Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERCULOSIS


PUSKESMAS MAESAN

PUSKESMAS MAESAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2016
Disusun Oleh:

1. drg. Cicik Norma Isa


2. Anwar Hidayat, Amd. Kep.
3. dr. Hj. Yudia Chandrawati
4. dr. Djoko SW
5. drg. Ratna Sari Dewi
6. Agung Widyanto, AMD
7. Miftahul Munir, S.Kep., Ners
8. Roffik Sutikno, S.Pd
9. Rudericus Budi Santoso, S.Kep., Ners
10. Totok Pristiwanto, ST
11. Fransiska Yulianita
12. Ida Bagus Nurhaeni
13. Lukman Triyono, S.Pd
SAMBUTAN

Bondowoso, ..................... 2016

Kepala Puskesmas Maesan

drg. Cicik Norma Isa


Kata Pengantar

Bondowoso, ........... 2016

Penanggung Jawab Program TBC


Puskesmas Maesan

Anwar Hidayat, Amd. Kep.


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program dibanyak negara. Pada
tahun 2005 strategi DOTS diperluas menjadi “Strategi Stop TB”, yaitu:
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
5. Memberdayakan pasien dan masyarakat
6. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian

Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang mengusulkan adanya
strategi baru untuk mengendalikan TB yang mampu menahan laju infeksi baru, mencegah
kematian akibat TB, mengurangi dampak ekonomi akibat TB dan mampu meletakkan landasan
ke arah eliminasi TB. Eliminasi TB akan tercapai bila angka insidensi TB berhasil diturunkan
mencapai 1 kasus TB per 1 juta penduduk, sedangkan kondisi yang memungkinkan pencapaian
eliminasi TB (pra eliminasi) adalah bila angka insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per
100.000 penduduk. Dengan angka insidensi global tahun 2012 mencapai 122 per 100.000
penduduk dan penurunan angka insidensi sebesar 1-2% setahun maka TB akan memasuki
kondisi pra eliminasi pada tahun 2160. Untuk itu perlu ditetapkan strategi baru yang lebih
komprehensif bagi pengendalian TB secara global.

Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB
global pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035
yang ditandai dengan:
1. Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015.
2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk)

Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar strategi utama dan komponen-komponenya yaitu:
1. Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB
a. Diagnosis TB sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan
TB secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi beresiko tinggi.
b. Pengobatan untuk semua pasien TB, termasuk untuk penderita resistan obat dengan
disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support)
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TB yang lain.
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beresiko tinggi
serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TB.
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan
pencegahan TB.
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka
kebijakan lain yang mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi vital,
tata kelola dan penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak
determinan sosial terhadap TB.
3. Intensifikasi riset dan inovasi
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi dan
strategi baru pengendalian TB.
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi-
inovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.

Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki status
sosial ekonomi rendah, sehingga prevalensi kasus tuberculosis masih tinggi. Upaya untuk
mengendalikan laju prevalensi tersebut dapat dilihat dari Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso, dimana penanggulangan penyakit tuberculosis termasuk di dalam
indikator keberhasilan pembangunan Kabupaten Bondowoso di bidang kesehatan.

Puskesmas Maesan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas harus mendukung upaya
Dinas Kesehatan dalam rangka mengendalikan penyakit tuberculosis dengan menerapkan
strategi DOTS dan Strategi STOP TB. Sebagai pedoman dalam penerapan strategis tersebut,
maka Puskesmas Maesan menetapkan Pedoman Program Pengendalian Penyakit Tuberculosis
Puskesmas Maesan.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup program Program Pengendalian Penyakit Tuberculosis Puskesmas Maesan


meliputi :
1. Tatalaksana Pasien Tuberculosis
2. Tatalaksana TB pada Anak
3. Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis Resistan Obat.
4. Kegiatan Kolaborasi TB-HIV
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberculosis
6. Public – Private Mix DOTS dalam Pengendalian Tuberculosis
7. Manajemen Laboratorium Tuberculosis
8. Pengelolaan Logistik Program Pengendalian Tuberculosis
9. Standar Ketenagaan dan Pengembangan Sumber daya manusia Program
Pengendalian Tuberculosis
10. Keterlibatan Masyarakat dan Organisasi kemasyarakatan dalam Pengendalian
Tuberculosis
11. Sistem Informasi Strategis Program Pengendalian Tuberculosis
12. Perencanaan dan Penganggaran Program Pengendalian Tuberculosis

2. Batasan Operasional

Pedoman ini berlaku untuk unit/kegiatan apa saja


1. Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis
Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu dari enam program
pokok Puskesmas di Indonesia. Pedoman ini menjadi acuan dan arah dalam kegiatan
Program Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis tersebut di Puskesmas Maesan.
2. Pelayanan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis Di Rawat Jalan, Rawat Inap dan
fasilitas pelayanan kesehatan jaringan dan jejaring Puskesmas Maesan
Puskesmas Maesan sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama (FKTP)
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan, di mana salah satunya adalah
pengobatan Tuberkulosis. Tatalaksana pengobatan di dalam pedoman ini sebagai acuan
di dalam tata laksana pengobatan di Puskesmas Maesan, baik pengobatan yang
dilakukan di unit rawat jalan, rawat inap, maupun jaringan dan jejaring Puskesmas
Maesan, antara lain: Puskesmas Pembantu, Ponkesdes dan Dokter Praktek Swasta di
wilayah kerja Puskesmas Maesan.

3. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi
Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Tahun 169);
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Program Pengendalian Tuberkulosis adalah:

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Sertifikat/Credentialling


Formal/
Pendidikan
1 Dokter Umum Dokter Umum Pelatihan TB
Pelatihan TB-MDR
2 Penanggung Jawab D3 Keperawatan, Pelatihan TB
Program D3 Kebidanan Pelatihan TB-MDR
Pengendalian
Tuberkulosis
3 Pelaksana Program D3 Keperawatan, Pelatihan TB
Pengendalian D3 Kebidanan Pelatihan TB-MDR
Tuberkulosis
4 Sanitarian D3 Sanitasi Pelatihan Sanitasi
Lingkungan
5 Ahli Gizi D3 Gizi Pelatihan Gizi
6 Analis D3 Analis Pelatihan TB
Laboratorium Kesehatan Pelatihan Pemeriksaan TB
7 Penanggung Jawab D3 Kperawatan, Pelatihan Imunisasi
Imunisasi D3 Kebidanan

B. Peran dan Tugas

Nomor Nama Jabatan Peran Tugas

1 Dokter Umum Bertanggung 1. Melakukan Pemeriksaan


jawab dalam TB
pemeriksaan 2. Penegakan Diagnosis TB
diagnostic TB, 3. Pengobatan TB
Pengobatan TB 4. Melakukan Upaya Rujukan
dan Rujukan TB. TB
2 Penanggung Bertanggung 1. Membuat perencanaan
Jawab Program jawab dalam pengendalian TBC
Pengendalian Pengendalian 2. Melaksanakan
Tuberkulosis Penyakit TBC Pengendalian TBC
3. Melaksanakan Monitoring
dan evaluasi pelaksanaan
pengendalian TBC
4. Melaksanakan
pemberdayaan masyarakat
dalam upaya pengendalian
TBC
5. Melaksanakan Koordinasi
dengan Lintas Sektor,
Lintas Program dan Dinas
Kesehatan
6. Melaksanakan Koordinasi
Pengadaan dan
Pemeliharaan Logistik
termasuk Obat Anti
Tuberkulosis dengan
Bagian Farmasi
Puskesmas dan Dinas
Kesehatan
7. Melaksanakan Koordinasi
pengobatan dan perawatan
Pasien TBC dengan
Fasyankes lainnya.
8. Melaksanakan Sistem
Informasi Pengobatan TBC
termasuk Sistem Informasi
Terpadu Pengobatan TBC
(SITT)
3 Pelaksana Melaksanakan 1. Melaksanakan
Program pengendalian TBC Pengendalian TBC
Pengendalian 2. Melaksanakan Penyuluhan
Tuberkulosis TBC dan pemberdayaan
masyarakat dalam upaya
pengendalian TBC
3. Melaksanakan Koordinasi
dengan Lintas Sektor,
Lintas Program dan Dinas
Kesehatan
4 Sanitarian Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan menciptakan kondisi
Penyuluhan tempat tinggal yang
Sanitasi Terkait mendukung pengobatan
TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
menciptakan kondisi
tempat tinggal yang
mendukung dalam
pencegahan penularan
TBC
5 Ahli Gizi Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan perbaikan gizi yang
Penyuluhan Gizi mendukung pengobatan
Terkait TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
meningkatkan gizi yang
dapat mendukung
pencegahan TBC
6 Analis Bertanggung 1. Melaksanakan
Laboratorium jawab dalam pemeriksaan laboratoris
Pemeriksaan pemeriksaan sputum Basil
Sputum BTA Tahan asam (BTA)
2. Melaksanakan koordinasi
dengan bagian pengadaan
barang Puskesmas
Maesan dalam rangka
pengadaan alat
pemeriksaan sputum Basil
Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
3. Melaksanakan koordinasi
dengan bagian pemelihara
barang Puskesmas
Maesan dalam rangka
pemeliharaan alat
pemeriksaan sputum Basil
Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
7 Penanggung Mengelola Vaksin 1. Mengelola Vaksin BCG
Jawab Imunisasi BCG dan 2. Mengelola pemberian
Bertanggung imunisasi vaksin BCG
Jawab dalam
Imunisasi Vaksin
BCG
BAB III
STANDAR FASILITAS DAN SARANA

A. FASILITAS
Di dalam pengendalian penyakit TBC diperlukan upaya pengobatan. Agar pengobatan
dapat berjalan optimal, maka diperlukan standar fasilitas untuk pengobatan. Pengobatan
TBC di Puskesmas dilaksanakan di Poli Umum dan Poli Jantung Paru. Untuk pengobatan
pasien dalam kondisi yang membutuhkan rawat inap, pengobatan dilakukan secara rawat
inap untuk sementara di Unit Rawat Inap sampai kondisi stabil untuk rawat jalan.

Berikut fasilitas yang digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien TBC beserta
fungsinya dalam pengobatan TBC:
1. Poli Umum: Pemeriksaan TBC, Penegakan Diagnosis, memberikan Rujukan untuk
pemeriksaan lanjutan atau pengobatan lanjutan, Pengobatan pertama kali setelah
diagnosis. Unuk pengobatan selanjutnya, dilaksanakan di Poli Jantung paru. Pembuatan
Formulir TB 01 dan 02 dilaksanakan di Poli Umum atau Poli jantung Paru.
2. Poli Jantung Paru: Pemeriksaan TBC, Penegakan diagnosis, Pengobatan TBC termasuk
Pengobatan kedua dan seterusnya hingga pengobatan selesai, memberikan rujukan
pengobatan selanjutnya. Pengisian sistem informasi baik elektronik dan non elektronik
dilakukan di Poli jantung Paru.
3. Unit Gawat Darurat: Pemeriksaan TBC dan pengobatan TBC untuk pasien TBC yang
baru datang ke Puskesmas Maesan dalam kondisi vital tidak baik atau emergency.
4. Unit Rawat Inap: Pengobatan dan perawatan pasien TBC dengan kondisi vital butuh
perawatan.
5. Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes: Memberikan pengobatan TBC pada pasien yang
sulit dijangkau atau sulit transportasi. Catatan: Pasien TBC tetap diwajibkan untuk
periksa rutin minimal 1 kali dalam sebulan ke Poli Umum Puskesmas Maesan agar dapat
pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum. Memberikan rujukan ke Poli Umum
Puskesmas Maesan apabila menemui penderita terduga TBC.
6. Poli Sanitasi: Memberikan konsultasi perbaikan kondisi rumah agar mendukung
pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
7. Poli Gizi: Memberikan konsultasi perbaikan gizi penderita TBC agar mendukung
pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
8. Laboratorium: Melaksanakan pemeriksaan Sputum BTA.
9. Kamar Obat: Menerima resep pengobatan TBC dari Poli Umum, Poli Jantung Paru,
UGD dan Rawat Inap serta memberikan obat TBC pada pasien TBC.
10. Poli Imunisasi: Memberikan imunisasi BCG untuk pencegahan penyakit TBC.
11. Ruang Vaksin: tempat menyimpan vaksin BCG.
12. Ambulance/Kendaraan Puskesmas Keliling: Kendaraan untuk merujuk pasien TBC atau
terduga TBC dengan kondisi vital tidak baik atau emergency.

B. SARANA
1. Komputer
2. Alat Pemeriksaan Laboratorium
BAB IV
TATA LAKSANA PROGRAM
BAB V
LOGISTIK

Standar Obat Program TBC

1. OAT
a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Streptomycin Injeksi Vial Apabila ada Antibiotik


pasien
Kategori II

b. Tablet

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. FDC Dewasa (Kategori I) Tablet Buffer Stock Antibiotik


(5 paket)
2 FDC Dewasa (Kategori II) Tablet Apabila Ada Antibiotik
pasien
Kategori II
3. OAT Anak Tablet Apabila Ada Antibiotik
pasien anak.

Catatan:
Pengadaaan OAT oleh Dinas Kesehatan. Puskesmas Maesan melakukan permintaan
Obat kepada Dinas Kesehatan.
2. OBAT PENUNJANG

Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Vitamin B Complex Tablet 10000 Roborantia

2. Vitamin B6 Tablet 10000 Roborantia


3 Vitamin B1 Tablet 10000 Roborantia

Penyediaan obat dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Kebutuhan OAT dan obat
penunjang dihitung tiap bulan berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis
pakai 1 bulan yang lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada Panitia pengadaan
obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dilakukan oleh panitia pengadaan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas.

Standar Formulir Program TBC


Formulir yang digunakan antara lain:
1. Formulir TB 01, 02, 03, 04, 05, 06, 09, 10.
2. Formulir pengobatan TB-MDR.
3. Formulir Rujukan TB-MDR.
4. Diagram Alur pemeriksaan dan pengobatan TBC.
5. Tabel scoring diagnosa TB Anak.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN YANG SERING ATAU POTENSIAL


TERJADI
1. Salah Pemberian Obat (Pasien mendapatkan obat pasien lain)
Salah pemberian obat yang dimaksud adalah Pasien TBC mendapatkan OAT pasien
lain. Resiko menjadi berbahaya apabila terdapat perbedaan dosis dan regimen terapi
antara kedua pasien tersebut.

Upaya Pencegahan:
a. Saat pasien masuk ruang pemeriksaan ditanyakan namanya kemudian dicocokkan
dengan rekam medik yang dipegang oleh pemeriksa.
b. Saat resep diserahkan, pastikan resep diterima oleh pada pasien atau keluarga pasien
yang bersangkutan.
c. Saat obat akan diserahkan pada pasien atau keluarga pasien, tanyakan kembali pada
penerima obat, apakah benar nama pasien sesuai dengan obat yang akan diserahkan.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a. Segera datangi pasien ke rumahnya dengan membawa obat yang benar, baik obat
belum diminum atau sudah diminum oleh pasien, segera tukar obat yang salah
dengan obat yang benar.
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.

2. Salah Dosis Obat


Upaya Pencegahan:
a. Timbang berat badan pada awal pengobatan dan secara periodik minimal 1 bulan
sekali
b. Tetapkan dosis obat sesuai berat badan dan Kategori Pengobatan pada awal
pengobatan fase awal dan fase lanjutan
c. Tuliskan dosis obat yang tepat sesuai berat badan pada formulir TB 01 dan 02.
d. Saat pemberi pengobatan menuliskan resep, cek kembali Regimen Terapi dan dosis
yang tertera pada formulir TB 01.
Cara Penanganan Jika Terjadi:
a. Segera ganti resep obat dan obat sesuai dengan dosis
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.

3. Salah Regimen Terapi


Upaya Pencegahan:
a. Saat pertama kali pemberian pengobatan, cek kembali hasil pemeriksaan lanjutan,
antara lain: Formulir TB 05, hasil pemeriksaan Rongten dan/atau Patologi Anatomi
jika ada. Cek juga riwayat pengobatan sebelumnya yang tertera pada rekam medis
dan tanyakan juga riwayat pengobatan sebelumnya pada pasien atau keluarga
pasien.
b. Segera tuliskan Regimen Terapi pada formulir TB 01 dan 02 setelah diagnosa
ditegakkan, baik oleh pemeriksaan Sputum BTA atau pemeriksaan lainnya.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a. Segera ganti regimen terapi dan revisi formulir TB 01 dan 02 dengan regimen terapi
yang benar.
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.

4. Salah Pemberian Obat Sesuai Fase Pengobatan (Minum Obat Lebih Dari atau
Kurang Dari Quota sesuai Regimen Terapi)
Upaya Pencegahan:
a. Saat pasien datang ambil obat, periksa jumlah obat yang sudah diminum pada
formulir TB 01 dan 02 dan tanyakan kebenarannya pada pasien.
b. Saat penulisan resep, pastikan dicatat juga di dalam rekam medik, formulir TB 01
dan 02. Serta pastikan keseuaian data antara rekam medik, resep, formulir TB 01
dan 02.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a. Segera hentikan pengobatan fase awal atau fase lanjutan jika lebih kuota minum
obat. Segera tambah atau lanjutkan pengobatan fase awal atau lanjutan jika kuota
obat masih belum habis.
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.
5. Salah Cara Minum Obat
Upaya Pencegahan:
a. Saat pertama kali mendapatkan pengobatan, beri penyuluhan cara minum obat pada
pasien, keluarga dan PMO serta beri catatan minum obat yang benar agar mudah
diingat oleh pasien.
b. Catat cara minum obat pada kolom keterangan di formulir TB 02.
c. Saat pasien datang ambil obat, tanyakan kembali pada pasien bagaimana cara
minum obat.
d. Tanyakan pada pasien jumlah sisa obat dan kapan obat habis terakhir diminum,
kemudian cross check dengan catatan minum obat pada formulir TB 01.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


Segera beritahu cara minum obat yang benar dan beri catatan cara minum obat yang
benar. Kalau perlu libatkan keluarga pasien dan PMO bagaimana cara minum obat yang
benar.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

1. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN YANG SERING ATAU POTENSIAL


TERJADI
1. Tertular Penyakit TBC
Pasien TBC dapat menularkan penyakitnya bukan hanya pada keluarga atau kontak
intensif, tetapi juga pada pemberi pelayanan kesehatan. Resiko tersebut dapat dikurangi
apabila pemberi pelayanan kesehatan pada pasien TBC menerapkan standar
keselamatan kerja.

Upaya Pencegahan:
a. Gunakan masker saat melayani pasien TBC.
b. Gunakan masker N95 untuk pasien TB-MDR.
c. Beri informasi pada pasien TBC dan keluarganya tentang etika batuk, seperti
menutup mulut dan hidung saat batuk dan memalingkan wajah dengan lawan bicara.
d. Layani TB-MDR diluar jam kerja, saat pasien lain sudah sepi. Dan layani diluar
gedung.
e. Pastikan pemberi pelayanan kesehatan dalam kondisi sehat jasmani.
f. Pemberi pelayanan kesehatan pasien TBC harus menjaga daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi nutrisi yang adekwat.
g. Ganti dengan petugas lain yang sedang sehat jasmani dan dalam kondisi daya tahan
tubuh baik, apabila petugas yang biasa memberikan pelayanan penyakit TBC sedang
tidak sehat jasmani atau sedang dalam kondisi daya tahan tubuh menurun.

Cara Penanganan Jika Terjadi: Segera obati sesuai dengan prosedur pengobatan TBC.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di PUSKESMAS MAESAN dalam program TBC


antara lain:
A. Sudut Pandang Petugas
1. Penemuan suspect penderita TB: lebih dari 1 banding 10 x (1,07/1000 x jumlah
penduduk)
2. Angka keberhasilan pengobatan pasien baru BTA positif: 100%.
3. Jumlah slide yang terjadi kesalahan dari semua slide yang dirujuk selama triwulan tidak
boleh lebih dari 3.

B. Sudut Pandang Sasaran


1. Angka kepuasan pada pelayanan TBC oleh puskesmas lebih dari 80%.
2. Jumlah komplain terhadap pelayanan TBC oleh puskesmas kurang dari 5% dari semua
pasien yang dilayani, baik terduga TBC atau pasien TBC.

Dalam rangka mencapai mutu tersebut, beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh
puskesmas antara lain:
1. Menggali Kebutuhan sasaran dan masyarakat melalui survey atau wawancara dengan
masayarakat dan sasaran.
2. Memberdayakan masyarakat, sasaran, lintas sektor dan lintas program dalam upaya
pengendalian penyakit TBC.
3. Menggali Inovasi Pengendalian TBC yang bersumber dari masyarakat.
4. Penanggung jawab program TBC melaksanakan koordinasi, pengarahan, pembinaan dan
konsultasi dengan para pelaksana.
5. Susun rencana perbaikan mutu pengendalian penyakit TBC bersama-sama dengan
masayarakat dan lintas sektor terkait.
6. Penanggung jawab program TBC, pelaksana, Penanggung jawab manajemen mutu dan
Kepala Puskesmas secara rutin dan periodik melakukan penilaian kinerja, monitoring dan
evaluasi terhadap kegiatan pengendalian penyakit TBC.
7. Beri kesempatan pada sasaran dan masyarakat serta lintas sektor terkait untuk ikut menilai
kinerja pengendalian penyakit TBC oleh Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai