Anda di halaman 1dari 9

A.

Bajak singkal

Bajak singkal merupakan salah satu di antara alat pertanian tertua dan umumnya dianggap
sebagai alat yang paling penting. Pembajakan menyerap tenaga traksi lebih besar dibanding
semua pengerjaan lapang lainnya. Meskipun pengkajian terhadap hasil panen telah memberi
petunjuk bahwa pada keadaan tertentu pada beberapa tanaman budidaya tertentu tidak
terlihat adanya keuntungan dari dilakukannya pembajakan, bajak singkal masih sejauh ini
merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk olah tanah pertama pada penyiapan
persemaian.

Hingga sekarang ini telah dilakukan sejumlah sangat besar pekerjaan pengembangan dan
penelitian terhadap bajak singkal. Sejauh ini, rancangan mata bajak singkal (sebagaimana
juga alat-alat olah tanah lainnya) masih sangat bergantung pada metoda potong coba.
Memang telah dibuat banyak singkal yang bagus, namun masih dijumpai adanya jenis dan
kondisi tanah yang penting yang alat -alat yang ada sekarang ini tak sesuai, seperti tanah
berat berlilin yang dapat dijumpai di banyak tempat di Texas, Alabama, dan Missisipi, serta
tanah tipe dorong yang lekat di Hawaii.

B. Jenis-Jenis Bajak Singkal

Bajak singkal merupakan salah satu di antara alat pertanian tertua dan umumnya dianggap
sebagai alat yang paling penting. Pembajakan menyerap tenaga traksi lebih besar dibanding
semua pengerjaan lapang lainnya. Meskipun pengkajian terhadap hasil panen telah memberi
petunjuk bahwa pada keadaan tertentu pada beberapa tanaman budidaya tertentu tidak
terlihat adanya keuntungan dari dilakukannya pembajakan, bajak singkal masih sejauh ini
merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk olah tanah pertama pada penyiapan
persemaian.

Hingga sekarang ini telah dilakukan sejumlah sangat besar pekerjaan pengembangan dan
penelitian terhadap bajak singkal. Sejauh ini, rancangan mata bajak singkal (sebagaimana
juga alat-alat olah tanah lainnya) masih sangat bergantung pada metoda potong coba.
Memang telah dibuat banyak singkal yang bagus, namun masih dijumpai adanya jenis dan
kondisi tanah yang penting yang alat -alat yang ada sekarang ini tak sesuai, seperti tanah
berat berlilin yang dapat dijumpai di banyak tempat di Texas, Alabama, dan Missisipi, serta
tanah tipe dorong yang lekat di Hawaii.

C. Bajak Dua Arah

Kebanyakan bajak singkal dirancang untuk membalik tanah hanya ke arah kanan.
Sebaliknya, bajak dua arah mempunyai dua kelompok mata bajak yang bertolak belakang
yang dapat digunakan salah satunya secara bergantian, tergantung keinginan. Dengan
susunan seperti itu, semua alur dapat dibalik ke satu sisi yang sama pada satu lapang dengan
menggunakan mata arah kanan pada satu arah pembajakan dan menggunakan mata arah kiri
pada perjalanan baliknya. Kedua kelompok mata bajak digendongkan pada rangka biasa yang
dapat diputar 180 pada sumbu membujurnya untuk mengganti kelompok yang satu dengan
yang lainnya. Seringkali pemutaran tersebut dilakukan menggunakan silinder hidrolika yang
merupakan bagian dari bajak tersebut. Mata bajak diputar sampai 90 pada langkah tarik, dan
akan melampaui titik pusatnya karena kelembaman geraknya sendiri, kemudian didorong
turun ke sisi lainnya pada langkah desak. Roda penara dan roda palir belakang akan secara
otomatis berubah posisinya pada saat rangka mata bajak berputar, kecuali jika masing-
masing kelompok mata bajak memiliki rodanya sendiri (yang biasanya terdapat pada
kebanyakan bajak gendong).

Bajak gendong dua arah biasanya memiliki 2 4 mata 36 cm atau 41 cm per kelompok.
Bajak semi gendong atau gandengan jarang mempunyai lebih dari 5 mata, namun biasanya
ukurannya 41 cm atau 46 cm. Karena dibutuhkan dua set mata, bajak dua arah akan lebih
mahal dibanding bajak satu arah dan tentu saja akan lebih berat.

Bajak satu arah akan meninggalkan bekas yang khas di satu lapang, dimulai dengan alur
punggung (dua balikan tanah yang tertumpuk bersebelahan) dan berakhir dengan alur mati
(dua alur yang terbuka). Bajak 2 arah akan meniadakan kedua gejala tersebut dan
menghasilkan lapang yang lebih rata guna keperluan irigasi atau pengatusan. Bajak 2 arah
juga menguntungkan untuk lapang yang berteras atau untuk pembajakan searah garis tinggi
dan untuk lapang kecil yang bentuknya tak teratur.
D. Mata Bajak

Pada intinya, mata bajak singkal berupa baji tiga sisi, dengan tamping dan bidang mendatar
sisi pemotong kejen sebagai sisi datarnya, sedangkan bagian atas kejen dan singkal
berkedudukan sebagai sisi lengkungnya. Fungsi utama mata bajak tersebut adalah untuk
memotong tanah, meremukkan, serta membaliknya untuk menutupi sampahan. Ukuran mata
singkal ialah lebar pemotongan alur terancangnya.

Sampai bertahun-tahun, kebanyakan bajak singkal mempunyai kejen yang macamnya seperti
ditunjukkan pada gambar 2.2a. jenis kejen tersebut memiliki bagian sisi tegak yang dikenal
dengan nama gunnel yang berfungsi sebagai perpanjangan ke depan dari tamping. Kejen
jenis gunnel dilepas dan ditajamkan lagi dengan cara tempa ketika telah aus atau tumpul.
Sekarang ini hampir semua bajak menggunakan kejen sekali pakai, dengan macam umumnya
diperlihatkan pada gambar 2.2b. Kejen seperti itu dijual dengan berbagai bentuk ujung.
Bentuk kejen sekali pakai yang paling umum dibuat dengan semata memotong baja
lempengan yang khusus dengan bentuk dan mencegah akaran yang keras supaya tidak
melibat ujung bajak.

Karena harga kejen sekali pakai yang baru kira-kira sepertiga harga kejen jenis gunel, secara
ekonomi kejen sekali pakai bisa diganti dengan yang baru jika telah tumpul atau aus,
bukannya diasah kembali. Tumit singkal juga bisa diganti pada sebagian bajak, karena bagian
terebut merupakan sisi pemotong dan terkena aus yang cukup besar.

Sebagaimana pada setiap alat pemotong, mata singkal memerlukan ruang sela di belakang
sisi pemotong. Ruang sela tegak dikenal dengan nama cekungan/tusukan bawah sedangkan
ruang sela melintang dikenal dengan nama cekungan/tusukan samping (gambar 2.2). Apabila
tidak terdapat cukup lekukan, akan sulitlah untuk menjaga kedalaman atau lebar potong yang
diinginkan. Besarnya ruang sela berkisar dari 5 mm sampai 15 mm, tergantung pada
rancangan mata bajak serta ada atau tidaknya roda palir belakang atau roda penara.
E. Bahan Singkal dan Kejen

Ketahanan aus pada tanah yang mengikis dan kemampuan bilas pada tanah lekat semacam
tanah lempung atau tanah geluh lempungan adalah 2 masalah penting yang mempengaruhi
pemilihan bahan mata bajak. Singkal biasanya dibuat dari baja yang lunak di bagian
tengahnya. Bahan tersebut berupa baja lapis tiga, denga lapis luarnya berupa baja berkarbon
tinggi (biasanya C-1095 yang mempunyai 0,90 1,05 % karbon) dan lapis bagian
tengahnya berupa baja karbon rendah (misalnya C-1010 yang memiliki kadar karbon 0,08
0,13 %). Setelah perlakuan panas, lapis luar akan sedikit getas namun sangat keras, sehingga
menghasilkan permukaan halus yang tahan aus X$0 dan bisa terbilas pada kebanyak
jenis tanah. Bagian tengah, karena kandungan karbonnya yang rendah, tidak terpengaruhi
oleh perlakuan panas tersebut, sehingga akan tetap lunak dan kuat dan menghasilkan
ketahanan bentur. Perwatakan yang sama dapat dicapai dengan pemberian karbon pada baja
berkarbon rendah pada kedua sisi permukaannya.

Kejen biasanya dibuat dari baja padat C-1095 dan dikeraskan dengan perlakuan panas untuk
memperoleh ketahanan aus. Untuk kondisi yang sangat mengikis, misalnya pada tanah pasir,
kejen dan tumit yang dapat dilepas kadang dibuat dari besi tuang dingin. Bahan tersebut
memiliki ketahanan aus yang lebih besar dibanding baja namun getas, sehingga mudah
patah jika berhadapan dengan ganjalan barang keras yang mungkin terdapat dalam tanah.

F. Perlengkapan Bajak Singkal

Untuk membantu pemotongan tanah dan untuk pemotongan pada tanah yang bersampah,
yang tanpa perlengkapan tambahan tersebut mungkin bisa tertumpuk di atas tumit atau
rangka sehingga menyebabkan penggumpalan, digunakan kolter (coulter) gelinding
piringan. Pada gambar 3 dilukiskan 4 jenis kolter. Kolter rata digunakan pada lapang keras
atau yang relatif bersih. Kolter bertakik dan kolter bergerigi tepi bagus dipergunakan pada
lapang yang bersampah berat. Kolter biasanya dipasangkan pada porosnya langsung di atas
atau agak ke depan titik ujung kejen, dengan lempeng kolternya terletak pada bidang yang
berjarak 13 19 mm di arah kiri tumit (untuk mata bajak berarah kanan). Kolter berdiameter
besar akan memotong tanah bersampah berat lebih bagus dibanding kolter kecil, namun tak
dapat menembus permukaan tanah yang keras.

Jointer stasioner berupa mata bajak kecil yang biasanya digunakan sebagai tambahan untuk
penggunaan kolter gelinding (gb. 2.3c) akan membentuki alur dangkal dan sempit di depan
tumit bajak. Fungsi jointer adalah untuk menyingkirkan sampah dan akaran dari jalur
tersebut ke arah alur utama dengan cara sedemikian sehingga bisa terkerjai secara sempurna
oleh mata bajak. Jointer piringan, yang berupa piringan cekung yang dipaasang denga sudut
tertentu terhadap arah gerak (gb. 2.3d) kadangkala digunakan untuk menggantikan fungsi
gabungan kolter dan jointer stasioner. Perpanjangan singkal, sikut gulma guna merebahkan
tanaman tinggi yang berada di depan mata bajak, serta berbagai piranti lain kadang dipakai
untuk memperbagus penutupan sampah

G. Perlindungan Balok Rangkai terhadap Beban Lebih

Penggunan secara luas bajak gendong dan semi gendong mendatangkan kebutuhan terhadap
piranti pelindung terhadap beban lebih pada sandaran bajak (balok rangkai). Kecenderungan
terhadap naiknya kecepatan jalan lebih menekankan lagi kebutuhan tersebut. Pada gambar
2.4 diperlihatkan dua tipe umum piranti yang telah dibuat untuk memperoleh perlindungan
di lapang yang sering dijumpai adanya benda-benda keras di tanahnya.

Apabila beban yang mengenai kejen melebihi harga yang telah ditetapkan sebelumnya pada
piranti berkancing pegas, kancing tersebut akan melepas dan memungkinkan mata bajak
berayun ke belakang pada sumbu mendatar-melintang. Pada kebanyakan susunan
berkancing pegas, titik kunci terletak di belakang ujung kejen (gb. 2.4a), menyebabkan
ujung kejen akan bergerak ke bawah terhadap titik kunci. Kecuali jika hambatan lapangnya
memungkinkan ujung kejen secara aktual bergerak kle bawah, keseluruhan peralatan akan
terangkat oleh mata yang tersandung tersebut, yang akan menghasilkan gaya tambahan yang
cukup besar pada titik bajak dan pada rangka, khususnya pada kecepatan tinggi.
Karena terdapat beban eksentrik yang mengenai engsel dan balok ketika terjadi halangan,
perancangan yang hati-hati perlu dilakukan untuk memastikan bahwa gesekan tidak akan
merupakan bagian besar dari tahanan pelepasan tersebut. Beberapa piranti berkancing pegas
dirancang agar mampu menghasilkan efek peredaman sebelum pelepasan kancing, sehingga
tidak seluruh beban lebih menyebabkan pelepasan. Jika terjadi pelepasan kancing pegas,
pengemudi harus berhenti lalu memundurkan atau mengangkat bajaknya dari tanah sehingga
mata bajak akan kembali ke posisi normalnya.

Piranti beban lebih yang dapat disetel kembali secara hidrolika (gambar 2.4b)
memungkinkan peredaman dan pengembalian secara otomatis dengan menggunakan silinder
hidrolik yang disambungkan dengan sistem tekanan tetap. Jika traktornya memiliki sistem
hidrolik tekanan tetap, silinder beban lebih dapat disambungkan dengan pompa tersebut
melalui katup penurun tekanan. Dengan cara lain, penampung yang sebagian diisi dengan
gas lembam dipasangkan pada bajak dan diisi sampai tekanan yang diperlukan untuk
kondisi beban lebih maksimum yang dikehendaki. Sistem pengembalian secara hidrolika
mempunyai sandaran yang dipasangkan langsung di atas ujung kejen sehingga ujung
tersebut tidak akan melesak terlalu dalam atau mengangkat bagian bajak lainnya pada saat
terjadi beban lebih

H. Macam-macam Singkal

Oleh karena jenis tanah dan kondisi pembajakan sangat berbeda-beda, banyak bentuk
singkal berbeda yang telah dibuat. Beberapa singkal pada intinya berupa irisan berbentuk
tabung, beberapa lainnya agak condong ke bentuk spiral atau pilinan, dan yang lainnya lagi
berupa pengubahan dari bentuk-bentuk geometri tersebut. Dari tinjauan fungsinya, jenis
umum bajak ialah mata bajak serbaguna, bajak tunggul, bajak olah dalam, bajak tanah
rumput, bajak tanah hitam, dan bajak iga-iga

Bajak tanah rumput memiliki singkal yang panjang dan rendah, memiliki lengkungan yang
bertahap (spiral) yang secara lengkap membalik tanah dengan pemecahan minimum,
sehingga akan menutup bahan tumbuhan secara menyeluruh. Bajak tunggul memiliki
singkal yang relatif pendek dan lebar yang melengkung agak tajam pada bagian dekat
puncak, menghasilkan tingkat penghancuran yang lebih besar dibanding tipe lainnya. Bajak
serbaguna terletak di antara kedua sepaling tersebut dan cocok untuk kisaran kondisi yang
luas. Bajak serba guna bentuk khusus telah dibuat untuk membajak secara efisien pada
kecepatan tinggi. Bajak tanah hitam memiliki luas singkal yang relatif kecil, dan bentuknya
cenderung memudahkan pembersihan permukaan pada tanah hitam yang berat di Texas.
Tipe yang kurang umum ialah bajak iga-iga, yang sebagian singkalnya dipotong dan kadang
digunakan pada tanah yang sangat lekat

I. Menyatakan Bentuk Singkal

Beberapa cara pencirian bentuk singkal diperlukan guna pembandingan dan analisis kinerja
mata bajak yang berbeda dan untuk tujuan pembuatan di pabrik. Beberapa metoda telah
digunakan. White telah melaporkan pada tahun 1918 bahwa banyak mata bajak yang
memiliki permukaan yang dapat dicocokkan dengan persamaan yang menggambarkan
paraboloida hiperbolika. Sekalipun tak dapat secara kuantitatif menghubungkan persamaan
tersebut dengan gaya atau resultan kondisi tanahnya, didemonstrasikan bahwa bentuk mata
bajak yang telah ada pada waktu itu dapat digambarkan secara matematika.

Nichols dan Kunner, pada suatu penelitian yang melibatkan 22 bajak khas dari berbagai
bentuk, mendapatkan bahwa keseluruhan permukaan semua bajak yang telah dipelajari
dapat dicakup dengan busur-busur lingkaran yang bergerak sepanjang dan memutari garis
perjalanan ujung sayap kejen atau garis yang tepat berada di atas ujung sayap. Mereka
berdua menjelaskan metoda untuk menyederhanakan pengukuran mereka ke dalam
persamaan matematika yang akan menyatakan keseluruhan permukaan dari bajak tertentu,
namun mereka menyimpulkan bahwa kekomplekan persamaan semacam itu akan
membuatnya tak begitu berharga.

Reed menciri bentuk mata bajak dengan mengukur koordinat untuk kontur mendatar pada
selang tegak 25,4 mm, kemudian membuat grafik hasilnya pada pandangan datar mata bajak
seperti digambarkan pada gambar 2.5. Soehne menggunakan metoda intersepsi cahaya
untuk memperoleh kontur datar dan juga garis kontur pada bidang tegak yang sejajar dengan
tamping. Ia mengarahkan sejalur kecil cahaya ke atas permukaan bajak yang telah dicat
putih lalu merekam sinar yang dipantulkan menggunakan kamera yang diletakkan pada
garis tegak lurus terhadap bidang sumber cahaya. Mata bajak digerakkan untuk
mendapatkan sehimpunan garis kontur datar dan sehimpunan kontur tegak, sebagaimana
dilukiskan pada gambar 2.12. Penggambaran bentuk mata bajak menggunakan garis kontur
merupakan cara yang paling umum.

Ashby, pada tahun 1931, mengajukan seperangkat bakuan yang terdiri dari 9 pengukuran
atau parameter baku bentuk mata bajak. Soehne, pada tahun 1959, menentukan sejumlah
parameter bentuk yang dianggap penting. Kedua peneliti tersebut mencoba untuk
menghubungkan parameter mereka dengan kinerja. Tidak satupun menghasilkan pemaparan
yang lengkap tentang bentuk permukaan. Parameter bentuk Soehne akan dibahas pada pasal
2.24.

J. Reaksi Tanah terhadap Singkal

Kisaran kondisi tanah yang lebar yang harus dihadapi pada olah tanah mempengaruhi reaksi
tanah pada permukaan singkal. Nichols dan Reed mengelompokkan berbagai kondisi tanah
dan memaparkan reaksinya sebagai berikut:

1) Tanah keras memadat. Tanah seperti ini akan pecah menjadi bongkah yang tak beraturan
di depan bajak, tanpa pola reaksi tanah yang tertentu

2) Tanah keras. Karena pengerasan muka oleh adanya akaran, bidang geser normal biasanya
tak teramati. Namun reaksi tanah normal terjadi dibawah permukaan keras tersebut

3) Permukaan yang padat. Keadaan ini agak tidak biasa, dengan tanah yang relatif gembur
tepat di bawah permukaan yang padat. Bongkahan lapis permukaan akan pecah tak
beraturan dan terangkat seperti papan

4) Tanah yang baru saja dibajak. Pada kondisi ini tanah tak memiliki cukup ketegaran dan
ketahanan terhadap tekanan sehingga bajak tak dapat berfungsi dengan bagus

5) Tanah dorong. Tanah semacam ini berlaku agak mirip dengan tanah yang baru dibajak.
Adhesi tanah terhadap singkal membentuk tekanan terhadap mata bajak, yang oleh karena
tak cukup ketegaran dalam potongan tanah, akan menyebabkan tanah terdorong ke satu sisi
bukannya terangkat ke atas lalu terbalikkan
6) Kondisi tanah normal. Tanah tersebut telah terdiamkan beberapa lama dan mencapai
kondisi padat, terutama sebagai akibat pengaruh alami, dan berada dalam kisaran lengas
yang sesuai untuk pembajakan yang bagus.lm1

Pada kondisi tanah normal, gerakan tanah di atas singkal adalah disebabkan tahanan tanah
terhadap bajak, dan rerata kecepatan gerakan tanah melintasi singkal diperkirakan
mendekati kecepatan bajak. Kecuali karena pertambahan volume akibat penghancuran, tidak
terdapat perubahan matra yang jelas pada tanah yang melintasi sebuah bajak yang berfungsi
dengan benar. Tentu saja terdapat perubahan arah yang berakibat timbulnya gaya percepatan

Anda mungkin juga menyukai