Anda di halaman 1dari 11

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Humor

Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Jusuf, 1984: 5), kata humor

berasal dari bahasa Yunani, yang berarti getah. Dalam kehidupan sehari-hari

humor dapat diartikan dengan riang dalam sikap hidup atau tanggapan hidup.

Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala

yang merangsang kita untuk tertawa atau cenderung tertawa secara mental, ia bisa

berupa rasa, atau kesadaran, di dalam diri kita (sense of humor) bisa berupa suatu

gejala atau hasil cipta dari dalam maupun dari luar diri kita. Humor memiliki efek

yang cenderung semua orang memilikinya. Efek yang dihasilkan ialah rangsangan

yang timbul untuk tersenyum hingga tertawa terbahak-bahak.

Humor merupakan salah satu wujud yang tidak dapat dihilangkan oleh

manusia. Humor dapat saja menjadi wahana hiburan bagi seseorang, dapat pula

sebagai sarana pendidikan dan sebagai sarana dalam kritik sosial bagi masyarakat.

Humor adalah ciri-ciri bahasa yang mampu menghidupkan sesuana yang tegang

menjadi lebih menarik. Berdasarkan pernyatan tersebut, humor memiliki peranan

yang sangat sentral dalam kehidupan manusia, yakni sebagai sarana hiburan dan

pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hidupnya. Tidak kalah penting

humor sering pula dimanfaatkan untuk membawakan pesan-pesan pembangunan,

dan menyampaikan kritik dan saran terhadap aneka bentuk kepentingan sosial dan

semesta problematika yang dihadapi masyarakat. Cerita yang beraspek humor,

pada umumnya mencerita kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan

keberuntungan tokoh utamanya.


10

Menurut Sawedi (2012: 16), humor dapat menimbulkan tawa karena hal-

hal sebagai berikut:

a) Ada sesuatu yang rendah, atau lebih jelek penuturannya pada orang lain, tetapi

enggan untuk mengatakannya secara langsung kepada yang bersangkutan,

sehingga menimbulkan rasa tertawa bagi yang mendengarnya.

b) Ada penyimpangan dari sesuatu yang diharapkan oleh seseorang dari orang

lain, sehingga menimbulkan berbagai bentuk reaksi dari orang yang

mengharapkan berupa: raut muka atau mimik dengan pandangan mata yang

meyakinkan atau dengan kata-kata yang spontanitas sesuai dengan kondisi

pada saat itu.

c) Humor itu terjadi karena orang ingin membebaskan diri dari ketegangan dan

tekanan psikis.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa humor

dapat menimbulkan tawa dengan beberapa hal sebagai pendukungnya. Kata-kata

yang dapat merendahkan orang lain atau diri sendiri, gerakan bagian tubuh yang

aneh dan tindakan yang dilakukan secara spontan merupakan hal-hal yang mampu

menimbulkan tawa bagi seseorang.

2.2 Bahasa Humor

Afriana (2010: 12) mengatakan bahwa bahasa humor merupakan bahasa

yang mampu menimbulkan canda tawa. Amanda (2010: 32) mengataka bahasa

humor adalah bahasa yang melahirkan suatu pikiran baik dengan kata-kata yang

dapat menimbulkan simpati dan hiburan. Jadi, bahasa humor adalah kata-kata,

kalimat atau ujaran yang mampu mengundang tawa seseorang yang

mendengarkan atau yang membaca. Bahasa humor dapat berupa lisan yang berupa
11

tuturan dari seseorang yang mengundang canda tawa bagi pendengarnya maupun

tulisan yang isi cerita dari pengarang mampu membangun tawa pembacanya.

Secara umum bahasa humor memiliki tujuan untuk menghibur seseorang dengan

gaya plesetan, lelucon dan lain-lain.

Setiap orang tersenyum dan tertawa dapat disebabkan oleh adanya

kelucuan atau situasi lucu baik secara spontan atau disengaja oleh pencipta bahasa

humor. Pencipta bahasa humor sengaja mengkreasi bentuk humor melalui

permainan kata-kata, gambar, gaya bahasa, dan nalar agar maksud yang

disampaikan dapat dicerna dan diterima dengan terasa santai dan halus.

Konteks lingkungan dan latar belakang pencipta bahasa humor sangat

mempengaruhi terhadap humor yang dihasilkan, sebagaimana tercermin pada

gaya, tema, dan wujud kebahasaan sesuai kemampuan dan pengalaman pencipta

bahasa humor. Jika pengalamannya sering bergelut di bidang olahraga atau agama

maka humor yang dimunculkan pun mengandung tema, gaya bahasa, dan wujud

kebahasaan tentang keolahragaan dan keagamaan.

Menurut Yuni (2014: 18), ciri-ciri bahasa humor adalah (1) menggunakan

kata kias, (2) mengandung kata plesetan, (3) kata-kata mengundang tawa yang

mampu menghilangkan stres, (4) menghibur dan (5) menggunakan kata yang

mampu meledek seseorang. Jadi, bahasa humor memiliki ciri-ciri bahasa yang

mampu menghibur seseorang dengan menggunakan kata kias, plesetan dan

ledekan yang ditujukan kepada seseorang saat berkomunikasi.

Ciri penting dari humor adalah keberadaan keganjilan yang tercipta dan

resolusi dari keganjilan itu. Ciri lain yang biasanya terdapat dari humor adalah

ambiguitas, sesuatu yang dilebih-lebihkan, sesuatu yang dikurang-kurangkan,


12

kezaliman, ironi, keadaan sekitar dan situasi yang tiba-tiba, rasa terkejut,

ketegangan dan kelegaan, kejahilan, permainan kata-kata, gambaran secara visual.

Menurut Thomas Hobbes (dalam Yuni, 2014: 15) mengatakan bahwa ciri-

ciri dari humor adalah mentertawakan orang yang kita rasa lebih rendah daripada

kita. Ini disebut teori superioritas tapi kemudian filosofer Frances Hutcheson

berargumen bahwa yang sebenarnya kita tertawakan adalah keganjilan atau

keanehan. Kita hanya menertawakan binatang yang memiliki unsur manusia, kita

menertawakan orang yang jatuh terpeleset kulit pisang karena ada ketidakpasan

antara ekspetasi kita dan situasi yang terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa humor memiliki ciri-ciri sesuatu hal yang lucu

yang dapat ditertawakan baik itu dalam segi merendahkan (mencela) seseorang

atau merasa terdapat ada keganjilan dan keanehan. Ciri-ciri humor adalah sesuatu

yang dilebih-lebihkan dan dikurang-kurangkan dengan permainan kata-kata lucu

atau dengan pencampuran bahasa sehingga mampu menimbulkan tawa bagi yang

membacanya dan mendengarnya.

2.3 Bentuk Bahasa Humor

Humor dapat disajikan dalam berbagai bentuk baik teks maupun gambar

untuk menarik pembaca humor. Selain itu, humor dapat disajikan dalam bentuk

lisan dengan lelucon atau kelucuan yang disampaikan langsung oleh seseorang

dengan disertai gerak-gerik yang konyol.

Komedian yang terkenal yaitu Ben Johnson, yang satu karyanya berjudul

Man Out of His Humor (dalam Sawedi, 2012: 20) memperlihatkan 2 bentuk

humor yang berbeda dalam karyanya, yaitu:


13

a) Humor dalam kata-kata adalah bentuk kelucuan atau kegelian yang

diungkapkan melalui kata-kata atau kalimat dalam ucapan seseorang.

b) Humor dalam tingkah laku adalah bentuk kelucuan melalui gerak tubuh

seseorang.

Bentuk humor ini dapat menjadi pembeda dalam kehidupan nyata. Humor

ini juga dapat dibedakan menjadi humor positif dan humor negatif. Humor positif

adalah humor yang mampu membangkitkan hal baik bagi pendengar dan

pembacanya. Humor negatif adalah humor yang didalamnya menyinggung

tentang perasaan sesorang, membedakan suku dan RAS. Menurut Kartono

Muhamad (dalam Rahmanadji, 2009: 15) humor yang baik adalah humor yang

dapat menertawakan diri sendiri, atau humor otokritik. Meskipun membuat diri

pribadi sakit hati, humor otokritik merupakan sesuatu yang menunjukkan

kedewasaan sikap. Artinya, mampu memberi kritik terhadap diri sendiri, serta

dapat pula secara terbuka menerima opini orang lain.

Menurut Mulyani (dalam Palupi, 2014: 5) mengatakan bahwa Bentuk bahasa

humor adalah tuturan berupa kata atau istilah yang mampu mengundang tawa bagi

pembaca atau pendengar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk bahasa humor adalah sebuah kata

atau istilah tertentu yang mampu membuat seseorang tertawa saat membaca atau

mendengarkan ceritanya.

2.4 Fungsi Bahasa Humor

Humor sering kali dianggap memiliki fungsi sebagai hiburan bagi semua

kalangan. Pada umumnya ide cerita lucu itu timbul dari pengarang yang hendak

menceritakan rasa humornya, yang bersumber pada kejadian yang kurang sopan
14

atau kebodohan-kebodohan yang ditemuinya sehari-hari. Mungkin pengarang

sangat berlebihan dalam menceritakan dan mungkin memiliki maksud hendak

mencela sifat kebodohan manusia yang dipandangi kurang layak (Jusuf, 1984:

22).

Menurut Sujoko (dalam Rahmanadji, 2009: 218), humor dapat berfungsi

sebagai untuk:

a) Melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan,

misalnya komunikasi yang sifatnya serius, pesan-pesan atau gagasan yang

akan disampaikan biasanya tidak mudah terjalin antara kedua belah pihak,

apalagi pertemuan merupakan pertemuan baru, maka medium humor dalam

tahap komunikasi akan mempercepat terbukanya pintu keakraban.

b) Menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar maksudnya biasanya

mengkritik seseorang karena tidak dapat menyampaikan secara langsung maka

disampaikan melalui media humor.

c) Mengajar orang melihat persoalan dari berbagai sudut artinya mengajarkan

orang melihat persoalan dari sudut politik, sosial, ekonomi maupun

pendidikan.

d) Menghibur maksudnya menghibur yaitu untuk menghilangkan kejenuhan

dalam hidup sehari-hari yang bersifat rutin.

e) Melancarkan pikiran artinya dengan humor maka stres akibat tekanan jiwa

akan mudah hilang dan pikiran akan kembali lancar.

f) Membuat orang mentoleransi sesuatu. Dalam hal ini, banyak orang yang tidak

ingin mendapat kritik secara langsung sehingga dengan menggunakan media


15

humor orang dapat menyampaikan kritikan dan orang yang mendapat kritikan

dapat mentoleransi sesuatu atau kritikan yang disampaikan.

g) Membuat orang memahami soal pelik. Maksudnya hal-hal yang jarang ada

atau yang aneh atau tidak biasanya dapat diketahui melalui humor.

Berdasarkan ketujuh fungsi humor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

humor dapat menghibur pendengar. Dengan humor kita dapat menuangkan kritik

maupun pesan kepada orang lain dan mengajarkan orang untuk dapat melihat

persoalan dari berbagai sudut. Humor juga dapat melancarkan pikiran yang dalam

keadaan tegang untuk menjadi lebih baik.

Menurut Siti Mulyani (dalam Palupi, 2014: 39) menyatakan bahwa fungsi

utama dalam bahasa humor dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai sarana

hiburan yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

2.4.1 Sarana Penghibur

Dalam kehidupan masyarakat wacana humor memiliki fungsi utama yakni

sebagai sarana penghibur, karena dengan menikmati humor diharapkan orang

dapat tertawa atau tersenyum.

Contoh:

Samijan maju langsung sila ngadhepake pak Haji Dullah banjur

miwitiujung. “Kepareng matur dhumateng bapak, sowan kula ingkang

sepindhah ngaturaken sembah bekti kula, kaping kalih…uh…uh…uh…uh.

Nyuwun…uh lemper…”. Bareng krungu ngono mau kabeh kanca padha

ngguyu ger-geran. Pak haji banjur ngendika, “wis tak apura kabeh, terus

dipangan lempere”.
16

Dengan membca wacana di atas, pembaca akan tertawa atau tersenyum. Hal ini

disebabkan karena adanya hal unik yang terjadi saat silahturahmi di hari Raya Idul

Fitri untuk saling mengikrarkan minta maaf atas segala kesalahannya, namun yang

terucap bukan minta maaf melainkan minta lemper. Dengan adanya wacana

humor ini diharapkan pembaca akan merasa terhibur.

2.4.2 Sarana Mengkritik atau Mengejek

Kritkan atau ejekan dalam bahasa humor biasa tidak bersifat langsung,

dalam hal ini orang atau situasi yang dikritik tidak disebutkan secara langsung.

Hal ini dapat menyebabkan orang lain tertawa atau tersenyum, kecuali kepada

orang yang dituju daam bahasa humor tersebut.

Contoh:

Ana tembung panglima TNI sing ngucap, “apa iya mung jatuh karo jatuh?”

Karepe panglima, saben presiden kok kudu lengser karo dilengserake.

Contone Bung karno jatuh saka kursi presidhen merga pancen dijatuhake.

Bar kuwi Pak Harto, mudhun merga ya dijatuhake. Disusul B.J. Habibie ya

dijatuhake. Terus Gus Dur ya jatuh ora saka karepe dhewe. Saiki Megawati

apa iya arep dijatuhake maneh?

Penggalan wacana di atas mengandung kritik yang ditujukan kepada presiden.

Kritikan yang diberikan berupa pertanyaan “Apakah setiap presiden harus jatuh

atau dijatuhkan?” Dengan membaca wacana di atas orang awam mungkin bisa

tertawa atau tersenyum mengingat peristiwa yang tercermin dalam wacana di atas.

Namun bagi presiden merupakan kritik. Harapan pembuat kritik bagaimana

upaya-upaya yang dapat ditempuh presiden untuk memikirkan negara agar tidak

dijatuhkan.
17

2.4.3 Sarana untuk Menyampaikan atau Menjelaskan Sesuatu Secara

Lebih Populer atau Menarik

Ada kalanya seseorang diharuskan menjelaskan sebuah konsep kepada orang lain

yang tidak layak dipaparkan secara apa adanya. Untuk memudahkan penyampaian

dicari humor yang relevan dengan topiknya. Bisa juga menggunakan seseorang

atau sesuatu yang terkenal untuk menyampaikan atau menjelaskan informasi.

Contoh:

Pak, bu, aku mau ora sengaja weruh mbah Setro neng kolah. Dheweke lagi

pipis. Ning jebulna mbah Setro kuwi lanang pak, wong le pipis ki ngadeg ora

ndhodhok. Bapak nate ngendika ta, nek wong lanang karo wong wedok kuwi

beda. Aku terus takon bedane kae lho pak. Bapak ngendika maneh ta, yen

wong lanang kuwi pipise karo ngadeg, yen wong wedok nek pipis ndhodhok.

Lha mbah Setro kae le pipis karo ngadeg. Lha aku kaget banget pak, terus

mlayu mulih.

Dari kutipan di atas terungkap bahwa seorang ayah menerangkan kepada anaknya

tentang perbedaan orang laki-laki dan perempuan. Untuk mempermudah

menjelaskan hal itu kepada anaknya, maka ia mengatakan perbedaan antara orang

laki-laki dan perempuan terletak pada cara kencingnya. Dalam hal ini orang laki-

laki kalau buang air kecil dengan cara berdiri dan perempuan dengan berjongkok.

Hal itulah yang membuat wacana di atas sebagai wacana humor.

2.5 Makna Bahasa Humor

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna

dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa
18

dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak

bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).

Makna dalam humor ialah maksud lelucon yang disampaikan baik secara

lisan maupun tulis kepada pendengar atau pembaca. Makna merupakan unsur

bahasa yang sering digunakan oleh penutur atau penulis dalam membangun

humor. Makna mempunyai wilayah yang luas karena seperti yang dikemukakan

Poerdawarminta (dalam Sawedi, 2012: 42) makna merupakan kemungkinan atau

beberapa kemungkinan arti yang belum begitu jelas. Makna dapat berubah sesuai

dengan situasi dan kondisi yang ada ketika melakukan komunikasi humor.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyimpangan makna dalam humor

dapat saja disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

a) Pergeseran Komponen Makna

Makna kata terdiri atas beberapa komponen dan hanya merupakan kemungkinan-

kemungkinan yang belum jelas. Setelah kata yang mengandung makna digunakan

dalam tuturan dalam konteks, barulah batas-batas makna itu menjadi jelas.

Misalnya pada kata monyet yang mempunyai komponen berbulu banyak dan

jelek. Jika orang mengatakan monyet itu mempunyai seekor anak. Maka, makna

kalimat tersebut adalah seekor binatang yang beranak. Namun, jika orang itu

seperti monyet maka, makna kalimat tersebut tidak sama dengan kalimat pertama.

Akan timbul makna bahwa orang itu bersifat seperti monyet yang jelek. Oleh

karena itu, adanya kemungkinan pergeseran makna kata yang sedemikian,

semakin membuka untuk membuat humor.


19

b) Pergeseran Makna atas Dasar Polisemi

Menurut Poerdawarminta (dalam Sawedi, 2012: 43) kebanyakan bahasa, termasuk

bahasa Indonesia, mengandung kata-kata yang polisemik atau yang banyak

artinya. Jika sebuah kata memiliki arti yang banyak, akan membuka peluang bagi

orang yang suka berhumor untuk memanfaatkan makna kata-kata tersebut.

c) Pergeseran Makna atas Dasar Afektif

Menurut Pateda (dalam Sawedi, 2012: 43) makna afektif merupakan makna yang

muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau

kalimat. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar

atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif

berhubungan pula dengan gaya bahasa.

Dapat disimpulkan bahwa makna yang ada dalam bahasa humor dapat

diketahui dari kalimat atau tuturan yang disampaikan. Hal tersebut dapat dilihat

dari pergeseran makna dalam suatu kalimat atau ujaran. Maka dapat disimpulkan

makna bahasa humor yang disampaikan kepada pembaca atau pendengar.

Anda mungkin juga menyukai