2Tipe diskon seperti apa (kuantitas, kas, fungsional/dagang) dan jenis allowanceapa (periklanan,
tukar tambah) yang sebaiknya ditawarkan perusahaan kepada para pelanggan internasional ?
Apakah harga harus dibedakan menurut segmen pasar ?Alternatif penetapan harga apa saja yang
tersedia jika biaya perusahaan naik atau turun. Apakah permintaan di pasar sasaran elastic atau inelastic
?Bagaimana kemungkinan pandangan pemerintah host-countryterhadap harga yang ditetapkan
perusahaan : reasonable atauexploitative?Apakah undang-undang dumping di Negara tujuan
pemasaran mungkin menimbulkan masalah ?Tugas penetapan harga global menjadi semakin rumit
dengan adanya fluktuasi kurs mata uang yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan biaya-
biaya yang mendasarinya. Menurut konsep paritas daya beli (purchasing power parity), perubahan
harga domestik akan dicerminkan dalam kurs mata uang Negara bersangkutan. Jadi secara teoretis,
fluktuasi kurs mata uang seharusnya tidak menimbulkan masalah serius bagi pemasar global karena
naik turunnya tingkat harga domestik akan diimbangi dengan turun atau naiknya nilai mata uang home
countrydan sebaliknya.Tetapi dalam praktik, kurs mata uang tidak bergerak seiring dengan inflasi. Hal ini
berarti pemasar global dihadapkan pada keputusan yang sulit mengenai cara menangani situasi
windfalls akibat perubahan kurs yang menguntungkan dan kerugian karena perubahan kurs mata
uang yang tidak menguntungkan.Sistem penetapan harga dan kebijakan penetapan harga sebuah
perusahaan juga harus konsisten dengan beberapa kendala global unik yang lain. Mereka yang
bertanggung jawab atas pembuatan keputusan penetapan harga harus memperhitungkan biaya
transportasi internasional, perantara dalam saluran distribusi internasional yang panjang, dan
permintaan dari seluruh dunia untuk memberlakukan harga yang sama tanpa mempedulikan lokasi.
Selain keanekaragaman pasar nasional dalam tiga dimensi tersebut (biaya, persaingan, dan
permintaan), eksekutif internasional juga dihadapkan pada berbagai kebijakan dan tuntutan pajak
pemerintah serta tipe pengendalian harga yang mungkin saling bertentangan. Termasuk di
dalamnyaundang-undang
3dumping, peraturan menyangkut harga jual barang bekas, harga tertinggi (price ceilings), dan
berbagai pembatasan pada tingkat harga. Selain faktor biaya, ada dua factor pertimbangan internal
organisasional yang tidak kalah pentingnya. Keduanya adalah interest groupsdan tujuan harga yang
saling bertentangan. Yang termasuk dalam interest groupsantara lain divisional vice presidents,
regional executives, dan country managersyang masing-masinglebih mementingkan profitabilitas
pada tingkat organisasinya sendiri. Demikian pula halnya, direktur pemasaran internasional
mengupayakan harga kompetitif di pasar dunia. Controller dan financial vice president memikirkan
besarnya perolehan laba. Manufacturing vice president menekankan efisiensi pemanufakturan
secara maksimum dalam jangka panjang, sedangkan tax manager mengutamakan kesesuaian
dengan peraturan penetapan harga transfer pemerintah setempat.Faktor lain yang menambah
kompleksitas penetapan harga global adalah dinamika perubahan pasar global yang berlangsung
sangat cepat dan dramatis, serta adanya distorsi dan ketidakakuratan pada sebagian besar
informasi mengenai permintaan. Ketersediaan data yang akurat sdan sahih sering menjadi
permasalahan serius di kebanyakan Negara berkembang, bahkan di Rusia. Selain itu, factor
persaingan juga tidak kalah pentingnya. Sayangnya, data mengenaikebijakan harga dan
kecenderungan reaksi pesaing biasanya merupakan data yang paling sukar didapatkan, sehingga
factor intuisi dan pengalaman sering dibutuhkan dalam merumuskan strategi penetapan harga
global. 1.Tujuan dan Strategi Penetapan Harga GlobalAda sejumlah strategi penetapan harga yang
tersedia bagi para pemasar global. Meskipun demikian, sasaran secara keseluruhan haruslah berupa
kontribusi pada tujuan penjualan dan laba perusahaan di pasar global. Strategi berorientasi pada
pelanggan (customer-oriented strategies) seperti market skimming, penetration, dan market
holdingbisa digunakan apabila persepsi konsumen dijadikan sebagai pedoman utama. Penetapan
harga global bisa pula didasarkan pada kriteria eksternal lainnya, seperti eskalasi biaya manakala
barang yang dikirimkan antar batas Negara. Isu penetapan harga global bisa juga
diintegrasikan secara penuh dalam proses perancangan produk, sebagaimana banyak diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Harga dalam pasar global harus selalu dievaluasi secara regular
dan disesuaikan bilamana diperlukan.
4Selain itu, tujuan penetapan harga bisa bervariasi, tergantung pada tahap siklus hidup produk dan
situasi persaingan di masing-masing negara tujuan pemasaran. Market Skimming. Strategi
penetapan harga market skimming merupakan usaha secara sistematis untuk menjangkau dan
malyani segmen pasar yang bersedia membayar harga premium (harga mahal) untuk suatu
produk. Dalam hal ini, produk harus memiliki nilai yang tinggi bagi para pembeli.Biasanya strategi
ini diterapkan dalam tahap perkenalan pada tahap siklus hidup produk, dimana kapasitas produksi dan
persaingan masih sangat terbatas. Melalui penetapan harga yang tinggi, maka permintaan terbatas
pada early adoptersyang bersedia dan mampu membayar harga tersebut. Salah satu tujuan
strategi ini adalah memaksimumkan pendapatan pada volume yang terbatas dan menyesuaikan
permintaan dengan penawaran yang tersedia. Tujuan lainnya adalah memperkuat persepsi pelanggan
mengenai nilai produk yang tinggi. Bila hal ini terjadi, maka harga menjadi bagian dari strategi
positioning produk total. Penetration Pricing. Penetapan harga penetrasi menggunakan harga
sebagai senjata bersaing guna meraih posisi pasar. Mayoritas perusahaan yang menggunakan strategi
ini dalam pemasaran internasional berada di kawasan Pasifik. Pabrik berskala efisien dan
rendahnya upah tenaga kerja memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut ‘merebut’ pasar.
Bahwa pengekspor pertama kali kemungkinanbesar tidak menggunakan penetapan harga penetrasi.
Alasannya sederhana : penetapan harga penetrasi sering berarti produk dijual dengan merugi untuk
periode yang cukup lama. Perusahaan yang masih baru dalam bidang ekspor tidak dapat memikul beban
rugi seperti itu. Mereka tidak memiliki system pemasaran (termasuk transportasi, distribusi, dan
organisasi penjualan) yang memungkinkan perusahaan global, seperti sony, memanfaatkan
strategi penetrasi secara efektif. Kendati demikian, perusahaan yang produknya tidak bisa
dipatenkan mungkin menggunakan strategi penetrasi untuk mencapai kejenuhan pasar sebelum
produknya ditiru para pesaing.Market Holding. Strategi ini banyak diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan yang ingin mempertahankan pangasa pasarnya. Dalam praktik pemasaran yang hanya
melayani satu Negara, strategi ini sering diikuti pula strategi merespon setiap penyesuaian harga
(menaikkan atau menurunkan harga) oleh para pesaing. Misalnya, sebuah perusahaan
5penerbangan mengumumkan harga diskon khusus, maka perusahaan pesaingnya harus segera
bereaksi jika tidak ingin kehilangan penumpang. Dalam pemasaran global, fluktuasi nilai mata
uang sering memicu penyesuaian harga. Sejumlah perusahaan Amerika menggunakan strategi ini
pada pada permulaan hingga pertengahan decade 1980-an saat dollar mengalami apresiasi
terhadaop sebagian besar mata uang lainnya. Jika perusahaan internasional yang berpusat di
Amerika tetap mempertahankan tingkat harganya, maka nilai tukar dollar terapresiasi secara
otomatis akan menyebabkan kenaikan harga produk-produk buatan Amerika. Akibatnya, harga
produk Amerika menjadi kurang kompetitif. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan Amerika
kemudian mengubah strategi harganya, yaitu tidak lagi mendasarkan pada harga di Amerika (dalam
dollar) yang kemudian dikonversikan ke mata uang lain. Sebaliknya, harga ditetapkan atas dasar
situasi persaingan di masing-masing pasar internasional dan kemampuan serta kesediaan membeli
konsumen di setiap Negara.Disamping itu, mata uang home countryyang kuat dan melonjaknya biaya di
home countryjuga bisa mendorong perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dengan
berbagai cara. Di antaranya, dengan melakukan outsourcing(baik Negara tujuan pemasaran maupun
di Negara ketiga) dan perjanjian lisensi. Dengan demikian, pada prinsipnya strategi market
holdingbermakna bahwa perusahaan harus secara cermat menilai seluruh biayanya guna menjamin
daya saing di pasar sasaran.Cost Plus/ Price Escalation. Perusahaan yang barupertama kali
melakukan aktivitas ekspor sering mnerapkan strategi cost-plus pricinguntuk memperoleh pijakan
dalam pasar global. Metode tradisisonal yang banyak dipakai adalah historical accounting cost
methodyang menghitung semua biaya pemanufaktur langsung dan tidak langsung, serta biaya
overhead, sedangkan metode yang relative baru adalah estimated future cost method. Cost-plus
pricingmenjumlahkan seluruh biaya yang diperlukan agara produk sampai ke tempat tujuan,
ditambah biaya pengiriman dan biaya tambahan lainnya, serta persentase laba. Keunggulan utama
metode ini terletak pada kemudahan perhitungan dan penentuan harganya. Namun, kelemahannya
adalah pendekatan ini mengabaikan permintaan dan situasipersaingan di pasar sasaran. Oleh sebab
itu, hargayang ditetapkan berdasarkanhistorical accounting cost-plussering terlalu mahal atau
terlampau murah
6dibandingkan dengan kondisi pasar dan persaingan. Bila harga berdasarkan metode ini tepat,
maka halitu lebih banyak karena faktor kebetulan.Sementaraitu, price escalationmerupakan kenaikan
harga produk karena adanya tambahan biaya transportasi, bea masuk, dan marjin distributor.
Dalam kaitannya dengan eskalasi harga, ada beberapa istilah menyangkut syarat perdagangan
yang berlaku universal (disebut pula Incoterms). Setiap transaksi komersial didasarkan pada
kontrak penjualan dan persyaratan perdagangan yang digunakan dalam kontrak. Hal ini
mempunyaifungsi penting dalam menentukan tempat kepemilikan barang dagangan yang
dipindahkan dari penjual ke pembeli. Incotermyang berlaku untuk semua wahana
transportasiterdiri atas dua macam, pertama, ex-worksyang berarti penjual menempatkan barang
untuk dibawa oleh pembeli pada waktu yang ditentukan dalam kontrak. Pembeli menerima
penyerahan barang di tempat penjual dan menanggung semua resiko serta pengeluaran sejak saat
itu. Kedua, delivered duty paid, yang berarti bahwa penjual berkewajiban menyerahkan barang kepada
pemebeli di tempat yang diminta di negara pengimpor dengan semua biaya, termasuk bea masuk
sudah dibayar lunas. Dengan kontrak ini, penjual bertanggung jawab memperoleh lisensi impor bila
dibutuhkan.Selain itu, terdapat pula empat incotermyang berlaku hanya untuk transportasi lewat laut.
Pertama, Free Alongside Ship(FAS) yang menetapkan bahwapenjual harus menempatkan barang di
dekat kapal, atau siap dinaikkan ke atas kapal atau alat transportasi lainnya dan membayar
semua biaya sampai di tempat itu. Tanggung jawab legal penjual berakhir setelah ia memperoleh
tanda terima wharfagetanpa cacat.Kedua, Free On Boardyang mengatur bahwa tanggung jawab dan
kewajiban penjual belum berakhir sampai barangnya benar-benar berada di atas kapal. Persyaratan ini
harus menyebutkan “FOB nama kapal (nama pelabuhan)”. Ketiga, CIF (cost, insurance, freight) yang
menegaskan bahwa resiko kerugian atau kerusakan barang dialihkan kepada pembeli setelah barang
telah dimuat ke kapal. Namun, penjual harus membayar biaya transportasi untuk barang itu sampai
ke pelabuhan tujuan, termasuk biaya asuransi. Keempat, CFR (cost and freight) yang sama dengan
CIF, kecuali penjual tidak bertanggung jawab atas resiko atau kerugian di mana pun di luar pabrik.Di
luar beberapa incotermyang sudah dibahas di atas, masih terdapat satu lagi istilah yang berkaitan
dengan transporatsi udara, kereta api, dan multiwahana (kombinasibeberapa wahana/sarana
transportasi). Istilah yang dimaksud adalah FCA (Free Carrier) yang berarti
7bahwa penjual telah memenuhi kewajibannya begitu barang yang sudah boleh diekspor
diserahkan kepada alat pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli di tempat yang ditunjuk
(misalnya bandara, stasiun kereta api, atau pabrik penjual).Strategic Sourcing. Pemasar global
memiliki beberapa pilihan untuk mengatasi masalah eskalasi harga. Pilihan-pilihan tersebut
dipengaruhikarakteristik produk dan tingkat persaingan. Dalam alternative pertama (low-wage
strategy), pemasar produk akhir yang diproduksi secara domestic mengalihkan fasilitas produksinya
ke negara-negara yang berpendapatan lebih rendah dan tingkat upahnya lebih rendah.
Peralihan ini bisa menyangkut pasokan komponen tertentu ataubahkan produk jadi. Yang terpenting
adalah perusahaan bisa menekan biaya yang pada gilirannya berdampak pada harga yang
kompetitif. Strategi ini diterapkan oleh perusahaan penghasil sepatuolahraga, diantaranya Nike,
Reebok, LA Gears, dan Kickersyang melakukan outsourcing produknya di Asia Tenggara, serta New
Balanceyang mengimpor komponen sepatu dari beberapa Negara berpenghasilan lebih
rendah.Alternative strategi kedua adalah melakukanoutsourcing100% atau produk jadi di dekat atau di
dalam pasar local. Hal ini bisa direalisasikan dengan cara lisensi, usaha patungan (joint
venture),dan kesepakatan transfer teknologi. Melalui strategi ini, pemanufaktur bisa hadir langsung
di pasar yang ingin dimasukinya, sehinggaeskalasi harga akibat biaya manufaktur dan transportasi yang
tinggi tidak lagi menjadi masalah.Alternative ketiga adalah melakukan audit komprehensif dan
menyekuruh terhadap struktur distribusi di pasar sasaran. Rasionalisasi struktur distribusi di pasar
internasional. Rasionalitasbisa meliputi pemilihan perantara baru, pemberian tanggung jawab baru
perantara lama, dan pengembangan operasi pemasaran langsung. Contoh perusahaan yang
sukses menerapkanstrategi ini adalah Toy’sR Us yang mampu menembus pasar mainan di Jepang
dengan cara merampingkan jenjang distribusi dan menerapkan system pergudangan yang seperi
diAmerika.
82. Kebijakan Penetapan Harga GlobalAda tiga alternative kebijakan penetapan harga global, yaitu
extension/ ethnocentric, adaptation/ polycentric, dan invention/ geocentric.Kebijakan Penetapan
Harga Extension/Ethnocentric. Dalam kebijakan ini, harga suatu produk akan sama diseluruh dunia
dan importer menanggung biaya pengiriman dan bea impor. Pendekatan ini memiliki
keunggulan, yaitu sangat sederhana karena implementasinya tidak membutuhkan informasi
mengenai kondisipasar atau persaingan. Namun, kelemahan pendekatan ini juga terletak pada
kesederhanaannya. Pendekatan ini mengabaikan situasi persaingan dan pasar setiap pasar
nasional. Akibatnya, laba perusahaan di setiap pasar nasional maupun secara global tidak
maksimum.Kebijakan Penetapan Harga Adaptation/Polycentric. Dalam kebijakan ini, perusahaan
memberikan wewenangkepada para manajerkantor cabang untuk menetapkan sendiri tingkat harga
yang dirasa paling cocok untuk situasi yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini, tidak ada
kendali atau persyaratan perusahaan bahwa harga harus dikoordinasikan antar negara. Satu-
satunya kendala dalam pendekatan ini adalah menentukan harga transfer dalam system
korporasi. Pendekatan ini seperti ini sangat sensitive terhadap kondisi local, namun bisa
menciptakan peluang arbitrase produk dalam kasus di mana disparitas harga pasar local
melampaui biaya transporatsi dan bea cukai antar negara. Bila situasi seperti ini terjadi, maka ada
peluangbagi manajer perusahaan untuk memanfaatkan disparitas harga dengan cara membeli
produk di pasar yang harganya lebih murah dan menjualnya di pasar yang harganya lebih mahal.
Selain itu, ada pula masalah lain dalamkebijakan penetapan harga adaptasi, yaitu bahwa
pengetahuan dan pengalaman berharga dalam system korporasi menyangkut strategi penetapan
harga yang efektif tidak berlaku untuk setiap keputusan penetapan harga lokal.Strategi tersebut tidak
berlaku karena para manajer local bebas menentukan harga yang menurutnya mereka paling
cocok dan mereka mungkin tidak mengetahuisepenuhnya mengenai pengalaman perusahaan ketika
mereka membuat keputusan. Kebijakan Penetapan Harga Invention/Geocentric. Dalam pendekatan ini,
perusahan tidak menetapkansatu harga untuk diberlakukan di seluruh dunia dan juga tidak
menyerahkan
9keputusan penetapan harga kepada cabang perusahaan, namun justru mengambil posisi di antara
keduanya. Asumsi yang mendasari penerapan strategi ini adalah bahwa terdapat factor-faktor
pasar local yang unik yang harus dipahami dalam membuat keputusan harga. Factor-faktor pasar
local yang unik yang harus dipahami dalam membuat keputusan harga. Factor-faktor
tersebut meliputi biaya local, tingkat penghasilan, persaingan, strategi pemasaran local. Biaya
local ditambah dengan pengembalian investasi modal dan personalia menentukan batas bawah
harga (price floor) untuk jangka panjang. Akan tetapi, dalam jangka pendek sebuah perusahaan bisa
memutuskan untuk menetapkan tujuan penetrasi pasar dan menetapkan harga di bawah nilai
pengembalian cost-plusmenggunakan pemasok ekspor untuk membangun pasar. Tujuan jangka pendek
lainnya berupa estimasi ukuran pasar pada harga tertentu yang akan mendatangkan laba,
sekalipunmemakai pemasok local dan skala output tertentu. Daripada membangun fasilitas, pasar
sasaran mungkin mula-mula dipasok dari sumber pasokan eksternal yang berbiaya tinggi. Jika harga
dan produk ternyata diterima di pasar, maka perusahaan dapat membangun fasilitas manufaktur local
untuk mengembangkan lebih lanjut peluang pasar yang sudah diketahui dengan cara yang
menguntungkan, maka perusahaan dapat mencoba mengubah harga produk karena perusahaan
belum mengikat perjanjian deangan fasilitas manufaktor local untuk menjual produk dengan volume
tertentu.Penentuan harga pasar harus mempertimbangkan persaingan local. Banyak usaha
pemasaran global gagal disini. Selain itu, tingkat penghasilan local amat menentukan keputusan
penetapan harga, khususnya untuk produk konsumen. Bila produk dibebani harga jauh diatas
biaya manufaktur penuh, maka pemasar global akan mempunyai kebebasan untuk menentukan
harga yang lebih rendah dari tingkat yang paling lazim di pasar Negara berpenghasilan rendah, dan
akibatnya, mengurangi laba kotor produk tersebut. Tidak ada satupun manajersuka menurunkan
marjin, namun marjin itu sendiri harus dianggap sebagai pedoman untuk mencapai tujuan akhir, yaitu
profitabilitas. Di beberapa pasar, kondisipenghasilan mungkin menentukan kemampuan maksimum
menghasilkan laba yang akan dicapai dengan mengorbankan marjin normal.Factor terakhir yang
mempengaruhi keputusan harga adalah strategi dan bauran pemasaran local. Harga harus
selaras dengan unsur program pemasaran yang lain. Sebagai
10contoh, kalau diputuskan untuk menerapkan pull strategyyang menggunakan iklan di media
massa dan distribusi intensif, maka harga yang dipilih harus konsisten tidak hanya dengan tingkat
penghasilan dan persaingan, tetapi jugadengan biaya dan program iklan yang intensif.Pendekatan
geosentrismengakui bahwa koordinasi harga oleh kantor pusat diperlukan untuk menangani para
pelanggan internasional dan arbitrase produk. Akhirnya, pendekatan geosentris secara sadar dan
sistematik berusaha memastikan bahwa pengalaman penetapan harga nasional yang sudah
terakumulasi akan diperkaya dan diterapkan apabila relevan.3. DumpingDumpingmerupakan praktik
diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih murah daripada harga
untuk produk yang sama di negara asal. Selain itu, praktik diskriminasi harga yang menjual produk
impor dengan harga yang lebih rendah daripada biaya produksinya juga dikategorikan sebagai
dumping. Berbagai Negara telah memiliki kebijakan dan prosedur masing-masing untuk memiliki
kebijakan dan prosedur masing-masing untuk melindungi perusahaan nasionalnya dari praktik
dumping. Secara garis besar, dumping bisa dikelompokkan menjadi tiga macam :1)Dumping sporadic,
yaitu dumping yang dilakukan secaratemporerdengan tujuan utama mengatasi masalah kelebihan
kapasitas. Kelebihan kapasitas dipasarkan keluar negeri dengan harga berapa pun yang penting
dapat terjual. Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan pemasukan dan terhindar dari perang
harga di pasar nasionalnya.2)Dumping predatoris, yaitu praktik dumping dengan menjual produk
secara merugi dengan tujuan mendapatkan akses ke suatu pasar dan menyingkirkan para pesaing.
Begitu pesaing mulai berguguran dan menyingkirkanpara pesaing. Begitu pesaing mulai
berguguran dan posisi perusahaan cukup kuat, barulah harga dinaikkan.3)Dumping persisten, yaitu
jenis dumping yang paling permanen, dimana perusahaan secara konsisten menjual
produknyadengan harga lebih rendahdi satu pasar dibandingkan di pasar-pasar lainnya. Hal ini
dimugkinkan dengan penerapan metode penetapan harga incremental atau marginaluntuk pasar
luar negeri dan metode
11
2Tipe diskon seperti apa (kuantitas, kas, fungsional/dagang) dan jenis allowanceapa (periklanan,
tukar tambah) yang sebaiknya ditawarkan perusahaan kepada para pelanggan internasional ?
Apakah harga harus dibedakan menurut segmen pasar ?Alternatif penetapan harga apa saja yang
tersedia jika biaya perusahaan naik atau turun. Apakah permintaan di pasar sasaran elastic atau inelastic
?Bagaimana kemungkinan pandangan pemerintah host-countryterhadap harga yang ditetapkan
perusahaan : reasonable atauexploitative?Apakah undang-undang dumping di Negara tujuan
pemasaran mungkin menimbulkan masalah ?Tugas penetapan harga global menjadi semakin rumit
dengan adanya fluktuasi kurs mata uang yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan biaya-
biaya yang mendasarinya. Menurut konsep paritas daya beli (purchasing power parity), perubahan
harga domestik akan dicerminkan dalam kurs mata uang Negara bersangkutan. Jadi secara teoretis,
fluktuasi kurs mata uang seharusnya tidak menimbulkan masalah serius bagi pemasar global karena
naik turunnya tingkat harga domestik akan diimbangi dengan turun atau naiknya nilai mata uang home
countrydan sebaliknya.Tetapi dalam praktik, kurs mata uang tidak bergerak seiring dengan inflasi. Hal ini
berarti pemasar global dihadapkan pada keputusan yang sulit mengenai cara menangani situasi
windfalls akibat perubahan kurs yang menguntungkan dan kerugian karena perubahan kurs mata
uang yang tidak menguntungkan.Sistem penetapan harga dan kebijakan penetapan harga sebuah
perusahaan juga harus konsisten dengan beberapa kendala global unik yang lain. Mereka yang
bertanggung jawab atas pembuatan keputusan penetapan harga harus memperhitungkan biaya
transportasi internasional, perantara dalam saluran distribusi internasional yang panjang, dan
permintaan dari seluruh dunia untuk memberlakukan harga yang sama tanpa mempedulikan lokasi.
Selain keanekaragaman pasar nasional dalam tiga dimensi tersebut (biaya, persaingan, dan
permintaan), eksekutif internasional juga dihadapkan pada berbagai kebijakan dan tuntutan pajak
pemerintah serta tipe pengendalian harga yang mungkin saling bertentangan. Termasuk di
dalamnyaundang-undang
3dumping, peraturan menyangkut harga jual barang bekas, harga tertinggi (price ceilings), dan
berbagai pembatasan pada tingkat harga. Selain faktor biaya, ada dua factor pertimbangan internal
organisasional yang tidak kalah pentingnya. Keduanya adalah interest groupsdan tujuan harga yang
saling bertentangan. Yang termasuk dalam interest groupsantara lain divisional vice presidents,
regional executives, dan country managersyang masing-masinglebih mementingkan profitabilitas
pada tingkat organisasinya sendiri. Demikian pula halnya, direktur pemasaran internasional
mengupayakan harga kompetitif di pasar dunia. Controller dan financial vice president memikirkan
besarnya perolehan laba. Manufacturing vice president menekankan efisiensi pemanufakturan
secara maksimum dalam jangka panjang, sedangkan tax manager mengutamakan kesesuaian
dengan peraturan penetapan harga transfer pemerintah setempat.Faktor lain yang menambah
kompleksitas penetapan harga global adalah dinamika perubahan pasar global yang berlangsung
sangat cepat dan dramatis, serta adanya distorsi dan ketidakakuratan pada sebagian besar
informasi mengenai permintaan. Ketersediaan data yang akurat sdan sahih sering menjadi
permasalahan serius di kebanyakan Negara berkembang, bahkan di Rusia. Selain itu, factor
persaingan juga tidak kalah pentingnya. Sayangnya, data mengenaikebijakan harga dan
kecenderungan reaksi pesaing biasanya merupakan data yang paling sukar didapatkan, sehingga
factor intuisi dan pengalaman sering dibutuhkan dalam merumuskan strategi penetapan harga
global. 1.Tujuan dan Strategi Penetapan Harga GlobalAda sejumlah strategi penetapan harga yang
tersedia bagi para pemasar global. Meskipun demikian, sasaran secara keseluruhan haruslah berupa
kontribusi pada tujuan penjualan dan laba perusahaan di pasar global. Strategi berorientasi pada
pelanggan (customer-oriented strategies) seperti market skimming, penetration, dan market
holdingbisa digunakan apabila persepsi konsumen dijadikan sebagai pedoman utama. Penetapan
harga global bisa pula didasarkan pada kriteria eksternal lainnya, seperti eskalasi biaya manakala
barang yang dikirimkan antar batas Negara. Isu penetapan harga global bisa juga
diintegrasikan secara penuh dalam proses perancangan produk, sebagaimana banyak diterapkan
oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Harga dalam pasar global harus selalu dievaluasi secara regular
dan disesuaikan bilamana diperlukan.
4Selain itu, tujuan penetapan harga bisa bervariasi, tergantung pada tahap siklus hidup produk dan
situasi persaingan di masing-masing negara tujuan pemasaran. Market Skimming. Strategi
penetapan harga market skimming merupakan usaha secara sistematis untuk menjangkau dan
malyani segmen pasar yang bersedia membayar harga premium (harga mahal) untuk suatu
produk. Dalam hal ini, produk harus memiliki nilai yang tinggi bagi para pembeli.Biasanya strategi
ini diterapkan dalam tahap perkenalan pada tahap siklus hidup produk, dimana kapasitas produksi dan
persaingan masih sangat terbatas. Melalui penetapan harga yang tinggi, maka permintaan terbatas
pada early adoptersyang bersedia dan mampu membayar harga tersebut. Salah satu tujuan
strategi ini adalah memaksimumkan pendapatan pada volume yang terbatas dan menyesuaikan
permintaan dengan penawaran yang tersedia. Tujuan lainnya adalah memperkuat persepsi pelanggan
mengenai nilai produk yang tinggi. Bila hal ini terjadi, maka harga menjadi bagian dari strategi
positioning produk total. Penetration Pricing. Penetapan harga penetrasi menggunakan harga
sebagai senjata bersaing guna meraih posisi pasar. Mayoritas perusahaan yang menggunakan strategi
ini dalam pemasaran internasional berada di kawasan Pasifik. Pabrik berskala efisien dan
rendahnya upah tenaga kerja memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut ‘merebut’ pasar.
Bahwa pengekspor pertama kali kemungkinanbesar tidak menggunakan penetapan harga penetrasi.
Alasannya sederhana : penetapan harga penetrasi sering berarti produk dijual dengan merugi untuk
periode yang cukup lama. Perusahaan yang masih baru dalam bidang ekspor tidak dapat memikul beban
rugi seperti itu. Mereka tidak memiliki system pemasaran (termasuk transportasi, distribusi, dan
organisasi penjualan) yang memungkinkan perusahaan global, seperti sony, memanfaatkan
strategi penetrasi secara efektif. Kendati demikian, perusahaan yang produknya tidak bisa
dipatenkan mungkin menggunakan strategi penetrasi untuk mencapai kejenuhan pasar sebelum
produknya ditiru para pesaing.Market Holding. Strategi ini banyak diterapkan oleh perusahaan-
perusahaan yang ingin mempertahankan pangasa pasarnya. Dalam praktik pemasaran yang hanya
melayani satu Negara, strategi ini sering diikuti pula strategi merespon setiap penyesuaian harga
(menaikkan atau menurunkan harga) oleh para pesaing. Misalnya, sebuah perusahaan
5penerbangan mengumumkan harga diskon khusus, maka perusahaan pesaingnya harus segera
bereaksi jika tidak ingin kehilangan penumpang. Dalam pemasaran global, fluktuasi nilai mata
uang sering memicu penyesuaian harga. Sejumlah perusahaan Amerika menggunakan strategi ini
pada pada permulaan hingga pertengahan decade 1980-an saat dollar mengalami apresiasi
terhadaop sebagian besar mata uang lainnya. Jika perusahaan internasional yang berpusat di
Amerika tetap mempertahankan tingkat harganya, maka nilai tukar dollar terapresiasi secara
otomatis akan menyebabkan kenaikan harga produk-produk buatan Amerika. Akibatnya, harga
produk Amerika menjadi kurang kompetitif. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan Amerika
kemudian mengubah strategi harganya, yaitu tidak lagi mendasarkan pada harga di Amerika (dalam
dollar) yang kemudian dikonversikan ke mata uang lain. Sebaliknya, harga ditetapkan atas dasar
situasi persaingan di masing-masing pasar internasional dan kemampuan serta kesediaan membeli
konsumen di setiap Negara.Disamping itu, mata uang home countryyang kuat dan melonjaknya biaya di
home countryjuga bisa mendorong perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasarnya dengan
berbagai cara. Di antaranya, dengan melakukan outsourcing(baik Negara tujuan pemasaran maupun
di Negara ketiga) dan perjanjian lisensi. Dengan demikian, pada prinsipnya strategi market
holdingbermakna bahwa perusahaan harus secara cermat menilai seluruh biayanya guna menjamin
daya saing di pasar sasaran.Cost Plus/ Price Escalation. Perusahaan yang barupertama kali
melakukan aktivitas ekspor sering mnerapkan strategi cost-plus pricinguntuk memperoleh pijakan
dalam pasar global. Metode tradisisonal yang banyak dipakai adalah historical accounting cost
methodyang menghitung semua biaya pemanufaktur langsung dan tidak langsung, serta biaya
overhead, sedangkan metode yang relative baru adalah estimated future cost method. Cost-plus
pricingmenjumlahkan seluruh biaya yang diperlukan agara produk sampai ke tempat tujuan,
ditambah biaya pengiriman dan biaya tambahan lainnya, serta persentase laba. Keunggulan utama
metode ini terletak pada kemudahan perhitungan dan penentuan harganya. Namun, kelemahannya
adalah pendekatan ini mengabaikan permintaan dan situasipersaingan di pasar sasaran. Oleh sebab
itu, hargayang ditetapkan berdasarkanhistorical accounting cost-plussering terlalu mahal atau
terlampau murah
6dibandingkan dengan kondisi pasar dan persaingan. Bila harga berdasarkan metode ini tepat,
maka halitu lebih banyak karena faktor kebetulan.Sementaraitu, price escalationmerupakan kenaikan
harga produk karena adanya tambahan biaya transportasi, bea masuk, dan marjin distributor.
Dalam kaitannya dengan eskalasi harga, ada beberapa istilah menyangkut syarat perdagangan
yang berlaku universal (disebut pula Incoterms). Setiap transaksi komersial didasarkan pada
kontrak penjualan dan persyaratan perdagangan yang digunakan dalam kontrak. Hal ini
mempunyaifungsi penting dalam menentukan tempat kepemilikan barang dagangan yang
dipindahkan dari penjual ke pembeli. Incotermyang berlaku untuk semua wahana
transportasiterdiri atas dua macam, pertama, ex-worksyang berarti penjual menempatkan barang
untuk dibawa oleh pembeli pada waktu yang ditentukan dalam kontrak. Pembeli menerima
penyerahan barang di tempat penjual dan menanggung semua resiko serta pengeluaran sejak saat
itu. Kedua, delivered duty paid, yang berarti bahwa penjual berkewajiban menyerahkan barang kepada
pemebeli di tempat yang diminta di negara pengimpor dengan semua biaya, termasuk bea masuk
sudah dibayar lunas. Dengan kontrak ini, penjual bertanggung jawab memperoleh lisensi impor bila
dibutuhkan.Selain itu, terdapat pula empat incotermyang berlaku hanya untuk transportasi lewat laut.
Pertama, Free Alongside Ship(FAS) yang menetapkan bahwapenjual harus menempatkan barang di
dekat kapal, atau siap dinaikkan ke atas kapal atau alat transportasi lainnya dan membayar
semua biaya sampai di tempat itu. Tanggung jawab legal penjual berakhir setelah ia memperoleh
tanda terima wharfagetanpa cacat.Kedua, Free On Boardyang mengatur bahwa tanggung jawab dan
kewajiban penjual belum berakhir sampai barangnya benar-benar berada di atas kapal. Persyaratan ini
harus menyebutkan “FOB nama kapal (nama pelabuhan)”. Ketiga, CIF (cost, insurance, freight) yang
menegaskan bahwa resiko kerugian atau kerusakan barang dialihkan kepada pembeli setelah barang
telah dimuat ke kapal. Namun, penjual harus membayar biaya transportasi untuk barang itu sampai
ke pelabuhan tujuan, termasuk biaya asuransi. Keempat, CFR (cost and freight) yang sama dengan
CIF, kecuali penjual tidak bertanggung jawab atas resiko atau kerugian di mana pun di luar pabrik.Di
luar beberapa incotermyang sudah dibahas di atas, masih terdapat satu lagi istilah yang berkaitan
dengan transporatsi udara, kereta api, dan multiwahana (kombinasibeberapa wahana/sarana
transportasi). Istilah yang dimaksud adalah FCA (Free Carrier) yang berarti
9keputusan penetapan harga kepada cabang perusahaan, namun justru mengambil posisi di antara
keduanya. Asumsi yang mendasari penerapan strategi ini adalah bahwa terdapat factor-faktor
pasar local yang unik yang harus dipahami dalam membuat keputusan harga. Factor-faktor pasar
local yang unik yang harus dipahami dalam membuat keputusan harga. Factor-faktor
tersebut meliputi biaya local, tingkat penghasilan, persaingan, strategi pemasaran local. Biaya
local ditambah dengan pengembalian investasi modal dan personalia menentukan batas bawah
harga (price floor) untuk jangka panjang. Akan tetapi, dalam jangka pendek sebuah perusahaan bisa
memutuskan untuk menetapkan tujuan penetrasi pasar dan menetapkan harga di bawah nilai
pengembalian cost-plusmenggunakan pemasok ekspor untuk membangun pasar. Tujuan jangka pendek
lainnya berupa estimasi ukuran pasar pada harga tertentu yang akan mendatangkan laba,
sekalipunmemakai pemasok local dan skala output tertentu. Daripada membangun fasilitas, pasar
sasaran mungkin mula-mula dipasok dari sumber pasokan eksternal yang berbiaya tinggi. Jika harga
dan produk ternyata diterima di pasar, maka perusahaan dapat membangun fasilitas manufaktur local
untuk mengembangkan lebih lanjut peluang pasar yang sudah diketahui dengan cara yang
menguntungkan, maka perusahaan dapat mencoba mengubah harga produk karena perusahaan
belum mengikat perjanjian deangan fasilitas manufaktor local untuk menjual produk dengan volume
tertentu.Penentuan harga pasar harus mempertimbangkan persaingan local. Banyak usaha
pemasaran global gagal disini. Selain itu, tingkat penghasilan local amat menentukan keputusan
penetapan harga, khususnya untuk produk konsumen. Bila produk dibebani harga jauh diatas
biaya manufaktur penuh, maka pemasar global akan mempunyai kebebasan untuk menentukan
harga yang lebih rendah dari tingkat yang paling lazim di pasar Negara berpenghasilan rendah, dan
akibatnya, mengurangi laba kotor produk tersebut. Tidak ada satupun manajersuka menurunkan
marjin, namun marjin itu sendiri harus dianggap sebagai pedoman untuk mencapai tujuan akhir, yaitu
profitabilitas. Di beberapa pasar, kondisipenghasilan mungkin menentukan kemampuan maksimum
menghasilkan laba yang akan dicapai dengan mengorbankan marjin normal.Factor terakhir yang
mempengaruhi keputusan harga adalah strategi dan bauran pemasaran local. Harga harus
selaras dengan unsur program pemasaran yang lain. Sebagai
10contoh, kalau diputuskan untuk menerapkan pull strategyyang menggunakan iklan di media
massa dan distribusi intensif, maka harga yang dipilih harus konsisten tidak hanya dengan tingkat
penghasilan dan persaingan, tetapi jugadengan biaya dan program iklan yang intensif.Pendekatan
geosentrismengakui bahwa koordinasi harga oleh kantor pusat diperlukan untuk menangani para
pelanggan internasional dan arbitrase produk. Akhirnya, pendekatan geosentris secara sadar dan
sistematik berusaha memastikan bahwa pengalaman penetapan harga nasional yang sudah
terakumulasi akan diperkaya dan diterapkan apabila relevan.3. DumpingDumpingmerupakan praktik
diskriminasi harga yang menjual produk impor dengan harga yang lebih murah daripada harga
untuk produk yang sama di negara asal. Selain itu, praktik diskriminasi harga yang menjual produk
impor dengan harga yang lebih rendah daripada biaya produksinya juga dikategorikan sebagai
dumping. Berbagai Negara telah memiliki kebijakan dan prosedur masing-masing untuk memiliki
kebijakan dan prosedur masing-masing untuk melindungi perusahaan nasionalnya dari praktik
dumping. Secara garis besar, dumping bisa dikelompokkan menjadi tiga macam :1)Dumping sporadic,
yaitu dumping yang dilakukan secaratemporerdengan tujuan utama mengatasi masalah kelebihan
kapasitas. Kelebihan kapasitas dipasarkan keluar negeri dengan harga berapa pun yang penting
dapat terjual. Dengan demikian, perusahaan bisa mendapatkan pemasukan dan terhindar dari perang
harga di pasar nasionalnya.2)Dumping predatoris, yaitu praktik dumping dengan menjual produk
secara merugi dengan tujuan mendapatkan akses ke suatu pasar dan menyingkirkan para pesaing.
Begitu pesaing mulai berguguran dan menyingkirkanpara pesaing. Begitu pesaing mulai
berguguran dan posisi perusahaan cukup kuat, barulah harga dinaikkan.3)Dumping persisten, yaitu
jenis dumping yang paling permanen, dimana perusahaan secara konsisten menjual
produknyadengan harga lebih rendahdi satu pasar dibandingkan di pasar-pasar lainnya. Hal ini
dimugkinkan dengan penerapan metode penetapan harga incremental atau marginaluntuk pasar
luar negeri dan metode
11penetapan harga penuh untuk pasar dalam negeri harus berkorban dengan membayar harga
yang lebih mahal daripada konsumen di negara lain.4. Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Kebijakan
HargaDalam membuat keputusan harga global, pemasar harus mempertimbangkan sejumlah factor
lingkungan yang unik, diantaranya fluktuasi nilai mata uang, inflasi, kendali dan subsidi
pemerintah, perilaku kompetitif, dan permintaan pasar. oFluktuasi Nilai Mata Uang. Fluktuasi nilai mata
uang merupakan fakta kehidupan dalam bisnis internasional. Pemasar harus memutuskan apa yang
harus dilakukan berkaitan dengan fakta ini. Apakah penyesuaian harga sesuai dengan menguat
atau melemahnya nilai mata uang ? Ada dua pendekatan ekstrim : 1. menetapkan harga produk di
Negara tujuan pemasaran, dan 2. Menetapkan harga produk dalam mata uang home-coutry. Pada
pendekatan pertama, setiap apresiasi maupun depresiasi nilai mata uang home countryakan
menyebabkan kenaikan atau penurunan harga bagi pelanggan, dan tidak ada konsekuensi segera
bagi penjual.Kebanyakan penjualan dilakukan atas dasar kontrak untuk memasok barang atau jasa
selama periode yang disepakati. Jika kontrak bisnis melibatkan pihak-pihak dari negara yang
berbeda, maka persoalan fluktuasi nilai mata uangdan risiko pertukaran harus pula
diperhitungkan secara cermat, sehingga dibutuhkan adanyaklausul nilai tukar (exchange rate
clauses) yang mengatur kesepakatan antara penjual dan pemebli dalam hal pasokan dan
pembelian produk pada harga yang disepakati dalam mata uang Negara masing-masing
perusahaan. Klausul nilai mata tukar dirancang untuk melindungi pembeli dan penjual dari perubahan
drastic dalam nilai tukar. Dalam klausul tersebut, penjual dan pembeli menyepakati adanya
evaluasi nilai tukar secara periodik (biasanya bulanan atau kuartalan) dan membandingkan rata-rata
nilai tukar harian selama periode evaluasi dan rata-rata awal. Jika hasil perbandingan
menunjukkan fluktuasi nilai tukar di luar rentang fluktuasi yang disepakati, maka kedua belah
pihak akan mendiskusikan dan menegosiasikan harga baru.
12Dalam kaitannya dengan fluktuasi nilai mata uang, eksportir memiliki sejumlah alternative
strtaegi yang bisa diterapkan. Strategi tersebut dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu strategi
menghadapi melemahnya mata uang domestic dan strategi menghadapi menguatnya mata uang
domestic.Tabel 12.1 Strategi Eksportir Menghadapi Fluktuasi Nilai Tukar DomestikBila Mata Uang
Domestik MelemahBila Mata Uang Domestik MenguatMenekankan manfaat harga (price
benefit)Memperluas lini produk dan menambahkan fitur yang lebih mahal.Mengalihkan sourcingdan
manufaktur ke pasar domesticMengeksploitasi peluang ekspor di semua pasarMelakukan
perdagangan cash-for goods konvensionalMenggunakan full-costing approach, namun memakai
marginal-cost pricinguntuk melakukan penetrasi ke pasar baru/kompetitifMempercepat
repatriasi pendapatan yang diperoleh dari luar negeriMeminimumkan pengeluaran dalam mata
uang local (host-country)Membeli jasa yang dibutuhkan (seperti periklanan, asuransi, transportasi,
dll) di apsar domesticMeminimumkan pijaman localMenagih pelanggan luar negeri dalam mata
uang domestikMenekankan persaingan non-harga, dengan cara memperbaiki kualitas
pengiriman, dan layanan purna jualMeningkatkan produktivitas dan berusaha keras menurunkan
biayaMengalihkan sourcingdan manufaktur ke luar negeriMemprioritaskan ekspor ke Negara-
negara yang mata uangnya relative kuatMelakukan countertradedengan negara-negara yang mata
uangnya lemahMemangkas marjin laba dan menggunakan marginal-cost pricingMempertahankan
pendapatan yang diperoleh dari luar negeri di host countryMemaksimumkan pengeluaran
dalam mata uang local (host-country)Membeli jasa-jasa yang dibutuhkan di luar negeri dan
membayarnya dalam mata uang local.Meminjamkan uang yang diperlukan untuk ekspansi di pasar
localMenagih pelanggan luar negeri dalam mata uang merekaoPenetapan Harga Dalam Situasi
Inflasi. Inflasi atau kecenderungan kenaikan harga secara persisten merupakan fenomena di seluruh
dunia. Inflasi memerlukan penyesuaian harga secara periodic. Penyesuaian ini diperlukan karena
kenaikan biaya harus bisa ditutup dengan harga jualyang juga naik. Persyaratan utama dalam
penetapan harga di lingkungan inflasi adalah mempertahankan marjin laba operasioKendali dan
Subsidi Pemerintah. Jika tindakan pemerintah membatasi kebebasan manajemen dalam
menyesuaikan harga, dengan sendirinya usaha memperthankan
14perusahaan, yaitu transaksi antara penjual dan pembeli yang bernaung di bawah perusahaan
induk yang sama. Apabila perusahaan berekspansi keberbagai Negara, maka penetapan transfer
menjadi semakinkompleks. Dalam menentukan harga transfer untuk cabang-cabangnya,
perusahaan global harus menghadapi sejumlah isu, termasuk di dalamnya pajak, bea cukai, dan
tariff; aturan transfer laba setempat; serta tujuan mitra usaha patungan yang kadangkala saling
bertentangan; dan regulasi pemerintah.Ada tiga pendekatan alternative dalam menentukan harga
transfer. Penggunaan masing-masing pendekatanbervariasi berdasarkan sifat perusahaan, produk,
pasar, dan lingkunganhistoris dari setiap kasus. Ketiga alternatif tersebut meliputi :1)Cost-based
transfer pricingKarena perusahaan menentukan biaya secara berbeda-beda, beberapa perusahaan
yang menggunakanpendekatan berbasis biaya bisa mendapatkan harga transfer yang hanya
mencerminkan biaya manufaktur variabel dan tetap. Cara menentukan atau mengelompokkan
biaya bisa berdampak pada tariff dan bea cukai yang dikenakan pada kantor cabang perusahaan global.
Salah satu variasidari cost-based approachadalah cost-plus pricing. Dalam metode ini, perusahaan
berpegang bahwa laba harus diperoleh untuk semua produk atau jasa pada setiaptahap
perpindahan (movement)yang dilalui dalam system korporasi.2)Market-based Harga transfer berbasis
pasar dihitung dari harga yang diperlukan agar bisa bersaing di pasar internasional. Kendala
dalam harga ini adalah biaya. Meskipun demikian, ada banyak variasi dalam menentukanbiaya.
Karena biaya umumnya menurun seiring dengan kenaikan volume, harus ada keputusan mengenai
apakah harga akan didasarkan pada tingkat volume saat ini atau tingkat yang direncanakan. Bila
perusahaan akan menggunakan market-based transfer pricinguntuk memasuki pasar baru yang terlalu
kecil untuk mendukung manufaktur local, maka sourcing dari Negara ketiga mungkin
diperlukan. Ini memungkinkan perusahaan mengembangkan nama atau waralabanya di pasar
interasional tanpa harus mengeluarkan investasi modal besar-besaran