Anda di halaman 1dari 40

1

Pelatihan Hukum & Etika Kesehatan


Hotel Santika Premiere, 25 Juni 2019

PERAN PEMERINTAH DAERAH


DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN RUMAH SAKIT
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR
GUNA MENINGKATKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

Dr. dr. Kohar Hari Santoso, SpAn, KIC, KAP


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur

VISI PELAYANAN KESEHATAN 2019


Akses Pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi Masyarakat

DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR Terwujudnya Terwujudnya
OUTCOME Peningkatan Akses Peningkatan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
(Akreditasi Fasyankes)

Terwujudnya
Kemitraan yang Terwujudnya Terwujudnya Sistem
Terwujudnya Inovasi Berdaya Guna Optimalisasi Manajemen Kinerja
Pelayanan Kesehatan Tinggi Fungsi Fasyankes Fasyankes

Terwujudnya Sistem Terwujudnya Penguatan Terwujudnya


Kolaborasi Pendidikan Sistem rujukan Optimalisasi Peran
NAKES
PROSES UPT Vertikal
STRATEGIS

Terwujudnya Ketepatan Terwujudnya penguatan Mutu


Alokasi Anggaran Advokasi Pembinaan dan
Pengawasan

Terwujudnya Sistem
Terwujudnya Penguatan
perencanaan yang
terintegrasi Mutu Organisasi BUK

SUMBER
Tersedianya dukungan Tersedianya SDM Kompeten &
DAYA regulasi Berbudaya Kinerja

Peta Strategi Ditjen Pelayanan Kesehatan 2015-2019

1
KONDISI YANG DI HARAPKAN TAHUN 2019
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

KOMPETENSI FASKES
AKSES
PELAYANAN SUMBER ALAT
KESEHATAN SISTEM DAN
SARANA PRASARANA DAYA AKREDITASI
KESEHATAN KESEHATAN FARMASI
RUJUKAN
MUTU

KOMPETENSI SOSIAL KOMPETENSI


KULTURAL INTERPROFESIONAL

KOMPETENSI KOMPETENSI DIPERLUKAN


PROFESIONAL MANAGERIAL
PENGUATAN FASKES

KEPIMPINAN KEMAMPUAN TEKNIS PROMOSI


KEMAMPUAN TEKNIS MEDIS
KLINIS DAN PREVENSI

ARAH KEBIJAKAN PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN


DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Penguatan pelayanan kesehatan


melalui program peningkatan
akses dan mutu pelayanan.
Terwujudnya
PROGRAM PROGRAM Akses Pelayanan
PENINGKATAN
AKSES
PENINGKATAN MUTU
• AKREDITASI RS
Kesehatan Dasar
dan Rujukan
PENINGKATAN
• SARANA • AKREDITASI PKM yang berkualitas
PRASARANA
• KOMPETENSI SDM
• DOKTER LAYANAN
PRIMER (DLP)
Bagi Masyarakat KOMPETENSI FASKES
• ALAT KESEHATAN

Menjadi fokus utama dalam


meningkatkan akses masyarakat
terhadap yankes

2
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR
STRATEGI PENINGKATAN AKSES
DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1
PENGUATAN 2 PENINGKATAN 3 PEMANFAATAN 4 PENGUATAN
FASKES SUMBER DAYA TEKNOLOGI SISTEM
• Pemenuhan sarana,
KESEHATAN INFORMASI RUJUKAN
prasana, alat kesehatan, • Meningkatkan Optimalisasi penggunaan • Sistem rujukan berbasis
Kompetensi klinis dan Teknologi Informasi untuk kompetensi
dan kebutuhan obat
Kompetensi manajerial memperluas dan • Regionalisasi system rujukan
(farmasi) kompetensi • Regulasi perwilayah
• WKDS mempermudah akses baik
• Tata kelola dan • Pengembangan rujukan
• Insentif remunerasi masyarakat maupun internal
kepemimpinan RS layanan berbasis IT berbasis IT
• Mutu Akreditasi

DINAS KESEHATAN
PERKEMBANGAN AKREDITASI RUMAH SAKIT
PROVINSI JAWA TIMUR
350

300
TREN JUMLAH RUMAH SAKIT 250
385
380 382 200
380
375 150

370 372
370 369 100
365 365
50
360
355 355 0
PARIPURNA UTAMA MADYA DASAR PERDANA TOTAL
350
345 2016 2017 2018 2019 (JUNI) STATUS AKREDITASI
340
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
PERDANA
PARIPURNA
37%
43%

JUMLAH RUMAH SAKIT 382 RS


87 % RUMAH SAKIT SUDAH TERAKREDITASI
TERSEBAR DI 38 KAB/KOTA, MINIMAL TERDAPAT 1 RSUD TERAKREDITASI NASIONAL DASAR
4% MADYA
RUMAH SAKIT PEMERINTAH 76 RS, 97% SUDAH TERAKREDITASI UTAMA
6% 10%
(* BELUM : RSUD UMAR MAS’UD, RSUD WARU, RS SIMPANG GUMUL, RSGM JEMBER) *Data Juni 2019

3
ERA POST TRUTH

DULU SEKARANG

IMBALANCE KNOWLEDGE PERBEDAAN SUDUT PANDANG

4
FENOMENA PROBLEM HUKUM
SEMAKIN MASIF DAN VARIATIF

DINAS KESEHATAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 44 TAHUN 2009


PROVINSI JAWA TIMUR
TENTANG RUMAH SAKIT

5
KODE ETIK RUMAH SAKIT

• Rangkuman nilai-nilai dan norma-


norma perumahsakitan
• Guna dijadikan pedoman
• Bagi semua pihak yang terlibat dan
berkepentingan
• Dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan perumahsakitan di
Indonesia.

DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

Peran Dinkes Provinsi


dan Kab/Kota

6
DINAS KESEHATAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 44 TAHUN 2009
PROVINSI JAWA TIMUR
TENTANG RUMAH SAKIT
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 6
▰ Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk:
menggerakkan peran serta masyarakat dalam
▻ menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis
masyarakat;
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
▻ menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai menyediakan informasi kesehatan yang
ketentuan peraturan perundang-undangan; dibutuhkan oleh masyarakat;
▻ membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah menjamin pembiayaan pelayanan
Sakit; kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana
▻ memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dan kejadian luar biasa;
dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyediakan sumber daya manusia yang
profesional dan bertanggung jawab;
dibutuhkan; dan
▻ memberikan perlindungan kepada masyarakat
pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan mengatur pendistribusian dan penyebaran alat
ketentuan peraturan perundang-undangan; kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.

PERAN PEMERINTAH

PENGARAH REGULATOR PELAYANAN


MENGERJAKAN YANG BENAR MENGERJAKAN DENGAN PEMERINTAH HADIR
BENAR

7
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

Representatif pemilik dari RS


pemerintah daerah (RSUD)

Sebagai acuan Hospital By Low PENINGKATAN


MUTU
PELAYANAN
Tata Kelola Rumah Sakit

RS patuh Regulasi & tetap


menjaga MUTU

PERAN DINAS KESEHATAN


TERHADAP RUMAH SAKIT

Peran Pemda dalam Pembinaan dan


Pengawasan Rumah Sakit
DINAS KESEHATAN

1 1
PROVINSI JAWA TIMUR
MENJAMIN… SOSIALISASI….
Kesinambungan sumberdaya advokasi, dan koordinasi
dengan LS di tk. provinsi

2
DINAS KESEHATAN
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA

2 PENINGKATAN..
kompetensi tenaga
kesehatan
PENINGKATAN..
kompetensi tenaga
kesehatan di Kab/Kota
PROVINSI

3 MONEV & BIMTEK..


secara terintegrasi
3 MONEV & BIMTEK..
pelaksanaan Yankes

4 SOLUSI…
atas masalah yang tidak
dapat diselesaikan Rumah
Sakit
4 SOLUSI..
atas masalah yang tidak dapat
diselesaikan KAB/KOTA

5 LAPORAN….
data & masalah kesehatan scr
berkala ke provinsi 5 LAPORAN..
data & masalah kesehatan
scr berkala ke PUSAT

8
TATA KELOLA YANG BAIK SEBAGAI KEBUTUHAN RUMAH SAKIT
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

CONSUMER
VALUE
TATA KELOLA • Mutu
KLINIK YANG BAIK pelayanan
• Keselamatan
pasien
TATA KELOLA
• Cost efektif
ORGANISASI
• Produktifitas
YANG BAIK

Kepuasan
pasien

9
PENCEGAHAN
PERMASALAHAN HUKUM DI RUMAH SAKIT

PENCEGAHAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN


PREMORDIAL PRIMER SEKUNDER TERSIER

PEMBINAAN DAN MONITORING

REGULASI STANDARISASI PENDAMPINGAN HARM


YANG JELAS, MUTU REDUCTION
EFEKTIF DAN LAYANAN
TEGAS
EVALUASI

10
HARAPAN PENINGKATAN KUALITAS
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR
PELAYANAN RS DAERAH
• Clinical Pathway •Akreditasi Tidak Hanya di atas Kertas
• Manajemen Rujukan •Teamwork klinsi & manajemen
• Penerapan Kendali Mutu dan Kendali Biaya •Peningkatan Sistem Informasi
•Budaya Anti Fraud
ASPEK
ASPEK MANAJEMEN
KLINIS BUDAYA &
ORGANISASI
EFISIEN EFEKTIF

ASPEK MANAJEMEN ASPEK MANAJEMEN


KEUANGAN SDM
• Remunerasi
• Pemetaan Kompetensi dan Rasio Tenaga
• RS menghitungUnit Cost
• Melakukan Analisa Utilisasi/Klaim

21

PENUTUP
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

1. Peran DINAS KESEHATAN sbg perpanjangan Pemerintah daerah, dapat


melakukan pemantauan kepatuhan RS terhadap peraturan perundang2an

2.Akreditasi RS merupakan salah satu cara membangun


budaya mutu dan keselamatan pasien shg tercapai Good
Corporate and Clinical Governance
3.3.Perlu komitemen bersama pemerintah pusat, daerah, civitas
RS dalam membangun mutu pelayanan RS yang akuntable.
Indikator mutu nasional sebagai alat ukur pelayanan kesehatan
secara nasional agar dilaksanakan dan dilakukan monitoring
serta tindak lanjut terus menerus
4. Komitmen PEMDA melalui dukungan APBD dan mengoptimalkan DAK Fisik,
serta mobilisasi peran lintas sektor dalam pemenuhan SPA fasilitas kesehatan
sesuai standar.

11
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR TERIMA
KASIH

12
APLIKASI
KONSEP TATAKELOLA RS
YANG BAIK
oleh
Edi Suyanto, dr, SpF, S.H, MH.Kes

HOSPITAL
Hospital adalah tempat dimana:
1. Orang dengan problem kesehatan datang.
2. Dokter, perawat dan profesional lain dapat
menjalankan aktifitas profesionalnya.
3. Pendidikan dan penelitian di bidang kese-
hatan dilaksanakan.
4. Sebagian anggota masyarakat memperoleh
lapangan pekerjaan.
(Magula, M, 1982)

1
THE ROLE OF HOSPITALS
1. Patient Care: to cure and care the sick, the in-
jured, and the infirm.
2. Training or Teaching: hand’s on training, basic
training, practical training, and undergraduate
training.
3. Research: pure or clinical research to
understand illness better and seek or develop
new modalities of treatment.
4. Health Education: to be focused on the staff,
patient, patient’s relatives, and the community.
(Hematram Yadav, 2006)

HAKEKAT RUMAH SAKIT


Sebuah institusi besar; karena sarat dengan peralatan
berteknologi canggih, dioperasionalkan oleh sekumpulan
orang dengan keahlian dan bakat sesuai yang dibutuhkan.
Sebuah struktur organisasi yang komplek; yang didalam-
nya ditempatkan banyak orang untuk melakukan kerja
tertentu (dengan kompensasi finansial) sesuai kebutuhan
rencana kerja yang dibatasi oleh aturan, regulasi dan pro-
sedur sesuai kebutuhan birokrasi dan kebutuhan hukum.
Sebuah lembaga yang rumit; dengan banyak unit, departe-
men, staf, jabatan dan peran; yang kesemuanya itu saling
kait-mengkait dan saling kebergantungan.
Sebuah sistem yang dinamis dan adaptif; karena harus
berinteraksi terus-menerus dengan lingkungan eksternal,
sosial dan lingkungan organisasi.

2
Sebuah tempat kerja yang sarat masalah; sehingga oleh
karenanya perlu ada problem-solving system.
Sebuah fasilitas publik esensial; yang merepresentasikan
infestasi sumber daya manusia, modal dan sumber daya
lainnya guna memberikan layanan kritikal (critical services)
kepada masyarakat.
Sebuah proses kerja organisasi yang tak sederhana;
- inputnya; berupa personil, peralatan, dana, informasi dan
pasien;
- proses kerjanya; dilakukan melalui alokasi sumber daya,
koordinasi, integrasi psiko-sosial dan manajemen;
- hasilnya; diwujudkan dalam bentuk finished output yang
diserahkan kembali kepada lingkungannya, seraya RS
harus tetap mempertahankan identitas dan integritasnya
sebagai sebuah sistem sepanjang waktu.
(Magula, M.)

RINGKASNYA
RS merupakan tempat bertemunya berbagai
kepentingan dari berbagai elemen, antara lain:
1. Pemilik (pemodal) atau kuasanya;
2. Manajemen (CEO, COO, Manajer, Supervisor);
3. Profesional (Dokter, Perawat, Bidan, dll);
4. Pasien dan keluarganya;
5. Masyarakat beserta lingkungannya;
6. Mahasiswa, residen dan peneliti;
7. Pemerintah beserta lembaga legislatif (DPR).

3
KONSEKUENSI
Kepentingan yang berbeda dari berbagai elemen
tersebut berpotensi menimbulkan konflik, yang pada
gilirannya akan berujung pada mutu.
Oleh sebab itu perlu perangkat hukum utk dijadikan
landasan bagi:
- tatakelola RS sebagai sebuah korporasi.
- tatakelola klinik di RS.
- pencegahan konflik di RS.
- penyelesaian konflik di RS, baik didalam mau-
pun diluar pengadilan.
Perangkat hukum tersebut adalah:
- Hukum dalam Undang-Undang.
- Hukum diluar Undang-Undang.

CONFLICT IN HOSPITAL
Some factors of the conflict are:
1. Limited resources.
2. Interdependence of work.
3. Different values and perceptions among
staff.
4. No proper rules and regulations in hospital.
5. Difficult individuals.
(Hematram Yadav, 2006)

4
1. UU RS (HOSPITAL ACT)
a. Definisi yuridis RS.
b. Bentuk kelembagaan RS.
c. Jenis dan klasifikasi RS.
d. Peran, Fungsi dan Tanggung-jawab RS.
e. Perpajakan (pengurangan / pembebasan pajak).
f. Sumbangan masyarakat (juga retribusi pasien).
g. Potensi RS yg dapat membahayakan lingkungan.
h. Pendirian, perizinan dan perpanjangan izin RS.
i. Organisasi dan administrasi RS.
j. Fungsi sosial RS.
k. Rekam medis, informed consent, konfidensialitas
medis dsbnya.
l. Kedudukan mahasiswa dan residen di RS.
m. Sanksi, dan lain-lain.

TUJUAN HOSPITAL ACT


1. Melindungi pasien dari praktek RS yang tidak laik
beroperasi, tidak bermutu dan tidak aman.
2. Melindungi tenaga kesehatan dari bahaya yang ditim-
bulkan oleh RS (radioaktif, infeksi nosokomial, kecela-
kaan kerja dll) dan tuntutan hukum.
3. Melindungi masyarakat dari dampak lingkungan yang
ditimbulkan oleh RS.
4. Mengendalikan fungsi RS kearah yang benar.
5. Mempertahankan serta meningkatkan mutu RS.
6. Mensinkronkan pelayanan RS dengan program peme-
rintah dibidang kesehatan.
7. Dll.

5
2. UUPK (MEDICAL PRACTICE ACT)
Tujuan utama dibuatnya UUPK untuk:
a. Melindungi masyarakat:
Dari praktik Dr yg tak kompeten (incompetent).
b. Melindungi pasien:
Dari kinerja (performance) Dr yang buruk.
c. Melindungi para dokter:
Dari perlakuan yang tidak menghormati hak, martabat
serta kehormatan Dr.
d. Memberikan pedoman:
a. Tatalaksana melakukan praktik kedokteran.
b. Tatalaksana pengaturan, pengawasan, pembinaan
praktik Dr serta sanksi, dll.

HUKUM DILUAR UU
1. Peraturan lembaga / korporat:
a. Anggaran Dasar Yayasan.
b. Anggaran Dasar Perhimpunan.
c. Peraturan Kepegawaian.
d. Bylaws: hospital bylaws, statuta Perguruan
Tinggi, dll.
2. Keputusan eksekutif lembaga / badan hukum:
a. Keputusan pengangkatan pegawai tetap,
b. Keputusan pengangkatan direktur RS.
3. Kontrak (perjanjian):
a. Perjanjian kerja.
b. Perjanjian pemborongan bangunan.
c. Perjanjian kerja sama.

6
HOSPITAL BYLAWS
- Merupakan Aturan Internal Dasar guna terlaksananya
good governance.
- Dapat diterjemahkan sebagai Peraturan Pola Tatakelola.
- Tujuannya agar tercipta good corporate governance dan
good clinical governance.
- Disahkan oleh Pemilik atau Governing Body, yaitu badan
tertinggi yang diberi otoritas oleh pemilik.
- Berlaku di RS yang bersangkutan; oleh sebab itu disebut
peraturan yang bersifat “tailor made”.
- Hakekatnya merupakan “legal restatement”, yang berisi
rangkuman dari berbagai peraturan perundang-undangan.

BYLAWS
Inggris Kuno:
By bisa berarti town, sehingga bylaws berarti pe-
raturan kota atau peraturan setempat.
Oxford dictionary:
Regulasi yang dibuat oleh otoritas setempat atau
korporasi.
Wharton:
Bylaws memiliki kekuatan mengikat sepanjang ia
tidak bertentangan dengan kelaziman, iktikat baik,
hukum serta tidak mengadop hal-hal yg dilarang.

7
APAKAH DIBAWAH INI
TERMASUK HOSPITAL BYLAWS ???
1. Peraturan Direksi.
2. Kebijakan tertulis Rumah Sakit.
3. SOP Rumah Sakit.
4. Job Description.
5. Pengumuman, dsbnya.

Jawabnya adalah “TIDAK” !!!


Itu adalah aturan teknis yang dibuat Direksi, yang
tentunya tidak boleh bertentangan dengan HBL.

CIRI-CIRI BYLAWS:
Bersifat abstrak & umum (general principles).
Sebagai dasar bagi pembuatan rules & regulation
(peraturan rumah sakit) oleh direktur dan Gub/WK/Bup.
Disahkan oleh pemilik atau governing body (sebagai
pemegang otoritas tertinggi yang mewakili pemilik).
CIRI-CIRI RULE & REGULATION:
Bersifat lebih konkrit, spesifik, lebih operasional.
Sebagai pedoman teknis operasional RS.
Disahkan oleh Direktur untuk keperluan implementasi
dari general principles yang terdapat dalam HBL.
Oleh karena itu di HBL harus ada ketentuan yg memberikan kewena-
ngan kpd Direktur untuk membuat rule & regulation.

8
FUNGSI HBL
1. Acuan pemilik bagi pengawasan terhadap RS
miliknya.
2. Acuan bagi direktur RS dalam mengelola dan
menyusun kebijakan operasional RS.
3. Menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
4. Perlindungan hukum bagi “stake holders”.
5. Pencegahan & penyelesaian konflik (pemilik dg
eksekutif, eksekutif dg staf atau staf dg staf).
6. Persyaratan bagi akreditasi & perijinan.

APLIKASI KONSEP TATA-KELOLA


Salah satu tujuan utama:
1. Menciptakan sistem yang menjaga keseimbangan
dalam pengendalian lembaga sehingga mampu me-
ngurangi peluang terjadinya kesalahan pengelolaan.
2. Menciptakan insentif bagi manajer untuk memaksimal-
kan produktivitas penggunaan aset sehingga mencip-
takan nilai tambah organisasi & nilai bagi pengguna.
Manajemen harus menjadi bagian yang integral dengan pelak-
sanaan tata kelola yang baik. Kepentingan manajemen yang
utama adalah menciptakan manajemen yang efektif dan efisien
dalam menjalankan suatu lembaga sehingga terjadi peningkat-
an kapabilitas serta kelancaran keadaan finansial untuk meme-
nuhi kebutuhan operasional lembaga tersebut.

9
APLIKASI KONSEP TATA-KELOLA
Tujuan khususnya adalah untuk:
1. Meningkatkan kemampuan bersaing mendapat-
kan sumber daya dari pemerintah maupun non
pemerintah.
2. Mengurangi risiko perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba dan mendorong penanaman
modal jangka panjang.
3. Memperkuat sektor finansial.
4. Memajukan manajemen yang bertanggungjawab
dan kerja finansial yang solid.

TAHAP PERSIAPAN
Pada tahap ini terdiri atas tiga langkah utama:
1. Membangun kesadaran (awareness building);
merupakan langkah sosialisasi awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti penting pola tata kelola dan
membangun komitmen untuk melaksanakannya.
2. Penilaian tata kelola yang baik (good corporate
governance assessment); yaitu upaya memetakan kon-
disi lembaga dalam penerapan tata kelola saat ini.
3. Membangun manual pola tata kelola yang baik (GCG
manual building); yaitu penyusunan manual atau
pedoman implementasi tata kelola berdasarkan hasil
pemetaan sebelumnya.

10
TAHAP IMPLEMENTASI
Pada tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu:
1. Sosialisasi:
Untuk memperkenalkan kepada seluruh komponen
lembaga tentang berbagai aspek yang terkait dengan
implementasi tata kelola khususnya pedoman penerap-
an tatakelola, dilakukan oleh tim khusus dibawah
pengawasan langsung pimpinan lembaga.
2. Implementasi:
Dijalankan berdasarkan pada pedoman tata kelola yang
ada dan roadmap yang telah disusun, harus bersifat top
down approach yang melibatkan Dewan Pengawas dan
Pimpinan Lembaga.

3. Internalisasi:
Adalah tahap jangka panjang dalam implementasi
yang merupakan upaya-upaya memperkenalkan tata
kelola di dalam seluruh proses bisnis (proses
pelayanan) lembaga melalui berbagai prosedur
operasi, sistem kerja dan berbagai peraturan lembaga.

11
TAHAP EVALUASI
Tahap Evaluasi adalah tahapan yang dilakukan secara
teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh
mana afektivitas penerapan tata kelola telah dilakukan
dengan meminta pihak independen mengaudit
implementasi dan melakukan scoring terhadap praktik
tatakelola dalam lembaga.

LANGKAH-LANGKAH
Dalam membangun pola tatakelola yang baik yang
dikaitkan dengan pengembangan sistem, diharapkan
dapat mempengaruhi perilaku setiap individu dalam lem-
baga sehingga pada gilirannya akan membentuk kultur
lembaga bernuansa pola tata kelola yang baik, maka
diperlukan langkah-langkah berikut:
1. Menetapkan visi, misi, rencana stratejik, tujuan lemba-
ga, serta sistem operasional pencapaiannya secara
jelas;
2. Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseim-
bangan peran dan fungsi organ lembaga.

12
3. Membangun sistem informasi baik untuk keperluan
proses pengambilan keputusan maupun keperluan ke-
terbukaan informasi material dan relevan mengenai
lembaga.
4. Membangun sistem audit yang handal.
5. Membangun sistem pelayanan baik pelayanan publik
dan pelayanan klinis yang melindungi hak-hak pemilik
dan publik secara fair dan setara
6. Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk
pengukuran kinerjanya.

PEMILIK RS

GOVERNING
BODY

THREE LEGED STOOL MODEL

EKSEKUTIF STAF MEDIK

13
KEINGINAN PEMILIK

HUKUM MORAL
DAN PER-UU-AN DAN ETIKA

HOSPITAL BYLAWS

PERATURAN RS (RULE)

PROTAP (REGULATION)

HOSPITAL BYLAWS

CORPORATE MEDICAL STAFF


BYLAWS BYLAWS

RULE RULE RULE RULE RULE RULE

PROTAP PROTAP PROTAP PROTAP PROTAP PROTAP

PROTAP PROTAP PROTAP

14
RINGKASNYA
Rumah sakit memiliki 3 kepemimpinan yang
memiliki otoritas berbeda, yaitu:
1. Pemilik atau yang mewakilinya (GB):
Pemegang otoritas tertinggi & steering.
2. Direksi:
Sebagai motor penggerak yang bertanggung-
jawab terhadap manajemen keseharian.
3. Staf medis:
Berfungsi sebagai pelaku utama core business
yang memiliki professional autonomy.

DEWAN PENGAWAS

DP dapat dibentuk apabila BLUD memiliki


nilai omset tahunan menurut laporan opera-
sional atau nilai aset menurut neraca yang
memenuhi syarat minimal.
Dibentuk dengan keputusan kepala daerah
atas usulan pemimpin BLUD.
Bertugas melakukan pembinaan serta penga-
wasan terhadap pengelolaan BLUD yang
dilakukan pejabat pengelola sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

15
ANGGOTA
DEWAN PENGAWAS

Pejabat SKPD yang berkaitan dengan


kegiatan BLUD;
Pejabat di lingkungan satuan kerja
pengelola keuangan daerah atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh kepala
daerah;
Tenaga ahli yang sesuai dengan kegia-
tan BLUD.

KEWAJIBAN DEWAN PENGAWAS


1. Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah
mengenai RBA yang diusulkan oleh pejabat pengelola;
2. Mengikuti perkembangan kegiatan BLUD, memberikan
pendapat dan saran kepada kepala daerah mengenai setiap
masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BLUD;
3. Melaporkan kepada kepala daerah tentang kinerja BLUD;
4. Memberikan nasehat kepada pejabat pengelola dalam
melaksanakan pengelolaan BLUD;
5. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan
maupun non-keuangan, serta memberikan saran dan
catatan-catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh manaje-
men BLUD;
6. Memonitor tindak-lanjut hasil evaluasi & penilaian kinerja.

16
KESIMPULAN
Mengingat peran, tugas, tanggungjawab dan
kewenangannya yang masih bersifat terbatas
maka menurut hemat saya Dewan Pengawas
belum identik dengan Governing Body.
Meskipun demikian, buat RS Pemerintah hal
ini harus dipandang sebagai perubahan besar
dalam paradigma, yang untuk masa datang
perlu lebih ditingkatkan lagi.

PERAN
LEMBAGA LEGISLATIF

Harapan dan keinginan DPR / DPRD terhadap


RSU atau RSUD sesungguhnya sudah tercermin
dalam UU atau Perda yang telah mereka buat.
Melalui metode dan mekanismenya sendiri, wakil
rakyat tersebut dapat melaksanakan fungsi kontrol-
nya terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan di
RSU atau RSUD sebagai sebuah BLU atau BLUD.
Oleh sebab itu tidak perlu ada unsur dari lembaga
legislatif untuk ikut duduk dalam Dewan Pengawas.

17
CORPORATE GOVERNANCE
The intention of corporate governance is to safe-
guard shareholders’ investments and companies’
assets, the principle being that of protecting
investors and minimising company risks from fraud
and malpractice.
(Friedman, 1995)
The Cadbury Committee identified three fundamen-
tal requirements to assure corporate governance:
1. Internal financial controls.
2. Efficient & effective operations.
3. Compliance with law & regulation.

NHS PRINCIPLES OF CORPORATE GOVERNANCE

1. Accountability ---- everything done by those who work


must be able to stand the test of parliamentary scrutiny,
public judgments or propriety and professional codes of
conduct.
2. Probity ---- these should be absolute standard of honesty
in the dealing with the assets of the NHS: integrity should
be the hallmark of personal conduct in the decisions
affecting patients, staff and supppliers, and in the use of
information acquired in the course of NHS duties.
3. Openness ---- there should be sufficient transparancy
about NHS activities to promote confidence between the
NHS authority or Trust and its staff, patients & the public.
(Sherry, Pearce, Tingle, 2007)

18
MATERI CORPORATE BYLAWS

∋ Peran dan tujuan rumah sakit.


∋ Tugas dan tanggungjawab GB.
∋ Mekanisme pemilihan anggota-anggota GB.
∋ Struktur organisasi GB.
∋ Hubungan antara GB dengan Direktur dan Staf
Medik rumah sakit.
∋ Struktur pimpinan rumah sakit; meliputi tugas
dan tanggungjawab serta kewenangannya.
∋ Struktur organisasi staf medik rumah sakit.
∋ Struktur organisasi pendukung.
∋ Mekanisme pemberlakuan Bylaws.
∋ Mekanisme review and revisi Bylaws.

STRUKTUR ORGANISASI
Hans: “Setiap aspek harus ada yang bertanggung-jawab”:

Aspek Planning Managing Monitoring


Medis Komite Medis Direktur Medis Komite Medis
Perencanaan Klinis Komite E & H
Quality Komite Medis Direksi Komite Medis
Komite Keperawatan Komite Keper.
Komite Kes. Pasien Komite Kes. Pa.
Finance Perencanaan Dir Keuangan SPI
Dir SDM
Operasional Perencanaan Dir Operasional SPI
SDM Perencanaan Dir SDM / Keu SPI
Keperawatan Komite Keper. Dir Keper. Komite Keper.

19
ORGANISASI PENDUKUNG
Organisasi pendukung yang:
1. Harus ada, antara lain:
a. Komite Medis.
b. Staf Medis Fungsional (SMF).
2. Perlu untuk diadakan, antara lain:
a. Komite Keperawatan; bertanggung-jawab
mengawal mutu nursing care.
b. Komite Keselamatan Pasien; membantu
Direktur merumuskan upaya patient safety.

MEDICAL STAFF BYLAWS


Tujuan Medical Staff Bylaws adalah agar tercipta good
clinical governance.
Clinical governance:
A system which is able to demonstrate, in both primary
and secondary care, that systems are in place guaranteeing
clinical quality improvements at all level healthcare
provision. Healthcare organisations will be acountable for
the quality of the services they provide.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)

20
CLINICAL GOVERNANCE
1. The systematic harmonisation of clinical and managerial
responsibilities with accountable practice.
2. Team working and interdependency.
3. Monitoring, changing, evaluating and improving practice
to safeguard standard.
4. The drive for constant quality improvement in all that we
do.
5. Nurturing a culture of continuous learning.
6. Placing a duty of care to improve individual, team, and
organizational performance.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)

MATERI MEDICAL STAFF BYLAWS


1. Tujuan, otoritas staf klinik, keanggotaan, kategori
keanggotaan, kewenangan klinik (clinical privileges).
keanggotaan non-dokter dsb.
2. Penanganan terhadap professional performance dan
ethical performance dibawah standar (tindakan korektif,
skorsing, tatalaksana sidang dan banding).
3. Rincian mengenai departemen klinik, komite medis,
rapat-rapat serta kebijakan menyangkut hal-hal yang
bersifat konfidensial.
4. Prinsip-prinsip umum menyangkut admisi, otopsi,
informed consent, layanan emergensi, rekam medik
dan kebijakan mengenai operasi.
(Blum, J, D,. 2001)

21
KOMITE MEDIS
1. Merupakan wadah profesional medis yang
anggotanya terdiri atas ketua kelompok staf
medis atau yang mewakili.

2. Memiliki otoritas tertinggi dalam organisasi


staf medis rumah sakit.
3. Untuk RS pemerintah kedudukannya berada
dibawah direktur dan untuk RS swasta kedu-
dukannya dibawah direktur atau pemilik (ya-
itu sejajar dengan direktur).

FUNGSI KOMITE MEDIS


Sebagai pengarah (steering) dalam pemberian
pelayanan oleh staf medis sebagai pelaksananya.
Fungsi komite secara rinci adalah:
1. Memberikan saran kepada Dir. / Dir. Medis.
2. Mengkoordinasikan / mengarahkan kegiatan pe-
layanan medis.
3. Menangani hal-hal berkaitan dengan kinerja etik
(ethical per-formance).
4. Menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai
standar yang harus dilaksanakan oleh staf medis.

22
TUGAS KOMITE MEDIS
1. Membantu Direktur menyusun standar pela-
yanan medis dan memantau pelaksanaannya.
2. Membina etika profesi, disiplin profesi dan mu-
tu profesi.
3. Mengatur kewenangan profesi antar kelompok
staf medis.
4. Membantu Dir. menyusun medical staff bylaws
dan memantau pelaksanaannya.
5. Membantu Dir. menyusun kebijakan dan pro-
sedur yang terkait dengan mediko-legal.

6. Membantu Dir. menyusun kebijakan dan pro-


sedur yang terkait dengan etiko-legal.
7. Melakukan koordinasi dengan Dir. Medis dalam
melaksanakan pemantauan dan pembinaan pe-
laksanaan tugas kelompok staf medis.
8. Meningkatkan program pelayanan, pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembang-
an dalam bidang medis.
9. Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pela-
yanan medis.
10. Memberikan laporan kegiatan kepada Direktur
atau pemilik.

23
KEWENANGAN KOMITE MEDIS
1. Memberikan usulan rencana kebutuhan dan
peningkatan kualitas tenaga medis.
2. Memberikan pertimbangan rencana pengadaan,
penggunaan dan pemeliharaan alat medis dan
penunjang medis serta pengembangan layanan.
3. Monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis.
4. Monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas
penggunaan alat kedokteran.
5. Membina etika dan mengatur kewenangan klinis.
6. Membentuk Tim Klinis lintas profesi.
7. Memberikan rekomendasi kerjasama antar insti-
tusi.

TANGGUNG-JAWAB
Komite Medis bertanggung-jawab:
a. Untuk RS Pemerintah kepada Direktur RS.
b. Untuk RS Swasta kepada Direktur RS dan
atau Pemilik RS.
Hal-hal yang harus dipertanggung-jawabkan tsb
meliputi:
a. Mutu pelayanan medis.
b. Pembinaan etik kedokteran.
c. Pengembangan profesi medis.

24
KEWAJIBAN KOMITE MEDIS
1. Menyusun Rancangan Medical Staff Bylaws.
2. Membuat standarisasi format untuk standar
pelayanan medis, standar prosedur operasional
dibidang manajerial / administrasi dan bidang
keilmuan / profesi, standar profesi dan standar
kompetensi.
3. Membuat standarisasi format pengumpulan, pe-
mantauan dan pelaporan indikator mutu klinik.
4. Melakukan pemantauan mutu klinik, etika ke-
dokteran dan pelaksanaan pengembangan profe-
si medis.

SUSUNAN KOMITE MEDIS


1. Ketua:
a. Dapat dijabat oleh Dr purna atau paruh
waktu.
b. Dipilih secara demokratis oleh ketua-ketua
kelompok staf medis.
c. Memenuhi persyaratan sebagai ketua.
d. Dapat merangkap sbg ketua sub-komite.

2. Wakil Ketua:
a. Dapat dijabat oleh Dr purna atau paruh
waktu.
b. Dipilih secara demokratis oleh ketua-ketua
kelompok staf medis.
c. Dapat merangkap sbg ketua sub-komite.

25
3. Sekretaris:
a. Dipilih oleh Ketua Komite Medis.
b. Dijabat oleh Dr purna waktu atau salah
satu anggota komite (di RS dengan jumlah
dokter terbatas).
c. Dapat merangkap sbg ketua sub-komite.
d. Dalam menjalankan tugas dibantu tenaga
administrasi (staf sekretariat) purna waktu.
4. Anggota:
Terdiri dari semua Ketua Kelompok Staf
Medis dan atau yang mewakili.
Mekanisme pengangkatan & pemberhentian Ketua
dan Wakil Ketua diatur dalam Medical Staff Bylaws.

KOMITE KEPERAWATAN

Apabila Komite Keperawatan memang


hendak diadakan maka:
1. Tanggung-jawabnya adalah mengawal mutu
asuhan keperawatan (nursing care).
2. Perlu ditentukan fungsi, tugas dan kewenangan-
nya, yang kurang-lebih analog dengan komite
medis.
3. Kepada siapa pertanggung-jawabannya juga
perlu dipastikan.

26
KOMITE
KESELAMATAN PASIEN
Komite ini sekarang menjadi penting dan oleh
karena itu perlu ada dan perlu prinsip-prinsipnya
dituangkan dalam HBL:
1. Tanggung-jawabnya adalah …………….
2. Fungsi, tugas dan kewenangannya ……….
3. Hubungannya dengan …………………
4. Pertanggung-jawabannya kepada …………..…..

Terimakasih Atas Perhatiannya

27

Anda mungkin juga menyukai