PDF Makalah Sunan Gresik
PDF Makalah Sunan Gresik
Disusun oleh :
Tika Santika Wahyuni
Siti Aliyah
Elsa Nurhasanah
Kelas IX E
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
3. Wafat
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui asal keturunan Sunan Gresik
2. Untuk mengetahui penyebaran agama
3. Untuk mengetahui Wafatnya Sunan Gresik
BAB II
PEMBAHASAN
di D e s a L e ra n d i J an g ' g a la“ .
N a m u n d e m i k ia n , k emungkinan pendapat yang
terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima
tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang
mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.
Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia
pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui
jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far
ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-
Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-
Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih,
Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah
Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik
Ibrahim.
keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-
tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama
yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di
tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.
Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak,
selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan
perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada
saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang
asing termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan
perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim
membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka
agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi
orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-
abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai
berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan
setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi
Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri.
Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa
dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti
jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut
dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam.
Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat
di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan
perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya.
Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri
raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih
kerabat istrinya.
2.5 Wafat
Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama
di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat
di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah
sebagai berikut:
Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat
pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang
Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para Sultan
dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid
penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan
kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga
menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822
Hijriah. Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan
Malik Ibrahim.
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi
Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.
Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan
Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan
Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia,
bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana
Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu
Nabi Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang
Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri
raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal
dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa
cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik
Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa
orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang
masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang,
adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang
3.1 Kesimpulan
Secara umum dapat disebutkan bahwa para pembawa agama Islam
pertama kali ke wilayah Nusantara-Indonesia adalah para pedagang dan
Muballigh dari Arab, Persia dan India. Mereka mengunjungi daerah-daerah
pesisir nusantara yang berhubungan langsung dengan bandar-bandar
perdagangan internasional. Aceh dengan kerajaan Perlak dan Pasai telah
menjadi penyangga penyebaran Islam yang utama ke wilayah lainnya di
Nusantara. Sebab ditemukan laporan bahwa hampir seluruh ulama yang
menyebarkan Islam ke daerah lain adalah berasal atau paling tidak berguru ke
kepada ulama yang ada di kedua kerajaan tersebut. Setidaknya hingga
pertengahan abad ke 15, umat Islam bukan saja telah menyebar luas
keseluruh kepuluan Indonesia, bahkan secara sosial telah muncul menjadi
agen perubahan sejarah yang penting.
Islam dengan demikian menyediakan “cetak biru untuk organisasi
politico-ekonomi”, dan dengan ini sedang dipersiapkan jalan bagi terjadinya
proses-proses perubahan struktural baru dari system agraris-patrimonial
kearah persamaan dan pertumbuhan ekonomi atau “kapitalisme-politik”. Dari
cetak biru politico-ekonomi inilah, Islam menyentuh kalangan menengah
pedagang pribumi memeluk agama Islam untuk berpartisipasi dalam
komunitas moral perdagangan Muslim Internasional. Melalui Malaka yang
sejak ahir abad ke 14 telah berkembang menjadi “entrepot-state” (Negara
penyalur perdagangan lintas laut).
Dengan demikian hubungan perdagangan antar pulau di wilayah
Nusantara semakin terbuka. Dan itu berarti memperluas jangkauan dakwah
dan penyebaran Agama Islam. Para ulama — yang nota bene adalah para Sayid
keturunan Rasulullah — yang sebagiannya menjadi Sultan atau paling tidak
menjadi anggota keluarga kerajaan karena perkawinan dengan kerabat para
raja menajdi leluasa dalam menyebarkan Islam. Hal inilah yang mempercepat
proses islamisasi di wilayah kepulauan Nusantara-Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http:IIid.wikipedia.orgIwikiISunanJGresik http:IIduniakumtsmanusaja.blogspot.comIpIsejarah-sunan