SKRIPSI
RIZKY JUSTITIAN
SKRIPSI
Disetujui oleh:
ii
Disetujui oleh :
Mengetahui :
iii
iv
KATA PENGANTAR
ini.
2. Ibu Dr. Retna Apsari, M.Si selaku ketua Program Studi S1 Teknobiomedik
untuk berkonsultasi
4. Ibu Ir. Wellina Ratnayanti Kawitana selaku penguji proposal skripsi dan
naskah skripsi
5. Bapak Supadi S.Si, M.Si selaku penguji skripsi yang telah memberikan
7. Ayah dan Ibu tersayang yang telah mendukung penyusun untuk tetap
8. Fendy Purwanda, Kiki, Gilang, Tyas, Theara, Taufik dan teman-teman yang
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas bantuan dan masukannya
11. Farah Febrina Haris yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
Penyusun
Rizky Justitian
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
pengembangan alat yang telah ada sebelumnya atau gabungan dari keduanya.
sangat membantu para tenaga medis untuk mendiagnosis penyakit dan kelainan
pada organ-organ vital tubuh manusia yang mempunyai fungsi ganda dan
sarana lainnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Salah satu organ tubuh
manusia yang mempunyai fungsi ganda dan kompleks adalah otot. Otot merupakan
organ gerak tubuh aktif karena mampu mengendalikan organ tubuh yang lain
sehingga kita dapat bergerak. Kekuatan otot mempengaruhi aktifitas dari gerak
tubuh, aktifitas tubuh yang tinggi didukung adanya kekuatan otot yang besar.
Pada tubuh manusia, pengetahuan mengenai gaya pada otot dan sendi
merupakan nilai besar dalam dunia kedokteran dan terapi fisik, dan juga
merupakan studi yang sangat berguna dalam aktifitas atletik (Giancoli, 1998).
1
Skripsi Rancang Bangun Elektromiograf Berbasis Personal Rizky Justitian
Computer.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2
Peran otot pada olahragawan atau atlet sangat penting dalam meraih prestasi dan
kesuksesan. Salah satu contoh peran kekuatan otot pada seorang atlet adalah
kekuatan otot lengan bawah pada atlet basket, voli, bulutangkis, tenis dan
kekuatan. Tidak berfungsinya otot dengan baik, dalam hal ini otot lengan bawah,
adanya kerusakan otot yang terjadi pada tubuh diperlukan adanya teknologi
tubuh. Informasi diagnostik mengenai aktifitas otot dapat diperoleh dari aktifitas
informasi tentang kondisi otot seseorang, apakah ototnya terlalu tegang, terlalu
potensial listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika sel-sel ini elektrik atau
atau motorik seperti tremor atau berkedut, kerusakan saraf motorik dari cedera
atau osteoarthesis, dan patologi yang mempengaruhi motor end plates (Northrop,
listrik pada permukaan otot tubuh memiliki kisaran tegangan 0,4 mV sampai 5
mV, dan terdapat amplitudo tegangan yang lebih tinggi lagi apabila terjadi
kualitatif profil potensial otot manusia saat berkontraksi dan berelaksasi. Pada
merupakan noise dari jala-jala PLN belum mampu dihilangkan. Hasil tampilan
sinyal pada alat yang dihasilkan dari penelitian tersebut belum akurat dimana
profil potensial otot yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Instrumen
sistem. Penelitian lain terkait alat elektromiograf juga telah dilakukan oleh
masih terdapat kekurangan dimana filter yang dirancang belum sesuai dengan
perhitungan. Hasil tampilan sinyal pada alat yang dihasilkan belum akurat dengan
tingkat % error alat sebesar 26,67%. Kinerja ADC dari alat yang dihasilkan
Pada penelitian ini diteliti profil aktifitas listrik otot manusia ketika
relaksasi dan kontraksi. Otot tubuh manusia yang menjadi fokus obyek penelitian
ini adalah otot lengan bawah. Bagian otot lengan bawah yang disadap aktifitas
otot tubuh, dengan demikian instrumen ini dapat menghasilkan data digital untuk
dari personal computer, dalam penelitian ini kedua mekanisme dibandingkan satu
dengan yang lainnya. Tampilan sinyal dari elektromiograf merupakan sinyal yang
bersifat acak atau random (Nomiyasari, 2011). Tampilan sinyal pada penelitian ini
berada dalam kawasan waktu, dengan kata lain hasil tampilan sinyal keluaran
merupakan hubungan antara waktu dengan tegangan potensial listrik otot tubuh.
Dikarenakan besar aktifitas listrik otot lengan bawah yang sangat kecil,
menurut Nomiyasari (2011) yakni berkisar antara 0,4 mV hingga 5 mV, maka
perlu dilakukan penguatan, besar penguatan total yang dirancang pada penelitian
ini adalah berkisar antara 5000 hingga 6000 kali. Alat elektromiograf yang
250 Hz, hal ini didasarkan penelitian Nomiyasari (2011), frekuensi tersebut
merupakan frekuensi sinyal aktifitas listrik otot yang paling sering muncul.
listrik PLN yaitu frekuensi 50 Hz maka alat yang di rancang dilengkapi dengan
aktifitas listrik otot lengan bawah digunakan surface electrode. Hal ini
listrik otot lengan pasien. Desain penelitian elektromiograf ini diharapkan dapat
menjadi teknologi tepat guna dengan harga yang terjangkau dan dapat
ini adalah:
sebagai alat yang mampu mendeteksi adanya efek elektris pada otot
neuroprosthesis.
Airlangga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Otot
rangka atau striated, otot jantung dan otot polos. Otot rangka adalah otot yang
berhubungan dengan gaya luar, otot rangka bekerja di bawah kontrol sistem syaraf
gerakan dan manipulasi (Marieb, 2010). Otot jantung dan otot polos dioperasikan
oleh sistem syaraf otomatis. Untuk kontraksi otot sadar diperlukan stimulan dari
sistem saraf (Setioningsih, 2010). Menurut Marieb (2010), pada dasarnya setiap
setelah mengalami kontraksi atau ekstensi. Pada saat otot kembali pada
Pada penelitian ini, yang dijadikan fokus objek pengamatan adalah otot pada
lengan bawah tubuh manusia yang merupakan otot rangka. Bagian otot lengan
8
Skripsi Rancang Bangun Elektromiograf Berbasis Personal Rizky Justitian
Computer.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9
menggerakkan rangka. Otot itu berdiri dari sel-sel yang panjang yang dikenal
sampai 30 cm atau lebih pada otot panjang. Otot rangka berada di bawah kendali
volunteer (otot sengaja: otot-otot di bawah kendali langsung oleh pusaran frontal
setengah bola selaput otak). Otot ini berkontraksi dengan kuat saat distimulasi
oleh suatu serabut saraf, tetapi menjadi lelah dengan cepat (Watson, 2002).
Menurut Nomiyasari (2011) potensial listrik pada permukaan otot tubuh memiliki
kisaran tegangan 0,4 mV sampai 5 mV, dan terdapat amplitudo tegangan yang
Pada otot rangka, setiap sel banyak mengandung serat seperti benang,
yang disebut myofibril, yang lebarnya hanya 0,01 sampai 0,1 mm (Marieb, 2010).
Myofibril ini tampak sebagai struktur lurik teratur dengan warna terang diselingi
warna gelap sepanjang struktur tersebut dan tersusun sangat teratur sehingga
bagian gelap dan terang tersusun berurutan. Setiap fibril terbungkus di dalam
terbungkus dalam suatu sarung yang disebut endomisium. Berkas ini bersama-
sama dan terbungkus dalan suatu sarung, yang disebut perimisium, yang pada
akhirnya membentuk otot individu, yang juga memiliki sarung fibrosa, yang
disebut epimisium. Nukleus terletak pada sisi sel. Tingkat organisasi dari otot
Pada jaringan otot rangka, tiap-tiap myofibril terdapat unit kontraksi yang
disebut sarkomer, dalam sarkomer terdapat filamen tipis (aktin) dan filamen tebal
myosin yang akan bergeser dan saling tumpang tindih ketika terjadi kontraksi
(Effendi dkk, 2006). Bila saraf otot diberi rangsangan, maka otot akan
berkontraksi atau mengerut. Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya
biasanya diam sedangkan ujung yang lain begerak ke ujung yang diam tersebut.
Ujung yang diam disebut origo, sedangkan yang bergerak di sebut insersi. Bila
pada otot rangka dimulai dengan potensial aksi dalam serabut-serabut otot.
Potensial aksi ini merupakan fenomena keseluruhan atau tidak sama sekali (all or
none) yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan waktu dan
amplitudo dari potensial aksi akan selalu sama (Gabriel, 1996). Potensial aksi ini
1997).
Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut membran sel,
di dalam sel ini terdapat ion Na+, Ca+, Cl- dan protein. Sel mempunyai
kemampuan untuk memindahkan ion dari satu sisi ke sisi yang lain, kemampuan
sel ini disebut aktifitas kelistrikan sel. Dalam keadaaan biasa konsentrasi ion Na +
lebih besar daripada di dalam sel. Suatu saraf atau membran otot pada keadaan
istirahat (tidak adanya proses konduksi impuls listrik), konsentrasi Na+ lebih
banyak di luar sel daripada di dalam sel, di dalam sel akan lebih negatif
galvanometer akan mencapai -90 mV, membran sel ini disebut dalam keadaan
polarisasi.
listrik, mekanik atau zat kimia, butir-butir membran akan berubah dan beberapa
ion Na+ akan masuk dari luar sel ke dalam sel. Di dalam sel akan menjadi kurang
negatif daripada di luar sel dan potensial membran akan meningkat. Keadaan
membran ini dikatakan menjadi depolarisasi. Suatu rangsangan yang cukup kuat
tertentu ini disebut nilai ambang, dan proses depolarisasi akan berkelanjutan serta
irreversible, ion-ion Na+ akan mengalir ke dalam sel secara cepat dan dalam
jumlah yang banyak. Pada keadaan ini potensial akan naik cepat mencapai +40
mV. Terjadinya depolarisasi sel membran secara tiba-tiba disebut potensial aksi,
(all or none) yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan waktu
dan amplitudo dari potensial aksi akan selalu sama (Gabriel, 1996). Segera setelah
dengan cepat mengembalikan ion Na+ ke luar sel sehingga mencapai potensial
membran istirahat (-90 mV). Proses ini disebut polarisasi dan berakhir. Adapun
gambar tahapan potensial aksi dan konduktansi ion Na+ dan K+ disajikan pada
Gambar 2.2.
Menurut Gabriel (1996), beberapa aspek kuantitatif dari potensial aksi otot
otot rangka.
4 6
3
1 2 7 9
8
Gambar 2.2 Tahapan Potensial Aksi Dan Konduktansi Ion Na+ dan K+
(Effendi dkk, 2006).
konduktansi ion Na+ dan K+ yang tersaji pada Gambar 2.2 dijelaskan sebagai
berikut:
2. Rangsangan depolarisasi
sehingga ion Na+ masuk ke dalam sel dan saluran ion K+ mulai terbuka
secara perlahan.
5. Saluran ion Na+ tertutup dan saluran ion K+ terbuka secara perlahan.
2.2 Elektromiografi
Otot dilayani banyak unit motor. Suatu unit motor terdiri dari cabang
tunggal neuron/ saraf dari otak atau medulla spinalis. Ada 25 – 2000 serat otot
(sel), dihubungkan dengan saraf via motor end plate, sehingga potensial istirahat
yang melewati serat otot serupa dengan potensial istirahat yang melewati serat
saraf. Oleh sebab itu gerakan otot berkaitan dengan satu potensial aksi yang
merambat sepanjang akson dan diteruskan ke serat otot melalui motor end plate
(Gabriel, 1996). Sinyal listrik yang dihasilkan oleh aktifitas otot tubuh dapat
dianalisis dengan alat yang disebut elektromiograf. Pencatatan potensial otot atau
informasi tentang status dan fungsi dari otot-otot melalui kuantifikasi dari
kegiatan listrik otot (De Bel, 2007). Menurut Delsys (2001) tampilan sinyal
amplitudo tegangan dari sinyal analog pada titik waktu spesifik. Tampilan sinyal
otot tubuh dengan waktu. Tampilan sinyal dari elektromiograf merupakan sinyal
yang bersifat acak atau random. Tampilan sinyal keluaran elektromiograf dalam
domain waktu dapat dilihat pada Gambar 2.3. Sinyal EMG dapat dianalisis untuk
diketahui adanya aktifitas otot menimbulkan potensial aksi. Potensial listrik dalam
otot tersebut terjadi akibat adanya reaksi kimia dalam otot. Sinyal listrik otot atau
potensial listrik pada permukaan otot tubuh memiliki kisaran tegangan 0,4 mV
frekuensi 100 Hz sampai dengan 500 Hz) (Cameron 1992). Karena potensial
listrik yang terjadi pada tubuh manusia ini sangat kecil maka diperlukan suatu
rangkaian yang dapat memperjelas sinyal dari potensial listrik tersebut. Untuk
memperjelas sinyal dari potensial listrik otot tubuh maka minimal diperlukan
diferensial dengan dua masukan yaitu masukan membalik (inverting) yang diberi
simbol (-) dan masukan tak membalik (non-inverting) yang diberi simbol (+) serta
satu keluaran.
𝑅
𝑉𝑂𝑢𝑡 = 𝑅2 𝑉2 − 𝑉1 .......................(2.1)
1
𝑉 𝑅
𝐺 = 𝑉 𝑂𝑢𝑡 = 𝑅2 .......................(2.2)
−𝑉
2 1 1
yang dapat turut terukur dan mengganggu pengukuran. Sinyal gangguan yang
terbesar datang dari ‘interference’ sumber tegangan listrik jala-jala (PLN) yang
disebabkan oleh efek kapasitansi antara tubuh manusia dengan jaringan tegangan
listrik yang ada disekitar kita. Pengaruh gangguan dari luar tidak akan turut
diperkuat karena gangguan tersebut berpengaruh pada input positif dan input
tertentu. Dalam teori rangkaian, filter adalah jaringan listrik yang mengubah
karakteristik amplitudo dan atau fase dari sebuah sinyal pada frekuensi tertentu.
Setiap filter memiliki acuan karakteristik frekuensi yang dikenal dengan cut-off
frekuensi, yaitu titik acuan batas frekuensi antara frekuensi yang akan dilewatkan
Nomiyasari (2011) pada surface EMG, sinyal yang didapatkan memiliki frekuensi
antara 20 Hz sampai 500 Hz. Dalam penelitian ini frekuensi yang akan dilewatkan
adalah 20 Hz hingga 250 Hz, maka frekuensi dibawah 20 Hz dan diatas 250 Hz
250 Hz maka dibutuhkan rangkaian lowpass filter. Gambar 2.5 merupakan contoh
pola grafik hubungan tegangan output dengan frekuensi dari rangkaian highpass
filter. Gambar 2.6 merupakan contoh pola grafik hubungan tegangan output
Gambar 2.5 Pola Grafik Hubungan Tegangan Output dengan Frekuensi Dari
Rangkaian Highpass dengan cut-off 20 Hz (Nomiyasari, 2011).
(a) (b)
Gambar 2.6 Pola Grafik Hubungan Tegangan Output dengan Frekuensi
(a)Dari Rangkaian Lowpass Filter dengan cut-off 500 Hz (Nomiyasari, 2011)
(b)Dari Rangkaian Lowpass Filter dengan cut-off 40 Hz (Ahmad, 2011).
(PLN) juga akan dihilangkan sehingga data yang didapatkan nantinya lebih
jala-jala listrik maka digunakan rangkaian notch filter. Rangkain notch filter
adalah rangkaian filter analog yang dapat meredam sinyal dengan lebar pita atau
daerah frekuensi tertentu (Wajiansyah, 2011). Gambar 2.7 merupakan contoh pola
grafik hubungan tegangan output dengan frekuensi dari rangkaian notch filter
(a) (b)
Gambar 2.7 Pola Grafik Hubungan Tegangan Output dengan Frekuensi Dari
Rangkaian Notch Filter dengan cut-off 50 Hz
(a)dari penelitian Nomiyasari (2011) (b)dari Penelitian Ahmad (2011).
2.3 Elektroda
elektroda harus cukup besar dan akurat untuk diproses lebih lanjut oleh peralatan
biolistrik, elektroda memiliki jenis yang beragam. Pemakaian elektroda terdiri dari
2 jenis yaitu invasive yang melukai kulit dan non-invasive yang tidak melukai
kedua elektroda. Apabila kedua elektroda mempunyai jenis sama, maka besar
potensial bergantung pada perbedaan nyata potensial ion antara dua titik pada
tubuh yang sedang diukur. Ketelitian sinyal yang dideteksi oleh elektroda akan
muatan yang bervariasi sebagai fungsi posisi, seperti pada Gambar 2.8. Prinsip
distribusi muatan seperti kapasitor, menjadi positif di satu sisi dan negatif di sisi
lainnya. Oleh karena itu, rangkaian listrik yang setara untuk junction atau
terjadi sepanjang kapasitansi yang setara. Resistansi seri pada sirkuit yang
Impendansi elektroda (Z) untuk sirkuit ekuivalen. ditentukan oleh aturan untuk
𝑅𝑑
Z = Rs + ……………………………..……………………(2.3)
1+𝑗 2𝜋𝑓𝐶𝑑𝑅𝑑
Rumus impedansi pada Persamaan 2.3 memberikan deskripsi yang tepat dari
permukaan kulit yang kering 93 kΩ, sedangkan pada kulit yang diberi pasta
elektrolit adalah 10,8 kΩ (Aston, 1990). Pada penelitian ini digunakan elektroda
berupa elektroda permukaan kulit (surface electrode) yang terbuat dari metal atau
logam yang tahan karat. Surface electrode digunakan untuk menyadap aktifitas
otot lengan tubuh yang diteliti dimana potensial pada permukaan tubuh berkisar
Sebuah sinyal EMG berasal dari beberapa unit motor dan didefinisikan
sebagai jumlah dari semua motor unit action potential (MUAP) ditambah noise
dan artefacts. Untuk keperluan aplikasi ergonomi maka elektroda yang digunakan
pada penelitian ini adalah surface electrode. Hal ini dikarenakan surface electrode
mudah pemasangannya juga tidak terlalu mengganggu aktifitas dari orang yang
Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Susunan Instrumen EMG dengan Surface Electrodes dan Prinsip
Perekaman Potensial Aksi Ekstrasellular (Setioningsih, 2010).
2.4 Soundcard
(Mariam S.K, 2006). Soundcard biasa digunakan untuk merekan dan memainkan
sinyal suara. Dalam penelitian ini soundcard digunakan sebagai ADC (Analog To
soundcard internal dari komputer Acer 4736 dimana soundcard yang tertanam
2.5 Mikrokontroler
arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang dimana setiap proses
eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set
a) 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus
clock.
memisahkan memori untuk kode program dan memori untuk data sehingga
memori program dieksekusi dalam satu alur tunggal, dimana pada saat satu
setiap satu siklus clock. 32 x 8-bit register serba guna digunakan untuk
mendukung operasi pada ALU ( Arithmatic Logic unit ) yang dapat dilakukan
dalam satu siklus. 6 dari register serbaguna ini dapat digunakan sebagai 3 buah
register pointer 16-bit pada mode pengalamatan tak langsung untuk mengambil
data pada ruang memori data. Ketiga register pointer 16-bit ini disebut dengan
register X ( gabungan R26 dan R27 ), register Y ( gabungan R28 dan R29 ),
dan register Z ( gabungan R30 dan R31 ). Adapun datasheet mikrokontroler AVR
ATmega 328 disajikan pada Lampiran 18. Gambar 2.11 adalah konfigurasi pin
ATmega328
memori program terdiri dari instruksi 16-bit atau 32-bit. Selain register serba
guna di atas, terdapat register lain yang terpetakan dengan teknik memory
mapped I/O selebar 64 byte. Beberapa register ini digunakan untuk fungsi
khusus antara lain sebagai register Control Timer/ Counter, Interupsi, ADC,
menempati memori pada alamat 0x20h-0x5Fh. Gambar 2.12 adalah tampilan blok
2.6 Arduino
adalah kit mikrokontroler yang serba bisa dan sangat mudah penggunaannya.
Arduino pada chip). Arduino merupakan single board hardware yang open-source
AVR dari atmel yang didalamnya sudah diberi bootloader dan juga sudah terdapat
standart pin I/Onya. Saat ini Arduino sudah sangat populer dan sudah banyak
dipakai untuk membuat proyek-proyek seperti drum digital, pengontrol LED, web
pengontrol kamera, dsb. Arduino terdiri dari hardware berupa arduino board dan
selesai dibuat, tombol Upload ditekan dan dalam beberapa detik program yang
ATmega 328 (Banzi, 2008). Gambar 2.13 adalah bentuk dari arduino nano.
d) Memiliki modul siap pakai (shield) yang bisa ditancapkan pada board
berformat hex yang akan di-download pada papan arduino atau papan sistem
Eclipse IDE, atau Netbeans. Atau serupa dengan IDE semacam Code Blocks,
file hex dari baris kode yang dinamakan sketch, tampilan editor atau sketch pada
Program hasil kompilasi itu lalu dijalankan oleh bootloader. Hasil kompilasi dari
arduino software dapat dipergunakan dan dijalankan tidak hanya pada arduino
board atau turunannya yang kompatibel. Program hasil kompilasi itu dapat
menggunakan bootloader.
aplikasi visual. Pada penelitian ini bahasa pemograman delphi digunakan untuk
Keunggulan lain dari delphi adalah dapat digunakan untuk merancang program
aplikasi yang memiliki tampilan seperti program aplikasi lain yang berbasis
aplikasi sendiri adalah satu dari beberapa keunggulan delphi, terdapat menu-
2. Proses kompilasi cepat, pada saat aplikasi yang dibuat dijalankan pada delphi,
maka secara otomatis akan dibaca sebagai sebuah program, tanpa dijalankan
terpisah.
3. Mudah digunakan, source kode delphi yang merupakan turunan dari pascal,
adalah:
2. Interfacing: sebagai bahasa program untuk perangkat antar muka yang saat
ini digunakan.
Salah satu contoh output tampilan program yang dibuat dengan menggunakan
karakteristik antara lain DC offset sangat rendah, drift rendah, noise rendah,
impedansi input yang sangat tinggi (Carr, 1981). Pada penelitian ini IC AD620
V4
A1
A3
A2 V3
GND
amp yang dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat dua op-amp (A1 dan A2)
dari A1 dan A2. Tegangan keluaran dari V3 dan V4 dapat dihitung berdasarkan
𝑅1 𝑅1
𝑉3 = 𝑉2 𝑥 + 1 − 𝑉1 𝑥 ............................... (2.4)
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛
𝑅1 𝑅1
𝑉4 = 𝑉1 𝑥 + 1 − 𝑉2 𝑥 ............................... (2.5)
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛
𝑅1 𝑅1
(𝑉3 − 𝑉4 ) = (𝑉2 − 𝑉1 ) + 1 + (𝑉2 − 𝑉1 )
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛
𝑅1 𝑅1
(𝑉3 − 𝑉4 ) = (𝑉2 − 𝑉1 ) + 1+
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛
2𝑅1
(𝑉3 − 𝑉4 ) = (𝑉2 − 𝑉1 ) + 1 ................................... (2.6)
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛
2𝑅1
𝐴12 = + 1 ................................................................... (2.7)
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛
2𝑅1 𝑅3
𝐴𝑜𝑢𝑡 = + 1 ...................................................... (2.8)
𝑅𝑔𝑎𝑖𝑛 𝑅2
instrumentation amplifier yang terdapat pada IC AD620 dan Gambar 2.18 adalah
Gambar 2.18 Konfigurasi Pin Pada AD620 (Analog Devices Datasheet, 1999).
tunggal, RG :
49,4 𝑘𝛺
𝐺 =1+ ...............................................................................(2.9)
𝑅𝐺
Nilai 49,4 kΩ dalam Persamaan (2.9) merupakan hasil jumlah dari dua
resistor internal feedback (R1 dan R2 pada Gambar 2.16) dimana masing-masing
bernilai 24,7 kΩ. Kestabilan dan suhu dari resistor eksternal, RG, juga akan
hasil gain yang tinggi. Adapun datasheet IC AD620 disajikan pada Lampiran 20.
2.8.2 IC OP07
yang presisi dengan tegangan input offset masukan yang rendah. Akurasi dan
stabilitas dari OP07 dikombinasikan dengan kebebasan dari nulling eksternal telah
Devices Datasheet, 1999). Gambar 2.19 adalah konfigurasi pin IC OP07 dan
rangkaian drift right leg, highpass filter, lowpass filter, notch filter dan rangkaian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai bulan
sebagai berikut :
2. Software Arduino
3. Software Eagle
5. Multimeter
6. Solder
7. Penyedot timah
36
Skripsi Rancang Bangun Elektromiograf Berbasis Personal Rizky Justitian
Computer.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
37
9. Function generator
11. Osiloskop
11. Probe
Pemilihan suatu bahan merupakan salah satu hal yang sangat penting
1. IC AD620
2. IC OP07
6. Timah
9. Ferichlorite
10. Baterai
ini terbagi dalam beberapa tahapan untuk menggapai tujuan akhirnya, yaitu
dimulai dari tahap perancangan hingga tahap kalibrasi alat dan analisis data.
Diagram alir prosedur penelitian secara lengkap disajikan pada Gambar 3.1.
dalam dua tahap, yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perancangan
ATmega 328 pada board arduino nano dan dengan menggunakan soundcard
disajikan pada Gambar 3.2. Gambar 3.3 adalah blok diagram hardware
Catu daya yang digunakan pada alat elektromiograf ini adalah ±5V,
dimana sumber tegangan dari rangkaian catu daya berasal dari baterai. Rangkaian
catu daya terdiri dari IC regulator 7805 untuk menstabilkan tegangan menjadi
+5V dan IC regulator 7905 untuk menstabilkan tegangan menjadi -5V. Skema
noise yang ikut dalam sinyal elektromiograf (Setiawan, 2008). Rangkaian Pre-
EMG yang memiliki amplitudo dalam orde mikrovolt hingga milivolt didapatkan
sinyal dalam orde volt. Pada rangkaian pre-amplifier juga terdapat rangkaian drift
right leg yang berguna sebagai tegangan referensi/grounding pada tubuh, pada
pada penelitian ini berfungsi untuk melewatkan frekuensi diatas 20 Hz. Rangkaian
highpass filter pada penelitian ini merupakan rangkaian filter aktif orde 2.
Rancangan rangkaian highpass filter yang digunakan pada penelitian ini disajikan
frekuensi tinggi dan meloloskan frekuensi rendah. Pada penelitian ini rangkaian
merupakan rangkaian filter aktif orde 2. Rancangan rangkaian lowpass filter yang
frekuensi tertentu, dalam penelitian ini frekuensi cut-off pada rangkaian notch
filter adalah frekuensi 50 Hz. Rangkaian notch filter berfungsi untuk menyaring
gangguan yang paling dominan yang terjadi disebabkan adanya interferensi dari
tegangan jala-jala listrik PLN (Muzakki, 2002). Pada penelitian ini, rangkaian
notch filter merupakan rangkaian filter aktif orde 2. Rancangan rangkaian notch
filter yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 3.8.
tegangan sinyal elektromiograf dapat tersampling secara utuh oleh ADC internal
Software yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
mikrokontroler ATmega 328 dan software untuk pengiriman data dari hardware
PC.
ATmega 328 dengan board mikrokontroler arduino nano, proses akusisi data dari
software delphi
software berfungsi untuk konversi data dan pengiriman data. Perangkat lunak
Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Diagram Alir Program Mikrokontroler ATmega 328 Pada Arduino
Software
sehingga data dari hardware elektromiograf mampu ditampilkan pada PC. Berikut
adalah Alur program untuk pengiriman data dari hardware elektromiograf menuju
sesuai dengan fungsi dan skema blok diagram elektromiograf. Dalam pembuatan
dipasang pada PCB. Aktifitas listrik otot pada tubuh pasien disadap menggunakan
electrode). Sinyal sadapan aktifitas listrik otot tubuh tersebut dikuatkan oleh
rangkaian filter yang terdiri dari rangkaian highpass filter, rangkaian lowpass
mikrokontroler ATmega 328, hasil dari rangkaian filter menuju rangkaian adder.
rangkaian filter masuk ke PC melalui soundcard pada PC. Data diolah dengan
rangkaian berdasarkan Gambar 3.2. Tujuan pengujian hardware ini adalah untuk
Beberapa bagian rangkaian elektromiograf yang akan diuji adalah rangkaian pre-
amplier, rangkaian highpass filter, rangkaian lowpass filter, rangkaian notch filter,
rangkaian adder dan rangkaian mikrokontroler ATmega 328 pada board arduino
nano.
tegangan yang dihasilkan. Uji ini dilakukan dengan mengatur function generator
Tabel 4.1.
rangkaian ini, apakah berubah atau tidak dengan pemberian variasi frekuensi yang
menghasilkan variasi frekuensi dalam satuan hertz (Hz), selanjutnya diamati besar
tegangan keluaran dari rangkaian filter melalui osiloskop. Rangkaian filter yang
diuji adalah rangkaian highpass filter, rangkaian lowpass filter dan rangkaian
notch filter. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah filter yang dirancang
dapat menyaring frekuensi yang tidak diinginkan dan melewatkan frekuensi yang
diinginkan.
dalam satuan hertz (Hz) dimulai dari frekuensi 300 Hz hingga frekuensi 1 Hz.
Hasil pengujian rangkaian highpass filter disajikan pada Tabel 4.2. Rangkaian
lowpass filter diuji dengan memberikan variasi frekuensi dalam satuan hertz (Hz)
dimulai dari frekuensi 50 Hz hingga frekuensi 900 Hz. Hasil pengujian rangkaian
lowpass filter disajikan pada Tabel 4.3. Rangkaian notch filter diuji dengan
memberikan variasi frekuensi dalam satuan hertz (Hz) dimulai dari frekuensi 20
Hz hingga frekuensi 100 Hz. Hasil pengujian rangkaian notch filter disajikan pada
Tabel 4.4.
adder diuji dengan memberikan masukan tegangan dari function generator dan
sinyal keluaran dari rangkaian adder ditampilkan di osiloskop. Uji ini dilakukan
rangkaian adder, apakah naik atau turun sesuai dengan keinginan. Baseline
untuk menguji seberapa besar kinerja alat serta untuk mengetahui hasil dari kerja
internal dari PC pada penelitian ini, dilakukan pengambilan data profil aktifitas
otot lengan bawah ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat.
pasien. Pada penelitian ini digunakan surface electrode yang ditempatkan pada
sedang dan kontraksi kuat pada alat elektromiograf yang telah dihasilkan dengan
elektromiograf Cadwell Sierra II yang terdapat pada rumah sakit Dr. Soedono
Sierra II pada lengan bawah pasien pada titik yang sama. Dilakukan gerakan
relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat pada lengan bawah pasien.
relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat pada alat elektromiograf yang telah
dihasilkan dan pada alat elektromiograf Cadwell Sierra II. Dari hasil rekaman
gambar sinyal aktifitas listrik otot ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi
kuat baik pada alat elektromiograf yang telah dihasilkan maupun alat
peak to peak secara manual. Nilai tegangan sinyal peak to peak ketika relaksasi,
kontraksi sedang dan kontraksi kuat yang terdapat pada gambar sinyal alat
to peak ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat pada alat
data.
Analisis data hasil dari alat yang telah dihasilkan dibandingkan dengan
alat elektromiograf Cadwell Sierra II dilakukan dengan cara mencari nilai % error
dan nilai deviasi. Nilai deviasi dapat diperoleh dengan membandingkan nilai yang
sebenarnya, yaitu nilai tegangan sinyal peak to peak ketika relaksasi, kontraksi
sedang dan kontraksi kuat yang terdapat pada gambar sinyal alat elektromiograf
yang sudah terkalibrasi dengan nilai tegangan sinyal peak to peak ketika relaksasi,
kontraksi sedang dan kontraksi kuat pada alat elektromiograf yang dihasilkan
pada penelitian ini. Menurut Nomiyasari (2011) nilai % error alat dapat diperoleh
∆𝑥 𝑥𝑝 − 𝑥
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100% = × 100%...........................................(3.1)
𝑥 𝑥
deviasi = 𝑥𝑝 − 𝑥 .................................................................................(3.2)
Keterangan:
∆𝑥 : nilai ketidakpastian
𝑥 : nilai sebenarnya
BAB IV
Perangkat keras yang berhasil dibuat dalam penelitian ini adalah alat
dari beberapa sub rangkaian yaitu rangkaian catu daya, rangkaian pre-amplifier,
Adapun perangkat keras keseluruhan yang berhasil dibuat dalam penelitian ini
56
Skripsi Rancang Bangun Elektromiograf Berbasis Personal Rizky Justitian
Computer.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57
menggunakan dua buah baterai kotak dengan besar tegangan 9 volt. Untuk
dengan skematik pada Gambar 3.5. Rangkaian pre-amplifier terdiri dari rangkaian
penguat instrumentasi dan rangkaian drift right leg. Untuk rangkaian pre-
amplifier yang dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat dua op-amp (A1 dan
A2) yang dihubungkan dengan konfigurasi non-inverting follower dan satu op-amp
(A3) dengan konfigurasi penguat diferensial. IC AD620 ini akan aktif bekerja
ketika diberi masukan tegangan +5 volt dan -5 volt dari rangkaian catu daya.
Sedangkan pada rangkaian drift right leg digunakan IC OP07, IC OP07 ini akan
aktif bekerja ketika diberi masukan tegangan +5 volt dan -5 volt dari rangkaian
catu daya. Besar penguatan dari rangkaian instrumentasi dari rangkaian pre-
amplifier ini adalah sebesar 190 kali penguatan. Adapun gambar data hasil
besaran Rg yang dihubungkan pada pin 1 dan 8 (pin RG, Resistor Gain) dari IC
memberikan besaran R1, R2 dan R3. Resistor R1 diberikan nilai sebesar 390 Ω
disusun secara seri (Rs) dan tersusun paralel terhadap R1. Dengan demikian
dan menyaring frekuensi rendah, dalam penelitian ini rangkaian highpass filter
yang digunakan adalah filter aktif orde 2 dimana memiliki frekuensi cut-off
sebesar 20 Hz. Rangkaian highpass filter yang telah dibuat mampu meloloskan
dibawahnya. Disamping itu pada akhir rangkaian highpass filter ini terjadi
Pada rangkaian highpass filter yang telah dibuat sesuai dengan skematik
1,6 kali. Adapun perhitungan pemilihan besaran nilai komponen resistor dan
kapasitor serta besar penguatan pada rangkaian highpass filter disajikan pada
filter digunakan function generator sebagai pemberi tegangan masukan dan untuk
melihat respon tampilan sinyal keluaran dari rangkaian highpass filter maka
digunakan osiloskop. Kinerja rangkaian highpass filter disajikan pada Tabel. 4.2.
Dari data hasil pengamatan rangkaian highpass filter pada Tabel. 4.2 dapat
sesuai karakteristik dari filter orde 2. Adapun data gambar sinyal keluaran dari
rangkaian highpass filter disajikan pada Lampiran 6. Gambar 4.2. adalah gambar
frekuensi.
1 V output
0
0 100 200 300 400
Frekuensi (Hz)
Gambar 4.2. Hubungan Tegangan Output dengan Frekuensi
Rangkaian Highpass Filter
dilihat bahwa rangkaian highpass filter pada penelitian ini telah mampu bekerja
dengan baik. Pola grafik pada Gambar 4.2 serupa dengan pola grafik pada
Gambar 2.5 dari penelitian Nomiyasari (2011). Pola grafik pada Gambar 4.2
dan menyaring frekuensi tinggi, dalam penelitian ini rangkaian lowpass filter yang
digunakan adalah filter aktif orde 2 dimana memiliki frekuensi cut-off sebesar 250
Hz. Rangkaian lowpass filter yang telah dibuat mampu meloloskan frekuensi
dibawah frekuensi cut-off yaitu 250 Hz, dan menyaring frekuensi diatasnya.
Disamping itu pada akhir rangkaian lowpass filter ini terjadi penguatan sebesar
1,6 kali.
Pada rangkaian lowpass filter yang telah dibuat sesuai dengan skematik
sebesar 250 Hz. Sedangkan besaran tahanan untuk resistor R3 adalah 33 kΩ dan
1,6 kali. Adapun perhitungan pemilihan besaran nilai komponen resistor dan
kapasitor serta besar penguatan pada rangkaian lowpass filter disajikan pada
function generator sebagai pemberi tegangan masukan dan untuk melihat respon
Dari data hasil pengamatan rangkaian lowpass filter pada Tabel. 4.3 dapat
dilihat bahwa pada frekuensi 200 hz mulai terjadi penurunan tegangan. Dan
selanjutnya pada frekuensi 300 hingga frekuensi diatasnya terjadi penurunan yang
drastis sesuai karakteristik dari filter orde 2. Adapun data gambar sinyal keluaran
dari rangkaian lowpass filter disajikan pada Lampiran 8. Gambar 4.3. adalah
gambar grafik hubungan tegangan output dari rangkaian lowpass filter terhadap
frekuensi.
2,5
2
tegangan ( V)
1,5
V output
1
0,5
0
0 200 400 600 800 1000
frekuensi (Hz)
Gambar 4.3. Hubungan Tegangan Output dengan Frekuensi
Rangkaian Lowpass Filter
dilihat bahwa rangkaian lowpass filter pada penelitian ini telah mampu bekerja
dengan baik. Pola grafik pada Gambar 4.3 serupa dengan pola grafik pada
Gambar 2.6 dari penelitian Nomiyasari (2011) dan penelitian Ahmad (2011). Pola
grafik pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa rangkaian lowpass filter yang telah
dibuat mampu meloloskan frekuensi dibawah frekuensi cut-off yaitu 250 Hz.
dalam penelitian ini rangkaian notch filter yang digunakan adalah filter aktif orde
frekuensi yang muncul dari tegangan jala-jala listrik (PLN) atau bisa disebut
sebagai sinyal pengganggu (noise) (Muzakki, 2002). Rangkaian notch filter yang
telah dibuat mampu menyaring frekuensi 50 Hz. Disamping itu pada akhir
Pada rangkaian notch filter yang telah dibuat sesuai dengan skematik pada
Gambar 3.8, digunakan resistor R1, R2, R3 dan R4 sebesar 680 kΩ dan kapasitor
C1, C2, C3 dan C4 dengan nilai kapasitansi 4,7 nF sehingga didapatkan frekuensi
komponen resistor dan kapasitor serta besar penguatan pada rangkaian notch filter
melihat respon tampilan sinyal keluaran maka digunakan osiloskop. Kinerja dari
Dari data hasil pengamatan rangkaian notch filter pada Tabel. 4.4 dapat
dilihat bahwa pada rangkaian notch filter mampu menyaring frekuensi 50 hz.
Adapun data gambar sinyal keluaran dari rangkaian notch filter disajikan pada
Lampiran 10. Gambar 4.4. adalah gambar grafik hubungan tegangan output
0,4
0,3
Vout
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100
Frekuensi (hz)
Gambar 4.4. Hubungan Tegangan Output dengan Frekuensi
Rangkaian Notch Filter
disimpulkan bahwa rangkaian notch filter pada penelitian ini telah mampu bekerja
dengan baik. Pola grafik pada Gambar 4.4 serupa dengan pola grafik pada
Gambar 2.7 dari penelitian Nomiyasari (2011) dan penelitian Ahmad (2011). Pola
grafik pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa rangkaian notch filter yang telah
dari mikrokontroler ATmega 328 dengan board arduino nano. Rangkaian adder
Rangkaian adder berfungsi sebagai penambah level tegangan sinyal EMG dengan
tegangan DC, rangkaian ini akan menaikkan level tegangan sinyal EMG sesuai
hingga semua level sinyal EMG bernilai positif sehingga nantinya dapat diproses
oleh ADC. Pada rangkaian adder yang telah dibuat sesuai dengan skematik pada
Gambar 3.9, digunakan resistor R1, R2, R3 dan R4 sebesar 10 kΩ, sedangkan
dengan memberikan masukan tegangan dari function generator dan keluaran dari
sedemikian rupa sehingga baseline keluaran dari rangkaian naik atau turun sesuai
untuk menaikkan tegangan offset sinyal EMG sampai seluruh sinyal mempunyai
polaritas positif dengan kata lain mampu menaikkan level tegangan menjadi
positif seutuhnya.
arduino nano sebagai pengatur kerja ADC dan pengiriman data dari hardware
penelitian ini telah mampu mengolah data keluaran dari hardware elektromiograf
yang dimasukkan ke mikrokontroler ATmega 328 melalui pin ADC yang telah
Software yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
mikrokontroler ATmega 328 dan software untuk pengiriman data dari hardware
PC.
ATmega 328 dengan board mikrokontroler arduino nano, proses akusisi data dari
serial port yang digunakan board arduino nano terdapat pada menu Tools>Serial
Port. Pilihan serial port pada software arduino tersaji pada Gambar 4.5. Pilihan
verify. Apabila tidak terdapat error pada program, maka program dapat disimpan
dengan menekan tombol save dan kemudian dapat di-upload ke arduino nano
dengan menekan tombol upload. Tombol verify, save, dan upload telah tersaji
pada software arduino seperti pada Gambar 4.6. Adapun listing program pada
software arduino nano disajikan pada Lampiran 11. Fungsi perangkat lunak
kerja ADC dan pengiriman data dari hardware elektromiograf menuju PC.
Gambar 4.6 Tombol Verify, Save, dan Upload pada Software Arduino
kinerja untuk menerima data dari hardware elektromiograf dan menampilkan data
digunakan komponen TChart pada software delphi. Sumbu Y atau vertical pada
komponen TChart merupakan besar nilai tegangan aktifitas listrik otot dengan
resolusi satu kotak pada sumbu Y pada TChart sebesar satu volt. Sumbu X atau
horizontal pada komponen TChart merupakan besar nilai waktu. Adapun listing
program pada software delphi untuk menampilkan tampilan sinyal disajikan pada
mikrokontroler.
grafik sinyal audio, namun pada penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk
software delphi untuk memasukkan data audio atau suara pada PC. Komponen
ALAudioToReal berfungsi mengubah data audio atau suara yang masuk pada
personal computer di ubah menjadi data real sehingga dapat ditampilkan pada
SLScope. Sumbu Y atau vertical pada komponen SLScope merupakan besar nilai
tegangan aktifitas listrik otot dengan resolusi satu kotak pada sumbu Y pada
SLScope sebesar satu volt. Sumbu X atau horizontal pada komponen SLScope
merupakan besar nilai waktu. Adapun listing program pada software delphi untuk
Pada penelitian ini didapatkan data sinyal aktifitas otot lengan bawah
internal mikrokontroler ATmega 328 yang telah dibuat pada penelitian ini telah
mampu menyadap adanya aktifitas listrik otot lengan bawah. Sinyal aktifitas otot
328 disajikan pada Gambar 4.10. Gambar 4.11 merupakan data hasil sinyal
aktifitas otot saat kontraksi sedang, sedangkan Gambar 4.12 merupakan data hasil
Gambar 4.10 Sinyal Aktifitas Otot Saat Relaksasi dari Elektromiograf dengan
Mekanisme Pengiriman Data Menggunakan ADC Internal Mikrokontroler
ATmega 328.
Gambar 4.11 Sinyal Aktifitas Otot Saat Kontraksi Sedang dari Elektromiograf
dengan Mekanisme Pengiriman Data Menggunakan ADC Internal Mikrokontroler
ATmega 328.
Gambar 4.12 Sinyal Aktifitas Otot Saat Kontraksi Kuat dari Elektromiograf
dengan Mekanisme Pengiriman Data Menggunakan ADC Internal Mikrokontroler
ATmega 328.
Berdasarkan profil aktifitas listrik otot pada Gambar 4.10, Gambar 4.11
dan Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa bentuk sinyal keluaran dari alat
dengan yang tertampil pada grafik. Hal ini dikarenakan keterlambatan respon
penerima (delay) yang mengakibatkan data ter-plot pada grafik menjadi tidak
sempurna. ADC internal pada mikrokontroler ATmega 328 pada board arduino
nano telah mampu mengubah data analog pada hardware elektromiograf menjadi
data digital, sehingga data digital mampu ditampilkan pada personal computer
berupa tampilan sinyal aktifitas otot. Data tampilan sinyal mampu ditampilkan
data sinyal mampu merepresentasikan adanya aktifitas listrik otot tubuh dengan
perubahan tegangan peak to peak ketika relaksasi maupun kontraksi. Pada sumbu
horizontal sinyal yang tertampil pada grafik tidak mampu membentuk sinyal sinus
yang baik. Seperti diketahui, chart pada software delphi umumnya berfungsi
sebagai plot statistik pada bidang vertical, sedangkan pada bidang horizontal
hanya mengacu pada aliran data yang masuk secara bergiliran (Febriani, 2012).
sehingga waktu delay pengiriman data dapat dikurangi dan gambar sinyal yang
Pada penelitian ini didapatkan data sinyal aktifitas otot lengan bawah
internal dari PC yang telah dibuat pada penelitian ini telah mampu menyadap
adanya aktifitas listrik otot lengan bawah dengan baik. Hal tersebut berdasarkan
menyadap adanya aktifitas listrik otot dan data hasil ditampilkan berupa grafik
tampilan sinyal pada PC. Sinyal aktifitas otot lengan bawah (antebrachium) saat
4.14 merupakan data hasil sinyal aktifitas otot saat kontraksi sedang, sedangkan
Gambar 4.15 merupakan data hasil sinyal aktifitas otot saat kontraksi kuat.
Gambar 4.13 Sinyal Aktifitas Otot Saat Relaksasi dari Elektromiograf dengan
Mekanisme Pengiriman Data Menggunakan Soundcard Internal dari PC.
Gambar 4.14 Sinyal Aktifitas Otot Saat Kontraksi Sedang dari Elektromiograf
dengan Mekanisme Pengiriman Data Menggunakan Soundcard Internal dari PC.
Gambar 4.15 Sinyal Aktifitas Otot Saat Kontraksi Kuat dari Elektromiograf
dengan Mekanisme Pengiriman Data Menggunakan Soundcard Internal dari PC.
Berdasarkan profil aktifitas otot pada Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan
Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa bentuk sinyal keluaran dari alat elektromiograf
perubahan tegangan peak to peak ketika relaksasi maupun kontraksi. Pada sumbu
horizontal sinyal yang tertampil pada grafik mampu membentuk sinyal sinus yang
mampu merepresentasikan adanya aktifitas listrik otot pada lengan bawah pada
gambar sinyal ketika relaksasi maupun kontraksi. Tegangan sinyal peak to peak
pada saat relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Tegangan Sinyal Peak To Peak pada Saat Relaksasi, Kontraksi Sedang
dan Kontraksi Kuat
Tegangan Sinyal Peak Tegangan Sinyal Peak Tegangan Sinyal Peak To
No To Peak Saat Relaksasi To Peak Saat Kontraksi Peak Saat Kontraksi Kuat
(Volt) Sedang (Volt) (Volt)
1 0,1 2,1 4,9
alat elektromiograf yang dihasilkan pada penelitian ini dengan alat elektromiograf
yang sudah terkalibrasi, dalam hal ini elektromiograf yang digunakan sebagai
Sakit Dr. Soedono Madiun. Adapun gambar tampilan sinyal aktifitas otot saat
berdasarkan pengamatan secara visual pada grafik sinyal Gambar 4.13, Gambar
4.14 dan Gambar 4.15 serta data pada Tabel 4.5. Berdasarkan profil aktifitas otot
pada Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan Gambar 4.15 dapat dilihat bahwa bentuk
menggunakan soundcard internal dari personal computer sesuai dengan data yang
terkirim dari hardware elektromiograf, dimana sinyal yang terbentuk sangat baik.
to peak yang terdapat pada gambar sinyal alat elektromiograf yang sudah
terkalibrasi (Cadwell Sierra II) dengan nilai tegangan sinyal peak to peak pada
kontraksi kuat pada lengan bawah. Adapun gambar perbandingan nilai tegangan
sinyal peak to peak pada gambar sinyal alat elektromiograf terkalibrasi dengan
nilai pada alat elektromiograf hasil penelitian disajikan pada Lampiran 15. Nilai
dengan nilai pada alat elektromiograf hasil penelitian saat relaksasi disajikan pada
Tabel 4.6. Adapun Tabel 4.7 adalah nilai perbandingan tegangan sinyal peak to
peak pada alat elektromiograf terkalibrasi dengan nilai pada alat elektromiograf
hasil penelitian saat kontraksi sedang, sedangkan Tabel 4.8 adalah nilai
dengan nilai pada alat elektromiograf hasil penelitian saat kontraksi kuat.
Tabel 4.6 Nilai Perbandingan Tegangan Sinyal Peak To Peak pada Alat
Elektromiograf Terkalibrasi dengan Nilai pada Alat Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Relaksasi
Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada
No Gambar Sinyal Alat Elektromiograf Gambar Sinyal Alat Elektromiograf
Terkalibrasi (volt) Hasil Penelitian (volt)
1 0,2 0,2
Tabel 4.7 Nilai Perbandingan Tegangan Sinyal Peak To Peak pada Alat
Elektromiograf Terkalibrasi dengan Nilai pada Alat Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Kontraksi Sedang
Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada
No Gambar Sinyal Alat Elektromiograf Gambar Sinyal Alat Elektromiograf
Terkalibrasi (volt) Hasil Penelitian (volt)
1 2,1 2,2
2 1,5 1,6
Tabel 4.8 Nilai Perbandingan Tegangan Sinyal Peak To Peak pada Alat
Elektromiograf Terkalibrasi dengan Nilai pada Alat Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Kontraksi Kuat
Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada
No Gambar Sinyal Alat Elektromiograf Gambar Sinyal Alat Elektromiograf
Terkalibrasi (volt) Hasil Penelitian (volt)
1 4,9 5,0
gambar tampilan sinyal dilakukan secara manual, pengukuran besar nilai tegangan
peak to peak dilakukan dengan menggunakan mistar. Satu kotak pada sumbu Y
pada grafik memiliki nilai 1 volt. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa
nilai tegangan sinyal peak to peak saat relaksasi pada alat elektromiograf
terkalibrasi adalah 0,2 volt sedangkan nilai tegangan sinyal sinyal peak to peak
saat relaksasi pada alat elektromiograf hasil penelitian adalah 0,2 volt. Dengan
demikian didapatkan % error alat pada aktifitas otot saat relaksasi adalah sebesar
0% dan nilai deviasi alat pada aktifitas otot saat relaksasi sebesar 0 volt.
Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan % error alat elektromiograf pada aktifitas otot
saat kontraksi sedang adalah sebesar 5% dan nilai deviasi alat elektromiograf pada
aktifitas otot saat kontraksi sedang sebesar 0,1 volt. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat
diketahui bahwa nilai tegangan sinyal peak to peak pada gambar sinyal alat
elektromiograf terkalibrasi adalah 4,9 volt sedangkan nilai tegangan sinyal peak
to peak pada gambar sinyal alat elektromiograf hasil penelitian adalah 5,0 volt.
Dengan demikian didapatkan % error alat elektromiograf pada aktifitas otot saat
kontraksi kuat adalah sebesar 2,04% dan nilai deviasi alat elektromiograf pada
aktifitas otot saat kontraksi kuat sebesar 0,1 volt. Adapun perhitungan % error
alat elektromiograf dan nilai deviasi alat elektromiograf pada aktifitas otot saat
relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat disajikan pada Lampiran 16.
Pengambilan data atau kalibrasi alat pada tahap uji kinerja alat
elektromiograf pada penelitian ini belum dilakukan secara realtime. Kalibrasi alat
yang telah dihasilkan dan elektroda dari elektromiograf Cadwell Sierra II pada
lengan bawah pasien pada titik yang sama dan dilakukan perekaman aktifitas
listrik ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat pada waktu yang
elektroda dari alat elektromiograf yang telah dihasilkan dan elektroda dari
elektromiograf Cadwell Sierra II pada lengan bawah pasien pada titik yang sama,
namun perekaman aktifitas listrik ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi
kuat dilakukan pada waktu yang tidak bersamaan. Dengan demikian pengambilan
data atau kalibrasi alat pada tahap uji kinerja alat elektromiograf belum
4.3 Pembahasan
menyadap aktifitas listrik otot lengan bawah telah berhasil dibangun. Pengiriman
data dari hardware elektromiograf pada penelitian ini dilakukan dengan dua
ATmega 328 dan pengiriman data dari hardware elektromiograf menuju personal
Pada subbab 4.1.1 dapat dilihat bahwa perangkat keras (hardware) dari
hardware elektromiograf pada penelitian ini terdiri dari catu daya, rangkaian pre-
Adapun perangkat keras keseluruhan yang berhasil dibuat dalam penelitian ini
disajikan pada Lampiran 2. Besar nilai penguatan total pada alat elektromiograf
yang telah dibuat adalah sebesar 6420 kali. Penguatan total sebesar 6420 kali
rangkaian highpass filter adalah 1,6 kali, penguatan pada rangkaian lowpass filter
adalah 1,6 kali dan penguatan pada rangkaian notch filter adalah 13,2 kali.
Pada subbab 4.1.2 dijelaskan bahwa software yang telah berhasil dibuat
dan digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu software yang
ATmega 328 dan software untuk mekanisme pengiriman data dari hardware
Gambar 4.7, sedangkan Gambar 4.9 merupakan gambar tampilan muka software
Pada subbab 4.2.1 didapatkan data sinyal aktifitas otot lengan bawah
328 yang disajikan pada Gambar 4.10, Gambar 4.11 dan Gambar 4.12. Bentuk
perbedaan antara sinyal kirim dengan yang tertampil pada grafik, dimana gambar
sinyal yang dihasilkan kurang baik. Hal ini dikarenakan keterlambatan respon
penerima yang mengakibatkan data ter-plot pada grafik menjadi tidak sempurna.
adanya aktifitas listrik otot tubuh dengan perubahan tegangan peak to peak ketika
relaksasi maupun kontraksi. Pada sumbu horizontal sinyal yang tertampil pada
grafik tidak mampu membentuk sinyal sinus yang baik. Seperti diketahui, chart
pada software delphi umumnya berfungsi sebagai plot statistik pada bidang
vertical, sedangkan pada bidang horizontal hanya mengacu pada aliran data yang
yang akan dikirim ke PC sehingga waktu delay pengiriman data dapat dikurangi
dan gambar sinyal yang ter-plot pada grafik menjadi lebih baik. Untuk
mengetahui bahwa sinyal yang tertampil pada grafik TChart apakah merupakan
sinyal aktifitas listrik otot yang sebenarnya, dapat dilakukan analisis lebih lanjut
Pada subbab 4.2.2 didapatkan data sinyal aktifitas otot lengan bawah
disajikan pada Gambar 4.13, Gambar 4.14 dan Gambar 4.15. Dapat dilihat bahwa
data menggunakan soundcard internal dari personal computer sesuai dengan data
yang terkirim dari hardware elektromiograf, dimana sinyal yang terbentuk sangat
sumbu vertical data sinyal mampu merepresentasikan adanya aktifitas listrik otot
kontraksi. Pada sumbu horizontal sinyal yang tertampil pada grafik mampu
membentuk sinyal sinus yang baik. Sinyal yang terbentuk dari alat elektromiograf
dibangun pada penelitian ini adalah baik. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
nilai % error alat dan besaran karakteristik statik dari alat elektromiograf yang
nilai deviasi alat saat mekanisme relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat.
menunjukkan nilai % error alat saat mekanisme relaksasi sebesar 0% dengan nilai
deviasi alat pada aktifitas otot saat relaksasi sebesar 0 volt, nilai % error alat saat
mekanisme kontraksi sedang sebesar 5% dengan nilai deviasi alat pada aktifitas
otot saat kontraksi sedang sebesar 0,1 volt dan nilai % error alat saat mekanisme
kontraksi kuat sebesar 2,04% dengan nilai deviasi alat pada aktifitas otot saat
kontraksi sedang sebesar 0,1 volt. Nilai % error maupun nilai deviasi didapatkan
dengan membandingkan besar nilai tegangan sinyal peak to peak yang terdapat
pada gambar sinyal alat elektromiograf yang sudah terkalibrasi (Cadwell Sierra
II) dengan nilai tegangan sinyal peak to peak pada alat elektromiograf dengan
dilakukan mekanisme relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat pada lengan
bawah. Pengukuran nilai tegangan sinyal peak to peak masih dilakukan secara
manual dengan mistar, maka untuk penelitiah lebih lanjut dapat dilakukan
Pada tahap kalibrasi pada penelitian ini masih belum didapatkan nilai
akurasi alat. Nilai akurasi alat menyatakan seberapa dekat hasil analisis dari alat
akurasi dapat diperoleh dengan membandingkan nilai yang sebenarnya, yaitu nilai
tegangan sinyal peak to peak ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat
yang terdapat pada gambar sinyal alat elektromiograf yang sudah terkalibrasi
dengan nilai tegangan sinyal peak to peak ketika relaksasi, kontraksi sedang dan
kontraksi kuat pada alat elektromiograf yang dihasilkan pada penelitian ini. Untuk
mencari nilai akurasi alat dapat dilakukan dengan cara kalibrasi alat secara
dari alat elektromiograf yang telah dihasilkan dan elektroda dari elektromiograf
Cadwell Sierra II pada lengan bawah pasien pada titik yang sama dan dilakukan
perekaman aktifitas listrik ketika relaksasi, kontraksi sedang dan kontraksi kuat
interval waktu tertentu, tergantung pada frekuensi pemakaian alat dan lokasi
memiliki keunggulan harga yang lebih ekonomis berdasarkan bahan habis pakai.
Alat yang telah berhasil dibuat pada penelitian ini membutuhkan biaya 762.500
ribu rupiah. Biaya tersebut jauh lebih murah lebih dari 100% dibandingkan harga
alat elektromiograf yang terdapat di pasaran. Adapun daftar harga bahan habis
pakai pada penelitian ini disajikan pada Lampiran 17. Disamping itu desain alat
yang kecil dan praktis memungkinkan alat elektromiograf yang telah dibuat
penelitian ini telah mampu menyadap aktifitas listrik otot lengan bawah tubuh
dengan baik, namun alat tersebut masih belum sempurna. Dengan demikian
elektromiograf agar tidak terjadi kebocoran arus yang dapat melukai pasien dapat
dan juga kalibrasi alat secara realtime sehingga dapat diketahui nilai akurasi alat.
BAB V
5.1 Kesimpulan
penelitian ini mampu mendeteksi adanya efek elektris pada otot manusia
sinyal elektris otot tubuh manusia dengan baik dimana tampilan sinyal
ditampilkan pada PC .
Sierra II) sehingga didapatkan nilai % error alat saat mekanisme relaksasi
88
Skripsi Rancang Bangun Elektromiograf Berbasis Personal Rizky Justitian
Computer.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
89
sebesar 0% dengan nilai deviasi alat pada aktifitas otot saat relaksasi
sebesar 0 volt, nilai % error alat saat mekanisme kontraksi sedang sebesar
5% dengan nilai deviasi alat pada aktifitas otot saat kontraksi sedang
sebesar 0,1 volt dan nilai % error alat saat mekanisme kontraksi kuat
sebesar 2,04% dengan nilai deviasi alat pada aktifitas otot saat kontraksi
5.2 Saran
lebih baik dan mengurangi delay pengiriman data dari hardware menuju
PC.
isolasi/rangkaian proteksi.
pengukuran tegangan peak to peak dan juga kalibrasi alat secara realtime
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Fandi, 2011, Perancangan dan Pembuatan Modul ECG dan EMG Dalam
Satu Unit PC Sub Judul : Pembuatan Rangkaian ECG dan Software ECG
Pada PC, Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya Kampus PENS-ITS Sukolilo, Surabaya
Analog Devices, 1999, Low Cost, Low Power Instrument Amplifier AD620,
Analog Devices Datasheet, USA.
Banzi, Masimo, 2008, Getting Started with Arduino, United States : O’Reilly
Media, Inc.
Cameron, John R, 1992, Fisika Tubuh Manusia, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
De Bel, Maxime; Cantraine, Francis; Mathys, Pierre, 2007, Appliance and Method
for Measuring an EMG Signal, Journal of United States Patent Pub. No.:
2007/0270918A1, Universite Libre De Bruxelles, Brussels.
90
Skripsi Rancang Bangun Elektromiograf Berbasis Personal Rizky Justitian
Computer.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
91
Effendi, Choesnam; Kuncoro, P.S, 2006, Faal Sel, Cair Tubuh dan Sel Eksitabel,
Laboratorium faal Universitas Airlangga, Surabaya.
Gabriel, J.F, 1996, Fisika Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Marieb, Elaine N; Hoehn, Katja, 2010, Human Anatomy and Physiology, Pearson
Education Inc. United States of America.
Muzakki, 2002, Elektronika Buku IA, IB, IIB, Laboratorium Instrumentasi dan
Komputasi Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Airlangga, Surabaya.
Nomiyasari, 2011, Perancangan dan Pembuatan Modul ECG dan EMG Dalam
Satu Unit PC Sub Judul : Pembuatan Rangkaian EMG dan Software EMG
Pada PC, Jurnal Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, Kampus PENS-ITS, Surabaya.
O’rahilly, Ronan, 1995, Anatomi Kajian Ranah Tubuh Manusia, Jilid I, Edisi ke-
5, UI Press, Jakarta.
Setioningsih, Endang Dian, 2010, Analisa Efek Terapi Panas Terhadap Kelelahan
Otot, Skripsi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, ITS,
Surabaya.
Wajiansyah; Agusma dan Subir, 2011, Desain Filter Aktif Lowpass Butterworth,
Dielektrika, Jakarta.
Watson, Roger, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat, CV EGC Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.
7
8
1
U2
7
1
2 3 C1 C2 R11 5k R12 5k U3
7
1
+ 6 3
J11 +
CON2 2 6 3
- 330n 330n 2 + 6 NOTCH
1
- 2
1 -
4
1
5
1
AD620 OP07
2
4
8
R9 OP07
2
2
4
8
33k R13
2
2
J12 JH1
VEE JP2 JP1 JP6 JP5
R5 R6 VEE 33k
TP1 ECG EMG ECG EMG VEE
1
1
1
1
Computer.
270 270
VCC
R21 1M
JH4
93
1
NOTCH 3
+
Lampiran 1
6
VEE 2 1
4
8
OP07 CON2 - 2
2 - OP07
2
4
8
6 C5 C9 R18 CON2
1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
7
1
VCC
Skematik Rangkaian Elektromiograf
R17 R1
680k 680k
R19
C6 C7 1K8
4n7 4n7
+9V U6 U8
J5 +9V LM78L05A/TO39 VCC -9V LM7905/TO3 VEE
1 2 3 2 J8 J6
1 VIN VOUT VIN VOUT
J10
2 1 1
3 1
CON1 CON1
GND
GND
CON3 CON1 J9 J7
1 1
Rizky Justitian
3
1
-9V
CON1 CON1
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
94
Lampiran 2
95
Lampiran 3
terkalibrasi yang terdapat pada rumah sakit Dr. Soedono Madiun. Elektromiograf
Cadwell Sierra II pada penelitian ini merupakan alat pembanding atau kalibrator.
96
Lampiran 4
Sinyal input : 40 mV
2
Setting volt / div : 20 milivolt
Sinyal input : 22 mV
97
3
Setting volt / div : 20 milivolt
Sinyal input : 20 mV
4
Setting volt / div : 10 milivolt
Sinyal input : 21 mV
98
Lampiran 5
1
𝑓𝑐 =
2𝜋 𝑐1. 𝑐2𝑟1. 𝑟2
1
20 ℎ𝑧 =
2𝜋 𝑐1. 𝑐2 x 22. 103 x 22. 103
1
20 ℎ𝑧 =
2𝜋 𝑐 2 .484. 106
1
𝑐=
2𝜋 202 .484. 106
1
𝑐=
2𝜋 193600. 106
1
𝑐=
2𝜋. 440. 103
1
𝑐=
2763,2 . 103
𝑐 = 0,360. 10−6
𝑐 = 360. 10−9
dibutuhkan adalah 360 nF, namun dikarenakan besaran kapasitor dengan nilai 360
nF yang tidak terdapat di pasaran maka diganti dengan nilai besaran yang
99
mendekati nilai tersebut yaitu sebesar 330 nF. Sedangkan besaran resistor R3
adalah 33 kΩ dan besaran resistor R4 sebesar 56 kΩ, hal ini dimaksudkan agar
didapatkan penguatan sebesar 1,6 kali. Berikut perhitungan besar penguatan pada
𝑟3
𝐺 =1+
𝑟4
33 . 103
𝐺 =1+
56 . 103
𝐺 = 1 + 0,6
𝐺 = 1,6
100
Lampiran 6
2
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 300 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
3
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 200 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
101
4
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi :150 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
5
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 100 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
6
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 90 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
7
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 80 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
102
8
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 70 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
9
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 60 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
10
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 50 hz
Sinyal output : 2,5 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,5 volt
11
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 40 hz
Sinyal output : 2,4 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,4 volt
103
12
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 30 hz
Sinyal output : 2,1 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,1 volt
13
14
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 10 hz
Sinyal output : 0,2 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,2 volt
15
104
Lampiran 7
Pada rangkaian lowpass filter yang telah dibuat, digunakan resistor R1 dan
1
𝑓𝑐 =
2𝜋 𝑐1. 𝑐2𝑟1. 𝑟2
1
250 ℎ𝑧 =
2𝜋 𝑐1. 𝑐2 x 5. 103 x 5. 103
1
250 ℎ𝑧 =
2𝜋. 5. 103 . 𝑐
1
250 ℎ𝑧 =
10𝜋. 103 . 𝑐
1
𝑐=
10𝜋. 103 . 250
1
𝑐=
2500 𝜋. 103
1
𝑐=
7850. 103
𝑐 = 0,128. 10−6
c = 128. 10−9
dibutuhkan adalah 128 nF, namun dikarenakan besaran kapasitor dengan nilai 128
nF yang tidak terdapat di pasaran maka diganti dengan nilai besaran yang
105
mendekati nilai tersebut yaitu sebesar 150 nF. Sedangkan besaran resistor R3
adalah 33 kΩ dan besaran resistor R4 sebesar 56 kΩ, hal ini dimaksudkan agar
𝑟3
𝐺 = 1+
𝑟4
33 .10 3
𝐺 = 1+ 56 .10 3
𝐺 = 1,6
106
Lampiran 8
2
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 50 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
3
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 60 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
107
4
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 70 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
5
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 80 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
6
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 90 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
7
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 100 hz
Sinyal output : 2,6 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,6 volt
108
8
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 200 hz
Sinyal output : 2,1 div x 1
volt/div
Sinyal output : 2,1 volt
9
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 300 hz
Sinyal output : 1,2 div x 1
volt/div
Sinyal output : 1,2 volt
10
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 400 hz
Sinyal output : 0,8 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,8 volt
11
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 500 hz
Sinyal output : 0,5 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,5 volt
109
12
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 600 hz
Sinyal output : 0,4 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,4 volt
13
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 700 hz
Sinyal output : 0,3 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,3 volt
14
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 800 hz
Sinyal output : 0,2 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,2 volt
15
Setting volt / div : 1 volt
Frekuensi : 900 hz
Sinyal output : 0,1 div x 1
volt/div
Sinyal output : 0,1 volt
110
Lampiran 9
Pada rangkaian notch filter yang telah dibuat, digunakan resistor R1, R2,
R3 dan R4 sebesar 680 kΩ dan frekuensi cut-off dari rangkain notch filter yang
dibutuhkan dilakukan perhitungan seperti dibawah ini, dengan asumsi C1, C2, C3
1
𝑓𝑐 =
2𝜋 𝑐. 𝑟
1
50 ℎ𝑧 =
2𝜋. 𝑐. 680. 103
1
50 ℎ𝑧 =
2𝜋. 𝑐. 680. 103
1
𝑐=
1360𝜋. 103 . 50
1
𝑐=
68000𝜋. 103
1
𝑐=
213520. 103
𝑐 = 4,68. 10−9
yang dibutuhkan adalah 4,68 nF, namun dikarenakan besaran kapasitor dengan
nilai 4,68 nF yang tidak terdapat di pasaran maka diganti dengan nilai besaran
yang paling mendekati nilai tersebut yaitu sebesar 4,7 nF. Sedangkan besaran
111
𝑟3
𝐺 =1+
𝑟4
22 . 103
𝐺 =1+
1,8 . 103
𝐺 = 1 + 12,2
𝐺 = 13,2
112
Lampiran 10
2
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 20 hz
Sinyal output : 5,4 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,54 volt
3
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 30 hz
Sinyal output : 3,2 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,32 volt
113
4
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi :40 hz
Sinyal output : 1,6 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,16 volt
5
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 50 hz
Sinyal output : 0,8 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,08 volt
6
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 60 hz
Sinyal output : 1,6 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,16 volt
7
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 70 hz
Sinyal output : 2,4 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,24 volt
114
8
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 80 hz
Sinyal output : 3 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,3 volt
9
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 90 hz
Sinyal output : 3,6 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,36 volt
10
Setting volt / div : 0,1 volt
Frekuensi : 100 hz
Sinyal output : 4 div x 0,1
volt/div
Sinyal output : 0,4 volt
115
Lampiran 11
float OTOT;
int PinOtot = 0;
void setup()
Serial.begin(9600);
void loop()
OTOT = analogRead(PinOtot);
Serial.print("a");
Serial.println(OTOT,DEC);
delay(1);
116
Lampiran 12
unit Unit1;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, StdCtrls, TeEngine, Series, ExtCtrls, TeeProcs, Chart, CPort,
CPortCtl, ComCtrls;
type
TForm1 = class(TForm)
Button1: TButton;
ComPort1: TComPort;
Chart1: TChart;
Button2: TButton;
Label1: TLabel;
Series1: TFastLineSeries;
procedure FormCreate(Sender: TObject);
procedure Button1Click(Sender: TObject);
procedure delay(lama:longint);
procedure Button2Click(Sender: TObject);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
Form1: TForm1;
tegangan,emg : array [0..4000] of real ;
i:integer;
adc:string;
implementation
{$R *.dfm}
procedure TFORM1.delay(lama:longint);
var ref:longint;
begin
ref:=gettickcount;
repeat application.processmessages;
117
until ((gettickcount-ref)>=lama);
end;
118
Lampiran 13
unit Unit1;
interface
uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, SLScope, ALAudioIn, ALCommonLogger, ALWaveLogger,
ALCommonSplitter, ALAudioToReal, SLFourier, StdCtrls, //SDL_sevenseg,
ExtCtrls, ALCommonFilter, ALCommonFIRFilter, ALLowPass, ALBandFilter,
ALBandStop, SLCommonFilter, SLSimpleFilter, SLLowPass, SLBandFilter,
SLBandStop, SLHighPass, SLBandPass, SLDft;
type
TForm1 = class(TForm)
ALAudioToReal1: TALAudioToReal;
ALAudioIn1: TALAudioIn;
SLScope1: TSLScope;
Button1: TButton;
Button2: TButton;
Button4: TButton;
Label4: TLabel;
Label5: TLabel;
Label1: TLabel;
procedure Button1Click(Sender: TObject);
procedure Button2Click(Sender: TObject);
procedure Button4Click(Sender: TObject);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;
var
Form1:TForm1;
implementation
{$R *.dfm}
119
end.
120
Lampiran 14
Data tampilan sinyal aktifitas otot saat relaksasi dengan menggunakan alat
121
Data tampilan sinyal aktifitas otot saat kontraksi sedang (1) dengan menggunakan
122
Data tampilan sinyal aktifitas otot saat kontraksi sedang (2) dengan menggunakan
123
Data tampilan sinyal aktifitas otot saat kontraksi kuat dengan menggunakan alat
124
Lampiran 15
Gambar 1
a b
Perbandingan Nilai Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Gambar Sinyal (a) Alat
Elektromiograf Terkalibrasi Dengan Nilai Pada Alat (b) Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Relaksasi
Gambar 2
a b
Perbandingan Nilai Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Gambar Sinyal (a) Alat
Elektromiograf Terkalibrasi Dengan Nilai Pada Alat (b) Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Kontraksi Sedang I
125
Gambar 3
a b
Perbandingan Nilai Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Gambar Sinyal (a) Alat
Elektromiograf Terkalibrasi Dengan Nilai Pada Alat (b) Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Kontraksi Sedang II.
Gambar 4
a b
Perbandingan Nilai Tegangan Sinyal Peak To Peak Pada Gambar Sinyal (a) Alat
Elektromiograf Terkalibrasi Dengan Nilai Pada Alat (b) Elektromiograf Hasil
Penelitian Saat Kontraksi Kuat.
126
Lampiran 16
∆𝑥 𝑥𝑝 − 𝑥
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100% = × 100%
𝑥 𝑥
0,2 − 0,2
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100%
0,2
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0 × 100%
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0%
Perhitungan nilai deviasi alat elektromiograf pada aktifitas otot saat relaksasi.
Nilai deviasi = 𝑥𝑝 − 𝑥
127
𝑥 𝑖 + 𝑥 𝑖+1 +⋯+𝑥 𝑛
𝑥=
𝑛
2,1+1,5
𝑥=
2
3,6
𝑥=
2
𝑥 = 1,8
Perhitungan nilai rata-rata tegangan peak to peak alat elektromiograf yang telah
𝑥 𝑖 + 𝑥 𝑖+1 +⋯+𝑥 𝑛
𝑥=
𝑛
2,2+1,6
𝑥=
2
3,8
𝑥=
2
𝑥 = 1,9
128
Perhitungan % 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 alat elektromiograf pada aktifitas otot saat kontraksi sedang:
∆𝑥 𝑥𝑝 − 𝑥
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100% = × 100%
𝑥 𝑥
1,8 − 1,9
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100%
1,8
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 5%
Nilai deviasi = 𝑥𝑝 − 𝑥
129
Perhitungan % 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 alat elektromiograf pada aktifitas otot saat kontraksi kuat.
∆𝑥 𝑥𝑝 − 𝑥
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100% = × 100%
𝑥 𝑥
4,9 − 5,0
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100%
4,9
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 2,04%
Perhitungan akurasi alat elektromiograf pada aktifitas otot saat kontraksi kuat.
Nilai deviasi = 𝑥𝑝 − 𝑥
130
Lampiran 17
131
Lampiran 18
132
133
134
Lampiran 19
Lampiran 16
Lampiran 16
Lampiran 16
Lampiran 16
Lampiran 16
135
136
137
Lampiran 20
Datasheet AD620
138
139
140
141
142
Lampiran 21
Datasheet OP07
143