Anda di halaman 1dari 13

Jurnal PAI Raden Fatah |1

Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SOCRATES


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS VIII.2 DI SMP IBA PALEMBANG

Abstrak

Wina Audina, Fitri Oviyanti,


Dan Mardeli Kurangnya partisipasi siswa untuk belajar seperti ragu-ragu
untuk mengemukakan ide-ide serta gagasan kritis dalam
Universitas Islam Negeri Raden proses pembelajaran, siswa juga kurang fokus dengan
Fatah Palembang penjelasan yang disampaikan oleh guru sehingga
menyebabkan permasalahan belum maksimalnya daya berpikir
winaaudina99@gmail.com kritis siswa, serta jawaban siswa kurang relevan dengan
pertanyaan yang terkait. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pengaruh penerapan metode
pembelajaran Socrates dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen jenis
kuantitatif dan pendekatan Pre-Eksperimental Design, dengan
disain One Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian
adalah siswa yang terdiri dari 28 siswa. Data diperoleh
dengan menggunakan tes, dan dokumentasi. Kemudian data
dianalisis menggunakan rumus uji t.
Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, Kemampuan
berpikir kritis siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran
Socrates pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
tergolong tinggi (30%) terdapat 9 siswa, tergolong sedang
(25%) terdapat 7 siswa, dan tergolong rendah (43%) terdapat
12 siswa. Kedua, Kemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkan metode pembelajaran Socrates pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam tergolong tinggi (57%)

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
|2 Jurnal PAI Raden Fatah
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

terdapat 16 siswa, tergolong sedang (25%) terdapat 7 siswa.


Tergolong rendah (18%) terdapat 5 siswa. Ketiga, Hipotesis
Nihil (H0) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil tes antara kemampuan berpikir kritis siswa
sebelum dan setelah diterapkan metode pembelajaran Socrates
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII.2 di
SMP IBA Palembang tidak diterima/ditolak dan Hipotesis
Alternatif (Ha) diterima. Dengan nilai thitung sebesar 8,92. Pada
ttabel atau tt 2,05 (5%). Maka hasilnya adalah signifikan.

Kata Kunci : Metode Socrates dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SOCRATES


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITS
SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS VIII DI SMP IBA PALEMBANG

Abstract

Wina Audina, Fitri Oviyanti


Student participation to learn such as being hesitant to express
dan Mardeli
ideas and critical ideas in the learning process, student are

Universitas Islam Negeri Raden also less focused on the explanations conveyed by the teacher
Fatah Palembang causing problems not yet maximizinng students ‘critical
thinking power, and students’ answers are less relevant with
winaaudina99@gmail.com related questions. The pupose of this study was to determine
the effect of the application of Socrates learning methods in
improving students’ critical thinking skills in Islamic Religious
Education subjects.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
Jurnal PAI Raden Fatah |3
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

This research uses a quantitative type of experimental method


and a Pre-Expereimental Desig approach, with One Group
Pretest-Posttest Design. The research sample is students
cosisting of 28 students. Data obtained using tests, and
documentation. Then the data are analyzed using the t test
formula.
The result of this study indicate: First, the ability to think
critically students before applying the Socrates learning
method Islamic Religious Education subject is high (30%)
there are 9 students, classified as moderate (25%) there are 7
students, and calssified as low (43%) there 12 students.
Second, the ability to think critically students after applying
the Socratic learning method in Islamic Religious Education
subject is high (57%) there are 16 students, calssified as
moderate (25%) there are 7 students, classified as low (18%)
there are 5 students. Third, The null hypotesis (H0) which
states that there is a significant difference in test results
between students’ critical thinking skills before and after the
Socratic learning method applied to Islamic Religious
Education class VIII.2 in Palembang IBA Middle School, not
accepted / rejected an Alternatif Hypotesis (H a) received. With
a calculated value of 8,92 on t table or t t 2,05 (5%). Then the
results are significant.

Keywords: The Socratic Method and Students’ Critical Thinking Ability

PENDAHULUAN

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
|4 Jurnal PAI Raden Fatah
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

Pendidikan merupakan suatu proses pelatihan dan pengajaran, terutama


diperuntukan untuk anak-anak dan remaja, baik disekolah-sekolah maupun di
kampus-kampus, dengan tujuan memberikan pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan-keterampilan.1
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Kutipan di atas menjelaskan bahwa dengan adanya pendidikan dapat


mengembangkan potensi yang ada di dalam diri setiap individu, selain itu, dapat
mengendalikan diri dengan baik, berakhlak mulia dan dapat mengasah
keterampilan individu tersebut sehingga mampu bersaing di masyarakat.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan individu
berkualitas. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.3 Dengan harapan dimasa yang akan datang mereka
mampu menghadapi tantangan golobal yang selalu mengalami perubahan.
Pendidikan adalah keindahan proses belajar mengajar dengan
pendekatan manusianya (man centered), dan bukan sekedar memindahkan
otak dari kepala-kepala atau mengalihkan mesin ke tangan, dan sebaliknya.
Pendidikan lebih dari itu, pendidikan menjadikan manusia mampu
menaklukan masa depan dan menaklukan dirinya sendiri dengan daya pikir,
daya dzikir, dan daya ciptanya4

1
Saidah, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 1.
2
Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
Tentang Pendidikan (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), hlm. 5.
3
Rusmaini, Ilmu Pendidikan (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), hlm. 1.
4
Irja Putra Pratama dan Zulhijra, “Reformasi Pendidikan Islam Di Indonesia,” Jurnal Pendidikan
Agama Islam 1, no. 2 (2019), hlm. 121.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
Jurnal PAI Raden Fatah |5
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

Pada permulaan sekolah lebih banyak menuntut anak untuk


mengembangkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekolah, anak harus
pandai beradaptasi dengan ruang belajarnya, anak harus mengenal gurunya,
sebagai figur yang wajib digugu, ditiru dan dihormati sampai kapanpun juga.
Suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh guru sedini mungkin pada
permulaan anak sekolah adalah menanamkan dan menumbuhkan dasar pendidikan
moral, sosial, asusila, etika dan agama dalam setiap pribadi anak. Semua nilai ini
sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian anak dan sangat berguna bagi
kehidupan anak di kemudian hari.5
Pendidikan dapat dipandang sebagai proses penting untuk
memenuhi janji kemerdekaan. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak
generasi masa depan yang juga berkualitas. Kemajuan bangsa Eropa
merupakan efek dari Reinessance (zaman pembaruan Eropa) yang
mendorong kebebasan berpikir. Selanjutnya, muncullah masyarakat
terdidik yang mendorong kemajuan bangsa Eropa.6

Dalam proses atau kegiatan belajar-mengajar guru ikut bertanggung jawab


dalam masalah penguasaan bahan pelajaran yang harus di pelajari siswa, karena
dapat atau tidaknya itu sepenuhnya tanggung jawab siswa itu sendiri, namun
seorang guru bertanggung jawab dalam mengarahkan, mebimbing siswa sesuai
dengan minat dan kemampuan dalam belajar, jadi seorang guru harus memahami
perbedaan atau karakteristik peserta didik.7
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan,
melainkan mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalagan logika dari jawaban,
dan menanyakan lebih jauh lagi sehingga para peserta didiknya terlatih untuk
mampu memperjelas ide-ide mereka sendiri serta mendefiniskan konsep-konsep
yang mereka maksud dengan mendetail.

5
Rohmalia Wahab, Psikologi Belajar (Palembang: Grafika Telindo Press, 2015), hlm. 84.
6
Syarnubi, “Profesionalisme Guru Pendidkan Agama Islam dalam Membentuk Religiusitas Siswa
Kelas IV Di SDN 2 Pengarayan,” Tadrib: Jurnal Pendidikan Agama Islam 5, no. 1 (2019), hlm. 88.
7
Rohmalia Wahab, Op. Cit. hlm. 86.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
|6 Jurnal PAI Raden Fatah
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

Pembelajaran dengan metode Socrates menuntut belajar berpikir kritis dan


hasil akhirnya juga bersikap kritis. Strategi ini juga menekankan dialog-dialog
pemikiran sebagai usaha mengungkapkan sesuatu objek pembahasan menuju pada
hakikat terdalamnya. Jadi, metode Socrates disebut juga metode kritis atau
dialektika.8
Ada dua hal pokok yang membedakan Metode Socrates dengan metode
tanya jawab lainnya. Pertama, metode Socrates dibangun diatas asumsi bahwa
pengetahuan sudah berada dalam diri siswa dan pertanyaan-pertanyaan atau
komentar-komentar yang tepat dapat menyebabkan pengetahuan tersebut muncul
ke permukaan. Hal ini menuunjukkan, bahwa sebenarnya siswa sudah memiliki
pengetahuan yang dimaksud hanya saja belum menyadarinya. Adalah tugas guru
atau tutor untuk menarik keluar pengetahuan tersebur agar dapat dirasakan
keberadaannya oleh siswa. Kedua, pertanyaan-pertanyaan dalam metode Socrates
digunakan untuk menguji validitas keyakinan siswa mengenai suatu objek secara
mendalam. Hal ini menunjukkan jawaban yang diberikan siswa harus
dipertanyakan lagi sehingga siswa yakin bahwa jawabannya benar atau salah.9
Ennis mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang masuk akal,
reflektif, dan di fokuskan pada pengambilan keputusan. Keputusan diambil
setelah dilakukan refleksi dan evaluasi.10
Adanya evaluasi dalam berpikir kritis menjadikan jenis berpikir ini
sebagai jenis berpikir tingkat tinggi karena untuk dapat mengevaluasi seseorang
harus mampu memahami masalah yang ada, lalu mengumpulkan data atau
informasi yang dibutuhkan, dan kemudian menganalisis data yang diperoleh.11
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP IBA Palembang,
didapatkan informasi bahwa dalam proses pembelajaran siswa kurang
berpartisipasi untuk belajar seperti ragu-ragu untuk mengemukakan ide-ide serta
gagasan kritis saat proses pembelajaran berlangsung, kurang relevannya antara
8
Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif & Inovatif (Bandung: PT
Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2016), hlm. 179.
9
Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2017), 35.
10
Tina Yuniarti, Metode Socrates Dalam Pembelajaran Berpikir Kritis Aplikasi Dalam Matematika
(Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hlm. 32.
11
Ibid. hlm.10.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
Jurnal PAI Raden Fatah |7
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

pertanyaan guru dengan jawaban siswa dari pertanyaan yang terkait, siswa juga
kurang menguasi materi pembelajaran sehingga sulit untuk menganalisis dan
mengevaluasi yang terampil dan aktif pembelajaran dengan baik, siswa juga
kurang fokus dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan hal tersebut
menyebabkan permasalahan belum maksimalnya daya berpikir kritis siswa.
Manfaat dari penelitian secara teoritis diharapkan dapat menambah
pembelajaran kepustakaan fakultas ilmu Tarbiyah dan juga tulisan ini dapat
dijadikan salah satu studi banding bagi para peneliti lainnya. Sedangkan secara
praktis diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dan dapat dijadikan
referensi mengenai pengaruh penerapan metode pembelajaran Socrates dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII di SMP IBA
Palembang.
Metode Socrates merupakan salah satu metode tanya jawab yang bagus
digunakan untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan, sehingga peserta didik mendapatkan
pemikirannya sendiri dari hasil konflik kognitif yang terpecahkan. Metode ini
merupakan sebuah metode pembelajaran yang membantu siswa untuk menjawab
berbagai macam permasalahan pada kehidupan sehari-hari di ranah kognitif.
Metode ini menuntut peserta didik dapat berpikir kritis dan memiliki kemampuan
bertanya yang tinggi sehingga hasil akhir yang diperoleh adalah sikap kritis.12
Menurut Scriven dan Paul berpikir kritis merupakan proses kognitif yang
aktif dan disiplin serta digunakan dalam akivitas mental seperti melakukan
konseptualisasi, menepkan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi
informasi.13

METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini adalah berada di Jl. Mayor Ruslan No. 885 A, 20 Ilir.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan pendekatan penelitian menggunakan
Pre-Eksperimental Design, dengan menggunakan disain One Group Pretest-

12
Bias Rizkia Pertiwi, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Metode Socrates,” Jurnal
Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling 3, no. 7 (2017), hlm. 277.
13
Tina Yuniarti, Op. Cit. hlm. 9.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
|8 Jurnal PAI Raden Fatah
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

Posttest Design metode eksperimen. Sampel penelitian adalah siswa yang terdiri
dari 28 siswa. Data diperoleh dengan menggunakan tes, dan dokumentasi.
Kemudian data dianalisis menggunakan rumus uji t.
Sumber data primer adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber dari
tangan pertama.14 sumber data yang digunakan merukapan jenis data primer yaitu
data yang didapat dari responden yang menjadi objek penelitian yaitu Siswa di
kelas VIII 2 itu sendiri sebagai sampel untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa. dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu
berupa data dokumentasi serta litelatur-litelatur atau buku-buku yang berakaitan
dengan penelitian ini.
Teknik pengumpulan data teknik yang biasa digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui
pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes dan dokumentasi. Tes
adalah teknik yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang
hasilnya berbentuk angka.15 Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi pada
penelitian ini adalah teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan saat
pengambilan data di kelas selama proses belajar mengajar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Riset ini memiliki 1 sampel kelas yang berjumlah 28 siswa. Yakni kelas
VIII.2 dengan tidak diberi perlakuan metode pembelajaran Socrates dan diberi
perlakuan metode pembelajaran Socrates.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Setelah instrumen penelitian telah di validasi oleh validator maka instrumen harus
diuji coba terlebih dahulu sebelum pemberian soal pre-test dan post-test kepada
siswa. Yakni menguji instrumen dengan uji validitas lapangan yaitu ke kelas yang
bukan merupakan sampel penelitian, uji validitas ialah tingkat kehandalan alat

14
Susanti Faipri Selegi, Statistika (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013), hlm. 26.
15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 354

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
Jurnal PAI Raden Fatah |9
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

ukur instrumen, uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara
masing-masing pertanyaan dengan skor totalnya. Penulis membuat 20 butir soal
yang akan diuji validitas namun setelah diuji menggunakan rumus Rpbi di
dapatkan hasil soal yang dapat digunakan untuk soal pre-test dan post-test
sebanyak 15 soal karena 5 butir soal tersebut tidak valid. Setelah butir soal
dinyatakan valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas pada soal pre-test dan post-
test, reliabilitas ini digunakan untuk melihat sejauh mana instrumen dapat
dipercaya dan digunakan sebagai alat pengukur data maka dilakukan dengan uji
reliabilitas dengan menggunakan interpretasi r11, setelah dilakukan perhitungan
dengan melihat tabel ketentuan untuk mengetahui ketepatan hasil uji reliabilitas
dikategorikan bersifat ringgi karena r11 = 0,909 pada rentang nilai 0,70≤0,90
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reliabilitas tes hasil kemampuan
berpikir kritis siswa disebut reliable atau layak dan dapat dipercaya.

Hasil Skor TSR (Tinggi Sedang Rendah) Kelas Sebelum Diberi Perlakuan
Hasil pengumpulan data melalui tes menunjukkan bahwa secara
kemampuan berpikir kritis kelas sebelum diberi perlakuan menggunakan metode
pembelajaran Socrates tergolong rendah. Hal ini terlihat dari skor rata-rata hasil
kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 71, dengan rentan skor antara 86-53.
Berdasarkan skor persentil dari masing-masing skor hasil kemampuan
berpikir kritis siswa, dilakukan kategorisasi kemampuan berpikir kritis siswa
dengan perhitungan: skor rata-rata = 71 dengan deviasi standar = 1. Dengan
demikian batasan kategori tinggi adalah adalah rata-rata +1 Deviasi Standar = 73
ke atas, batasan kategori sedang adalah rata-rata -1 Deviasi standar = 72-1 = 71
s/d 73, batasan kategori rendah adalah rata-rata -1 deviasi standar = 72-1 = 71
kebawah. Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata hasil kemampuan berpikir
kritis siswa dikelas adalah (71) sebelum diberi perlakuan metode pembelajaran
Socrates.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
presentase agar dapat diketahui masing-masing kategori. Hasilnya, dari 28 siswa
yang belum diberi perlakuan metode pembelajaran Socrates 12 siswa (43%)
mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis rendah, 9 siswa (32%)

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
|10 Jurnal PAI Raden Fatah
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis tinggi, dan hanya 7 siswa (25%)
mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis sedang. Selanjutnya siswa yang
mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis rendah tergolong banyak yaitu
(43%). Berarti sebelum diberi perlakuan dengan menerapkan metode
pembelajaran Socrates hasil kemampuan berpikir kritis siswa tergolong rendah.
Hasil Test Skor TSR (Tinggi Sedang Rendah) Kelas Setelah Diberi Perlakuan
Hasil pengumpulan data melalui tes menunjukkan bahwa secara
kemampuan berpikir kritis kelas setelah diberi perlakuan menggunakan metode
pembelajaran Socrates tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari skor rata-rata hasil
kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 88, dengan rentan skor antara 93-60.
Berdasarkan skor persentil dari masing-masing skor hasil kemampuan
berpikir kritis siswa, dilakukan kategorisasi kemampuan berpikir kritis siswa
dengan perhitungan: skor rata-rata = 88 dengan deviasi standar = 1. Dengan
demikian batasan kategori tinggi adalah rata-rata +1 Deviasi Standar = 88 ke atas,
batasan kategori sedang adalah rata-rata – 1 Deviasi standar = 87 – 1 = 86 s/d 88,
batasan kategori rendah adalah rata-rata – 1 Deviasi standar = 87 – 1 = 86
kebawah. Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata hasil kemampuan berpikir
kritis siswa di kelas adalah 86 ke atas setelah diberi perlakuan metode
pembelajaran Socrates.
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
presentase agar dapat diketahui masing-masing kategori. Hasilnya, dari 28 siswa
yang sudah diberi perlakuan metode Socrates 16 siswa (57%) mendapatkan hasil
kemampuan berpikir kritis tinggi, 7 siswa (25%) mendapatkan hasil kemampuan
berpikir kritis sedang, dan hanya 5 orang siswa (18%) mendapatkan hasil
kemampuan berpikir kritis rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya
kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan metode pembelajaran
Socrates yang tergolong pada kategori tinggi, sebagian besar siswa (57%)
mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis tinggi. Dengan demikian siswa
yang mendapatkan hasil kemampuan berpikir kritis tinggi lebih besar
dibandingkan hasil kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberi perlakuan
dengan menggunakan metode pembelajaran Socrates yaitu (18%). Berarti dengan
menerapkan metode pembelajaran Socrates hasil kemampuan berpikir kritis siswa

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
Jurnal PAI Raden Fatah |11
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan kelas sebelum diterapkan metode


pembelajaran Socrates.
Perbedaan Hasil Kelas Kemampuan Berpikir Kritis Sebelum Diberi Perlakuan
Dan Sesudah Diberi perlakuan
Ditinjau dari hasil mean rata-rata, skor hasil kemampuan berpikir kritis
siswa, diketahui bahwa rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
diberi perlakuan penerapan metode pembelajaran Socrates yaitu (71) lebih rendah
dibandingkan dengan skor rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis siswa dikelas
setelah diberi perlakuan metode pembelajaran Socrates yaitu (88). Hasil uji-t
terhadap perbedaan skor hasil kemampuan berpikir kritis siswa dikelas sebelim
diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan diperoleh harga t hitung = 8,92 lebih
besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikan 5% maupun 1% t tabel = 2,77 dan
2,05. Maka didapat 8,92>2,77 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian terlihat perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan berpikir
kritis siswa sebelum diberi perlakuan metode pembelajaran Socrates dibanding
hasil kemampuan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan metode
pembelajaran Socrates. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan
metode pembelajaran Socrates dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas VIII di SMP IBA Palembang.

KESIMPULAN
Hasil belajar siswa pada tahap pre-test atau sebelum metode pembelajaran
socrates, menunjukkan siswa yang mendapat nilai tertinggi sebanyak 9 orang
9
siswa dengan prsentase x 100=¿ 32%, siswa yang mendapat nilai sedang
28
7
x 100=¿ 25%, dan siswa yang mendapat nilai rendah sebanyak 12 orang siswa
28
12
x 100=¿ 43%.
28
Kemampuan berpikir kritis siswa pada tahap post-test mendapat skor
16
tertinggi terdapat 16 orang siswa dengan presentase x 100=57 %, nilai sedang
28
7
7 orang siswa dengan prsentase x 100=25 %, dan nilai rendah dengan
28

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
|12 Jurnal PAI Raden Fatah
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

5
presentase x 100=18 %. Hal ini berarti, Pengaruh Penerapan Metode
28
Pembelajaran Socrates dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas VIII.2 di SMP IBA Palembang dikategorikan BAIK.
Adanya pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa kelas VIII.2 di SMP IBA Palembang. Dilihat dari thitug 8,92 yang lebih
besar dari tt.ts 5% = 2,05 dan tt.ts.1% = 2,77

DAFTAR PUSTAKA

Aqib dan Ali Murtadlo, Zainal. Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif &
Inovatif. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, 2016.

Direktorat Jendral Pendidikan Islam. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan


Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI,
2007.
Faipri Selegi, Susanti. Statistika. Palembang: Noer Fikri Offset, 2013.

Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gelora Aksara


Pratama, 2017.

Putra Pratama, Irja dan Zulhijra. “Reformasi Pendidikan Islam Di Indonesia,”


Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no.2 (2019): 117 - 127.

Rizkia Pertiwi, Bias. “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Metode


Socrates,” Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling 3, no. 7
(2017): 269 - 277.

Rusmaini. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press, 2014.

Saidah. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.

Syarnubi. “Profesionalisme Guru Pendidkan Agama Islam dalam Membentuk


Religiusitas Siswa Kelas IV Di SDN 2 Pengarayan,” Tadrib: Jurnal
Pendidikan Agama Islam 5, no. 1 (2019): 87 - 103.

Yuniarti, Tina. Metode Socrates Dalam Pembelajaran Berpikir Kritis Aplikasi


Dalam Matematika. Yogyakarta: Media Akademi, 2016.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf
Jurnal PAI Raden Fatah |13
Vol. , No. (Desember 2019): 1-11

Wahab, Rohmalia. Psikologi Belajar. Palembang: Grafika Telindo Press, 2015.

P-ISSN 2656-1549 and E-ISSN 2656-0712


http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/pairf

Anda mungkin juga menyukai