Anda di halaman 1dari 3

Haidhar Wurjanto

Menurut CEO dan Founder Es Teh Indonesia, Haidhar Wurjanto, menciptakan merek dagang
bisa dimulai dari suatu ide dan gagasan yang simpel, unik, dan receh. Ia pun berbagi cerita saat
awal membuat merek dagang 'Es Teh Indonesia'. Idenya cukup simpel dan receh, karena melihat
es teh adalah minuman yang begitu digandrungi semua kalangan masyarakat Indonesia.
"Es Teh Indonesia berawal dari hal receh, ngobrol dengan teman-teman, kita cari yang bisa
dinikmati semua orang, semua kalangan, kita ngobrol, ketemu teh, karena teh ternyata
merupakan komoditi nomor dua, nomor satu air putih, nomor tiga kopi, es teh ternyata lebih
dinikmati daripada kopi," ungkap Haidhar saat webinar 'Bebas Sengketa Lewat Merek Dagang
dan HKI lainnya' dalam Festival UMKM kumparan 2021 secara daring, Selasa (26/10).
Dari ide receh tersebut, Haidhar berpikir agar es teh yang selama ini dianggap minuman biasa
menjadi produk yang istimewa. Ia dan tim pun mengupayakan berbagai cara kreatif dan inovatif,
mulai dari membuat merek dagang dan branding yang unik, packaging yang baik, hingga
pengelolaan bisnis yang profesional.
"Dari semua orang minum teh, lalu gimana kita istimewakan produk ini? branding, packing, dan
lain-lain. Apa itu Es Teh? Teh yang didinginkan dengan es batu, lalu yang membedakan juga
dikelola secara profesional, dengan inovasi, gimana cara produk teh dikelola secara profesional,
inovasi, kreativitas tinggi," ujarnya.
Menurutnya, merek dagang yang simpel malah lebih mudah diterima konsumen.
"Brand sangat berpengaruh, bagaimana logonya, font-nya mewakili brand tersebut. Es teh kan
produk sederhana simpel, diminati semua orang, spiritnya es teh, makanya yang simpel, jelas,
pengucapan yang jelas, motonya dengan kekuatan receh, malah jadi demand yang besar, apalagi
sekarang market overload informasi, sangat dibutuhkan yang simpel, jelas, singkat, padat," kata
Haidhar.
Pada akhirnya merek dagang 'Es Teh Indonesia' pun viral dan berkembang pesat. Kini, sudah ada
20 cabang dan ditargetkan bisa berkembang hingga 100 cabang.
Dalam perjalanan itu, Haidhar tak lupa memperhatikan masalah perlindungan merek dagangnya,
jangan sampai seiring dengan majunya usaha, merek dagangnya malah dipakai pihak lain.
"Untuk melindungi merek kita, kita mencegah persengketaan ke depannya, karena udah capek-
capek, jangan sampai ada yang mirip-miripin, karena bisa bikin konsumen bingung (dengan
merek yang sama)," terangnya.
Perlindungan merek dagang itu melalui pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sejak awal
ke Dirjen Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham. Menurutnya, upaya ini penting agar
merek dagang yang dimiliki tak ditiru orang lain, sehingga mencegah adanya sengketa.
"Lebih baik siapin (merek dagang) untuk mencegah, dan pada akhirnya kita daftarkan. Tiap mau
bisnis cek dulu ke web (DJKI) dan konsultan HKI-nya," imbaunya
10 tahun mengembangkan bisnisnya, Haidhar mengaku pernah menghadapi sengketa merek
dagang karena ada pihak yang mencoba meniru 'Es Teh Indonesia'. Ia pun harus menyelesaikan
masalah ini secara musyawarah agar tak berlarut dan mempengaruhi loyalitas konsumen.
"Masalah ada ya, mungkin saat ini es teh itu viral, ada gula ada semut, yang miripin banget ya
ada, pada akhirnya waktu itu 1 bulan, ada 20 usaha yang mirip dengan Es Teh Indonesia,
logonya hampir sama, Yang bikin khawatir kami, jadi membingungkan konsumen kita,"
terangnya.
"Penyelesaiannya menghubungi yang bersangkutan, kita juga ada lawyer yang menghubungi
untuk bermusyawarah. Mengganti brand yang kita arahkan, kalau sampai persidangan belum,"
imbuhnya.
Di sisi lain, Haidhar juga mengaku pernah hampir menggunakan merek dagang pihak lain. Ia pun
langsung mengubah merek dagangnya itu. Dengan adanya pengalaman-pengalaman ini, ia
menjadi lebih menghargai setiap merek dagang yang ada dan penting untuk melindungi merek
dagang miliknya.
"Saya juga pernah dengan treatment yang serupa, karena waktu itu (ada produk) kekinian, kita
bikin produk yang sama dengan 'Oreo', kita pakai 'Oleo', yang hampir mirip, kita kan takut,
akhirnya kita ganti nama. Jadi dari segi dua-duanya (ditiru dan menggunakan merek dagang
pihak lain) kita rasain, kita menghargai itu," pungkasnya.
Sebagai informasi, nama Esteh Indonesia sendiri berasal dari kata ‘Es Teh’ serta ditambahkan
negara Indonesia. Walaupun nama ini terlihat remeh namun sangat melekat pada masyarakat.
Keputusan Haidhar untuk bisnis es teh ini pun terbilang cukup jeli. Dari ide sederhana, membuat
dia mampu membangun gurita bisnisnya di Indonesia secara laris manis. Bahkan, Esteh
Indonesia yang semula pada awal 2020 hanya memiliki 20 cabang, makin lama kian
berkembang. Mengutip dari situs web resmi Esteh Indonesia, pihak manajemen menyebut istilah
outlet Esteh Indonesia sebagai ‘kebun’. Dan per Januari 2022, bisnis ini secara resmi telah
beroperasi di 504 kebun yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini, variasi rasa Esteh Indonesia
berjumlah kurang lebih 22 varian rasa dengan topping yang berbeda-beda. Kisaran harganya pun
mulai dari Rp8.000 hingga Rp32.000.
 Dongkrak Penjualan dengan Promosi di Tiktok
Sebenarnya, perkembangan bisnis Esteh Indonesia tidak langsung meroket seperti
saat ini. Disebutkan bahwa tahun 2019 popularitas Esteh Indonesia masih biasa-biasa
saja. Namun, tahun 2020 ketika terjadi pandemi dan platform media sosial Tiktok tengah
naik daun, membuat Haidhar dan tim memanfaatkan media sosial sebagai strategi
pemasaran. Dia sengaja mengunggah konten di TikTok mengenai perjalanannya merintis
usaha Esteh Indonesia sejak awal. Ide tersebut rupanya menjadi viral sehingga ikut
mendongkrak bisnis Esteh Indonesia yang sedang dikembangkannya. Haidhar sendiri
melihat adanya kesamaan antara TikTok dengan caranya mengemas Esteh Indonesia
sebagai minuman ‘receh’ yang dikenal dekat dan disukai masyarakat Indonesia. Hingga
kini, akun Tiktok @estehindonesia punya 4 juta likes dengan pengikut sebanyak 214
ribu.
 Harga Franchise
Dengan berbagai keunggulan serta branding mereka yang kuat, melansir dari situs
website resminya pada Jumat (15/7/2022), harga terbaru daru franchise Esteh Indonesia
adalah Rp130 juta. Harga tersebut sudah termasuk dengan lisensi dan peralatan untuk
membuka gerai. Namun, biaya tersebut belum termasuk biaya booth atau gerainya. Jadi,
jika Anda ingin sewa tempat sekaligus renovasi, maka dapat dikenakan biaya hingga
Rp250 juta.
.

Anda mungkin juga menyukai