Anda di halaman 1dari 11

SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT

TIPE A, B DAN C

Disusun oleh:
Kelompok 8 Kelas 3A

1. ELSA FEDORONA SIMANJUNTAK (P07525020011)


2. MIFTAH AL KHAIRIYAH (P07525020021)
3. MURNI HERLISTA TARIHORAN (P07525020022)
4. NUR KHARIYAH WARUWU (P07525020025)

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


JURUSAN KESEHATAN GIGI
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sistem Informasi
Rumah Sakit tipe A,B dan C ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan.

Penulis berharap makalah ini, yang mengangkat topik “ Sistem Informasi Rumah Sakit tipe
A,B dan C”, dapat berguna bagi para pembaca guna memperluas wawasan mengenai Sistem
Informasi Kesehatan di Rumah Sakit.

Dalam Penulisan makalah ini kami sebagai penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan telah
diamanatkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien
diperlukan informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi kesehatan dan
lintas sektor. Seiring dengan adanya era desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan
telah dikembangkan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik daerah masing -masing. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) No, 511 Tahun 2014 tentang Strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) di era otonomi daerah menegaskan bahwa sasaran
pengembangan SIKNAS pada akhir tahun 2009 adalah telah tersedia dan dimanfaatkan data
dan informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Departemen Kesehatan dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Indikatornya adalah sudah saling
terhubung data dan informasi dari Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Departemen Kesehatan

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan sistem yang


mendukung pengambilan keputusan bagi pihak manajemen dalam menentukan strategi untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan rumah sakit (Rahaju, dkk, 2013). Rekam medis merupakan
subsistem dari sistem informasi rumah sakit secara keseluruhan yang memiliki peran sangat
penting dalam meningkatkan mutu dan pelayanan di rumah sakit itu sendiri. Penyelenggaraan
rekam medis yang dimulai sejak pasien mendaftar. mendapatkan pelayanan kesehatan sampai
keluar rumah sakit. Penyelenggaraan rekam medis merupakan salah satu bentuk kegiatan
yang dilaksanakan guna mencapai pelayanan yang cepat, akurat, dan tepat sehingga informasi
yang dihasilkan lebih efektif dan efisien sehingga dibutuhkan manajemen yang baik dan
berkualitas (Silfani dan Achadi, 2014).

Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana
ketentuan dalam pasal 52 ayar (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit. Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang digunakan di sebuah rumah
sakit harus memberikan kemudahan dalam operasional serta dapat mengatasi kendala
pelayanan pasien yang ada di rumah sakit tersebut (Gunawan, 2013). Manajemen rumah sakit
membutuhkan pengelolaan data yang cepat dan akurat demi menciptakan pelayanan yang
berkualitas. Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain
membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima karena
kemungkinan kesalahan yang sangat besar. Dukungan teknologi informasi akan mendukung
pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem
informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data
juga menjadi lebih akurat karena kumungkinan kesalahan dapat diminimalisir (Topan, dkk,
2015).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Informasi Rumah Sakit?
2. Apa perbedaan Sistem Informasi Rumah Sakit Tipe A, B dan C?
3. Bagaimana Alur Pelayanan Rumah Sakit Tipe A, B dan C?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Sistem Informasi Rumah Sakit
2. Mengetahui perbedaan Sistem Informasi Rumah Sakit Tipe A, B dan C
3. Mengetahui Alur Pelayanan Rumah Sakit Tipe A, B dan C
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)

1. Defenisi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)


Sistem Informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi
serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Sistem informasi
rumah sakit bertugas menyiapkan informasi untuk kepentingan pelayanan rumah sakit.
Subsistemnya antara lain: subsistem pengembangan dan subsistem operasional.

Menurut Wandaningsih (1995), ada beberapa aspek penting dari sistem informasi rumah
sakit yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Aspek Kualitas, kualitas suatu aspek informasi tergantung pada tiga (3) hal, seperti
keakuratan, ketepatan waktu, dan manfaat informasi bagi rumah sakit.

2. Aspek dimensi terdapat 6 (enam) dimensi informasi yang menunjukkan besar kecilnya
suatu informasi, yaitu: sistem informasi, jenis informasi, metode pengukuran yang
dipakai, waktu kebutuhan informasi, tempat pengambilan keputusan yang membutuhkan
informasi, penggunaan informasi oleh pengambil keputusan.

2. Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit


Menurut Austin (1983), secara umum sistem informasi rumah sakit dapat digolongkan
menjadi:

a. Sistem informasi klinik atau medik


Sistem ini dirancang untuk membantu proses audit medis yang dapat menjamin
agarstandar mutu pelayanan selalu dipenuhi.

b. Sistem informasi administrasi


Sistem ini dirancang untuk membantu memantau kegiatan pendayagunaan sumber
sumber untuk pelayanan medis, seperti sistem informasi akuntansi, sistem informasi
logistik dan sistem informasi ketenagaan.

c. Sistem informasi manajemen perencanaan dan pengawasan


Sistem informasi ini ditujukan untuk perencanaan evaluasi penampilan rumah sakit dan
juga untuk menilai dampak pelayanan di masyarakat.
3. Tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit
Menurut Siregar (1986), administrasi rumah sakit, anggota dewan rumah sakit dan staf
medis menggunakan sistem informasi untuk mendukung hal-hal berikut:

a. Jaminan oleh kualitas pelayanan


informasi klinik dari catatan medis penderita bagi proses kesehatan untuk menilai
pelaksanaan diagnostik dan pengobatan di rumah sakit. Sistem Informasi rumah sakit
yang menggunakan komputer dapat menelusuri data seperti ini untuk penilaian
tindakan perbaikan.

b. Perbaikan biaya dan peningkatan produksi


Sistem informasi dengan komputer sangat baik untuk melakukan analisa biaya dan
laporan produksi yang dapat digunakan untuk administrasi rumah sakit untuk
memperbaiki efektifitas kegiatan. Sistem ini dapat mengintegrasi informasi klinik dan
keuangan.

c. Analisa penggunaan dan penaksiran permintaan


Sistem informasi rumah sakit yang lengkap dapat menyajikan penggunaan pelayanan
rumah sakit baik sekarang maupun masa lalu. Informasi ini berguna untuk analisa
efektifitas penggunaan sumber daya dan merupakan dasar bagi peramalan permintaan
masyarakat.

d. Perencanaan program dan evaluasi


Informasi yang digunakan untuk ketiga tujuan diatas merupakan masukan utama
untuk menilai pelayanan saat ini. Bila digabung dengan proyeksi tentang perubahan
penduduk yang dilayani maka sistem ini membantu peramalan program mana yang
akan datang.

e. Penyederhanaan laporan internal dan eksternal


Setiap rumah sakit memerlukan pencatatan yang akurat mengenai informasi medisdan
keuangan.

f. Penelitian klinis
Terutama bagi rumah sakit yang beraliansi dengan institusi pendidikan. Dengan
sistem informasi yang baik maka ini dapat menyajikan informasi bagi kebutuhan
studi longitudinal dan perbandingan.

g. Pendidikan
Sistem informasi yang baik dapat membantu dalam penalaran atau latihan kedokteran
atau profesi kesehatan lain dengan menyajikan data medis masa lalu dan sekarang
untuk kepentingan pendidikan.
B. Perbedaan Sistem Informasi Rumah Sakit Tipe A,B DAN C
Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010, tentang klasifikasi rumah sakit, antara lain:
1. Rumah Sakit Tipe A
Pasal 6
1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 (tiga
belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis
Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan Penunjang
Non Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai
dengan standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata, Telinga
Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,
Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran
Forensik.
8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit
Mulut.
9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.
10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf,
Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.
11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga/
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, 4
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
2. Rumah Sakit Tipe B
Pasal 10
1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 (dua)
Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis
Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non
Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai
dengan standar. (5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
5) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
6) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas)
pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh
Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf,
Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
7) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.
8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.
9) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi :
Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.
10) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
11) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
3. Rumah Sakit Tipe C
Pasal 14
1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik.
2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis
Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik.
3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal
kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan.
9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik 8.
10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
C. Alur Pelayanan Rumah Sakit
1. Rumah Sakit Tipe A (Menurut KEMENKES : RSAB Harapan Kita, Jakarta)

2. Rumah Sakit Tipe B (Berdasarkan Keputusan Direktur : RSU Tangerang, Banten)


3. Rumah Sakit Tipe C

Anda mungkin juga menyukai