8/Okt/2017
67
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017
68
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017
liter Rp.20.000,- untuk premium dan berjumlah 92 pulau yang tersebar di 20 provinsi
Rp.15.000,- untuk minyak tanah. Mahalnya dan 36 kabupaten.
BBM ini karena kapal angkut antar pulau tipe Pulau-pulau terluar yang perIu mendapat
perintis seringkali terlambat melayani rute perhatian khusus ada 12 pulau yang tersebar di
pelayaran dari dan ke pulau tersebut. tujuh provinsi dan sembilan kabupaten.
Permasalahan lainnya berupa sarana Keberadaan pulau-pulau itu masih digarap
telekomunikasi berupa jaringan internet tidak secara sektoral dan belum menjadi prioritas
optimal karena arus signal tidak ada sama sekali bagi pemerintah. Selain itu, infrastruktur
sehingga mempersulit media komunikasi dan pendukung dan anggaran untuk
interaksi.(Harian Komentar, Politik dan pengelolaannyapun masih minim. Pulau terluar
Pemerintah, Sabtu, 12 september 2015). juga tidak dibangun oleh pemerintah daerah
Pulau Marore merupakan pulau terluar karena tidak menyumbang pendapatan asli
Indonesia yang terletak di Laut Sulawesi dan daerah (PAD) secara langsung. Kebijakan
berbatasan dengan Negara Filipina. Pulau pembangunan masih cenderung inward looking
Marore ini merupakan bagian dari wilayah sehingga pulau terluar hanya menjadi halaman
pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, belakang. Oleh karena itu, dengan Perpres No.
provinsi Sulawesi Utara. Pulau ini berada di 78 Tahun 2005 yang dikeluarkan pada 29
sebelah utara dari Pulau Sangihe dengan Desember 2005 itu, pengelolaan pulau-pulau
koordinat 4° 44′14″ LU, 125° 28′42″ BT. Marore terluar akan dilakukan lintas sektoral serta
dikenal sebagai Border Crossing dengan negara melibatkan koordinasi pusat dan daerah.
Filipina, sehingga diperlukan kesiapan pos Dengan begitu, diharapkan keberadaan pulau-
penjagaan dari pihak TNI/Polri. pulau terluar tidak lagi menjadi daerah yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rawan sengketa dengan negara lain. Oleh
pengaturan kawasan pulau-pulau terluar karena itu antara wilayah negara yang satu
menurut hukum positif harus selaras dengan dengan wilayah negara yang lainnya haruslah
Undang-Undang (UU) No. 25 tahun 2004 tegas batas-batasnya. Pengertian batas ini
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan muncul karena wilayah negara tersebut
Nasional, UU No. 17 Tahun 2007 tentang senantiasa bersambung atau berdampingan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dengan wilayah dengan kedaulatan atau
Nasional (RPJPN) 2005—2025 yang yurisdiksi yang berbeda. (Wila, 2006)
mengamanatkan bahwa aspek spasial haruslah Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5
diintegrasikan ke dalam kerangka perencanaan Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
pembangunan, dan juga dalam UU No. 26 Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang 2010-2014, Bab IX menentukan bahwa Wilayah
mengamanatkan pentingnya integrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
keterpaduan antara Rencana Pembangunan merupakan kesatuan wadah yang meliputi
dengan Rencana Tata Ruang di semua tingkatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, dan
pemerintahan. Untuk menghindari terjadinya berupa negara kepulauan yang luas dan terdiri
disintegrasi, maka diperlukan pemenuhan hak- dari belasan ribu pulau besar dan kecil yang
hak kultural, ekonomi, sosial dan keamanan terbentang dari Sabang hingga Merauke yang
masyarakat di kawasan pulau-pulau terluar menjadikan Indonesia memiliki nilai strategis.
perbatasan Indonesia-Filipina. Letaknya yang berada di antara dua lempeng
yaitu lempeng Australia dan Eurasia juga
B. Pulau-pulau Terluar sebagai Titik Dasar menjadikan Indonesia memiliki kerentanan
Batas Perairan akan bencana. Selain itu, Indonesia memiliki
Keberadaan pulau-pulau terluar dinilai keberagaman yang tinggi antarwilayah seperti
sangat penting dalam menentukan titik dasar keberagaman dalam kualitas dan kuantitas
batas perairan. Namun karena letaknya yang sumber daya alam, kondisi geografi dan
terpencil, pulau-pulau terluar banyak tidak demografi, agama, serta kehidupan sosial
berpenghuni dan tidak dimanfaatkan secara budaya dan ekonomi, sehingga dalam
maksimal. Pulau terluar di Indonesia saat ini penyelenggaraan pembangunan nasional harus
memperhatikan dimensi kewilayahan tersebut.
69
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017
Pentingnya aspek kewilayahan dalam perairan 3.205.908 km2, laut teritorial 300.000
pembangunan nasional di Indonesia km2, perairan kepulauan 2.905.743 km2, Zona
diisyaratkan dalam UU No. 17 Tahun 2007 Ekonomi Eksklusif 2.707.092 km2, Panjang garis
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang pantai 81.290 km2. (Agoes, 2003) Dasar
Nasional (RPJPN) 2005—2025 yang pertimbangan dari putusan Mahkamah
mengamanatkan bahwa aspek spasial haruslah Internasional sehingga dua pulau tersebut
diintegrasikan ke dalam kerangka perencanaan menjadi bagian kedaulatan Negara Malaysia
pembangunan, dan juga dalam UU No. 26 antara lain asas effective occupation.
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang (http://id.scribd.com/doc/ 13 Juli 2014)
mengamanatkan pentingnya integrasi dan Berkaitan dengan pulau-pulau terluar NKRI,
keterpaduan antara Rencana Pembangunan menurut Danar Widiyanti, dari 67 pulau yang
dengan Rencana Tata Ruang di semua tingkatan berbatasan langsung dengan Negara tetangga,
pemerintahan. 10 pulau diantaranya perlu mendapat perhatian
Dalam tahap kedua RPJPN diamanatkan khusus, karena terletak di perbatasan
bahwa Rencana Pembangunan Jangka terluar.(https://docs.google.com/MAKALAH,
Menengah Nasional (RPJMN) 2010—2014 diakses, 23 Januari 2012) Perhatian khusus
ditujukan untuk memantapkan penataan tersebut seperti pelaksanaan dari konstitusi
kembali NKRI, meningkatkan kualitas sumber Negara atau peraturan perundang-undangan
daya manusia (SDM), membangun kemampuan ataupun regulasi terkait jaminan terhadap hak-
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan hak kultural, sosial, ekonomi dan kesejahteraan
memperkuat daya saing perekonomian. Dalam masyarakat. Kesepuluh pulau tersebut antara
bidang wilayah dan tata ruang hal ini ditandai lain pulau Pulau Marore dan Pulau Miangas di
oleh terwujudnya kehidupan bangsa yang lebih Provinsi Sulawesi Utara, yang berbatasan
demokratis yang diindikasikan dengan langsung dengan wilayah Negara Filipina.
membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan Acuan dasar konstitusi menyangkut hak-hak
otonomi daerah; kualitas pelayanan publik yang masyarakat tercantum di dalam Pembukaan
lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel Undang-Undang Dasar 1945. Alinea IV
makin meningkat dengan terpenuhinya standar Pembukaan UUD 1945 menyebutkan
pelayanan minimal (SPM) di semua tingkatan “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk
pemerintahan; kesejahteraan rakyat terus suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
meningkat yang ditunjukkan oleh membaiknya melindungi segenap bangsa Indonesia dan
berbagai indikator pembangunan, menurunnya seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
kesenjangan kesejahteraan antar individu, memajukan kesejahteraan umum,
antar kelompok masyarakat dan antar daerah, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
dipercepatnya pengembangan pusat-pusat melaksanakan ketertiban dunia yang
pertumbuhan potensial di luar Jawa. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial”. Amanat tersebut
C. Putusan Mahkamah Internasional No.102 dirumuskan lebih lanjut dalam Undang-Undang
Tahun 2002 (UU) No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Putusan Mahkamah Internasional No.102 Perencanaan Pembangunan Nasional, yang
Tertanggal 17 Desember 2002 dalam Sengketa antara lain berisi landasan Rencana
Kedaulatan Atas Pulau Ligitan dan Pulau Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Sipadan antara Indonesia v Malaysia telah (RPJMN) yang merupakan tahapan pencapaian
menjadi pelajaran buruk bagi keutuhan wilayah visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Nasional (RPJPN) 2005-2025.
berkenaan dengan kekalahan lepasnya dua
pulau yang sebenarnya berada di dalam D. Kawasan Pulau-Pulau Terluar di Perbatasan
lingkungan wilayah teritorial Indonesia. Indonesia
Kini kondisi setelah lepasnya dua pulau di Keberadaan pulau-pulau terluar dinilai
atas, maka wilayah kepulauan NKRI berjumlah sangat penting dalam menentukan titik dasar
17.508 pulau terdiri dari pulau bernama 5.707, batas perairan. Namun karena letaknya yang
pulau tidak bernama 11.801, dengan luas terpencil, pulau-pulau terluar banyak tidak
70
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017
berpenghuni dan tidak dimanfaatkan secara budaya dan ekonomi, sehingga dalam
maksimal. Pulau terluar di Indonesia saat ini penyelenggaraan pembangunan nasional harus
berjumlah 92 pulau yang tersebar di 20 provinsi memperhatikan dimensi kewilayahan tersebut.
dan 36 kabupaten. Pulau-pulau terluar yang Pentingnya aspek kewilayahan dalam
perIu mendapat perhatian khusus ada 12 pulau pembangunan nasional di Indonesia
yang tersebar di tujuh provinsi dan sembilan diisyaratkan dalam UU No. 17 Tahun 2007
kabupaten. Keberadaan pulau-pulau itu masih tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
digarap secara sektoral dan belum menjadi Nasional (RPJPN) 2005—2025 yang
prioritas bagi pemerintah. Selain itu, mengamanatkan bahwa aspek spasial haruslah
infrastruktur pendukung dan anggaran untuk diintegrasikan ke dalam kerangka perencanaan
pengelolaannyapun masih minim. Pulau terluar pembangunan, dan juga dalam UU No. 26
juga tidak dibangun oleh pemerintah daerah Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
karena tidak menyumbang pendapatan asli mengamanatkan pentingnya integrasi dan
daerah (PAD) secara langsung. Kebijakan keterpaduan antara Rencana Pembangunan
pembangunan masih cenderung inward looking dengan Rencana Tata Ruang di semua tingkatan
sehingga pulau terluar hanya menjadi halaman pemerintahan. Dalam tahap kedua RPJPN
belakang. Oleh karena itu, dengan Perpres No. diamanatkan bahwa Rencana Pembangunan
78 Tahun 2005 yang dikeluarkan pada 29 Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010—
Desember 2005 itu, pengelolaan pulau-pulau 2014 ditujukan untuk memantapkan penataan
terluar akan dilakukan lintas sektoral serta kembali NKRI, meningkatkan kualitas sumber
melibatkan koordinasi pusat dan daerah. daya manusia (SDM), membangun kemampuan
Dengan begitu, diharapkan keberadaan pulau- ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan
pulau terluar tidak lagi menjadi daerah yang memperkuat daya saing perekonomian. Dalam
rawan sengketa dengan Negara lain. Oleh bidang wilayah dan tata ruang hal ini ditandai
karena itu antara wilayah Negara yang satu oleh terwujudnya kehidupan bangsa yang lebih
dengan wilayah Negara yang lainnya haruslah demokratis yang diindikasikan dengan
tegas batas-batasnya. Pengertian batas ini membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan
muncul karena wilayah Negara tersebut otonomi daerah; kualitas pelayanan publik yang
senantiasa bersambung atau berdampingan lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel
dengan wilayah dengan kedaulatan atau makin meningkat dengan terpenuhinya standar
yurisdiksi yang berbeda. (Wila, 2006) pelayanan minimal (SPM) di semua tingkatan
pemerintahan; kesejahteraan rakyat terus
E. Wilayah dan Tata Ruang meningkat yang ditunjukkan oleh membaiknya
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5 berbagai indikator pembangunan, menurunnya
Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan kesenjangan kesejahteraan antar individu,
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun antar kelompok masyarakat dan antar daerah,
2010-2014, Bab IX menentukan bahwa Wilayah dipercepatnya pengembangan pusat-pusat
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pertumbuhan potensial di luar Jawa;
merupakan kesatuan wadah yang meliputi mantapnya kelembagaan dan kapasitas
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, dan antisipatif serta penanggulangan bencana di
berupa Negara kepulauan yang luas dan terdiri setiap tingkatan pemerintahan; dan
dari belasan ribu pulau besar dan kecil yang meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang
terbentang dari Sabang hingga Merauke yang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan
menjadikan Indonesia memiliki nilai strategis. mengintegrasikannya ke dalam dokumen
Letaknya yang berada di antara dua lempeng perencanaan pembangunan terkait dan
yaitu lempeng Australia dan Eurasia juga penegakan peraturan dalam rangka
menjadikan Indonesia memiliki kerentanan pengendalian pemanfaatan ruang.
akan bencana. Selain itu, Indonesia memiliki
keberagaman yang tinggi antarwilayah seperti F. Persetujuan Batas Zona Ekonomi Eksklusif
keberagaman dalam kualitas dan kuantitas antara Indonesia dan Filipina
sumber daya alam, kondisi geografi dan Penetapan garis batas Zona Ekonomi
demografi, agama, serta kehidupan sosial Eksklusif antara negara Republik Indonesia dan
71
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017
negara Republik Filipina serta untuk mengamanatkan bahwa aspek spasial haruslah
memperkuat dan meningkatkan hubungan diintegrasikan ke dalam kerangka perencanaan
persahabatan antara kedua negara, pada pembangunan, dan juga dalam UU No. 26
tanggal 23 Mei 2014 di Manila, Filipina telah Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
ditandatangani Persetujuan antara Pemerintah mengamanatkan pentingnya integrasi dan
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik keterpaduan antara Rencana Pembangunan
Filipina mengenai Penetapan Batas Zona dengan Rencana Tata Ruang di semua tingkatan
Ekonomi Eksklusif.3 pemerintahan.
Pengaturan penetapan dan penegasan
G. Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif Pulau-pulau Terluar di kawasan perbatasan
antara Indonesia dan Filipina melalui UU antara Indonesia dengan Filipina, telah
No.4 Tahun 2017 didahului dengan persetujuan bilateral garis
Undang-undang No.4 Tahun 2017 tentang batas Zona Ekonomi Eksklusif kedua negara
Pengesahan antara Pemerintah Republik pada tanggal 23 Mei 2014 di Manila.
Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina Persetujuan bilateral tersebut kemudian
mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui
Eksklusif, 2014, merupakan implementasi hak Undang-undang No.4 Tahun 2017 tentang
berdaulat sebuah negara kepulauan untuk Pengesahan antara Pemerintah Republik
menetapkan garis batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina
yang dijadikan landasan melakukan mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi
pengaturan, pengamanan, dan pengelolaan Eksklusif, 2014. Persetujuan bilateral maupun
wilayah perairan Indonesia.4 Undang-undang No.4 Tahun 2017 tersebut
UU tersebut di atas, didasarkan atas berimplikasi pada penetapan dan penegasan
pertimbangan ketentuan Konvensi Hukum Laut batas pulau-pulau terluar khususnya di kawasan
Internasional UNCLOS, 1982 yang diratifikasi pulau-pulau terluar Provinsi Sulawesi Utara.
dengan UU No.17 Tahun 1985 dan UU No.43 Persetujuan internasional dan ratifikasi melalui
Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, yang UU negara Indonesia di atas dapat dijadikan
mewajibkan Indonesia untuk menetapkan batas dasar mekanisme penyelesaian batas-batas
maritimnya melalui perundingan.5 maritim lainnya seperti Laut Teritorial, Zona
Tim peneliti mengupayakan penelusuran Tambahan dan Landas Kontinen, termasuk
informasi dokumentasi menyangkut profil legitimasi keabsahan pulau-pulau terluar
kawasan perbatasan Negara Filipina melalui Indonesia.
internet dan sarana-sarana lainnya.
B. Saran
KESIMPULAN DAN SARAN Perlunya pemerintah Indonesia
A. Kesimpulan mengimplementasikan UU No.4 Tahun 2017
Rezim Hukum dalam Pengaturan Wilayah melalui kegiatan sosialisasi, diseminasi dan
Perbatasan Negara merujuk pada Putusan kegiatan lainnya dengan tujuan untuk
Arbiter Internasional Max Huber tentang Island penguatan UU dimaksud.
of Palmas Case yang merupakan sumber hukum
penting bagi penegasan wilayah perbatasan DAFTAR PUSTAKA
negara Indonesia. Rezim hukum kewilayahan Buku Teks :
dalam pembangunan nasional di Indonesia juga Agoes Etty R., Kebijakan dan Strategi
diisyaratkan dalam UU No. 17 Tahun 2007 Pembangunan Kelautan dan Perikanan
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Dalam Mengisi Wawasan Nusantara,
Nasional (RPJPN) 2005—2025 yang Jurnal Hukum dan Pembangunan, No.1
Tahun XXXIII, Januari-Maret 2003.
Kusumaatmadja Mochtar dan Etty R. Agoes,
3
Undang-undang No.4 Tahun 2017 tentang Pengesahan Pengantar Hukum Internasional, Pusat
antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah
Studi Wawasan Nusantara, Hukum dan
Republik Filipina mengenai Penetapan Batas Zona
Ekonomi Eksklusif, 2014 Pembangunan, PT.Alumni, Bandung,
4
Ibid 2003
5
Ibid
72
Lex Et Societatis Vol. V/No. 8/Okt/2017
Kamus :
Black Henry Campball, Black’s Law Dictionary
Jurnal :
Jurnal Hukum dan Pembangunan, Nomor 1
Tahun XXXIII Maret 2003
Harian Umum :
Harian Komentar, Politik dan Pemerintah,
Sabtu, 12 september 2015
Web.Site :
http://tyokronisilicus.wordpress.com/2011/12/
15/kasus-sengketa-pulau-sipadan-ligitan-
antara-indonesia-malaysia-dalam-icj/,
diakses, Senin, 23 Januari 2012
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang (UU) No. 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional,
UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005—2025
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
UU No.4 Tahun 2017 tentang Pengesahan
antara Pemerintah Republik Indonesia
dan Pemerintah Republik Filipina
mengenai Penetapan Batas Zona
Ekonomi Eksklusif, 2014.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5
Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014
73