Anda di halaman 1dari 87

BIAYA OPERASIONAL ALAT DAN

MESIN PENGOLAH TANAH

AGRIBISNIS
Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Palembang
V. PERHITUNGAN BESARNYA BIAYA
OPERASIONAL ALAT DAN MESIN PENGOLAH
TANAH

Besarnya biaya operasional alat dan


mesin, diperhitungkan dari besarnya biaya
tetap (fixed cost) dan biaya kerja (variabel
cost), biaya tetap berdiri dari penyusutan,
bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan
dan gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja perbaikan dan
gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja terdiri dari bahan
bakar, minyak pelumas, grease, upah
operator dan upah tenaga pembantu
operator serta biaya untuk pembelian ban.
Cara perhitungan untuk mendapatkan biaya
operasional alat dan mesin pertanian per
tahun adalah sebagai berikut :
1. Biaya tetap pertahun
a.Penyusutan = (P-S)/N
Dimana :
P = harga pembelian mesin (Rp)
S = harga akhir, (Rp) (10% dari harga
pembelian, RNAM 1979)
N = umur ekonomis (tahun)
b. Bunga modal = r/100 x (P +
S/2 Dimana :
r = tingkat bunga modal, (%) (besarnya
12%, RNAM 1979)
c. Pemeliharaan dan perbaikan = m/100 x P
Dimana ;
m = nilai pemeliharaan dan perbaikan, (%)
(besarnya 5%, RNAM 1970)
d. Gudang : (h/100) x p
Dimana :
h = Nilai gudang (%) (besarnya 0,5%, RNAM
1979)
e. Pajak dan asuransi
Pajak = (i/100) x ((P+S)/2)
Asuransi = (t/100) x p
Dimana :
i = nilai pajak, (%)
t = nilai asuransi, (%) (tergantung kondisi
lokal)
Total biaya tetap per tahun = a+b+c+d+e=A
(Rp/tahun)
2. Biaya kerja per tahun

0,20 lt
a. Bahan bakar = x Pm x Wt x Fp
HP  jam

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
Pm = daya meter (HP)
Wt = jam kerja per tahun, (jam/tahun)
Fp = harga bahan bakar per liter (Rp/liter)
.
b. Minyak pelumas = HP - 100 jam
x Pm x Wt x Op

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
OP = harga minyak pelumas per liter
(Rp/liter)
c. Grease : 60% x dari minyak pelumas
(Donnel Hunt, 1979)
d. Operator = Wt x Wop
Dimana :
Wop = upah operator per jam (Rp/jam)
e. Tenaga pembantu operator = Wt x W1
Dimana :
W1 = upah tenaga pembantu operator per
jam (Rp/jam)
x Tp xWt
f. Ban =
Nt
Dimana :
n = jumlah ban (buah)
Tp = harga ban per buah (Rp/buah)
Nt = umur pakai ban, (jam)
Total biaya kerja per tahun
= a + b + c + d + e + f = B (Rp/tahun)

Jadi total biaya operasional mesin pertahuan


= (A + B), (Rp/tahun)
Besarnya biaya operasional mesin per jam
adalah
= (A  B) , (Rp/jam)
Wt

Sedang besarnyanya biaya operasional per


satuan luas

= (A  B)/Wt , (Rp/ha)
Wt

Dimana :
Ka = kapasitas kerja aktual, (ha/jam)
Perlu diperhatikan bahwa dalam
menentukan biaya kreja yang berkaitan
dengan biaya bahan bakar, minyak
pelumas dan grease sebaiknya
diperhitungkan atas dasar hasil pengujian
langsung.
II. MACAM-MACAM ALAT DAN MESIN
PENGOLAH TANAH

1. Alat dan mesin pengolahan tanah


pertama (primary tillage equipment),
yang digunakan untuk melakukan
kegiatan pengolahan tanah pertama.
Peralatan pengolahan tanah ini biasanya
berupa bajak (plow) dengan segala
jenisnya
2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua
(secondary tillage equipment), yang
digunakan untuk melakukan pengolahan
tanah kedua. Peralatan pengolah tanah
ini biasanya berupa garu (harrow) dengan
segala jenisnya.
2.1. Bajak (Plow)
Bajak merupakan alat pertanian yang paling
tua, telah dipergunakan sejak 600 tahun SM
di Egypt. Pada awal mulanya bajak
sepenuhnya ditarik oleh tangan manusia,
dengan bentuk yang sangat sederhana.
Kemudian Thomas Jefferson merancang
secara istimewa dengan prinsip perhitungan
matematika. Untuk pertama kalinya alat
pengolah tanah ini dibuat dari kayu
kemudian dari besi tuang sebagai bahan
utamanya, selanjutnya dibuat dari baja
Banyak dijumpai berbagai bentuk
rancangan bajak, hal ini pada umumnya
dimaksudkan untuk dapat memperoleh
penyesuaian antara tujuan pengolahan
tanah dengan peralatan yang di
pergunakan. Berdasarkan bentuk dan
kegunaannya, secara garis besar bajak
dibedakan atas beberapa jenis, yaitu :
• Bajak singkal (moldboard plow)
• Bajak piringan (disk plow)
• Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)
• Bajak pahat (chisel plow)
• Bajak tanah bawah (subsoil plow)
2.1.1. Bajak singkal (moldboard plow)
Sering dijumpai berbagai bentuk
rancangan bajak singkal, hal ini
dimaksudkan untuk dapat memperoleh
penyesuaian antara kondisi tanah dengan
tujuan pembajakan. Aneka raga
rancangan yang dijumpai selain m
bentuk mata bajak, juga pada
perlengkapannya. Mata bajak adalah
bagian
bagian dari bajak yang berfungsi
aktif untuk mengolah tanah.
Bajak singkal secara umum dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
• Bajak singkal satu arah (one way
modlboard plow), adalah jenis bajak
singkal dimana pada waktu mengerjakan
pengolahan tanah akan melempar dan
membalik tanah hanya dalam satu arah.
Lemparan atau pembalikan tanahnya
biasanya dilakukan kearah kanan.
• Bajak singkal dua arah (two way/
reversible moldboard plow), adalah jenis
bajak singkal pada waktu mengerjakan
pengolahan tanah, arah pelemparan atau
pembalikan tanahnya dapat diukur dua
arah, yaitu kearah kiri mauun kearah
kanan. Jenis bajak ini mempunyai mata
bajak yang kedudukkannya dirancang
untuk dapat diputar kekanan ataupun
kekiri dengan cepat, sesuai dengan arah
pelemparan ataupun pembalikan tanah
yang dikehendaki.
Akan menghasilkan pembalikan yang
seragam untuk seluruh petak tanah yang
diolah, praktis untuk pengolah tanah sistim
kontur, dari hasil kerjanya tidak akan
berbentuk alut mati (dead furrow) ataupun
alur punggung (back furrow), sehingga
pembajakan dapat teratur rata.
Bagian-bagian bajak singka
Bagian bajak singkal yang untuk
efektif mengolah tanah
• terdiri
Pisau atas :
bajak (share) berfungsi untuk
memotong tanah secara horizontal. Oleh
karenya biasanya bajak ini terbuat dari
logam yang berbentuk tajam.
• Singkal (moldboar), berfungsi untuk
mengangkat menghancurkan dan
membalik tanah yang telah dipotong oleh
pisau bajak.
• Penstabil bajak (land side), berfungsi
untuk mempertahankan gerakan maju
bajak tetap lurus. Dengan jalan menahan
atau mengimbangi gaya kesamping yang
diterima oleh bajak singkal, pada waktu
bajak tersebut digunakan untuk
memotong dan membalik tanah.
Bagian penstabil bajak ini akan selalu
bergerak sejajar dan menempel pada
dinding alur pembajak.
Untuk penyempurnaan hasil kerjanya,
disamping bagian-bagian utama diatas, bajak
singkal sering dilengkapi dengan perlengkapan
tambahan, antara lain adalah :
• Roda alur penstabil (furrow wheel), berfunsgi
sebagai pembantu alas penstabil bajak dalam
menjaga kestabilan pembajakan.
• Rada dukung (land whell), berfungsi untuk
mengatur kedalam pembajak. Dnegan alat ini
diharapkan pengolahan tanah dapat dilakukan
dengan kedalaman yang relatif kosntan
• Kolter, berfungsi untuk memotong seresah dan
memotong tanah kearah vertikal. Dengan alat
ini diharapkan kerja pembalikan tanah akan
lebih ringan. Kolter biasanya dipasang didepan
bajak dan terletak sedikit diatas mata bajak
• Jointer, berfungsi untuk
memungkinkan penutupan seresah
lebih sempurna dalam pembajakan.
Alat ini bentuknya menyerupai bajak
singkal namun dnegan ukuran yang
lebih kecil. Dalam pemasangan
umumnya berada diatas pisau bajak,
kearah tanah yang belum dibajak
dengan kedalaman kerja lebih kurang
5 cm. dengan alat ini rumput-rumput
atau seresah sebelum dibalik, struktur
akar sudah rusak/ dipotong, sehingga
pada waktu tertimbun tanah tidak ada
kemungkinan untuk menembus tanah
dan tumbuh kembali.
• Kerangka (beam) seluruh bagian-bagian
bajak diatas pada penggunannya
dipasang pada kerangka yang kuat. Pada
kerangka ini pula terpasang titik
penggandengan bajak. Pada titik-titik
penggandengan ini bajak dapat
dirangkaikan dengan sumber daya
penariknya.
2.1.2. Piringan (Disk Plow)
Adanya kelemahan-kelemahan bajak
singkal orang menciptakan bajak piringan.
Bajak piringan cocok untuk bakerja pada :
Tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering
dimana bajak singkal tidak dapat masuk ;
Tanah-tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa
akar ; Tanah gambut ; serta untuk pembajakan
tanah yang barat.
Namun penggunaan bajak piringan ini untuk
pengolahan tanah ada juga kelemahannya
antara lain : Tidak dapat menutup seresah
dengan baik ; Bekas pembajakan tidak dapat
batul-betul rata ; Dan hasil pengolahan
tanahnya masih berbongkah-bongkah, tetapi
untuk lahan yang erosinya besar hal ini
justru dianggap menguntungkan.
Jenis jak pirinqan (Disk plow)
Berdasarkan tempat kedudukan dan
susupan piringannya bajak piringan secara
garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu
• Bajak piringan standard
Pada jenis bajak ini masing-masing
piringan mempunyai poros tersendiri
terpisah antara piringan satu dengan
piringan yang lain.
• Bajak jaringan vertikal
Untuk jenis bajak piringan ini masing-
masing piringan dirangkai dalam satu
poros.
Namun di sarnping cara penggolongan di
atas, seperti pada bajak singkai, berdasarkan
atas arah pembalikan pengolahan tanahnya,
bajak piringan juga dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu
• a. Bajak piringan satu arah (One disk plow)
• b. Eajak piringan dua arah (Two
way/reversible disk plow)
2.1.5. Bajak tanah bawah (sub soil plow)
Bajak tanah bawah termasuk di dalam
jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi
yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak
banyak berbeda dengan bajak pahat,
namun dipergunakan untuk pengerjaan
tanah dengan kadalaman yang lebih dalam
yaitu mencapai kedalaman sekitar (50-90)
cm
2.2. Garu (harrow)
Tanah setelah dibajak pada pangolahan
tanah pertama, pada unumnya masih
merupakan bongkah-bongkah tanah yang
cukup besar, maka untuk lebih
menghancurkan dan meratakan permukaan
tanah yang terolah dilakukan pengolahan
tanah kedua.
Alat dan mesin pertanian yang digunakan
untuk melakukan pangolahan tanah kedua
adalah alat pengolah tanah jenis
(harrow).
garu Penggunaan garu sebagai
perolahan pengolah tanah kedua, selain
bertujuan untuk lebih menghancurkan dan
meratakan permukaan tanah hingga lebih
baik untuk perturnbuhan benih
tanaman,
maupun juga bertujua untuk
mengawetkan lengas
n tanah dan
meningkatkan kandungan unsur hara pada
tanah dengan jalan lebih menghancurkan
sisa-sisa tanaman dan mencampurnya
dengan tanah.
Macarn—macam garu yang digunakan
untuk pengolahan tanah kedua adalah :
Garu piringan (disk harrow) ; garu bergigi
paku (spikes tcoth harrow) ; garu bergigi
per (springs tcoth harrow) ; dan garu-garu
untuk pekerjaan khusus (special harrow).
2.2.1. Garu piringan (disk—harrow)
Pada prinsipnya peralata.n pengolah tanah
ini hampir menyerupai bajak piringan,
khususnya bajak piringan vertikal.
Perbedaannya hanya terletak pada ukuran,
kecekungan dan jumlah piringannya
Garu piringan mempunyai ukuran dan
kecekungan piringan yang lebih kecil
dibandingkan dengan bajak, hal ini
disebabkan pengolahan, tanah kedua
dilakukan lebih dangkal dan tidak
diperlukan pembalikan tanah yang efektif
seperti pengolahan tanah pertama.
Salanjutnya. karena draft penggaruan lebih
kecil dan draft pembajakan, maka dengan
basar daya penarikan yang sama, lebar
kerja garu akan lebih besar dibandingkan
dengan lebar kerja bajak, dengan demikian
jumlah piringan garu piringan dengan
sendirinya akan lebih banyak dibandingkan
dengan bajak piringan
III. PRHTIUNGN KEBUTUHAN DAYA DALAM
PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN PENGOLAH
TANAH

Untuk kegiatan pangolahan tanah yang


dilakukan secara mekanis, traktor pada
umumnya merupakan daya penggerak
utama (prime mover) untuk menarik atau
menggerakkan alat dan mesin pengolah
tanah. Dan hal ini, di samping daya yang
dihasilkan traktor dipergunakan untuk
menarik atau menggerakkan alat dan
mesin pangolah tanah, sebagian dayanya
dibutuhkan untuk dapat menggerakkan
traktornya sendiri dalam rangka usahanya
untuk menarik atau menggerakkan alat
dan mesin pangolah tanah tersebut
Dengan demikian dalam
memperhitungkan besarnya daya
yang baru tersedia pada traktor
harus diparhitungkan, besarnya daya
untuk menarik atau menggerakkan
alat dan mesin pengolah tanah (HP1)
dan besarnya daya untuk
menggerakkan traktornya sendiri
(HP2), yang berupa daya untuk
mengatasi gaya tahanan guling (roll
ing resistance).
Besarnya HP1 akan ditentukan oleh
besarnya gaya pada pengolahan
tanah dan kecepatan kerja dari
pengolahan, sedang besarnya HP2
akan ditentukan oleh berat traktor,
basar koefisien tahanan guling.
(coefficient rolling resistance) dan
kecepatan kerja traktor tersebut.
Besarnya daya keseluruhan dan traktor
untuk pengolahan tanah akan dipengaruhi
oleh ; Faktor yang mempengaruhi gaya
reaksi tanah terhadap peruhahan sifat
mekanis tanah separti kelengasan tanah,
khususnya dalam kaitannya dengan
konsistensi tanah ; tekstur, struktur,
kandungan koloid maupun bahan pengikat
tanah yang lain ; vegetasi yang turnbuh di
atas tanah yang diolah; dan faktor yang
barkaitan dengan rancangan dan ukuran
traktor maupun peralatannya
ser ta kecepatan kerja pengolah
tanah.
Untuk faktor keamanan dalam
perhitungkan besarnya daya traktor untuk
menarik atau menggerakkan alat dan
mesin pengolah tanah harus diperhatikan
efisiensi penerusan daya baik ke
alat/mesinnya, maupun efisiensi penerusan
daya ke roda penggerak traktornya sendiri.
Di samping itu perlu diperhitungkan
adanya toleransi kebutuhan daya, guna
mengatasi kelerengan, serta keadaan lain
yang tak terduga pada waktu bekerja
dilapangan.
Dalam memperhitungkan besar nya daya
untuk menarik / menggerakkan alat dan
mesin pengolah tanah antara jenis alat yang
satu dengan yang lain memungkinkan
berbeda. Hal ini disebabkan karena
karakteristik yang berbeda baik dari alat dan
mesinya atau keadaan tanah pada waktu
diolah. Keadaan tanah pada waktu akan
dibajak dengan sendirinya akan berbeda
dengan pada waktu tanah akan digaru.
Proses pengolahan tanah dengan bajak putar
akan berbeda dengan penggunaan jenis
bajak lainnya.
Dengan demikian dalam memperhitungkan
besar nya ukuran daya traktor (HP),
sebagai sumber daya penggerak utama
alat dan mesin pengolah tanah yang
berbeda kemungkinan akan berbeda untuk
alat pengolah jadi satu dengan alat
pengolah tanah lainnya. Untuk
memperhitungkan besar nya ukuran daya
traktor dipergunakan rumus-rumus seagai
berikut
3.1. Daya yang dipergunakan untuk menarik
/menggerakkan alat dan mesin pengolah
tanah
Untuk bajak sinkal, bajak piringan, bajak
pahat (chisel), bajak tanah dalam (subnoil) :

HP1 =
( dsp ) x (1 xd ) x v
75 x  1

Untuk bajak rotari

(tsp) x (1xd ) x 2 x rpm 


HP1 =
75 x 60 x
• Untuk garu
HP1 = ( dg ) x (1 g ) x v
75 x  1

• Untuk alat penyiang mekanis


(cultivator)
HP1 = ( dc ) x n x v
75 x  1
Dimana :
HP1 = daya untuk menarik / menggerakkan alat /
mesin pengolah tanah, (hp)
(dsp) = draft spesifik pembajakan, (kg/cm2)
(tsp) = torsi spesifik pembajakan, (kg c/cm2)
(dg) = draf t penggaruan, (kg/m)
l = lebar pemotongan tanah dalam
pembajakan (cm)
d = kedalaman pemotongan tanah (cm)
(lg) = lebar penggaruan (m)
(rpm) = jumlah putaran pisau rotari per menit
(..../menit)
v = kecepatan pengolahan tanah (m/dt)
dc = draft cultivator permasa cultivator (kg/bh)
n = jumlah mata cultivator (bh)
1 = efisiensi penerusan daya ke alat/mesin
pengolah tanah (%)
3.2. Daya untuk menggerakan traktornya sendiri

W x V x ( ktg )
HP2 =
75 x  2
Dimana :
HP2= daya untuk menggerakkan traktor (hp)
W = berat traktor (kg)
V = kecepatan tahanan guling
(ktga) = koefisiensi tahanan guling
2 = efisiensi penerusan daya ke roda
penggerak traktor (%)
(Besarnya harga (ktg) sangat ditentukan oleh ;
berat traktor ; ukuran dan bentuk rancangan
roda ; jenis dan kondisi tanah ; jenis vegetasi di
atas permukaan tanah)
3.3. Dengan memperhitungkan adanya
toleransi (tlr) guna mengatasi kelerengan
lahan serta keadaan lain yang tak terduga
dalam operasi lapang, besarnya ukuran daya
traktor dapat dihitung dengan rumus dibawa
ini :

100
• HP = x (HP1 + HP2)
100  ( tlr )
Dimana :
Hp = besar ukuran daya traktor, (hp)
HP1= daya untuk menarik/menggerakkan
alat/mesin
pengolah tanah (hP)
HP2 = daya untuk menggerakkan traktor (hp)

(besar nya (tlr) dapat diambil sekitar (25-30%)


dari kebutuhan daya teoritis)
IV. PERHITUNGAN KAPASITAS KERJA DAN
EFISIENSI KERJA ALAT DAN MESIN
PENGOLAH TANAH

Ada dua istilah yang perlu diketahui dalam


membicarakan kapasitas kerja alat dan
mesin pengolah tanah yaitu :
penger tian
kapasitas kerja teoritis (kt), dan kapasitas
kerja aktual atau efektif (Ka)
Kapasitas kerja teoritis (Kt) dari alat dan
mesin pengolah tanah adalah kelajuan
kerja yang dicapai didasarkan atas
perhitungan apabila alat dan mesin
pengolah tanah dapat bekerja memenuhi
fungsinya 100% dari seluruh waktu yang
tersedia, dengan kecepatan dan lebar
kerja 100 % pula.
Kapasitas kerja aktual (Ka) dari alat dan
mesin pengolah tanah adalah kelajuan
kerja yang dapat dicapai oleh alat dan
mesin pengolah tanah didasarkan atas luar
total yang dicapai per waktu total yang
dipergunakan, dinyatakan dalam satuan
luas per satuan waktu (ha/jam) dan
merupakan kemampuan rata-rata yang
aktual.
Kapasitas kerja aktual dari alat dan mesin
pengolah tanah merupakan fungsi dari
lebar kerja yang aktual, kecepatan jalan
aktual, ser ta waktu efektif
terpakai selama bekerja.
Besarnya lebar kerja aktual, ditentukan oleh
terjadinya tumpang tindik (overlapping) hasil
kerja pengolahan tanah, yang disebabkan
pengaruh, keterampilan operator, sistim
penggandengan peralatan, kecepatan kerja
serta kondisi lahan.
Besarnya kecepatan aktual, ditentukan oleh
antara lain ebsarnya slip roda yang harganya
dipengaruhi oleh sistim rancangan roda,
besarnya daya, jenis dan kondisi tanah,
keterampilan operator serta kecepatan
kerja maksimumnya.
Waktu efektif terpakai selama bekerja,
besarnya sangat ditentukan oleh besarnya
kerugian waktu yang tidak efektif digunakan
atau biasa disebut sebagai waktu hilang
selama bekerja. Waktu hilang merupakan
ubahan yang sukar dinilai dalam menentukan
kapasitas kerja. Waktu pekerjaan lapang dari
alat dan mesin pengolah tanah dapat hilang
karena untuk ; pengaturan, mengatasi
kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil,
untuk belok keujung lapangan, dan
sebagainya. Untuk perawatan harian,
pemasangan atau kerusakan berat tidak
dimasukkan dalam waktu hilang. Sedangkan
waktu yang digunakan untuk angkutan dari
dan kelapangan juga tidak dimasukkan dalam
perhitungan kapasitas dan efisiensi tetapi
diperhitungkan untuk menentukan ongkos
kerja alat dan mesin.
Efisiensi lapang (E), adalah perbandingan
antara kapasitas kerja aktual terhadap
kapasitas kerja teoritis dinyatakan dalam
persen.
Secara matematis perhitunan kapasitas
kerja dan efisiensi kerja alat dan mesin
pengolah tanah disajikan sebagai berikut :
Kt = W x V x 10, (ha/jam)
Ka = (W x V x 10) x E, (ha/jam)
E = Ka / Kt x 100% atau
Ka = Kt x E, (ha/jam)
Dalam pengujian lapang besar Ka dapat
ditentukan dengan rumus :
Ka = A / T, (ha/jam)
Dimana :
Kt = kapasitas kerja teoritis, (ha/jam)
Ka = kapasitas kerja aktual, (ha/jam)
W = lebar kerja, (m)
V = kecepatan kerja, (km/jam)
E = efisiensi kerja, (%)
A = luas lahan total yang dikerjakan, (ha)
T = waktu total yang digunakan, (jam)
Disamping cara penentuan efisiensi kerja
diatas, harga efisiensi kerja dapat
dihitung dengan memperhitungkan banyak
besarnya keseluruhan waktu hilang, yang
mempengaruhi besarnya harga lebar kerja
aktual, kecepatan aktual serta besarnya
waktu efektif terpakai selama bekerja,
seperti yang telah diuraikan di depan.
Cara pendekatan perhitungan waktu
hilang, untuk digunakan sebagai dasar
menentukan besarnya harga efisiensi
kerja, dilakukan dengan memperhitungkan
harga-harga :
• Waktu hilang karena terjadinya tumpang-
tindih hasil kerja pengolahan tanah (l1) ;
dengan mengukur lebar kerja teoritis (W1)
dan lebar aktual atau efektif dilapangan
(W2)
W1  W 2
L1 = x 100%
W1
• Waktu hilang karena slip roda (L2) ;
dengan mengukur panjang lintas yang
ditempuh traktor beban untuk 10 x
putaran roda (M1) dan mengukur panjang
lintasan yang ditempuh traktor dengan
beban untuk 10 x putaran roda (M2)

L2 = M 1  M 2 x 100% atau
M1
• Harga L2 dapat didekati dengan :
mengukur diameter roda belakang traktor
(D), ditentukan jarak lurus (M), jalankan
traktor dengan beban sepanjang M,
dihitung putaran roda (N)

L2 =
DN  N x 100%
DN
• Waktu hilang untuk belok di ujung
lapangan (L3) ; dihitung waktu untuk
belok di ujung lapangan kemudian
dijumlahkan (T1), juga dihitung waktu
total yang dipergunakan untuk bekerja di
lapangan (T)

T 1
L3 = x 100% atau
T
• Secara culikan (sampling), harga L3 dapat
didekati dengan mengukur ; rerata waktu
untuk belok diujung lapangan, dimana alat
dan mesin tidak secara efektif digunakan
untuk mengolah tanah (t1), dan mengukur
rerata waktu untuk jalan lurus, dimana alat
dan mesin secara aktif digunakan untuk
mengolah tanah (t2)
t1
L3 = x 100%
t1  t 2
Waktu hilang untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan atau kerusakan-
kerusakan kecil (L4) ; dihitung total
waktu yang digunakan untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan-kemacetan atau
kerusakan-kerusakan kecil, dan
sebagainya (T2)
T2
L4 = x 100%
T
Dimana T adalah waktu total yang
dipergunakan untuk bekerja dilapangan.
Dengan hasil pendekatan perhitungan
waktu hilang di atas harga efisiensi kerja
(E) dapat dihitung dengan rumus :
E = (1-L1) (10L2) (1-L3-L4) x 100%
Cara penentuan harga efisiensi kerja pada
rumus pertama yang dijelaskan didepan
adalah lebih aktual dibandingkan dengan
cara penentuan harga efisiensi kerja pada
rumus kedua ini, karena pada rumus kedua
beberapa harga yang dipakai sebagai
dasar perhitungan diambil dengan cara
cuplikan. Namun dengan cara yang kedua
kita dapat mengetahui kerugian-kerugian
mana yang sangat mempengaruhi
rendahnya efisiensi kerja. Dengan
demikian usaha-usaha yang harus
ditempuh untuk meningkatkan besar nya
harga efisiensi kerja akan lebih mudah
dilakukan.
V. PERHITUNGAN BESARNYA BIAYA
OPERASIONAL ALAT DAN MESIN PENGOLAH
TANAH

Besarnya biaya operasional alat dan


mesin, diperhitungkan dari besarnya biaya
tetap (fixed cost) dan biaya kerja (variabel
cost), biaya tetap berdiri dari penyusutan,
bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan
dan gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja perbaikan dan
gudang serta pajak dan asuransi.
Sedangkan biaya kerja terdiri dari bahan
bakar, minyak pelumas, grease, upah
operator dan upah tenaga pembantu
operator serta biaya untuk pembelian ban.
Cara perhitungan untuk mendapatkan biaya
operasional alat dan mesin per tanian per
tahun adalah sebagai berikut :
1. Biaya tetap pertahun
a.Penyusutan = (P-S)/N
Dimana :
P = harga pembelian mesin (Rp)
S = harga akhir, (Rp) (10% dari harga
pembelian, RNAM 1979)
N = umur ekonomis (tahun)
b. Bunga modal = r/100 x (P +
S/2 Dimana :
r = tingkat bunga modal, (%) (besarnya
12%, RNAM 1979)
c. Pemeliharaan dan perbaikan = m/100 x P
Dimana ;
m = nilai pemeliharaan dan perbaikan, (%)
(besarnya 5%, RNAM 1970)
d. Gudang : (h/100) x p
Dimana :
h = Nilai gudang (%) (besarnya 0,5%, RNAM
1979)
e. Pajak dan asuransi
Pajak = (i/100) x ((P+S)/2)
Asuransi = (t/100) x p
Dimana :
i = nilai pajak, (%)
t = nilai asuransi, (%) (tergantung kondisi
lokal)
Total biaya tetap per tahun = a+b+c+d+e=A
(Rp/tahun)
2. Biaya kerja per tahun

0,20 lt
a. Bahan bakar = x Pm x Wt x Fp
HP  jam

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
Pm = daya meter (HP)
Wt = jam kerja per tahun, (jam/tahun)
Fp = harga bahan bakar per liter (Rp/liter)
.
b. Minyak pelumas = HP - 100 jam
x Pm x Wt x Op

(Donnel Hunt, 1979)


Dimana :
OP = harga minyak pelumas per liter
(Rp/liter)
c. Grease : 60% x dari minyak pelumas
(Donnel Hunt, 1979)
d. Operator = Wt x Wop
Dimana :
Wop = upah operator per jam (Rp/jam)
e. Tenaga pembantu operator = Wt x W1
Dimana :
W1 = upah tenaga pembantu operator per
jam (Rp/jam)
x Tp xWt
f. Ban =
Nt
Dimana :
n = jumlah ban (buah)
Tp = harga ban per buah (Rp/buah)
Nt = umur pakai ban, (jam)
Total biaya kerja per tahun
= a + b + c + d + e + f = B (Rp/tahun)

Jadi total biaya operasional mesin pertahuan


= (A + B), (Rp/tahun)
Besar nya biaya operasional mesin per jam
adalah
= (A  B) , (Rp/jam)
Wt

Sedang besar nyanya biaya operasional per


satuan luas

= (A  B)/Wt , (Rp/ha)
Wt

Dimana :
Ka = kapasitas kerja aktual, (ha/jam)
Perlu diperhatikan bahwa dalam
menentukan biaya kreja yang berkaitan
dengan biaya bahan bakar, minyak
pelumas dan grease sebaiknya
diperhitungkan atas dasar hasil pengujian
langsung.

Anda mungkin juga menyukai