Pedoman TBC
Pedoman TBC
PUSKESMAS MAESAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO
TAHUN 2016
Disusun Oleh:
1. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program dibanyak negara. Pada
tahun 2005 strategi DOTS diperluas menjadi “Strategi Stop TB”, yaitu:
1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
5. Memberdayakan pasien dan masyarakat
6. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian
Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang mengusulkan adanya
strategi baru untuk mengendalikan TB yang mampu menahan laju infeksi baru, mencegah
kematian akibat TB, mengurangi dampak ekonomi akibat TB dan mampu meletakkan landasan
ke arah eliminasi TB. Eliminasi TB akan tercapai bila angka insidensi TB berhasil diturunkan
mencapai 1 kasus TB per 1 juta penduduk, sedangkan kondisi yang memungkinkan pencapaian
eliminasi TB (pra eliminasi) adalah bila angka insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per
100.000 penduduk. Dengan angka insidensi global tahun 2012 mencapai 122 per 100.000
penduduk dan penurunan angka insidensi sebesar 1-2% setahun maka TB akan memasuki
kondisi pra eliminasi pada tahun 2160. Untuk itu perlu ditetapkan strategi baru yang lebih
komprehensif bagi pengendalian TB secara global.
Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB
global pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan epidemi global TB pada tahun 2035
yang ditandai dengan:
1. Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015.
2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000 penduduk)
Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar strategi utama dan komponen-komponenya yaitu:
1. Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TB
a. Diagnosis TB sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan
TB secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi beresiko tinggi.
b. Pengobatan untuk semua pasien TB, termasuk untuk penderita resistan obat dengan
disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support)
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TB yang lain.
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beresiko tinggi
serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TB.
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan
pencegahan TB.
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka
kebijakan lain yang mendukung pengendalian TB seperti wajib lapor, registrasi vital,
tata kelola dan penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak
determinan sosial terhadap TB.
3. Intensifikasi riset dan inovasi
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi dan
strategi baru pengendalian TB.
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi-
inovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki status
sosial ekonomi rendah, sehingga prevalensi kasus tuberculosis masih tinggi. Upaya untuk
mengendalikan laju prevalensi tersebut dapat dilihat dari Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kabupaten Bondowoso, dimana penanggulangan penyakit tuberculosis termasuk di dalam
indikator keberhasilan pembangunan Kabupaten Bondowoso di bidang kesehatan.
Puskesmas Maesan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas harus mendukung upaya
Dinas Kesehatan dalam rangka mengendalikan penyakit tuberculosis dengan menerapkan
strategi DOTS dan Strategi STOP TB. Sebagai pedoman dalam penerapan strategis tersebut,
maka Puskesmas Maesan menetapkan Pedoman Program Pengendalian Penyakit Tuberculosis
Puskesmas Maesan.
Ruang Lingkup
2. Batasan Operasional
3. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi
Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Tahun 169);
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
A. FASILITAS
Di dalam pengendalian penyakit TBC diperlukan upaya pengobatan. Agar pengobatan
dapat berjalan optimal, maka diperlukan standar fasilitas untuk pengobatan. Pengobatan
TBC di Puskesmas dilaksanakan di Poli Umum dan Poli Jantung Paru. Untuk pengobatan
pasien dalam kondisi yang membutuhkan rawat inap, pengobatan dilakukan secara rawat
inap untuk sementara di Unit Rawat Inap sampai kondisi stabil untuk rawat jalan.
Berikut fasilitas yang digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien TBC beserta
fungsinya dalam pengobatan TBC:
1. Poli Umum: Pemeriksaan TBC, Penegakan Diagnosis, memberikan Rujukan untuk
pemeriksaan lanjutan atau pengobatan lanjutan, Pengobatan pertama kali setelah
diagnosis. Unuk pengobatan selanjutnya, dilaksanakan di Poli Jantung paru. Pembuatan
Formulir TB 01 dan 02 dilaksanakan di Poli Umum atau Poli jantung Paru.
2. Poli Jantung Paru: Pemeriksaan TBC, Penegakan diagnosis, Pengobatan TBC termasuk
Pengobatan kedua dan seterusnya hingga pengobatan selesai, memberikan rujukan
pengobatan selanjutnya. Pengisian sistem informasi baik elektronik dan non elektronik
dilakukan di Poli jantung Paru.
3. Unit Gawat Darurat: Pemeriksaan TBC dan pengobatan TBC untuk pasien TBC yang
baru datang ke Puskesmas Maesan dalam kondisi vital tidak baik atau emergency.
4. Unit Rawat Inap: Pengobatan dan perawatan pasien TBC dengan kondisi vital butuh
perawatan.
5. Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes: Memberikan pengobatan TBC pada pasien yang
sulit dijangkau atau sulit transportasi. Catatan: Pasien TBC tetap diwajibkan untuk
periksa rutin minimal 1 kali dalam sebulan ke Poli Umum Puskesmas Maesan agar dapat
pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum. Memberikan rujukan ke Poli Umum
Puskesmas Maesan apabila menemui penderita terduga TBC.
6. Poli Sanitasi: Memberikan konsultasi perbaikan kondisi rumah agar mendukung
pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
7. Poli Gizi: Memberikan konsultasi perbaikan gizi penderita TBC agar mendukung
pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
8. Laboratorium: Melaksanakan pemeriksaan Sputum BTA.
9. Kamar Obat: Menerima resep pengobatan TBC dari Poli Umum, Poli Jantung Paru,
UGD dan Rawat Inap serta memberikan obat TBC pada pasien TBC.
10. Poli Imunisasi: Memberikan imunisasi BCG untuk pencegahan penyakit TBC.
11. Ruang Vaksin: tempat menyimpan vaksin BCG.
12. Ambulance/Kendaraan Puskesmas Keliling: Kendaraan untuk merujuk pasien TBC atau
terduga TBC dengan kondisi vital tidak baik atau emergency.
B. SARANA
1. Komputer
2. Alat Pemeriksaan Laboratorium
BAB IV
TATA LAKSANA PROGRAM
BAB V
LOGISTIK
1. OAT
a. Injeksi
b. Tablet
Catatan:
Pengadaaan OAT oleh Dinas Kesehatan. Puskesmas Maesan melakukan permintaan
Obat kepada Dinas Kesehatan.
2. OBAT PENUNJANG
Obat tablet
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
Penyediaan obat dilakukan melalui Instalasi Farmasi. Kebutuhan OAT dan obat
penunjang dihitung tiap bulan berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis
pakai 1 bulan yang lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada Panitia pengadaan
obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dilakukan oleh panitia pengadaan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas.
Upaya Pencegahan:
a. Saat pasien masuk ruang pemeriksaan ditanyakan namanya kemudian dicocokkan
dengan rekam medik yang dipegang oleh pemeriksa.
b. Saat resep diserahkan, pastikan resep diterima oleh pada pasien atau keluarga pasien
yang bersangkutan.
c. Saat obat akan diserahkan pada pasien atau keluarga pasien, tanyakan kembali pada
penerima obat, apakah benar nama pasien sesuai dengan obat yang akan diserahkan.
4. Salah Pemberian Obat Sesuai Fase Pengobatan (Minum Obat Lebih Dari atau
Kurang Dari Quota sesuai Regimen Terapi)
Upaya Pencegahan:
a. Saat pasien datang ambil obat, periksa jumlah obat yang sudah diminum pada
formulir TB 01 dan 02 dan tanyakan kebenarannya pada pasien.
b. Saat penulisan resep, pastikan dicatat juga di dalam rekam medik, formulir TB 01
dan 02. Serta pastikan keseuaian data antara rekam medik, resep, formulir TB 01
dan 02.
Upaya Pencegahan:
a. Gunakan masker saat melayani pasien TBC.
b. Gunakan masker N95 untuk pasien TB-MDR.
c. Beri informasi pada pasien TBC dan keluarganya tentang etika batuk, seperti
menutup mulut dan hidung saat batuk dan memalingkan wajah dengan lawan bicara.
d. Layani TB-MDR diluar jam kerja, saat pasien lain sudah sepi. Dan layani diluar
gedung.
e. Pastikan pemberi pelayanan kesehatan dalam kondisi sehat jasmani.
f. Pemberi pelayanan kesehatan pasien TBC harus menjaga daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi nutrisi yang adekwat.
g. Ganti dengan petugas lain yang sedang sehat jasmani dan dalam kondisi daya tahan
tubuh baik, apabila petugas yang biasa memberikan pelayanan penyakit TBC sedang
tidak sehat jasmani atau sedang dalam kondisi daya tahan tubuh menurun.
Cara Penanganan Jika Terjadi: Segera obati sesuai dengan prosedur pengobatan TBC.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dalam rangka mencapai mutu tersebut, beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh
puskesmas antara lain:
1. Menggali Kebutuhan sasaran dan masyarakat melalui survey atau wawancara dengan
masayarakat dan sasaran.
2. Memberdayakan masyarakat, sasaran, lintas sektor dan lintas program dalam upaya
pengendalian penyakit TBC.
3. Menggali Inovasi Pengendalian TBC yang bersumber dari masyarakat.
4. Penanggung jawab program TBC melaksanakan koordinasi, pengarahan, pembinaan dan
konsultasi dengan para pelaksana.
5. Susun rencana perbaikan mutu pengendalian penyakit TBC bersama-sama dengan
masayarakat dan lintas sektor terkait.
6. Penanggung jawab program TBC, pelaksana, Penanggung jawab manajemen mutu dan
Kepala Puskesmas secara rutin dan periodik melakukan penilaian kinerja, monitoring dan
evaluasi terhadap kegiatan pengendalian penyakit TBC.
7. Beri kesempatan pada sasaran dan masyarakat serta lintas sektor terkait untuk ikut menilai
kinerja pengendalian penyakit TBC oleh Puskesmas.