguan respirasi
F. Tanda dan Gejala
Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara
langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena gangguan
akibat (langsung) dari persalinan. Diantaranya adalah :
1. Ketuban pecah dini
2. Persalinan preterm
3. Vasa previa
4. Prolaps tali pusat
G. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya
1. USG
2. Pemeriksaan Hb
H. Penatalaksanaannya
1. Menyiapkan ruangan untuk persalinan bayi
2. Menyiapkan semua perlengkapana, bahan-bahan dan obat-obatan esensial
3. Menyiapkan rujukan
4. Memberikan asuhan saying ibu selama persalinan
5. Melakukan upaya pencegahan infeksi
A. Konsep Dasar Asuhan
1. Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang dilaksanakan
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien
dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2010).
1. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu Penyakit kronis atau menular dan menurun
seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelun inpartus
didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan
kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus,
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara
merawat bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat
harga diri rendah.
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat
lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari
trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan buang air besar (BAB).
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri sebelum
persalinan.
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g. Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering merasa cemas dengan kehadiran anak.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi uterus pada
pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan mengalami kesulitan
dalam hal melahirkan, karena belum pernah melahirkan sebelumnya.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien
akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah
partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya (Asrining, dkk.
2003).
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Muskuluskeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba, 2013).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan prematur dan neonatus berpotensi
lahir prematur.
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Nyeri akut pain level, (level nyeri), pain pain management
berhubungan control (control nyeri) comfort (manajemen nyeri) :
dengan level (level kenyamanan). 1. Lakukan pengkajian
terjadinya Kriteria Hasil : nyeri secara
ketegangan otot 1. Mampu mengontrol nyeri komprehensif termasuk
Rahim (tahu penyebab nyeri, lokasi, karakteristik,
mampu menggunakan durasi, frekuensi,
tehnik non farmakologi kualitas dan faktor
untuk mengurangi nyeri, presipitasi.
mencari bantuan). 2. Observasi reaksi
2. Melaporkan bahwa nyeri nonverbal dari
berkurang dengan ketidaknyamanan
menggunakan manajemen 3. Gunakan teknik
nyeri. komunikasi terapeutik
3. Mampu mengenali nyeri untuk mengetahui
(skala, intensitas, frekuensi pengalaman nyeri
dan tanda nyeri). pasien
4. Menyatakan rasa nyaman 4. Ajarkan tentang teknik
setelah nyeri berkurang. non farmakologi
5. Tanda vital dalam rentang 5. Berikan analgetik
normal. untuk mengurangi
nyeri
6. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2 Risiko infeksi Immune Status (status imun), Infection Control (Kontrol


berhubungan Knowledge : Infection control infeksi) :
dengan ketuban (pengetahuan : controll infeksi), 1. Bersihkan lingkungan
pecah dini. Risk control (control infeksi). setelah dipakai pasien
Kriteria Hasil : lain.
1. Klien bebas dari tanda dan 2. Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
2. Mendeskripsikan proses 3. Instruksikan pada
penularan penyakit, factor pengunjung untuk
yang mempengaruhi mencuci tangan saat
penularan serta berkunjung dan setelah
penatalaksanaannya berkunjung
3. Menunjukkan kemampuan meninggalkan pasien.
untuk mencegah timbulnya 4. Cuci tangan setiap
infeksi sebelum dan sesudah
4. Jumlah leukosit dalam tindakan keperawtan.
batas normal 5. Gunakan sarung tangan
5. Menunjukkan perilaku sebagai alat pelindung.
hidup sehat. 6. Kolaborasi pemberian
terapi antibiotik bila
perlu.

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi) :
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
2. Monitor hasil
laboratorium (lekosit).
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Monitor masukkan
nutrisi dan cairan yang
cukup.
5. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep.
6. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
7. Ajarkan cara
menghindari infeksi

3 Ansietas Anxiety control (control Anxiety Reduction


berhubungan kecemasan), Coping (Koping). (penurunan kecemasan) :
dengan Kriteria Hasil : 1. Gunakan pendekatan
persalinan 1. Klien mampu yang menenangkan.
prematur dan mengidentifikasi dan 2. Nyatakan dengan jelas
neonatus mengungkapkan gejala harapan terhadap
berpotensi lahir cemas. pelaku pasien.
prematur 2. Mengidentifikasi, 3. Jelaskan semua
mengungkapkan dan prosedur dan apa yang
menunjukkan tehnik untuk dirasakan selama
mengontol cemas. prosedur.
3. Vital sign dalam batas 4. Temani pasien untuk
normal. memberikan keamanan
4. Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut.
wajah, bahasa tubuh dan 5. Berikan informasi
tingkat aktivitas faktual mengenai
menunjukkan diagnosis, tindakan
berkurangnya kecemasan. prognosis
6. Dorong keluarga untuk
menemani anak.
7. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
8. Identifikasi tingkat
kecemasan.
9. Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan.
10. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.
11. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat sebagai manusia yang unik (Hidayat, 2002).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan (Hidayat, 2002). Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi keperawatan
ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang
telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan
menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta : EGC

Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.

Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. EGC.


Jakarta Sarwono,
Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa Printer :
Jakarta
Martaadisoebrata D. 2013. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai